You are on page 1of 4

Pengukuran Residu Klorin

WHO Regional Office for South-East Asia


Manfaat klorin pada air
Kebanyakan penyakit yang sering ditemukan pada masyarakat pasca bencana atau dalam kedaruratan terkait dengan air minum yang terkontaminasi. Kontaminasi dapat berasal dari mikro organisme (tabel 1) atau dari zat kimia, baik yang berasal dari alam atau buatan (tabel 2). Lembar informasi ini terutama membahas masalah yang berkaitan dengan kontaminasi air minum oleh mikro organisma karena hal ini sangat sering terjadi dan dapat dikurangi denga klorinasi. Kontaminasi bahan kimia sulit untuk disingkirkan dan memerlukan pengetahuan dan peralatan yang lebih canggih. Tabel 1. Penyakit yang berkaitan dengan air minum yang terkontaminasi dengan mikro organisme Diare Tifoid Hepatitis Kolera
Catatan: Air yang terkontaminasi tidak hanya menyebabkan penyakit-penyakit di atas; jumlah air, sanitasi yang buruk dan perilaku kebersihan yang buruk juga berperan.

yang biasa mereka minum, sehingga mereka tidak memiliki kekebalan; Memaksa masyarakat hidup di situasi yang buruk, seperti dalam tenda atau penampungan sementara dimana sulit untuk tetap mempertahankan perilaku kebersihan, dan Mempengaruhi pola makan, bahkan seringkali menurunkan kualitas gizinya dan membuat mereka makin rentan terhadap penyakit. Karena itu bagi masyarakat yang berada pada kondisi darurat, penyediaan air yang berkualitas baik penting. Terdapat beberapa cara meningkatkan kualitas air minum. Yang tersering adalah pengendapan dan penyaringan yang diikuti oleh disinfeksi (dibahas pada tulisan yang lain). Disinfeksi (pembunuhan mikroorganisme yang berbahaya) dapat dicapai dengan berbagai cara namun yang tersering adalah melalui penambahan klorin. Nmun klorin hanya akan bekerja dengan baik jika air jernih (kotak 1).

Tabel 2. Beberapa kontaminan kimia pada air yang dapat berbahaya bagi kesehatan Arsen Florida Kadmium Timbal Kromium Merkuri Sianida Masyarakat yang tinggal di tempat yang sama selama hidupnya dan selalu minum air yang terkontaminasi dapat mengembangkan kekebalan terhadap kontaminan tersebut sehingga tidak atau sedikit mengalami masalah kesehatan. Namun tidak demikian halnya dengan masyarakat yang terkena bencana. Situasi darurat memiliki tiga efek pada populasi yang saling berkaitan, karena: Memaksa masyarakat berpindah ke tempat yang baru dimana kualitas air berbeda dari

Kotak 1. Cara kerja klorin dalam membunuh kuman


Penambahan klorin dalam air akan memurnikannya dengan cara merusak struktur sel organisme, sehingga kuman akan mati. Namun demikian proses tersebut hanyak akan berlangsung bila klorin mengalami kontak langsung dengan organisme tersebut. Jika air mengandung lumpur, bakteri dapat bersembunyi di dalamnya dan tidak dapat dicapai oleh klorin. Klorin membutuhkan waktu untuk membunuh semua organisme. Pada air yang bersuhu lebih tinggi atau o sekitar 18 C, klorin harus berada dalam air paling tidak selama 30 menit. Jika air lebih dingin, waktu kontak harus ditingkatkan. Karena itu biasanya klorin ditambahkan ke air segera setelah air dimasukkan ke dalam tangki penyimpanan atau pipa penyalur agar zat kimia tersebut mempunyai cukup waktu untuk bereaksi dengan air sebelum mencapai konsumen. Efektivitas klorin juga dipengaruhi oleh pH (keasaman) air. Klorinasi tidak akan efektif jika pH air lebih dari 7.2 atau kurang dari 6.8.

WHO/SEARO Technical Notes for Emergencies Technical Note No. 11

Pengukuran residu klorin


Residu klorin
Klorin merupakan zat kimia yang relatif murah dan siap digunakan; begitu dilarutkan dalam air dengan jumlah yang cukup akan merusak sebagian besar kuman penyebab penyakit tanpa membahayakan manusia. Namun demikian saat organisme telah rusak, klorin juga akan habis. Jika klorin yang ditambahkan cukup, setelah semua organisme rusak akan terdapat sisa klorin dalam air yang disebut sebagai klorin bebas (gambar 1). Klorin bebas akan tetap berada dalam air sampai hilang di dunia luar atau terpakai untuk membunuh kontaminasi baru. Karena itu jika kita memeriksa air dan menemukan masih terdapat klorin bebas yang tersisa, hal itu merupakan bukti bahwa sebagai besar organisme dalam air yang berbahaya telah disingkirkan dan air aman diminum. Pengukuran tersebut dinamakan residu klorin. Pengukuran residu klorin dalam air merupakan metode yang sederhana namun penting untuk memeriksa apakah air yang dikirimkan telah aman untuk diminum.
Penambahan klorin Air membutuhkan 2.0mg/l klorin untuk merusak semua kuman
Air tidak terdisinfeksi

Residu klorin biasanya diperiksa pada saat berikut: Segera setelah klorin ditambahkan dalam air, untuk menilai apakan proses klorinasi bekerja; Pada saluran keluar air ke konsumen yang paling dekat dengan titik klorinasi, untuk memeriksa apakah tingkat residu klorin berada dalam batas yang dapat diterima (0.2-0.5 mg/l); dan Pada titik terjauh dari jaringan dimana kemungkinan tingkat residu klorin paling rendah. Jika ditemukan kadar klorin kurang dari 0.2 mg/l mungkin perlu dilakukan penambahan klorin pada daerah pertengahan jaringan.

Perhatian Semua bentuk klorin berbahaya bagi kesehatan. Hindari kontak dengan kulit dan jangan menghirup uapnya. Klorin harus selalu disimpan pada wadah yang dingin, gelap, kering dan tertutup serta jauh dari jangkauan anak-anak.

1.5 mg/l

2.0 mg/l

Semua organisme rusak namun tidak tersisa kloirn untuk selanjutnya

Jumlah residu klorin berubah sepanjang siang dan malam. Jika dianggap pipa jaringan selalu berada di bawah tekanan sepanjang hari (kotak 2), pada siang hari akan cenderung lebih banyak residu klorin daripada malam hari. Hal ini karena air akan berada dalam sistem lebih lama pada malam hari (kebutuhan menurun) sehingga terdapat banyak kesempatan bagi air untuk terkontaminasi yang akan menghabiskan residu klorin. Residu klorin harus diperiksa secara berkala. Jika sistem masih baru atau sedang dalam perbaikan, periksa setiap hari hingga anda yakin bahwa proses klorinasi telah berlangsung secara tepat. Setelah itu periksa seminggu sekali.

2.5 mg/l

Semua organisme rusak namun tersisa 0.5 mg/l residu klorin

Gambar 1. Efek residu klorin

Kapan dan dimana memeriksa air


Penggunaan klorin yang tersering untuk disinfeksi adalah pada pipa penyediaan air. Klorinasi suplai air secara berkala sulit dilakukan dan biasanya disinfeksi dilakukan setelah perbaikan dan pemeliharaan.

Pemeriksaan residu klorin


Pemeriksaan yang tersering adalah uji indikator dpd (dietil parafenilen diamin) dengan menggunakan komparator. Pemeriksaan ini merupakan metoda yang

Technical Note No. 11

WHO/SEARO Technical Notes for Emergencies

paling cepat dan sederhana untuk memeriksa residu klorin. Dengan pemeriksaan ini, reagen dalam bentuk tablet ditambahkan pada sampel air hingga air berwarna merah. Kepekatan warna kemudian dibandingkan terhadap warna standar pada grafik untuk menentukan konsentrasi klorin. Semakin pekat warna, semakin tinggi konsentrasi klorin dalam air.

Beberapa alat untuk memeriksa residu klorin dalam air, seperti yang diperlihatkan pada gambar 2, dapat dibeli dengan mudah. Alat tersebut kecil dan mudah dibawa.

Kepustakaan
WHO (2004) Guidelines for drinking water quality - 3rd edition. Geneva

Kotak 2. Klorinasi dan suplai yang tidak tetap Klorinasi pipa jaringan tidak bermanfaat bila suplai air tidak tetap. Kebocoran pada seluruh sistem pipa dan jika suplai air mati, tekanan akan turun dan air yang terkontaminasi akan memasuki pipa melalui celah di dinding pipa. Tingkat residu klorin yang dapat diterima konsumen tidak akan mampu menghadapi kontaminasi tingkat tinggi seperti ini. Semua suplai air yang tidak tetap harus dianggap sebagai terkontaminasi dan lakukan upaya disinfeksi pada tingkat pengguna.

World Health Organization


Regional Office for South-East Asia New Delhi, 110002, India Phone: (+91-11) 2337-0804 Fax: (+91-11) 2337-8438 E-mail: wsh@whosea.orgT http://www.whosea.org

Informasi ini disiapkan oleh WEDC Penulis: R. A. Reed Editor seri: R.A. Reed Desain: G. McMahon Ilustrasi: R. J. Shaw Grafis: Ken Chatterton Water, Engineering and Development Centre, Loughborough University, Leicestershire, UK. www.lboro.ac.uk/wedc Telp: +44 1509 222885 Fax: +44 1509 211079 E-mail: WEDC@lboro.ac.uk Diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh: Indah S. Widyahening, atas permintaan WHO/Jakarta Office

WHO/SEARO Technical Notes for Emergencies Technical Note No. 11

Pengukuran residu klorin


Langkah 1. Letakkan satu tablet dalam kamar periksa (a) dan tambahkan beberapa tetas air yang akan diuji Langkah 2. Gerus tablet, lalu penuhi kamar (a) dengan air yang akan diuji.

Langkah 3. Masukkan air yang sama yang sedang diuji (tanpa tablet) pada kamar ke dua (b). Ini akan menjadi kontrol pada perbandingan warna.

Langkah 4. Tingkat residu klorin (R) dalam mg klorin per liter air (mg/l) ditentukan dengan membandingkan warna air yang sedang diuji dan telah ditambahkan tablet yang berada di kamar (a) dengan warna standar pada wadah (kamar b).

Technical Note No. 11

WHO/SEARO Technical Notes for Emergencies

You might also like