You are on page 1of 26

1 GLIKOSIDA

Kompetensi dasar: mahasiswa dapat menjelaskan glikosida dan biosintesisnya di dalam tanaman.

Glikosida merupakan senyawa yang menghasilkan satu atau lebih gula di antara hasil hidrolisisnya. Gula yang paling sering terbentuk adalah D-glukosa, walaupun ramnosa, digitoksosa, simarosa, dan gula lain juga bisa terdapat dalam komponen glikosida. Atom yang menghubungkan antara gula dan bukan gula pada glikosida bisa S, N, O, ataupun C. Glikosida kelompok thiol, disebut sebagai S-glikosida, begitu juga jika bagian nukleofiliknya adalah nitrogen disebut N-glikosida. Komponen penyususn glikosida disebut sebagai glikon (gula) dan aglikon (bukan gula / genin). Di dalam tatanama glikosida, nama yang umum mempunyai suatu akhiran in, dan nama ini mengindikasikan adanya sumber glikosida. Contoh glikosida adalah digitoxin dari Digitalis, salicin dari Salix, dan prunasin dari Prunus. Nama yang sitematis pada umumnya dibentuk dengan menggantikan akhiran ose dari gula pembentuk dengan osida. Awalan anomerik (- dan -) dan awalan konfigurasi (D atau L) mendahului nama gula, dan nama kimia dari aglikon mendahului nama gula. Sebagai contoh nama salicin yang sitematis adalah O-hidroksi-metilfenil -D-Glikopiranosida. Namun demikian, glikosida yang berbentuk beta yang terdapat di dalam tanaman. Hal ini didukung kenyataan bahwa emulsin dan enzim alamiah hanya mampu menghidrolisis glikosida bentuk . Glikosida sering diberi nama sesuai dengan bagian gula yang terdapat di dalamnya, dengan menambahkan kata osida. Misalnya, glikosida yang mengandung glukosa disebut glukosida, yang mengandung arabinosa disebut arabinosida, yang mengandung asam galakturonat disebut galakturonosida, dan lain-lain. Secara kimiawi glikosida merupakan senyawa asetal dengan satu gugus hidroksi dari gula mengalami kondensasi degnan gugus hiroksi dari komponen bukan gula. Sedangkan gugus hidroksi yang kedua mengalami kondensasi di dalam molekul gula itu sendiri membentuk suatu lingkaran oksida. Jika dicermati, maka terlihat sebagai eter gula, jika dihubungkan oleh atom O antara gula dan bukan gula.

2 Dari sudut pandang biologis, glikosida memegang suatu peran penting dalam hidup dari tumbuhan dan dilibatkan dalam fungsi pengaturan, perlindungan, dan kebersihannya. Glikosida mempunyai juga potensi terapetik yang sering digunakan. Sebagai contoh adalah glikosida dari digitalis, atrophanthus, squill, convallaria, apocynum, dll digunakan sebagai obat jantung. Contoh yang lain adalah obat pencuci mulut seperti: senna, aloe, rhubarb, cascara sagrada, dan frangula, mengandung glikosida antrakinon. Glikosida dari minyak mustard hitam yaitu sinigrin yang menghasilkan alil isotiosianat sebagai lokal iritan yang kuat. Beberapa glikosida berisi lebih dari satu kelompok sakarida, yang mungkin sebagai di- atau trisakarida. Dalam kondisi hidrolisis yag sesuai, satau atau lebih kelompok sakarida dapat dipindahkan dari campuran seperti itu menghasilkan glikosida dengan struktur yang lebih sederhana. Sebagai contoh adalah amygdalin. Glikosida mengalami hidrolisis menjadi gula dan bukan gula dengan asam mineral. Glikosida juga dapat dihidrolisis oleh suatu enzim, namun spesifik menghidrolisis gula yang sesuai dengan enzim tersebut. Sebagai contoh glikosida yang mengikat rhamnosa maka memerluka enzim khusus yang mengenal rhamnosa untuk dihidrolisis. BIOSINTESIS DARI GLIKOSIDA Biosintesis glikosida terbagi menjadi dua bagian. Reaksi yang umum adalah reaksi antara gula dan aglikon. Sebelumnya, terjadi reaksi yang khusus yaitu pembentukan aglikon, yang secara individual tergantung dari aglikonnya. Jalan sederhana, yang prinsipnya dari formasi glikosida melibatkan perpindahan suatu golongan uridil dari uridin triphospat ke dalam suatu gula 1-phospat. Enzim yang mengkatalisis reaksi ini dikenal dengan uridil transferase (1) dan telah diisolasi dari binatang, tanaman, dan sumber mikroba. Fosfat pentosa, heksosa, dan berbagai gula dapat berikatan dengan aglikon. Reaksi tersebut dikatalisis oleh glukosil transferase (2), melibatkan perpindahan gula dari uridin diphospat kepada suatu akseptor yang cocok (aglikon) yang kemudian terbentuk glikosida. ATP + gula 1-P UDP-gula + PPi (1)

3 UDP-gula + akseptor (aglikon) aseptor-gula (glikosida) + UDP (2) Penggolongan glikosida bisa didasarkan pada beberapa pertimbangan. Jika

penggolongan didasarkan pada kelompok gulanya, sejumlah gula yang jarang ditemukan (langka) dalam tanaman harus dipakai dalam golongan tersebut. Jika didasarkan pada nama aglikon, mempunyai kelemahan bahwa beberapa struktur aglikon belum dikenal. Jika didasarkan penggolongan atas pengobatan, walaupun sempurna dari sudut pandang farmasist, menghilangkan banyak glikosida dari hubungannya / kepentingannya dengan farmakognosi. Klasifikasi banyak dilakukan, sebagian berdasarkan atas gulanya, sebagian atas aglikonnya, dan yang lainnya berdasarkan aktifitas farmakologinya. A. Pembagian berdasarkan Ferguson: 1. Glikosida sterol (gikosida jantung) 2. Saponin 3. Glikosida antrakinon 4. Glikosida resin 5. Tanin 6. Aneka glikosida lainnya (zat aroma, tonika, zat pahit, dan zat warna) B. Pembagian merurut Gathercoal: 1. Golongan fenol (arbutin, hesperidin, dan lain-lain) 2. Golongan alkohol (salicin, populin, dll) 3. Golongan aldehid (salinigrin, amigdalin, dan lain lain) 4. Golongan glikosida asam (jalapa, gaulterin, dan lain-lain). 5. Golongan antrakinon (rheum, senna, dan lain-lain). 6. Golongan sianophora (glikosida sianogenetik), prunasin, sambunigrin, dan lainlain. 7. Golongan tiosianat (sinigrin, sinalbin, dan lain-lain). 8. Saponin (senega, sarsaparila, dan lain-lain) 9. Glikosida jantung (digitoksin, antropantin, dan lain-lain).

4 C. Pembagian menurut Claus 1. Golongan kardioaktif 2. Golongan Antrakinon 3. Golongan Saponin 4. Golongan Sanopora 5. Golongan Isotiosianat 6. Golongan Flavonol 7. Golongan Alkohol 8. Golongan Aldehid 9. Golongan Lakton 10. Golongan Fenol 11. Golongan Lain, termasuk diantaranya zat netral. D. Pembagian Lain 1. Glikosida fenol a. Golongan fenol (arbutin) b. Golongan Lakton (kumarin) c. Golongan Antrakinon (emodin) d. Golongan Dengan kerangka C6-C3-C6 (flavonoid). 2. Glikosida Alkohol a. Alkohol steroid (digitoksin) b. Saponin steroid c. Alkohol terpen d. Alkohol triterpen 3. Glikosida sianhidrin (glikosida pada rosaceae dan Linaceae) 4. Glikosida mustard oil (sinalbin, sinigrin). Untuk pembahasan lebih lanjut, digunakan klasifikasi Claus 1. GLIKOSIDA FENOL

5 Glikosida fenol jika dihidrolisis menghasilkan aglikon yang mempunyai ciri-ciri sebagai fenol dan menghasilkan glikon. Sebagai contoh adalah arbutin, yang terdapat dalam uva ursi, chimaphila, dan ericaceae lain yang menghasilkan hidrokinon dan gukosa pada hasil hidrolisisnya. Contoh lain adalah hesperidin yang terdapat dalam buah citrus yang selain digolongkan dalam glikosida flavonol juga merupakan glikosida fenol. Contoh lain lagi adalah Phloridzin yang terdapat dalam kulit akar tanaman rosaceae. Baptisin dari baptisia dan iridin dari iris spesies juga merupakan contoh glikosida fenol lainnya.

Hidrolisis glikosida fenol Uva Ursi Uva ursi atau Bearberry merupakan daun kering dari Archtostaphulos uva ursi (Linne) Sprengel atau varietas coactylis atau Adenotricha Fernald an MacBride dengan familia Ericaceae. Tanaman ini merupakan semak belukar pohon yang selalau hijau, yang berasal dari Eropa, Asia, kanada, dan Amerika Serikat Utara. Sebagai keterangan tambahan bahwa, daun uva ursi berwarna hijau sampai hijau coklat, dengan panjang 2-3 cm, berbentuk bulat terlur memanjang dan menyempit ke arah tangkai dengan tangkai yang sangat pendek. Permukaan daun licin, dengan agak mengkilat pada bagian atas, pada permukaan bawah berwarn alebih muda ditandai dengan gambaran jala vena yang berwarna lebih tua. Daun ini tidak berbau, namun terasa sepat dan agak pahit. Kandungan kimia yang ada dalam daun ini adalah glikosida arbutin dan metilarbutin, 6-7% tanin, asam galat, asam elagat, (+)-katekol, ursone, dan derivat flavon yaitu quersetin. Khasiat dari daun ini sebagai diuretik dan astringent dalam pengobatan urethritis dan cytitis. Khasiatnya juga sebagai antiseptik pada saluran kencing. Namun demikian sebagian besar telah digantikan oleh obat sintetik yang lebih berefek.

2. GLIKOSIDA ALKOHOL Sebagai contoh glikosida alkohol adalah salicin. Salisin diperoleh dari beberapa spesies Salix dan Populus, pada bagian cortex. purpurea dan Salix fragilis. Salisin dapat dihidrolisis menjadi D-glukosa dan saligenin (salisil alkohol). Salisin mempunyai khasiat sebagai antirematiik, dengan daya kerja mungkin seperti asam salisilat. Kemungkinannya di dalam tubuh manusia salisin dioksidasi menjadi asam salisilat. Penghasil utamanya adalah Salix

Hidrolisis Glikosida Alkohol 3. GLIKOSIDA ALDEHID Glikosida aldehid merupakan glikosida yang jika dihidrolisis menghasilkan aglikon glikosida. Sebagai contoh adalah salinigrin, yang dihasilkan dari Salix discolor. Salinigrin terdiri atas glukosa yang berikatan dengan m-hidroksibenzaldehid. Saliningrin merupakan isomer dari helicin (O-hidroksibenzaldehid dan glukosa) yang dapat juga diperoleh dari oksidasi lemah suatu salisin. Begitu juga amigdalin, dapat digolongkan dalam golongan glikosida aldehid karena menghasilkan benzaldehid pada hasil hidrolisisnya. Vanilin merupakan aglikon yang diperoleh selama pengolahan buah panili. Struktur vanilin adalah metil-protokatekik aldehid. Vanillin mempunyai kerangka 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehid. Sumber vanillin selain dari hasil sintetik juga berasal dari buah panili (vanila). Vanillin berupa kristal jarum halus berwarna putih sampai sedikit kuning dengan bau dan rasa khas buah panili. Kelarutan vanillin, sedikit larut air dan gliserin, tetapi mudah larut dalam alkohol, kloform, dan eter. Vanila atau vanilla bean, adalah buah dari tanaman merambat yang juga epifit, Vanilla planiolia (Orchidaceae), tumbuh terutama di Madagaskar dan jajahan Perancis yang lain.

7 Tanaman Panili berasal dari Meksiko. Penyerbukan buatan dikembangkan

sehingga budidaya panili meluas secara cepat di Madagaskar. Seorang pekerja mampu melakukan penyerbukan dari 500-2000 tanaman sehari. Jumlah bunga yang diserbukkan diatur untuk mendapat buah dengan ukuran yang maksimal. menghasilkan buah 30-40 tahun terus menerus. Buah yang dipetik adalah buah yang belum masak namun sudah tumbuh sepenuhnya, yaitu jujung atas buat telah menjadi kuning, sedangkan mula-mula berwarna hijau. Buah hijau tidak berbau harum, namun akan menimbulkan aroma selama pengolahan yang dilakukan secara khusus. Pengolahannya adalah dengan membiarkan buah segar menjadi layu dan kemudian dipanaskan dengan penyingkapan pada sinar matahari beberapa jam. Selanjutnya dilakukan pencelupan ke dalam air mendidih dan dilanjutkan penmbungkusan dan dibiarkan beberapa waktu dalam bungkusan tersebut. Selama proses fermentasi ini vanilin akan dibebaskan dari glikosidanya. Panili yang hijau mengandung 2 jenis glikosida, yaitu glukovanlilin (avenein) dan glukovanilik alkohol. Glukovanilin jika dihidrolisis dengan enzim akan menghasilkan glukosa dan vanilin. Glukovanilik alkohol jika dihidrolisis menghasilkan glukosa dan vanilik alkohol yang pada oksidasi diubah menjadi vanilik aldehid atau vanillin. Panili banyak digunakan sebagai essens dan digunakan dalam konfeksi. Vanillin yang dihasilkan oleh panili telah banyak digantikan oleh vanillin sintetik. Satu bagian panili equivalen dengan 0,07 bagian vanilin. Namun demikian, vanilin sintetik tidak dapat menyamai bau dan rasa buah panili. Varietas perdagangan a. Panili Meksiko atau Vera Cruz, merupakan kualitas terbaik dalam perdagangan. Panjang polong dapat mencapai 30-35 cm. b. Panili Bourbon dihasikan di kepulauan Reunion dan dikapalkan dari Madagaskar. Panjang polong hanya sekitar 2/3 dari panili meksiko, warna lebih hitam, biasanya tertutup oleh sublimat kristal vanillin yang berbentuk jarum. c. Panili Tahiti, tumbuh di Tahiti dan Hawai, berwarna coklat merah, panjang polong sama dengan varietas Meksiko tetepi bagian bawahnya mengecil dengan jelas dan terpilin. Baunya kurang seenak panili yang lain, sehingga tidak digunakan untuk aroma. Tanaman panili

4. GLIKOSIDA LAKTON Lakton merupakan ester yang siklik. Glikosida lakton mengandung suatu lakton yang mengikat glikon. Salah satu contoh senyawa lakton di alam adalalah kumarin. Walaupun demikian, glikosida yang mengandung kumarin sangat jarang di alam. Sebagai contoh glikosida derivat hidroksi kumarin ditemukan dalam tanaman adalah scopolamin dalam Belladonna, limettin dalam pohon citrus, serta skimmin dalam Japanese Star Anise (adas bintang Jepang). Kumarin, dahulu digunakan dalam farmasi sebagai bahan aroma, dan beberapa derivat kumarin masih digunakan karena sifat antikoagulannya. Khasiat antispasmodik juga diperoleh dari kulit Viburnum prunifolium Linne (Blackhow) dan Viburnum opulus Linne, yang berkasiat adalah skopoletin (6-metoksi-7-hidroksikumarin). Sediaan dari obat tanaman ini sebagai uterin sedatif. Kumarin merupakan senyawa yang tersebar di berbagai tanaman, berasa pahit, aromatik, dan membakar. Khasiat lain dari tanaman ini adalah antikoagulan darah (menghambat proses penjendalan) sehingga dapat digunakan sebagai abortivum.

(salah satu contoh lakton) 5. GLIKOSIDA SIANOGEN

Glikosida lakton

Glikosida sianogen disebut juga glikosida sianophora, merupakan glikosida yang jika dihidrolisis menghasilkan asam sian (HCN). Contoh tanaman yang banyak mengandung glikosida ini adalah Prunus serotina, Sabucus nigra, Manihot utilissima, dll. Glikosida ini contohnya manihotoksin (dari tanaman ketela pohon), amygdalin (dari tanaman amanel pahit), linamarin (biji lini), faseolunatin (dari Phaseolus lunatus).

9 Mereka menghasilkan asam prusat (prussic acid) pada hidrolisis dan merupakan glikosida sianppora atau sianogen yang pertama. Wild Cherry Whild cherry adalah kulit kering dari Prunus serotina (Familia Rosaceae) yang dikumpulkan dalam musim rontok ketika dalam keadaan paling aktif. dikeringkan sercara hati-hati disimpan dalam bejana kedap udara. Setelah Tanaman Prunus

serotina berupa semak atau pohon yang banyak tumbuh di Kanada dan Amerika serikat. Konstituen simplisia ini mengandung glikosida sianogenetik prunasin dan enzim prunase. Pada hidrolisis menghasilkan glukosa, benzaldehid, dan asam sian 0,07%0,16%. Kulit tersebut mengandung resin yang menghasilkan senyawa fluoresensi Juga terdapat asam benzoat, asam trimetigalat (asam scopoletin pada hidrolisis.

trimetilgallat), dan asam p-kumarat serta beberapa tanin. Khasiat wild cherry digunakan terutama dalam sediaan batuk, karena khasiat sedatif yang lemah dan rasanya yang enak.

Hidrolisis enzimatik dari amygdalin 6. GLIKOSIDA ISOTIOSIANAT Glikosida Isotiosianat merupakan glikosida dengan aglikon berupa isotiosianat. Aglikon ini meungkin derivat alifatik atau aromatik. Biji-biji dari beberapa tanaman

10 cruciferae mengandung glikosida ini. Sebagai contoh dari glikosida ini adalah sinigrin dari black mustard, sinalbin dari white mustard, dan gluconapin dari rape seed. Hasil hidrolisis dari glikosida ini adalah minyak mustard. Meskipun kandungan minyak lemak dari biji-biji tersebut lebih besar daripada kadar minyak atsirinya, yang terbentuk dari hasil hidrolisisnya, tetapi khasiat dari obat ini ditentukan oleh minyak atsirinya. Black mustard diperoleh dari biji masaka kering dari Brassica nigra atau Brassica junea (Fam. Cruciferae). Biji ini berbentuk bola dengan garis tengah 1-1,6 mm. Biji ini dengan basa akan menjadi lebih kuning cerah. Biji ini mengadung sinigrin dan mirosin. Setelah maserasi dengan air akan menghasilkan 0,7-1,3% minyak atsiri. Minyak atsiri ini terdiri dari 90% alil isotiosianat. Biji juga mengandung 27% meinyak lemak, 30% minyak protein, mucilago dan runutan sinapin hidrogen sulfat, abu 4,2-5,7%. White mustard mengandung glukosida sinalbin dan mirosin. Bila basah terjadi penguraian dengan pemberukan isotiosianat, sinapin hidrogen sulfat dan glukosa. Isotiosianat adalah cairan seperti minyak yang berasa pedas dan sifat rubefasient, tetapi karena mudah menguap tidak memberikan tajam dari alil isotiosianat. Sinapin hidrogen sulfat yang juga terdapat dalam mustard hitam, adalah garam alkaloid yang tidak stabil Biji juga mengandung kira-kira 30% minyak lemak, 25% protein,d an mucilago, serta abu 4%. Pemakaian mustard terutama dalam bentuk plaster, rubefacient, dan counterirritant. Dosis besar mempuyai daya kerja emetika. Kedua varietas tersebut digunakan sebagai rempah.

Hidrolisis dari sinigrin 7. GLIKOSIDA ANTRAKINON Glikosida dengan aglikon antrasena disebut sebagai glikosida antrakinon. Sebagai contoh adalah Cascara sagrada, frangula, Aloe, Rhubarb, dab sena. Obat-obat ini

11 digunakan sebagai katartik. Antrakinon dalam bentuk glikosida, setelah diberikan secara oral maka akan terhidrolisis di dalam colon oleh enzim dari microflora. Aglikon bebas ini akan aktif secara farmakologis yang mana umumnya bekerja di dalam 8-12 jam pengobatan. Glikosida, jika dihidrolisis dapat menghasilkan aglikon yang merupakan di-, tri-, atau tetrahidroksiantrakinon atau modifikasi dari campuran ini. Sebagai contoh khas hdala Frangulin A, yang mana terhidrolisis ke dalam bentuk emodin (1,6,8-trihidroksi-3metilantrakinon) dan ramnosa. Cascara sagrada Cascara sagrada atau Rhamnus pussiana adalah kulit kayu yang dikeringkan dari Rhamnus purshianus DeCandolle (Fam. Rhamnaceae).

Cascaroside Keterangan: Cascaroside A Cascaroside B Cascaroside C Cascaroside D Frangula Frangula adalah kulit kayu kering dari Rhamnus frangulae L (Rambus agnus Mill), Fam. Rhamnaceae, suatu semak belukar yang berkembang di Eropa dan Asia barat. Efek obatnya sebagai pencuci perut, kaitannya dengan kandungan glikosida antrakinon, terutama frangulius A dan B. R = OH, (10S) R = OH, (10R) R = H, (10S) R = H, (10R)

12

Keterangan: Frangulin A Glucofrangulin A R=H R = -D-glucopyranosa

Keterangan: Frangulin B GLucofrangulin B Aloe vera Aloe adalah sari dari daun Aloe barbadensis Millar (A. vera Linne) yang dikeringkan. Aloe berisi sejumlah antrakinon glikosida, salah satu yang utama adalah aloin A dan B. Sedangkan gel Aloe vera, merupakan gel mucilaginous yang segar terdapat di jaringan parenchymatous di dalam daun Aloe vera, digunakan dalam perawatan luka bakar, lecet, dan iritasi kulit. Senna Daun senna banyak mengandung glikosida antrakinon. Daun Senna merupakan anak daun kering dari Senna acutifolia, Delile. Nama Senna berasal dari Arab yang berarti obat. Daun Senna merupakan purgatif yang penting untuk dipakai kadangSelain daunnya, buahnya juga mengandung sennosida kadang atau terus menerus. merupakan dimeric glikosida. R=H R = -D-glucopyranosa

tersebut. Salah satu glikosida antrakinon yang terkandung adalah Sennosida A yang

13

Sennoside A Rhei radix Antrakinon yang terdapat dalam rhei radix merupakan rhein. Pada dosis kecil rhein bisa menyebabkan konstipasi dan pada dosis besar dapat digunakan sebagai pencahar. Daya kerja antrakinon ini secara umum bekerja pada usus besar, dengan efek yang ditimbulkan 10-15 jam kemudian. Antrakinon dalam bebas tidak diabsorbsi, tetapi dengan adanya gula yang terikat akan memudahkan absorbsi antrakinon tersebut. 8. GLIKOSIDA SAPONIN Kelompok glikosida saponin tersebar luas di antara tanaman tingkat tinggi. Sifat dari saponin adalah daapt membentuk larutan koloidal di dalam air berbusa pada penggojogan. Rasa dari saponin adalah pahit yang tajam, dan pada umumnya bisa Biasa digunakan sebagai gurah, atau membersihkan lendir pada mengiritasi lendir. racun. Glikosida saponin jika dihidrolisis menghasilkan aglikon yang dikenal sebagai sapogenin. Sapogenin terdapat dua kelas bahan utama yaitu steroid dan triterpenoid. Tritertpenoid saponin lebih banyak terdapat di alam daripada bentuk steroid saponin. Glikosida saponin steroid terbentuk dari pengikatan mevalonat. Saponin bersifat menurunkan tegangan permukaan karena adanya gugus lipofil (aglikon) dan gugus hidrofil (bagian glikon). Saponin di dalam tanaman juga diambil manfaatnya sebagai emulgator dan suspending agent. gula pada C3 steroid. Steroid maupun triterpenoid mempunyai kekerabatan pada saat biosintesis, melewati jalur asetat

saluran nafas. Sifat saponin juga dapat melisiskan sel darah merah dan juga bersifat

14 Berdasarkan struktur kimia dari aglikon glikosida saponin terbagi menjadi sapogenin netral (turunan steroid, contoh: triterpenoid, contoh: beta-amyrin). Glycyrrhiza Glycyrrhiza merupakan rizom dan akar kering dari Glycyrrhiza glabra, Linne. Glycyrrhiza berasal dari Yunani, yang brearti akar manis yang disebut juga akar permen hitam. Senyawa yang terkandung di dalamnya salah satunya adalah Glycyrrhizin. diosgenin) dan sapogenin asam (turunan

Glycyrrhizin Ginseng Ginseng adalah akar tumbuh-tumbuhan Panax quinquefolius Linne dan Panax ginseng C.A. Mey (Fam Araliaceae). lain Ginsenosida Rg1. Ginseng berisi suatu campurang triterpenoid saponin, maupun steroid saponin. Glikosida saponin yang terdapat di dalamnya antara

Ginsenoside Rg1

9. GLIKOSIDA FLAVONOID Kerangka dasar flavanoid, adalah sebagai berikut:

15

Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang banyak terdapat dalam tumbuhan. Flavonoid biasa ditemukan terikat dengan gula membentuk glikosida. Flavonoid Oglikosida mudah dihidrolisis dengan katalisis asam menghasilkan aglikon dan glikon. Fungsi flavonoid bagi tanaman salah satunya adalah sebagai pigmen, misal antosian (flavonoid) yang banyak terdapat pada kelopak bunga. Khasiat flavonoid bagi manusia antara lain: vitamin P, untuk menghentikan perdarahan dan kerapuhan kapiler, dan juga sebagai pelengkap diet. Konstituen yang paling dikenal adalah rutin (dalam bentuk glikosida) dan quersetin (aglikon dari rutin).

10. GLIKOSIDA STEROID / GLIKOSIDA JANTUNG (diambil dari Buku Obat Hayati Golongan Glikosida, oleh: S. Brotosisworo, Fakultas Farmasi UGM) Glikosida steroid merupakan glikosida dengan aglikon steroid. Glikosida jantung / cardiac gycocide / sterol glycocide/ digitaloida adalah glikosida yang

16 mempunyai daya kerja yang kuat dan spesifik terhadap otot jantung. Daya kerja

glikosida steroid yaitu: menambah kontraksi sistemik, berakibat pada pengosongan ventrikel menjadi lebih sempurna, akibat selanjutnya lamanya kontraksi sistole dipersingkat, sehingga jantung dapat beristirahat lebih panjang di antara dua kontraksi. Aglikon steroid atau genin terdiri dari dua tipe, yaitu tipe kardenolida dan bufadienolida. Yang umum dalam alam adalah tipe kardenolida yang merupakan steroida C23 dengan rantai samping yang terdiri dari lingkaran lakton lima anggota yang tidak jenuh - dan menempel pada C nomor 17 bentuk . Tipe bufadienolida adalah homolog C24 dari kardenolida dan mempunyai rantai simpang lingkaran lakton enam anggota tidak jenuh ganda menempel pada C nomor 17. Nama bufadienolida berasal dari nama genus untuk katak Bufo, karena prototipe dari senyawa bufalin diisolasikan dari kulit katak. Aspek kimiawi yang luar biasa dari kardenolida dan bufadienolida adalah bahwa hubungan lingkaran C/D mempunyai konfigurasi sis. Agar daya kerja terhadap jantung optimum, ternyata bahwa aglikon harus mempunyai lingkaran lakotn tidak jenuh - dan menempel pada posisi 1 dari steroida dan hubungan-hubungan A/B dan C/D harus mempunyai konfigurasi sis. Bila glikosida dipecah aglikon masih mempunyai kegiatan terhadap jantung, tetapi bagian gula dari glikosida yang menyebabkan dapat larutnya glikosida sangat penting untuk absorbsi dan penyebaran glikosida dalam tubuh. Subtitusi oksigen pada inti steroida juga mempengaruh penyebaran glikosida dalam tubuh. Substitusi oksigen pada inti steroida juga mempengaruhi penyebaran dan metabolisme glikosida. Pada umumnya makin banyak gugus hidroksi pada molekul lebih cepat waktu mulainya bekerja dan selanjutnya lebih cepat dikeluarkan dari tubuh. Struktur dan daya kerja dari glikosida jantung mepunyai hubungan yang sangat erat, pergantian tempat dari gugus hidroksi atau aalnya perubahan kecil dalam molekul akan ,mengubah bahkan melenyapkan sama sekali sifat kardioaktifnya. Ciri khas untuk aglikon dan kardioaktif adalah adanya gugus hidroksi yang menempel pada posisi 3 dan 14 dari inti steroida. Setiap glikosida jantung mempunyai bagian gula yang terdiri dari satu, dua, tiga, atau empat gugus gula pentosa atau heksosa, tetapi gula yang ti ujung biasanya adalah glukosa. Gugus OH dari aglikon yang btereaksi pada pembentukan glikosida adalah yang

17 terdapat paa posisi 3. Monosakarida yang biasa terdapat pada glikosida yang umum digunakan dalam pengobatan adalah D-glukosa, D-Digitoksosa, D-Simarosa, L-Ramnosa, D-arabinosa. Stabilitas dan sifat lain dari glikosida jantung Hidrolisis asam yang lama dari glikosida jantung akan menyebabkan terpecahnya glikosida tersebut menjadi gula dan aglikon. Sedang hidrolisis yang terjadi karena enzim yang terdapat dalam banyak tanaman glikosida jantung memecah glikosida menjadi suatu gula bebas dan suatu glikosida sekunder yang menandung lebih sedikit gula. Adanya enzim-enzim ini memungkinkan dipelajarinya secara terperinci susuanan dari glikosida jantung. Seringkali enzim-enzim tersebut terikat sangat erat di dalam protoplasma sel (desmoenzim). Bila tidak diperhatikan secara cermat, selama pengeringan dan penyimpanan banyak obat jantung, maka enzim tadi akan memecah gula dan glukosa yangbiasanya terdapt di ujung hingga dari heterosida yang asli akan terjadi senyawa yang kurang kompleks. Misalnya dari ekstrak gubal strofanti dapat diahrapkan akan terdapat senyawa kardioaktif seperti: strofantidin, simarin, k-strofantin dan k-strofantosida. Demikian pula lanatosida A, salah satu heterosida asli dari Digitalis lanata, terhidrolisis sebagai berikut: {Lanatosida A } (lanatasa) + H2O-CH3-COOH digitoksin (H+) + 3 H2O 3 digitoksosa Nampaknya daun digitalis segar tidak mengandung deglukosida dalam jumlah yang dapat ditentukan. Kecuali dengan hidrolisa, glikosida jantung dapat pula rusak dengan cara yang lain. Lingkaran lakton di dalamnya mudah terbuka dengan adanya alkali, yang akan membentuk garam dari asam aldehid. Sekali terbuka, lingkaran tersebut tidak dapat dibentuk kembali menjadi lakton yang asli (cardenolide); sekarang karboksil tadi digitoksigenin {digipurppidosida A} (digipurpidase) + H2O-glukosa

18 membentuk lakton dengan suatu hidroksil di bagian lain dari aglikon mengapa adanya alkali kuat menghancurkan aktivitas dari glikosida jantung. tersebut

menghasilkan isogenin, cardanolide, yang secara fisiologi tidak aktif. Inilah sebabnya

19 Gugus hidroksil tersier (yaitu pada kedudukan 14 dari digitoksigenin) mudah terpisah sebagai air pada suhu yang tinggi memebentuk anhidrogenin, misalnya anhidro digitoksigenin. Jadi selama pengeringan, penyimpanan dan ekstraksi mungkin dan memang terjadi bermacan-macam perubahan dari obat jantung. Glikosida jantung juga terhidrolisis sebagian oeh asam lambung tetepi tidak cukup cepat hingga tidak mengacaukan pengobatan. Karena panas dapat menghancurkan enzim, maka dapat diahrapkan bahwa obat jantung yang diawetkan dengan panas (heat-stabilized) kwalitasnya akan tahan lama, tetapi penggunaan panas dapat mengubah sebagian dari glikosida yang asli. Umbi squill (bulbus scillae) yang terdiri dari daun-daun tebal yang higroskopis, tidak dapat mempertahankan kualitasnya kecuali jika distabilkan, karena umbi ini makan waktu lama pada pengeringan. Hidrolisis enzimatis suatu glikosida berbanding lurus dengan lamanya waktu, dan obat tersebut mengandung basah cukup untuk terjadinya hidrolisis, maka tidak mengherankan bahwa akhirnya contoh komersiil yang biasa dari bulbus scillae hanya menunjukkan aktivitas seperlima dibanding dengan obat yag telah dikeringkan 55-60oC dan disimpan di atas kapur tohor. Maka banyak farmakope minta agar daun digitalis tidak mengandung air lebih dari 6% dan harus disimpan dalam bejana tertutup di atas zat pengering. Kelarutan dari glikosida jantung berbeda cukup besar sesuai dengan kadar gula dalam molekul. Pada umumnya makin besar jumlah gugus gula yang terdapat dalam molekul, makin besar kelarutannya dalam air, tetapi makin kecil kelarutannya dalam kloroform. Alkohol dapat melarutkan kedua macam glikosida baik glikosida asli maupun glikosida sekunder dan juga aglikon, karena itu nampaknya alkohol merupakan pelarut yang cocok untuk zat kardioaktif (cardiac principles). Glikosida jantung tidak larut dalam petroleum eter dan dalam eter, dan pelarut tersebut digunakan untuk menghilangkan lemak biji strofanti sebelum diekstraksi dengan alkohol. Infusa air satu persen daun digitalis mengandung hampir seluruh jumlah heterosida aktif yang terdapat dalam obat. Hal ini mungkin disebabkan karena obat tersebut disamping mengandung glikosida jantung juga mengandung saponin yang berperan sebagai emulgator (emulsifier) untuk glikosida sekunder.

20 Daya kerja dan Pemakaian Glikosida Steroid Dosis kecil dari obat jantung menghambat pukulan jantung, tetapi menambah volume darah ang dipompakan melalaui jantung, karena bilik-biliknya terisi lebih penuh selama fasa diasstole yang sekarang berlangsung lebih lama; selama fasa sistole kontraksi lebih kuat sehingga bilik dikosongkan secara lebih sempurna. Pada saat yang bersamaan buluh kapiler dari ginjal dilebarkan. Daya kerja ini, bersama-sama dengan bertambahnya volume darah yang menaglir melewati ginjal menyebabkan digitaloida tersebut merupakan diuretika yang efektif, terutama untuk pembesaran / pembengkakan jantung. Digilaloida mengatur gerak jantung yang tidak teratur atau aritmia dan memberikan hasil yang dramatis pada congestive heart failure. Dosis yang besar menyebabkan penhambatan yang berlebihan dan otot jantung tetap kontraksi sebagian selama masa diastole. Rasa mual dan muntah adalah gejala intoksikasi. Pada jaman dulu obat-obat ini digunakan sebagai emetika. Daun digitalis baru menunjukkan hasilnya setelah beberapa jam, dan daya kerja yang penuh baru terlihat setelah beberapa hari (efek kumulasi). Digitaloida lanata kurang kumulasi. Lanatosida C baru bekerja 10 menit bila diberikan secara intravena. Dalam kasus kelemahan jantung yang kuat, ouabain menunukkan daya kerja yag segera. Daya kerja yang lebih kuat meskipun lebih singkat diberikan oleh heterosida dari squill, adonidis, hellebore, dan apocynum. Identifikasi kimiawi gliksida steroid 1. Reaksi Legal Glikosida jantung kecuali scillaren, memberikan reaksi legal. Heterosida atau ekstrak murni dari obat gubal dilarukan dalam piridina. Bila natrium hidroksida dan natrium nitropurusida ditambahkan secara berturutan, akan terjadi warna merah darah. 2. Reaksi Keller Killiani Glikosida dilarutkan dalam asam asetat glasial yang mengandung jejak/rumutan/trace feri klorida. Asam sulfat pekat yang mengandung sejumlah feri klorida yang sama diteteskan pada dasar tabung reaksi dengan suatu pipet. Suatu warna yang jelas akan terjadi pada batas antara dua reagen, yang secaraperlahan-lahan menyebar ke dalam lapisan asam asetat. Reaksi ini menunjukkan adanya gula deoksi.

21 Glikosida dari oleander dan squill memberikan warna merah, sedang gliolosida dari adonis, apocymun dan digitalis memberikan warna hijau kebiruan. 3. Reaksi Sterol dan Liebermann Kepada larutan glikosida dalam asam asetat glasial diatmbahkan satu tetes asam sulfat pekat. Pergantina warna terjadi dari rosa melaui merah, violet dan biru ke hijau. Warna-warna tersebut sedikit berbeda untuk satu senyawa dengan senyawa yang lain. Reaksi ni disebabkan oleh bagian steroida dari molekul dan karakteristik untuk aglikon dari tipe scillarenin. Asam sulfat 80% digunakan sebagai alat untuk identifikasi biji strophanti. Biji strophanthus kombe memberikan warna hijau dengan reagen ini, sedang kebanyakan pemalsunya (S.courtmanni dan S. gratus) memberikan warna merah. Cara identifikasi glikosida jantung menurut Materia Medika Indonesia I 1. Larutan percobaan Sari 3 g serbuk simplisia dengan 30 ml campuran 7 bagian volume etanol 95% P dan 3 bagian volume air dalam alaat pendingin balik selama 10 menit, dinginkan, saring. Pada 20 ml filtrat tambahkan 25 ml air dan 25 ml timbal (II) asetat 0,4 M kocok, diamkan selama 5 menit, saring. Sari filtar 3 kali, tiap kali dengan 20 ml campuran 3 bagian volume kloroform P dan 2 bagian volume isopropanol P. Pada kumpulan sari tambahkan natrium sulfat anhidrat P, saring dan uapkan pada suhu tidak lebih dari 50oC. Larutkan sisa dengan 2 ml metanol P. 2. Cara Percobaan.: 1) Encerkan 0,1 ml larutan percobaan dengan 2,9 ml metanol P, tambahkan Baljet LP, terjadi warna jingga setelah beberapa menit, menunjukkan adanya glikosida dan aglikon kardenolida. 2) Pada 0,1 ml larutan percobaan tambahkan 2 ml Kedde LP dan 2 ml kalium hidroksida 1 N, terjadi warna merah ungu sampai biru ungu dan dalam beberapa menit, menunjukkan adanya glikosida dan aglikon kardenolida. 3) Masukkan 0,1 ml larutan percobaan dalam tabung reaksi, uapakan di atas penagnas air. Pada sisa tambahkan 3 ml larutan xantidrol P 0,01 % b/v dalam asam asetat P dan 1 tetes asam klorida pekat P, larutan berwarna kuning intensif, kemudian panaskan di atas penangas air selama 3 menit, warna

22 larutan menjadi merah intensif, menunjukkan adanya glikosida dan glikon 2desoksigula. 4) Uapkan 0,2 ml larutan percobaan di atas penangas air. Larutkan sisa dengan 3 ml asam asetat P dengan sedikit pemanasan, dinginkan. Teteskan besi (III) klorida 0,3 N, kmeudian tambahkan hati-hati campuran 3 ml asam sulfat dan 1 tetes besi (III) klorida 0,3 N, terbentuk cincin berwarna merah coklat pada batas cairan, setelah beberapa menit di atas cincin berwarna biru hijau, menunjukkan adanya glikosida dan glikon 2-desoksigula (reaksi KellerKilliani). Dari keempat percobaan di atas, serbuk mengandung glikosida jantung jika paling kurang reaksi menunjukkan adanaya aglikon kardenolida dan glikon 2-desoksigula. Standardisasi (pembakuan) Banyak faktor mempengaruhi daya kerja dari obat gubal kardioaktif, seperti misalnya iklim, umur bagian tanaman yang digunakan, musim waktu pengumpulan dan metode pengeringan dan penyimpanan. Karena obat jantung itu beracun dan dosis yang tepat merupakan masalah yang penting, mka meraeka perlu dinakukan dulu sebelum digunakan dalam pengobatan. Setiap glikosida mempunuyai daya kerja yuang berbedabeda tergantung pada struktur mereka yang utama (particular). Karena itu evaluasi dengan metode kimiawi untuk obat gubal jantung masih belum memuaskan. Metodemetode kromatografi, kolorimetri, gravimetri, organoleptik dan fitofarmakologi telah diusulkan, tetapi sampai sekarang tidak ada satupun yang betul-betul dapat diandalkan, sehingga dalam praktek masih digunakan metoda biologi, kecuali untuk ouabain dalam Strophanthus gratus. Glikosida ouabain tadi disari dengan alkohol absolut, dipisahkan dengan pengendapan dengan petroleum eter,dimurnikan dengan kristalisasi dari air dan ditimbang. Bioassay (Penetapan hayati) Evaluasi dengan metode biologi menentukan jumlah obat yang diperlukan untuk menghentikan jantung dari binatang tertentu di bawah kondisi khusus (dosis letalis).

23 Untunglah bahwa efek pengobatan dan efek toksik diakibatkan oleh suaut senyawa yang sama. Karena kepekaan binatang dengan spesies yang berbeda-beda sangat berlainan maka harus digunakan suatu standard pembanding. Standard internasional terdiri dari daun Digitalis purpurea yang kering, dan 80 mg dari daun tersebut sama dengan satu satuan internasional. Daya kerja dari setiap macam obat herus dibandingkan dengan standard masing-masing karena campuran glikosida mereka sangatlah toksik. Situasi dimaksud dapat digambarkan oleh kenyataan bahwa sementara katak dalam musim gugur pmempunyai kepekaan terhadap digitalis setengah kali dibandingkan kepekaannya di musim semi, sedangkan dalam hal adonis dan convallaria kepekaan mereka justru terbalik. Juga bermacam-macam katak menunjukkan kepekaan yang berbeda terhadap setiap eterosida, misalnya Rana temporaria tiga kali lebih peka terhadap lanatosida C bila dibandingkan dengan Rana esculenta, tetapi hanya dua pertiga kepekaannya terhadap Kstrphanthin bila dibanding dengan Rana esculenta. Ada empat macam metode bioassay yang biasa digunakan: 1. Metode marmot (Guinea Pig Method) Suatu larutan isotonik atau infusa dari obat diinfusikan secara perlahan-lahan ke dalam vena jugularis dan marmot yang dinarkotisir sehingga jantungnuya berhenti. Daya kerja diperhitungkan dari jumlah mililiter yang digunakan. Percobaan digulangi dengan 10 ekor binatang baik untukobat maupun untuk strandard. 2. Metode kucfing dan metode marmot (USP XV) sesungguhnya sama saja kecuali bahwa sebagai pengganti marmot digunakan berturut-turut kucing dan anjing. 3. Metode emesis burung dara (Pgeon Emesis Method) Sediaan disuntikkan ke dalam vena sayap. Dosis ditentukand dengan jumlah yang menyebabkan muntah dalam waktu 5 sampai 10 menit. 4. Metode katak (Frog Method) Percobaan dilakukan terhadap enam kelompok masing-0masing sepuluh ekor katakuntuk mengetahui reaksi katak terhadap berbagai dosis obat, dengan cara ini batas dari dosis letalis dipersempit (jantung katak dibengikan dalam keadaan sistole). Infusa disuntukkan secara subkutan ke dalam kandung limfa. LD50 ditentukan dengan waktu

24 pengamatan 24 jam (timeless method) pada 20oC dan kekuatannya dinyatakan dalam satuan internasional (nasional) dengan standar d internasional atau nasional. Kesalahan maksimum dari metode-metode tersebut adalah: Metode marmot dan metode kucin lebih kurang a13%, percobaan klinik (manusia) lebih kurang 22% dan metode kataklebih kurang 30%.

11. TANIN Tanin tidak didefinisikan atas analogi struktur tetapi menurut kesamaan sifatnya yang umum. Tentu saja, secara etimologi, tanin adalah bahan yang digunakan dalam industri penyamaan kulit dan akibatnya mempunyai mengubah kulit binatang yang segar menjadi kulit yang tidak mudah rusak dan permeabilitasnya kecil. Sampai saati ini kata tanin secara luas digunakan dalam ilmu fitokimia untuk menyatakan senjumah besar senyawa yang tersebar luas di dlaam tumbuh-tumbuhan dimana sifat-sifatnya serupa dengan senyawa hasil industri tetapi kemampuannya sebagai penyamak kulit belum diteliti (Swain dan Bate Smith, 1962). Penelitian ini mendefinisikan tanin sebagai senyawa fenol yang mempunyai berat molekul antara 500 sd 3000, memiliki sifat klasik dari fenol, mengendap dengan alkaloid, gelatin, dan protein lain. Berdasarkan struktur molekulnya dapat dibedakan tanin yang dapat dihidrolisis dan tanin terkondensasi. Tanin yang dapat dihidrolisis memberikan sebuah fraksi gula dan sebuah fraksi fenol yang tersusun oleh asam gallat,atau bentuk dimernya yaitu asam ellagat. Beta Smith (1956) telah mengemukakan suatu metode identifikasi dari asam ellagat secara kromatografi kertas dan menunjukkan bahwa asam tersebut diketemukan seringkali dalam ekstrak darun yang mengalami hidrolisis dalam suasana asam.

25

+ gula

Tanin terkondensasi terbentuk oleh polimerisasi molekul dasar yang mempunyai struktur umum flavonoid dimana yangpaling banyak adalah flavanol-3 atau katekol dan flavanediol 3,4 atau leukoantosianidin. Kopolimerisasi dari katekol dan leukoantosianidin juga dapat terjadi (Frosyth dan Roberts, 1960) yang memberikan biflavan. Sifat-sifat tanin terkondensasi tergantung dari jenis molekul dasar yang terdapat dalam komposisinya, model ikatan antara masing-masing molekul dasar dan terutama ukuran global dari molekul tanin tersebut dengan kata lain berat molekulnya. Dapat diakatakan bahwa sifat tanin suatu bahan, artinya kemampuannya untuk berkombinasi dengan protein, naik dari dimer sampai dekamer dan kemudian segera menurun. Jika molekul menjadi terlalu besar volumenya akan kehilangan sifat bergabungnya yang energik dengan protein bahkan dapat tidak larut.

26

(tanin terkondensasi) Pertanyaan: 1. Apa yang dimaksud dengan glikosida? 2. Jelaskan terjadinya hidrolisis glikosida, beri satu contoh glikosida! 3. Bagaimana biosintesis glikosida secara umum? 4. Sebutkan 11 macam glikosida menurut Claus, dan beri masing-masing satu contoh senyawanya! HIDROLISIS

You might also like