You are on page 1of 45

BAB I PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul Untuk menghindari terjadinya kesalah pahaman dalam memahami judul skripsi Penerapan Prophetic Leadership di Pondok Pesantren Raudhatul Muttaqien Babadan Purwomartani Kalasan Sleman

Yogyakarta. Penulis membatasi istilah-istilah yang ada pada judu. Yaitu sebagai berikut: 1. Penerapan Penerapan adalah pemasangan, pengenaan, perihal mempraktekan.1 Yang dimaksud penerapan dalam penelitian ini adalah pengenaan atau mempraktekan Prophetic Leadership di Pondok Pesantren Raudhatul Muttaqien Babadan Purwomartani Kalasan Sleman Yogyakarta. 2. Prophetic Leadership Prophetic Leadership asal kata Prophet yang artinya Nabi dan Leader yang berarti pemimpin. Sedangkan Prophetic Leadership yang di maksut adalah metode pengembangan pemimpin dan kepemimpinan berbasis kenabian
1

W.J.S Poerdarminta, Kamus Besar Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1976),hlm 1059

dengan cara memperoleh daya pengaruh ketuhanan yang telah dialami oleh para Nabi dan Rasul Allah SWT, khususnya Nabi Muhammad SAW2. Model kepemimpinan ini digagas dan diterapkan oleh KH. Hamdani Bakran Ad-Zakey di pondok pesantren Raudhatul Muttaqien Babadan Purwomartani Kalasan Sleman Yogyakarta. 3. Pondok Pesantren Istilah pondok berasal dari bahasa arab yaitu funduq yang berarti asrama.3 Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata pondok adalah madrasah atau asrama (tempat mengaji, belajar agama islam).4 Sedangkan istilah pesantren berasaldari santri yang berarti murid.5orang jawa biasanya menambahkan awalan pe dan akhiran an untuk menunjukan tempat dimana sesuatu berada. Istilah pondok dan pesantren biasanya digunakan untuk

menunjukan hal yang sama. Jadi pondok pesantren adalah asrama pendidikan islam tradisional dimana para siswa atau santrinya tinggal bersama dan belajar dibawah bimbingan seorang kyai. Jadi secara menyeluruh pengertian judul skripsi diatas adalah bagaimana penerapan Prophetic Leadership di pondok pesantren Raudhatul Muttaqien Babadan Purwomartani Kalasan Sleman Yogyakarta.
2

Hamdani bakran Adz-Dzakiey,Kepemimpinan Kenabian (Prophetic Leadership) Cara Menjadi Pemipin Dengan Keberkahan Allah Syafaat Rasulullah Restu Penghuni Langit dan Bumi, (Yogyakart:Al-Manar,2009), hlm 290 3 Endang turmudi, Perselingkuhan Kiai dan Kekuasaan, (Yogyakarta:LKis 2004)hal. 35 4 KBBI, Op.Cit.,hal. 852 5 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta: LP3ES, 1994) hal.53.

B. Latar Belakang Manusia adalah salah satu makhluk Allah SWT yang paling sempurna, baik aspek jasmani lebih-lebih rohaninya.6 Manusai di hadapan Allah Taala bukanlah seperti makhluk-makhluk lainnya, akan tetapi seorang makhluk yang memiliki kelebihan luarbiasa. Hal itu terbukti dengan jatuhnya pilihan-Nya kepada manusia sebagai Khalifah, yakni sebagai pengantin-Nya dalam hal memenej alam dan ekosistem ilahiyah yang rahmatan lilalamien, menaburkan keselarasan, kemanfaatan, musyawarah dan kasih sayang seluruh penjuru alam. Telah menjadi sebuah takdir-Nya bagi setiap manusia, suka atau tidak suka ingin atau tidak ingin manusia harus menjalankan tugas dan tanggungjawab nya di muka bumi dan alam ini sebagai manifestasi dari titah amanah yang telah diterima secara tunrun temurun sejak nabi Adam AS, yang ber title sebagai Khalifah-Nya. Sebagai individu, manusia diciptakan sebagai makhluk social, manusia selalu terdorong untuk hidup bermasyarakat atau berkelompok , dan manusia juga diciptakan sebagai makhluk individu yang masing-masing saling mencari
6

Q.S At-Tiin ayat 4

identitas diri. Perbedaan diantara manusia sebagai individu di dalam masyarakat merupakan kondisi yang bersifat kodrati. Sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri dan menyendiri di muka bumi ini, manusia antara satu denagan yang lain saling membutuhkan. Dengan bersosialisasi secara efektif saling kenal mengenali satu dengan yang lain sehingga manusa saling membantu. Untuk saling berjalan secara senergi sebagai makhluk individu dan sosial, manusia membutuhkan pemimpin dan kepemimpinan yang mampu menunjukan jalan yaitu jalan menuju ridha Allah SWT menjadi hamba-Nya yang taqwa. Jika itu terjadi dalam kehidupan maka yang terjadi saling menjalin hubungan yang baik antara manusia dengan manusia, manusia dengan makhluk-Nya yang lain dan akan mendapatkan kemuliaan serta saling memuliakan sebagai makhluk Allah SWT yang terbaik di muka bumi. Mereka itulah yang telah berhasil mengembangkan potensi ketuhanan atau potensi yang dimiliki para nabi, rasul dan auliya-Nya. Mereka sangat cerdas dalam menjalani ad-din yang hakiki, ad-din yang tidak pernah padam dalam dada-dada merreka.7 Dalam sejarah dicatat, bahwa Allah SWT telah menurunkan ribuan nabi untuk mengajak dan membimbing umat manusia menuju jalan yang benar dalam mengarungi kehidupan di dunia ini. Namun tidak sedikit nabi tersebut di

Hamdani Bakran Ad-Dzaky. Konseling dan Psikoterapi Islam. (Yogyakarta, Fajar Pustaka baru, 2002)hlm 5.

bunuh manusia itu sendiri, sehinga kebenaran di gantikan dengan kezhaliman yang dilakukan manusia. Akibatnya individu dan masyarakat cenderung melakukan pengingkaran terhadap tuhanny, antara individu saling bersaing meraih kehidupan duniawi tanpa memperdulikan nilai-nilai agama dan ilahiyah., seperti halnya

merebutkan jabatan dan kekuasaan pemimpin dan kepemimpinan. Sehinga manusia mengalami krisis pemimpin dan kepemimpinan yang mengemban tugas mengurusi atau memenej seluruh alam yang hakikatnya menaburkan Rahmatan lil alamien. Jika manusia absen dalam memimpin, dan menjadi pemimpin yang visioner, kompeten dan memiliki integritas yang tinggi seperti diatas maka masalah semakin amburadul, bahkan tidak menutup kemungkinan krisis-krisis yang lain akan timbul secara beriringan seperti saat ini. Masalah kepemimpinan adalah masalah yang sangat memprihatinkan. Kemprosotan kualitas kepemimpinan semakin kita rasakan. Bagaimana tidak, kekuasaan kepemimpinan telah disalah gunakan hanya untuk memenuhi kepentingan dan hasrat pribadi. kepemimpinan dijadikan alat untuk mengeksploitasi rakyat. Padahal Islam memandang kepemimpinan sebagai sebuah beban (taklif) dan amanah, sehingga orang yang diberikan amanah kepemimpinan, dia harus mengedepankan pelayanan kepada masyarakat. Karena pemimpin adalah khadimul ummah (pelayan masyarakat). Hal ini

mengambarkan bahwa pemimpin dan kepemimpinan bangsa telah benar-benar krisis esensial pemimpin dan kepemimpinan. Padahal bangsa ini telah memiliki prinsip dasar yang utama yaitu pancasiala sila pertama Berketuhanan Yang Maha Esa. Seharusnya prinsip dasar itu termanifestasi dan terimplementasi dalam motivasi, etos kerja, kinerja pemimpin dan kepemimpinan secara siknifikan. Namun nampaknya nilai-nilai ketuhanan itu gagal hadir dalam diri personal pemimpin, sehingga nilai itu sulit termanifestasi dalam sistim yang dibangun. Akibatnya sistim itu akan menjadi rusak dan penyimpangan nilai-nilai kebenaran menjadi karakter yang berdampak melahirkan budaya organisasi yang buruk seperti yang kita rasakan saat ini. Patutlah masalah kepemipinan ini menjadi objek pemikiran kita bersam. Dalam arti bahwa, malsalah kepemimpinan hendaknya cepat diperhatikan dan diperbaiki demi kemaslahatan bersama. Disini muncul problem, bagaimanakah cara memperbaiki krisi

kepemimpinan saat ini? Haruskah ada alternative model kepemimpinan lain sebagai jalan untuk menyelesaikan permasalahan ini? Pada dasarnya kepemimpinan mengacu pada proses untuk mengerakan sekelompok orang menuju suatu tujuan yang telah ditetapkan/disepakati bersama dengan mendorong atau memotivasi mereka untuk bertindak dengan cara tidak memaksa.8 Sedangkan menurut islam kepemimpinan adalah
8

Veithzal Ravai, Kiat memimpin dalam abad Ke-21, (Jakarta, RajaGrafindo Persada,2004)

kemampuan

mewujudkan

semua

kehendak

Allah

SWT

yang

telah

diberitahukan-Nya melalui Rasul-Nya yang terakhir Nabi Muhammad SAW.9 Islam telah menyatakan bahwa pemimpin sejati dan ideal adala Rasulullah SAW, beliau adalah sosok yang patut diikuti dan diteladani. Rasulullah SAW adalah contoh yang sempurna, suri tauladan sempurna dalam mewujudkan kehendak Allah SWT di muka bumi ini. Sehinga bagi orang yang menginginkan keteladanan yang mendapatkan rahmat dari Allah SWT adalah meneladani segala yang dicontohkan bliau, begitu juga dalam hal memimpin dan kepemimpinan. Sebagai mana firman Allah SWT dalam Al Quran yang artinya sebagai berikut; Sesunguhnya, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang berharap kembali kepada Allah dan hari akhir dan banyak mengingat Allah.10

Dari gambaran diatas jelas bangsa ini mengalami krisis esensial pemimpin dan kepemimpinan. Saat ini dunia Islam dan bangsa ini sangat merindukan suri tauladan pemimpin yang mampu menerapakan kepemimpinannya dijalan ridha, berkah dan kasih sayang Allah SWT . Maka dengan meneladani Rasulullah SAW sebagai uswah hasanah lah satu-satunya jalan yang benar, yang saat ini mulai di tinggalkan oleh manusia bahkan umat islam sendiri.

Hadari Nawawi, Kepemimpinan menurut Islam, (Yogyakarta, Gajah Mada University Press, 2001) hal 17 10 Al-Ahzab (33):21

Oleh karena itu dari berbagai fenomena seperti yang diuraikan diatas barangkali yang berusaha merespon fenomena tersebut adalah pondok pesantren Raudhatul Muttaqien Sleman Yogyakarta yang didirikan pada tahun 1991 dibawah Yayasan Al Islam. Yaitu dengan menerapkan nilai-nilai

kepemimpinan yang menyontoh kepada kepemimpinan Rasulallah SAW, kepemimpinan yang mampu mengembangkan Leadership dalam berbagai bidang. Pondok Pesantren Raudhatul Muttaqien Sleman Yogyakarta sebagai salah satu Islamic boarding school berupaya untuk menjembatani krisis

kepemimpinan di tanah air, yaitu dengan menerapkan Prophetic Leadership (Kepemimpinan Kenabian) di pondok pesantren tersebut. Prophetic

Leadership merupakan konsep yang digagas oleh pengasuh sekaligus pimpinan Pondok Pesantren Raudhatul Muttaqien KH. Hamdani Bakran Adz-Zaky Maka penelitian ini dimaksudkan untuk menelisik penerapan Prophetic Leadership di Pondok Pesantren Raudhatul Mutaqien. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan berarti bagi pengembangan kepemimpinan di seluruh penjuru tanah air. C. Rumusan Masalah Bagaimana penerapan Prophetic Leadership di Pondok Pesantren Rauhatul Muttaqien Babadan Purwomartani Kalasan Sleman Yogyakarta?.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Untuk mengetahui proses penerapan prophetic leadership di Pondok Pesantyren raudhatul Murttaqien babadan Purwomartani Kalasan sleman Yogyakarta. 2. Kegunaan a. Kegunaan teoritik Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang terkait dengan keilmuan Manajemen Dakwah khususnya tentang konsep kepemimpinan yang

berdasarkan pengembangkan pemimpin dan kepemimpinan yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW. b. Kegunaan Praktis Sebagai sumbangan praktis bagi mahasiswa, pemerintah, lembaga, para pemimpin serta para peneliti untuk dapat mengetahui metode pengembangan potensi pemimpin dan kepemimpinan Kenabian Menambah perbendaharaan ilmu pengetahuan diseputar masalah pemimpin dan kepemimpinan. E. Telaah Pustaka

10

Sebagai landasan penyusunan skripsi ini, penulis melakukan penelitian awal terhadap pustaka yang ada berupa hasil penelitian yang berhubungan dengan penelitian yang akan penulis lakukan. Diantaranya adalah ; Skripsi karya Tanti Zusifa, mahasiswa Fakultas Dakwah UIN Sunan

Kalijaga jurusan BPI, dengan judul, Pengembangan Prophetic Intelgence Pada usia Remaja (Studi pemikiran Hamdani Bakran Adz-Zakiey) Penelitian dalam sekripsi ini menekankan pada pengkajian tentang usaha untuk memajukan dan menyempurnakan potensi atau kemampuan berinteraksi, menyesuaikan diri, memahami dan mengambil manfaat dan hikmah dari kehidupan langit dan bumi, ruhani dan jasmani, lahir dan batin, serta dunia akhirat, dengan senantiasa mengharap bimbingan Allah SWT, melalui hati nurani pada anak usia remaja Skripsi Muhammad Arifuddin, mahasiswa Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga jurusan Pendidikan agama Islam dengan judul Pengembangan Nilainilai Islam dengan Pendekatan Prophetic Intelgen (Kasus di Pondok Pesantren Raudhatul Muttaqien Babadan Purwomartani kalasan Sleman Yoogyakarta) hasil penelitiannya menjelaskan tentang implementasi pendekatan Prophetic Intelgen dalam pengembangan nilai-nilai islam santri Pondok Pesantren Raudahtul Muttaqien Babadan Purwomartani Kalasan Sleman Yogyakarta serta menganalisis factor dan pendukungnya. Sekripsi Farid Azmi, mahasiswa Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Jurusan Kependidikan Islam, dengan judul Kecerdasan Kenabian

11

Sebagai Alternatif Pendekatan dalam Pendidikan Islam (studi pemikiran KH. Hamdani Bakran Ad-Zakye) hasil penelitiannya menjelaskan tentang kontruksi pemikiran KH. Hamdani Bakran Ad-Zakye serta menyatakan bahwa pemikirannya dapat di implementasi kedalam lembaga pendidikan. Berdasarkan uraian dari hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa penelitian dengan judul penerapan Prophetic Leadership di Pondok Pesantren Raudhatul Muttaqien Babadan Purwomartani Kalasan Sleman ini berbeda dengan penelitian-peneltian sebelumnya.

F. Kerangka Teori 1. Tinjauan tentang kepemimpinan a. Al Quran dan Hadis Dalam Al-Quran dan hadis tentang pemimpin dan kepemimpinan disebutkan dengan jelas diantaranya: 1) Al-Quran Surat Al-Maidah ayat 55 dan 56 Sesungguhnya pemimpin hanyalah Allah dan Rasul-Nya dan orang-orang yang ber iman, yang ciri-cirinya tetap mengerjakan shalat dan menunaikan zakat lagi pula mereka tunduk kepada Allah. Dan barang siapa memilih Allah, Rasu-Nya dan orangorang yang beriman menjadi pemimpinnya, maka sesungguhnya pengikut golongan Allah yang menjadi pemenang.

12

2) Al-Quran Surat An-Nisa ayat 59 Hai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taati pula Rasul serta pemegang kekuasaan (ulama dan pemimpin lainya) di antaramu. Kalau kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, kembalilah kepada kitab Allah dan Sunah Rasul, jika kamu benarbenar beriman kepada Allah hari akhir. Yang demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatrnya.

3) . Al-Quran Surat Al-Ahzab ayat 21

Sesungguhnya pada diri Rasulullah itu ada terdapat suri tauladan yang baik untuk kamu, bagi orang-orang yang mengharappkan rahmat Allah dan hari kemudian., dan yang banyak menyebut asama Allah

4) Al-Quran Surat Al-Jumuah ayat 2

Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan menngajarkan mereka kitab dan hikmah (As Sunah). Dan sesunguhnya mereka sebelumnya benarbenar dalam kesesatan yang nyata11

Dari ayat-ayat diatas dapat kita ambil makna bahwan pemimpin itu adalah Allah SWT, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman yang senantiasa mengharapkan ridha, cinta dan kasih sayanmg Allah SWT di bumi hinga di akhirat. b.
11

Pengertian Kepemimpinan

Q.S Al-Jumuah 62:2

13

definisi

kepemimpinan

meliputi

proses

mempengaruhi

dalam

menentukan tujuan organisasi, motivasi prilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.12 Sebagaimana dikutip oleh Tabroni, Hersey dan Blanchared dikemukakan bahwa, kepemimpinan merupakan sebagai proses

mempengaruhi aktivitas seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu.13 2. Teori-Teori Kepemimpinan a. Teori Sifat Teori sifat adalah teori yang berusaha mengidentifikasikan karakteristik khas baik yang berkaitan dengan sifat mental, kepribadian yang dapat mempengaruhi keberhasilan kepemimpinan. Vaitzal Rivai mengungkapkan tentang teori sifat dengan mengatakan bahwa: teori ini berdasarkan pada asumsi bahwa beberapa orang merupakan pemimpin alamiyah dan dianugrahi beberapa ciri khas yang tidak dimiliki orang lain seperti energy yang tidak habis-habisnya, intuisi yang mendalam, pandangan masa depan yang luar biasa dan kekuatan persuasive yang tidak tertahankan. Teori kepemimpinan ini menyatakan bawa keberhasilan ini menyatakan keberhasilan menejerial disebabkan karena memiliki kemampuankemampuan luar biasa dari seorang pemimpin14

12

Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan perilaku Organisasi, (jakarta:RajaGrafindo Persada, 2003)hlm.2 13 Tabroni, The spritual Leadeship: Pengefektifan organisasi nable industri melalui prinsip-prinsip spritual etis, (Malang;:UMM, 2005), hlm.19 14 Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Organisasi, hlm.11

14

Menurut G.R Terry sebgaimana dikutip oleh Winardi mengatakan bahwa, ada beberapa sifat yang harus dimikiki oleh seorang pemimpin diantaranya adalah.15 1) Integritas Yaitu tingkat integritas seorang individu yang memberikan petunjuk tentang kenmungkinan-kemungkinan baginya untuk berhasil dalam kepemimpinannya. 2) Inisiatif Hal ini terbagi menjadi dua bagian; Kemampuan bertindak sendiri dan mengatur tindakan-tindakan. Kemampuan untuk melihat arah tindakan yang tidak terlihat oleh

pihak lain. Sifat ini sangat diinginkan oleh setiap manajer. 3) Energy atau Rangsangan Salah satu diantar ciri seorang pemimpin yang menonjol adalah bahwa dia lebih enerjik dalam usaha mencapai tujuan dibandingkan dengan seorang bukan pemimpin . 4) Kedewasaan Emosional

15

Winardi, Kepemimpinan dalam Manajemen, hlm.66-67

15

Di dalam sifat ini mencakup, dapat diandalkan(dependability), Persistensi(keteguhan, ketegaran, kegigihan dan objektifitas). Seorang pemimpin dapat diandalkan janji-janjinya mengenai apa yang

dilakukannya. Ia sedia bekerja lama dan menyebar luaskan sikap enthuiasme (rasa semangat yang mengelora) diantar pengikutnya. Ia mengetahui apa yang ingin dicapai hari ini. 5) Persuasif Tidak terdapat adanya kepemimpinan tanpa persetujuan pihak yang akan dipimpin. Untuk memperoleh persetujuan tersebut, seorang pemimpinm biasanya harus mengunakan persuasi (meyakinkan, lunak, tanpa kekerasan) 6) Skill Komunikatif Seorang pemimpin pandai bicara dan dapt menulis jelas dan tegas. Ia mempunyai kemampuan untuk mengemukakan secara singkat pendapatpendapat orang lain dan mengambil inti sari dari pernyataan pihak lain. Seorang pemimpin mengunakan komunikasi dengan tepat untuk tujuantujuan persuasif, inovatif, serta stimulatif. 7) Kepercayaan pada diri sendiri Hal tersebut dapat dinyatakan sebagai kepercayaan dalam kepemimpinannya. Seorang pemimpin adalah seorang yang cukup matang

16

dan ia tidak memiliki sifat anti-sosial. Ia berkeyakinan bahwa ia dapat menghadapi secara berhasil, kebnyakan situasi yang dihadapinya. 8) Perseptif Sifat ini berhubungan dengan kemampuan untuk mendalami ciriciri dan kelakuan orang-orang lain. Terutama pihak bawahnaya. Hal itu juga memproyeksi diri sendiri secara mental dan emosional kedalam posisi orang lain. 9) Kreativitas Kapasitas untuk bersikap orijinal untuk memikirkan cara-cara baru, merintis jalan baru, guna memecahkan sebuah problem merupakan sifat yang sangat didambakan pada seorang pemimpin. 10) Partisipasi Sosial Seorang pemimpin mengerti dan ia mengetahui pula kekuatan serta kelemahan mereka. Ia menyesuaikan diri dengan berbagai kelompok dan ia memiliki kemampuan untuk berhadapan dengan oran-orang dari ka;langan manapun juga dan ia pun berkemampuan untuk melakukan konversesi tentang macam-macam subjek (percakapan, dialog). b. Teori Prilaku dan Situasi Teori kepemimpinan tingkah laku ini mengacu pada tingkah laku tertentu yang membedakan antara pemimpin dan bukan pemimpin. Berdasarkan teori

17

ini kepemimpinan itu dapat diajarkan, maka untuk melahirkan pemimpin yang efektif bisa mendesian program.16 Teori ini juga mengakui bahwa pada dsarnya kepemimpinan merupakan produk dari terkaitnya tiga faktor yaitu, perangai (sifat-sifat) pribadi dari pemimpin, sifat dari kelompok dan anggotanya, kejadian-kejadian yang dialami kelompok. Teori ini dapat disebut juga sebagai teori hubungan kepribadian dan situasi dimana dikemukakan bahwa kepemimpinan seorang ditentukan oleh

kepribadian dengan menyesuaikannya kepada situasi ysang dihadapi. Situasi yang dimaksut adalah terdi dari tiga hal yaitu; 1. 2. 3. tersebut. c. Teori Karismatik Perkataan karismatik dapat berarti keadaan bakat yang dihubungkan dengan kemampuan yuang luar biasa dalam kepemimpinan seseorang untuk Tugas, pekerjaan atau masalhah yang dihadapi Orang-orang yang dipimpin Keadaan yang mempengaruhi tugas, pekerjaan orang-orang

16

Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Organisasi, hlm.10

18

membangkitkan rasa kagum dan sungkan dari masyarakat terhadap dirinya, atau atribut kepemimpinan di dasarkan atas kualitas kepribadian individu.17 Sejalan dengan pernyatan diatas, KH. Hamdani menjelaskan bahwa karisma berasal dari kata Yunani yang berarti karunia inspirasi ilahiytah (divinely inspired gift) seperti kemampuan melakukan mukjizat atau memperediksi peristiwa-peristiwa di masa akan datang. Jadi yang dimaksut dengan kasrisma adalah kejadian yang luar biasa yang terdapat dalam diri seseorang. Jika seseorang itu para nabi atau rasul maka disebut mukjizat, sedangkan karunia yang diberikan kepada orang-orang yang beriman selain nabi dan rasul disebut karomah 18 Menurut Hadari Nawawi tipe kepemimpinan karismatik adalah

kemampuan mengunakan keistimewaan atau kelebihan sifat kepribadian dalam mempen garuhi pikiran, perasaan dan tingkah laku orang lain, sehingga dalam suasana batin mengagumi dan mengagumkan pemimpin bersedia berbuat sesuatu yang dikehendaki pemimpin. Dengan kata lain pemimpin dan kepemimpinannya dipandang istiwewa karena sifat-sifat kepribadian yang mengagumkan dan berwibawa. Dalam kepribadian itu pemimpin diterima dan dipercaya sebagai orang yang dihormati, disegani dan dipatuhio/ditaati secara rela dan iklas.19 3. Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW
17

Hadari Nawawi, Kepemimpinan menurut Islam, (Yogyakarta, Gajah Mada University Press, 2001) hal 175. 18 Ibid.hlm.105 19 Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, hlm.174

19

Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW dibangun diatas kesucian kalamullah yang ada dalam qolb (hati) dan diatas mental dan spiritual

ketuhana oleh karena itu dijamin aktivitas kepemimpinannya pasti akan melahirkan kerahmatan bagi ummat manusia dan lingkungannya.20 a. Qolbu sebagai Wadah Titah Allah SWT Suara hati adalah suara kebenaran dari Allah SWT. Tidak ada yang mampu memalsukankannya. Oleh karena itu, ketika Rasulullah SAW berusia 5 tahun mengalami peristiwa pembelahan dada yang dilakukan malaikat jibril atas perintah Allah SWT. Tujuan pembedahan dada Nabi Muhammada SAW pada masa kanak-kanak adalah agar supaya hati (qolb) benar-benar bersih dari unsurunsur yang dapat menghalangi masuknya proses pembelajaran dari Allah SWT.21 b. Pembentukan Mental dan Spritual Nabi Muhammad SAW Sejak lahir nabi Muhammda sudah dididik oleh Allah SWT tentang kepemimpinan. Pada usia kanak-kanak beliau suddah tidak memiliki orang tua karena telah wafat. Pada usia inilah beliau mulai diajarkan oleh Allah untuk bersikap mandiri dan belajar menghadapi kedukaan dengan wafatnya kedua orang tuannya dan kakeknya yang sangat menyayanginya.

20 21

Ibid.hlm 61 Ibid. hlm 66

20

Sikap kepemimpinan beliau mulai nampak ketika seorang pendeta Bahira menanyakan sesuatu kepada beliau dengan menyebut kata-kata Uzza dalampercakapannya kemudian nabi menolak dan mengatakan ketidak sukaan mendengar seorang pendeta itu menyebut kata Lata dan Uzza. Dalam kehidupannya beliau terhindar dari kotoran-kotoran dan budaya jahiliyah karena Allah senantiasa membimbing, menjaga dan memelihara perkembangan jiwanya. Beliau menjadi seorang manusia yang memiliki kemuliaan dan kehormatan yang tinggi di antara kaumnya, paling baik budi pekertinya, sangat pemalu, jujur, amanh, serta terehindar dariperbuatan keji dan jahat. Allah SWT telah memperlihatkan cara-cara memimpin yaitu ketika terjadi peperangan Fijar yaitu tentang karakteristik dan model

kepemimpinan paman-pamannya dalam memimpin, membagi tugas kerja, nasionalisme dan patriotisme. Nabi Muhammad SAW ketika usia muda sudah mendapatkan peran penting dalam hal pemimpin dan kepemimpinan saat peristiwa Hilful Fudhul yaitu sebagai saksi dan angota. Hilful Fudhul adalah peristiwa dimana ada perjanjian tentang penjaminan perlindungan dan kenyamanan bagi masyarakat kota Mekah.

21

Mengembala kambing dan berdagang beliau jalani untuk mendidik dan mempelajari kepemimpinan yaitu dengan mempelajari karakter dan kepribadian manusia. Pada usia 25 nabi Muhammad SAW menikah dengan Siti Khadijah R.A. dari pernikahan itu mengandung hikmah yang banyak diantarannya, sebagai pendamping yang mempunyai jiwa yang besar, sebagai isrti yang tangguh dalam memndapingi beliau, berkepribadian, shalehah, sebagai motivator, inspirator, penyejuk hati dan jiwa beliau, dan menambah karisma dan terhormat di hadapan masyarakat Quraisy, sehinga beliau mampu berditi tegak dalm menhghadapi tekanan yang sangat dahsyat dari kaum Qurais. Nabi Muhammad sejak kecil dikenal sebagai al amien yaitu yang terpercaya hal itu karena nabi tidak pernah berdusta. Sehingga ketika ada persoalan peletakan hajar aswad yang menjadi perdebatan para pemuka Quraisy, nabi Muhammad datang sebagai problem solver yakni kemampuan memecahkan masalah atau memberikan solusi dari setiap masalah. Dan yang terakhir yaitu pengasingan diri yang dilakukan oleh Rasulullah SAW di Gua Hiro sebagai akhir dari pematangan mental dan spritual. Di dalam gua tersebut beliau beribadah mendekatkan diri sedekatdekatnya dengan Allah SWT dan perenungan tentang kebenaran yang sejati, hakekat hidup dan kehidupan yang sebenarnya. Karena hal ini

22

dalam rangka penyucian jiwa dan persiapan menerima amanah ketuhanan kerasulan. 4. Proses Nabi Muhammad Memimpin (mempengaruhi) Firman Allah SWT
Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta hurufseorang Rasul diantara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (Asunah). Dan sesunguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata22

Ayat diatas menjelaskan tahapan-tahapan Nabi Muhammad dalam mengajak dan memperoleh pengikut. KH.Hamdani menjelaskan tiga tahapan-tahapan yakni:23 a. Membacakan Ayat-ayat Allah SWT Yakni menyampaikan atau menerangkan tentang sebuah sebabakibat, seruan untuk bertaubat dan memahaesakan Allah SWT, menerima dan mengakui kerasulan Nabi Muhammad SAW, maksut dan tujuan kedatangan Rasul-Nya. b. Mensucikan jiwa manusia Yaitu setelah kesadaran hadir menyentuh hati dan pikiran pun mulai terbukti untuk menerima apa-apa yang telah dibacakan dan diseukan

22 23

Q.S Al-Jumuah.(62):2 Ibid.hlm137

23

oleh Nabi Muhammad SAW, lalu beliau melanjutkan kepada tahapan pensucian dan pembersihan jiwa-jiwa mereka dengan mengucapkan ikrar yaitu dua kalimat syahadat. c. Mengajarkan Al-Kitab dan Al-Hikmah Yakni setelah kesucian dan pencerahan telah menerangi jiwa, hati, akal pikiran, panca indra, dan jasad, barulah Nabi Muhammad SAW menanamkan nilai-nilai yang lebih lengkap, orisinal dan suci yaitu sumber dari segala sumber hukum, peraturan, pedoman, dan pegangan hidup, baik di dalam kehidupan duniawi maupun uhkrawi. Sebab tanpa adanya kesucian dan pencerahan ketuhanan, isi Al-Kitab atau Al-Quran dan AlHikmah tidak akan mungkin dapat diterima, dipahami dan masuk ke dalam jiwa dan hati yang paling dalam. 5. Prinsip Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW Keberhasilan risalah kepemimpinan Nabi Muhammad SAW

disebabkan adnaya beberapa prinsip yang mendasr yang telah beliau terapkan, yakni: a. Kepemimpinan Beliau berdiri diata kepemimpinan Ketuhanan (Tauhid), artinya setiap manusia hanya tunduk dan patuh kepada kepemimpinan Allah yang ditunjukan oleh Nabi Muhammad SAW . kerja kepemimpinan beliau merupakan wujud dan pesan-pesan

kepemimpinan-Nya.

24

b. c.

Kepemimpinan berdiri diatas persaudaraan dan persatuan Menegakkan aktivitas berbangsa, berorganisasi dan bernegara diatas nilai-nilai ajaran agama, tidak memisahkan antara dunia dan agama.

d. e.

Menegakkan hak-hak asasi individu dan kelompok Motivasi dan etos kerja adalah jihad fisabilillah. Apabila segala sesuatu itu dilandasi atau di niati dengan mengharap

ridho, dan kasih sayang Allah SWT, maka sudah pasti kepmimpinannya itu sesuai bimbingan-Nya dan Rasul-Nya dan itu sudah pasti diatas kebenaran yang hakiki. G. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah kualitatif yaitu cara menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilakuyang diamati, dengan desain penelitiannya deskriftif analisis, kegiatan penelitian yang pencarian faktanya dengan mengembangkan teori-teori yang ada serta mengadakan pengamatan langsung di lapangan mengenai objek yang akan diteliti. 1. Metode penentuan Subyek Subyek penelitian adalah orang yang berhubungan langsung dalam memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Dalam penelitian kualitatif, subyek penelitian disebut narasumber, Partisipan, atau

25

informan.24 Karena bersifat kualitatif maka penentuan subyek dalam peneliitan ini dimaksud adalah pengasuh atau pimpinan pondok (KH. Hmadani Bakran Adz-Dzakiey), pengurus dan santri. 2. Metode pengumpulan data a. Wawancara Wawancara atau interview adalah sebuah dialog yang dilakukan untuk mengali informasi yang dibutuhkan sebagai data.25 Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak tersetruktur artinya pewawancara secara bebas menannyakan pokok permasalahan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi informan, tetapi berpegang pada daftar wawancara. Adapun wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah; Pimpinan Pondok Pesantren Raudhatul Muttaqien, para Ustad, pengurus dan santri. b. Observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematis atas fenomena-fenomena yang diteliti.26Observasi dilakukan dengan mencatat gejala-gejala dilapangan secara sistimatis dan menyeluruh,

24

Sugiyono, Metode penelitian pendidikan: pendekatan, kuantitatif, kualitatif dan R&d i(Bandung: Alfabeta, 2006),hal.299. 25 Koentconingrat, Metode-metode Penelitian Masyrakat, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1991, hal. 31 26 Sutrisno Hadi, Metode Research, jilid 2 ( Yogyakarta: Andi, 2004) hal. 151.

26

sehinga data yang dihasilkan bener-bener obyektif. Observasi dilakukan untuk mengamati pelbagai fenomena di Pondok Pesantren Raudhatul Muttaqien. c. Dokumentasi Metode dokumentasi adalah data yang bersumber dari dokumendokumen sebagai laporan tertulis dari peristiwa-peristiwa yang isinya terdiri dari penjelasan-penjelasan dan pemikliran-pemikiran, peristiwa itu ditulis dengan kesadaran dan kesengajaan untuk menyiapkan atau meneruskan keterangan-keterangan peristiwa27 dan bila perlu dilengkapi dengan lampiran foto-foto dokumentasi penelitian. Sedangkan menurut Winarno Surahmad, metode dokumentasi adalah mencari data, hal-hal yang baru atau variable yang berupa catatan transkip, buku, surat kabar, majalah-majalah, notulen, longer dan sebagainya.28 Selain itu metode ini juga memperkuat metode wawancara untuk mendapatkan data yang bersifat tertulis serta mengecek data yang diperoleh melalui metode wawancara. Data yang bersifat dokumentasi tertulis seperti struktur organisasi, laporan-laporan, surat-surat, manuskrip, table dan keputusan-keputusan tertulis yang lainnya yang dimiliki oleh Pondok Pesantren Raudhatul Muttaqien.
27 28

Lexy j. Moleng, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung, Rosda, 1994, hal.135-136. Winarno Surahmad, Pengantar Penelitian ilmiyah Dasar Metode Teknik, Bandung, Tarsito 1994, hal. 1994, hal 132.

27

H. Sistematika Pembahasan Agar penelitian ini dapat dipahami secara sistematis, berikut akan disampaikan sistematika pembahasan. Bab Pertama berrisi pendahuluan penelitian. Bab ini meliputi latara belakang, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teoritik, metodologi penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab ini merupakan kerangka landasn penelitian yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu, segala dan proses penelitian mengacu kepada bab pertama. Bab Kedua berisi gambaran umum tentang pondok pesantren Raudhatul Muttaqien. Secara rinci, gambaran tentang pondok pessnatren dibagi ke dalam subbab; a) letak dan keadaan geografis, b) sejarah dan perkembangan presantren, c) visi dan misi pesantren, d) struktur organisasi dan keadaan Kyai, staf serta santri, dan e) sarana prasarana. Bab ini berfungsi agar kita mengenal lebih dekat dengan pondok pesantren Raudhatul Muttaqien sehingga dapat diketahui pendukung implementasi Prophetic Leadership di pondok pesantren. Bab Ketiga membahas penerapan Prophetic Leadership di pondok pesantren Raudhatul Muttaqien. Bab ini adalah bab inti dalam penellitian ini. Secara rinci, bab ketiga berisi tentang diskripsi pelaksanana Prophetic Leadership di pondok pesantren Raudhatul Muttaqien, strategi penerapannya, metode yang digunakan , serta gambaran tentang hasil-hasil yang dicapai dengan penerapan Prophetic Leadership.

28

Bab Keempat berisi tentang simpulan, saran-saran, dan penutup. Setelah mengadakan penelitian yang mendalam dan mengadakan analisi terhadap data yang terkumpul, maka akan dikemukakan mengenai simpulan obyektif, maka perlu disampaikan pula saran-saran demi kemajuan yang akan datang dan katqa penutup pada bagian akhir.

GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN


A. Letak geografis Pondok pesantren Raudhatul Muttaqien terletak di dusun Babadan purwomartani Kalasan Sleman Yogyakarta. Letak pondok Pesantren tersebut sangat strategis, meskipun jauh dari wilayah perkotaan. Dikatakan strategis karena meskipun di pedesaan namun transportasi mudah dijangkau. Lebih jelasnya pondok pesantren Raudhatul Muttaqien berbatasan dengan wilayah sebagai berikut. 1. 2. 3. 4. Sebelah utara : Perkebunan milik warga Babadan Sebelah timur : Jalan Dusun Babadan Sebelah selatan : Rumah penduduk Babadan

Sebelah Barat : Sungai Tepus

B. Sejarah Berdiri dan Perkembangannya Pondok pesantren Raudhatul Muttaqien awalnya bernama Al-Muttaqien. Ia berdiri dibawah Yayasan Al-Islam. Pesantren tersebut didirikan oleh KH Hamdani Bakran Adz-Dzakiy dan diresmikan oleh GBPH Djojokusumo, adik kandung Sri Sultan Hamengku Buwono X pada tanggal 19 September 1991

30

Pondok Pesantren Raudhatul Muttaqien didirikan ditanah luas + 2000 m2 di dusun Babadan yang saat itu masih ditumbuhi rerimbunan ilalang dan pepohonan. Meskipun telah diresmikan pada tahun 1991, pondok pesantren Raudhatul Muttaqien baru memperoleh nomor piagam pesantren pada tanggal 7 juni 1993 dengan nomor piagam E.9372. Lokasi pondok pesantren ini pada awalnya tanah wakaf dari Bapak Rusydi, seseorang bapak yang istrinya pernah berobat kepada KH Hamdani Bdz. Rerimbunan ilalang dan pepohonan tampak menyeruak tak beraturan. Maka tak heran jika warga menganggap bahwa lokasi tersebut angker. Kondisi demikian membuat warga sekitar yang memang masih tergolong awam terhadap ajaran Islam enggan menapakkan kakinya di lahan tersebut. Pada awalnya KH Hamdani Bdz mempunyai keingginan untuk berdakwah islam, dengan niat tulus dan ikhlas akhirnya niat tersebut terealisasi dengan bantuan tanah wakaf sekitar 2000m2 di dusun Babadan dari ibu Rusdy sebagai wujud nazarnya atas kesembuhan penyakitnya. Akirnya bedirilah pondok pesantren yang di beliau beri nama Al-Muttaqien dan ditambah menjadi Raudhatul Muttaqien, (taman orang-orang bertakwa). Hingga tahun 2000, bangunan PPRM29terdiri atas sebuah aula dan gubuk tempat tinggal para santri dengan hanya ssatu dua kegiatan yangb dilaksanakan. Para santri dengan dibantu warga melakukan babat alas yaitu

29

Pondok Pesqantren Raudhatul Muttaqien

31

mebabad alas dari ilalang dan membabat

mental, spiritual, dan moral

masyarakat yang masih tergolong awam terhadap ajaran agama islam. Saat ini PPRM memililki masjid, ruang kelas pesantren, asrama permanen, perumahan ustaz, Taman Kanak-kanak (TK), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah aliyah (MA), lembaga Konseling, lembaga pengembangan usaha pesantren, Pelatihan Center of Prophetic Intellgence dan sarana pendukung lainnya. Hinga saat ini PPRM selain lembaga pendidikan islam, juga merasa terpanggil untuk menyemai rahmat Allah SWT. dengan pelbagai kegiatan social bagi masyarakat sekitar. Di antarannya adalah melakukan pendampingan pengembangan masyarakat di dusun dan desa di sekitar PPRM. Diantara kegiatan tersebut ditangani oleh bidang Dakwah dan pengembangan masyarakat PPRM. Beberapa kegiatan lainnya yaitu penyelengaraan pengajian dan mujahadah (munajah) dan penyelenggaraan konseling masalah psikologi, problematika keluarga, dan problematika keislaman. Dua kegiatan ini sering diikuti oleh para mahasiswa dari pelbagai perguruan tinggi di sekitar Yogyakarta. Selain bidang social, PPRM juga menyelengarakan kegiatan ekonomi kepesantrenandan kependidikan ketrampiloan (life skill). Wujud dari dua kegiatan tersebut tertampung dalam sebuah lembaga ekonomi yang dahulu berbentuk koprasi namun sekarang diganti menjadi lembaga pengembangan usaha pesantren. Sasarannya ialah menciptakan basis ekonomi mandiri yang

32

kuat,berpijak pada sumber daya insani yang berprestasi, professional, dan berwawasan luas, serta mempunyai visi yang tajam. Beberapa unit usaha PPRM yang berhasil dirintis yaitu kantin pesantren, warung telkomunikasi, lembaga pelatihan (music dan sulap), dan unit peternakan. Dari pelbagai bentuk unit ekonomi terssebut para santri tersebut belajar cara mengelola perekonomian yang baik dan benar.

C.Visi, Misi dan Tujuan


1. Visi Membangun manusia robbani yang bertakwa, berpikir berlian, berilmu amaliah dan beramal ilmiah didalam ridho Allah SWT dan Rasul-Nya. 2. Misi Mendidik dan mengajarkan kepada seluruh steakeholder, baik di pesantren maupun di madrasah khususnya para santri untuk tauhid, bertakwa, mencintai ilmu batiniah-lahiriah, berwawasan ,luas. Berfikir bebas, beramal dengan ikhlas dan berbadan sehat lahir batin. 3. Tujuan Tujuan umat yang beriman, bertakwa, cerdas sehat secara holistic (mental, spiritual, financial,social, dan fisik) sesuai ajaran Islam. D. Struktur Organisasi

33

Keberadaan struktur pengurus menjadi sebuah keharusan agar roda kepemimpinan dapat bejalan dengan lancar. Maka disusun lah stuktur kepengurusan pesantren yang kredibel, professional dan mampu

mengembangkan pondok pesantren Raudhatul Muttaqien sebagai berikut: 1. 2. 3. Pemimpin dan pengasuh Sekretaris Bendahara : KH. Drs. M. Hamdani BDZ. : Ilham Jatmiko.S.Kom : Abidin Alamsyah.S.Kom

E. Keadaan Kyai, Ustaz, Pengurus dan Santri 1. Keadaan Kyai Dalam tradisi pesantren, sosok kyai merupakn figure terpenting. Kyai adalah elemen pertama yang menentukan berdiri-tidaknya pesantren. Menurut Zanakhsari Dhofier Kyai adalah elemen utama dalam tradisi pesantren.30 Di pondok pesantren Raudhatul Muttaqien (PPRM), kyai juga menempati posisi paling penting. Kyai merupakan pengasuh utama sebuah pesantren. Di PPRM, elemen kyai dipegang oleh KH. Hamdani Bdz. Ia adalah pendiri dan pemimpin PPRM. Sebagaimana pesantren pada umumnya, KH. Hamdani Bdz tingal menyatu dengan pesantren. Tepatnya berada disebelah barat masjid
30

Zamakhsyari Dhofier, tradisi Pesantren (studi terhadap Pandangan hidup Kyai). (LP3ES), hal.48

34

Raudhatul Muttaqien. Kondisi demikian membuatnya mudah berinteraksi dengan para santri selama 24 jam. Rumah yang ditempati bersam seluruh anggota keluargannya tersebut juga menjadi sarana konseling pelbagai masalah yang dialami oleh masyarakat. Dengan tangan terbuka ia menyambut setiap orang yang dating untuk berkonsultasi kepadannya. Nama lengkapnya KH. Hamdani Bakran Adz-Dzakiey. Ia lahir di BalikPapan, Kalimantan Selatan pada tanggal 3 mei 1960. Ia adalah putra Bakran Adz-Dzaky. Bin Abdul Karim al-Banjari. Ia dikenal dengan guru spiritual muda, praktisi tasawuf, konselor, psikoterapis, dan pendidik. Ia menuekuni psikologi islam psikodiagnostik islam, psikoterapi islam, dan konseling Islam secara otodidak. Namun demikian secara non formal ia mendalami pendidikan tasawuf dan makrifat kepada bakran Adz-Dzaky din Abdul Karim al-banjari (ayah kandung sendiri), Rusdi bin Mukhtar albanjary (ayah kandung istri), sayyid Abdul ZRahman as-Segaf Bantul, KH. Mbah Mangli Rahimahullah magelang, KH. Yahya al-Khalili Mataram Lombok, dan KH.Idham Khalid Jakarta. Riwayat pendidikan formal KH. Hamdani pernah dijalani disekolah dasar (SD) lulus tahun !972, Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) 6 tahun dan lulus tahun 1979, semuannya dijalani di kota kelahirannaya Balikpapan Kalimantan. Setelah itu, ia juga menjalani pendidikan mennengah di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Yogyakarta dan lulus pada tahun 1983. Gelar kesarjanaannya ia peroleh di fakultas

35

Syariah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 1986. Sementara itu, kuliah starta satu (S1) di Fakultas Hukum Yogyakarta pada tahun 1983 tidak diselesaikan. Kyai yang mengemari music jazz ini pernah mengalami serangkaian pengalaman institusional sejak tahun 1986. Pada tahun 19861989 ia mengabdikan diri sebagai guru agama Islam di sekolah Menengah Atas (SMA) Pelita Buana Bantul. Pada tahun-tahun selanjutnya ia juga mengajar Bahasa Arab dan Bahasa Inggris di Madrasah Tsanawiyah Almaarif Gunug Kidul, mengajar kuliah Fiqih Ibadah di Fakulta Syariah IAIN Sunan Kalijaga. Pada tahun 1987-2000 ia mengajar mata kuliah Study Islam di Jurusan Tarbiyah Skolah Tinngi Agama Islam Muhammaddiyah Klaten. Selanjutnya, pada tahun 2000-2006 ia mengajar maata kuliah Ilmu Tasawuf, Akhidah Islam, dan Psikoterapi Islam Fakultas Agama Universitas Muhammadiyah Surakarta. Selain itu, perjalanan karirnya juga ia torehkan di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakart hingga kini. Di UII ia dikenal sebagai konsultan Pusat Psikologi Terapan Fakultas Psikologi dan staf pengajar Program Magister Profesi Fakultas Psikologi. Disela-sela kesibukannya di PPRM31 dan Fakultas Psikologi UII, ia juga mengabdikan diri sebagai fasilitator tetap Pusdiklat PusatJakarta pada Program Transformasi Budaya Kepemimpinan, staf pengajar Pusdiklat Univesitas Cokroaminoto

31

Pondok Pesantren Raudahtul Muttaqien

36

Regional Depdagri DIY, staf ahli PT Anindya Mitra INternasional DIY, dan menjadi trener di berbagai pelatihan. Khazanah keilmuan KH. Hamdani juga ditorehkan melalu goresan tintanya. Ia merupakan sosok kyai produktif dengan karya-karyanya yang membahas psikologi, konseling, psikoterapi, dan tasawuf. Tercatat, tak kurang dari empat karya monumentalnya ia luncurkan, yaitu Konseling Psiloterapi Islam (2000), Prophetic Intelgence (2005), Psikologi Kenabian (2007) dan Prophetic Leadership (2009). Ketekunannya di bidang psikologi mengantarnya dikenal sebagai pakar teori sekaligus praktisi psikologi Islam. Kini, KH. Hamdani menguranggi aktifitasnya sebagai dosen. Ia lebih berkonsentrasi dalam pengembangan konsep Prophetic Intelgence, dan Prophetic Psycologi dengan dukunagn dari para psikologi dari Universitsas Gajah Mada (UGM) dan Universitas Islam Indonesia (UII) Dari gambaran diatas tampak bahwa KH. Hamdani merrupakan sosok kyai yang memiliki latar keilmuan cukup mumpuni. Ia juga merupakan kyai produktif karena mampu melahirkan beberapa karya. Pekerjaannya di berbagai perguruan tinggi merupakan bukti keahliaanya di bidang psikologi. Kedekatannya denagn para dosen di beberapa perguruan tinggi, pelbagai perusahaan, dan lembaga pemerintahan menyebabkan memilki jaringan yang luas. Dengan demikian, dari segi pengalaman,

37

spiritual, keilmuan dan ekonomi, KH. Hamdani memiliki yang cukup untuk mengembangkan PPRM. 2. Keadaan Ustad Jumlah ustaz di pondok pesantren Raudhatul Muttaqien sebanyak 13 orang. Dengan perincian 11 ustaz dan 2 ustazah mereka berasal dari berbagai daerah di luar Yogyakarta. Diantaranya Kalimantan, Jakarta, Malang, dan Jember. Mereka digaji dari pekerjaannya sebagai

pengajar/ustaz di PPRM. Selain sebagai ustaz, mereka juga mengajar di Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) Raudhatul Muttaqien. Sebagaian besar ustaz senior yang sudah berkeluarga juga mendapatkan Perumahan Ustaz sederhana dan sehat di sekitar PPRM. Beberapa ustaz lainnya yang belum menikah berada di asrama khusus ustaz dan sebagian kos di daerah sekitar PPRM. Kehidupan sehari-hari para ustaz tidak jauh berbeda dari ustaz pesantren pada umumnya. Mereka mengajar, mengaji, dan berinteraksi dalam suasana non formal dengan para santri. Rata-rata pendidikan mereka adalah sarjana dari belbagai perguruan tinggi di Yogyakarta,. Mereka adalah lulusan dari institute Agama Islam Negeri (Universita Islam Negeri) Sunan Kalijaga, Universitas Gajah Mada, (UGM), Universita Negeri Yogyakarta (UNY), Uiversitas Islam Indonesia (UII), Akademi Ilmu Komputer (AMIKOM), dan dari berbagai perguruan tinggi lainnya. Di samping itu ada beberapa asisten ustaz yang merupakan alumni

38

Madrasah Aliyah Raudhatul Muttaqien. Di antara mereka melanjutkan studi di UIN Sunan Kalijaga, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Universitas Islam Indonesia (UII), Universitas Gajah Mada (UGM), dan Sekolah Tinggi Ilmu Psikologi (STIPSI) Yogyakarta. 3. Keadaan Pengurus. Jumlah pengurus inti PPRM sebanyak 4 (empat) orang sebagaimana dijelaskan pada sruktur pengurus di atas. Posisi mereka langsung dibawah pengurus PPRM. Selain sebagai pengurus, mereka mnerangkap tugas sebagai ustaz di PPRM. Pembagian tugas pengurus PPRM dibagi menjadi empat bidang utama. Masing-masing disebut sebagai Kepala Bidang Pelaksannaan. Empat bidang yang yang mereka jalankan adalah pendidikan dan pengajaran, urusan santri, kerumahtanggaan, dan pengembangan usaha pesantren. Agar lebih jelas, berikut penjelasannya. Bidang pendidikan dan pengajaran dipegang oleh mardiansyah.S.Ag, urusan santri dipegang oleh Tri Budi, sedangkan untuk pengembangan usaha pesantren dipegang oleh Ir. Heri Supianto dan kerumah tanggaan dipegang oleh Sri Asfardon.S.Psi 4. Keadaan Santri

39

Jumlah santri PPRM pada bulan desember 2012 berjumlah 60 orang.Santri utama adalah santri yang masih bersekolah pada jenjang menengah, yakni Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan MAdrasah Aliyah (MA). Santri yang masih bersekolah di MTs berjumlahu 30 orang, sedangkan sisanya, yakni 30 orang bersekolah di (MARM). Mereka berasal dari belbagai daerah di luara kota Yogyakarta. Diantara mereka ada yang beresal dari Gunung Kidul, Boyolali, Lampung, Klaten, Jakarta dan Palembang. Santri yang masih bersekolah tinggal di kamar-kamar khusus

santri sekolah. Masing-masing kamar berukuran 6x10m. penempatan kamar diklasifikasi berdasar jenjang pendidikan. Meski demikian, pengklasifikasian tersebut tidak terlalu ketat karena terkadang jumlah santri MTs dan MA tidak seimbang. Kondisi kesehatan santri di PPRM cukup terjaga dengan baik. Lantai kamar mereka berbahan keramik berewarna putih. Dindingnya terbuat dari tembok cukup kokoh dengan warna yang sering diganti setiap semester. Lemari pakaian mereka terbuat dari kayu yang tertata rapi. Di teras masing-masing kamar terdapat taman yang dihiasi bunga-bunga yang mekar di dalam pot.halamn didepan kamar terdapat lapangan futsal selain itu, gemercik aliran air bersih yang mengalir di sungai kecil didekat kamar paling timur membuat suasana pesantren tersebut layak disebut pesantren yang memperhatikan keindahan dan kesehatan lingkungan.

40

Kegiatan sehari-hari mereka di PPRM cukup variatif. Mereka mengaji, salat jamaah, berzikir, makan bersama, berlatih music, berolahraga, dan melakukan piket kebersihan secara kelompok. Khusus untuk kegiatan music sudah mempunyai program kursus bagi santri yang berminat dan berbwkat. Dalam berorganisasi, para santri membentu sebuah organisasi santri yang bernama Organisasi Santri Raudhatul Muttaqien (OSRM). Para pembimbing mereka adalah para santri alumni y7ang lebih senior. Peran OSRM cukup signifikan dalam perjalanan PPRM. Mereka aktif membuat dan mengontrol jadwal piket, mengontrol kegiatan pengajian dan salat jamaah, mencari informasi diluar pesantren, mensosialisasikan pesantren, mengadakan kegiatan PPRM, dan sebagainya. Dengan adanya OSRM, para santri dilatih berorganisasi sehingga tidak gagap saat terjuan di masyarakat kelak. Adanya OSRM juga menampakkan suasana dialogis di PPRM. Agar lebih jelas berikut struktur pengurus OSRM:

Pengurus Organisasi Santri Raudhatul Muttaqien. Ketua Wakil Sekretaris : Asmul Fauzi : Mutia : Cholis

41

Bendahara Seksi pendidikan Seksi umum Seksi olah raga Seksi kebersihan Seksi kesenian

: Zaky : Badalah : Ozi : Sahroni : Iliyas : Topik

BAB III PENERAPAN PROPHETIC LEADERSHIP DI PONDOK PESANTREN RAUDHATUL MUTTAQIEN

Pondok pesantren padasaat ini tampaknyan perlu dijadikan sebagai warisan sekaligus kebudayaan-intelektual Nusantara. Lebih dari itu, dalam sejumlah aspek tertentu, pesantren harus juga dipahami sebagai benteng

pertahanan kebudayaan itu sendiri karena peran sejarahnya yang dimainkan. Harapan ini tentu tidak berlebihan dari konstruk budaya yang digariskan oleh pendirinya. Selain diimpikan sebagai pusat pengembangan ilmu dan kebudyaan yang berdimensi religious atau sekedar impoviwsasi local, pesantren juga disiapkan oleh pendirinya sebagai motir transformasi bagi komunitas masyarakat dan bangsanya. Kondisi semacam itu juga dirasa oleh pondok pesantren Raudhatull Muttaqien Yogyakarta. Ditengah-tengah bangsa krisis keteladanan pemimpin dan kepemimpinan, PPRM merespon dengan menerapkan kepemimpinan yang mencontoh nabi Muhammad SAW yaitu kepemimpinan yang mendambakan rahmat, ridha dan kasih sayang dari Allah SWT.

43

A. Prophetic Leadership Konsep Prophetic leadership digagas dan diterapkan oleh KH. Hamdani ini mendasarkan diri pada keteladanan (uswa hasanah) yang terdapat pada diri Nabi Muhammad SAW. Diantara keteladanan tersebut yaitu proses

pengembangan potensi pemimpin dan kepemimpinan yang telah dilakukan dan dialami oleh Nabi Muhammad SAW. Yaitu di bagi menjadi tiga tahapan yaitu proses penyucian dari pengaruh kemakhlukan, proses pengisian diri dengan unsure-unsur ketuhanan, dan kehadiran dan kemunculan eksistensi cahaya ketuhanan. B. Proses Penyucian dari Pengaruh Kemakhlukan (Self Sterilization) Yang dimaksut dengan proses penyucian diri (self Sterilization) adalah melepaskan diri dari persoalan-persoalan yang akan menghalangi hadirnya ketajalian Allah SWT. Menurut KH. Hamdani persoalan yang menghambat itu adalah persoalan yang ada hubungannya dengan Allah SWT, persoalan hamba dengan kedua orang tua, antara suami-isrti, antara orang tua dan anak-anaknya, dengan lingkunag tetangga dan makhluk-makhlu-Nyayang lain. Sebagai manusia biasa, seorang santri pasti memiliki persoalan baik yang terjadi antara diri pribadi dengan tuhannya maupun dengan antara pribadi dengan makhluk-Nya. Oleh karena itu seorang santri yang telah berniat

44

menuntut ilmu di pondok pesantren Raudhatul Muttaqien di wajibkan untuk memohn ampun. 1. Memohon ampun (taubat) kepada Allah SWT. Permohonan ampun (taubat) kepada Allah SWT di PPRM dilakukan secara berjamaah di pimpin langsung oleh pengasuh pondok yaitu KH. Hamdani setelah shalat Isa. Hal ini dilakukan setiap shalat Isa karena diyakini bahwa setiap manusia dalam menjalani kehidupan tidak lepas dari kesalahan dan lupa oleh karena usaha yang bisa di lakukan adalah memohon ampunan kepada Allah SWT. 2. Memohon ampun-maaf kepada kedua orang tua Dalam Al Quran dijelaskan bahwa kita diwajibkan berbuat baik kepada kedua orang tua bahkan kita dilarang mengatakan ah apalagi yang membuat kedua orang tua tersakiti. Seorang yang meng berbuat durhaka , kezaliman dan sikap seorang anak yang dapat membuat kedua orantua ayah dan ibunya menderita, baik secara fisik, mental atau psikologis merupakan perbuatan yang diharamkan. Oleh karena itu, demi mensucikan hati dan jiwa, maka berbuat kebaikan, kepatuhan dan selalu memohon ampun- maaf kepada kedua orang tuanya dan diwajibkan tidak boleh tidak harus dilakukan seorang santri sebaik-baiknya dan sebenarnya.

45

B.

Proses Pengisian diri dengan Unsur-unsur Ketuhanan /self

Indentification Aktivitas dari proses pengisian diri /self identification adalah

melaksanakan beberapa aktivitas spritual yang telah diperintahlkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya, yang mana hal itu akan menghadirkan keberadaan-Nya dalam diri ini, yakni meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah khusus dariNya, bersama-Nya, dan untuk-Nya, hinga mencapai tingkat Muttaqien/ orangorng bertakwa, yakni orang-orang yang ahli dalam melaksanakan hak-hak Allah yang ada pada Allah / la ila hailallah dan hak-hak yang ada pada makhluk-Nya rahmatan lil alamin, mebaburkan kasih sayang keseluruh penjuru alam.

You might also like