You are on page 1of 42

Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika

I. PENDAHULUAN
Kebijakan pemerintah menggunakan kurikulum berbasis kompetensi didasarkan pada PP Nomor 25 tahun 2000 tentang pembagian
kewenangan pusat dan daerah. Pada PP ini, dalam bidang pendidikan dan kebudayaan, dinyatakan bahwa kewenangan pusat adalah
dalam hal penetapan standar kompetensi peserta didik dan warga belajar serta pengaturan kurikulum nasional dan penilaian hasil
belajar secara nasional serta pedoman pelaksanaannya, dan penetapan standar materi pelajaran pokok. Berdasarkan hal itu, Departemen
Pendidikan Nasional melakukan penyusunan standar nasional untuk seluruh mata pelajaran di SMA, yang mencakup standar kompetensi,
kompetensi dasar, materi pokok, dan indikator.
Sesuai dengan jiwa otonomi, pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk mengembangkan silabus dan penilaiannya berdasarkan
standar nasional. Bagian yang menjadi kewenangan daerah adalah dalam mengembangkan strategi pembelajaran yang meliputi
pembelajaran tatap muka dan pengalaman belajar serta instrumen penilaiannya.
Pendidikan berbasis kompetensi adalah pendidikan yang menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu
jenjang pendidikan. Kompetensi lulusan suatu jenjang pendidikan, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, mencakup komponen
pengetahuan, keterampilan, kecakapan, kemandirian, kreativitas, kesehatan, akhlak, ketakwaan, dan kewarganegaraan.
Menurut Wilson (2001) paradigma pendidikan berbasis kompetensi mencakup kurikulum, pedagogi, dan penilaian yang menekankan
pada standar atau hasil. Kurikulum berisi bahan ajar yang diberikan kepada peserta didik melalui proses pembelajaran. Proses
pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan pedagogi yang mencakup strategi atau metode mengajar. Tingkat keberhasilan belajar
yang dicapai peserta didik dapat dilihat pada hasil belajar, yang mencakup ujian, tugas-tugas, dan pengamatan.
Implikasi penerapan pendidikan berbasis kompetensi adalah perlunya pengembangan silabus dan penilaian yang menjadikan peserta
didik mampu mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan standar yang ditetapkan dengan mengintegrasikan life
skill. Silabus adalah acuan untuk merencanakan dan melaksanakan program pembelajaran, sedangkan sistem penilaian mencakup
indikator dan instrumen penilaiannya yang meliputi jenis tagihan, bentuk instrumen, dan contoh instrumen. Jenis tagihan adalah berbagai
bentuk ulangan dan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh peserta didik; sedangkan bentuk instrumen terkait dengan jawaban yang
harus dikerjakan oleh peserta didik, baik dalam bentuk tes maupun nontes.

Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 1


Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika

II. KARAKTERISTIK MATA PELAJARAN MATEMATIKA


Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik tertentu, baik ditinjau dari aspek kompetensi yang ingin dicapai, maupun dari aspek
materi yang dipelajari dalam rangka menunjang tercapainya kompetensi. Ditinjau dari aspek kompetensi yang ingin dicapai, mata
pelajaran Matematika menekankan penguasaan konsep dan algoritma disamping kemampuan memecahkan masalah. Ditinjau dari aspek
materi pelajaran, cakupan atau ruang lingkup pelajaran Matematika SMA meliputi: Logika, Aljabar, Kalkulus, Geometri, Trigonometri, dan
Statistika. Di samping itu Matematika juga bersifat hierarkis yaitu suatu materi merupakan prasyarat untuk mempelajari materi
berikutnya. Untuk mempelajari Matematika hendaknya berprinsip pada: (1) materi matematika disusun menurut urutan tertentu atau tiap
topik matematika berdasarkan subtopik tertentu, (2) seorang siswa dapat memahami suatu topik matematika jika ia telah memahami
subtopik pendukung atau prasyaratnya, (3) perbedaan kemampuan antarsiswa dalam mempelajari atau memahami suatu topik
matematika dan dalam menyelesaikan masalahnya ditentukan oleh perbedaan penguasaan subtopik prasyaratnya, (4) penguasaan topik
baru oleh seorang siswa tergantung pada penguasaan topik sebelumnya.

III. STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN MATEMATIKA


Kompetensi adalah kemampuan yang dapat dilakukan peserta didik yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan perilaku.
Standar adalah arahan atau acuan bagi pendidik tentang kemampuan dan keterampilan yang menjadi fokus proses pembelajaran dan
penilaian. Jadi standar kompetensi adalah batas dan arah kemampuan yang harus dimiliki dan dapat dilakukan peserta didik setelah
mengikuti proses pembelajaran suatu mata pelajaran tertentu. Cakupan materi yang terkandung dalam setiap standar kompetensi cukup
luas dan terkait dengan konsep yang ada dalam suatu mata pelajaran. Sesuai dengan pengertian tersebut, standar kompetensi mata
pelajaran matematika adalah kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sebagai hasil dari mempelajari mata pelajaran matematika.
Untuk mata pelajaran Matematika di SMA, telah dirumuskan sembilan standar kompetensi sebagai berikut.
1. Menggunakan operasi dan sifat serta manipulasi aljabar dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan bentuk pangkat, akar, dan
logaritma; persamaan kuadrat dan fungsi kuadrat; sistem persamaan linear-kuadrat; pertidaksamaan satu variabel; logika
matematika.
2. Menggunakan perbandingan, fungsi, persamaan, dan identitas trigonometri dalam pemecahan masalah.
3. Menggunakan sifat dan aturan geometri dalam menentukan kedudukan titik, garis dan bidang; jarak; sudut; dan volum.

Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 2


Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika

4. Menggunakan aturan statistika dalam menyajikan dan meringkas data dengan berbagai cara serta memberi tafsiran; menyusun, dan
menggunakan kaidah pencacahan dalam menentukan banyak kemungkinan; dan menggunakan aturan peluang dalam menentukan
dan menafsirkan peluang kejadian majemuk.
5. Menggunakan manipulasi aljabar untuk merancang rumus trigonometri dan menyusun bukti.
6. Menyusun dan menggunakan persamaan lingkaran beserta garis singgungnya; menggunakan algoritma pembagian, teorema sisa, dan
teorema faktor dalam pemecahan masalah; menggunakan operasi dan manipulasi aljabar dalam pemecahan masalah yang berkaitan
dengan fungsi komposisi dan fungsi invers.
7. Menggunakan konsep limit fungsi dan turunan dalam pemecahan masalah.
8. Menggunakan konsep integral dalam pemecahan masalah.
9. Merancang dan menggunakan model matematika program linear serta menggunakan sifat dan aturan yang berkaitan dengan barisan,
deret, matriks, vektor, transformasi, fungsi eksponen dan logaritma dalam pemecahan masalah.

IV. PENGEMBANGAN SILABUS DAN PENILAIAN


Silabus dan penilaian merupakan urutan penyajian bagian-bagian dari silabus dan penilaian suatu mata pelajaran. Silabus dan
penilaian disusun berdasarkan prinsip yang berorientasi pada pencapaian kompetensi. Sesuai dengan prinsip tersebut maka silabus dan
penilaian mata pelajaran Matematika dimulai dengan identifikasi, standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok dan uraian materi
pokok, pengalaman belajar, indikator, penilaian, yang meliputi jenis tagihan, bentuk instrumen, dan contoh instrumen, serta alokasi
waktu, dan sumber/bahan/alat.
Silabus dan penilaian di atas dapat berfungsi untuk mengetahui kemajuan belajar siswa, mendiagnosis kesulitan belajar,
memberikan umpan balik, melakukan perbaikan, memotivasi guru agar mengajar lebih baik, dan memotivasi siswa untuk belajar lebih
baik. Prinsip-prinsip yang harus dipenuhi adalah: valid, mendidik, berorientasi pada kompetensi, adil dan objektif, terbuka,
berkesinambungan, menyeluruh, dan bermakna.

Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 3


Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika

A. Langkah-Langkah Penyusunan Silabus dan Penilaian


Langkah-langkah dalam penyusunan silabus dan penilaian meliputi tahap-tahap: identifikasi mata pelajaran; perumusan standar
kompetensi dan kompetensi dasar; penentuan materi pokok; pemilihan pengalaman belajar; penentuan indikator; penilaian, yang
meliputi jenis tagihan, bentuk instrumen, dan contoh instrumen; perkiraan waktu yang dibutuhkan; dan pemilihan
sumber/bahan/alat. Untuk lebih jelasnya dapat dibaca uraian berikut.

1. Identifikasi. Pada setiap silabus perlu identifikasi yang meliputi identitas sekolah, identitas mata pelajaran, kelas/program, dan
semester.
2. Pengurutan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran
Matematika dirumuskan berdasarkan struktur keilmuan Matematika dan tuntutan kompetensi lulusan. Selanjutnya standar
kompetensi dan kompetensi dasar diurutkan dan disebarkan secara sistematis. Sesuai dengan kewenangannya, Depdiknas telah
merumuskan standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk setiap mata pelajaran.
3. Penentuan Materi Pokok dan Uraian Materi Pokok. Materi pokok dan uraian materi pokok adalah butir-butir bahan
pelajaran yang dibutuhkan siswa untuk mencapai suatu kompetensi dasar. Pengurutan materi pokok dapat menggunakan
pendekatan prosedural, hirarkis, konkret ke abstrak, dan pendekatan tematik. Prinsip yang perlu diperhatikan dalam menentukan
materi pokok dan uraian materi pokok adalah: a) prinsip relevansi, yaitu adanya kesesuaian antara materi pokok dengan
kompetensi dasar yang ingin dicapai; b) prinsip konsistensi, yaitu adanya keajegan antara materi pokok dengan kompetensi
dasar dan standar kompetensi; dan c) prinsip adekuasi, yaitu adanya kecukupan materi pelajaran yang diberikan untuk mencapai
kompetensi dasar yang telah ditentukan. Materi pokok inipun telah ditentukan oleh Depdiknas.
4. Pemilihan Pengalaman Belajar. Proses pencapaian kompetensi dasar dikembangkan melalui pemilihan strategi pembelajaran
yang meliputi pembelajaran tatap muka dan pengalaman belajar. Pengalaman belajar merupakan kegiatan fisik maupun mental
yang dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan bahan ajar. Pengalaman belajar dilakukan oleh siswa untuk menguasai
kompetensi dasar yang telah ditentukan. Baik pembelajaran tatap muka maupun pengalaman belajar, dapat dilakukan di dalam
maupun di luar kelas. Untuk itu, pembelajarannya dilakukan dengan metode yang bervariasi.

Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 4


Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika

Selanjutnya, pengalaman belajar hendaknya juga memuat kecakapan hidup (life skill) yang harus dimiliki oleh siswa. Kecakapan
hidup merupakan kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problem hidup dan kehidupan dengan wajar
tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga mampu mengatasinya.
Pembelajaran kecakapan hidup ini tidak dikemas dalam bentuk mata pelajaran baru, tidak dikemas dalam materi tambahan yang
disisipkan dalam mata pelajaran, pembelajaran di kelas tidak memerlukan tambahan alokasi waktu, tidak memerlukan jenis
buku baru, tidak memerlukan tambahan guru baru, dan dapat diterapkan dengan menggunakan kurikulum apapun.
Pembelajaran kecakapan hidup memerlukan reorientasi pendidikan dari subject-matter oriented menjadi life-skill oriented.
Secara umum ada dua macam life skill, yaitu general life skill dan spesific life skill . General life skill dibagi menjadi dua, yaitu
personal skill (kecakapan personal) dan social skill (kecakapan sosial). Kecakapan personal itu sendiri terdiri dari self-awareness
skill (kecakapan mengenal diri) dan thinking skill (kecakapan berpikir). Spesific life skill juga dibagi menjadi dua, yaitu academic
skill (kecakapan akademik) dan vocational skill (kecakapan vokasional/kejuruan).

Kecakapan-kecakapan hidup di atas dapat dirinci sebagai berikut. Pertama, kecakapan mengenal diri meliputi kesadaran sebagai
makhluk Tuhan, kesadaran akan eksistensi diri, dan kesadaran akan potensi diri. Kedua, kecakapan berpikir meliputi kecakapan
menggali informasi, mengolah informasi, mengambil keputusan, dan kecakapan memecahkan masalah. Ketiga, kecakapan sosial
meliputi kecakapan komunikasi lisan, komunikasi tertulis, dan kecakapan bekerjasama. Keempat, kecakapan akademik meliputi
kecakapan mengidentifikasi variabel, menghubungkan variabel, merumuskan hipotesis, dan kecakapan melaksanakan penelitian.
Kelima, kecakapan vokasional sering disebut juga sebagai kecakapan kejuruan. Kecakapan ini terkait dengan bidang pekerjaan
tertentu. Dalam memilih pengalaman belajar perlu dipertimbangkan kecakapan hidup apa yang akan dikembangkan pada setiap
kompetensi dasar. Untuk itu diperlukan analisis kecakapan hidup setiap kompetensi dasar. Tabel berikut merupakan contoh
format analisis kecakapan hidup.

Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 5


Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika

Tabel 1: Contoh Format Analisis Kompetensi Dasar dan Kecakapan Hidup

Kesadaran Kecakapan Berpikir Kecakapan Kecakapan


Kecakapan Diri Sosial Akademik
Hidup

Eksistensi diri

Potensi diri
Makhluk Tuhan

Menggali informasi

Mengambil keputusan

Memecahkan masalah

Komunikasi lisan

Mengidentifikasi variaabel

Menghubungkan variabel

Merumuskan hipotesis
Komunikasi tertulis

Bekerjasama

Melaksanakan penelitian
Mengolah informasi
No

Kompetensi dasar

1 Menggunakan sifat dan aturan tentang pangkat, v v v v v v v v


akar, dan logaritma dalam pemecahan masalah

2 Melakukan manipulasi aljabar dalam perhitungan v v v v v v


teknis yang berkaitan dengan pangkat, akar, dan
logaritma

Dalam mata pelajaran Matematika di SMA kecakapan hidup (life skill) yang dikembangkan adalah general life skill dan
academic skill (kecakapan akademik). Rumusan pengalaman belajar yang diturunkan dari kompetensi dasar hendaknya memuat
kecakapan hidup di atas. Kecakapan hidup dalam pengalaman belajar ditulis dalam tanda kurung dengan cetak miring. Misalnya;
mendiskusikan pangkat, mengaplikasikan rumus-rumus pangkat (kecakapan hidup: kesadaran akan eksistensi diri, kesadaran
akan potensi diri, menggali informasi, mengolah informasi, mengambil keputusan, identifikasi variabel, dan memecahkan
masalah).

Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 6


Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika

5. Penjabaran Kompetensi Dasar menjadi Indikator. Indikator merupakan kompetensi dasar secara spesifik yang dapat
dijadikan ukuran untuk mengetahui ketercapaian hasil pembelajaran. Indikator dirumuskan dengan kata kerja operasional yang
bisa diukur dan dibuat instrumen penilaiannya. Seperti halnya standar kompetensi dan kompetensi dasar, sebagian dari indikator
telah pula ditentukan oleh Depdiknas.
6. Penjabaran Indikator ke dalam Instrumen Penilaian. Indikator dijabarkan lebih lanjut ke dalam instrumen penilaian yang
meliputi jenis tagihan, bentuk instrumen, dan contoh instrumen. Setiap indikator dapat dikembangkan menjadi 3 instrumen
penilaian yang meliputi ranah kognitif, psikomotor, dan afektif.
Jenis tagihan yang dapat digunakan antara lain sebagai berikut.
a. Kuis. Bentuknya berupa isian singkat dan menanyakan hal-hal yang prinsip. Biasanya dilakukan sebelum pelajaran dimulai,
kurang lebih 5 -10 menit. Kuis dilakukan untuk mengetahui penguasaan pelajaran oleh siswa. Tingkat berpikir yang terlibat
adalah pengetahuan dan pemahaman.
b. Pertanyaan Lisan. Materi yang ditanyakan berupa pemahaman terhadap konsep, prinsip, atau teorema. Tingkat berpikir
yang terlibat adalah pengetahuan dan pemahaman.
c. Ulangan Harian. Ulangan harian dilakukan secara periodik di akhir pembelajaran satu atau dua kompetensi dasar. Tingkat
berpikir yang terlibat sebaiknya mencakup pemahaman, aplikasi, dan analisis.
d. Ulangan Blok. Ulangan Blok adalah ujian yang dilakukan dengan cara menggabungkan beberapa kompetensi dasar dalam
satu waktu. Tingkat berpikir yang terlibat mulai dari pemahaman sampai dengan evaluasi.
e. Tugas Individu. Tugas individu dapat diberikan pada waktu-waktu tertentu dalam bentuk pembuatan klipping, makalah,
dan yang sejenisnya. Tingkat berpikir yang terlibat sebaiknya aplikasi, analisis, sampai sintesis dan evaluasi.
f. Tugas Kelompok. Tugas kelompok digunakan untuk menilai kompetensi kerja kelompok. Bentuk instrumen yang digunakan
salah satunya adalah uraian bebas dengan tingkat berpikir tinggi yaitu aplikasi sampai evaluasi.
g. Responsi atau Ujian Praktik. Bentuk ini dipakai untuk mata pelajaran yang ada kegiatan praktikumnya. Ujian responsi
bisa dilakukan di awal praktik atau setelah melakukan praktik. Ujian yang dilakukan sebelum praktik bertujuan untuk
mengetahui kesiapan peserta didik melakukan praktik di laboratorium atau tempat lain, sedangkan ujian yang dilakukan
setelah praktik, tujuannya untuk mengetahui kompetensi dasar praktik yang telah dicapai peserta didik dan yang belum.

Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 7


Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika

h. Laporan Kerja Praktik. Bentuk ini dipakai untuk mata pelajaran yang ada kegiatan praktikumnya. Peserta didik bisa
diminta untuk mengamati suatu gejala dan melaporkannya.
Bentuk instrumen dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu tes dan nontes. Bentuk instrumen tes meliputi: pilihan ganda, uraian
objektif, uraian non-objektif, jawaban singkat, menjodohkan, benar-salah, unjuk kerja (performans) dan portofolio, sedangkan
bentuk instrumen nontes meliputi: wawancara, inventori, dan pengamatan. Para guru diharapkan menggunakan instrumen yang
bervariasi agar diperoleh data tentang pencapaian belajar siswa yang akurat dalam semua ranah.

Beberapa bentuk instrumen tes yang dapat digunakan, antara lain:


a. Pilihan Ganda. Bentuk ini bisa mencakup banyak materi pelajaran, penskorannya objektif, dan bisa dikoreksi dengan
mudah. Tingkat berpikir yang terlibat bisa dari tingkat pengetahuan sampai tingkat sintesis dan analisis.
b. Uraian Objektif. Jawaban uraian objektif sudah pasti. Uraian objektif lebih tepat digunakan untuk bidang Ilmu Alam. Agar
hasil penskorannya objektif, diperlukan pedoman penskoran. Hasil penilaian terhadap suatu lembar jawaban akan sama
walaupun diperiksa oleh orang yang berbeda. Tingkat berpikir yang diukur bisa sampai pada tingkat yang tinggi.
c. Uraian Non-objektif/Uraian Bebas. Uraian bebas dicirikan dengan adanya jawaban yang bebas. Namun demikian,
sebaiknya dibuatkan kriteria penskoran yang jelas agar penilaiannya objektif. Tingkat berpikir yang diukur bisa tinggi.
d. Jawaban Singkat atau Isian Singkat. Bentuk ini digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman
siswa. Materi yang diuji bisa banyak, namun tingkat berpikir yang diukur cenderung rendah.
e. Menjodohkan. Bentuk ini cocok untuk mengetahui pemahaman atas fakta dan konsep. Cakupan materi bisa banyak,
namun tingkat berpikir yang terlibat cenderung rendah.
f. Performans. Bentuk ini cocok untuk mengukur kompetensi siswa dalam melakukan tugas tertentu, seperti praktik ibadah
atau perilaku yang lain.
g. Portofolio. Bentuk ini cocok untuk mengetahui perkembangan unjuk kerja siswa, dengan menilai kumpulan karya-karya
dan tugas-tugas yang dikerjakan oleh siswa. Karya-karya ini dipilih dan kemudian dinilai, sehingga dapat dilihat
perkembangan kemampuan siswa.

Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 8


Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika

7. Menentukan Alokasi Waktu. Alokasi waktu adalah perkiraan berapa lama siswa mempelajari suatu materi pelajaran. Untuk
menentukan alokasi waktu, prinsip yang perlu diperhatikan adalah tingkat kesukaran materi, cakupan materi, frekuensi
penggunaan materi baik di dalam maupun di luar kelas, serta tingkat pentingnya materi yang dipelajari.
8. Sumber/Bahan/Alat. Istilah sumber yang digunakan di sini berarti buku-buku rujukan, referensi atau literatur, baik untuk
menyusun silabus maupun mengajar. Sedangkan yang dimaksud dengan bahan dan alat adalah bahan-bahan dan alat-alat yang
diperlukan dalam praktikum atau proses pembelajaran lainnya. Bahan dan alat di sini dapat bervariasi sesuai dengan
karakteristik mata pelajarannya.

B. Penyusunan dan Analisis Instrumen


Tujuan penilaian adalah untuk mengetahui apakah siswa telah atau belum menguasai suatu kompetensi dasar tertentu. Penilaian
juga bertujuan untuk: (1) mengetahui tingkat pencapaian kompetensi siswa, (2) mengukur pertumbuhan dan perkembangan siswa,
(3) mendiagnosis kesulitan belajar siswa, (4) mengetahui hasil pembelajaran, (5) mengetahui pencapaian kurikulum, (6) mendorong
siswa belajar, dan (7) mendorong guru agar mengajar dengan lebih baik.

1. Langkah Penyusunan Instrumen


Langkah awal dalam mengembangkan instrumen adalah menetapkan spesifikasi, yaitu berisi uraian yang menunjukkan
keseluruhan karakteristik yang harus dimiliki suatu instrumen. Penyusunan spesifikasi instrumen mencakup kegiatan: (a)
menentukan tujuan, (b) menyusun kisi-kisi, (c) memilih bentuk instrumen, dan (d) menentukan panjang instrumen. Tujuan
penilaian telah disebutkan di muka.
Kisi-kisi berupa matriks yang berisi spesifikasi instrumen yang akan dibuat. Kisi-kisi ini merupakan acuan bagi penyusun
instrumen, sehingga siapapun yang menyusunnya akan menghasilkan isi dan tingkat kesulitan yang relatif sama. Matriks kisi-kisi
tes terdiri dari dua jalur, yaitu kolom dan baris.

Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 9


Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika

Tabel 2: Kisi-Kisi Silabus dan Penilaian Berkelanjutan

Standar Kompetensi: ............................................................................................

Materi Pokok dan Penilaian Sumber/


Kompetensi Pengalaman Alokasi
Uraian Materi Indikator Jenis Bentuk Contoh Bahan/
Dasar Belajar waktu
Pokok Tagihan Instrumen Instrumen Alat

Pemilihan bentuk instrumen akan ditentukan oleh tujuan, jumlah peserta, waktu yang tersedia untuk memeriksa, cakupan
materi, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan. Bentuk pilihan ganda misalnya, sangat tepat digunakan apabila jumlah
peserta banyak, waktu koreksi singkat, dan cakupan materi yang diujikan banyak.
Bentuk instrumen yang digunakan sebaiknya bervariasi seperti pilihan ganda, uraian objektif, uraian bebas, menjodohkan,
jawaban singkat, benar-salah, unjuk kerja (performans), dan portofolio. Dengan cara ini diharapkan agar diperoleh data yang
akurat tentang pencapaian belajar siswa.
Panjang instrumen ditentukan oleh waktu yang tersedia dengan memperhatikan bahan dan tingkat kelelahan peserta tes. Pada
umumnya ulangan dalam bentuk tes membutuhkan waktu 60 sampai 90 menit. Sedangkan ulangan dalam bentuk nontes dan
praktik bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Penentuan panjang tes dan nontes dapat ditentukan berdasarkan pengalaman para
guru.
Pada umumnya, setiap butir tes pilihan ganda memerlukan waktu pengerjaan sekitar 1 sampai 3 menit, tergantung pada tingkat
kesulitan soal. Untuk tes bentuk uraian, lama tes ditentukan berdasarkan pada kompleksitas jawaban yang dituntut. Untuk
mengatasi agar jawaban soal tidak terlalu panjang, sebaiknya jawaban dibatasi dengan beberapa kalimat atau beberapa baris.

Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 10


Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika

2. Bentuk Instrumen dan Penskorannya

a. Bentuk Instrumen Tes dan Penskorannya

1) Pertanyaan Lisan. Penskoran pertanyaan lisan dapat dilakukan dengan pola kontinum 0 s.d. 10, atau 0 s.d. 100.
Untuk memudahkan penskoran, dibuat rambu-rambu jawaban yang akan dijadikan acuan. Contoh soal: Sebutkanlah
beberapa cara mencari akar-akar persamaan kuadrat?
2) Pilihan Ganda. Bentuk soal pilihan ganda dapat dipakai untuk menguji penguasaan kompetensi pada tingkat berpikir
rendah seperti pengetahuan (recall) dan pemahaman, sampai pada tingkat berpikir tinggi seperti aplikasi, analisis,
sintesis dan evaluasi.
Pedoman pembuatan tes bentuk pilihan ganda adalah: (a) pokok soal harus jelas, (b) isi pilihan jawaban homogen, (c)
panjang pilihan jawaban relatif sama, (d) tidak ada petunjuk jawaban benar, (e) hindari menggunakan pilihan jawaban:
semua benar atau semua salah, (f) pilihan jawaban angka diurutkan, (g) semua pilihan jawaban logis, (h) jangan
menggunakan negatif ganda, (I) kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta tes, (j) bahasa
yang digunakan baku, (k) letak pilihan jawaban benar ditentukan secara acak, dan (l) penulisan soal diurutkan ke
bawah. Contoh soal:
2 3

Jika F = x . y
3 4
dengan x = 64 dan y = 16, maka nilai F = ....
x0
a. 16
b. 8
c. 2
16
d. 27
16
e. 81

Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 11


Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika

Penskoran pilihan ganda dapat dilakukan dengan rumus:


B
Skor = x100
N
B = adalah banyaknya butir yang dijawab benar
N = adalah banyaknya butir soal

3) Uraian Objektif. Pertanyaan yang biasa digunakan adalah simpulkan, tafsirkan, dan sebagainya.
Langkah untuk membuat tes uraian objektif adalah: (a) menulis soal berdasarkan indikator pada kisi-kisi, dan (b)
mengedit pertanyaan. Untuk mengedit pertanyaan perlu diperhatikan: (1) apakah pertanyaan mudah dimengerti, (2)
apakah data yang digunakan benar, (3) apakah tata letak keseluruhan baik, (4) apakah pemberian bobot skor sudah
tepat, (5) apakah kunci jawaban sudah benar, dan (6) apakah waktu untuk mengerjakan tes cukup.
Penskoran instrumen uraian objektif dapat dilakukan dengan memberikan skor tertentukan langkah-langkah dalam
menjawab soal.
Contoh soal:
Rasionalkan penyebut tiap pecahan berikut:
2
a.
3− 5
5
b.
3+ 2 2

4) Uraian Bebas. Bentuk instrumen ini dapat dipakai untuk mengukur kompetensi siswa dalam semua tingkat ranah
kognitif.
Kaidah penulisan instrumen bentuk uraian bebas adalah: (a) gunakan kata-kata seperti mengapa, uraikan, jelaskan,
bandingkan, tafsirkan, hitunglah dan buktikan; (b) hindari penggunaan pertanyaan seperti siapa, apa, dan bilamana;
(c) gunakan bahasa yang baku; (d) hindari penggunaan kata-kata yang dapat ditafsirkan ganda; (e) buat petunjuk
mengerjakan soal; (f) buat kunci jawaban; dan (g) buat pedoman penskoran.
Untuk memudahkan penskoran, dibuat rambu-rambu jawaban yang akan dijadikan acuan.

Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 12


Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika

Contoh soal:
Persamaan kuadrat x 2 − 2 x − 15 = 0 mempunyai dua akar nyata dan berlainan. Gunakan rumus abc untuk mencari akar
persamaan itu, dengan menuliskan bagaimana cara kamu menemukan kedua akar itu.
Pedoman Penskoran:
Langkah Kunci Jawaban Skor
1 Rumus abc: 3
− b ± b 2 − 4ac
x1, 2 =
2a
2 Dari persamaan kuadrat diperoleh a = 1, 2
b = -2, dan c = -15, Jadi

3 2
− (−2) ± (−2) 2 − 4(1)(−15)
x1, 2 =
2(1)
2 ± 4 + 60
= 1
4 2
2±8 1
5 =
2
Jadi, x1 = 5 dan x2 = -3
6 1
Skor maksimum 10

Jika nilai kurang dari 7,5 berarti masih belum berhasil menentukan akar-akar persamaan kuadrat.

Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 13


Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika

5) Jawaban Singkat atau Isian Singkat. Tes bentuk jawaban/isian singkat dibuat dengan menyediakan tempat kosong
yang disediakan bagi siswa untuk menuliskan jawaban. Jenis soal jawaban singkat ini bisa berupa pertanyaan dan
melengkapi atau isian. Penskoran isian singkat dapat dilakukan dengan memberikan skor 1 untuk jawaban benar dan
skor 0 untuk jawaban salah.
Contoh soal: Himpunan penyelesaian dari persamaan x 2 − 2 = 0 adalah ....
6) Menjodohkan. Bentuk ini cocok untuk mengetahui fakta dan konsep. Cakupan materi bisa banyak, namun tingkat
berpikir yang terlibat cenderung rendah.
Contoh soal:Jodohkanlah nilai sudut dibawah ini:
1
1. sin 150° a. 3
2
1
2. sin 210° b. − 3
2
1
3. cos 210° c.
2
1
4. cos 330° d. −
2
7) Portofolio. Portofolio merupakan kumpulan hasil karya, tugas atau pekerjaan siswa yang disusun berdasarkan urutan
kategori kegiatan. Karya-karya, tugas atau pekerjaan ini dipilih, kemudian dinilai sehingga dapat menggambarkan
perkembangan kompetensi siswa. Portofolio sangat bermanfaat baik bagi guru maupun siswa dalam melakukan penilaian
proses. Contoh soal: Laporan makalah untuk dipresentasikan, tugas-tugas individu atau kelompok dan lain-lain.
Agar penilaian terhadap hasil penugasan ini objektif, maka guru perlu mengembangkan rubrik, yakni semacam kisi-kisi
pedoman penilaian. Rubrik hendaknya memuat: (a) daftar kriteria kinerja siswa, (b) ranah-ranah atau konsep-konsep
yang akan dinilai, dan (c) gradasi mutu. Sebagai alat penilaian tugas, sebelum rubrik digunakan, guru harus
mengomunikasikannya kepada siswa. Skor nilai bersifat kontinum 0 s.d. 10 atau 0 s.d. 100.
Porsi untuk tiap keterlibatan berpikir dalam menjawab soal dari tahap pemahaman, aplikasi, dan analisis (sintesis dan
evaluasi) disarankan sebesar 20%, 30%, dan 50%. Batas ketuntasan ditetapkan dengan skor 75% penguasaan kompetensi.

Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 14


Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika

b. Bentuk Instrumen Nontes dan Penskorannya


Instrumen nontes meliputi: angket, inventori, dan pengamatan. Instrumen ini digunakan untuk menilai aspek sikap dan
minat terhadap mata pelajaran, konsep diri dan nilai. Langkah pembuatan instrumen sikap dan minat adalah sebagai
berikut: (1) pilih ranah afektif yang akan dinilai, misalnya sikap atau minat; (2) tentukan indikator minat, misalnya:
kehadiran di kelas, banyaknya bertanya, tepat waktu mengumpulkan tugas, dan catatan buku rapi; (3) pilih tipe skala yang
digunakan, misalnya skala Likert dengan empat skala seperti dari sangat senang sampai tidak senang; (4) telaah instrumen
oleh sejawat; (5) perbaiki instrumen; (6) siapkan inventori laporan diri; (7) tentukan skor inventori; dan (8) buat hasil
analisis inventori skala minat dan skala sikap.

Tabel 3: Contoh Format Lembar Pengamatan Sikap Siswa

Nilai rata-rata (kualitatif/huruf)


Kerajinan

Menepati janji
Tenggang rasa

Kejujuran

Kepedulian
Kedisiplinan

Kerjasama

Tanggung jawab
Ramah dg teman
Keterbukaan

Ketekunan belajar

Hormat pada guru


Indik
No ator
Sikap

Nama Siswa

1
2
3
4

Skor untuk masing-masing sikap di atas dapat berupa angka. Akan tetapi, pada tahap akhir skor tersebut dirata-ratakan dan
dikonversikan ke dalam bentuk kualitatif. Skala penilaian dibuat dengan rentangan dari 1 s.d. 5. Penafsiran angka-angka
tersebut adalah sebagai berikut: 1 = sangat kurang, 2 = kurang, 3 = cukup, 4 = baik, dan 5 = amat baik.

Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 15


Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika

Penilaian terhadap minat siswa dapat menggunakan skala bertingkat, misalnya dengan rentangan 4-1 atau 1-4 tergantung
arah pertanyaan/pernyataan. Misalnya, jawaban sangat setuju diberi skor 4, sedangkan sangat tidak setuju 1. Skor
keseluruhannya diperoleh dengan menjumlahkan seluruh skor butir pertanyaan/pernyataan. Misalnya instrumen untuk
mengukur minat siswa terdiri atas 10 butir. Jika rentangan yang dipakai 1 sampai 4, maka skor terendah adalah 10 dan skor
tertinggi adalah 40. Jika dibagi menjadi 4 kategori, maka skala 10-16 termasuk tidak berminat, 17 – 24 kurang berminat,
25 – 32 berminat, dan skala 33 – 40 sangat berminat.

Tabel 4: Contoh Format Penilaian Minat Siswa Terhadap Mata Pelajaran

Skala
No Pernyataan
Sl Sr Jr Tp
1 Saya senang mengikuti pelajaran ini
2 Saya rugi bila tidak mengikuti pelajaran ini
3 Saya merasa pelajaran ini bermanfaat
4 Saya berusaha menyerahkan tugas tepat waktu
5 Saya berusaha memahami pelajaran ini
6 Saya bertanya pada guru bila ada yang tidak jelas
7 Saya mengerjakan soal-soal latihan di rumah
8 Saya mendiskusikan materi pelajaran dengan teman
9 Saya berusaha memiliki buku pelajaran ini
10 Saya berusaha mencari bahan di perpustakaan

Jumlah

Keterangan : Sl = Selalu
Sr = Sering
Jr = Jarang
Tp = Tidak pernah

Penilaian konsep diri siswa dapat dilakukan melalui inventori. Instrumen konsep diri digunakan untuk mengetahui kekuatan
dan kelemahan diri sendiri.

Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 16


Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika

Tabel 5: Contoh Format Penilaian Konsep Diri Siswa


Alternatif
No Pernyataan
Ya Tidak
1 Saya sulit mengikuti pelajaran Matematika
2 Saya sulit menghafal rumus-rumus trigonometri
3 Saya sulit mengikuti pelajaran matematika yang berhubungan dengan ruang
4 Saya sulit untuk menghitung operasi penjumlahan pecahan Saya belum bisa malaksanakan
5 pembelajaran matematika dengan menggunakan media audio visual
6 Saya mudah bergaul dengan siapa saja
7 Saya membutuhkan waktu lama untuk belajar
8 Saya .................................................dst.
9

3. Analisis Instrumen
Suatu instrumen hendaknya dianalisis dulu sebelum digunakan. Ada dua model analisis yang dapat dilakukan, yaitu analisis
kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif adalah analisis yang dilakukan oleh teman sejawat dalam rumpun keahlian yang
sama. Tujuannya adalah untuk menilai materi, konstruksi, dan apakah bahasa yang digunakan sudah memenuhi pedoman dan
bisa dipahami oleh siswa.
Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara mengujicobakan instrumen yang telah dianalisis secara kualitatif kepada sejumlah
siswa yang memiliki karakteristik sama dengan siswa yang akan diuji dengan instrumen tersebut. Jawaban hasil uji coba itu lalu
dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan teknik yang ada, misalnya Program MicroCat. Hasil ujicoba bertujuan untuk
melihat karakteristik instrumen seperti indeks kepekaan atau kesensitifan instrumen, yaitu dengan cara membagi jumlah siswa
yang menjawab benar dengan jumlah peserta tes. Batas minimumnya adalah 75%.
Untuk mengetahui efektivitas proses pembelajaran dapat dilakukan dengan cara melihat karakteristik butir instrumen dengan
mengikuti acuan kriteria yang tercermin dari besarnya harga indeks sensitivitas. Hal ini dapat diketahui manakala dilakukan tes
awal atau pretest dan tes setelah pembelajaran atau posttest.

Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 17


Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika

Indeks sensitivitas butir instrumen memiliki interval -1 sampai dengan 1. Indeks sentivitas suatu butir soal (Is) ujian formatif
adalah sebagai berikut :
R A − RB
Is =
T

RA = Banyaknya siswa yang berhasil mengerjakan suatu butir instrumen sesudah proses pembelajaran.
RB =Banyaknya siswa yang berhasil mengerjakan suatu butir instrumen sebelum proses pembelajaran
T = Banyaknya siswa yang mengikuti ujian

Jika tidak ada tes awal, maka indeks sensitivitas dapat dilihat dari besarnya tingkat pencapaiannya berdasarkan hasil tes akhir.
Jika tingkat pencapaian suatu butir instrumen kecil (banyak siswa yang gagal) maka proses pembelajaran tidak efektif. Namun
demikian, seperti telah dikemukakan di atas, harus diperhatikan pula bagaimana kualitas butir tersebut secara kualitatif. Jika
hasil analisis secara kualitatif sudah memenuhi syarat, dapat diartikan bahwa rendahnya indeks kesukaran menunjukkan tidak
efektifnya proses pembelajarannya. Contoh analisis instrumen, dapat diperiksa pada Lampiran 3.

4. Evaluasi Hasil Penilaian


Guru harus melakukan evaluasi terhadap hasil tes dan menetapkan standar keberhasilan. Sebagai contoh, jika semua siswa
sudah menguasai suatu kompetensi dasar, maka pelajaran dapat dilanjutkan dengan materi berikutnya, dengan catatan guru
memberikan perbaikan (remedial) kepada siswa yang belum mencapai ketuntasan, dan pengayaan bagi yang sudah.
Evaluasi terhadap hasil belajar bertujuan untuk mengetahui ketuntasan siswa dalam menguasai kompetensi dasar. Dari hasil
evaluasi tersebut dapat diketahui kompetensi dasar, materi, atau indikator yang belum mencapai ketuntasan. Dengan
mengevaluasi hasil belajar, guru akan mendapatkan manfaat yang besar untuk melakukan program perbaikan yang tepat.
Jika ditemukan sebagian besar siswa gagal, perlu dikaji kembali apakah instrumen penilaiannya terlalu sulit, apakah instrumen
penilaiannya sudah sesuai dengan indikatornya, ataukah cara pembelajarannya (metode, media, teknik) yang digunakan kurang
tepat. Jika ternyata instrumen penilaiannya terlalu sulit maka perlu diperbaiki. Akan tetapi, jika instrumen penilaiannya ternyata
tidak sulit, mungkin pembelajarannya yang harus diperbaiki, dan seterusnya. Contoh evaluasi hasil belajar dapat diperiksa pada
Lampiran 4.

Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 18


Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika

Evaluasi hasil belajar nontes, misalnya minat dan sikap, adalah untuk mengetahui minat dan sikap siswa terhadap mata
pelajaran. Evaluasi ini berangkat dari skala minat siswa terhadap mata pelajaran Matematika dan segala sesuatu yang terkait.
Skala dibuat bertingkat, misalnya dengan rentangan 4-1 atau 1-4 tergantung arah pertanyaan atau pernyataannya. Misalnya,
jawabannya sangat setuju diberi skor 4, sedangkan sangat tidak setuju diberi skor 1. Skor keseluruhannya diperoleh dengan
menjumlahkan seluruh skor butir pertanyaan atau pernyataan.
Jika pernyataan itu berjumlah 10 butir, skor tertinggi seorang siswa adalah 40 dan terendah adalah 10. Jika ditafsirkan ke dalam
empat kategori, maka skala 10-16 termasuk tidak berminat, 17 – 24 kurang berminat, 25 – 32 berminat, dan skala 33 – 40
sangat berminat.
Apabila dari sekian banyak siswa ternyata tidak berminat dengan substansi mata pelajaran Matematika maka guru Matematika
harus mencari sebab-sebabnya. Perlu dikaji dan dilihat kembali secara menyeluruh segala hal yang terkait dengan pembelajaran
Matematika, baik menyangkut metode, media maupun tekniknya.

V. Pelaporan Hasil Penilaian dan Pemanfaatannya


Penilaian pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui perkembangan hasil belajar siswa dan hasil mengajar guru. Informasi hasil
belajar atau hasil mengajar berupa kompetensi dasar yang dikuasai dan yang belum dikuasai oleh siswa. Hasil belajar siswa digunakan
untuk memotivasi siswa, dan untuk perbaikan serta peningkatan kualitas pembelajaran oleh guru.
Pemanfaatan hasil belajar untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran harus didukung oleh siswa, guru, kepala
sekolah, dan orang tua siswa. Dukungan ini akan diperoleh apabila mereka memperoleh informasi hasil belajar yang lengkap dan akurat.
Untuk itu diperlukan laporan perkembangan hasil belajar siswa untuk guru atau sekolah, untuk siswa, dan untuk orang tua siswa.
Laporan hasil belajar siswa mencakup ranah kognitif, psikomotor, dan afektif. Informasi ranah kognitif dan psikomotor diperoleh dari
sistem penilaian yang digunakan untuk mata pelajaran yang sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar. Informasi ranah afektif diperoleh
melalui kuesioner, inventori, dan pengamatan yang sistematik.

Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 19


Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika

A. Pelaporan Hasil Penilaian


Hasil penilaian ranah kognitif dan psikomotor dapat berupa nilai angka maupun deskripsi kualitatif terhadap kompetensi dasar
tertentu. Misalnya untuk nilai angka dapat diberikan dalam bentuk nilai 75 sebagai batas penguasaan (mastery). Artinya, jika
seorang siswa sudah mencapai nilai 75 atau lebih untuk kompetensi dasar tertentu maka dikatakan siswa tersebut berhasil. Akan
tetapi, jika seorang siswa belum mencapai nilai 75, dikatakan siswa tersebut belum berhasil. Sedangkan deskripsi kualitatif dapat
dilaporkan dalam bentuk deskripsi mengenai kompetensi dasar tertentu dari pembelajaran Matematika.
Pelaporan hasil inventori afektif ini akan sangat bermanfaat khususnya untuk mengetahui sikap dan minat siswa terhadap pelajaran
Matematika dan hasilnya dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sikap serta minat siswa terhadap pembelajaran Matematika .
Pelaporan ranah afektif dilakukan secara kualitatif.
1. Laporan untuk Siswa dan Orangtua
Laporan yang berisi catatan tentang siswa diusahakan selengkap mungkin agar dapat memberikan informasi yang jelas. Laporan
yang dibuat guru untuk siswa dan orang tua berisi catatan prestasi belajar siswa. Catatan itu dapat dibedakan atas dua cara,
yaitu lulus atau belum lulus. Prestasi siswa yang dilaporkan guru kepada siswa dan orang tua dapat dilihat dalam buku rapor
yang diisi pada setiap semester
2. Laporan untuk Sekolah
Selain membuat laporan untuk siswa dan orang tua, guru juga harus membuat laporan untuk sekolah, sebagai lembaga yang
bertanggung jawab terhadap berlangsungnya proses belajar-mengajar. Oleh karena itu pihak sekolah berkepentingan untuk
mengetahui catatan perkembangan siswa yang ada di dalamnya. Dengan demikian hasil belajar siswa akan diperhatikan dan
dipikirkan oleh pihak sekolah.
Laporan yang dibuat guru untuk pihak sekolah sebaiknya lebih lengkap. Guru tidak semata-mata melaporkan prestasi siswa
tetapi juga menyinggung problem kepribadian mereka. Laporan tidak hanya dalam bentuk angka tapi juga dalam bentuk
deskripsi tentang siswa.

Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 20


Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika

3. Laporan Untuk Masyarakat


Pada umumnya laporan untuk masyarakat berkaitan dengan jumlah lulusan sekolah. Setiap siswa yang telah lulus membawa
bukti bahwa mereka memiliki suatu pengetahuan dan keterampilan tertentu. Namun pengetahuan dan ketrampilan yang
diperoleh siswa dari suatu sekolah tidaklah sama. Tingkat keberhasilan ini dinyatakan secara lengkap dalam laporan prestasi.

B. Pemanfaatan Hasil Penilaian


1. Untuk Siswa
Informasi hasil belajar siswa dapat diperoleh melalui ujian, kuesioner, wawancara, atau pengamatan. Informasi hasil belajar
ranah kognitif dan psikomotor diperoleh melalui ujian, sedangkan ranah afektif diperoleh melalui angket, inventori, dan
pengamatan. Informasi hasil belajar dapat dimanfaatkan siswa untuk: (a) mengetahui kemajuan hasil belajar diri, (b)
mengetahui konsep-konsep atau teori yang belum dikuasai, (c) memotivasi diri untuk belajar lebih baik, dan (d) memperbaiki
strategi belajar.
Untuk memberi informasi yang akurat agar dapat dimanfaatkan oleh siswa seoptimal mungkin, maka laporan yang diberikan
kepada siswa harus berisi: (a) hasil pencapaian belajar siswa, (b) kekuatan dan kelemahan siswa dalam semua mata pelajaran,
dan (c) minat siswa pada masing-masing mata pelajaran.
2. Untuk Orang Tua
Informasi hasil belajar dimanfaatkan oleh orang tua untuk memotivasi anak agar belajar lebih baik. Untuk itu diperlukan
informasi yang akurat tentang hasil belajar siswa, yang meliputi ranah kognitif, psikomotor, dan afektif. Informasi ini digunakan
orang tua untuk: (a) membantu anaknya belajar, (b) memotivasi anaknya belajar, (c) membantu sekolah meningkatkan hasil
belajar siswa, dan (d) membantu sekolah melengkapi fasilitas belajar.
Untuk memenuhi kebutuhan orang tua dalam meningkatkan hasil belajar, bentuk laporan hasil belajar harus mencakup semua
ranah, serta deskripsi yang lebih rinci tentang kelemahan, kekuatan, dan keterampilan puteranya dalam melakukan tugas, serta
minat terhadap mata pelajaran.

Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 21


Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika

3. Untuk Guru dan Kepala Sekolah


Hasil penilaian digunakan guru dan sekolah untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan siswa dalam satu kelas dan sekolah
dalam semua mata pelajaran. Hasil penilaian harus dapat mendorong guru untuk mengajar lebih baik, membantu guru untuk
menentukan strategi mengajar yang lebih tepat, dan mendorong sekolah agar memberi fasilitas belajar lebih baik.
Laporan hasil belajar untuk guru dan kepala sekolah harus mencakup hasil belajar dalam semua ranah untuk semua pelajaran.
Informasi yang diperlukan kompetensi dasar yang telah dikuasai dan yang belum dikuasai oleh siswa. Guru memerlukan
informasi yang spesifik untuk masing-masing kelas yang diajar, sedangkan kepala sekolah memerlukan informasi yang umum
untuk semua kelas dalam satu sekolah.
Contoh laporan profil hasil belajar siswa dalam semua ranah, dapat dilihat pada Lampiran 5. Sedangkan laporan hasil belajar
siswa untuk siswa, orang tua, guru dan sekolah dapat dilihat pada Lampiran 7.

Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 22


Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika

DAFTAR PUSTAKA

California Assesment Program (1989). A question of thinking: A first look at student's performance on open-ended questions in
mathematics. Sacramento: California State Department of Education.
Coxfort, A. F. (1995). Connecting mathematics across the curriculum. Reston, VA: VCTM
Depdiknas, (2001). Pedoman umum penyusunan silabus berbasis kemampuan dasar Siswa Sekolah Menengah Umum (SMU).
Jakarta,Dikmenum.
.Depdiknas, (2001). Pedoman umum sistem pengujian hasil kegiatan belajar mengajar berbasis kemampuan dasar siswa sekolah
menengah umum (SMU).Jakarta, Dikmenum.
Elliot, P.C. (1996). Communication in mathematics. Reston, VA: NCTM
Howson, G., et al. (1981). Curriculum development in mathematics.
London: Cambridge University Press.
Mumme, J. (1991). Portfolio assessment in mathematics. Santa Barbara: California Mathematics Project, University of California.
Nitko, A. J. (1996). Mathematics Portofolio (Workshop paper No.4). Jakarta: Pusisjian, Balitbang, Depdikbud.
Stenmark, J. K. (1989). Assessment alternatives in mathematics: An overview of assessment techniques that promote learning. California
Mathematics Council, University of California.

Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 23


Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika

GLOSARIUM

adaptif: mudah menyesuaikan diri dengan keadaan


afektif: berkenaan dengan perasaan dan atau sikap
analisis butir empiris: analisis kuantitatif butir; analisis butir soal berdasarkan hasil ujicoba.
analisis butir teoretis: analisis kualitatif butir; telaah butir; pengkajian terhadap kualitas soal secara teoretis.
analisis: kajian/telaah terhadap sesuatu hal untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.
asesmen: penilaian; penentuan baik buruk dan atau benar salah sesuatu hal.
berkesinambungan: berkelanjutan; tidak berhenti pada suatu saat, tetapi dilanjutkan pada periode-periode berikutnya.
evaluasi: kegiatan untuk menentukan mutu atau nilai suatu program, yang di dalamnya ada unsur ‘pembuatan keputusan’, sehingga
mengandung unsur subjektivitas; kegiatan yang sistematik untuk menentukan kebaikan dan kelemahan suatu program.
gerak adaptif: gerak terlatih
hipotesis: sesuatu yang dianggap benar untuk alasan atau pengutaraan pendapat, meskipun kebenarannya masih harus diuji; anggapan
dasar.
indikator: karakteristik, ciri-ciri, tanda-tanda, perbuatan, atau respons, yang harus dapat dilakukan atau ditampilkan oleh siswa, untuk
menunjukkan bahwa siswa itu telah memiliki kompetensi dasar tertentu.
jenis tagihan: golongan tagihan menurut klasifikasi menjadi kuis, pertanyaan lisan di kelas, ulangan harian, ulangan blok, tugas
individu, tugas kelompok, laporan kerja praktik, laporan praktikum, responsi, ujian praktik, dsb.; jenis kegiatan yang harus
dilakukan oleh siswa untuk menunjukkan hasil belajar yang telah dicapainya
jenis ujian: jenis tagihan
judgement: keputusan; pertimbangan;
keandalan tes: kompetensi tes memberikan hasil yang ajeg atau konsisten.
kecakapan hidup (life skill): Kompetensi yang diperlukan untuk menempuh kehidupan dengan sukses, bahagia dan secara
bermartabat, misalnya: kompetensi berpikir kompleks, berkomunikasi secara efektif, membangun kerjasama, melaksanakan
peran sebagai warganegara yang bertanggung jawab, kesiapan untuk terjun ke dunia kerja.
kecukupan (adequacy): mempunyai cakupan atau ruang lingkup materi pembelajaran yang memadai untuk menunjang penguasaan
Kompetensi dasar maupun standar kompetensi.

Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 24


Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika

kesahihan isi tes: petunjuk sejauh mana isi tes sesuai dengan kompetensi dasar dalam silabus yang hendak diukur
kesahihan konstruk tes: petunjuk sejauh mana faktor yang diungkap oleh hasil tes itu sesuai dengan faktor yang hendak diukur.
kesahihan prediktif tes: petunjuk sejauh mana hasil tes dapat memprediksi kompetensi yang akan ditunjukkan oleh data empirik.
kesalahan pengkuran sistematik: kesalahan pengukuran yang terjadi karena alat ukurnya tidak selalu memberikan ukuran yang
sebenarnya, atau penskorannya mempunyai tingkat kemurahan atau kemahalan yang bervariasi.
kesalahan pengukuran acak: kesalahan pengukuran yang terjadi karena kondisi yang diukur bervariasi, atau orang yang diukur
bervariasi, atau bahan yang diujikan tidak tepat.
kesalahan pengukuran: ukuran ketidakcocokan antara hasil pengukuran dan ukuran sebenarnya.
keterandalan alat tes: kompetensi alat ukur memenuhi fungsinya sebagai alat ukur, alat ukur itu mampu mengukur apa yang harus
diukur.
Kompetensi: kompetensi yang dapat dilakukan oleh siswa, yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan perilaku.
kompetensi afektif: kompetensi yang berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat, penerimaan atau penolakan terhadap suatu
objek.
kompetensi dasar: kompetensi minimal dalam mata pelajaran yang harus dimiliki oleh lulusan; Kompetensi minimal yang harus dapat
dilakukan atau ditampilkan oleh siswa dari standar kompetensi untuk suatu mata pelajaran.
kompetensi kognitif: kompetensi berpikir; kompetensi memperoleh pengetahuan; kompetensi yang berkaitan dengan pemerolehan
pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan, dan penalaran.
kompetensi lulusan SMA: kompetensi yang dapat dilakukan atau ditampilkan oleh lulusan SMA, meliputi lulusan dalam ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor.
kompetensi lulusan SMA: kompetensi yang dapat dilakukan atau ditampilkan lulusan SMA yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor.
kompetensi psikomotor: kompetensi melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan; kompetensi yang berkaitan dengan
gerak fisik.
komposisi: gubahan; karangan
konsistensi (ketaat-asasan): keselarasan hubungan antarkomponen dalam silabus (kompetensi dasar, materi pokok dan pengalaman
belajar).
kuis: ulangan singkat atau ujian singkat, baik lisan maupun tertulis.
materi pembelajaran: bahan ajar minimal yang harus dipelajari siswa untuk menguasai kompetensi dasar.

Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 25


Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika

materi pokok: pokok bahasan dan subpokok bahasan dari suatu kompetensi dasar
paradigma: model dalam teori; kerangka pikir; norma yang dianut oleh sekelompok komunitas.
pedagogi: ilmu pendidikan; ilmu pengajaran
pembelajaran berbasis kompetensi: pembelajaran yang mensyaratkan dirumuskannya secara jelas kompetensi yang harus dimiliki
atau ditampilkan oleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
pendekatan hierarkis: strategi pengembangan materi pembelajaran berdasarkan atas penjenjangan materi pokok.
pendekatan holistik: strategi pengembangan materi pembelajaran dengan memperhatikan keseluruhan materi yang tercakup dalam
satuan mata pelajaran.
pendekatan prosedural: strategi pengembangan materi pembelajaran berdasarkan atas urutan penyelesaian suatu tugas
pembelajaran.
pendekatan spiral: strategi pengembangan materi pembelajaran berdasarkan atas lingkup lingkungan, yaitu dari lingkup lingkungan
yang paling dekat dengan siswa menuju ke lingkup lingkungan yang lebih jauh.
pendekatan tematik: strategi pengembangan materi pembelajaran yang bertitik tolak dari sebuah tema.
pendekatan terjala (webbed): strategi pengembangan pelajaran, dengan menggunakan topik dari beberapa mata pelajaran yang
relevan sebagai titik sentral, dan hubungan antara tema dan sub-tema dapat digambarkan sebagai sebuah jala (webb).
pengalaman belajar: pengalaman atau kegiatan yang perlu dilakukan oleh siswa untuk menguasai Kompetensi dasar atau materi
pembelajaran.
pengujian: pengukuran yang dilanjutkan dengan penilaian.
pengukuran: proses penetapan angka bagi suatu gejala menurut aturan tertentu.
penilaian: metode yang biasa digunakan untuk menentukan mutu unjuk kerja individu; pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk
menjelaskan karakteristik seseorang atau karakteristik sesuatu; penafsiran data hasil pengukuran.
portofolio: kumpulan hasil karya seorang siswa; sejumlah hasil karya seorang siswa yang sengaja dikumpulkan untuk digunakan sebagai
bukti prestasi siswa, perkembangan siswa itu dalam Kompetensi berpikir, pemahaman siswa itu atas materi pelajaran,
Kompetensi siswa itu dalam mengungkapkan gagasan, dan mengungkapkan sikap siswa itu terhadap mata pelajaran tertentu,
laporan singkat yang dibuat seseorang sesudah melaksanakan kegiatan.
ranah afektif: ranah yang berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat penerimaan atau penolakan terhadap suatu obyek.
ranah kognitif: ranah yang berkaitan dengan kompetensi berpikir; kompetensi memperoleh pengetahuan; kompetensi yang berkaitan
dengan pemerolehan pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan, dan penalaran.

Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 26


Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika

ranah psikomotor: ranah yang berkaitan dengan kompetensi melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan; kompetensi
yang berkaitan dengan gerak fisik.
relevansi: keterkaitan, kesesuaian.
reliabilitas (ajeg): kompetensi alat ukur untuk memberikan hasil pengukuran yang konstan atau ajeg.
sahih: mengukur faktor yang seharusnya diukur.
silabus: susunan teratur materi pembelajaran mata pelajaran tertentu pada kelas/semester tertentu.
sintesis: paduan berbagai pengertian atau hal yang merupakan kesatuan yang selaras.
sistem penilaian: uraian keterangan yang teratur sebagai penjelasan tentang prosedur dan cara mengembangkan kompetensi dasar
menjadi indikator pencapaian kompetensi itu, dan cara mengembangkan indikator menjadi soal ujian.
sistem ujian berkelanjutan: sistem ujian yang meliputi soal untuk semua indikator kompetensi mata pelajaran yang bersangkutan,
yang hasilnya dianalisis dan digunakan untuk menentukan ujian berikutnya.
sistem: perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu kesatuan; susunan yang teratur dari
pandangan, teori, asas, dsb.
sistematik: mengikuti suatu prosedur tertentu.
soal analisis: soal yang menuntut uraian informasi, penemuan asumsi pembedaan antara fakta dan pendapat, dan penemuan hubungan
sebab-akibat.
soal aplikasi: soal yang menuntut penerapan prinsip dan konsep dalam situasi yang belum pernah diberikan.
soal evaluasi: soal yang menuntut pembuatan keputusan dan kebijakan, dan penentuan “nilai” informasi.
soal pemahaman: soal yang menuntut pembuatan pernyataan masalah dengan kata-kata penjawab sendiri, pemberian contoh prinsip
atau contoh konsep.
soal pengetahuan: soal yang menuntut jawaban yang berdasarkan hafalan.
soal sintesis: soal yang menuntut pembuatan cerita, karangan, hipotesis dengan memadukan berbagai pengetahuan atau ilmu.
soal ujian yang sahih: soal ujian yang bahannya mewakili bahan ajar yang ada di dalam silabus.
standar kompetensi: kompetensi yang dapat dilakukan atau ditampilkan untuk suatu mata pelajaran; kompetensi dalam mata pelajaran
tertentu yang harus dimiliki oleh siswa; Kompetensi yang harus dimiliki oleh lulusan dalam suatu mata pelajaran.
tagihan: berbagai bentuk ulangan atau ujian untuk menunjukkan tingkat kompetensi siswa dalam mata pelajaran tertentu.

Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 27


Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika

tes acuan kriteria: tes yang berdasarkan anggapan bahwa hampir semua orang dapat belajar (menguasai) materi pelajaran apa saja
tetapi memerlukan waktu yang mungkin berbeda.
tes acuan norma: tes yang berdasarkan anggapan bahwa kompetensi penempuh tes itu merupakan variabel yang mengikuti distribusi
normal.
tes non objektif: jenis ujian yang penskorannya dapat dipengaruhi oleh subjektivitas pemberi skor.
tes objektif: jenis ujian yang penskorannya objektif, tidak bergantung pada subjektivitas pemberi skor.
tes pilihan ganda: jenis ujian yang bagi setiap butir soalnya tersedia sejumlah jawaban yang harus dipilih salah satu oleh penempuh tes
karena hanya salah satu dari jawaban-jawaban itu yang benar.
ujian berkelanjutan: ujian yang hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang sudah dimiliki siswa peserta tes dan
mengetahui kesulitan siswa, yang dilakukan sampai siswa menguasai semua kompetensi dasar.
ujian: proses kuantifikasi (pemberian angka) kompetensi siswa pada ranah kognitif dan psikomotorik.
validitas: kompetensi alat ukur yang memenuhi fungsinya sebagai alat ukur, alat ukur itu mampu mengukur apa yang harus diukur.

Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 28


Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika

Lampiran 1:

Daftar kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam


perumusan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Kata Kerja Operasional

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar


Mendefinisikan Menunjukkan
Menerapkan Membaca
Mengkonstrusikan Menghitung
Mengidentifikasikan Menggambarkan
Mengenal Melafalkan
Menyelesaikan Mengucapkan
Menyusun Membedakan
Mengidentifikasikan
Menafsirkan
Menerapkan
Menceriterakan
Menggunakan
Menentukan
Menyusun
Menyimpulkan
Mendemonstrasikan
Menterjemahkan
Merumuskan
Menyelesaikan
Menganalisis
Mensintesis
Mengevaluasi

Keterangan:
1. Satu kata kerja tertentu (misal mengidentifikasikan) dapat dipakai pada standar kompetensi dan kompetensi
dasar. Perbedaannya adalah pada standar kompetensi cakupannya lebih luas dari kompetensi dasar.
2. Satu standar kompetensi dapat dipecah menjadi 3 sampai 6 atau lebih kompetensi dasar.
3. Satu kompetensi dasar nantinya harus dapat dipecah menjadi minimal 2 indikator

Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 29


Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika

Contoh Daftar Kata Kerja Operasional Ranah Kognitif

Pengetahuan Pemahaman Penerapan Analisis Sintesis Penilaian


Mengutip Memperkirakan Menugaskan Menganalisis Mengabstraksi Membandingkan
Menyebutkan Menjelaskan Mengurutkan Mengaudit Mengatur Menyimpulkan
Menjelaskan Mengkategorikan Menentukan Memecah Menganimasi Menilai
Menggambar Mencirikan Menerapkan Menegaskan Mengumpulkan Mengarahkan
Membilang Merinci Menyesuaikan Mendeteksi Mengkategorikan Mengkritik
Mengidentifikasi Mengasosiasikan Mengkalkulasi Mendiagnosis Mengkode Menimbang
Mendaftar Membandingkan Memodifikasi Menyeleksi Mengombinasikan Memutuskan
Menunjukkan Menghitung Mengklasifikasi Memerinci Menyusun Memisahkan
Memberi label Mengkontraskan Menghitung Menominasikan Mengarang Memprediksi
Memberi indek Mengubah Membangun Mendiagramkan Membangun Memperjelas
Memasangkan Mempertahankan Mengurutkan Megorelasikan Menanggulangi Menugaskan
Menamai Menguraikan Membiasakan Merasionalkan Menghubungkan Menafsirkan
Menandai Menjalin Mencegah Menguji Menciptakan Mempertahankan
Membaca Membedakan Menentukan Mencerahkan Mengkreasikan Memerinci
Menyadari Mendiskusikan Menggambarkan Menjelajah Mengoreksi Mengukur
Menghafal Menggali Menggunakan Membagankan Merancang Merangkum
Meniru Mencontohkan Menilai Menyimpulkan Merencanakan Membuktikan
Mencatat Menerangkan Melatih Menemukan Mendikte Memvalidasi
Mengulang Mengemukakan Menggali Menelaah Meningkatkan Mengetes
Mereproduksi Mempolakan Mengemukakan Memaksimalkan Memperjelas Mendukung
Meninjau Memperluas Mengadaptasi Memerintahkan Memfasilitasi Memilih
Memilih Menyimpulkan Menyelidiki Mengedit Membentuk Memproyeksikan
Menyatakan Meramalkan Mengoperasikan Mengaitkan Merumuskan
Mempelajari Merangkum Mempersoalkan Memilih Menggeneralisasi
Mentabulasi Menjabarkan Mengkonsepkan Mengukur Menggabungkan
Memberi kode Melaksanakan Melatih Memadukan
Mnelususi Meramalkan Menstranfer Membatas
Menulis Memproduksi Mereparasi
Memproses Menampilkan
Mengaitkan Menyiapkan Memproduksi
Menyusun Merangkum
Mensimulasikan Merekonstruksi
Memecahkan
Melakukan
Mentabulasi
Memproses

Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 30


Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika

Meramalkan
Contoh Daftar Kata Kerja Operasional Untuk Ranah Psikomotor

Peniruan Manipulasi Artikulasi Pengalamiahan


Mengaktifkan Mengoreksi Mengalihkan Mengalihkan
Menyesuaikan Mendemonstrasikan Menggantikan Mempertajam
Menggabungkan Merancang Memutar Membentuk
Melamar Memilah Mengirim Memadankan
Mengatur Melatih Memindahkan Menggunakan
Mengumpulkan Memperbaiki Mendorong Memulai
Menimbang Mengidentifikasikan Menarik Menyetir
Memperkecil Mengisi Memproduksi Menjeniskan
Membangun Menempatkan Mencampur Menempel
Mengubah Membuat Mengoperasikan Mensketsa
Membersihkan Memanipulasi Mencampur Melonggarkan
Memposisikan Mereparasi Mengemas Menimbang
Mengkontruksi Mencampur Membungkus

Contoh Daftar Kata Kerja Operasional Untuk Ranah Afektif

Menerima Menanggapi Menilai Mengelola Menghayati


Memilih Menjawab Mengasumsikan Menganut Mengubah perilaku
Mempertanyakan Membantu Meyakini Mengubah Berakhlak mulia
Mengikuti Mengajukan Melengkapi Menata Mempengaruhi
Memberi Mengompromikan Meyakinkan Mengklasifikasikan Mendengarkan
Menganut Menyenangi Memperjelas Mengombinasikan Mengkualifikasi
Mematuhi Menyambut Memprakarsai Mempertahankan Melayani
Meminati Mendukung Mengimani Membangun Menunjukkan
Menyetujui Mengundang Membentuk pendapat Membuktikan
Menampilkan Menggabungkan Memadukan Memecahkan
Melaporkan Memperjelas Mengelola
Memilih Mengusulkan Menegosiasi
Mengatakan Menekankan Merembuk
Memilah Menyumbang
Menolak

Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 31


Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika

Lampiran 2:
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

No Standar Kompetensi Kompetensi Dasar


1 Menggunakan operasi dan sifat 1.1 Menggunakan sifat dan aturan tentang pangkat, akar, dan logaritma dalam pemecahan masalah.
serta manipulasi aljabar dalam 1.2 Melakukan manipulasi aljabar dalam perhitungan teknis yang berkaitan pangkat, akar, dan logaritma.
pemecahan masalah yang 1.3 Menggunakan sifat dan aturan tentang akar persamaan kuadrat, diskriminan, sumbu simetri, dan titik
berkaitan dengan bentuk puncak grafik fungsi kuadrat dalam pemecahan masalah.
pangkat, akar, dan logaritma; 1.4 Melakukan manipulasi aljabar dalam perhitungan teknis yang berkaitan dengan persamaan dan fungsi
persamaan kuadrat dan fungsi kuadrat.
kuadrat; sistem persamaan 1.5 Merancang model matematika yang berkaitan dengan persamaan dan fungsi kuadrat, menyelesaikan
linear – kuadrat; modelnya, dan menafsirkan hasil yang diperoleh.
pertidaksamaan satu variabel; 1.6 Menggunakan sifat dan aturan tentang sistem persamaan linear dan kuadrat dalam pemecahan masalah.
logika matematika. 1.7 Melakukan manipulasi aljabar dalam perhitungan teknis yang berkaitan dengan sistem persamaan.
1.8 Merancang model matematika yang berkaitan dengan sistem persamaan linear, menyelesaikan
modelnya, dan menafsirkan hasil yang diperoleh.
1.9. Menggunakan sifat dan aturan pertidaksamaan satu variabel dalam pemecahan masalah.
1.10.Merancang model matematika yang berkaitan dengan pertidaksamaan satu variabel, menyelesaikan
modelnya, dan menafsirkan hasil yang diperoleh.
1.11.Menggunakan nilai kebenaran pernyataan majemuk dan implikasi dalam pemecahan masalah.
1.12.Menggunakan sifat dan prinsip logika untuk penarikan kesimpulan dan pembuktian sifat matematika.

2 Menggunakan perbandingan, 2.1 Menggunakan sifat dan aturan tentang fungsi trigonometri, rumus sinus, dan rumus kosinus dalam
fungsi, persamaan, dan identitas pemecahan masalah.
trigonometri dalam 2.2 Melakukan manipulasi aljabar dalam perhitungan teknis yang berkaitan dengan fungsi trigonometri.
pemecahan masalah. 2.3 Merancang model matematika yang berkaitan dengan fungsi trigonometri, rumus sinus dan kosinus,
menyelesaikan modelnya, dan menafsirkan hasil yang diperoleh.

3 Menggunakan sifat dan aturan 3.1 Memahami komponen, menggambar, dan menghitung volum dari benda ruang.
geometri dalam menentukan
3.2 Menggunakan abstrasi ruang untuk menggambar dan menghitung jarak dan sudut antara.
kedudukan titik, garis dan
bidang; jarak; sudut; dan volum.

Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 32


Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika

No Standar Kompetensi Kompetensi Dasar


4 Menggunakan aturan statistika 4.1. Membaca, menyajikan, serta menafsirkan kecenderungan data dalam bentuk tabel dan diagram.
dalam menyajikan dan meringkas
4.2. Menghitung ukuran pemusatan, ukuran letak, dan ukuran penyebaran data serta penafsirannya.
data dengan berbagai cara serta
memberi tafsiran; menyusun, dan 4.3. Menyusun dan menggunakan aturan perkalian, permutasi, dan kombinasi dalam pemecahan
menggunakan kaidah pencacahan masalah.
dalam menentukan banyak 4.4. Merumuskan dan menentukan peluang kejadian dari berbagai situasi serta tafsirannya.
kemungkinan; dan menggunakan
aturan peluang dalam
menentukan dan menafsirkan
peluang kejadian majemuk.

5 Menggunakan manipulasi aljabar 5.1 Menggunakan rumus trigonometri jumlah dua sudut, selisih dua sudut dan sudut ganda.
untuk merancang rumus 5.2 Merancang rumus trigonometri jumlah dan selisih dua sudut dan sudut ganda.
trigonometri dan menyusun
bukti.

6 Menyusun dan menggunakan 6.1 Merumuskan persamaan lingkaran dan mengguna-kannya dalam pemecahan masalah.
persamaan lingkaran beserta 6.2 Menentukan persamaan garis singgung pada lingkaran dalam berbagai situasi.
garis singgungnya; 6.3 Menggunakan algoritma pembagian sukubanyak untuk menentukan hasil bagi dan sisa pembagian.
menggunakan algoritma
6.4 Menggunakan teorema sisa dan teorema faktor dalam pemecahan masalah serta membuktikan teorema
pembagian, teorema sisa, dan
sisa dan teorema faktor.
teorema faktor dalam
pemecahan masalah; 6.5 Menggunakan konsep, sifat, dan aturan fungsi komposisi dalam pemecahan masalah.
menggunakan operasi dan 6.6 Menggunakan konsep, sifat, dan aturan fungsi invers dalam pemecahan masalah.
manipulasi aljabar dalam
pemecahan masalah yang
berkaitan dengan fungsi
komposisi dan fungsi invers.
7 Menggunakan konsep limit 7.1. Menjelaskan limit fungsi di satu titik dan di takhingga beserta teknis perhitungannya.
fungsi dan dan turunan dalam 7.2. Menggunakan sifat limit fungsi untuk menghitung bentuk tak tentu fungsi aljabar dan trigonometri.
pemecahan masalah.
7.3. Menggunakan konsep, sifat, dan aturan dalam perhitungan turunan fungsi.k menentukan
karakteristik suatu fungsi dan memecahkan masalah.
7.4. Merancang model matematika yang berkaitan dengan ekstrim fungsi, menyelesaikan modelnya, dan
menafsirkan hasil yang diperoleh.

8 Menggunakan konsep integral 8.1. Menggunakan konsep, sifat, dan aturan dalam perhitungan integral tak tentu dan integral tentu.
dalam pemecahan masalah. 8.2. Menggunakan integral untuk menghitung luas daerah dan volum benda putar.

Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 33


Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika

No Standar Kompetensi Kompetensi Dasar


9 Merancang dan menggunakan 9.1. Merumuskan masalah nyata ke dalam model matematika sistem pertidaksamaan linear,
model matematika program menyelesaikan, dan menafsirkan hasil yang diperoleh.
linear serta menggunakan sifat 9.2. Merumuskan dan menentukan suku ke-n dan jumlah n suku deret aritmetika dan geometri.
dan aturan yang berkaitan 9.3. Menggunakan notasi sigma dalam deret dan induksi matematika dalam pembuktian.
dengan barisan, deret, matriks, 9.4. Merumuskan masalah nyata yang model matematikanya berbentuk deret, menyelesaikan
vektor, transformasi, fungsi modelnya, dan menafsirkan hasil yang diperoleh.
eksponen, dan logaritma dalam 9.5. Menggunakan sifat-sifat dan operasi matriks untuk menentukan invers matriks persegi beserta
pemecahan masalah. pembuktian rumusnya.
9.6. Menggunakan determinan dan invers matriks persegi dalam penyelesaian sistem persamaan linear.
9.7. Menggunakan sifat-sifat dan operasi aljabar vektor dalam pemecahan masalah.
9.8. Menggunakan sifat-sifat dan operasi perkalian skalar dua vektor dalam pemecahan masalah.
9.9. Menggunakan translasi dan transformasi geometri yang mempunyai matriks dalam pemecahan
masalah.
9.10. Menentukan komposisi dari beberapa transformasi geometri beserta matriks transformasinya.
9.11. Menggambarkan grafik dan menggunakan sifat-sifat fungsi eksponen dalam pemecahan masalah.
9.12. Menggunakan sifat-sifat fungsi eksponen dalam penyelesaian pertidaksamaan eksponen.
9.13. Menggambarkan grafik dan meggunakan sifat-sifat fungsi logaritma dalam penyelesaian persamaan
logaritma.
9.14. Menggambarkan grafik dan menggunakan sifat-sifat fungsi logaritma dalam penyelesaian persamaan
logaritma.

Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 34


Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika

Lampiran 3: Contoh Analisis Instrumen

I. Telaah Butir Soal Bentuk Uraian


NOMOR SOAL
JENIS PERSYARATAN
1 2 3 4 5 6

A. RANAH MATERI
1. Butir soal sesuai dengan indikator. v v v
2. Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan jelas. v v
3. Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran. v
4. Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang, jenis sekolah, dan tingkat kelas. v

B. RANAH KONSTRUKSI
5. Rumusan kalimat dalam bentuk kalimat tanya atau perintah yang menuntut jawaban terurai. v v v
6. Ada petunjuk yang jelas cara mengerjakan/ menyelesaikan soal. v v
7. Ada pedoman penskorannya. v
8. Tabel, grafik, diagram, kasus, atau yang sejenisnya bermakna (jelas keterangannya atau ada hubungannya v
dengan masalah yang ditanyakan).
9. Butir soal tidak bergantung pada butir soal sebelumnya. v

C. RANAH BAHASA:
10. Rumusan kalimat komunikatif. v v v
11. Kalimat menggunakan bahasa yang baik dan benar, serta sesuai dengan ragam bahasanya. v v
12. Rumusan kalimat tidak menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian. v v
13. Menggunakan bahasa/kata yang umum (bukan bahasa lokal). v v
14. Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang dapat menyinggung perasaan peserta didik. v v

Keterangan:
• Soal nomor 1, perlu dirumuskan kembali karena ruang lingkup pertanyaan dan jawabannya tidak menunjukkan batas-batas
yang jelas, kurang memberikan petunjuk tentang cara mengerjakan, dan dapat menimbulkan penafsiran ganda atau salah
makna.
• Soal nomor 2, sudah baik dan tidak memerlukan perbaikan
• Soal nomor 3, memerlukan tambahan penjelasan tentang cara mengerjakan.

Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 35


Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika

2. Telaah Butir Soal Bentuk Melengkapi


NOMOR SOAL
JENIS PERSYARATAN
1 2 3 4 5 6

A. RANAH MATERI
1. Butir soal sesuai dengan indikator.
2. Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan jelas.
3. Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran.
4. Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang, jenis sekolah, dan tingkat kelas.

B. RANAH KONSTRUKSI
5. Rumusan kalimat dalam bentuk kalimat terbuka (yang belum lengkap) yang hanya memerlukan tambahan
kata yang merupakan jawaban/kunci.
6. Butir soal tidak bergantung pada butir soal sebelumnya.

C. RANAH BAHASA:
7. Rumusan kalimat komunikatif.
8. Kalimat menggunakan bahasa yang baik dan benar, serta sesuai dengan ragam bahasanya.
9. Rumusan kalimat tidak menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian.
10. Menggunakan bahasa/kata yang umum (bukan bahasa lokal).
11. Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang dapat menyinggung perasaan peserta didik.

Keterangan:
• Soal nomor 1, perlu dirumuskan kembali karena ruang lingkup pertanyaan dan jawabannya tidak menunjukkan batas-batas yang
jelas.
• Soal nomor 2, sudah baik dan tidak memerlukan perbaikan
• Soal nomor 3, memerlukan perbaikan dalam bahasa

Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 36


Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika

3. Telaah Butir Soal Bentuk Pilihan Ganda (Multiple Choice)


NOMOR SOAL
JENIS PERSYARATAN
1 2 3 4 5 6
A. RANAH MATERI
1. Butir soal sesuai dengan indikator.
2. Hanya ada satu kunci atau jawaban yang benar.
3. Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran.
4. Isi materi sesuai dengan jenjang, jenis sekolah dan tingkatan kelas.
5. Pilihan benar-benar berfungsi, jika pilihan merupakan hasil perhitungan, maka pengecoh berupa pilihan
yang salah rumus/salah hitung.

B. RANAH KONSTRUKSI
6. Pokok soal (stem) dirumuskan dengan jelas.
7. Rumusan soal dan pilihan dirumuskan dengan tegas.
8. Pokok soal tidak memberi petunjuk/mengarah kepada pilihan jawaban yang benar.
9. Pokok soal tidak mengandung pernyataan negatif ganda.
10. Bila terpaksa menggunakan kata negatif, maka harus digarisbawahi atau dicetak lain.
11. Pilihan jawaban homogen.
12. Hindari adanya alternatif jawaban : "seluruh jawaban di atas benar" atau "tak satu jawaban di atas yang
benar" dan yang sejenisnya.
13. Panjang alternatif /pilihan jawaban relatif sama, jangan ada yang sangat panjang dan ada yang sangat
pendek.
14. Pilihan jawaban dalam bentuk angka/waktu diurutkan.
15. Wacana, gambar, atau grafik benar-benar berfungsi.
16. Antarbutir soal tidak bergantung satu sama lain.

C. RANAH BAHASA:
17. Rumusan kalimat komunikatif.
18. Kalimat menggunakan bahasa yang baik dan benar, serta sesuai dengan ragam bahasanya.
19. Rumusan kalimat tidak menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian.
20. Menggunakan bahasa/kata yang umum (bukan bahasa lokal).
21. Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang dapat menyinggung perasaan peserta didik.

Keterangan:
• Soal nomor 1 dan 2 sudah baik dari ke tiga ranah dan tidak memerlukan perbaikan
• Soal nomor 3 dan 5 perlu perbaikan pada pilihan jawaban, karena ternyata terdapat lebih dari satu jawaban benar dan pilihan
jawaban tidak homogen
• Soal nomor 4 perlu perbaikan dari segi bahasa

Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 37


Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika

Lampiran 4: Contoh Evaluasi Hasil Penilaian

Evaluasi Hasil Penilaian

Jumlah Jumlah %
Kompetensi Dasar Penguasaan Keterangan
Butir Betul Pencapaian

Menggunakan sifat-sifat dan operasi matriks 4 3 75 V Menguasai sebagian besar kompetensi dalam
untuk menentukan invers matriks persegi menggunakan sifat-sifat dan operasi matriks
beserta pembuktian rumusnya untuk menentukan invers matriks persegi
beserta pembuktian rumusnya

Menggunakan determinan dan invers matriks 4 2 50 - Belum menguasai kompetensi menggunakan


persegi dalam penyelesaian sistem determinan dan invers matriks persegi dalam
persamaan linear penyelesaian sistem persamaan linear

Keterangan: Batas nilai ketuntasan adalah ≥ 75

Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 38


Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika

Lampiran 5
CONTOH FORMAT PROFIL HASIL BELAJAR SISWA

NAMA SISWA :
KELAS/PROGRAM : XI
SEMESTER : 1
MATA PELAJARAN : Matematika

NILAI
No.
Kompetensi Dasar K P A Komentar
KD
10 – 100 10 - 100 A/B/C
1.1 Menggunakan sifat dan aturan tentang pangkat, akar, dan 75 - B Sudah kompeten, perlu pengayaan.
logaritma dalam pemecahan masalah.
1.3. Menggunakan sifat dan aturan tentang akar persamaan 80 - B Sudah kompeten, perlu pengayaan.
kuadrat, diskriminan, sumbu simetri, dan titik puncak grafik
fungsi kuadrat dalam pemecahan masalah.
1.6 Menggunakan sifat dan aturan tentang sistem persamaan 50 - C Belum kompeten, tentang materi sistem
linear dan kuadrat dalam pemecahan masalah. persamaan linear tiga variabel.
1.7 Melakukan manipulasi aljabar dalam perhitungan teknis yang 55 - B Belum kompeten, perlu banyak latihan
berkaitan dengan sistem persamaan. soal.
……………………
Nilai Rata-rata:

……………………, ………………. 2004


• Komentar Orangtua/wali siswa:
……………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………..

Orangtua/wali siswa, Guru Mata Pelajaran Matematika,

__________________ __________________

Keterangan:
K : Kognitif
P : Psikomotor
A : Afektif

Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 39


Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika

Lampiran 6: Contoh Format Penilaian Kecakapan Hidup

Penilaian Kecakapan Hidup

Kesadara Kecakapan Kecakapan Kecakapan


n Diri Berpikir Sosial Akademik
Kecakapan Hidup

Komunikasi tertulis
Eksistensi diri

Potensi diri

Mengidentifikasi variabel

Menghubungkan variabel
Makhluk Tuhan

Mengambil keputusan

Komunikasi lisan

Melaksanakan penelitian
Memecahkan masalah

Bekerjasama
Menggali informasi

Mengolah informasi

Merumuskan hipotesis
No

Nama Siswa
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Keterangan: Skala penilaian dibuat dengan rentangan dari 1 s.d. 5. Penafsiran angka-angka tersebut adalah sebagai
berikut: 1 = sangat kurang, 2 = kurang, 3 = cukup, 4 = baik, dan 5 = amat baik.

Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 40


Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika

Lampiran 7: Contoh Format Laporan Hasil Belajar

LAPORAN HASIL BELAJAR SISWA UNTUK GURU DAN KEPALA SEKOLAH

Mata Pelajaran : Matematika


Kelas/Semester : X – E/2…………

Kompetensi Dasar Rata-


No Nama Siswa Aspek Keterangan
1.1 1.2 2.1 2.2 2.3 3.1 3.2 rata
1 Andi Imran Kognitif
Psikomotorik
Afektif
2 Chaerudin L Kognitif
Psikomotorik
Afektif
3 Darmawan S Kognitif 63 Belum kompeten, perlu
Psikomotorik 75 remedial
Afektif B
4 Ernavita Kognitif
Psikomotorik
Afektif
5 Jonathan P Kognitif
Psikomotorik
Afektif
6 Lidya Novita Kognitif
Psikomotorik
Afektif
7 Marthin Razak Kognitif 83 Sudah kompeten, kecakapan
Psikomotorik 84 kerja sama perlu
Afektif B dtingkatkan.
8 Sarah Robbaniyah Kognitif 79 Sudah kompeten, kecakapan
Psikomotorik 87 hidup akademik perlu
Afektif A dtingkatkan.
Keterangan: Batas lulus skor ranah kognitif dan psikomotor ≥ 75

Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 41


Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika

Lampiran 8: Contoh Format Rancangan Penilaian dan Tugas

Contoh Format Rancangan Pengujian

No Kompetensi Dasar Juli Agustus September Oktober Nopember


Blok
1
Blok
2
Blok
3

Contoh Format Rancangan Pemberian Tugas

No Kompetensi Dasar Juli Agustus September Oktober Nopember


K1
PR1
K2
PR2 K3
K4
PR3

Keterangan: K = Kuis
PR = Pekerjaan Rumah

Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 42

You might also like

  • Skenario Pemelajaran Naratif
    Skenario Pemelajaran Naratif
    Document2 pages
    Skenario Pemelajaran Naratif
    Denok sisilia
    100% (3)
  • Skenario Pemelajaran B INGGRIS KLS 1
    Skenario Pemelajaran B INGGRIS KLS 1
    Document9 pages
    Skenario Pemelajaran B INGGRIS KLS 1
    Denok sisilia
    100% (1)
  • Skenario Pemelajaran
    Skenario Pemelajaran
    Document3 pages
    Skenario Pemelajaran
    Denok sisilia
    No ratings yet
  • 11 Bab 10
    11 Bab 10
    Document19 pages
    11 Bab 10
    Denok sisilia
    No ratings yet
  • 08 Bab 7
    08 Bab 7
    Document26 pages
    08 Bab 7
    Denok sisilia
    50% (2)
  • Skenario Pemb.
    Skenario Pemb.
    Document9 pages
    Skenario Pemb.
    Denok sisilia
    100% (1)
  • UU Sisdiknas 2003
    UU Sisdiknas 2003
    Document28 pages
    UU Sisdiknas 2003
    Denok sisilia
    100% (2)
  • 12 DafGrosar
    12 DafGrosar
    Document11 pages
    12 DafGrosar
    Denok sisilia
    No ratings yet
  • 03 Bab 2
    03 Bab 2
    Document18 pages
    03 Bab 2
    Denok sisilia
    100% (2)
  • 02 Bab 1
    02 Bab 1
    Document30 pages
    02 Bab 1
    Denok sisilia
    No ratings yet
  • 01 Prelim
    01 Prelim
    Document6 pages
    01 Prelim
    Denok sisilia
    No ratings yet
  • 10 Bab 9
    10 Bab 9
    Document32 pages
    10 Bab 9
    Denok sisilia
    0% (1)
  • 02 Bab 1
    02 Bab 1
    Document26 pages
    02 Bab 1
    Denok sisilia
    No ratings yet
  • 06 Bab 5
    06 Bab 5
    Document28 pages
    06 Bab 5
    Denok sisilia
    100% (1)
  • 09 Bab 8
    09 Bab 8
    Document18 pages
    09 Bab 8
    Denok sisilia
    No ratings yet
  • 06 Bab-5
    06 Bab-5
    Document14 pages
    06 Bab-5
    Denok sisilia
    100% (1)
  • 07 Bab 6
    07 Bab 6
    Document26 pages
    07 Bab 6
    Denok sisilia
    No ratings yet
  • 05 Bab 4
    05 Bab 4
    Document34 pages
    05 Bab 4
    Denok sisilia
    No ratings yet
  • 07 Bab-6
    07 Bab-6
    Document22 pages
    07 Bab-6
    Denok sisilia
    100% (1)
  • 03 Bab 2
    03 Bab 2
    Document24 pages
    03 Bab 2
    Denok sisilia
    100% (1)
  • 01 Prelim
    01 Prelim
    Document6 pages
    01 Prelim
    Denok sisilia
    No ratings yet
  • 04 Bab 3
    04 Bab 3
    Document34 pages
    04 Bab 3
    Denok sisilia
    No ratings yet
  • 08 Pelajaran 6
    08 Pelajaran 6
    Document20 pages
    08 Pelajaran 6
    Denok sisilia
    No ratings yet
  • 06 Bab 5
    06 Bab 5
    Document22 pages
    06 Bab 5
    Denok sisilia
    100% (1)
  • 08 Bab-7
    08 Bab-7
    Document16 pages
    08 Bab-7
    Denok sisilia
    No ratings yet
  • 05 Bab-4
    05 Bab-4
    Document14 pages
    05 Bab-4
    Denok sisilia
    100% (1)
  • 07 Lat Ulangan SMT 1
    07 Lat Ulangan SMT 1
    Document6 pages
    07 Lat Ulangan SMT 1
    Denok sisilia
    No ratings yet
  • 04 Bab 3
    04 Bab 3
    Document26 pages
    04 Bab 3
    Denok sisilia
    No ratings yet
  • 05 Bab 4
    05 Bab 4
    Document20 pages
    05 Bab 4
    Liwanto Lee
    No ratings yet
  • 04 Bab-3
    04 Bab-3
    Document16 pages
    04 Bab-3
    Denok sisilia
    No ratings yet