You are on page 1of 4

Hanya organisasi berbadan hukum yang bisa mendapatkan dana bantuan hukum dari APBN.

Organisasi yang bukan berbadan hukum, apalagi yang tiba-tiba terbentuk, tak akan lolos verifikasi dan akreditasi. Jika tidak lolos verifikasi tim Kementerian Hukum dan HAM, otomatis organisasi Pemberi Bantuan Hukum itu tak akan bisa mendapatkan dana bantuan hukum. Status badan hukum itu menjadi salah satu syarat yang akan diverifikasi tim bentukan Menteri Hukum dan HAM. Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN), Wicipto Setiadi, mengatakan tidak sembarang organisasi bisa mendapatkan dana bantuan hukum sesuai amanat UU No. 16 Tahun 2011. Saat ini, Kementerian masih menggodok rancangan Peraturan Menteri Hukum dan HAM (Permen) tentang Akreditasi dan Verifikasi lembaga Pemberi Bantuan Hukum. Berdasarkan rancangan Permen ini, ada beberapa aspek yang akan diverifikasi tim sebelum suatu organisasi mendapatkan dana bantuan hukum. Salah satunya status badan hukum organisasi. Wicipto memastikan organisasi penerima harus berbadan hukum. Harus berbadan hukum, tegas Kepala BPHN itu di sela-sela talkshow tentang UU Bantuan Hukum di Jakarta, Senin (01/10). Hingga kini, rancangan Permen dimaksud belum selesai. Demikian pula rancangan Peraturan Pemerintah (PP) tentang pelaksanaan UU Bantuan Hukum. Masih tahap harmonisasi di Ditjen Peraturan Perundang-Undangan, ujarnya. UU Bantuan Hukum menyebutkan Pemberi Bantuan Hukum terdiri dari lembaga bantuan hukum dan organisasi kemasyarakatan yang memberi layanan bantuan hukum. Selain badan hukum, organisasi Pemberi Bantuan Hukum wajib terakreditasi, memiliki kantor, memiliki pengurus, dan tak kalah penting: memiliki program bantuan hukum. Kepala Pusat Penerangan Kementerian Dalam Negeri Reydonnizar Moenek mengingatkan saat ini Pemerintah dan DPR tengah membahas revisi UU No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan (Ormas). Oleh karena itu, lembaga pemberi bantuan hukum yang berbentuk ormas juga akan tunduk pada UU Ormas kelak. Termasuk masalah transparansi pengelolaan keuangan. Dalam konsep UU Bantuan Hukum, kewajiban Pemberi Bantuan Hukum bukan hanya menyangkut status organisasi, tetapi juga mekanisme pertanggungjawaban keuangan. Dana bantuan hukum adalah dana APBN, sehingga pertanggungjawabannya pun tunduk pada mekanisme pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara. Ini berarti ada resiko hukumyang harus diantisipasi oleh organisasi Pemberi Bantuan Hukum. Bagi lembaga bantuan hukum yang ada di kampus, status badan hukum bisa saja melekat pada kampusnya. Misalnya, perguruan tinggi swasta berbentuk yayasan yang memiliki biro bantuan hukum. Maka, badan hukum biro bantuan hukum itu melekat langsung pada badan hukum yayasan tersebut.

BEBERAPA HAL YANG PERLU DIKETAHUI MENGENAI UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum Diundangkan pada tanggal 2 November 2011 dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 104 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 5248. Latar Belakang Negara menjamin hak konstitusional setiap orang untuk mendapatkan pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum sebagai sarana perlindungan hak asasi manusia; Negara bertanggung jawab terhadap pemberian bantuan hukum bagi orang miskinsebagai perwujudan akses terhadap keadilan. Pengertian Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh Pemberi Bantuan Hukum secara cuma-Cuma kepada Penerima Bantuan Hukum. Penerima Bantuan Hukum adalah orang atau kelompok orang miskin. Pemberi Bantuan Hukum adalah lembaga bantuan hukum atau organisasi kemasyarakatan yang memberi layanan Bantuan Hukum berdasarkan UndangUndang ini. Asas-asas Bantuan Hukum keadilan; persamaan kedudukan di dalam hukum; keterbukaan; efisiensi; efektivitas; dan akuntabilitas. Tujuan Bantuan Hukum Menjamin dan memenuhi hak bagi Penerima Bantuan Hukum untuk mendapatkan akses keadilan; Mewujudkan hak konstitusional segala warga negara sesuai dengan prinsip persamaan kedudukan di dalam hukum; menjamin kepastian penyelenggaraan Bantuan Hukum Dilaksanakan secara merata di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia; dan Mewujudkan peradilan yang efektif, efisien, dan dapat dipertanggungjawabkan. Penerima Bantuan Hukum Meliputi : setiap orang atau kelompok orang miskin yang tidak dapat memenuhi hak dasar secara layak dan mandiri seperti hak atas pangan, sandang, layanan kesehatan, layanan pendidikan, pekerjaan dan berusaha, dan/atau perumahan. Kewajiban Kemenkumham Kementerian Hukum dan HAM wajib melaksanakan Penyelenggaraan Bantuan Hukum sesuai dengan amanat UU No. 16 Tahun 2011 Tugas Menteri Hukum dan HAM RI. Pasal 6 ayat 3 UU No.16 Tahun 2011, Menteri bertugas: 1. Menyusun dan menetapkan kebijakanpenyelenggaraan Bantuan Hukum; 2. Menyusun dan menetapkan Standar Bantuan Hukum berdasarkan asas-asas pemberian Bantuan Hukum; 3. Menyusun rencana anggaran Bantuan Hukum; 4. Mengelola anggaran Bantuan Hukum secara efektif, efisien, transparan, dan akuntabel; dan 5. Menyusun dan menyampaikan laporan penyelenggaraan Bantuan Hukum kepada Dewan Perwakilan Rakyat pada setiap akhir tahun anggaran.

a.

b.

c.

d.

e.

f.

g.

h.

Pasal 7 ayat 1 dan 2 UU No. 16 Th 2011 Menteri berwenang : 1. Mengawasi dan memastikan penyelenggaraan Bantuan Hukum dan pemberian Bantuan Hukum dijalankan sesuai asas dan tujuan yang ditetapkan dalam UndangUndang ini; dan 2. Melakukan verifikasi dan akreditasi terhadap lembaga bantuan hukum atau organisasi kemasyarakatan untuk memenuhi kelayakan sebagai Pemberi Bantuan Hukum berdasarkan Undang-Undang ini.

i.

Menteri Hukum dan HAM Membentuk Panitia Verifikasi dan Akreditasi Panitia yang unsurnya terdiri atas: 1. Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia; 2. Akademisi; 3. Tokoh masyarakat; dan 4. Lembaga atau organisasi yang memberikan Bantuan hukum

j.

Syarat-syarat Pemberi Bantuan Hukum 1.Berbadan Hukum; 2.Terakreditasi; 3.Memiliki kantor atau sekretariat yang tetap; 4.Memiliki Pengurus ; dan 5.Memiliki Program Bantuan Hukum. Kewajiban Pemberi Bantuan Hukum 1. Melaporkan kepada Menteri tentang program Bantuan Hukum; 2. Melaporkan setiap penggunaan anggaran negara yang digunakan untuk pemberian Bantuan Hukum berdasarkan Undang-Undang ini; 3. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan Bantuan Hukum bagi advokat, paralegal, dosen, mahasiswa fakultas hukum yang direkrut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a; 4. Menjaga kerahasiaan data, informasi, dan/atau keterangan yang diperoleh dari Penerima Bantuan Hukum berkaitan dengan perkara yang sedang ditangani, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang; dan 5. Memberikan Bantuan Hukum kepada Penerima Bantuan Hukum berdasarkan syarat dan tata cara yang ditentukan dalam Undang-Undang ini sampai perkaranya selesai, kecuali ada alasan yang sah secara hukum. Tata cara Pemberian Bantuan Hukum 1. Pemohon Bantuan Hukum mengajukan permohonan Bantuan Hukum kepada Pemberi Bantuan Hukum. 2. Pemberi Bantuan Hukum dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah permohonan Bantuan hukum dinyatakan lengkap harus memberikan jawaban menerima atau menolak permohonan Bantuan Hukum. 3. Dalam hal permohonan Bantuan Hukum diterima, Pemberi Bantuan Hukum memberikan Bantuan Hukum berdasarkan surat kuasa khusus dari Penerima Bantuan Hukum. 4. Dalam hal permohonan Bantuan Hukum ditolak, pemberi Bantuan Hukum mencantumkan alasan penolakan. Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara pemberian Bantuan Hukum diatur dengan Peraturan Pemerintah (Pasal 15 ayat 5).

k.

l.

m. Pendanaan Bantuan Hukum Sumber pendanaan Bantuan Hukum dapat berasal dari:

a. hibah atau sumbangan; dan/atau b. sumber pendanaan lain yang sah dan tidak mengikat. Pendanaan penyelenggaraan dialokasikan pada anggaran Kementerian Hukum dan HAM. Tata cara penyaluran dana Bantuan Hukum kepada pemberi Bantuan Hukum diatur dengan Peraturan Pemerintah (Pasal 18). Daerah dapat mengalokasikan anggaran penyelenggaraan Bantuan Hukum dalam APBD. Penyelenggaraan Bantuan Hukum Daerah dialokasikan pada APBD diatur dengan Peraturan Daerah (Pasal 19).

n.

Ketentuan Peralihan Penyelenggaraan dan anggaran Bantuan Hukum yang diselenggarakan oleh dan berada di Mahkamah Agung RI, Kepolisian Negara RI, Kejaksaan RI, dan instansi lainnya tetap dilaksanakan sampai berakhirnya tahun anggaran yang bersangkutan. Tahun 2013 Kemenkumham akan secara penuh melaksanakan tugas dan fungsi sesuai dengan UU No. 16 Tahun 2011 sekaligus penganggarannya. Untuk tahun 2012 K/L yang masih menganggarkan kegiatan Bantuan Hukum tetap menjalankan kegiatannya.

You might also like