You are on page 1of 13

PRAKTIKUM 1 SISTEM SENSORIK

Tujuan Praktikum Pada akhir latihan ini, mahasiswa harus dapat: 1. Membedakan perasaan subjektif panas dan dingin. 2. Menetapkan adanya titik-titik panas, dingin, tekan dan nyeri dikulit. 3. Memeriksa daya menentukan tempat rangsangan taktil (lokalisasi taktil). 4. Memeriksa daya membedakan dua titik tekan (diskriminasi taktil) pada perangsangan serentak (simultan) dan perangsangan berurutan (suksetif). 5. Menentukan adanya perasaan iringan dan menerangkan mekanisme terjadinya (after image). 6. Memeriksa daya membedakan berbagai sifat benda: a. Kekerasan permukaan b. Bentuk c. Bahan pakaian 7. Memeriksa daya menetukan sikap anggota tubuh. 8. Mengukur waktu reaksi. 9. Menyebutkan faktor-faktor sikap anggota tubuh. Alat yang diperlukan 1. 3 waskom dengan air bersuhu 20C, 30C dan 40C. 2. Gelas beker dan termometer kimia. 3. Alkohol atau eter. 4. Es. 5. Kerucut kuningan + bejana berisi kikiran kuningan + estesiometer rambut Frey dan jarum. 6. Pensil + jangka + pelbagai jenis amplas + benda-benda kecil + bahan-bahan pakaian. 7. Mistar pengukur reaksi. Teori Dasar Fungsi sel saraf adalah mengirimkan impuls yang berupa rangsang. Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya terdapat sitoplasma dan inti sel. Dari badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson (neurit). Setiap neuron hanya mempunyai satu akson dan minimal satu dendrit. Kedua serabut saraf ini berisi plasma sel. Pada bagian luar akson terdapat lapisan lemak disebut mielin yang merupakan kumpulan sel Schwann yang menempel pada akson. Berdasarkan struktur dan fungsinya, sel saraf dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu sel saraf sensorik, sel saraf motorik, dan sel saraf intermediet. a. Sel saraf sensorik berfungsi menghantar impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, yaitu otak (ensefalon) dan sumsum belakang (medula spinalis). Ujung akson dari saraf sensori berhubungan dengan saraf asosiasi (intermediet). b. Sel saraf motorik berfungsi mengirim impuls dari sistem saraf pusat ke otot atau kelenjar yang hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap rangsangan. Badan sel saraf motorik berada di sistem saraf pusat. Dendritnya sangat pendek berhubungan dengan akson saraf asosiasi, sedangkan aksonnya dapat sangat panjang. c. Sel saraf intermediet atau sel saraf asosiasi. Sel ini dapat ditemukan di dalam sistem saraf pusat dan berfungsi menghubungkan sel saraf motorik dengan sel saraf sensorik. Sel saraf intermediet menerima impuls dari reseptor sensori atau sel saraf asosiasi lainnya.

Reseptor sensorik berupa sel-sel khusus atau proses sel yang memberikan informasi tentang kondisi di dalam dan diluar tubuh kepada susunan saraf pusat. Indera peraba dikulit adalah indera yang digunakan untuk merasakan sensitivitas temeperatur, nyeri, sentuhan, tekanan, getaran dan proprioseptif. a. Nosiseptor Reseptor nyeri /nosiseptor terletak pada daerah superficial kulit, kapsul sendi, dalam periostes tulang sekitar dinding pembuluh darah. Reseptor nyeri merupakan free nerve ending dengan daerah reseptif yang luas, sebagai hasilnya sering kali sulit membedakan sumber rasa nyeri yang tepat. Nosiseptor sensitif terhadap temperatur yang ekstrim, kerusakan mekanis dan kimia seperti mediator kimia yang dilepaskan sel yang rusak. Rangsangan pada dendrite di nosiseptor menimbulkan depolarisasi, bila segmen akson mencapai batas ambang dan terjadi potensial aksi di susunan saraf pusat. Kapasitas jaringan utnuk menimbulkan nyeri apabila jaringan tersebut mendapat rangsangan yang mengganggu bergantung adanya nosiseptor. Nosiseptor adalah saraf aferen primer untuk menerima dan menyalurkan rangsangan nyeri. Ujung-ujung saraf bebas nosiseptor berfungsi sebagai saraf yang peka terhadap rangsangan mekanis, kimia, suhu, listrik yang menimbulkan nyeri. Nosiseptor terletak di jaringan subkuti, otot rangka, dan sendi. Reseptor nyeri di visera tidak terdapat di parenkim organ internal itu sendiri, tettapi di permukaan peritoneum, membrane pleura, durameter, dan dinding pembuluh darah. Nyeri merupakan suatu bentuk peringatan akan adanya bahaya kerusakan jaringan. Pengalaman sensoris pada nyeri akut disebabkan oleh stimulus noksius yang diperantarai oleh sistem sensorik nosiseptif. Sistem ini berjalan mulai dari perifer melalui medulla spinalis, batang otak, thalamus dan korteks serebri. Apabila telah terjadi kerusakan jaringan, maka sistem nosiseptif akan bergeser fungsinya dari fungsi protektif menjadi fungsi yang membantu perbaikan jaringan yang rusak. b. Termoreseptor Temperatur reseptor/termoreseptor merupakan free nerve ending yang terletak pada dermis, otot skeletal, liver, hipotalamus. Reseptor dingin tiga/empat kali lebih banyak daripada reseptor panas. Tidak ada strukur yang membedakan reseptor dingin dan panas. Sensasi temperature diteruskan pada jalur yang sama dengan sensasi nyeri. Termoreseptor merupakan phasic reseptor, aktif bila temperatur berubah, tetapi cepat beradaptasi menjadi temperatur yang stabil. Perubahan suhu tubuh dideteksi oleh 2 jenis reseptor, yaitu oleh (1) termoreseptor di kulit (peripheral thermoreceptors) dan (2) termoreseptor sentral di hipotalamus, korda spinalis, dll. (central thermoreceptors).Termoreseptor sentral memiliki umpan balik negatif esensial untuk mempertahankan suhu inti sedang termoreseptor periper berfungsi menghantar sinyal ke pusat integrasi dingin di hipotalamus. Hipotalamus melayani seluruh refleks integrasi suhu dan mengirimkan sinyal kembali melalui saraf simpatis autonom ke kelenjar keringat, pembuluh darah kulit, kelenjar adrenalis, dan melalui neuron motoris pada otot skeletal. Transfer Panas Transfer panas terjadi melalui (1) radiasi, (2) konveksi, (3) konduksi, (4) evaporasi (Parsons 1993, Elias & Jackson 1996, Ganong 1997). BAK dan BAB dapat menurunkan suhu 1%. Panas inti ditransfer dari jaringan tubuh ke permukaan kulit melalui sirkulasi darah dan penghantaran panas jaringan (tissue conductance).

- Kontrol Kehilangan panas melalui radiasi dan konduksi Kulit merupakan bagian tubuh yang efektif sebagai insulator pada kontrol fisiologis, melalui perubahan aliran darah di kulit. Semakin banyak aliran darah ke kulit maka akan semakin kecil perbedaan dengan suhu lingkugan. Jika, kapasitas pembuluh darah ke kulit berkurang, penghantaran panas ke perifer semakin kecil, sehingga pengeluaran panas ke lingkungan dapat semakin kecil juga. Vasokonstriktor karena rangsangan simpatis, akan terinervasi karena suhu dingin dan akan meningkat ketika suhu meningkat. Sedang mekanisme perubahan perilaku, seperti tubuh melingkar/mlungker ketika suhu dingin, akan mengurangi luar permukaan yang terpapar suhu lingkungan yang dingin, dengan demikian akan menurunkan pembebasan panas tubuh ke lingkungan (melalui reaksi radiasi dan konduksi) dan menurunkan hantaran suhu lingkungan ke dalam tubuh. Demikian juga sebaliknya. - Kontrol kehilangan panas melalui Evaporasi Kehilangan air melalui kulit, kelenjar keringat, dan jalan pernafasan juga dapat bermanfaat untuk meningkatkan pembebasan panas. - Integrasi mekanisme efektor Suhu lingkungan yang dapat ditoleransi oleh tubuh melalui vasokonstriksi dan vasodilatasi di kulit saja saja disebut dengan thermoneutral zone. Di bawah atau di atas zona ini tubuh masing-masing harus meningkatkan produksi panas atau meningkatkan pengeluaran panas. c. Mekanoreseptor Mekanoreseptor (mechanoreceptor) adalah sel yang mentransduksi rangsangan mekanik dan merelay sinyal ke sistem saraf pusat. Mekanoreseptor sangat sensitif terhadap rangsangan yang terjadi pada membran sel. Membran sel memiliki regulasi mekanis ion channel dimana bias terbuka ataupun tertutup bila ada respon terhadap tegangan, tekanan dan yang bias menimbulkan kelainan pada membrane. Terdapat tiga jenis mechanoreseptor antara lain: Tactile reseptor memberikan sensai sentuhan, tekanan dan getaran. Sensasi sentuhan memberikan inforamsi tentang bentuk atau tekstur, dimana tekanan memberikan sensasi derajat kelainan mekanis. Sensasi getaran memberikan sensasi denyutan/ debaran. Baroreseptor untuk mendeteksi adanya perubahan tekanan pada dinding pembuluh darah dan pada tractus digestivus, urinarius dan sistem reproduksi. Proprioseptor untuk memonitor posisi sendi dan otot, hal ini merupakan struktur dan fungsi yang kompleks pada reseptor sensoris. d. Kemoreseptor Kemoreseptor adalah alat indera yang merespon terhadap rangsangan zat kimia yaitu indera pembau (hidung) dan indera pengecap (lidah). Kemoreseptor tidak mengirim informasi pada korteks primer sensoris, jadi kita tidak tahu adanya sensasi yang diberikan kepada reseptor tersebut. Saat informasi datang lalu diteruskan menuju batang otak yang merupakan pusat otonomik yang mengatur pusat respirasi dan fungsi cardiovascular. Rangsang yang diberikan ke dalam tubuh kita baik eksternal maupun internal amat sangat berpengaruh dalam kehidupan kita, dalam hal ini kaitannya adalah dengan bagaimana kita merespon ransang tersebut. Respon-respon tersebut ditentukan oleh sebuah mekanisme dimana mekanisme tersebut adalah pemrosesan informasi yang ditransmisikan oleh serat-serat saraf otak dari berbagai reseptor yang terletak di seluruh tubuh (mekanisme sensorik). Sensasi-sensasi tersebut diklasifikasikan menjadi

indera kutan, viseral, olfaktorius, penciuman, visual, pendengaran dan posisi.Tiga komponen dari mekanisme sensori adalah organ pengindera atau reseptor, jaras sensoris ke otak dan area sensoris otak di korteks serebri. Mekanisme sensorik yang terjadi dalam tubuh kita umumnya adalah sebagai berikut,yaitu adanya stimulus mengaktifkan voltage gated channel yaitu kanal ion terbuka. Kemudian terjadi perpindahan ion (Na+ ke dalam dan K+ keluar). Perpindahan ini mengakibatkan perubahan potensial membran berupa 3 event (depolarization, repolarization, dan hyperpolarization). Akhirnya terjadi fluktuasi yaitu perubahan dari nilai normal yang berfungsi sebagai senyal listrik. Penghantaran impuls sensorik ini berkaitan dengan sistem pompa ion dalam tubuh. Terjadinya potensial membran sel akibat perbedaan distribus ion Na, K, dan anion. 2 Fluktuasi yang dimaksud memiliki 2 bentuk dasar yaitu :2 Gradded Potential : Terjadi sesaat, perubahan lokal potensial membran. Intensitas berkurang sesuai dengan jarak yang ditempuhnya. Besarnya potensial bergantung pada kekuatan stimulus yang diberikan. Graded potensial yang cukup besar (mencapai Threshold / ambang) dapat menginisiasi Action potential. Arus yang terjadi segera menghilang akibat kebocoran membran plasma. Graded potential hanya dapat berjalan pada jarak yang dekat. Action Potential : Berfungsi sebagai sinyal jarak jauh. Memungkinkan komunikasi jarak jauh. Penjalaran impuls satu arah dari asal stimulus. Memiliki komponen Depolarisasi yaitu perubahan potensial dari -70mV menjadi +30mV akibat adanya influx Na+ , Repolarisasi yaitu potensial membran kembali ke potensial istirahat dari +30mV menjadi -70mV akibat adanya efflux K+, Hyperpolarisasi / undershoot yaitu potensial menjadi lebih negatif daripada potensial istirahat akibat perpindahan ion kalium. Tata Kerja : I. Perasaan subyektif panas dan dingin 1. Sediakan 3 waskom yang masing-masing berisi air dengan suhu 20C, 30C dan 40C. 2. Masukkan tangan kanan kedalam air bersuhu 20C dan tangan kiri kedalam air bersuhu 40C untuk 2 menit. Catat kesan apa yang saudara alami. Tangan kanan terasa dingin, dan tangan kiri terasa panas. 3. Kemudian masukkan segera kedua tangan itu serentak kedalam air bersuhu 30C. Catat kesan apa yang saudara alami. VII.1. Apakah ada perbedaan perasaan subyektif antara kedua tangan tersebut? Apa sebabnya? o.p : Nisrina Karima L Kesan : Tangan kanan terasa lebih panas dibandingkan dengan tangan kiri, karena perubahan suhu yang diterima oleh kulit dan terdapat perbedaan perasaan subyektif. Sebab : Adanya perpindahan kalor yang terjadi karena respon adaptasi terhadap lingkungan. Thermoreceptor merupakan phasic reseptor, aktif bila temperature berubah, tetapi cepat beradaptasi menjadi temperature yang stabil. 4. Tiap perlahan-lahan kulit punggung tangan yang kering dari jarak 10 cm. 5. Basahi sekarang kulit punggung tangan tersebut dengan air dan tiup sekali lagi dengan kecepatan seperti diatas. Bnadingkan kesan yang saudara alami hasil tiupan pada sub 4 dan 5. Kesan : Punggung tangan terasa lebih dingin. 6. Olesi sebagian kulit punggung tangan dengan alkohol atau eter.

VII.2. Apakah ada bedanya antara ke 3 hasil tindakan pada sub 4,5 dan 6? Apa sebabnya? Ada, pada tindakan 4 dan 5 lebih terasa dingin dibandingkan setelah diberi alkohol, hal ini mungkin disebabkan karena adaptasi pada kulit yang sebelumnya sudah terjadi dan juga sifat alkohol yang cepat menguap. II. Titik-titik Panas, Dingin, Tekan dan Nyeri Kulit 1. Letakkan punggung tangan kanan saudara diatas sehelai kertas dan tarik garis pada pinggir tangan dan jarijari sehingga terdapat lukisan tangan. 2. Pilih dan gambarkan ditelapak tangan itu suatu daerah seluas 3 x 3 cm dan gambarkan pula daerah itu dilukisan tangan pada kertas. 3. Tutup mata orang percobaan dan letakkan punggung tangan kanannya santai di meja. 4. Selidiki secara teratur menurut garis-garis sejajar titik-titik yang memberikan kesan panas yang jelas pada telapak tangan tersebut dengan menggunakan kerucut kuningan yang telah dipanasi. Cara memanasi kerucut kuningan yaitu dengan menempatkannya dalam bejana berisi kikiran kuningan yang direndam dalam air panas bersuhu 50C. Tandai titik-titik panas yang diperoleh dengan tinta. 5. Ulangi penyelidikan yang serupa pada sub. 4 dengan kerucut kuningan yang telah didinginkan. Cara mendinginkan kerucut kuningan yaitu dengan menempatkannya dalam bejana berisi kikiran kuningan yang direndam dalam air es. 6. Selidiki pula menurut cara diatas titik-titik yang memberikan kesan tekan dengan menggunakan estesiometer rambut Frey dan titik-titik yang memberikan kesan nyeri pada jarum. 7. Gambarkan dengan simbol yang berbeda semua titik yang diperopleh pada lukisan tangan dikertas. VII.3. Menurut teori, kesan apakah yang akan diperoleh bila titik dingin dirangsang oleh benda panas? Bagaimana keterangannya? o.p : Nisrina Karima L o.p merasa panas apabila kerucut yang telah panas di titik P, dan merasa dingin ketika kerucut kuningan diletakkan di titik D.

Berdasarkan hasil percobaan pada o.p dapat menyimpukan bahwa sensasi titik panas dan dingin dapat teraba jelas berada pada daerah tengan dari pada tangan. Disini terlihat bahwa reseptorreseptor panas dan dingin pada daerah tangan terbanyak terletak pada daerah tengah, dan juga bukan karena reseptor-resptor panas dingin saja yang banyak tetapi juga karena di daerah tengah tangan sedikit lebih curam, ini menandakan disana lebih sedikit jaringan lemaknya sehingga sensasi titik panas dan dingin lebih terasa.

III. Lokalisasi Taktil Dasar Teori Reseptor taktil adalah Mekanoreseptor, Mekanoreseptor berespons terhadap perubahan bentuk dan penekanan fisik dengan mengalami depolarisasi dan menghasilkan potensial aksi. Indera raba (taktil): reseptor taktil adalah alat indera yang paling luas, terletak diseluruh permukaan kulit dan beberapa selaput lendir. Ada dua fungsi penting yaitu untuk survival; dengan mengidentifikasi sentuhan ringan secara umum, temperatur, dan rasa nyeri. Sedangkan fungsi diskriminasi yang berkembang kemudian, penting untuk mengenal tekstur, bentuk, lokasi akurat dari suatu sentuhan dan berperan penting dalam perkembangan persepsi tubuh, keterampilan motorik halus dan praksis. Reseptor indera taktil terletak pada kulit dan beberapa lokasi selaput lendir. Indera taktil memberikan informasi tentang kualitas benda-benda yang diraba (keras, halus, dsb), arah gerak dari input taktil dan lokasi dari input tersebut (= fungsi diskriminatif). Selain itu system taktil juga menerima rasa raba halus, nyeri dan temperatur (=fungsi protektif). Reseptor taktil, terdapat paling sedikit 6 jenis reseptor, tapi sebenrnya masih banyak reseptor taktil yang serupa. 1. Beberapa ujung saraf bebas, yang terdapat di jumpai di semua bagian kulit dan jaringan-jaringan lain,dapat mendeteksi rabaan dan tekanan. 2. Reseptor raba dengan sensitivitas khusus,yakni badan meisner, yang meupakan juluran saraf bermeilin dari sensorik besar meilin jenis (A&B). Reseptor ini terutama peka terhadap pergerakkan objek di atas permukaan kulit seperti juga terhadap getaran berfrekuensi rendah. 3. Ujung jari dan daerah-daerah lainnya yang mengandung banyak sekali badan meissner biasanya juga mengandung reseptor taktil yang ujung nya meluas,yang salah satu jenis nya diskus Merkel. Berperan penting dalam melokalisasi sensasi raba di daerah permukaan tubuh yang spesifik dan menentukan bentuk apa yang dirasakan. 4. Pergerakkan sedikit saja pada setiap rambut tubuh akan merangsang serabut saraf yang pangkal nya melilit.jadi setiap rambut, dan bagian dasar serabut saraf yang disebut organ ujung rambut. Reseptor ini dapat mendeteksi, pergerakkan objek pada permukaan tubuh atau kontak awal dengan tubuh. 5. Ruffini reseptor ini berguna untuk menjalarkan sinyal perubahan bentuk jaringan yang terus-menerus, missal nya sinyal raba dan tekan yang besar dan berkepanjangan. 6. Badan paccini . reseptor ini hanya dapat dirangang oleh penekkanan local jaringan yang cepat karena reseptor ini beradaptasi dalam waktu sepersekian detik. Tata Kerja 1. Tutup mata orang percobaan dan tekankan ujung pensil pada suatu titik dikulit ujung jarinya. 2. Suruh sekarang orang percobaan melokalisasi tempat yang baru dirangsang tadi dengan ujung sebuah pensil pula. 3. Tetapkan jarak antara titik rangsang dan titik yang ditunjuk. 4. Ulangi percobaan ini sampai 5 kali dan tentukan jarak rata-rata untuk kulit ujung jari, telapak tangan, lengan bawah, lengan atas dan tengkuk. VII.4. Apakah kemampuan lokalisasi taktil seseorang sama besarnya untuk seluruh bagian tubuh? o.p : Rahayu Kartika Utami Kemampuan lokalisasi taktil pada seluruh bagian tubuh berbeda-beda. Reseptor taktil adalah mekanoreseptor. Reseptor taktil yang berbeda memiliki kepekaan dan kecepatan mengirim impuls yang berbeda pula, seperti pada ujung jari dan bibir yang akan lebih sensitif terhadap rangsangan dibanding telapak tangan, lengan atas dan tengkuk. V.II.5. Apakah istilah kemampuan seseorang untuk menentukan tempat rangsangan taktil? Lokalisasi taktil/ TPL (Two Point Localization)

Hasil Praktikum dan Pembahasan No Jarak Titik Rangsan dan yang ditunjuk (mm) 2 7 5 0 2

1 2 3 4 5

Dari data yang didapatkan lokalisasi taktil yang dilakukan normal. Hampir semua informasi mengenai sentuhan, tekanan, dan getaran masuk ke korda spinalis melalui akar dorsal saraf spinal yang sesuai. Kesimpulan Kemampuan lokalisasi taktil seseorang tidak sama besar pada seluruh bagian tubuh. Reseptor taktil yang berbeda memiliki kepekaan dan kecepatan mengirim impuls yang berbeda pula. IV. Diskriminasi Taktil Dasar Teori Reseptor taktil adalah Mekanoreseptor, Mekanoreseptor berespons terhadap perubahan bentuk dan penekanan fisik dengan mengalami depolarisasi dan menghasilkan potensial aksi. Apabila depolarisasinya cukup besar, maka serat saraf yang melekat ke reseptor akan melepaskan potensial aksi dan menyalurkan informasi ke korda spinalis dan otak. Reseptor taktil yang berbeda memiliki kepekaan dan kecepatan mengirim impuls yang berbeda pula. Kemampuan membedakan rangsangan kulit oleh satu ujung benda dari dua ujung disebut diskriminasi dua titik. Kemampuan panca indra untuk membedakan keberadaan 2 titik yang mendapat rangsangan sangat dipengaruhi oleh mekanisme inhibisi lateral yang meningkatkan derajat kontras pada pola spasial yang disadari. Setiap jaras sensorik bila dirangsang, secara simultan akan menghasilkan sinyal inhibitorik lateral; sinyal ini menyebar ke sisi sinyal eksitatorik dan menghambat neuron yang berdekatan. Sebagai contoh, ingat lah neuron yang dirangsang di nukleus kolumna dorsalis. Selain dari pusat sinyal eksitatorik, jaras lateral pendek juga menjalarkan sinyal inhibitorik ke neuron di sekitarnya. Jadi, sinyal ini lewat melelui interneuron tambahan yang mensekresi transmitter inhibitorik. Pentingnya inhibisi lateral adalah bahwa inhibisi ini menghambat penyebaran sinyal eksitatorik ke lateral sehingga meningkatkan derajat kontras dalam pola sensorik yang dirasakan di korteks serebralis. Tata Kerja 1. Tentukan secara kasar ambang membedakan dua titik untuk ujung jari dengan menempatkan kedua ujung sebuah jangka secara serentak (simultan) pada kulit ujung jari. 2. Dekatkan kedua ujung jangka itu sampai dibawah ambang dan kemudian jauhkan berangsur-angsur sehingga kedua ujung jangka itu tepat dapat dibedakan sebagai 2 titik. VII.6. Bagaimana caranya saudara mengatahui bahwa jarak antar kedua ujung jangka dibawah ambang diskriminasi taktil? o.p : Prisilla Desfiandi

Dengan bertanya ke OP apakah ia bisa membedakan sentuhan yang terasa satu atau dua titik, jika

terasa dua titik dimana sebelumnya ia merasa satu, maka itu ambang diskriminsi taktilnya. Ketajaman taktil relatif suatu bagian dapat ditentukan dengan uji ambang diskriminasi 2 titik. Apabila 2 ujung dari jangka tersebut ditempelkan ke permukaan kulit dan merangsang 2 medan reseptif yang berbeda, maka dirasakan 2 titik terpisah. Namun jika kedua ujung jangka tersebut menempel di permukaan kulit dan merangsang medan reseptif yang sama, akan dirasakan sebagai 1

titik. Ambang 2 titik berkisar dari 2mm di ujung jari, dan 48mm di kulit betis yang diskriminasinya paling rendah. 3. Ulangi percobaan ini dari suatu jarak permulaan diatas ambang. Ambil angka ambang terkecil sebagai ambang diskriminasi taktil tempat itu. 4. Lakukan percobaan diatas sekali lagi, tetapi sekarang dengan menempatkan kedua ujung jangka secara berturut-turut (suksetif). 5. Tentukan dengan cara yang sama (simultan dan suksetif) ambang membedakan dua titik ujung jari, tengkuk, bibir, pipi dan lidah. 6. Berikan sekarang jarak kedua ujung jangka yang sebesar-besarnya yang masih dirasakan oleh kulit pipi depan telinga sebagai satu titik. Dengan jarak ini gerakan jangka itu dengan ujungnya pada kulit kearah pipi muka, bibir atas dan bibir bawah. Arah gerakan harus tegak lurus terhadap garis yang menghubungkan kedua ujung jangka. 7. Catat apa yang saudara alami. Hasil Praktikum dan Pembahasan Lokasi Diskriminasi Taktil (cm) Ujung Jari 0,6 Bibir 1,0 Pipi 1,8 Tengkuk 2,2 Lidah 0,7

Bagian yang terbesar ambang diskriminasi taktilnya yakni tengkuk, dan yang terkecil di bibir dan
ujung jari. Ini membuktikan bahwa sentuhan dua titik di tengkuk sulit dibedakan, karena reseptor peraba lebih banyak namun lapang reseptif kecil di ujung jari atau bibir. Kesimpulan Dikriminasi titik merupakan kemampuan membedakan rangsangan kulit oleh satu ujung benda dari dua ujung disebut diskriminasi dua titik. Berbagai daerah tubuh bervariasi dalam kemampuan membedakan dua titik pada tingkat derajat pemisahan bervariasi. V. Perasaan Iringan (After image) Dasar Teori Sistem saraf mempunyai sirkuit , salah satunya adalah sikuit reverberasi atau sirkuit bolak balik (oscilatory).Sirkuit ini dapat disebabkan oleh adanya umpan balik positif di dalam sirkuit neuron. Umpan balik ini ditujukan untuk merangsang kembali masukan sirkuit yang sama sehingga sirkuit itu dapat mengeluarkan letupan berulang-ulang untuk waktu yang lama. Umpan balik positif ini dapat terjadi apabila suatu neuron memiliki percabangan ke neuron lain yang memiliki percabangan yang menuju kembali ke neuron sebelumnya. Adanya sirkuit reverberasi atau sirkuit bolak balik sehingga rangsangan yang telah diteruskan oleh satu neuron kembali kembali lagi kepada neuron tersebut sehingga menimbulkan perasaan iringan (after image). Tata Kerja 1. Letakkan sebuah pensil antara kepala dan daun telinga dan biarakan ditempat itu selama saudara melakukan percobaan VI. 2. Setelah saudara selesai dengan percobaan VI angkatlah pensil dari telinga saudara dan apakah yang saudara rasakan setelah pensil itu diambil. VII.7. Bagaimana mekanisme terjadinya perasaan iringan? o.p : Rininta D.

Masih terasa adanya pensil di telinga saat pensil diambil .Perasaan iringan = normal Hal ini dapat terjadi karena adanya reseptor fasik yang cepat beradaptasi. Karena cepatnya beradaptasi reseptor yang mencakup reseptor taktil ini, maka titik yang terus menerus diletakkan pensil atau menggunakan jam tangan, akan tidak dirasakan lagi karena sudah terbiasa dan karena adaptasi cepat reseptor ini. Adanya adaptasi reseptor terhadap rangsangan benda yang dihasilkan melalui tekanan, getaran dan sifat sifat fisik benda, mengakibatkan kita terbiasa dalam memakai benda tersebut. sehingga pada saat mencopot benda, reseptor-reseptor tersebut memperlihatkan suatu off reseptor dan adanya sirkuit reverberasi atau sirkuit bolak balik menyebabkan kita menyadari bahwa benda telah di copot. Mekanisme adaptasi ini dilakukan oleh badan paccini.

Perasaan iringan terjadi karena adanya impuls yang terus beredar dalam lingkaran rantai neuron
daerah yang terangsang, walaupun stimulus sudah tidak ada lagi. Kesimpulan Sensasi merupakan suatu perasaan yang timbul sebagai akibat adanya stimulus reseptor. Sensasi yang berlangsung secara terus menerus disebut sensasi beriringan (after image). VI. Daya Membedakan Berbagai Sifat Benda A. Kekasaran permukaan benda 1. Dengan mata tertutup suruh orang percobaan meraba-raba permukaan ampelas yang derajat kekasaran yang berbeda-beda. 2. Perhatikan kemampuan orang percobaanm untuk membedakan derajat kekasaran ampelas. B. Bentuk benda 1. Dengan mata tertutup suruh orang percobaan memegang-megang benda-benda kecil yang saudara berikan. 2. Suruh orang percobaan menyebutkan nama/bentuk benda-benda itu. C. Bahan pakaian 1. Dengan mata tertutup suruh orang percobaan meraba-raba bahan-bahan pakaian yang saudara berikan. 2. Suruh orang percobaan setiap kali menyebutkan jenis/bentuk benda-benda itu. VII.8. Bila orang percobaan membuat kesalahan dalam membedakan sifat benda (ukuran, bentuk, berat, permukaan), apa kelainan neurologis yang dideritanya? Terjadi lesi pada lobus parietal yang tidak dominan gangguannya disebut agnosia. Jika pasien mempunyai daya visus normal dan tidak dapat mengenali benda disebut agnosia visual. Jika ketidakmampuan seorang pasien mengenali sebuah benda dengan palpasi tanpa adanya gangguan sensorik sebut agnosia taktil. Hasil Praktikum o.p : Nidya Febrina a. Kekasaran permukaan benda Kemampuan membedakan derajat kekasaran = normal b. Bentuk benda Membedakan bentuk benda = normal c. Bahan pakaian Kemampuan membedakan bahan = normal Tidak ada kelainan pada daya membedakan berbagai sifat benda Kesimpulan Kemampuan membedakan berbagai sifat benda denan baik menandakan sistem sensoris baik.

VII. Tafsiran Sikap Dasar Teori Gerak adalah suatu tanggapan tehadap rangsangan baik itu dari dalam tubuh maupun dari luar tubuh. Gerak merupakan pola koordinasi yang sangat sederhana untuk menjelaskan penghantaran impuls oleh saraf. Seluruh mekanisme gerak yang terjadi di tubuh kita tak lepas dari peranan system saraf. Sistem saraf ini tersusun atas jaringan saraf yang di dalamnya terdapat sel-sel saraf atau neuron. Sistem syaraf memiliki fungsi sebagai berikut : 1. Pusat koordinasi segala aktivitas tubuh 2. Pusat kesadaran, memori dan intelegansi 3. Higher mental process, yaitu reasoning (penalaran), thinking (berpikir), judgement (pengambilan keputusan). Seperti yang telah dijelaskan pada teori diatas, jalan dari gerak reflex ini adalah mulai dari stimulus diterima reseptor, kemudian impus tersebut dibawa oleh saraf sensorik menuju sum-sum tulang belakang, kemudian impul dilanjutkan oleh saraf motorik, kemudian diterima oleh efektor maka terjadilah respon/tanggapan. Pasien dapat melakukan gerakan yang diperintah oleh pemeriksa dengan benar. Pasien normal dan tidak mengalami gangguan neurologis. system saraf terbagi menjadi du kelompok besar : 1. Sistem saraf sadar Adalah system saraf yang mengatu tau mengkoordinasikan semua kegiatan yang dapat diatur menurut kemauan kita. Contohnya, melempar bola,berjalan,berfikir,menulis,berbicara dan lain-lain. Saraf sadar pun terbagi menjadi dua : a. Saraf pusat terdiri dari : Otak: Merupakan pusat kesadaran,yang letaknya di rongga tengkorak. Sumsum tulang belakang: Sumsum tulang belakang berfungsi menghantarkan impuls (rangsangan) dari dan ke otak,serta mengkoordinasikan gerak refleks. Letaknya pada ruas-ruas tulang belakang, yakni dari ruas-ruas tulag leher hingga ke ruas-ruas tulang pinggang yang kedua. Dan dalam sumsum ini terdapat simpul-simpul gerak refleks. b. Saraf Tepi: Sistem saraf tepi terdiri dari saraf-saraf yang berada di luar system saraf pusat (otak dan sumsum ulang belakang). Artinya system saraf tepi merupakan saraf yang menyebar pada seluruh bagian tubuh yang melayani organ-organ tubh tertentu, sepeti kulit, persendian, otot, kelenjar, saluran darah dan lain-lain. 2. Susunan saraf tak sadar. a. Susunan saraf simpatis b. Susunan saraf parasimpatis Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi tanpa disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil olahan oleh otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor. Tata Kerja 1. Suruh orang percobaan duduk dan tutup mata. 2. Pegang dan gerakan secara pasif lengan bawah orang percobaan kedekat kepala, kedekat dadanya, kedekat lututnya dan akhirnya gantungkan disisi badannya. 3. Tanyakan setiap kali sikap dan lokasi lengan orang percobaan. 4. Suruh orang percobaan dengan telunjuknya menyentuh telinga, hidung dan dahinya dengan perlahan-lahan setelah setiap kali mengangkat lurus lengannya. 5. Perhatikan apakah ada kesalahan.

VII.9. Bila orang percobaan membuat kesalahan dalam melikalisasi tempat-tempat yang diminta, apa nama kelainan neurologis yang dideritanya? Apabila pasien tidak mampu mengenali tubuh pasien sendiri disebut autopagnosia. Jika pasien tidak mampu melakukan suatu gerakan volunter tanpa adanya gangguan dalam kekuatan, sensasi atau koordinasi motorik disebut apraksia, dan jika pasien dapat mendengar dan memahami perintah tetapi tidak dapat mengintegrasikan aktivitas motorik yang akan melakukan gerakan itu disebut dispraksia Hasil Praktikum o.p : Mentari Permata D Dari hasil percobaan, op dapat meniru atau mengsingkronkan gerakan dengan tangannya. Sehingga dapat disimpulkan tafsiran sikap pada op normal (tidak ada kesalahan). Kesimpulan Seluruh mekanisme gerak yang terjadi di tubuh tak lepas dari peranan sistem saraf. Jika tafsiran sikap benar, maka daya menentukan sikap anggota tubuh baik. VIII. Waktu Reaksi Dasar Teori Waktu reaksi merupakan interval waktu yang diperlukan seseorang untuk memberikan reaksi terhadap sinyal atau rangsangan yang muncul ketika seseorang memberikan respon tentang sesuatu yang didengar, dilihat, atau dirasakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu reaksi: 1. Arousal : Arousal atau state of attention, dalam hal ini didalamnya termasuk tekanan darah. Waktu reaksi akan menjadi cepat bila tekanan darah ada di level tengah (dalam keadaan normal), dan akan melambat bila praktikan terlalu santai atau terlalu tegang 2. Usia : Waktu reaksi menjadi berkurang mulai usia bayi hingga akhir 20-an, bertambah pada usia 50-60 tahun, lalu melambat pada usia 70 tahun keatas. Penurunan waktu reaksi pada orang dewasa mungkin disebabkan karena orang dewasa lebih hati-hati merespon sebuah stimulus. Orang dewasa juga cenderung mencurahkan pikirannya pada satu stimulus dan mengabaikan stimulus yang lainnya. 3. Jenis kelamin : Biasanya laki-laki memiliki waktu reaksi yang lebih cepat daripada wanita. 4. Right handed vs left handed : Orang kidal, banyak menggunakan otak kanan, dimana otak kanan banyak digunakan untuk berpikir mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kreativitas, dan hal-hal yang berkaitan dengan ruang (misal: membidik sasaran). Maka banyak peneliti bernaggapan bahwa orang kidal memiliki waktu reaksi yang lebih cepat dibanding dengan orang yang tidak kidal. 5. Direct vs peripheral vision :Waktu reaksi akan lebih cepat bila stimulus diberikan ketika subyek melihat tepat pada titik stimulus (direct vision), dan dapat melambat bila stimulus diberikan disekitar pandangan mata (peripheral vision). 6. Practice and errors : Ketika seorang subyek melakukan hal yang baru atau belum pernah dilakukan sebelumnya, maka waktu reaksinya akan lebih lambat bila dibandingkan dengan subyek yang sudah terlatih atau efek pembelajaran. 7. Kelelahan : Waktu reaksi akan melambat bila subyek sedang mengalami kelelahan. 8. Gangguan : Adanya gangguan pada saat stimulus diberikan dapat meningkatkan waktu reaksi. 9. Peringatan akan stimulus : Waktu reaksi akan menjadi lebih cepat apabila ada peringatan yang diberikan kepada subyek sebelum stimulus tersebut diberikan. 10. Alkohol : Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menurunkan waktu reaksi. 11. Faktor lingkungan : Pencahayaan, temperatur, dll. 12. Faktor psikologi : Suasana hati, tekanan, dll.

Tata Kerja 1. Suruh orang percobaan duduk dan meletakkan lengan bawah dan tangannya ditepi meja dengan ibu jari dan telunjuk berjarak 1 cm siap menjepit. 2. Pemeriksa memegang mistar pengukur waktu reaksi pada titik hitam dengan menempatkan garis tebal diantara dan setinggi ibu jari dan telunjuk orang percobaan tanpa menyentuh jari-jari orang percobaan. 3. Dengan tiba-tiba pemeriksa melepaskan mistar tersebut dan orang percobaan harus menangkap mistar itu dengan secepat-cepatnya. Ulangi percobaan ini sebanyak 5 kali. 4. Tetapkan waktu reaksi orang percobaan (rata-rata dari ke 5 hasil yang diperoleh). VII.10. Apa yang menentukan waktu reaksi seseorang?

Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu reaksi seseorang adalah : usia, jenis kelamin, suhu tubuh,

kesiapan bertindak, indera penerima rangsang yang terlibat, dan banyaknya reseptor yang distimuli. Hasil Praktikum Parameter : Olahraga / tidak pernah olah raga OP Olahraga/minggu Waktu Reaksi Prisilla 2-3 0,20 Badar 3 0,20 Rininta 2 0,26 Yohana 0,25 Nadia 0,26 Parameter : Sarapan / Belum sarapan OP Sarapan Waktu Reaksi Mentari Ya 0,26 Prisilla Ya 0,20 Yoelanda Tdk 0,24 Rahayu Tdk 0,27 Rininta Tdk 0,21 OP Nadya Paramaosa No Waktu Reaksi 0,25 1 0,21 2 0,24 3 0,20 4 0,17 5 Rata 0,214
rata

Dari hasil data yang didapatkan terlihat gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Kesimpulan Waktu reaksi seseorang ditentukan oleh kecepatan dan ketanggapannya.

You might also like