You are on page 1of 17

IMUNISASI POLIO A.

PENGERTIAN IMUNISASI POLIO Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan bayi dan anak dengan memasukan vaksin ke dalam tubuh agar membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak, dan melalui mulut seperti vaksin polio. Tujuan diberikan imunisasi adalah di harapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu. Di Negara Indonesia terdapat jenis imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah dan ada juga yang hanya di anjurkan, imunisasi wajib di Indonesia sebagaimana telah diwajibkan oleh WHO ditambah dengan hepatitis B. imunisasi yang hanya dianjurkan oleh pemerintah dapat digunakan untuk mencegah suatu kejadian yang luar biasa atau penyakit endemik, atau untuk kepentingan tertentu (bepergian) seperti jamaah haji seperti imunisasi meningitis. Pemberian imunisasi pada anak yang mempunyai tujuan agar tubuh kebal terhadap penyakit tertentu, kekebalan tubuh juga dapat dapat dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya terdapat tingginya kadar antibody pada saat dilakukan imunisasi, potensi antigen yang disuntikan, waktu antara pemberian imunisasi, mengingat efektif dan tidaknya imusasi tersebut akan tergantung dari factor yang mempengaruhinya sehingga kekebalan tubuh dapat diharapkan pada diri anak.

Secara umum imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memeberikan kekebalan (imunisasi)pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit. Imunisasi polio adalah suatu imunisasi yang memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis. Polio adalah suatu penyakit radang yang menyerang syaraf yang menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun kedua lengan/tungkai. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan otot untuk menelan. Polio bisa menyebabkan kematian. Penularan penyakit polio ini melalui tinja orang yang terinfeksi, percikan ludah penderita, ataupun makanan dan minuman yang dicemari.

B.VAKSIN POLIO

Inactived Poliomyelitis Vaccine (IPV)

Di Indonesia, meskipun sudah tersedia tetapi Vaksin Polio Inactivated atau Inactived Poliomyelitis Vaccine (IPV) belum banyak digunakan. IPV dihasilkan dengan cara membiakkan virus dalam media pembiakkan, kemudian dibuat tidak aktif (inactivated) dengan pemanasan

atau bahan kimia. Karena IPV tidak hidup dan tidak dapat replikasi maka vaksin ini tidak dapat menyebabkan penyakit polio walaupun diberikan pada anak dengan daya tahan tubuh yang lemah. Vaksin yang dibuat oleh Aventis Pasteur ini berisi tipe 1,2,3 dibiakkan pada sel-sel VERO ginjal kera dan dibuat tidak aktif dengan formadehid. Selain itu dalam jumlah sedikit terdapat neomisin, streptomisin dan polimiksin. IPV harus disimpan pada suhu 2 8 C dan tidak boleh dibekukan. Pemberian vaksin tersebut dengan cara suntikan subkutan dengan dosis 0,5 ml diberikan dalam 4 kali berturut-turut dalam jarak 2 bulan. Untuk orang yang mempunyai kontraindikasi atau tidak diperbolehkan mendapatkan OPV maka dapat menggunakan IPV. Demikian pula bila ada seorang kontak yang mempunyai daya tahan tubuh yang lemah maka bayi dianjurkan untuk menggunakan IPV.

Oral Polio Vaccine (OPV)

Jenis vaksin Virus Polio Oral atau Oral Polio Vaccine (OPV) ini paling sering dipakai di Indonesia. Vaksin OPV pemberiannya dengan cara meneteskan cairan melalui mulut. Vaksin ini terbuat dari virus liar (wild) hidup yang dilemahkan. OPV di Indonesia dibuat oleh PT Biofarma Bandung. Komposisi vaksin tersebut terdiri dari virus Polio tipe 1, 2 dan 3 adalah suku Sabin yang masih hidup tetapi sudah dilemahkan (attenuated). Vaksin ini dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera dan distabilkan dalam sucrosa. Tiap dosis sebanyak 2 tetes mengandung virus tipe 1, tipe 2, dan tipe 3 serta antibiotika eritromisin tidak lebih dari 2 mcg dan kanamisin tidak lebih dari 10 mcg. Virus dalam vaksin ini setelah diberikan 2 tetes akan menempatkan diri di usus dan memacu pembentukan antibodi baik dalam darah maupun dalam dinding luar lapisan usus yang mengakibatkan pertahan lokal terhadap virus polio liar yang akan masuk. Pemberian Air susu ibu tidak berpengaruh pada respon antibodi terhadap OPV dan imunisasi tidak boleh ditunda karena hal ini. Setelah diberikan dosis pertama dapat terlindungi secara cepat, sedangkan pada dosis berikutnya akan memberikan perlindungan jangka panjang. Vaksin ini diberikan pada bayi baru lahir, 2,4,6,18, bulan, dan 5 tahun. Gejala yang umum terjadi akibat serangan virus polio adalah anak mendadak lumpuh pada salah satu anggota geraknya setelah demam selama 2-5 hari. Terdapat 2 jenis vaksin yang beredar, dan di Indonesia yang umum diberikan adalah vaksin sabin (kuman yang dilemahkan). Cara pemberiannya melalui mulut. Dibeberapa Negara dikenal pula Tetravaccine, yaitu kombinasi DPT dan polio. Imunisasi dasar diberikan sejak anak baru lahir atau berumur beberapa hari atau selanjutnya diberikan setiap 4-6 minggu. Pemberian vaksin polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG, vaksin hepatitis B, dan DPT. Imunisasi ulang diberikan bersamaan dengan imunisasi ulang DPT, pmberian imunisasi polio dapat menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomyelitis. Imunisasi polio Imunisasi ulang dapat diberikan sebelum anak masuk sekolah (5-6 tahun) dan saat meninggalkan sekolah dasar (12 thun). Cara memberikan imunisasi polio adalah dengan meneteskan vaksin

polio sebanyak dua tetes langsung ke dalam mulut anak. Imunisasi ini jangan diberika pada anak yang sedang diare berat, efek samping yng terjai sangat minimal dapat berupa kejang. Vaksin dari virus polio (tipe 1,2,dan 3) Virus polio terdiri atas tiga strain, yaitu strain 1 (brunhilde), strain 2 (lanzig), dan strain 3 (leon).yang dilemahkan, dibuat dalam biakkan sel-vero : asam amino, antibiotic, calf serum dalam magnesium clorida, dan fenol merah. Vaksin yang berbentuk cairan dengan kemasan 1 cc atau 2 cc dalam flacon, pipet. Pemberian secara oral sebanyak 2 tetes (0,1 ml) Vaksin polio diberikan 4 kali, interval 4 minggu Penyimpana pada suhu 2-8C

C.TUJUAN IMUNISASI POLIO Imunisasi polio digunakan untuk untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit polimielitis atau penyakit polio yang biasanya disebabkan oleh virus polio, yang terbagi menjadi tiga tipe yaitu tipe P1, P2 dan P3. D.KAPAN IMUNISASI POLIO DI BERIKAN? Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang lahir di RB/RS polio oral diberikan saat bayi dipulangkan (untuk menghindari transmisi virus vaksin kepada bayi lain) Polio-1 dapat diberikan bersamaan dengan DTP-1, yaitu pada umur lebih dari 6 minggu Polio-2 diberikan bersamaan dengan DTP-2, yaitu pada umur 16 minggu Polio-3 diberikan bersamaan dengan DTP-3, yaitu pada umur 6 bulan Polio-4 diberikan bersamaan dengan DTP-4, yaitu pada umur 18 bulan Polio-5 diberikan bersamaan dengan DTP-5, yaitu pada umur 5 tahun.

E.KAPAN IMUNISASI POLIO TIDAK DIBERIKAN ? 1. Keadaan kekebalan tubuh yang rendah atau tinggal serumah dengan pasien yang memiliki kekebalanm tubuh yang rendah misalnya : penyakit steroid, kanker dan kemoterapi. 2. Muntah atau diare berat pemberian faksin di tunda 3. Inveksi HIV atau kontak langsung dengan HIV serumah 4. Ada alergi terhadap neomisin, streptomisin, polimiksin-B 5. Demam > 38,5 C pemeberian vaksin di tunda

F.TEKNIK PEMBERIAN Pemberian imunisasi polio bisa dilakukan dengan cara menyuntikannya atau dengan cara meneteskan vaksin polio ke dalam mulut, mulut (Oral Poliomyelitis Vaccine/OPV). Untuk saat ini cara yang paling banyak digunakan adalah dengan cara tetes ke mulut. Selain lebih murah dan mudah, cara ini juga merupakan cara yang paling mendekati rute penyakit polio di dalam tubuh. Di Indonesia vaksin yang digunakan dalam imunisasi polio biasanya berupa vaksin sabin. A. PENGGOLONGAN VAKSIN 1. Berdasarkan asal antigen a. Berasal dari bibit penyakit yang dilemahkan (live attenuated) 1) Virus : Polio (OPV), Campak, Yellow Fever 2) Bakteri : BCG b. Berasal dari bibit penyakit yang dimatikan (inactivated) 1) Seluruh partikel diambil:

Virus : IPV (Inactivated Polio Vaccine), Rabies Bakteri: Pertusis

2) Sebagian partikel diambil: a) Berdasarkan protein: Sub Unit : Aseluler Pertusis Toxoid: DT

b) Berdasarkan Polisakarida Murni: Meningicocal Gabungan : Hib (Haemofilus Influenza type B) c) Rekombinan (rekayasa genetika): Hepatitis B 2. Berdasarkan Sensifitas terhadap suhu

Vaksin sensitive suhu beku, yaitu golongan vaksin yang akan rusak terhadap suhu dingin di bawah 0 oC, seperti: Hepatitis B, DPT/HB, DT, TT Vaksin sensitife Panas, yaitu golongan vaksin yang akan rusak terhadap paparan panas yang berlebihan, seperti, Polio, Campak, dan BCG

B. JENIS VAKSIN 1. Vaksin BCG Kering Deskripsi Vaksin ini adalah vaksin bentuk beku kering yang mengandung Mycobacterium bovis hidup yang sudah dilemahkan (Bacillus Calmette Guerin = BCG) dari strain Paris No. 1173-P2. Indikasi Untuk Imunisasi aktif terhadap tuberkulosa. Komposisi Setelah dilarutkan dengan 4 ml pelarut, tiap ml vaksin mengandung: Basil BCG hidup 0,375 mg Natrium Glutamat 1,875 mg Natrium klorida 9 mg Dosis dan Cara Pemberian Tambahkan pelarut ke dalam ampul berisi vaksin BCG beku kering dengan alat suntik yang steril dan kering dan jarum yang panjang. Untuk bayi ( 1 tahun) tambahkan 4 ml pelarut dan untuk anak tambahkan 2 ml pelarut. Disuntikkan secara intrakutan di daerah insertion M. Deltoideus.

Dengan dosis: Bayi 1 tahun : 0,05 ml Anak > 1 tahun : 0,1 ml Efek Samping Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum seperti demam. Satu hingga dua minggu kemudian timbul indurasi dan eriterna di tempat suntikan yang berubah menjadi pustule, kemudian pecah menjadi ulkus. Luka ini tidak memerlukan pengobatan, akan sembuh secara spontan dan meninggalkan tanda parut. Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di ketiak dan/atau leher, terasa padat, tidak sakit dan tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal, tidak memerlukan pengobatan, dan akan menghilang dengan sendirinya. Sekalipun sangat jarang, karena dosis berlebihan atau suntikan terlalu dalam (subkutan) pada bayi < 1 tahun kadang-kadang dapat terjadi limfadenitis supurativa. Proses ini bersifat tenang dan akan sembuh spontan sekalipun tanpa pengobatan. Kontraindikasi Adanya penyakit kulit yang berat/menahun seperti eksim, furunkulosis dan sebagainya, serta orang yang sedang menderita TBC. Penyimpanan dan Daluarsa Vaksin harus disimpan pada suhu 2o-8oC. Lebih baik dalam freezer. Pengangkutan dalam keadaan dingin (2o-8oC) dan terhindar dari sinar matahari langsung/tidak langsung Daluarsa : 1 tahun Vaksin yang sudah dilarutkan: 1. Harus dipakai dalam waktu 3 jam, dan selama waktu tersebut, vaksin harus dalam keadaan dingin (2o-8oC, jangan disimpan di dalam freezer) 2. Setelah 3 jam, bila ada sisa jangan dipakai lagi. Kemasan Vaksin BCG kering beku ini tersedia dalam kemasan ampul dengan 4 ml pelarut dalam ampul.

2. Vaksin Jerap Difteri Tetanus Deskripsi

Vaksin DT adalah vaksin yang mengandung toksoid Difteri dan Tetanus yang telah dimurnikan yang teradsorbsi ke dalam 3mg/ml aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan sebagai pengawet. Potensi komponen vaksin per dosis sedikitnya 30 IU (International Unit) untuk potensi toksoid Difteri dan sedikitnya 40 IU untuk potensi toksoid Tetanus. Indikasi Untuk Imunisasi secara simultan terhadap difteri dan tetanus. Komposisi Tiap ml mengandung: Toksoid Difteri yang dimurnikan 40 Lf. Toksoid tetanus yang dimurnika 15 Lf. Aluminium fosfat 3 mg Thimerosal 0,1 mg Dosis dan Cara Pemberian Vaksin harus dikocok dulu sebelum digunakan untuk menghomogenkan suspense. Vaksin harus disuntikkan secara intra muskuler atau subkutan yang dalam. Jarum suntik dan syringe yang steril harus digunakan pada setiap penyuntikan. Vaksin DT dianjurkan untuk anak usia di bawah 8 tahun. Untuk individu usia 8 tahun atau lebih dianjurkan imunisasi dengan vaksin jerap Td. Vaksin DT lebih dianjurkan untuk diberikan pada usia anak-anak daripada vaksin DTP jika terjadi kontraindikasi terhadap komponen pertusis. Untuk anak-anak sedikitnya 3 kali penyuntikan secara intramuskuler dengan dosis 0,5 ml dengan interval 4 minggu. Vaksin DT dapat diberikan secara bersamaan dengan vaksin BCG, Campak, Rubella, Mumps, Polio (OPV dan IPV), Hepatisis B, Hib, dan Yellow Fever. Efek Samping Gejala-gejala seperti lemas, dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara, dan kadang-kadang gejala demam. Kontraindikasi Dosis kedua atau selanjutnya dari vaksin DT jangan diberikan pada anak yang menderita gejalagejala berat setelah pemberian dosis sebelumnya. Seseorang yang terinfeksi dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) baik tanpa gejala maupun dengan gejala, imunisasi DT harus berdasarkan jadual standar tertentu.

Penyimpanan dan Daluarsa Vaksin DT harus disimpan dan ditransportasikan pada kondisi suhu 2o-8oC, tidak boleh dibekukan. Daluarsa : 2 tahun Kemasan Vaksin DT tersedia dalam vial 10 dosis 3. Vaksin Jerap Difteri Tetanus Pertusis Deskripsi Vaksin DTP adalah vaksin yang terdiri dari toksoid difteri dan tetanus yang dimurnikan, serta bakteri pertusis yang telah diinaktivasi yang teradsorbsi ke dalam 3 mg/ml Aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan sebagai pengawet. Potensi vaksin per dosis tunggal sedikitnya 4 IU pertussis, 30 IU difteri, dan 60 IU tetanus. Indikasi Untuk Imunisasi secara simultan terhadap difteri, tetanus dab batuk rejam. Komposisi Tiap ml mengandung: Toksoid difteri yang dimurnikan 40 Lf. Toksoid tetanus yang dimurnikan 15 Lf. C. Pertussis yang diinaktivasi 24 OU Aluminium fosfat 3 mg Thimerosal 0,1 mg Dosis dan Cara Pemberian Vaksin harus dikocok dulu untuk menghomogenkan suspense. Vaksin harus disuntikkan secara intramuskuler atau secara subkutan yang dalam. Bagian anterolateral paha atas merupakan bagian yang direkomendasikan untuk tempat penyuntikan. (Penyuntikan di bagian pantat pada anak-anak tidak direkomendasikan karena dapat mencederai syaraf pinggul). Tidak boleh disuntikkan pada kulit karena dapat menimbulkan reaksi local. Satu dosis adalah o,5 ml. Pada setiap penyuntikan harus digunakan jarum suntik dan syringe yang steril.

Di Negara-negara dimana pertussis merupakan ancaman bagi bayi muda, imunisasi DTP harus mulai sesegera mungkin dengan dosis petama diberikan pada usia 6 minggu dan 2 dosis berikutnya diberikan dengan interval masing-masing 4 minggu. Vaksin DPT dapat diberikan secara aman dan efektif pada waktu yang bersamaan dengan vaksinasi BCG, Campak, Polio, Hepatitis B, Hib, dan vaksin Yellow Fever. Efek Samping Terjadinya gejala-gejala yang bersifat sementara seperti lemas, demam, kemerahan pada tempat suntikan. Kadang-kadang terjadi gejala berat seperti demam tinggi, iritabilitas, dan meracau yang biasanya terjadi 24 jam setelah imunisasi. Menurut dugaan komplikasi neurologis yang disebabkan oleh komponen pertusis sangat jarang terjadi, observasi yang telah dilakukan menunjukkan gejala ini jarang terjadi jika dibandingkan dengan gejala-gejala lain yang ditimbulkan oleh imunisasi DTP. Kontraindikasi Terdapat beberapa kontra indikasi yang berkaitan dengan suntikan pertama DTP. Gejala-gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau gejala-gejala serius keabnormalan pada saraf merupakan kontraindikasi dari komponen pertussis. Imunisasi DTP kedua tidak boleh diberikan kepada anak yang mengalami gejala-gejala parah pada dosis pertama DTP. Komponen pertussis harus dihindarkan, dan hanya dengan diberi DT untuk meneruskan imunisasi ini. Untuk individu penderita HIV baik dengan gejala maupun tanpa gejala harus diberi imunisasi DTP sesuai dengan standar jadual tertentu. Penyimpanan dan Daluarsa Vaksin DTP harus disimpan dan ditransportasikan pada suhu 2oC-8oC tidak boleh dibekukan Daluarsa : 2 tahun Kemasan Vaksin tersedia dalam kemasan vial 10 dosis 4. Vaksin Jerap Tetanus Deskripsi Vaksin TT adalah vaksin yang mengandung toksoid tetanus yang telah dimurnikan yang teradsorbsi ke dalam 3 mg/ml aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan sebagai pengawet. Satu dosis 0,5 ml vaksin mengandung potensi sedikitnya 40 IU. Vaksin TT Digunakan untuk pencegahan tetanus pada bayi yang baru lahir dengan mengimunisasi wanita usia subur, dan juga untuk pencegahan tetanus. Indikasi

Untuk imunisasi aktif terhadap tetanus Komposisi Tiap ml mengandung: Toksoid tetanus yang dimurnikan 20 Lf. Aluminium fosfat 3 mg Thimerosal 0,1 mg Dosis dan Cara Pemberian Vaksin harus dikocok dulu sebelum digunakan untuk menghomogenkan suspense. Vaksin harus disuntikkan secara intramuskuler atau subkutan yang dalam. Jarum suntik dan syringe yang streil harus digunakan pada setiap penyuntikan. Imunisasi TT untuk pencegahan terhadap tetanus/tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer 0,5 ml yang diberikan secara intramuskuler atau subkutan yang dalam dengan interval 4 minggu yang dilanjutkan dengan dosis ketiga pada 6 12 bulan berikutnya. Untuk mempertahankan kekebalan terhadap tetanus pada wanita usia subur, maka dianjurkan diberikan 5 dosis TT. Dosis keempat diberikan 1 tahun setelah dosis ketiga, dan dosis kelima diberikan 1 tahun setelah dosis keempat. Imunisasi TT dapat secara aman diberikan selama masa kehamilan bahkan pada periode trimester pertama. Efek Samping Efek samping jarang terjadi dan bersifat ringan. Gejala-gejala seperti lemas, dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara, dan kadang-kadang gejala demam. Imunisasi TT aman diberikan selama periode kehamilan. Kontraindikasi Gejala-gejala berat karena dosis pertama TT. Bagi Individu yang terinfeksi oleh virus HIV baik yang tanpa gejala maupun dengan gejala, imunisasi TT harus berdasarkan standar jadual tertentu. Penyimpanan dan Daluarsa Vaksin TT harus disimpan dan ditransportasikan pada kondisi suhu 2 oC-8 oC. Tidak boleh dibekkan Daluarsa : 2 tahun Kemasan

Vaksin TT tersedia dalam vial 10 dosis dan 20 dosis 5. Vaksin Tetanus Toksoid-Uniject Vaksin TT adalah vaksin yang mengandung toksoid tetanus yang telah dimurnikan yang teradsorbsi ke dalam 3 mg/ml aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan sebagai pengawet. Satu dosis 0,5 ml vaksin mengandung potensi sedikitnya 40 IU. Vaksin TT digunakan untuk mencegah tetanus pada bayi yang baru lahir dengan mengimunisasi wanita usia subur, dan juga untuk pencegahan tetanus. Indikasi Untuk Imunisasi aktif terhadap tetanus Komposisi Tiap ml mengandung: Toksoid tetanus yang dimurnikan 20 Lf. Aluminium fosfat 3 mg Thimerosal 0,1 mg Dosis dan Cara Pemberian Vaksin harus disuntikkan secara intramuskuler atau subkutan yang dalam. Jarum suntik dan syringe yang steril harus digunakan pada setiap penyuntikan. Imunisasi TT untuk pencegahan terhadap tetanus/tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer 0,5 ml yang diberikan secara intramuskuler atau subkutan yang dalam dengan interval 4 minggu yang dilanjutkan dengan dosis ketiga pada 6 12 bulan berikutnya. Untuk mempertahankan kekebalan terhadap tetanus pada wanita usia subur, maka dianjurkan diberikan 5 dosis TT. Dosis keempat diberikan 1 tahun setelah dosis ketiga, dan dosis kelima diberikan 1 tahun setelah dosis keempat. Imunisasi TT dapat secara aman diberikan selama masa kehamilan bahkan pada periode trimester pertama. Efek Samping Efek samping jarang terjadi dan bersifat ringan. Gejala-gejala seperti lemas, dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara, dan kadang-kadang gejala demam. Imunisasi TT aman diberikan selama periode kehamilan. Kontraindikasi Gejala-gejala berat karena dosis pertama TT. Bagi Individu yang terinfeksi oleh virus HIV baik yang tanpa gejala maupun dengan gejala, imunisasi TT harus berdasarkan standar jadual tertentu.

Penyimpanan dan Daluarsa Vaksin TT harus disimpan dan ditransportasikan pada kondisi suhu 2 oC-8 oC. Tidak boleh dibekkan Daluarsa : 2 tahun Kemasan Vaksin TT tersedia dalam Uniject 0,5 ml

6. Vaksin Polio Oral Deskripsi Vaksin oral polio hidup adalah vaksin Polio Trivalent yang terdiri dari suspensi viruspoliomyelitis tipe 1, 2, dan 3 (Strain Sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera dan distabilkan dengan sukrosa. Vaksin oral polio ini telah memenuhi persyaratan WHO. (WHO-TRS:800,1990) Indikasi Imunisasi aktif terhadap poliomyelitis Komposisi Tiap dosis (2 tetes=0,1 ml) mengandung virus polio tidak kurang dari: Tipe1 : 106,0 CCID50 Tipe2 : 105,0 CCID50 Tipe3 : 105,8 CCID50 Dosis dan Cara Pemberian Vaksin polio harus diberikan secara oral sebanyak 2 tetes langsung ke dalam mulut melalui pipet atau dispenser. Harus dijaga jangan sampai vaksin dalam dropper multi dose terkontaminasi oleh air liur. Bayi harus menerima minimal 3 dosis OPV dengan interval minimum 4 minggu. Di daerah non endemic, dosis pertama diberikan mulai usia 6 minggu bersamaan dengan dosis pertama DTP. Di daerah endemic, diperlukan dosis ekstra yang diberikan segera setelah bayi dilahirkan. OPV tetap aman dan efektif jika diberikan pada waktu bersamaan dengan pemberian vaksin Campak, DTP, DT, Td, TT, BCG, Hepatitis B dan Yellow Fever.

Efek Samping Pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping berupa paralisis yang disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi (kurang dari 0,17 : 1.000.000: Bull WHO 66: 1988). Kontra Indikasi Vaksin jangan diberikan pada individu yang menderita immune deficiency. Tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat pemberian OPV pada anak yang sedang sakit. Namun jika ada keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulangan dapat diberikan setelah sembuh. Bayi yang mengidap HIV baik yang tanpa gejala maupun dengan gejala, imunisasi OPV dilakukan berdasarkan jadual standar tertentu. Penyimpanan dan Daluarsa Jika disimpan pada suhu -20 oC atau lebih rendah, potensi vaksin sesuai yang tertera pada vial di atas sampai masa daluarsa. Tidak boleh disimpan pada suhu 2o-8 oC selama periode waktu lebih dari 6 bulan. Bila vaksin sudah dibuka dan disimpan pada suhu 2 o- 8 oC, potensi vaksin bertahan untuk selama 7 hari. Daluarsa tergantung dari penyimpanan: -20 oC daluarsa : 2 tahun 2o- 8 oC daluarsa : 6 bulan Kemasan Vaksin tersedia dalam kemasan 20 dosis yang masing-masing dilengkapi 1 buah dropper.

7. Vaksin Campak Kering Deskripsi Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan. Setiap dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang dari 1000 infective unit virus strain CAM 70, dan tidak lebih dari 100 mcg residu kanamycin dan 30 mcg residu erythromycin. Vaksin ini berbentuk vaksin beku kering yang harus dilarutkan hanya dengan pelarut steril yang tersedia secara terpisah untuk tujuan tersebut. Vaksin ini telah memenuhi persyaratan WHO untuk vaksin campak. Indikasi Untuk Imunisasi aktif terhadap penyakit campak. Komposisi

Tiap dosis vaksin yang sudah dilarutkan mengandung: Virus Campak 1.000 CCID50 Kanamycin sulfat 100 mcg Erithromycin 30 mcg Dosis dan Cara Pembuatan Imunisasi Campak terdiri dari dosis 0,5 ml yang disuntikkan secara Subkutan, lebih baik pada lengan atas. Pada setiap penyuntikan harus menggunakan jarum dan syringe yang steril. Vaksin yang telah dilarutkan hanya dapat digunakan pada hari itu juga (maksimum 8 jam) dan itupun berlaku hanya jika vaksin selama waktu tersebut disimpan pada suhu 2o-8oC serta terlindungi dari sinar matahari. Pelarut harus disimpan pada suhu sejuk sebelum digunakan. Satu dosis vaksin campak cukup untuk membentuk kekebalan terhadap infeksi. Di Negaranegara dengan angka kejadian dan kematian karena penyakit campak tinggi pada tahun pertama setelah kelahiran, maka dianjurkan imunisasi terhadap campak sedini mungkin setelah usia 9 bulan (270 hari). Di Negara-negara yang kasus campaknya sedikit, maka imunisasi boleh dilakukan lebih dari usia tersebut. Vaksin campak tetap aman dan efektif jika diberikan bersamaan dengan vaksin-vaksin DT, Td, TT, BCG, Polio (OPV dan IPV), Hepatisis B, dan Yellow Fever. Efek Samping Hingga 15 % pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi. Terjadinya Encephalitis setelah vaksinasi pernah dilaporkan yaitu dengan perbandingan 1 kasus per 1 juta dosis yang diberikan. Kontraindikasi Terdapat beberapa kontraindikasi yang berkaitan dengan pemberian vaksin campak. Walaupun berlawanan penting untuk mengimunisasi anak yang mengalami malnutrisi. Demam ringan, infeksi ringan pada saluran nafas atau diare, dan beberapa penyakit ringan lainnya jangan dikategorikan sebagai kontraindikasi. Kontraindikasi terjadi bagi individu yang diketahui alergi berat terhadap kanamycin dan erythromycin. Karena efek vaksin virus campak hidup terhadap janin belum diketahui, maka wanita hamil termasuk kontraindikasi. Vaksin campak kontraindikasi terhadap Individu pengidap virus HIV atau individu yang diduga menderita gangguan respon imun karena leukemia, lymphoma atau generalized malignancy. Penyimpanan dan Daluarsa Vaksin campak beku kering harus disimpan pada suhu di bawah 8 oC (lebih baik kalau di bawah 0 oC) sampai ketika vaksin akan digunakan. Tingkat stabilitas akan lebih baik jika vaksin (bukan

pelarut) disimpan pada suhu -20 oC. Pelarut tidak boleh dibekukan tetapi disimpan pada kondisi sejuk sampai dengan ketika akan digunakan. Vaksin harus terlindung dari sinar matahari. Daluarsa : 2 tahun Kemasan Vaksin tersedia dalam kemasan vial 10 dosis + 5 ml pelarut dalam ampul.

8. Vaksin Hepatisis B Rekombinan Deskripsi Vaksin Hepatisis B Rekombinan yang telah diinaktivasi dan bersifat non-infectious, berasal dari HBsAg yang dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula polymorpha menggunakan teknologi DNA rekombinan. Vaksin ini merupakan suspensi berwarna putih yang diproduksi dari jaringan sel ragi yang mengandung gen HBsAg, yang dimurnikan dan diinaktivasi melalui beberapa tahap proses fisika kimia seperti ultrasentrifuse, kromatografi kolom, dan perlakuan dengan formaldehid. Indikasi Untuk imunisasi aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus lain seperti virus Hepatisis A, Hepatisis C atau virus lain yang diketahui dapat menginfeksi hati. Dapat diberikan pada semua usia dan direkomendasikan terutama untuk orang-orang yang mempunyai resiko tinggi terinfeksi virus Hepatisis B, seperti: petugas kesehatan, pasien transfusi darah, petugas lembaga permasyarakatan, penyalahgunaan obat suntik, dan sebagainya. Komposisi Setiap 1 ml vaksin mengandung HBsAg 20 mcg yang teradsorbsi pada Aluminium hidroksida 0,5 mg. Setiap 0,5 ml vaksin mengandung HBsAg 10 mcg yang teradsorbsi pada Aluminium hidrosida 0,25 mg. Seluruh formulasi mengandung Thimerosal 0,01 w/v% sebagai pengawet. Dosis dan Cara Pemberian Vaksin Hepatisis B disuntikkan secara intramuskuler, jangan disuntikkan secara intravena atau intradermal. Dosis untuk dewasa ( 10 tahun) 1,0 ml. Sedangkan dosis untuk bayi/anak (<10 tahun) 0,5 ml. Pada Anak/Dewasa > 1 tahun sebaiknya disuntikkan pada otot deltoid, sedangkan pada bayi

sebaiknya pada anterolateral paha. Vaksin Hepatisis B rekombinan dapat diberikan secara subkutan khusus pada pasien yang mempunyai kecendrungan perdarahan berat (seperti hemofilia). Vaksin harus dikocok dahulu sebelum digunakan. Vaksinasi dasar terdiri dari 3 dosis intramuskuler dengan jadual 0-1-6 bulan. Vaksinasi ulang diperlukan setiap 5 tahun setelah vaksinasi dasar. Vaksin Hepatisis B Rekombinan dapat diberikan serempak dengan Hepatisis B immunoglobulin pada tempat penyuntikan terpisah. Dan juga dapat diberikan bersama-sama dengan vaksin DTP, OPV dengan menggunakan jarum suntik dan lokasi penyuntikan yang terpisah, dan tidak akan mengganggu respon imun terhadap vaksin-vaksin tersebut. Efek Samping Reaksi local seperti rasa sakit, kemerahan dam pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari. Keluhan sistemik seperti demam, sakit kepala, mual, pusing dan rasa lelah belum dapat dibuktikan disebabkan oleh pemberian vaksin. Kontraindikasi Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya seperti vaksin-vaksin lain, vaksin Hepatisis B Rekombinan tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat yang disertai kejang. Tetapi vaksinasi dapat diberikan kepada penderita infeksi ringan. Penyimpanan dan Daluarsa Vaksin harus disimpan pada suhu 2o-8oC. Daluarsa : 26 bulan Peringatan dan Perhatian

Efek antigen terhadap janin belum diketahui dan karena itu vaksinasi terhadap wanita hamil tidak direkomendasikan, kecuali pada keadaan resiko tinggi. Epinephrine sebaiknya selalu tersedia untuk penanganan reaksi anafilaktik Mengingat masa inkubasi virus Hepatisis B panjang, ada kemungkinan terjadi infeksi yang tidak diketahui pada saat vaksinasi. Jangan diberikan pada daerah gluteal atau intra-dermal, karena tidak akan memberikan respon imun yang optimal, dan jangan diberikan secara intravena. Pada pasien dialysis dan orang yang mempunyai kelemahan system imun, respon antibody mungkin tidak cukup setelah vaksinasi dasar, karena itu perlu diberikan vaksinasi ulang.

Kemasan Vaksin tersedia dalam kemasan vial multi dosis 2,5 ml. (Sumber: Vademecum Biofarma, 2002)

You might also like