You are on page 1of 58

Mata Kuliah : Pelayanan Keluarga Berencana Topik : Kontrasepsi Kondom

Sub Topik 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Definisi dari kondom Jenis Kondom Pria Kelebihan dan kelemahan pemakaian kondom sebagai alat kontrasepsi. Efek samping pemakaian kondom. Indikasi dan kontra indikasi pemakaian kondom. Untuk mengetahui cara penggunaan dan pemasangan kondom. : 15 menit : Dini Puji Astriani R

Waktu Dosen

OBJEKTIF PERILAKU SISWA

Setelah mempelajari topik ini, mahasiswa diharapkan dapat : a. Menyebutkan pengertian kontrasepsi dan jenis-jenis kondom dengan tepat dan benar sesuai dengan hand out.. b. Menjelaskan cara kerja kontrasepsi kondom dengan tepat dan benar. c. Menjelaskan keuntungan dan keterbatasan kontrasepsi kondom dengan tepat dan benar.

REFERENSI

1. Yuniico. 2009. 10 Types of Condoms, http://www.nikonews.co.cc/2009/12/10-types-ofcondoms.html. Diakses tanggal 17 Desember 2010. Saifuddin, BA. 2008. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

2. Hartanto, H. Keluarga Berencana & Kontrasepsi. Jakarta : Penerbit Pustaka Sinar Harapan, 2004 ; Hal.179 193. 3. Manuaba, I.B.G. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1998 ; Hal. 440. 4. Speroff, L. & Darney, P. Pedoman Klinis Kontrasepsi, Ed.2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2005 ; Hal. 240 270.

PENDAHULUAN

Kontrasepsi merupakan menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma (Depkes RI, 1999). Upaya tersebut dapat bersifat sementara dan dapat pula bersifat permanen. Kontrasepsi atau antikonsepsi adalah mencegah terjadinya konsepsi dengan memakai cara, alat atau obat-obatan. Pengaturan kelahiran (birth control) merupakan penggunaan alat-alat atau cara-cara dengan maksud mengatur jumlah dan jarak waktu kelahiran. Keluarga berencana adalah salah satu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi (Kusmarjadi, 2008). Salah satu cara kontrasepsi yang cukup efektif apabila dilakukan dengan benar yaitu dengan pemakaian kondom. Kondom merupakan cara kontrasepsi metode tradisional dan cara kerjanya yaitu dengan menggunakan barrier atau pelindung (Kusmarjadi, 2008). Ilustrasi yang tertua mengenai kondom ditemukan di Mesir sejak lebih dari 3000 tahun yang lalu. Tetapi sangat sulit untuk mendapat gambaran bagaimana bentuk kondom pada masa Mesir kuno tersebut. Kemungkinan mereka menggunakan kondom ketika melakukan hubungan seksual atapun alasan upacara keagamaan. Beberapa waktu kemudian orang Romawi membuat kondom dari jaringan otot tentara korban peperangan (Lubis, 2008). Kondom yang tertua ditemukan istana Dudley dekat Birmingham, England. Kondom yang terbuat dari ikan dan usus hewan telah dijumpai sejak tahun 1640. Kemungkinan digunakan untuk mencegah penularan penyakit seksual selama terjadi perang antara Oliver Cromwell dan King Charles I (Lubis, 2008). Kondom dari karet diproduksi secara besar-besaran setelah tahun 1844. Ketika Charles Goodyear mematenkan pembuatan vulkanisasi dari karet. Kondom tersebut hanya digunakan untuk satu kali pemakaian dan kondom yang terbuat dari usus domba masih dapat dijumpai (Lubis, 2008). Pada tahun 1930-an kondom Latex digunakan untuk mencegah kehamilan dan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual tetapi penggunaannya belum secara luas, disebabkan sebagain masyarakat tidak mengetahui resiko dari penyakit menular seksual/ HIV dan tidak menyukai efek/ perasaan ketika menggunakan kondom ataupun merasa khawatir terhadap reaksi pasangan seksualnya (Lubis, 2008). Pada tahun 1980-an, dimana dunia dilanda epidemik penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS, dinajurkan untuk meningkatkan minat menggunakan kondom latex, yang merupakan metode efektif untuk mencegah penularan penyakit melalui hubungan seksual (Lubis, 2008). Pemakaian kondom sangat efektif apabila dipakai dengan benar pada saat bersenggama. Angka kegagalan teoritis 3% dan praktisnya 5-20%. Tetapi akhir-akhir ini, angka kegagalan pemakaian kondom menurun menjadi 14-15%, ini artinya 14-15 dari 100 pasangan wanita pemakai kondom akan hamil selama pemakaian kondom di tahun pertama. Bahan spermicidal meningkatkan efektifitas menjadi lebih dari 95% jika dipakai dengan benar dan konsisten (Afriani, 2009).

URAIAN MATERI

1. Definisi Kondom a. Kondom merupakan selubung/ sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat hubungan seksual. Kondom terbuat dari karet sintetis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang bila digulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti puting susu. Berbagai bahan telah ditambahkan pada kondom baik untuk meningkatkan efektivitasnya (misalnya penambahan spermicidal) maupun sebagai aksesoris aktivitas seksual (Saifuddin, 2003). b. Kondom dalam berbagai jenis bentuk telah digunakan sejak beberapa abad yang lalu. Kondom berfungsi sebagai barrier yang membungkus penis untuk melindungi dari penyakit yang telah digunakan sejak 1350 sebelum masehi dan digunakan untuk mencegah kehamilan sekitar abad ke-16 (Lubis, 2008). c. Kondom merupakan metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan. Cara kerja kondom, mencegah sperma bertemu dengan sel telur yang menyebabkan tidak terjadinya pembuahan. Alat kontrasepsi ini lebih efektif digunakan tetapi jika penggunaannya secara tepat dan benar (www.rakyatmerdeka.co.id, 2007).

2. Jenis Kondom Pria a. Kondom berulir (Ribbed Condom) Jenis kondom yang satu ini memiliki keunikan di bentuknya yang berulir untuk menambah kenikmatan pada saat bersenggama. b. Kondom ekstra tipis (Extra Thin Condom) Tipe satu ini berbahan karet dengan ukuran yang sangat tipis. Pada saat melakukan senggama, pasangan seakan-akan senggama tanpa menggunakan kondom. c. Kondom bintik (Dotted Condom) Tipe ini disertai dengan bintik-bintik di sekitarnya yang bisa menimbulkan efek mengejutkan bagi wanita. d. Kondom getar (Vibrating Condom) Kondom ini dilengkapi dengan cincin getar di bagian ujungnya Kondom yang menggunakan baterai khusus untuk menggerakkan cincin getarnya ini bisa bertahan hingga 30 menit. e. Kondom baggy. Tipe ini bentuknya agak membesar di bagian ujung serta memiliki ulir di bagian badannya, untuk memaksimalkan gerakan saat bersenggama.

3. Efek Kerja Kondom Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur

4. Manfaat Kondom : Efektif mencegah kehamilan. Tidak mengganggu produksi ASI Tidak mengganggu kesehatan klien. Murah dan dapat dibeli secara umum. Sebagai metode kontasepsi sementara. Mencegah terjadinya PMS Tidak memerlukan pemeriksaan medis Pria ikut secara aktif dalam program KB 5. Keterbatasan Kondom Efektifitas tidak terlalu tinggi. Tingkat efektifitas tergantung pada pemakaian kondom yang benar. Adanya pengurangan sensitifitas pada penis. Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual. Perasaan malu membeli di tempat umum. Masalah pembuangan kondom bekas pakai. 6. Selaksi Klien Penggunaan Kondom a. Sesuai untuk pria yang Ingin berpartisipasi dalam program Kb Ingin segera mendapatkan alat kontrasepsi Ingin kontrasepsi sementara Ingin kontrasepsi tambahan Hanya ingin menggunakan alat kontrasepsi jika akan berhubungan Beresiko tinggi tertular/menularkan IMS b. Tidak sesuai untuk pria yang Alergi terhadap bahan dasar kondom Mempunyai pasangan yang beresiko tinggi apabila terjadi kehamilan Menginginkan kontrasepsi jangka panjang Tidak mau terganggu dengan persiapan untuk melakukan hubungan seksual Tidak peduli berbagai persyaratan kontrasepsi 7. Penanganan efek samping dan masalah kesehatan lainnya a. Efek samping atau masalah Kondom rusak atau diperkirakan bocor (sebelum berhubungan) Kondom bocor atau di curigai ada curahan di vagina saat berhubungan Di curigai adanya reaksi alergi (spermisida) Mengurangi kenikmatan hubungan seksual b. Penanganan Buang dan pakai kondom baru atau pakai spermisida digabung kondom Jika dicurigai ada kebocoran,pertimbangkan pemberian morning after pill Reaksi alergi,meskipun jarang,dapat sangat mengganggu dan bisa berbahaya.jika keluhan menetap sesudah berhubungandan tidak ada gejala IMS,berikan konndom alami(produk hewani:lamb skin atau guf)atau bantu klien memilih metode lain

Jika penurunan kepekaan tidak bisa ditolerir biarpun denga kondom yang lebih tipis,anjurkan pemakaian metode lain

a. Ibu Nutrisi, Tambahan kalori yg dibutuhan o/ bufas yaitu 500 kalori/hari, diet berimbang untuk mendapatkan sumber tenaga, protein, mineral, vitamin, dan mineral yg cukup, minum sedikitnya 3 lt/hariPil zat besi sdktnya selama 40 hr pasca salin, minum kapsul vitamin A (200.000 unit), hindari makanan yg mengandung kafein/nikotin Aktivitas sehari-hari, dilakukan secara bertahap sampai dengan ibu merasa cukup kuat melakukan kegiatan. Istirahat, dapat membantu involusi uterus, mengurangi perdarahan, mempercepat pengeluaran ASI, mencegah depresi PP. Anjurkan untuk istirahat cukup untuk mencegah kelehan, sarankan melakukan kegiatan rumah tangga secara perlahan- lahan, jika ibu menyusui maka ibu sering bangun di malam hari, anjurkan untuk mengambil masa istirahat pd siang hari / beristirahat pada saat bayi tidur Perawatan perineum dan personal higiene, Perawatan Perineum Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Bersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasihatkan kepada ibu untuk membersihkan vulva setiap kali selesai BAK/BAB. Jika terdapat luka episiotomi sarankan untuk tidak menyentuh luka. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah matahari atau disetrika. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya Pakaian Sebaiknya, pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat karena produksi keringat menjadi banyak (di samping urin). Produksi keringat yang tinggi berguna untuk menghilangkan ekstra volume saat hamil. Sebaiknya pakaian agak longgar di daerah dada sehingga payudara tidak tertekan dan kering.Demikian juga dengan pakaian dalam, agar tidak terjadi iritasi pada daerah sekitarnya akibat lochea. Kebersihan rambut Setelah bayi lahir mungkin ibu akan mengalami kerontokan pada rambut akibat gangguan perubahan hormon sehingga keadaannya menjadi lebih tipis dibandingkan keadaan normal. Namun akan pulih kembali setelah beberapa bulan. Cuci rambut dengan conditioner yang cukup,lalu sisir menggunakan sisir yang lembut. Hindari penggunaan pengering rambut. Kebersihan kulit Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat hamil akan dikeluarkan kembali melalui air seni dan keringat untuk menghilangkan pembengkakan pada wajah, kaki, betis dan tangan ibu. Oleh karena itu,dalam minggu-minggu pertama setelah melahirkan, ibu akan merasakan jumlah keringat yang lebih banyak dari biasanya. Usahakan mandi lebih sering dan jaga agar kulit tetap kering.

Perawatan payudara bagi ibu menyusui, Perawatan yang dilakukan terhadap payudara bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga memperlancar pengeluaran susu. Lakukan perawatan payudara secara teratur, Perawatan payudara hendaknya dimulai sedini mungkin, yaitu 1-2 hari setelah bayi dilahirkan dan dilakukan dua kali sehari. Perawatan payudara yang mengalami pembengkakan Latihan mengencangkan otot perut (senam nifas) Latihan mengencangkan otot perinerum (kegel exercise) Hubungi bidan bila ada tanda-tanda bahaya nifas (perdarahan berlebih, demam, nyeri perut atau lochea berbau busuk, sakit kepala terus-menerus, nyeri epigastrik, atau ada masalah pandangan /penglihatan, payudara tampak merah, panas dan atau nyeri, rasa nyeri, merah, & lembek, pembengkakan pd kaki, merasa sangat sedih, tidak bisa mengasuh diri dan bayi). Kunjungan ulang pada 6 hari post partum, 2 minggu post partum dan 6 minggu post partum b. Bayi Jika diberi susu formula Penyiapan susu formula (Lihat tanggal kadarluasa, cuci tangan dahulu, alat harus benar-benar baru di sterilkan dan siap untuk digunakan, air harus sudah masak dan dingin, pengambilan susu dengan sendok harus rata. Susu bubuk dimasukan kedalam botol, dot dan tutupnya dipasang kemudian dilakukan pengocokan. Ikuti petunjuk penakaran dengan tepat, setelah didinginkan tutup dan dinginkan dilemari es sampai saat diperlukan. Sebelum diberikan hangatkan dengan merendam botol dalam air panas, (periksa temperatur susu sebelum diberikan dengan meneteskan kepergelangan tangan ibu bagian dalam). Jaga agar dot bayi tidak tersentuh agar steril. Setelah bayi selesai minum, semua sisa susu dibuang dan botol,dot dan tutupnya dicuci dengan air sabun, bilas dan sterilkan, susu yang telah disiapkan dan tidak digunakan dalam 24 jam harus dibuang. Perawatan dan penyiapan botol dan dot, dot yang sudah bersih direndam dalam air dingi, pastikan tidak ada gelembung udara yang terbentuk, lakukan perebusan selama 10 menit, jangan menambahkan apapun dalam panci, peralatan yang sudah disterilkan harus digunakan dalam 12 jam, gunakan jika sudah dingin. Bagaimana memegang bayi selama pemberian susu formula, bayi digendong dengan baik, dekat dengan badan orang tua, seperti ketika disusui sehingga kontak mata antara ibu dan bayi terjaga. Bagaimana memegang botol selama menyusui, dot harus diletakan diatas lidah bayi, botol dimiringkan sampai susu memenuhi dot agar udara keluar dari dot. Bayi akan menghisap dan berhenti jika ia sudah kenyang. Menyendawakan bayi, dengan cara mendudukan bayi secara tegak, mengelus atau menepuk punggung bayi. Memandikan bayi, termasuk mengenakan dan mengganti popok setiap bayi BAB/BAK Mengenakan baju termasuk berapa baju yang harus disiapkan berhubungan dengan temperatur lingkungan dan tubuh yang ditentukan dengan merasakan badan bayi Pembersihan dan perawatan penis Perawatan perineum bagi bayi perempuan Perawatan tali pusat, ganti kasa yang sudah basah dengan kasa kering Bagaimana cara mengangkat, memegang dan menggendong bayi Pencegahan dan pengobatan diaper rash (ruam popok) Arti tangisan Lapar Tidak nyaman (popok basah) Membutuhkan bersendawa Membutuhkan perubahan posisi yang tidak nyaman

Tersakiti oleh sesuatu Membutuhkan kasih saying (ingin dipegang atau dimomong) Pakaian atau selimut terlalu sempit Sakit Hubungi bidan bila terdapat tanda-tanda bahaya (pernafasan sulit atau cepat, terlalu panas/demam, ikterik, susah makan/menyusu malas dan banyak muntah, tali pusat bengkak atau merah, tanda infeksi, tidak berkemih dalam 24 jam, tinja berwarna hijau tua, menggigil, tangis tidak biasa, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang, menagis terus menerus, tidak bisa tenang). Bawa bayi atau 2-4 minggu kemudian untuk pemeriksaan kesehatannya dan juga imunisasi. c. Ibu dalam hubungannya dengan orang lain Sibling rivalry/persaingan saudara kandung Perhatian terhadap suami Transisi hubungan keluarga Perencanaan keluarga Memulai kembali hubungan seksual Perlu waktu bersama bila berpisah dari bayi dan jauh dari rumah

SELALU LIBATKAN ANGGOTA KELUARGA DALAM BIMBINGAN INI SESUAIKAN TOPIK BIMBINGAN DENGAN DIAGNOSE IBU / MASALAH YANG DIHADAPI

8. PERSIAPAN PASIEN PULANG a. Yakinkan ibu dan bayi tidak mengalami masalah dalam masa ini. Kebutuhan bayi dan ibu terpenuhi dengan meninjau kembali catatan/rekam medis ibu dan bayi untuk melihat hasil pemeriksaan fisik, laboratorium, dsb. Obat-obatan yang diberikan ataupun yang akan dibawa pulang harus ditinjau kembali. b. Bila ibu lahir di rumah sakit. Dokter hanya dibutuhkan dalam perencanaan pulang seorang ibu dan bayi yang mengalami komplikasi persalinan atau pada awal masa pasca persalinan. c. Berikan informasi mengenai kebutuhan dan perawatan ibu dan bayi selama dirumah. Informasi mengenai tanda bahaya dan saat dimana ibu harus menghubungi tenaga kesehatan (Bidan) dan bagaimana cara menghubunginya. d. Informasi yang lengkap mengenai pendidikan kesehatan ibu dan bayi harus ditinjau kembali apakah ibu benar-benar mengerti atau tidak. e. Berikan kesempatan pada ibu atau keluarga untuk dapat menghubungi bidan atau petugas kesehatan terkait kapan saja ibu memerlukan (misalnya: Lewat telepon). f. Bila lahir dirumah sakit pastikan semua administrasi sudah lengkap, benda-benda ibu sudah disiapkan untuk dibawa pulang, gelang ibu dan bayi diperiksa untuk menyamakan identitas. g. Ingatkan ibu kapan harus control kerumah sakit atau klinik. h. Sebagian besar ibu walaupun ibu lahir di rumah sakit terutama yang berasal dari rujukan bidan komunitas, maka perawatan ibu dan bayi akan dikembalikan pada bidan dikomunitas, dengan surat rujukan balik/resume hasil perawatan ibu dan bayi diberikan pada bidan yang akan merawatnya dirumah. Dan ingatkan ibu atau keluarga agar segera menghubungi bidan

tersebut sesampainya dirumah.

Kelebihan dan Kelemahan 1) Kelebihan pemakaian kondom Kelebihan pemakaian kondom secara umum sebagai alat kontrasepsi 1. Efektif bila digunakan dengan benar 2. Tidak mengganggu produksi ASI. 3. Tidak mengganggu kesehatan klien. 4. Tidak mempunyai pengaruh sistemik. 5. Murah dan dapat dibeli secara umum. 6. Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus. 7. Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya harus ditunda (Saifuddin, 2003). Kelebihan pemakaian kondom secara umum sebagai alat non kontrasepsi. 1. Memberi dorongan kepada suami untuk ikut ber-KB. 2. Dapat mencegah penularan IMS. 3. Mencegah ejakulasi dini. 4. Membantu mencegah terjadinya kanker serviks (mengurangi iritasi bahan karsinogenik eksogen pada serviks). 5. Saling berinteraksi sesame pasangan. 6. Mencegah imuno infertilitas (Saifuddin, 2003) Kelebihan kondom berdasarkan klasifikasinya. 1.a Pria a) Murah dan dapat dibeli secara umum. b) Tidak ada persyaratan untuk berkonsultasi dengan tenaga kesehatan. c) Tidak memerlukan pengawasan khusus dari tenaga kesehatan d) Mudah cara pemakaiannya. e) Tingkat proteksi yang cukup tinggi terhadap infeksi menular seksual (PMS) f) Efektif jika digunakan secara benar dan konsisten. g) Tidak mengganggu produksi. h) Tidak memerlukan pengawasan (USU, 2009). 1.b Wanita a) Memberikan perlindungan yang tinggi terhadap infeksi menular seksual (IMS). b) Tidak mengganggu produksi. c) Efektif jika digunakan secara benar dan konsisten. d) Bagi pasangan pria, penurunan kenikmatan seks lebih kecil dibandingkan kondom laki-laki. e) Tidak memerlukan pengawasan (USU, 2009). 2) Kekurangan pemakaian kondom Kekurangan pemakaian kondom secara umum 1. Efektifitas tidak terlalu tinggi. 2. Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi. 3. Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi sentuhan langsung). 4. Pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk mempertahankan ereksi. 5. Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual. 6. Beberapa klien malu untuk membeli kondom ditempat umum. 7. Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah dalam hal limbah (Saifuddin, 2003). Kekurangan pemakaian kondom berdasakan klasifikasinya. 2.a Pria a) Penurunan kenikmatan seks lebih besar daripada kondom wanita 2.b Wanita a) Kenikmatan bisa terganggu karena timbul suara gemerisik saat berhubungan intim. b) Penampilan kurang menarik. c) Pada awal menggunakan alat ini, proses pemasangannya agak sulit.

d) Kadang-kadang dapat terdorong seluruhnya ke dalam vagina. e) Harganya masih mahal (USU, 2009). B.4 Efek Samping Pada umumnya saat menggunakan kondom, pemakai kondom dan pasangannya tidak akan mengalami efek samping. Namun pada beberapa kasus terutama yang alergi terhadap latex, bisa menimbulkan iritasi. Apalagi jika latex kondomnya ditambahi dengan bahan spermicidal, maka nyeri yang timbul akan semakin parah. Guna menghindari reaksi alergi ini, maka sebaiknya memakai kondom dari bahan polyurethane atau kondom natural skin serta tidak memakai bahan spermicidal (Kusmarjadi, 2009). Banyak pria mengeluhkan kurang sensisitif jika memakai kondom, sementara yang lainnyna merasa sulit untuk mempertahankan ereksi saat memakai kondom atau saat intercourse. Pada beberapa kasus, baik pria maupun partner-nya, memakai kondom bisa menghancurkan spontanitas mereka dalam ML. Tetapi hal tersebut bukan merupakan efek samping (Kusmarjadi, 2009).

B.5 Indikasi dan Kontra indikasi 1. Indikasi Semua pasangan usia subur yang ingin berhubungan sekual dan belum menginginkan kehamilan. Selain itu, untuk perlindungan maksimum terhadap infeksi menular seksual (IMS) (Puspitasari, 2009). 2. Kontra indikasi a) Apabila secara psikologis pasangan tidak dapat menerima metoda ini. b) Malformasi penis. c) Apabila salah satu dari pasangan alergi terhadap karet lateks (Puspitasari, 2009)

Gambar 13. Cara Pemasangan Kondom Pria 1. Gunakan kondom setiap akan melakukan hubungan seksual. 2. Agar efek kontrasepsinya lebih baik, tambahkan spermicidal ke dalam kondom. 3. Jangan menggunakan gigi, benda tajam seperti pisau, silet, gunting atau benda tajam lainnya, pada saat membuka kemasan. 4. Pasangkan kondom saat penis sedang ereksi, tempelkan ujungnya pada glan penis dan tempatkan bagian penampung sperma pada ujung uretra. Lepaskan gulungan karetnya dengan jalan menggeser gulungan tersebut ke arah pangkal penis. Pemasangan ini harus dilakukan sebelum penetrasi penis ke vagina. 5. Bila kondom tidak mempunyai tempat penampungan sperma pada bagian ujungnya, maka saat memakai, longgarkan sedikit bagian ujungnya agar tidak terjadi robekan pada saat ejakulasi. 6. Kondom dilepas sebelum penis melembek. 7. Pegang bagian pangkal kondom sebelum mencabut penis sehingga kondom tidak terlepas pada saat penis dicabut dan lepaskan kondom diluar vagina agar tidak terjadi tumpahan cairan sperma disekitar vagina. 8. Gunakan kondom hanya untuk satu kali pakai. 9. Sediakan kondom dalam jumlah cukup dirumah dan jangan disimpan ditempat yang panas karena hal ini dapat menyebabkan kondom menjadi rusak atau robek saat digunakan. 10. Jangan gunakan kondom apabila kemasannya robek atau kondom tampak rapuh atau kusut. 11. Jangan gunakan minyak goreng, minyak mineral, atau pelumas dari bahan petrolatum karena akan segera merusak kondom (Saifuddin, 2003).

(Hermanto, 2009)

C. PENUTUP C.1 Kesimpulan 1. Kondom dalam berbagai jenis bentuk telah digunakan sejak beberapa abad yang lalu. Kondom berfungsi sebagai barrier yang membungkus penis untuk melindungi dari penyakit yang telah digunakan sejak 1350 sebelum masehi dan digunakan untuk mencegah kehamilan sekitar abad ke-16. 2. Klasifikasi kondom berdasarkan jenis kelamin yang memakainya yaitu kondom pria dan wanita. Tetapi kondom yang banyak dijual dipasaran yaitu ada 10 jenis, diantaranya Kondom dengan aroma dan rasa, Kondom berulir (Ribbed Condom), kondom ekstra tipis, kondom bintik dan sebagainya. 3. Sebenarnya untuk kelebihan dan kekurangan dari pemakaian kondom, itu tergantung dari jenis kondom yang digunakan. Tetapi kelebihan dan kekurangan yang menonjol yaitu sebagai berikut: Kelebihan: aman dipakai, mudah didapat, cukup efektif bila digunakan dengan benar, dapat mencegah penyebaran penyakit menular seksual dan Hepatitis B HIV/AIDS. Kekurangan: ada risiko robek. oleh sebab itu, gunakan satu kondom hanya untuk satu kali pakai. kondom yang baik terasa licin dan basah. jangan gunakan kondom yang bagian dalamnya kering, yang terasa lengket di tangan, atau yang merekat pada bungkus plastiknya, angka kegagalan tinggi, yaitu 3 - 15 per 100 wanita per tahun. 4. Pada umumnya saat menggunakan kondom, pemakai kondom dan pasangannya tidak akan mengalami efek samping. Namun pada beberapa kasus terutama yang alergi terhadap latex, bisa menimbulkan iritasi dan alergi. Apalagi jika latex kondomnya ditambahi dengan bahan spermicidal, maka nyeri yang timbul akan semakin parah. 5. Kontra indikasi : Apabila secara psikologis pasangan tidak dapat menerima metoda ini, malformasi penis dan apabila salah satu dari pasangan alergi terhadap karet lateks. 6. Cara pemakaian kondom juga tergantung dari jenis kondom apa yang digunakan. Tetapi pada dasarnya, kondom dipasangkan pada alat genitalia pria dan wanita untuk mencegah terjadinya pembuahan. C.2 Saran 1. Hindarilah pemakaian kondom secara illegal. 2. Jangan melakukan seks bebas tanpa ikatan pernikahan. 3. Gunakanlah kondom sesuai peraturan dan tujuannya. 4. Jangan menyalahgunakan kondom untuk hal-hal yang tidak baik. DAFTAR PUSTAKA Afriani, Ita Karunia. 2009. Kecenderungan Pemakaian Kondom pada Pelanggan WPS Selama 3 Bulan (April Juni 2009) dan Kejadian HIV pada WPS Tahun 2006 2008 Di Puskesmas Putat Surabaya, http://adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/252/gdlhub-gdl-s1-2010-afrianiita-12551-fkm128k.pdf. Diakses tanggal 17 Desember 2010. Hermanto, Guntur. 2009. Cara Memasang Kondom Wanita, http://www.binainsani.net/admin/pdf_file/CARAMEMASANGKONDOMWANITA.pdf. Diakses tanggal 17 Desember 2010. Kusmarjadi, Didi. 2008. Kontrasepsi, http://www.drdidispog.com/2008/04/kontrasepsi-komplit-plitplit.html. Diakses tanggal 17 Desember 2010.

Kusmarjadi, Didi. 2009. Efek Samping, Pro dan Kontra Kondom (Laki-laki), http://www.drdidispog.com/2009/04/efek-samping-pro-dan-kontra-kondom.html. Diakses tanggal 17 Desember 2010. Lubis, Ramona Dumasari. 2008. Penggunaan Kondom, http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3422/1/08E00890.pdf. Diakses tanggal 17 Desember 2010. Puspitasari, Dyah. 2009. Faktor Intrinsik yang Mempengaruhi Kebiasaan Pemakaian Kondom pada Wanita Penjaja Seks Liar (Di Tangkis Porong Sidoarjo pada 2009), http://adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/251/gdlhub-gdl-s1-2010-puspitasar-12516-fkm114-k.pdf. Diakses tanggal 17 Desember 2010. Saifuddin, Abdul Bari. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. USU. 2009. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20846/4/Chapter%20II.pdf. Diakses tanggal 17 Desember 2010. www.rakyatmerdeka.co.id. 2007. Efek Samping Alat Kontrasepsi, http://www.rmblitz.com/index.php?q=mod&modblitz=health&id=83. Diakses tanggal 17 Desember 2010. Yuniico. 2009. 10 Types of Condoms, http://www.nikonews.co.cc/2009/12/10-types-ofcondoms.html. Diakses tanggal 17 Desember 2010. 8.1.11 Posting Oleh: Adnan Agnesa Pada hari 8.1.11 Labels: Makalah Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook If you find this article useful, please feel free to link to this page from your website or blog. URL: http://www.kesmas-unsoed.info/2011/01/makalah-kontrasepsi-kondom.html HTML Link: <a data-cke-saved-href=

Forum Link: [url=http://www.kesmas-unsoed.info/2011/01/makalah-kontrasepsi-kondom.html]/MAKALAH KONTRASEP Related Article: Makalah DESAIN STUDI DESKRIPTIF Makalah Cross Sectional atau Potong Lintang Studi Kelayakan Usaha "Warung Tenda Saung Serabi" Makalah Pengelolaan Air Minum Semut dan Rayap Serta Pengendaliannya TOKSISITAS DAN FORMULASI PESTISIDA Tidak ada komentar:

Poskan Komentar Links to this post Buat sebuah Link Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Favorite Site Game Cooking Academy 3 Mini Tab 16 Spss 21 Full Version IDM 6.14 Build 3 Top of Form

Bottom of Form Jika anda suka dengan artikel di blog ini. Silahkan berlangganan via email. Isi alamat email anda di bawah ini!! Top of Form Ketik email anda disini... Bottom of Form

Kategori Info Kesehatan Laporan Praktikum Leaflet Kesehatan Magang Makalah metopen Promosi Kesehatan Sarjana Kesehatan Masyarakat Surat Pembaca Tips dan Trik Wallpaper About Me

Adnan Agnesa When i am alone and i need some one to support me, no one comes to help me except Allah. :) Lihat profil lengkapku

Report Abuse Please report abuse if your find illegal content on my blog. Illegal content will be removed during 2-5 days

MEDIA PEMBELAJARAN PRAKTEK KLINIK LAPANGAN TUGAS INI DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH CRITICAL THINKING

APRIYANTI AINI 201110104181

JOB SHEET JOB/KEGIATAN Melakukan Pelayanan Alat Kontrasepsi Kondom UNIT Keluarga Berencana WAKTU 30 menit OBJEKTIF PERILAKU SISWA Mahasiswa mampu melakukan prosedur pelayanan alat kontrasepsi kondom dengan benar dan sistematis. ALAT DAN BAHAN Kondom, Phantom penis ALAT BANTU MENGAJAR Job sheet, Video REFERENSI Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka METODE Demonstrasi DOSEN Apriyanti Aini, Amd.Keb

PENDAHULUAN Membuka pertemuan praktik klinik dengan mengucapkan salam dan menanyakan kesiapan untuk mengikuti praktik klinik Menjelaskan keterkaitan materi praktik klinik yang akan diberikan dengan materi yang pernah dijelaskan sebelumnya Menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan didapatkan setelah dilakukan Praktik klinik pada pertemuan kali ini Menjelaskan bahwa keterampilan ini penting dikuasai mahasiswa, agar dapat memberikan asuhan kebidanan pada klien terutama klien setelah yang ingin menggunakan alat kontrasepsi Menjelaskan metoda yang akan dilakukan mahasiswa dalam praktik klinik, yaitu (1) memperhatikan penjelasan secara langsung oleh dosen, (2) memberikan pelayanan alat kontrasepsi kondom, (4) evaluasi setelah pelayanan alat kontrasepsi dari dosen Menjelaskan teori singkat sebagai pengantar Menjelaskan istilah penting

Ergonomis : Meletakkan alat sesuai urutan penggunaannya

1.

Langkah Kerja Lakukan informed consent

Ilustrasi Gambar

Key Point : Jelaskan prosedur yang akan dilakukan Gunakan bahasa yang mudah dipahami ibu/keluarga 2. Kondom dipasang saat penis ereksi, dan sebelum melakukan hubungan badan Key Point : Anjurkan klien untuk menggunakan kondom setiap kali melakukan hubungan seksual Anjurkan klien menambahkan spermisida ke dalam kondom 3. Sobek pembuka kondom pada sisi pembungkus, jangan disobek mengarah ke dalam kondom (merobek ke arah tengah).

Key Point : Anjurkan klien untuk tidak menggunakan gigi, benda tajam untuk membuka kemasan 4. Udara yang masuk terjebak di dalam kondom dapat merusak kondom. Untuk menghindarinya, tekan pada ujung kondom dengan jari dan jempol, dan pasangkan kondom ke penis yang sedang ereksi. Pastikan gulungan kondom berada di sisi luar. Key Point : Prosedur pemasangan kondom harus tepat karena dapat menyebabkan kegagalan penggunaan kontrasepsi 5. Sambil menekan ujung kondom, gunakan tangan anda yang lain untuk membuka gulungan kondom secara perlahan ke arah pangkal penis. Pastikan posisi kondom tidak berubah-ubah selama coitus, jika kondom menggulung lagi saat berhubungan, tarik kembali gulungan ke pangkal penis. Key Point : Menjaga agar kondom terpasang dengan baik pada penis 6. Segera setelah ejakulasi, gengam penis saat masih ereksi, kemudian lepaskan kondom saat penis telah digenggam sepenuhnya. Hindari kontak penis dan kondom dari pasangan anda. Key Point : Anjurkan klien untuk melepaskan kondom diluar vagina Anjurkan klien untuk menggunakan kondom hanya satu kali pakai 7. Buang kondom yang telah digunakan secara baik, bungkus kondom dengan tissue dan buang ke tempat sampah (jangan dibuang ke dalam toilet, dapat menyebabkan pemampatan saluran). Key Point : Buang kondom di tempat yang jauh dari jangkauan anak-anak

APLIKASI Meminta mahasiswa untuk memperagakan kembali sehingga mahasiswa dapat lebih terarah dalam melakukan praktek di kemudian hari. EVALUASI Mahasiswa mendemontrasikan pelayanan alat kontrasepsi kondom secara individu Setiap langkah dilakukan mahasiswa secara sistematis

Memperhatikan privacy dan respon pasien dalam setiap prosedur

Memperhatikan keamanan dan kenyamanan pasien dalam setiap Prosedur

Instruktur membimbing dan menilai langkah langkah pelayanan kontrasepsi kondom sesuai daftar tilik PENUTUP Menyampaikan bahwa OPS hari ini telah tercapai

Memberi informasi tentang materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya Mengucapkan terimakasih dan salam

Posted 8th December 2011 by Bidan Pendidik D4 Stikes 'Aisyiyah Yogyakarta Labels: Apriyanti Aini 0 Add a comment MDGs

Nama: Eti Sulastri NIM: 201110104251 Kelas F

MDGs

A. Tinjauan teori MDGS 1.Pengertian Millenium Development Goals Adalah sebuah inisiatif pembangunan yang dibentuk pada tahun 2000, oleh perwakilan dari 189 negara dengan menandatangi deklarasi yang disebut adalah sebuah inisiatif pembangunan yang dibentuk pada tahun 2000, oleh perwakilan-perwakilan dari 189 negara dengan menandantangani

deklarasi yang disebut sebagai Millennium Declaration. upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama antara 189 negara anggota PBB untuk melaksanakan 8 (delapan) tujuan pembangunan. Merupakan target kuantitatif dan terjadual dalam upaya penanggulangan kemiskinan global serta dimensi kemiskinan lainnya seperti; kelaparan, penyakit, penyediaan infrastruktur dasar (perumahan dan permukiman) serta mempromosikan persamaan gender, pendidikan, dan lingkungan berkelanjutan. Merupakan upaya pemenuhan hak asasi manusia seperti yang tercantum dalam Deklarasi Millenium PBB. a. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi Ruang lingkup Kesehatan Reproduksi secara luas meliputi: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Kesehatan Ibu dan Anak Keluarga Berencana Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR), termasuk IMS-HIV/AIDS Pencegahan dan Penanggulangan Komplikasi Aborsi Kesehatan Reproduksi Remaja Pencegahan dan Penanganan Infertilitas Kanker pada Usia Lanjut dan Osteoporosis

1.Tujuan Millenium Development Goals Millenium Development Goals mempunyai delapan tujuan pembangunan yaitu : 1) Penghapusan kemiskinan;

Target 1 : Menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya di bawah $1 perhari menjadi setengahnya antara tahun 1990-2015 Target 2 : Menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan menjadi setengahnya antara tahun 1990&ndash;2015 2) Pencapaian pendidikan dasar untuk semua;

Target 3 : Memastikan pada tahun 2015 semua anak dimanapun, laki-laki maupun perempuan, dapat menyelesaikan pendidikan dasar 3) Kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan;

Target 4 : Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005 dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015

4)

Penurunan angka kematian anak:

Target 5 : Menurunkan angka kematian balita sebesar dua pertiganya antara th

1990&ndash;2015 5) Meningkatkan kesehatan ibu;

Target 6 : Menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga perempatnya antara tahun 1990&ndash;2015 6) Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya;

Target 7 : Mengendalikan penyebaran HIV/AIDs dan mulai menurunnya jumlah kasus baru pada tahun 2015 Target 8 : Mengendalikan penyakit malaria dan mulai menurunnya jumlah malaria dan penyakit lainnya 7) Menjamin kelestarian lingkungan berkelanjutan;

Target 9 : Memadukan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dengan kebijakan dan program nasional Target 10: Penurunan sebesar separuh, proporsi penduduk tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas dasar pada 2015 Target 11: Mencapai perbaikan yang berarti dalam kehidupan penduduk miskin di pemukiman kumuh pada tahun 2020 8) Membangun kemitraan global untuk pembangunan

2.Implementasi Millenium Development Goals 1) Memberantas kemiskinan dan kelaparan (eradicate extreme poverty and hunger)

a) menurunkan separuh jumlah penduduk yang berpendapatan kurang dari US$ 1.00 per hari hingga tahun 2015 b) Menurunkan separuh jumlah penduduk yang menderita kelaparan ekstrim hingga tahun 2015. Kedua sasaran diatas dirasakan penting menjadi prioritas penyelesaian mengingat kedua sasaran tersebut merupakan titik awal terjadinya permasalahan-permasalahan turunan kemiskinan. Jika akses untuk kedua kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka akses-akses kebutuhan lain pun juga tidak dapat dicukupi. Bila kelompok masyarakat tidak mampu memenuhi pendapatan sebesar US$ 1 per hari atau setara dengan Rp. 9.000 per hari dapat dipastikan tidak dapat terpenuhinya kebutuhan pendidikan, kesehatan, keahlian dan keterampilan untuk pasar kerja serta sanitasi kesehatan rumah dan lingkungan. c)Pengentasan kemiskinan dan Program Keluarga Harapan (PKH) 2) Mencapai pendidikan dasar yang universal (achieve universal primary education) Akses pendidikan dasar (wajar 9 tahun) 3) Mempromosikan persamaan jender dan pemberdayaan perempuan (promote gender equality and empower women) Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium Development Goals), yang disebut sebagai Deklarasi Milenium (Millenium Declaration). Deklarasi tersebut juga menyebutkan tentang pemberdayaan perempuan serta persamaan jender. Berkaitan juga dengan penerapan hak-hak dan kesempatan yang sama antara perempuan dan laki-laki, yang juga mengacu pada CEDAW: to combat all forms of violence against women and to implement the Convention on the Elimination of All Forms of

Discrimination Against Women. Oleh Indonesia, CEDAW telah diratifikasi sejak 1984. Selain itu MDGs juga mengacu pada kepedulian terhadap 12 wilayah kritis (critical areas), yang disepakati pada Kongres Pe-rempuan IV di Beijing tahun 1995, yang telah dituangkan dalam Beijing Platform for Action. 4) Mengurangi jumlah kematian anak (reduce child mortality)

a) Akes pelayanan bidang kesehatan 5) a) b) Meningkatkan kesehatan ibu (improve maternal health) Akes pelayanan bidang kesehatan Program Keluarga Berencana (KB)

6) Meme-rangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit lain (combat HIV/AIDS, ma-laria and other diseases) 7) Menjamin kelestarian lingkungan (ensure environmental sustainability)

a) Rehabilitasi hutan dan perlindungan konservasi sumber daya alam b) Perbaikan infrastruktur, irigasi dan sanitasi. 8) Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan (develop a global partnership for development). Dalam sepuluh tahun terakhir Indonesia mengalami sebuah paradigma baru dalam sistem kepemerintahan dan kewenangan. Jika sebelumnya semua perencanan dan pembangunan diatur secara terpusat, kemudian perencanaan dan pembangunan tersebut ditetapkan secara otonom menurut lingkup daerah provinsi, kabupaten/kota. Paradigma pembangunan inilah yang kita kenal dengan otonomi daerah. Bagi daerah yang memiliki posisi strategis kaya akan sumber daya alam dan manusia, era otonomi daerah merupakan peluang berharga bagi pelaksanaan pembangunan guna terwujudnya kemakmuran dan kesejahtaraan masyarkat. Akan tetapi bagi daerah yang minus, otonomi daerah akan menjadi sumber masalah bagi kelancaran pelaksanaan pembangunan. Untuk mengatisipasi permasalahan ini pemerintah pusat telah mengambil kebijakan dengan memberikan proporsi anggaran melalui dana perimbangan sehingga semua daerah memiliki kesempatan yang sama dalam melaksanakan pembangunan. Adapun dana perimbangan tersebut adalah Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hail Bukan pajak, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK).

3.Hasil Millenium Development Goals MDG 1: MENANGGULANGI KEMISKINAN DAN KELAPARAN Indonesia telah berhasil menurunkan tingkat kemiskinan, sebagaimana diukur oleh indikator USD 1,00 per kapita per hari, menjadi setengahnya. Kemajuan juga telah dicapai dalam upaya untuk lebih menurunkan lagi tingkat kemiskinan, sebagaimana diukur oleh garis kemiskinan nasional dari tingkat saat ini sebesar 13,33 persen (2010) menuju targetnya sebesar 8 10 persen pada tahun 2014. Prevalensi kekurangan gizi pada balita telah menurun dari 31 persen pada tahun 1989 menjadi 18,4 persen pada tahun 2007, sehingga Indonesia diperkirakan dapat mencapai target MDG sebesar 15,5 persen pada tahun 2015. Prioritas ke depan untuk menurunkan kemiskinan dan kelaparan adalah dengan memperluas kesempatan kerja, meningkatkan infrastruktur pendukung, dan memperkuat sektor pertanian. Perhatian khusus perlu diberikan pada: 1. Perluasan fasilitas kredit untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) 2. Pemberdayaan masyarakat miskin dengan meningkatkan akses dan penggunaan sumber

daya untuk meningkatkan kesejahteraannya 3. Peningkatan akses penduduk miskin terhadap pelayanan social 4. Perbaikan penyediaan proteksi sosial bagi kelompok termiskin di antara yang miskin.

MDG 2: MENCAPAI PENDIDIKAN DASAR UNTUK SEMUA Upaya Indonesia untuk mencapai target MDG tentang pendidikan dasar dan melek huruf sudah menuju pada pencapaian target 2015 (on-track). Bahkan Indonesia menetapkan pendidikan dasar melebihi target MDGs dengan menambahkan sekolah menengah pertama sebagai sasaran pendidikan dasar universal. Pada tahun 2008/09 angka partisipasi kasar (APK) SD/MI termasuk Paket A telah mencapai 116,77 persen dan angka partisipasi murni (APM) sekitar 95,23 persen. Pada tingkat sekolah dasar (SD/MI) secara umum disparitas partisipasi pendidikan antarprovinsi semakin menyempit dengan APM di hampir semua provinsi telah mencapai lebih dari 90,0 persen. Tantangan utama dalam percepatan pencapaian sasaran MDG pendidikan adalah meningkatkan pemerataan akses secara adil bagi semua anak, baik laki-laki maupun perempuan, untuk mendapatkan pendidikan dasar yang berkualitas di semua daerah. Berbagai kebijakan dan program pemerintah untuk menjawab tantangan tersebut adalah: 1. 2. 3. Perluasan akses yang merata pada pendidikan dasar khususnya bagi masyarakat miskin Peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan Penguatan tata kelola dan akuntabilitas pelayanan pendidikan.

Kebijakan alokasi dana pemerintah bagi sektor pendidikan minimal sebesar 20 persen dari jumlah anggaran nasional akan diteruskan untuk mengakselerasi pencapaian pendidikan dasar universal pada tahun 2015. MDG 3: MENDORONG KESETARAAN GENDER DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN Berbagai kemajuan telah dicapai dalam upaya meningkatkan kesetaraan gender di semua jenjang dan jenis pendidikan. Rasio angka partisipasi murni (APM) perempuan terhadap laki-laki di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama berturut-turut sebesar 99,73 dan 101,99 pada tahun 2009, dan rasio melek huruf perempuan terhadap laki-laki pada kelompok usia 15 sampai 24 tahun telah mencapai 99,85. Oleh sebab itu, Indonesia sudah secara efektif menuju (on-track) pencapaian kesetaraan gender yang terkait dengan pendidikan pada tahun 2015. Di bidang ketenagakerjaan, terlihat adanya peningkatan kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor nonpertanian. Di samping itu, proporsi kursi yang diduduki oleh perempuan di DPR pada pemilu terakhir juga mengalami peningkatan, menjadi 17,9 persen. Prioritas ke depan dalam mewujudkan kesetaraan gender meliputi:

(1) Peningkatan kualitas hidup dan peran perempuan dalam pembangunan; (2) Perlindungan perempuan terhadap berbagai tindak kekerasan; (3) Peningkatan kapasitas kelembagaan PUG dan pemberdayaan perempuan. MDG 4: MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN ANAK Angka kematian bayi di Indonesia menunjukkan penurunan yang cukup signifi kan dari 68 pada tahun 1991 menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007, sehingga target sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 diperkirakan dapat tercapai. Demikian pula dengan target kematian anak diperkirakan akan dapat tercapai. Namun demikian, masih terjadi disparitas regional pencapaian target, yang mencerminkan adanya perbedaan akses atas pelayanan

kesehatan, terutama di daerah-daerah miskin dan terpencil. Prioritas kedepan adalah memperkuat system kesehatan dan meningkatkan akses pada pelayanan kesehatan terutama bagi masyarakat miskin dan daerah terpencil.

MDG 5: MENINGKATKAN KESEHATAN IBU Dari semua target MDGs, kinerja penurunan angka kematian ibu secara global masih rendah. Di Indonesia, angka kematian ibu melahirkan (MMR/Maternal Mortality Rate) menurun dari 390 pada tahun 1991 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Target pencapaian MDG pada tahun 2015 adalah sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup, sehingga diperlukan kerja keras untuk mencapai target tersebut. Walaupun pelayanan antenatal dan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih cukup tinggi, beberapa faktor seperti risiko tinggi pada saat kehamilan dan aborsi perlu mendapat perhatian. Upaya menurunkan angka kematian ibu didukung pula dengan meningkatkan angka pemakaian kontrasepsi dan menurunkan unmet need yang dilakukan melalui peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi. Ke depan, upaya peningkatan kesehatan ibu diprioritaskan pada perluasan pelayanan kesehatan berkualitas, pelayanan obstetrik yang komprehensif, peningkatan pelayanan keluarga berencana dan penyebarluasan komunikasi, informasi dan edukasi kepada masyarakat.

MDG 8: MEMBANGUN KEMITRAAN GLOBAL UNTUK PEMBANGUNAN Indonesia merupakan partisipan aktif dalam berbagai forum internasional dan mempunyai komitmen untuk terus mengembangkan kemitraan yang bermanfaat dengan berbagai organisasi multilateral, mitra bilateral dan sektor swasta untuk mencapai pola pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada penurunan tingkat kemiskinan (pro-poor). Indonesia telah mendapat manfaat dari mitra pembangunan internasional. Untuk meningkatkan efektifi tas kerjasama dan pengelolaan bantuan pembangunan di Indonesia, Jakarta Commitment telah ditandatangani bersama 26 mitra pembangunan pada tahun 2009. Bersamaan dengan ini, Indonesia telah berkomitmen untuk menurunkan pinjaman luar negeri pemerintah terhadap PDB. Hal ini ditunjukkan dengan menurunnya rasio pinjaman luar negeri pemerintah terhadap PDB dari 24,6 persen pada tahun 1996 menjadi 10,9 persen pada tahun 2009. Sementara itu, Debt Service Ratio Indonesia juga telah menurun dari 51 persen pada tahun 1996 menjadi 22 persen pada tahun 2009. Untuk meningkatkan akses komunikasi dan informasi, sektor swasta telah membuat investasi besar ke dalam teknologi informasi dan komunikasi, dan akses pada telepon genggam, jaringan PSTN, dan komunikasi internet telah meningkat sangat pesat selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2009, sekitar 82,41 persen dari penduduk Indonesia mempunyai akses pada telepon seluler. Tinjauan Status Pencapaian MDG di Indonesia Status: Sudah tercapai Akan tercapai Perlu perhatian khusus Target Indikator Saat Ini MDGs StatusSumber 2015 TUJUAN 1. MENANGGULANGI KEMISKINAN DAN KELAPARAN Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk dengan tingkat pendapatan kurang dari USD 1 (PPP) per hari dalam kurun waktu 1990-2015 Proporsi penduduk dengan 20,60% 5,90% Bank Dunia 1.1 pendapatan kurang dari USD 1,00 10,30% (1990) (2008) dan BPS (PPP) per kapita per hari 2,70% 2,21% 1.2 Indeks Kedalaman Kemiskinan Berkurang BPS, Susenas (1990) (2010) Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak untuk Acuan Dasar

semua, termasuk perempuan dan kaum muda 1.4 1.5 Laju pertumbuhan PDB per tenaga 3,52% kerja (1990) 2,24% (2009) PDB Nasional dan BPS, Sakernas

Rasio kesempatan kerja terhadap 65% 62% (2009) penduduk usia 15 tahun ke atas (1990) Proporsi tenaga kerja yang BPS, berusaha sendiri dan pekerja 71% Sakernas 1.7 64% (2009) Menurun bebas keluarga terhadap total (1990) kesempatan kerja Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-2015 18,4% 1.8 Prevalensi balita dengan berat badan rendah / kekurangan gizi 31,0% (1989)* (2007)** 17,9% (2010)** 7,2% (1989)* 5,4% (2007)** 4,9% (2010)** 13,0% (2007)** 13,0% (2010)** 1.9 Proporsi penduduk dengan asupan kalori di bawah tingkat konsumsi minimum: - 1400 Kkal/kapita/hari 15,5% *BPS, Susenas **Kemkes, 3,6% Riskesdas 2007; 2010(data sementara) 11,9%

1.8a

Prevalensi balita gizi buruk

1.8b

Prevalensi balita gizi kurang

23,8% (1989)*

17,00% 14,47% BPS, Susenas 8,50% (1990) (2009) 64,21% 61,86% - 2000 Kkal/kapita/hari 35,32% (1990) (2009) TUJUAN 2: MENCAPAI PENDIDIKAN DASAR UNTUK SEMUA Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan di manapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar *Kemdiknas 88,70% 95,23% Angka Partisipasi Murni (APM) 2.1 100,00% **BPS, sekolah dasar (2009)* (1992) ** Susenas *Kemdiknas Proporsi murid kelas 1 yang 62,00% 93,50% 2.2 berhasil menamatkan sekolah 100,00% **BPS, (1990)* (2008)** dasar Susenas 99,47% (2009) Female: Angka melek huruf penduduk usia 96,60% 2.3 15-24 tahun, perempuan dan laki100,00% BPS, Susenas (1990) 99,40% laki Male:

99,55% TUJUAN 3: MENDORONG KESETARAAN GENDER DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015 Rasio perempuan terhadap laki3.1 laki di tingkat pendidikan dasar, menengah dan tinggi - Rasio APM perempuan/laki-laki 100,27 99,73 100,00 di SD (1993) (2009) - Rasio APM perempuan/laki-laki 99,86 101,99 100,00 di SMP (2009) (1993) 96,16 - Rasio APM perempuan/laki-laki 93,67 100,00 BPS, Susenas di SMA (1993) (2009) - Rasio APM perempuan/laki-laki 74,06 102,95 100,00 di Perguruan Tinggi (2009) (1993) Rasio melek huruf perempuan 98,44 3.1a terhadap laki-laki pada kelompok 99,85 (2009) 100,00 (1993) usia 15-24 tahun Kontribusi perempuan dalam 29,24% 33,45% BPS, 3.2 pekerjaan upahan di sektor Meningkat (1990) (2009) Sakernas nonpertanian Proporsi kursi yang diduduki 12,50% 17,90% 3.3 Meningkat KPU perempuan di DPR (1990) (2009) TUJUAN 4: MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN ANAK Target 4A: Menurunkan Angka Kematian Balita (AKBA) hingga dua per tiga dalam kurun waktu 1990-2015 Angka KemaTIan Balita per 1000 4.1 97 (1991) 44 (2007) 32 kelahiran hidup BPS, SDKI Angka Kematian Bayi (AKB) per 4.2 68 (1991) 34 (2007) 23 1991, 2007; 1000 kelahiran hidup Angka Kematian Neonatal per 4.2a 32 (1991) 19 (2007) Menurun *Kemkes, 1000 kelahiran hidup Riskesdas 67,0% 2010 (data Persentase anak usia 1 tahun yang 44,5% (2007) 4.3 Meningkat sementara) diimunisasi campak (1991) 74,5% (2010)* TUJUAN 5: MENINGKATKAN KESEHATAN IBU Target 5A: Menurunkan Angka Kematian Ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu 1990-2015 Angka Kematian Ibu per 100,000 390 BPS, SDKI 5.1 228 (2007) 102 kelahiran hidup (1991) 1993, 2007 BPS, Susenas Proporsi kelahiran yang ditolong 40,70% 77,34% 5.2 Meningkat tenaga kesehatan terlatih (1992) (2009) 1992-2009 Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015 Angka pemakaian kontrasepsi 49,7% 61,4% 5.3 /CPR bagi perempuan menikah Meningkat (1991) (2007) usia 15-49, semua cara Angka pemakaian kontrasepsi (CPR) pada perempuan menikah 47,1% 57,4% 5.3a Meningkat usia 15-49 tahun saat ini, cara (1991) (2007) modern Angka kelahiran remaja 5.4 (perempuan usia 15-19 tahun) per 67 (1991) 35 (2007) Menurun BPS, SDKI

BPS, SDKI 1000 perempuan usia 15-19 tahun 1991, 2007 Cakupan pelayanan Antenatal 5.5 (sedikitnya satu kali kunjungan dan empat kali kunjungan) - 1 kunjungan: 75,0% 93,3% 56,0% 81,5% Meningkat - 4 kunjungan: (1991) (2007) Unmet Need (kebutuhan keluarga 12,70% 9,10% 5.6 berencana / KB yang tidak Menurun (1991) (2007) terpenuhi) TUJUAN 6: MEMERANGI HIV/AIDS, MALARIA DAN PENYAKIT MENULAR LAINNYA Target 6A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru HIV/AIDS hingga tahun 2015 Prevalensi HIV/AIDS (persen) dari Estimasi 6.1 0,2% (2009) Menurun total populasi Kemkes 2006 Perempuan: BPS, SKRRI Penggunaan kondom pada 12,8% 10,3% 6.2 hubungan seks berisiko tinggi (2002/ Meningkat 2002/2003 & Laki-laki: terakhir 03) 18,4% 2007 (2007) Proporsi jumlah penduduk usia 1524 tahun yang 6.3 memilikipengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS Perempuan: 9,5% Laki-laki: 14,7% (2007) Perempuan: 11,9% Laki-laki: 15,4% (2010)* Perempuan: 2,6% Laki-laki: 1,4% - Belum Menikah (2007) Perempuan: 19,8% Laki-laki: 20,3% Meningkat BPS, SKRRI 2007; *Kemkes, Riskesdas 2010 (data sementara) BPS, SDKI 2007; *Kemkes, Meningkat Riskesdas 2010 (data sementara)

- Menikah

(2010)* Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun 2010 Kemkes, 2010, Proporsi penduduk terinfeksi HIV 38,4% 6.5 lanjut yang memiliki akses pada Meningkat per 30 (2009) obat-obatan anti retroviral November 2009 Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya hingga tahun 2015 Angka kejadian dan tingkat 6.6 kematian akibat Malaria Kemkes 2009; Kemkes, 6.6a Angka kejadian Malaria (per 1,000 4,68 penduduk): (1990) 1,85 (2009) Menurun 2,4% (2010)* Riskesdas 2010 (data sementara) API, Kemkes 2008 AMI, Kemkes 2008 BPS, SDKI 2007; * Kemkes, RIskesdas 2007; ** Kemkes, Riskesdas 2010 (data sementara) Riskesdas 2010 (data sementara)

Angka kejadian Malaria di Jawa & 0,17 Bali (API) (1990) Angka kejadian Malaria di luar Jawa & Bali (AMI) 24,10 (1990)

0,16 (2008) Menurun 17,77 (2008) Menurun

3,3% Desa: 4,5% Kota: 1,6% 6.7 Proporsi anak balita yang tidur dengan kelambu berinsektisida (2007) 7,7% (2007)* 16,0% (2010) ** Meningkat

6.8

Proporsi anak balita dengan demam yang diobati dengan obat anti malaria yang tepat Angka kejadian, prevalensi dan tingkat kematian akibat Tuberkulosis Angka kejadian Tuberkulosis (semua kasus/ 10.000 penduduk/tahun) Tingkat prevalensi Tuberkulosis (per 100.000 penduduk) Tingkat kematian karena

21,9% (2010)

6.9 6.9a 6.9b

343 (1990) 443 (1990)

228 (2009) 244 (2009)

Dihentikan, mulai berkurang

Laporan TB Global WHO, 2009

6.9c 6.10

Tuberkulosis (per 100.000 92 (1990) 39 (2009) penduduk) Proporsi jumlah kasus Tuberkulosis yang terdeteksi dan diobati dalam program DOTS 73,1% (2009) **

berkurang

2009

Proporsi jumlah kasus Tuberkulosis 20,0% 6.10a yang terdeteksi dalam program (2000)* DOTS

70,0%

*Laporan TB Global WHO,

2009 Proporsi kasus Tuberkulosis yang 91,0% ** Laporan 87,0% 6.10b diobati dan sembuh dalam 85,0% (2000)* (2009) ** Kemkes 2009 program DOTS TUJUAN 7: MEMASTIKAN KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang berkesinambungan dengan kebijakan dan program nasional serta mengembalikan sumberdaya lingkungan yang hilang Rasio luas kawasan tertutup pepohonan berdasarkan hasil 59,97% 52,43% 7.1 Meningkat Kemenhut pemotretan citra satelit dan survei (1990) (2008) foto udara terhadap luas daratan Berkurang Kementerian 1.416.0741.711.626 Jumlah emisi karbon dioksida 7.2 Gg CO2e Gg 26% pada Lingkungan (CO2) (2000) CO2e (2008) 2020 Hidup 2,64 BOE 4,3 BOE Jumlah konsumsi energi primer 7.2a Menurun (per kapita) (2008) (1991) 5,28 Kementerian SBM/ 2,1 SBM/ 7.2b Intensitas Energi USD 1,000 (1990) 0,98 (1991) 3,5% (2000) 8.332,7 metric tons (1992) USD 1,000 (2008) 1,6 (2008) 3,45% (2008) Menurun 0 CFCs 7.3 Jumlah konsumsi bahan perusak ozon (BPO) dalam metrik ton 0 CFCs (2009) dengan mengurangi HCFCs tidak 66,08% (1998) 91,83% (2008) melebihi batas 26,40% (2008) Meningkat Kementerian Lingkungan Hidup Kementerian Kelautan & Perikanan Kementerian Kehutanan * Kementerian Kahutanan Menurun Energi dan Sumber Daya Mineral

7.2c 7.2d

Elastisitas Energi Bauran energi untuk energi terbarukan

7.4

Proporsi tangkapan ikan yang berada dalam batasan biologis yang aman

7.5

Rasio luas kawasan lindung untuk menjaga kelestarian 26,40% keanekaragaman hayati terhadap (1990) total luas kawasan hutan

7.6

Rasio kawasan lindung perairan terhadap total luas perairan teritorial

0,14% (1990)*

4,35% (2009) **

Meningkat

** Kementerian Kelautan &

Perikanan Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi layak hingga tahun 2015 Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air 37,73% 47,71% 7.8 68,87% minum layak, perkotaan dan (1993) (2009) perdesaan 50,58% 49,82% 7.8a Perkotaan 75,29% (1993) (2009) 31,61% 45,72% 7.8b Perdesaan 65,81% (1993) (2009) BPS, Susenas Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap 24,81% 51, 19% 7.9 62,41% sanitasi layak, perkotaan dan (1993) (2009) perdesaan 53,64% 69,51% 7.9a Perkotaan 76,82% (1993) (2009) 11,10% 33,96% 7.9b Perdesaan 55,55% (1993) (2009) Target 7D:Mencapai peningkatan yang signifi kan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh (minimal 100 juta) pada tahun 2020 Proporsi rumah tangga kumuh 20,75% 12,12% 7.10 6% (2020) BPS, Susenas perkotaan (1993) (2009) TUJUAN 8: MENGEMBANGKAN KEMITRAAN GLOBAL UNTUK PEMBANGUNAN Target 8A: Mengembangan sistem keuangan dan perdagangan yang terbuka, berbasis peraturan, dapat diprediksi dan tidak diskriminatif Rasio Ekspor + Impor terhadap BPS & Bank 41,60% 39,50% 8.6a PDB (indikator keterbukaan Meningkat (1990) (2009) Dunia ekonomi) Rasio pinjaman terhadap 45,80% 72,80% 8.6b Meningkat simpanan di bank umum (2000) (2009) Laporan 101,30% 2008, 109,00% Perekonomian Rasio pinjaman terhadap 8.6c Meningkat BI 2009 simpanan di BPR (2009) (2003) Target 8D: Menangani utang negara berkembang melalui upaya nasional maupun internasional untuk dapat mengelola utang dalam jangka panjang Kementerian Rasio pinjaman luar negeri 24,59% 10,89% 8.12 Berkurang terhadap PDB (1996) (2009) Keuangan Rasio pembayaran pokok utang Laporan dan bunga utang luar negeri 51,00% 22,00% Tahunan 8.12a Berkurang terhadap penerimaan hasil ekspor (1996) (2009) BI 2009 (DSR) Target 8F: Bekerja sama dengan swasta dalam memanfaatkan teknologi baru, terutama teknologi informasi dan komunikasi Proporsi penduduk yang memiliki Kemkominfo 4,02% 3,65% 8.14 jaringan PSTN (kepadatan fasilitas Meningkat (2004) (2009) 2010 telepon per jumlah penduduk) Proporsi penduduk yang memiliki 14,79% 82,41% 8.15 100,00%

8.15 8.16 8.16a

telepon seluler Proporsi rumah tangga dengan akses internet Proporsi rumah tangga yang memiliki komputer pribadi

(2004) -

(2009) 11,51% (2009) 8,32% (2009)

100,00% 50,00%

BPS, Susenas 2009 BPS, Susenas 2009

Meningkat

b.

Teori ICPD (International On Poplation And Development)

Pada tahun 1994 diseleggarakan Konferensi International Kependudukan dan pembangunan (International On Poplation And Development) ICPD, disponsori oleh PBB di Kairo-Mesir pada tahun 1994, dihadiri oleh11.000 perwakilan lebih dari 180 negara. Konferensi tersebut melahirkan kebijakan baru tentang pembangunan dan kependudukan, yang ditujukan untuk menstabilkan pertumbuhan penduduk yang berorientasikan pada kepentingan pembanguan manusia, tercantum dalam program aksi 20 tahun. Program aksi 20 tahun, bagi tiap Negara yaitu : 1.Meningkatkan status kesehatan, pendidikan dan hak-hak individu khususnya bagi perempuan dan anak-anak. 2.Mengintegrasikan program keluarga berencana kedalam agenda kesehatan perempuan yang lebih luas. Bagian terpenting dalam program tersebuta adalah penyediaan pelayanan kesehatan reproduksi menyeluruh, yang memadukan KB, pelayanan kehamilan dan persalinan yang aman, pencegahan dan pengobatan IMS termasuk HIV, informasi dan konseling seksualitas, penghapusan bentuk-bentuk kekerasan pada perempuan. Telaah 5 tahunan ICPD yaitu target baru untuk tahun 2015 adalah : 1) Akses terhadap pendidikan dasar, meningkatnya keikutsertaan anak laki-laki dan perempuan di SD hingga sekurang-kurangnya 90% sebelum 2010, serta menurunkan angka buta huruf pada perempuan dan anak perempuan pada tahun 1990 hingga setengahnya pada tahun 2005 2) Semua fasilitas kesehatan menyediakan metode-metode KB yang aman dan efektif, pelayanan kebidanan, pencegahan ISR/IMS, serta metode pelindung untuk mencegah infeksi, baik secara lansung maupun rujukan. 3) Mengurangi kesenjangan antara pemakian kontrasepsi dengan proporsi individu yang ingin membatasi jumlah anak untuk menjarangkan kehamilan, tanpa menggunakan target atau kuota. 4) Memastikan bahwasekurang-kurangnya 60% persalinan ditolong oleh tenaga terlatih, terutama dinegara-negara yang angka kematian ibu yang tinggi 5) Pelayanan pencegahan HIV untuk laki-laki dan perempuan muda usia 15-24 tahun. Termasuk pelayan kondom laki-laki dan perempuan pemeriksaan sukarela, konseling dan tindak lanjut. 5. Kebijakan dan Strategi Nasional Kesehatan Reproduksi di Indonesia Dalam rangka mencapai tujuan kesehatan reproduksi perlu disusun kebijakan dan strategi umum yang dapat memayungi pelaksanaan upaya seluruh komponen kesehatan reproduksi di Indonesia. Upaya penanganan kesehatan reproduksi harus dilaksanakan dengan memperhatikan nilai-nilai agama dan budaya/norma kemasyarakatan dan kegiatannya diarahkan untuk peningkatan kualitas hidup manusia. A. Kebijakan Umum

1. Menempatkan upaya kesehatan reproduksi menjadi salah satu prioritas Pembangunan Nasional. 2. Melaksanakan percepatan upaya kesehatan reproduksi dan pemenuhan hak reproduksi ke seluruh Indonesia. 3. Melaksanakan upaya kesehatan reproduksi secara holistik dan terpadu melalui pendekatan siklus hidup. 4. Menggunakan pendekatan keadilan dan kesetaraan gender di semua upaya kesehatan reproduksi. 5. Menyediakan pelayanan kesehatan reproduksi berkualitas bagi keluarga miskin.

B. Strategi Umum 1. Menempatkan dan memfungsikan Komisi Kesehatan Reproduksi (KKR) pada tingkat Menteri Koordinator serta membentuk KKR di provinsi dan kabupaten/kota 2. 3. 4. 5. 6. 7. Mengupayakan terbitnya peraturan perundangan di bidang kesehatan reproduksi. Meningkatkan advokasi, sosialisasi dan komitmen politis di semua tingkat. Mengupayakan kecukupan anggaran/dana pelaksanaan kesehatan reproduksi. Masing-masing penanggungjawab komponen mengembangkan upaya kesehatan reproduksi sesuai ruang lingkupnya dengan menjalin kemitraan dengan sektor terkait, organisasi profesi dan LSM

8. Masing-masing komponen membuat rencana aksi mengacu pada kebijakan yang telah ditetapkan. 9. Mengembangkan upaya kesehatan reproduksi yang sesuai dengan masalah spesifik daerah dan kebutuhan setempat, dengan memanfaatkan proses desentralisasi. 10. Memobilisasi sumber daya nasional dan internasional baik pemerintah dan non pemerintah. 11. Menyediakan pembiayaan pelayanan KR melalui skema Jaminan Sosial Nasional. 12. Melakukan penelitian untuk pengembangan upaya KR. 13. Menerapkan Pengarus-utamaan Gender dalam bidang KR. 14. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi untuk kemajuan upaya KR.

C. Kebijakan dan Strategi Komponen 1.a. Kebijakan Kesehatan Ibu dan Anak (1) Setiap ibu menjalani kehamilan dan persalinan dengan sehat dan selamat serta bayi lahir sehat. (2) Setiap anak hidup sehat, tumbuh dan berkembang secara optimal.

1.b. Strategi Kesehatan Ibu dan Anak (1) Pemberdayaan perempuan, suami dan keluarga. (a) Peningkatan pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan, persalinan, nifas, bayi dan balita (health seeking care). (b) Penggunaan buku KIA (c) Konsep SIAGA (Siap, Antar, Jaga) (d) Penyediaan dana, transportasi, donor darah untuk keadaan darurat (e) Peningkatan penggunaan ASI eksklusif (2) Pemberdayaan Masyarakat a)Pemantapan GSI b) Penyelenggaraan Polindes, Posyandu, Tempat Penitipan Anak (TPA)

(3) Kerjasama lintas sektor, mitra lain termasuk pemerintah daerah dan lembaga legislatif. (a) Advokasi dan sosialisasi ke semua stakeholders. (b) Mendorong adanya komitmen, dukungan, peraturan, dan kontribusi pembiayaan dari berbagai pihak terkait. (c) Peningkatan keterlibatan LSM, organisasi profesi, swasta dan sebagainya (4) Peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak secara terpadu dengan komponen KR lain. (a) Pelayanan antenatal. (b) Pertolongan persalinan, pelayanan nifas dan neonatal esensial. (c) Penanganan kegawatdaruratan obstetrik dan neonatal (d) Pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi pascakeguguran. (e) Manajemen Terpadu Bayi Muda dan Balita Sakit. (f) Pembinaan tumbuh kembang anak. (g) Peningkatan keterampilan tenaga kesehatan dan pemenuhan kelengkapan sarananya. (h) Mengoptimalkan pemanfaatan fasilitas pelayanan. 2.a. Kebijakan Keluarga Berencana. (1) Memaksimalkan akses dan kualitas pelayanan KB. (2) Mengintegrasikan pelayanan Keluarga Berencana dengan pelayanan lain dalam komponen kesehatan reproduksi (3) Jaminan pelayanan KB bagi orang miskin. (4) Terlaksananya mekanisme operasional pelayanan.

(5) Meningkatnya peran serta LSOM, swasta dan organisasi profesi. (6) Tersedianya informasi tentang program KB bagi remaja. (7) Terjadinya pemanfaatan data untuk pelayanan. 2.b. Strategi Keluarga Berencana (1) Prinsip integrasi artinya dalam pelaksanaannya tidak hanya bernuansa demografis tapi juga mengarah pada upaya meningkatkan kesehatan reproduksi yang dalam pelaksanannya harus memperhatikan hak-hak reproduksi serta kesetaraan dan keadilan gender. (2) Prinsip Desentralisasi, kebijakan pelayanan program keluarga berencana perlu menyesuaikan dengan perubahan lingkungan institusi daerah sesuai dengan UU No. 22 tahun 1999 dan PP No. 25 tahun 2000. (3) Prinsip pemberdayaan, dengan ditingkatkannya kualitas kepemimpinan dan kapasitas pengelola dan pelaksana program nasional KB dengan memberdayakan institusi masyarakat, keluarga dan individu dalam rangka meningkatkan kemandirian. (4) Prinsip kemitraan, meliputi koordinasi dalam rangka kemitraan yang tulus dan setara serta meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dan kerjasama internasional. (5) Prinsip segmentasi sasaran, meliputi keberpihakan pada keluarga rentan, perhatian khusus pada segmen tertentu berdasarkan ciri-ciri demografis, sosial, budaya dan ekonomi dan keseimbangan dalam memfokuskan partisipasi dan pelayanan menurut gender. 3.a. Kebijakan Pencegahan dan Penanggulangan IMS termasuk HIV/AIDS (1) Penanggulangan dilaksanakan dengan memutuskan mata rantai penularan yang terjadi melalui hubungan seks yang tidak terlindungi, penggunaan jarum suntik tidak steril pada pengguna Napza suntik, penularan dari ibu yang hamil dengan HIV (+) ke anak/ bayi. (2) Kerjasama lintas sektoral dengan melibatkan organisasi profesi, masyarakat bisnis, LSM, organisasi berbasis masyarakat, pemuka agama, keluarga dan para Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). (3) Setiap orang mempunyai hak untuk untuk memperoleh informasi yang benar tentang HIV/AIDS. (4) Setiap ODHA dilindungi kerahasiaannya. (5) Kesetaraan gender dalam pelaksanaan penanggulangan HIV/AIDS. (6) Adanya hak memperoleh pelayanan pengobatan perawatan dan dukungan tanpa diskriminasi bagi ODHA. (7) Pemerintah berkewajiban memberi kemudahan untuk pelayanan pengobatan, perawatan dan dukungan terhadap ODHA dan mengintegrasikan ke dalam sistem kesehatan yang telah tersedia. (8) Prosedur untuk diagnosis HIV harus dilakukan dengan sukarela dan didahului dengan memberikan informasi yang benar, pre dan post test konseling. (9) Setiap darah yang ditransfusikan, serta produk darah dan jaringan transplan harus bebas dari HIV. 3.b. Strategi Pencegahan dan Penanggulangan IMS termasuk HIV/AIDS (1) Pelaksanaan mengikuti azas-azas desentralisasi sedangkan pemerintah pusat hanya menetapkan kebijakan nasional.

(2) Koordinasi dan penggerakan di bentuk KPA di pusat dan di daerah/ kabupaten/ kota, pelaksanaan Program melalui jejaring (networking) yang sudah dibentuk di masing-masing sector terkait. (3) Suveilans dilakukan melalui laporan kasus AIDS, surveilans sentinel HIV, SSP dan surveilans IMS (4) Setiap prosedur kedokteran tetap memperhatikan universalprecaution atau kewaspadaan universal. (5) Melengkapi PP - UU menjamin perlindungan ODHA. (6) Pembiayaan pencegahan dan penanggulangan IMS termasuk HIV/AIDS terutama akan menggunakan sumber-sumber dalam negeri. Pemerintah mengupayakan Bantuan Luar Negeri. (7) Melakukan monitoring dan evaluasi program dilakukan berkala, terintegrasi dengan menggunakan indikator-indikator pencapaian dalam periode tahunan maupun lima tahunan. 4.a. Kebijakan Kesehatan Reproduksi Remaja (1) Pemerintah, masyarakat termasuk remaja wajib menciptakan lingkungan yang kondusif agar remaja dapat berperilaku hidup sehat untuk menjamin kesehatan reproduksinya. (2) Setiap remaja mempunyai hak yang sama dalam memperoleh pelayanan kesehatan reproduksi remaja yang berkualitas termasuk pelayanan informasi dengan memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender. (3) Upaya kesehatan reproduksi remaja harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk mendukung peningkatan derajat kesehatan remaja dengan disertai upaya pendidikan kesehatan reproduksi yang seimbang. (4) Upaya pendidikan kesehatan reproduksi remaja dilaksanakan melalui jalur pendidikan formal maupun nonformal, dengan memberdayakan para tenaga pendidik dan pengelola pendidikan pada sistem pendidikan yang ada. (5) Upaya kesehatan remaja harus dilaksanakan secara terkoordinasi dan berkesinambungan melalui prinsip kemitraan dengan pihak-pihak terkait serta harus mampu membangkitkan dan mendorong keterlibatan dan kemandirian remaja. 4.b. Strategi Kesehatan Reproduksi Remaja (1) Pembinaan kesehatan reproduksi remaja disesuaikan dengan kebutuhan proses tumbuh kembang remaja dengan menekankan pada upaya promotif dan preventif yaitu penundaan usia perkawinan muda dan pencegahan seks pranikah. (2) Pelaksanaan pembinaan kesehatan reproduksi remaja dilakukan terpadu lintas program dan lintas sektor dengan melibatkan sektor swasta serta LSM, yang disesuaikan dengan peran dan kompetensi masing-masing sektor sebagaimana yang telah dirumuskan di dalam Pokja Nasional Komisi Kesehatan Reproduksi. (3) Pembinaan kesehatan reproduksi remaja dilakukan melalui pola intervensi di sekolah mencakup sekolah formal dan non formal dan di luar sekolah dengan memakai pendekatan pendidik sebaya atau peer conselor. (4) Pemberian pelayanan kesehatan reproduksi remaja melalui penerapan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) atau pendekatan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Integratif di tingkat pelayanan dasar yang bercirikanpeduli remaja dengan melibatkan remaja dalam kegiatan secara

penuh. (5) Pelaksanaan pendidikan kesehatan reproduksi remaja melalui integrasi materi KRR ke dalam mata pelajaran yang relevan dan mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler seperti: bimbingan dan konseling, Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS) dan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). (6) Pelaksanaan pelayanan kesehatan reproduksi remaja bagi remaja di luar sekolah dapat diterapkan melalui berbagai kelompok remaja yang ada di masyarakat seperti karang taruna, Saka Bhakti Husada (SBH), kelompok anak jalanan di rumah singgah, kelompok remaja mesjid/gereja, kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR).

5.a. Kebijakan Kesehatan Reproduksi Usia Lanjut (1) Meningkatkan dan memperkuat peran keluarga dan masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan reproduksi usia lanjut dan menjalin kemitraan dengan LSM, dunia usaha secara berkesinambungan. (2) Meningkatkan koordinasi dan integrasi dengan LP/LS di pusat maupun daerah yang mendukung upaya kesehatan reproduksi usia lanjut. (3) Membangun serta mengembangkan sistem jaminan dan bantuan social agar usia lanjut dapat mengakses pelayanan kesehatan reproduksi. (4) Meningkatkan dan memantapkan peran kelembagaan dalam kesehatan reproduksi yang mendukung peningkatan kualitas hidup usia lanjut. 5.b. Strategi Kesehatan Reproduksi Usia Lanjut (1) Melakukan advokasi, sosialisasi untuk membangun kemitraan dalam upaya kesehatan reproduksi usia lanjut baik di pusat, provinsi dan kabupaten/kota. (2) Memantapkan kemitraan dan jejaring kerja dengan LP/LS, LSM dan dunia usaha untuk dapat meningkatkan upaya kesehatan reproduksi usia lanjut yang optimal. (3) Mendorong dan menumbuhkembangkan partisipasi dan peran serta keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan reproduksi usia lanjut dalam bentuk pendataan, mobilisasi sasaran dan pemanfaatan pelayanan. (4) Peningkatan profesionalisme dan kinerja tenaga serta penerapan kendali mutu pelayanan melalui pendidikan/pelatihan, pengembangan standar pelayanan dll. (5) Membangun sistem pelayanan kesehatan reproduksi usia lanjut melalui pelayanan kesehatan dasar dan rujukannya serta melakukan pelayanan pro aktif dengan mendekatkan pelayanan kepada sasaran. (6) Melakukan survei/penelitian untuk mengetahui permasalahan kesehatan reproduksi usia lanjut dan tindak lanjutnya untuk pemantapan pelayanan kesehatan reproduksi usia lanjut. 6.a. Kebijakan Pemberdayaan Perempuan. (1) Peningkatan kualitas hidup perempuan. (2) Pengarusutamaan Gender.

(3) Penguatan pranata dan kelembagaan pemberdayaan perempuan. 6.b. Strategi Pemberdayaan Perempuan (1) Peningkatan pendidikan perempuan dan penghapusan buta huruf perempuan. (2) Peningkatan peran serta suami dan masyarakat dalam kesehatan reproduksi. (3) Peningkatan akses perempuan terhadap perekonomian dan peringanan beban ekonomi keluarga. (4) Perlindungan Perempuan dan peningkatan hak azasi perempuan. (5) Peningkatan penanganan masalah sosial dan lingkungan perempuan. (6) Penyadaran gender dalam masyarakat. (7) Pengembangan sistem informasi gender. (8) Penyebarluasan Pengarusutamaan gender di semua tingkat pemerintahan. (9) Pembaharuan dan pengembangan hukum dan peraturan perundang undangan yang sensitif gender dan memberikan perlindungan terhadap perempuan. (10) Penghapusan kekerasan terhadap perempuan dengan Zero Tolerance Policy. (11) Advokasi, sosialisasi, fasilitasi dan mediasi PUG dan KHP (12) Pengembangan sistem penghargaan.

D. Target yang akan dicapai Target yang akan dicapai oleh masing-masing komponen dalam Kesehatan Reproduksi adalah sebagai berikut : 1. Kesehatan Ibu dan Anak. Pada tahun 2015 diharapkan komponen Kesehatan Ibu dan anak akan mencapai target : a. Menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) sebanyak tiga perempat dari kondisi tahun 1990. b. Menurunkan Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Bawah lima tahun (AKBalita) sebanyak dua pertiga dari kondisi tahun 1990. c. Cakupan pelayanan antenatal menjadi 95%. d. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan menjadi 90%. e. Penanganan kasus komplikasi obstetri dan neonatal 80%. f. Cakupan pelayanan neonatal 90 %. g. Cakupan program kesehatan bagi balita dan anak prasekolah 80%.

2.

Keluarga Berencana.

a. Penurunan Unmet Need KB sebesar 6%. b. Cakupan pelayanan KB pada PUS 70%. c. Penurunan prevalensi kehamilan 4 terlalu menjadi 50 % dari angka pada tahun 1997. d. Penurunan kejadian komplikasi KB. e. Penurunan angka drop out. 3. Penanggulangan IMS, HIV/AIDS.

a. % Puskesmas melaksanakan upaya pencegahan dan penanggulangan IMS dengan pendekatan sindrom. b. % Puskesmas yang menjalankan pencegahan umum terhadap infeksi. 4. Kesehatan Reproduksi Remaja.

a). Penurunan prevalensi anemia pada remaja menjadi kurang dari 20%. b).Cakupan pelayanan kesehatan remaja melalui jalur sekolah 85%, dan melalui jalur luar sekolah 20%. c). Prevalensi permasalahan remaja secara umum menurun. 5. Kesehatan Reproduksi Usia lanjut.

a. Cakupan pelayanan kepada usia lanjut minimal 50%. b. % Puskesmas yang menjalankan pembinaan kesehatan reproduksi kepada usia lanjut 60 %. 6. Pemberdayaan Perempuan

a. Meningkatnya kualitas hidup perempuan b. Terlaksananya PUG di seluruh tingkat dan sektor pemerintahan c. Meningkatnya pemahaman para pengambil keputusan dan masyarakat tentang kesetaraan dan keadilan gender d. Terlaksananya penghapusan segala bentuk tindak kekerasan terhadap perempuan

E. Penjabaran Strategi Kegiatan yang perlu dilakukan sebagai penjabaran strategi di atas dapat dikategorikan dalam tiga kelompok sebagai berikut : 1. Manajemen Program Setiap komponen Program Kesehatan Reproduksi perlu: a. Menyusun: (1) Kebijakan dan strategi yang mengakomodasikan keterpaduan dengan komponen kesehatan reproduksi lainnya.

reproduksi lainnya. (2) Standar pelayanan masing-masing komponen sesuai dengan kebijakan dan strategi program. (3) Instrumen untuk memantau (indikator) kemajuan program. b. Mengupayakan penerapan program secara luas dan merata. c. Memantau dan mengevaluasi kemajuan program.

2. Pelayanan Setiap komponen Program Kesehatan Reproduksi dilaksanakan mengikuti standar pelayanan yang menampung aspek kesehatan reproduksi lainnya yang relevan. a. Kesehatan Ibu dan Anak (1) Pelayanan antenatal, persalinan dan nifas memasukkan unsur pelayanan pencegahan dan penanggulangan IMS serta melakukan motivasi klien untuk pelayanan KB dan memberikan pelayanan KB postpartum. Dalam pertolongan persalinan dan penanganan bayi baru lahir perlu diperhatikan pencegahan umum terhadap infeksi. (2) Pelayanan pasca abortus memasukkan unsur pelayanan pencegahan dan penanggulangan IMS serta konseling/pelayanan KB pasca-abortus. (3) Penggunaan Buku KIA sejak ibu hamil sampai anak umur 5 tahun. (4) Pelaksanaan kunjungan neonatal. (5) Pelayanan kesehatan neonatal esensial yang meliputi perawatan neonatal dasar dan tatalaksana neonatal sakit. (6) Pendekatan MTBS bagi balita sakit. (7) Pemantauan dan stimulasi tumbuh kembang anak.

b. Keluarga Berencana (1) Pelayanan KB memasukkan unsur pelayanan pencegahan dan penanggulangan IMS, termasuk HIV/AIDS. (2) Pelayanan KB difokuskan selain kepada sasaran mudausia paritas rendah (mupar) yang lebih mengarah kepada kepentingan pengendalian populasi, juga diarahkan untuk sasaran dengan penggarapan 4 terlalu (terlalu muda, terlalu banyak, terlalu sering dan terlalu tua untuk hamil).

c. Pencegahan dan Penanggulangan IMS, termasuk HIV/AIDS. Pelayanan pencegahan dan penanggulangan IMS, termasuk HIV/AIDS dimasukkan ke dalam setiap komponen pelayanan kesehatan reproduksi. d. Kesehatan Reproduksi Remaja.

(1) Pelayanan kesehatan reproduksi remaja terfokus pada pelayanan KIE/konseling dengan memasukan materi-materi family life education (yang meliputi 3 komponen di atas). (2) Pelayanan kesehatan reproduksi remaja memperhatikan aspek fisik agar remaja, khususnya remaja putri, untuk menjadi calon ibu yang sehat. (3) Pelayanan KRR secara khusus bagi kasus remaja bermasalah dengan memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan masalahnya. e. Kesehatan Reproduksi Usia Lanjut. Pelayanan kesehatan reproduksi usia lanjut lebih ditekankan untuk meningkatkan kualitas hidup pada usia lanjut. Dalam kesehatan reproduksi usia lanjut, fokus diberikan kepada pelayanan dalam mengatasi masalah masa menopause/ andropause, antara lain pencegahan osteoporosis dan penyakit degeneratif lainnya.

3. Kegiatan Pendukung Kegiatan pendukung meliputi berbagai kegiatan untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi. a. Masalah sosial yang berkaitan erat dengan kesehatan reproduksi adalah Pemberdayaan Perempuan dimana didalamnya tercakup: (1) Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan (2) Terlaksananya pengarusutamaan gender (PUG) diseluruh tingkat dan sektor pemerintahan (3) Perwujudan kesetaraan dan keadilan gender. (4) Penghapusan kekerasan terhadap perempuan Untuk mengatasi masalah ini perlu pelaksanaan secara lintas program dan lintas sektor dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan sebagai penanggung jawab. b. Advokasi, sosialisasi dan mobilisasi sosial. Kegiatan advokasi, sosialisasi dan mobilisasi sosial diperlukan untuk pemantapan dan perluasan komitmen serta dukungan politis dalam upaya mengatasi masalah kesehatan reproduksi. Kegiatan ini merupakan salah satu tugas Komisi Kesehatan Reproduksi. Contoh kegiatan advokasi dan mobilisasi social antara lain adalah Gerakan Sayang Ibu (GSI), Kelangsungan Hidup Perkembangan dan Perlindungan Ibu dan Anak (KHPPIA) dan Gerakan Pita Putih. c. Koordinasi lintas sektor. Dalam penanganan masalah kesehatan reproduksi diperlukan koordinasi lintas sektor dan lintas program. Untuk itu digunakan forum Komisi Kesehatan Reproduksi seperti yang diuraikan di atas. d. Pemberdayaan masyarakat. Kegiatan pemberdayaan masyarakat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan reproduksi sesuai dengan peran masingmasing, misalnya pengorganisasian transportasi untuk rujukan ibu hamil/bersalin, arisan peserta KB, tabulin, dsb. e. Logistik. Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi diperlukan dukungan sarana dan prasarana yang memadai.

f. Peningkatan keterampilan petugas. Dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi antara lain diperlukan kegiatan untuk meningkatkan keterampilam. Kegiatan ini diupayakan agar terlaksana secara terpadu, efektif dan efisien. g. Penelitian dan Pengembangan Penelitian dan pengembangan program dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi perlu dilakukan agar pelaksanaan program kesehatan reproduksi yang komprehensif dan integratif di berbagai tingkat pelayanan dapat berjalan secara efektif dan efisien.

B. Landasan Hukum dan Peraturan yang mendukung 1. Undang-undang Nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.

2. Undang-undang Nomor 7 tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan (Ratifikasi CEDAW) 3. Undang-undang Nomor 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera 4. 5. 6. 7. 8. 9. Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan di Daerah Undang-undang Nomor 25 tahun 2000 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Undang-undang No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

10. Undang-undang Nomor 23 tahun 2003 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 11. Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2000 tentang Pelimpahan Tugas dan Wewenang. 12. Inpres Nomor 9 tahun 2000 tentang Pengarus-Utamaan Gender 13. Kepmenkes Nomor 433/Menkes/SK/V/1998 tentang Pembentukan Komisi Kesehatan Reproduksi 14. Kepmenkes No. 131/II/2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional

C.

Keterkaitan ICPD dan MDGS

Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penanggulangan kemiskinan, penduduk berkualitas, kesehatan, kesetaraan gender, keluarga berkualitas dan perbaikan sumber daya alam untuk pelestarian hidup. D. PERAN DAN FUNGSI BIDAN Peran Bidan Dalam melaksanakan profesinya bidan memiliki peran sebagai pelaksana, pengelola,

pendidik, dan peneliti. a. Peran Sebagai Pelaksana

Sebagai pelaksana, bidan memiliki tiga kategori tugas, yaitu tugas mandiri, tugas kolaborasi, dan tugas ketergantungan. 1. Tugas mandiri Tugas-tugas mandiri bidan, yaitu: 1) Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang diberikan, mencakup: a. Mengkaji status kesehatan untuk memenuhi kebutuhan asuhan klien. b. Menentukan diagnosis. c. Menyusun rencana tindakan sesuai dengan masalah yang dihadapi. d. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun. e. Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan. f. Membuat rencana tindak lanjut kegiatan/tindakan. g. Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan/tindakan. 2) Memberi pelayanan dasar pranikah pada anak remaja dan dengan melibatkan mereka sebagai klien, mencakup: a. Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan anak remaja dan wanita dalam masa pranikah. b. Menentukan diagnosis dan kebutuhan pelayanan dasar. c. Menyusun rencana tindakan/layanan sebagai prioritas mendasar bersama klien. d. Melaksanakan tindakan/layanan sesuai dengan rencana. e. Mengevaluasi hasil tindakan/layanan yang telah diberikan bersama klien. f. Membuat rencana tindak lanjut tindakan/layanan bersama klien. g. Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan. 3) Memberi asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal, mencakup: a. Mengkaji status kesehatan klien yang dalam keadaan hamil. b. Menentukan diagnosis kebidanan dan kebutuhan kesehatan klien. c. Menyusun rencana asuhan kebidanan bersama klien sesuai dengan prioritas masalah. d. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah disusun. e. Mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan bersama klien. f. Membuat rencana tindak lanjut asuhan yang telah diberikan bersama klien. g. Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klien, h. Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan yang telah diberikan.

4) Memberi asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinar dengan melibatkan klien/keluarga, mencakup: a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada klien dalam masa persalinan. b. Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan dalam masa persalinan. c. Menyusun rencana asuhan kebidanan bersama klien sesuai dengar prioritas masalah. d. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah disusun. e. Mengevaluasi asuhan yang telah diberikan bersama klien. f. Membuat rencana tindakan pada ibu selama masa persalinan sesuai dengan prioriras. g. Membuat asuhan kebidanan. 5) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, mencakup: a. Mengkaji status keselhatan bayi baru lahir dengan melibatkan keluarga. b. Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir. c. Menyusun rencana asuhan kebidanan sesuai prioritas. d. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah dibuat. e. Mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan. f. Membuat rencana tindak lanjut. g. Membuat rencana pencatatan dan pelaporan asuhan yang telah diberikan. 6) Memberi asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan klien/keluarga, mencakup: a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas. b. Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan pada masa nifas. c. Menyusun rencana asuhan kebidanan berdasarkan prioritas masalah. d. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana. e. Mengevaluasi bersama klien asuhan kebidanan yang telah diberikan. f. Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klien. 7) Memberi asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan pelayanan keluarga berencana, mencakup: a. Mengkaji kebutuhan pelayanan keluarga berencana pada pus (pasangan usia subur) b. Menentukan diagnosis dan kebutuhan pelayanan. c. Menyusun rencana pelayanan KB sesuai prioritas masalah bersama klien. d. Melaksanakan asuhan sesuai dengan rencana yang telah dibuat. e. Mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan.

f. Membuat rencana tindak lanjut pelayanan bersama klien. g. Membuat pencatatan dan laporan. 8) Memberi asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan sistem reproduksi dan wanita dalam masa klimakterium serta menopause, mencakup: a. Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan asuhan klien. b. Menentukan diagnosis, prognosis, prioritas, dan kebutuhan asuhan. c. Menyusun rencana asuhan sesuai prioritas masalah bersama klien. d. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana. e. Mengevaluasi bersama klien hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan. f. Membuat rencana tindak lanjut bersama klien. g. Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan. 9) Memberi asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan melibatkan keluarga, mencakup: a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan sesuai dengan tumbuh kembang bayi/balita. b. Menentukan diagnosis dan prioritas masalah. c. Menyusun rencana asuhan sesuai dengan rencana. d. Melaksanakan asuhan sesuai dengan prioritas masalah. e. Mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan. f. Membuat rencana tindak lanjut. g. Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan. 2. Tugas Kolaborasi

Tugas-tugas kolaborasi (kerja sama) bidan, yaitu: 1) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga. mencakup: a. Mengkaji masalah yang berkaitan dengan komplikasi dan kondisi kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi. b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi. c. Merencanakan tindakan sesuai dengan prioriras kegawatdaruratan dan hasil kolaborasi serta berkerjasama dengan klien. d. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana dan dengan melibatkan klien. e. Mengevaluasi hasil tindakan yang telah diberikan. f. Menyusum rencana tindak lanjut bersama klien.

g. Membuat pencatatan dan pelaporan. 2) Memberi asu6an kebidanan pada ibu hamil dengan risiko tinggi dan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi, mencakup: a. Mengkaji kebutuhan asuhan pada kasus risiko tinggi dan keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi. b. Menentukam diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan faktor risiko serta keadaan kegawatdaruratan pada kasus risiko tinggi. c. Menyusun rencana asuhan dan tindakan pertolongan pertama sesuai dengn prioritas d. Melaksanalkan asuhan kebidanan pada kasus ibu hamil dengan risiko tinggi dan member pertolongan pertama sesuai dengan prioritas. e. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama. f. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien. g. Membuat pencatatan dan pelaporan. 3) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko tinggi serta keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga, mencakup: a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan risiko tinggi dan keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi. b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan faktor risiko dan keadaan kegawatdaruratan c. Menyusun rrencana asuhan kebidanan pada i6tl dalam masa persalinan dengan risiko tinggi dan pertolongan pertama sesuai dengan prioritas. d. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan risiko tinggi dan memberi pertolongan pertama sesuai dengan priositas. e. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama pada ibu hamil dengan risiko tinggi. f. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien. g. Membuat pencatatan dan pelaporan. 4) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan risiko tinggi serta pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga, mencakup: a. Mengkaji kebutuhan asuhan pada ibu dalam masa nifas dengan risiko tinggi dan keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi. b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan faktor risiko serta keadaan kegawatdaruratan. c. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan risiko tinggi dan pertolongan pertarna sesuai dengan prioritas. d. Melaksanakan asuhan kebidanan dengan risiko tinggi dan memberi pertolongan pertama sesuai

dengan rencana. e. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama. f. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien. g. Membuat pencatatan dan pelaporan. 5) Memberi asuhan kebidanan pada bay, baru lahir dengan risiko tinggi dan pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruraran yang memerlukan tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga, mencakup: a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir de ngan risiko tinggi dan keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi. b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan Faktor risiko serta keadaan kegawatdaruratan. c. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko tinggi dan memerlukan pertolongan pertama sesuai dengan prioritas. d. Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko tinggi dan pertolongan pertama sesuai dengan prioritas. e. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama. f. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien. g. Membuat pencatatan dan pelaporan. 6) Memberi asuhan kebidanan pada balita dengan risiko cinggi serta pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi betsamut klien dan keluarga, mencakup: a. Mengkaji kebutuhan asuhan pada balita dengan risiko tinggi dan keadaan kegawatdaruratan yang nemerlukan tindakan kolaborasi. b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioricas sesuai dengan faktor risiko serta keadaan kegawatdaruratan. c. Menyvsun rencana asuhan kebidanan pada balita dengan risiko tinggi dan memerlukan pertolongan pertama sesuai dengan prioritas. d. Melaksanakan asuhan kebidanan pada balita dengan risiko tinggi dan pertolongan pertama sesuai dengan prioritas e. Mengevaluasi hasil asuhan kebidaman dan pertolongan pertama f. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien. g. Membuat pencatatan dan pelaporaan. 3. Tugas ketergantungan

Tugas-tugas ketergantungan (merujuk) bidan, yaitu: 1) Menerapkan manajamen kebidanan ,pada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan fungsi keterlibatan klien dan keluarga, mencakup:

a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebndanan yang memerlukan tindakan di luar lingkup kewenangan bidan dan memerlukan rujukan. b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas serta sumbersumber dan fasilitas untuk kebmuuhan intervensi lebih lanjut bersama klien/keluarga. c. Merujuk klien uncuk keperluan iintervensi lebih lanjuc kepada petugas/inscitusi pelayanan kesehaatan yang berwenang dengan dokumentasi yang lengkap. d. Membuat pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasikan seluruh kejadian dan incervensi. 2) Membeci asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada kasus kehamilan dengan risiko tinggi serta kegawatdaruratan, mencakup: a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan. b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas. c. Memberi pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan. d. Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan. e. Mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi pelayanan kesehatan yang berwenang. f. Membuat pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasikan seluruh kejadian dan intervensi. 3) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi serta rujukan pada masa persalinan dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga, mencakup: a. Mengkaji adanya penyulit dan kondisi kegawatdaruratan pada ibu dalam persalinan yang memerlukan konsultasi dan rujukan. b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas. c. Memberi pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan. d. Merujuk klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi pelayanan kesehatan yang berwenang. e. Membuat pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasikae seluruh kejadian dan intervensi. 4) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam masa nifas yang disertai penyulit tertentu dan kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan keluarga, mencakup: a. Mengkaji adanya penyulit dan kondisi kegawatdaruratan pada ibu dalam masa nifas yang memerlukan konsultasi serta rujukan. b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas. c. Memberi pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan. d. Mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi pelayanan kesehatan yang berwenang e. Membuat pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasikan seluruh kejadian dan intervensi. 5) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan tertentu dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan melibatkan keluarga, mencakup:

a. Mengkaji adanya penyulit dan kondisi kegawatdaruratan pada bayi baru lahir yang memerlukan konsulrasi serta rujukan. b. Menentatkan diagnosis, prognosis, dan prioritas. c. Memberi pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan d. Merujuk klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi pelayanan kesehatan yang berwenang. e. Membuat pencatatan dan pelaporan serta dokumentasi. 6) Memberi asuhan kebidanan kepada anak balita dengan kelainan tertentu dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan melibatkan klien/keluarga, mencakup: a. Mengkaji adanya penyulit dan kegawatdaruratan pada balita yang memerlukan konsultasi serta rujukan. b. Menenrukan diagnosis, prognosis, dan prioritas. c. Memberi pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan d. Merujuk klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi pelayanan kesehatan yang berwenang. e. Membuat pencatatan dan pelaporan serta dokumentasi.

b.

Peran Sebagai Pengelola

Sebagai pengelola bidan memiliki 2 tugas, yaitu tugas pengembangan pelayanan dasar kesehatan dan tugas partisipasi dalam tim. 1. Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan Bidan bertugas; mengembangkan pelayanan dasar kesehatan, terutama pelayanan kebnjanan untuk individu, keluarga kelompok khusus, dan masyarakat di wilayah kerja dengan melibatl;can masyarakat/klien, mencakup: 1) Mengkaji kebutuhan terutama yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak untuk meningkatkan serta mengembangkan program pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya bersama tim kesehatan dan pemuka masyarakat. 2) Menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil pengkajian bersama masyarakat. 3) Mengelola kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana (KB) sesuai dengan rencana. 4) Mengoordinir, mengawasi, dan membimbing kader, dukun, atau petugas kesehatan lain dalam melaksanakan program/kegiatan pelayanan kesehatan ibu dan anak-serta KB. 5) Mengembangkan strategi untuk meningkatkan keseharan masyarakat khususnya kesehatan ibu dan anak serta KB, termasuk pemanfaatan sumber-sumber yang ada pada program dan sektor terkait. 6) Menggerakkan dan mengembanglran kemampuan masyarakat serta memelihara kesehatannya dengan memanfaatkan potensi-potensi yang ada. 7) Mempertahankan, meningkatkan mutu dan keamanan praktik profesional melalui pendidikan,

pelatihan, magang sena kegiatankegiatan dalam kelompok profesi. 8) Mendokumentasikan seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan. 2. Berpartisipasi dalam tim Bidan berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan sektor lain di wilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan dukun bayi, kader kesehatan, serta tenaga kesehatan lain yang berada di bawah bimbingan dalam wilayah kerjanya, mencakup: 1) Bekerja sama dengan puskesmas, institusi lain sebagai anggota tim dalam memberi asuhan kepada klien dalam bentuk konsultasi rujukan dan tindak lanjut. 2) Membina hubungan baik dengan dukun bayi dan kader kesehatan atau petugas lapangan keluarga berencaca (PLKB) dan masyarakat. 3) Melaksanakan pelatihan serta membimbing dukun bayi, kader dan petugas kesehatan lain. 4) Memberi asuhan kepada klien rujukan dari dukun bayi. 5) Membina kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat, yang berkaitan dengan kesehatan. c. Peran Sebagai Pendidik

Sebagai pendidik bidan memiliki 2 tugas yaitu sebagai pendidik dan penyuluh kesehatan bagi klien serta pelatih dan pembimbing kader. 1. Memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan pada klien Bidan memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada klien (individu, keluarga, kelompok, serta maryarakat) tentang penanggulangan masalah kesehatan, khususnya yang berhubungarn dengan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana, mencakup: 1) Mengkaji kebutuhan pendidikan dan penyuluhan kesehatan, khususnya dalam bidang kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana bersama klien. 2) Menyusun rencana penyuluhan kesehatan sesuai dengan kebutuhan yang telah dikaji, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang bersama klien. 3) Menyiapkan alat serta materi pendidikan dan penyuluhan sesuai dengan rencana yang telah disusun. 4) Melaksanakan program/rencana pendidikan dan penyuluhan kesehatan sesuai dengan rencana jangka pendek serta jangka panjang dengan melibatkan unsur-unsur terkait, termasuk klien. 5) Mengevaluasi hasil pendidikan/penyuluhan kesehatan bersama klien dan menggunakannya untuk memperbaiki serta meninglcatkan program dl masa yang akan datang. 6) Mendokumentasikan semua kegiatan dan hasil pendidikan/ penyuluhan kesehatan secara lengkap serta sistematis 2. Melatih dan membimbing kader Bidan melatih dan membimbing kader, peserta didik kebidanan dan keperawatan, serta membina dukun dl wilayah atau tempat kerjanya, mencakup: 1) Mengkaji kebutuhan pelatihan dan bimbingan bagi kader, dukun bayi, serta peserta didik 2) Menyusun rencana pelatihan dan bimbingan sesuai dengan hasil pengkajian.

3) Menyiapkan alat bantu mengajar (audio visual aids, AVA) dan bahan untuk keperluan pelatihan dan bimbingan sesuai dengan rencana yang telah disusun. 4) Melaksanakan pelatihan untuk dukun bayi dan kader sesuai dengan rencana yang telah disusun dengan melibatkan unsur-unsur terkait. 5) Membimbing peserta didik kebidanan dan keperawatan dalam lingkup kerjanya. 6) Menilai hasil pelatihan dan bimbingan yang telah diberikan. 7) Menggunakan hasil evaluasi untuk meningkatkan program bimbingan .8) Mendokumentasikan semua kegiatan termasuk hasil evaluasi pelatihan serta bimbingan secara sistematis dan lengkap.

d.

Peran Sebagai Peneliti/Investigator

Bidan melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik secara mandiri maupun berkelompok, mencakup: 1. Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan. 2. Menyusun rencana kerja pelatihan. 3. Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana. 4. Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi. 5. Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut. 6. Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan mengembangkan program kerja atau pelayanan kesehatan. FUNGSI BIDAN Berdasarkan peran bidan seperti yang dikemukakan di atas, maka fungsi bidan adalah sebagai berikut. a. Fungsi Pelaksana Fungsi bidan sebagai pelaksana mencakup: 1. Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu, keluarga, serta masyarakat (khususnya kaum remaja) pada masa praperkawinan. 2. Melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan normal, kehamilan dengan kasus patologis tertentu, dan kehamilan dengan risiko tinggi. 3. Menolong persalinan normal dan kasus persalinan patologis tertentu. 4. Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi dengan risiko tinggi. 5. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas. 6. Memelihara kesehatan ibu dalam masa menyusui. 7. Melakukan pelayanan kesehatan pada anak balita dan pcasekolah

8. Memberi pelayanan keluarga berencanasesuai dengan wewenangnya. 9. Memberi bimbingan dan pelayanan kesehatan untuk kasus gangguan sistem reproduksi, termasuk wanita pada masa klimakterium internal dan menopause sesuai dengan wewenangnya. b. Fungsi Pengelola Fungsi bidan sebagai pengelola mencakup: 1. Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi individu, keluarga, kelompok masyarakat, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat yang didukung oleh partisipasi masyarakat. 2. Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan kebidanan di lingkungan unit kerjanya. 3. Memimpin koordinasi kegiatan pelayanan kebidanan. 4. Melakukan kerja sama serta komunikasi inter dan antarsektor yang terkait dengan pelayanan kebidanan 5. Memimpin evaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan kebidanan. c. Fungsi Pendidik Fungsi bidan sebagai pendidik mencakup: 1. Memberi penyuluhan kepada individu, keluarga, dan kelompok masyarakat terkait dengan pelayanan kebidanan dalam lingkup kesehatan serta keluarga berencana. 2. Membimbing dan melatih dukun bayi serta kader kesetan sesuai dengan bidang tanggung jawab bidan. 3. Memberi bimbingan kepada para peserta didik bidan dalam kegiatan praktik di klinik dan di masyarakat. 4. Mendidik peserta didik bidan atau tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan bidang keahliannya. d. Fungsi Peneliti Fungsi bidan sebagai peneliti mencakup: 1. Melakukan evaluasi, pengkajian, survei, dan penelitian yang dilakukan sendiri atau berkelompok dalam lingkup pelayanan kebidanan. 2. Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan keluarga berencana.

Posted 9th February 2012 by Bidan Pendidik D4 Stikes 'Aisyiyah Yogyakarta 0 Add a comment

Loading Kondom Mar 03, 2010 No Comments by lusa

Kondom tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi juga mencegah penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS. Kondom akan efektif apabila pemakaiannya baik dan benar. Selain itu, kondom juga dapat dipakai bersamaan dengan kontrasepsi lain untuk mencegah PMS. Pengertian Kondom Kondom merupakan selubung/sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil) atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat berhubungan. Kondom terbuat dari karet sintetis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang digulung berbentuk rata. Standar kondom dilihat dari ketebalannya, yaitu 0,02 mm. Jenis Kondom Ada beberapa jenis kondom, diantaranya: 1. 2. 3. 4. Kondom biasa. Kondom berkontur (bergerigi). Kondom beraroma. Kondom tidak beraroma.

Kondom untuk pria sudah lazim dikenal, meskipun kondom wanita sudah ada namun belum populer. Cara Kerja Kondom Alat kontrasepsi kondom mempunyai cara kerja sebagai berikut: 1. Mencegah sperma masuk ke saluran reproduksi wanita. 2. Sebagai alat kontrasepsi. 3. Sebagai pelindung terhadap infeksi atau tranmisi mikro organisme penyebab PMS. Efektifitas Kondom Pemakaian kontrasepsi kondom akan efektif apabila dipakai secara benar setiap kali berhubungan seksual. Pemakaian kondom yang tidak konsisten membuat tidak efektif. Angka kegagalan kontrasepsi kondom sangat sedikit yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun. Manfaat Kondom Indikasi atau manfaat kontrasepsi kondom terbagi dua, yaitu manfaat secara kontrasepsi dan non kontrasepsi. Manfaat kondom secara kontrasepsi antara lain: 1. 2. 3. 4. Efektif bila pemakaian benar. Tidak mengganggu produksi ASI. Tidak mengganggu kesehatan klien. Tidak mempunyai pengaruh sistemik.

5. Murah dan tersedia di berbagai tempat. 6. Tidak memerlukan resep dan pemeriksaan khusus. 7. Metode kontrasepsi sementara Manfaat kondom secara non kontrasepsi antara lain: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Peran serta suami untuk ber-KB. Mencegah penularan PMS. Mencegah ejakulasi dini. Mengurangi insidensi kanker serviks. Adanya interaksi sesama pasangan. Mencegah imuno infertilitas.

Keterbatasan Kondom Alat kontrasepsi metode barier kondom ini juga memiliki keterbatasan, antara lain: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Efektifitas tidak terlalu tinggi. Tingkat efektifitas tergantung pada pemakaian kondom yang benar. Adanya pengurangan sensitifitas pada penis. Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual. Perasaan malu membeli di tempat umum. Masalah pembuangan kondom bekas pakai.

Penilaian Klien Klien atau akseptor kontrasepsi kondom ini tidak memerlukan anamnesis atau pemeriksaan khusus, tetapi diberikan penjelasan atau KIE baik lisan maupun tertulis. Kondisi yang perlu dipertimbangkan bagi pengguna alat kontrasepsi ini adalah: Kondom Baik digunakan Ingin berpartisipasi dalam program KB Ingin segera mendapatkan kontrasepsi Ingin kontrasepsi sementara Ingin kontrasepsi tambahan Hanya ingin menggunakan alat kontrasepsi saat berhubungan Beresiko tinggi tertular/menularkan PMS Tidak baik digunakan Mempunyai pasangan yang beresiko tinggi apabila terjadi kehamilan Alergi terhadap bahan dasar kondom Menginginkan kontrasepsi jangka panjang Tidak mau terganggu dalam persiapan untuk melakukan hubungan seksual Tidak peduli dengan berbagai persyaratan kontrasepsi

Kunjungan Ulang Saat klien datang pada kunjungan ulang harus ditanyakan ada masalah dalam penggunaan kondom dan kepuasan dalam menggunakannya. Apabila masalah timbul karena kekurangtahuan dalam penggunaan, maka sebaiknya informasikan kembali kepada klien dan pasangannya. Apabila masalah yang timbul dikarenakan ketidaknyamanan dalam pemakaian, maka berikan dan anjurkan untuk memilih metode kontrasepsi lainnya. Penanganan Efek Samping Di bawah ini merupakan penanganan efek samping dari pemakaian alat kontrasepsi kondom. Efek Samping Atau Masalah Kondom rusak atau bocor sebelum pemakaian Kondom bocor saat berhubungan Adanya reaksi alergi Penanganan Buang dan pakai kondom yang baru atau gunakan spermisida Pertimbangkan pemberian Morning After Pil Berikan kondom jenis alami atau ganti

Adanya reaksi alergi Mengurangi kenikmatan berhubungan seksual

metode kontrasepsi lain Gunakan kondom yang lebih tipis atau ganti metode kontrasepsi lain

Referensi Bambangguru. 2008. AIDS. bambangguru.wordpress.com/2008/12/01/aids/#more-301 diunduh 28 Feb. 2010, 08:45 PM kondomku.com/page_3 diunduh 28 Feb. 2010, 10:25 PM. Saifuddin, BA. 2008. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. (Bagian Kedua MK 17- MK 21). swish.org.uk/?q=sex_info/condoms diunduh 28 Feb. 2010, 08:40 PM. thebody.com/content/art12636.html diunduh 28 Feb. 2010, 10:21 PM Kata Kunci kb kondom, pengertian kondom, kondom, alat kontrasepsi kondom, kontrasepsi kondom, efektifitas kondom, metode barier, askeb KB kondom, kb barier, efek kondom, kontrasepsi barier, fungsi kondom pria, makalah kondom, makalah kontrasepsi kondom, kondom bergerigi, kb kondom pdf, mekanisme kerja kb kondom, materikb kondom, materi pelayanan kb lengkap, pp anamesa ibu nifas, metode barier pada wanita, pengetian kondom, pengertian pelayanan kondom, pengertian metode barier pria, pengertian condom. kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim. Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam kontrasepsi. Metode dalam kontrasepsi tidak ada satupun yang efektif secara menyeluruh. Meskipun begitu, beberapa metode dapat lebih efektif dibandingkan metode lainnya. Efektivitas metode kontrasepsi yang digunakan bergantung pada kesesuaian pengguna dengan instruksi. Perbedaan keberhasilan metode juga tergantung pada tipikal penggunaan (yang terkadang tidak konsisten) dan penggunaan sempurna (mengikuti semua instruksi dengan benar dan tepat). Perbedaan efektivitas antara penggunaan tipikal dan penggunaan sempurna menjadi sangat bervariasi antara suatu metode kontrasepsi dengan metode kontrasepsi yang lain. Sebagai contoh: kontrasepsi oral sangat efektif bila digunakan secara tepat, tetapi banyak wanita yang sering kali lupa untuk meminum pilnya secara teratur. Sehingga penggunaan kontrasepsi oral secara tipikal kurang efektif dibandingkan penggunaan sempurna.

Pengertian Alat Kontrasepsi Kontrasepsi dapat diartikan sebagai menghindarkan konsepsi atau kehamilan. Sedangkan alat kotrasepsi, adalah segala macam alat atau cara yang digunakan satu pihak atau kedua belah pihak pasangan suami istri untuk menghindarkan konsepsi. Dahulu kata pada abad sebelum masehi, Hipocrates pernah menganjurkan wanita-wanita yang terlambat haid dan kebanyakan anak untuk bekerja lebih keras atau olahraga labih berat lagi agar supaya mereka mendapat haid lagi. Ada yang mengatakan bahwa abortus atau pengguguran kandungan mungkin merupakan alat kontrasepsi tertua didunia ini, tetapi abortus ini oleh pandangan Agama apapun tidak dibenarkan dan anngap berdosa bagi mereka yang melakukan tindakan pengguguran ini, bahkan undang undang dibeberapa Negara pun menanggap bahwa perbuatan ini adalah illegal dan bagi pelakunya dekenakan sanksi hukum. B. Metode Kontrasepsi 1. Metode Amenora Laktasi 2. Keluarga Berencana Alamiah

Metode Ovulasi Billings System kalender Metode suhu asal 3. Senggama terputus 4. Metode Barier Kondom Diafragma Spermisida 5. Kontrasepsi Kombinasi ( Hormon Estrogen dan Progesteron ) Pil Kombinasi Suntikan Kombinasi 6. Kontrasepsi Progesteron Suntikan progestin Pil progestin ( mini Pil) Implant AKDR dengan progestin 7. Alat kontrasepsi dalam rahim 8. Kontrasepsi mantap Tubektomi Vasektomi Rekanalisasi Untuk itu dalam makalah ini akan membahas lebih dalam mengenai sejarah kondom, penggunaan dan kemanan kondom serta jenis jenis kondom yang dipergunakan oleh masyarakat.

C. Pengertian Kondom Kondom merupakan selubung/ sarung karet yang daapt terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks ( karet), plastic ( vinil ) atau bahan alami ( produksi hewani ) yang dipasang pada penis saat hubungan seksual. Kondom terbuat dari karet sintetis yang tipis berbentuk silinder, dengan muara berpinggiran tebal yang bila di gulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti putting susu. Standar kondom dilihat dari ketebalan pada umunya standar ketebalan adalah 0.02 mm. D. Cara Kerja Kondom Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah kedalam saluran reproduksi perempuan. Mencegah penularan mikro organism (IMS termasuk HBV dan HIV/ AIDS ) dari pasangan kepada pasangan yang lain ( khusus kondom yang terbuat dari lateks dan vinil ). E. `Cara Penggunaan Kondom - Gunakan kondom setiap akan melakukan hubungan seksual - Agar efektif kontrasepsinya sebaiknya tambahkan spermasida kedalam kondom.

- Jangan menggunakan gigi atau benda tajam pada saat membuka kemasan. - Pasang kondom pada saat penis sedang ereksi, tempelkan ujungnya pada glans penis dan tempatkan bagian penampung sperma pada ujung uretra. Lepaskan gulungan karetnya dengan menggeser gulungan tersebut kea rah pangkal penis. - Kondom dilepas sebelum penis melembek - Pegang bagian pangkal kondom sebelum mencabut penis sehingga kondom tidak terlepas saat penis dicabut dan lepaskan kondom diluar vagina agar tidak terjadi tumpahan cairan sperma disekitar vagina. - Gunakan kondom hanya untuk satu kali pakai. - Buang kondom pada tempat yang aman Mitos dan Fakta Oleh yudahananta | Seks | 6 months ago PENDAHULUAN Di Indonesia penggunaan kondom sebagai metode KB masih sangat rendah yaitu sekitar 0.7% dari peserta KB yang ada. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu faktornya adalah citra negatif yang melekat pada kondom. Seringkali kondom diasosiasikan sebagai ketidakbersihan seseorang, seks gelap, ketidaksetiaan dan berbagai perilaku immoral lainnya. Bahkan ada pendapat wanita/istri yang menyatakan bahwa kondom hanya untuk wanita dijalanan, bukan untuk di rumah. Selain itu masih banyak berbagai citra negatif lainnya yang sebenarnya sangat tidak benar, justru sebaliknya para suami yang menggunakan kondom adalah seorang yang senang menjaga kebersihan dirinya dan pasangannya, sedangkan masalah ketidaksetiaan adalah masalah lain yang tidak ada hubungannya dengan kondom. Untuk itu diperlukan upaya merubah persepsi kondom kearah citra positif dalam keluarga sehingga diperlukan komunikasi dan saling percaya antara suami istri. SEJARAH PENGGUNAAN KONDOM Masih belum jelas dari mana kata "kondom" berasal. Ada yang menduga kata itu berasal dari sebuah kota bernama Condom yang terletak di provinsi Gascony, sebelah barat daya Perancis. Pria-pria dari kota Condom ini terkenal dengan sifatnya yang menyukai seks, kurang sabar, dan gampang marah, kurang lebih seperti karakter tokoh Cyrano de Bergerac dalam drama karya sutradara Edmond Rostrands. Pendapat lain mengatakan kata kondom diambil dari nama Dr.Condom, seorang dokter asal Inggris yang bergelar Pangeran. Pada pertengahan tahun 1600, ia yang mula-mula mengenalkan corong untuk menutupi penis untuk melindungi King Charles II dari penularan penyakit kelamin. Menurut Charles Panati, dalam bukunya Sexy Origins and Intimate Things, sarung untuk melindungi penis telah dipakai sejak berabad silam. Sejarah menunjukkan orang-orang Roma, mungkin juga Mesir, menggunakan kulit tipis dari kandung kemih dan usus binatang sebagai "sarung". Kondom primitif itu dipakai bukan untuk mencegah kehamilan tapi menghindari penyakit kelamin. Untuk menekan kelahiran, sejak dulu pria selalu mengandalkan kaum perempuan untuk memilih bentuk kontrasepsi. Adalah Gabriello Fallopia, dokter dari Italia yang hidup di abad ke-17 yang pertama kali menjelaskan dua tabung pipih yang membawa sel telur dari ovarium ke uterus. Ia dikenal sebagai "bapak kondom" karena pada pertengahan tahun 1500 ia membuat sarung linen yang berukuran pas (fit) di bagian penis dan melindungi permukaan kulit. Penemuannya ini diuji coba pada 1000 pria dan sukses.

Kondom di abad 17 berbentuk tebal dan dibuat dari usus binatang, selaput ikan atau bahan linen yang licin. Namun karena kondom dipandang mengurangi kenikmatan seksual dan tidak selalu manjur mencegah penularan penyakit (akibat penggunaan berulang kali tanpa dicuci), kondom pun menjadi tidak populer dan jadi bahan diolok-olok. Seorang bangsawan Perancis bahkan menyebut kondom sebagai "tameng melawan cinta, sarung pelindung dari penyakit". Meski begitu, kondom tetap dipakai karena pada masa itu banyak pria yang khawatir tertular penyakit kelamin. A Classical Dictionary of the Vulgar Tongue yang terbit di London tahun 1785 menyebut kondom sebagai "usus kambing kering yang dipakai pria dalam hubungan seks untuk mencegah penularan penyakit". Bentuk kondom pun makin lama semakin disesuaikan agar tujuan "aman dan nyaman" tercapai. Setelah era usus kambing, beberapa bahan pun dicoba untuk membuat kondom: - Kondom karet Sarung yang dibuat dari karet tervulkanisir muncul di tahun 1870. Masyarakat kemudian hanya menyebut sarung tersebut "karet". Pada masa itu kondom karet sangat mahal dan tebal. Para penggunanya disarankan untuk mencucinya sebelum dan setelah hubungan seksual. Mereka boleh memakainya sampai karetnya bocor atau pecah. - Kondom latex Jauh lebih tipis, steril, dan hanya sekali pakai, kondom generasi terbaru ini mulai diperkenalkan tahun 1930-an. Beberapa kondom pun didesain dalam bentuk lonjong dan efek menggelitik untuk kepuasan wanita. Kondom ini pun sudah memiliki tudung untuk menampung sperma sehingga lebih nyaman bagi pria dan aman untuk wanita. - Kondom polyuretan Ini merupakan versi terakhir dari kondom. Bahannya lebih tipis dari latex, lebih kedap dan anti bocor, serta memiliki pelumas. Kondom baru ini dianggap ideal untuk pria dan aman untuk wanita yang alergi terhadap latex. EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KONDOM Efektifitas kondom sangat tinggi bila dipakai secara benar dan disiplin, dengan tingkat keberhasilan mencapai 95% dalam pencegahan kehamilan dan dapat digunakan oleh semua pria/suami yang tidak alergi terhadap karet/latex. Selain itu kondom yang terbuat dari bahan latek ini secara klinis sangat baik dalam mencegah: Vaginitis yang disebabkan oleh infeksi seperti trichomoniasis Pelvic inflammatory disease (PID) Gonorrhea Chlamydia Syphilis Chancroid Human immunodeficiency virus (HIV) Human papiloma virus (HPV) yang dapat menyebabkan genital warts Herpes simplex virus (HSV) yang dapat menyebabkan genital herpes Virus hepatitis-B. Nilai tambah lainnya dari kondom ini adalah dapat memperpanjang waktu dan menambah kenikmatan dalam hubungan seksual. Ditambahkan lagi bahwa kondom sangat mudah didapat tidak memerlukan resep, dapat dipakai sendiri serta mudah dibawa kemana-mana. Kondom juga digunakan sebagai satu terapi (condom therapy) bagi pasangan infertilitas yang disebabkan oleh antibodi antisperma, yang diduga menjadi salah satu faktor penyebab kegagalan potensi membuahi sel telur (ovum) dalam tubuh perempuan. Selain itu pada pasien yang menjalani vasektomi, kondom perlu digunakan selama 15

sampai 20 kali ejakulasi bila sesudah tindakan vasektomi. Terkait upaya kontrasepsi, kondom pun masih perlu digunakan apabila: Istri sedang dalam masa subur bila menggunakan sistem kalender. Sementara menunggu istri memasang kontrasepsi IUD Sementara menunggu istri mencabut kontrasepsi implant. Apabila kelupaan minum pil dalam jangka waktu lebih dari 36 jam. Apabila diduga ada penyakit menular seksual diantara pasangan, sementara menunggu diangnosis yang pasti. CARA PENGGUNAAN KONDOM Berikut ini adalah tips dan cara memakai kondom yang baik dan benar : 1. Selalu gunakan kondom lateks yang baru dan belum kadaluarsa Gunakan kondom yang bermutu baik, jangan menggunakan kondom bajakan. Yakinkan membeli kondom di tempat yang terjaga lingkungannya (apotik, toko). 2. Buka kemasan kondom hati-hati dan jangan menggunakan gigi atau benda tajam. 3. Membuka bungkus kondom jangan di tengah karena dapat ikut merobek karet kondom yang ada di dalamnya. Sobek pada bagian pinggir saja dengan penuh kehati-hatian. Bila sobek, buang dan beli lagi yang baru. 4. Pakai kondom saat penis sedang kondisi tegang maksimal. Sebaiknya memasang kondom dibantu yang perempuan agar kondisi rangsangan dapat terus berlanjut. 5. Pegang ujung kondom diantara 2 jari, berikan ruang yang cukup pada ujung penis pria. Hindarkan adanya udara karena berisiko merobek kondom saat digunakan. Jangan dipakaikan semua agar ada ruang untuk sperma atau ekakulat yangh dapat keluar secara tiba-tiba. Pakaikan seperti memakai kaos kaki yang ujungnya disisakan. 6. Memakaikan kondom dengan cara menggulung lipatannya, bukan dengan cara dipanjangkan dulu baru dipakaikan.Pasang kondom dengan tetap menjepit ujungnya. 7. Jangan diolesi atau dikenai dengan cairan berminyak karena dapat merusak bahan karet sehingga kondom dapat jebol sewaktu-waktu tanpa diduga. 8. Jika kondom robek segera hentikan kegiatan seksual tersebut dan ganti dengan yang baru dan bersih sebelum melanjutkan. 9.Setelah ejakulasi dan sebelum penis lembek, penis harus segera ditarik dari vagina dengan tetap menjaga bibir kondom supaya sperma tidak tumpah. 10.Buang kondom bekas yang sudah anda pakai ke tempat sampat yang jauh dari jangkauan anak-anak agar kuman dan bibit penyakit menular seksual yang mungkin saja ada tidak menulari anggota keluarga anda. Ikat kondom agar sperma tidak tumpah kemana-mana. Jangan membuang kondom ke toilet. MITOS DAN FAKTA TENTANG KONDOM Melakukan hubungan seks aman dengan Kondom bisa terhindar Infeksi Menular Seksual (IMS), tapi masih banyak orang yang enggan menggunakan kondom karena alasan yang sebenarnya hanyalah mitos. Berikut mitos dan fakta tentang penggunaan kondom: 1. Membeli kondom itu memalukan Ada beberapa orang yang berpikir seperti itu, membeli kondom adalah hal yang memalukan. Jika Anda malu berkata beli kondomnya kepada penjual, maka Anda dapat membeli kondom di toko swalayan sehingga tak harus malu untuk membelinya. 2. Penularan infeksi atau hamil bisa terjadi bahkan dengan menggunakan kondom Jika Anda menggunakan kondom dengan benar, maka hal itu dapat meminimalkan risiko tertular penyakit menular seksual atau mencegah kehamilan. 3. Kondom harus dibeli kaum pria Logikanya memang yang memakailah yang harus membeli. Tapi pada kenyataannya, lebih dari 35 persen konsumen yang membeli kondom adalah wanita.

4. Menggunakan kondom mempengaruhi kenikmatan Kondom dibuat tipis, elastis dan tahan lama, yang secara praktis tidak menurunkan kenikmatan sama sekali. Selain itu, ada juga kondom yang dilengkapi dengan pelumas terutama dengan bahan dasar air, yang direkomendasikan bagi mereka yang mengalami masalah orgasme. 5. Menggunakan kondom menyakitkan Hampir semua kondom memiliki silikon atau pelumas berbasis air, yang mencegah rasa sakit saat digunakan. Jika Anda mempunyai pengalaman nyeri saat berhubungan seks, maka Anda seharusnya berkonsultasi dengan dokter untuk melakukan pemeriksaan kesehatan seksual, bukan menghubungkan rasa sakit dengan kondom. 6. Seks tanpa kondom lebih sehat karena ada pertukaran hormon Memang benar, melakukan hubungan seks tanpa kondom dapat mengobati depresi pada wanita. Tapi efek negatif seperti kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi atau penyakit menular seksual bisa saja terjadi, dan ini bisa berakibat lebih tidak sehat. 7. Pasangan menikah bisa melakukan hubungan seks tanpa kondom Infeksi virus tidak hanya bisa menular melalui hubungan seks yang bergonta-ganti pasangan, tetapi juga dalam transportasi umum, kolam renang, tempat gym, dan lainnya. Dalam jangka panjang, virus Herpes dapat tiba-tiba bangun, yang secara pasif dimiliki oleh hampir setiap organisme. 8. Ada dua ukuran kondom, kecil (Asia) dan besar (negara barat) Kondom dapat dibagi menjadi tiga kelompok tergantung pada ukuran, yaitu 48-50 mm, 51-53 mm, 54-56 mm. Panjang kondom yang khas adalah 19-20 cm. 9. Canggung memberi tahu pasangan bila akan menggunakan kondom Banyak orang berpikir bahwa jika mereka meminta pasangan mereka untuk menggunakan kondom, mereka akan tersinggung. Pada kenyataannya, usulan tersebut adalah perawatan ekstra pada kesehatan pasangannya. Selain itu, ajang pemakaian kondom, bisa dijadikan momen khusus yang akan meningkatkan keharmonisan hubungan. 10. Menggunakan kondom lebih baik dilengkapi dengan krim, pelumas atau gel Hal itu tidak benar. Terlepas dari kenyataan bahwa gel dan krim tertentu dapat menyebabkan gatal-gatal, reaksi alergi atau terbakar, mereka juga mungkin memiliki efek yang dapat merusak lateks dan pelumas kondom. 11. Semua kondom memiliki lubang kecil, sehingga tetap dapat menularkan AIDS Kondom yang memperoleh izin penjualan harus lulus uji hermiticity dan peradangan, yang membuktikan tidak adanya lubang pada kondom. 12. Kondom mengganggu spontanitas seks Jika Anda dan pasangan setuju untuk menggunakan kondom sejak awal, maka itu tidak akan mengganggu spontanitas seks Anda. Dengan memahami serba-serbi kondom diatas semoga bisa menambah pengetahuan tentang seks, melakukan seks sehat dalam hubungan dengan pasangan. Wallahualam bishowab

health,,,, Rabu, 23 Januari 2013

Job sheet KB Kondom

JOB SHEET

NAMA PERASAT : PEMASANGAN KONDOM UNIT : PELAYANAN KELUARGA BERENCANA

REFERENSI : 1. Saifuddin, BA. 2008. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. 2. Ratna, H. 2009. Metode dan Teknik Penggunaan Alat Kontrasepsi. Jakarta: Salemba Medika

OBYEKTIF PERILAKU SISWA Mahasiswa dapat: 1. 2. Mepersiapkan alat dan bahan untuk melakukan pemasangan kondom Melaksanakan prosedur dan langkah-langkah melakukan pemasangan kondom

PETUNJUK 1. 2. 3. 4. Siapkan bahan dan alat yang diperlukan Baca dan pelajari lembar kerja/job sheet yang sudah disediakan Ikuti petunjuk instruktur Laporkan hasil kerja setelah selesai melakukan tindakan

KESELAMATAN KERJA 1. 2. 3. 4. Pusatkan perhatian dan konsentrasi pada prosedur tindakan Sebelum prosedur, dekatkan alat dan bahan Gunakan alat sesuai dengan kegunaanya Perhatikan teknik septik dan aseptik dalam melakukan prosedur

PERALATAN: 1. 2. Phantom penis Kondom NO. LANGKAH KERJA ILUSTRASI

PERSIAPAN:

1.

Siapkan bahan dan alat yang diperlukan

PELAKSANAAN: 2. Kondom dipasang saat penis ereksi, dan sebelum melakukan hubungan badan. Buka kemasan kondom secara hatihati dari tepi, dan arah robekan ke arah tengah. Jangan menggunakan gigi, benda tajam saat membuka kemasan. Tekan ujung kondom dengan jari dan jempol untuk menghindari udara masuk ke dalam kondom. Pastikan gulungan kondom berada di sisi luar

3.

4.

5.

6.

Buka gulungan kondom secara perlahan ke arah pangkal penis, sambil menekan ujung kondom. Pastikan posisi kondom tidak berubah selama coitus, jika kondom menggulung, tarik kembali gulungan ke pangkal penis. Setelah ejakulasi, lepas kondom saat penis masih ereksi. Hindari kontak penis dan kondom dari pasangan Anda. Bungkus dan buang kondom bekas pakai ke tempat yang aman.

7.

Diposkan oleh alindra sarinst di 00.54 Tidak ada komentar:

You might also like