You are on page 1of 44

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

BAB I PENDAHULUAN

Pengertian K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) adalah secara filosofis suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adil dan makmur. Secara keilmuan adalah merupakan ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Atau : Keselamatan dan Kesehatan secara praktisnya adalah upaya perlindungan agar tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat selama melakukan pekerjaan ditempa kerja, serta melakukan pekerjaan di tempat kerja maupun sumber dan proses produksi dapat secara aman dan efisien dalam pemakaiannya. Masalah tersebut di atas akan sangat mempengaruhi dan mendorong peningkatan jumlah maupun tingkat keseriusan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang merupakan salah satu bagian dari perlindungan tenaga kerja perlu dikembangkan dan ditingkatkan, mengingat Keselamatan dan Kesehatan Kerja bertujuan agar : Setiap tenaga kerja dan orang lainnya yang berada di tempat kerja mendapat perlindungan atas keselamatannya. Setiap sumber produksi dapat dipakai, dipergunakan secara aman dan efisien. Proses produksi berjalan lancar.

A. Keselamatan kerja Sejarah Pencegahan Kecelakaan Akibat Kerja Kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dalam perindustrian mula-mula terjadi secara besar besaran kira-kira 150 tahun yang lalu, ketika kemajuan kemajuan pesat teknologi mulai diterapkan untuk produksi secara besar-besaran dengan mesin, sedangkan pabrik merupakan

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

satu kesatuan proses kerja. Keadaan sebagai hasil revolusi industri disatu pihak merupakan kemajuan di pihak lain bertentangan dengan perikemanusiaan dan memerlukan perhatian dan perbaikan. Revolusi industri mula mula di Inggris, disana gerakan kemanusiaan pertama ditujukan bagi pengurangan jam kerja, perlindungan kesehatan anak, yang terutama menderita akibat kondisi pekerjaan. Baru kemudian diambil tindakan untuk pencegahaannya. Pada abad ke 18 sebagai penemuan teknologi baru, perindustrian tekstil dari rumahan berubah menjadi industri pabrik, tenaga kerja banyak di butuhkan sehingga dikerahkan anak anak menjadi tenaga kerja dengan alasan upah yang relatif murah. Kemudian dialihkan kepada masalah keselamatan. Meningkatnya tenaga, kecepatan dan makin banyaknya pemakaian mesin menyebabkan tambah berbahanya pekerjaan pabrik. Pada tahan 1844 di Manchester terdapat banyak orang-orang cacat, penduduknya mirip serdadu pulang perang. Pemilik pabrik sama sekali tidak bertanggung jawab atas kecelakaan dan cacat yang terjadi. Tetapi pada tahun yang sama yaitu 1844 disahkanlah Undang Undang Pabrik (Factory Act), ini adalah gerakan keadilan yang merupakan kerja sama diantara mereka yang berhati kemanusiaan, pengawas, negarawan, anggota perlemen, wartawan dan lain sebagainya. Di Amerika Serikat undang-undang keselamatan kerja mulai ada pada tahun 1877, sedangkan di Indonesia mulai ada pada tahun 1969 dan 1970 Keselamatan kerja sebenarnya sudah diupayakan oleh manusia sudah sejak lama. Dalam melaksanakan pekerjaan, secara tidak sengaja dalam keadaan sadar atau tidak sadar, manusia pernah mengalami kecelakaan yang mengakibatkan cidera bahkan mungkin sampai merenggut nyawa. Dari kenyataan tersebut, manusia berusaha untuk tidak mengalami kecelakaan atau kejadian serupa tidak akan terulang lagi. Tentunya cara-cara yang diterapkan pada jaman dahulu, berbeda dengan yang diterapkan sekarang. Yang jelas upaya yang dilakukan adalah dengan memperbaiki peralatan kerja dan cara (sistem) kerjanya. HW. Heinrich dalam bukunya yang terkenal Industri Accident Prevention (1931), dianggap sebagai suatu titik awal, yang bersejarah bagi semua gerakan keselamatan kerja yang terorganisir secara terarah. Pada hakekatnya, prinsip-prinsip yang dikemukakan Heinrich di tahun 1931 adalah merupakan unsur dasar bagi program keselamatan kerja yang berlaku saat ini.

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Beberapa cara pencegahan kecelakaan kerja dapat dilakukan sebagai berikut : 1. Mempersiapkan pekerja untuk dapat bekerja dengan aman dengan cara : a. Memberikan penjelasan dan contoh bagaimana melaksanakan suatu pekerjaan. b. Memberikan penjelasan dan contoh bagaimana suatu pekerjaan harus dikerjakan dengan aman. c. Menjelaskan peralatan kerja dan alat-alat keselamatan kerja yang dipakai, termasuk cara penggunaannya. d. Menjelaskan tentang tempat dan jenis pekerjaan yang mempunyai tingkat bahaya tinggi dan menjelaskan upaya penanganan serta pencegahannya agar tidak timbul kecelakaan. e. Memberikan buku pedoman keselamatan kerja. f. Memasang poster, slogan, spanduk dll di tempat tertentu dan di tempat kerja. g. Memberikan pendidikan dan pelatihan keselamatan kerja. h. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan dan melakukan koreksi serta bimbingan terhadap kesalahan dalam bekerja, sehingga pekerja dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik. i. Peraturan perundang undangan (ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi kerja, perencanaan, pemeriksaan kesehatan pekerja) j. Standarisasi (Ketentuan memenuhi syarat standarisasi keselamatan kerja pada tempat kerja, misalnya peralatan industri, kebersihan lingkungan dan perlengkapan diri. k. Pengawasan (Pengawasan tentang peraturan keselamatan kerja yang telah diwajibkan) l. Penelitian Statistik (penyelidikan mengenai kecelakaan yang sering terjadi dan penyebab kecelakaan) m. Penelitian Psikologis (Penyelidikan pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan. n. Pelatihan bagi tenaga kerja untuk menggunakan peralatan Keselamatan kerja 2. Menyiapkan prasarana dan sarana kerja yang memadai : a. kerja. Tempat kerja yang memadai dan memenuhi ketentuan keselamatan

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

b. c. d. e. f.

Penempatan mesin dengan jarak tertentu sehingga para pekerja dapat Menyiapkan alat-alat yang cukup dan dalam kondisi baik. Mesin-mesin harus terlindungi dengan baik sehingga tidak

bergerak leluasa dan keselamatan kerja terjamin.

membahayakan pekerja. Ruangan untuk berjalan bagi pekerja harus cukup lebar. Alat-alat kerja harus disimpan di tempat yang aman dan harus

terpelihara dengan baik. a. Pengertian Keselamatan Kerja Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolaannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi, baik barang maupun jasa. Salah satu aspek penting sasaran keselamatan kerja, mengingat risiko bahayanya adalah penerapan teknologi, terutama teknologi yang lebih maju dan mutakhir. Keselamatan kerja adalah tugas semua orang yang bekerja. Keselamatan kerja adalah dari, oleh, dan untuk setiap tenaga kerja serta orang lainnya, dan juga masyarakat pada umumnya. Tujuan keselamatan kerja adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

Dalam hubungan kondisi-kondisi dan situasi di Indonesia, keselamatan kerja dinilai seperti berikut : 1. Keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja. 2. Analisa kecelakaan secara nasional berdasarkan angka-angka yang masuk atas dasar wajib lapor kecelakaan dan data kompensasinya dewasa ini seolah-olah relatif rendah dibandingkan banyaknya jam kerja tenaga kerja

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

3.

Potensi-potensi bahaya yang mengancam keselamatan pada berbagai sektor kegiatan ekonomi jelas dapat diobservasikan, misalnya sektor industri disertai bahaya-bahaya potensial seperti keracunan-keracunan bahan kimia, kecelakaan-kecelakaan oleh karena mesin, kebakaran, ledakan-ledakan, dan lain-lain

4.

Menurut observasi, angka frekwensi untuk kecelakaan-kecelakaan ringan yang tidak menyebabkan hilangnya hari kerja tetapi hanya jam kerja masih terlalu tinggi. 5. Analisa kecelakaan memperlihatkan bahwa untuk setiap kecelakaan ada faktor penyebabnya. Sebab-sebab tersebut bersumber kepada alat-alat mekanik dan lingkungan serta kepada manusianya sendiri. Sebanyak 85 % dari sebab-sebab kecelakaan adalah faktor manusia.

b. Keselamatan Kerja dan Perlindungan Tenaga Kerja Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek-aspek yang cukup luas, yaitu perlindungan keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama. Jelas bahwa keselamatan kerja adalah satu segi penting dari perlindungan tenaga kerja. Dalam hubungan ini, bahaya yang dapat timbul dari mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, keadaan tempat kerja, lingkungan, cara melakukan pekerjaan, karakteristik fisik dan mental dari pada pekerjaannya, harus sejauh mungkin diberantas dan atau dikendalikan. c. Keselamatan Kerja dan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Keselamatan kerja erat bersangkutan dengan peningkatan produksi dan produktivitas. Produktivitas adalah perbandingan di antara hasil kerja (out put) dan upaya yang dipergunakan (in put ). Keselamatan kerja dapat membantu peningkatan produksi dan produktivitas atas dasar : 1. Dengan tingkat keselamatan kerja yang tinggi, kecelakaan-kecelakaan yang menjadi sebab sakit, cacat dan kematian dapat dikurangi atau ditekan sekecil-kecilnya, sehingga pembiayaan yang tidak perlu dapat dihindari. 2. Tingkat keselamatan yang tinggi sejalan dengan pemeliharaan dan penggunaan peralatan kerja dan mesin yang produktif dan efisien dan bertalian dengan tingkat produksi dan produktivitas yang tinggi.

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

3.

Keselamatan kerja yang dilaksanakan sebaik-baiknya dengan partisipasi pengusaha dan buruh akan membawa i klim keamanan dan ketenagaan kerja, sehingga sangat membantu bagi hubungan buruh dan pengusaha yang merupakan landasan kuat bagi terciptanya kelancaran produksi.

Organisasi ini dapat berbentuk struktural seperti Safety Departemen (Departemen K3), fungsional seperti Safety Committee (Panitia Pembina K3). Agar organisasi K3 ini berjalan dengan baik maka harus didukung oleh adanya : 1. Seorang pimpinan (Safety Director) 2. Seorang atau lebih teknisi (Safety Engineer) 3. Adanya dukungan manajemen 4. Prosedur yang sistimatis, kreativitas dan pemeliharaan motivasi dan moral pekerja. Pernyataan di atas sesuai menurut International Labour Office (ILO) tentang angkah-langkah yang dapat ditempuh untuk menanggulangi kecelakaan kerja. d. Jenis keselamatan kerja 1. Keselamatan kerja dalam industri (Industrial Safety) 2. Keselamatan kerja di pertambangan (Mining Safety) 3. Keselamatan kerja dalam bangunan (Building & Construction Safety) 4. Keselamatan kerja lalu lintas (Traffic Safety) 5. Keselamatan kerja penerbangan (Fligt Safety) 6. Keselamatan kerja kereta api (Railway Safety) 7. Keselamatan kerja di rumah (Home Safety) 8. Keselamatan kerja di kantor (Office Safety)

e. Sasaran Keselamatan Kerja 1. Unsur manusia : a. Merupakan upaya preventif agar tidak terjadi kecelakaan atau paling tidak untuk menekan timbulnya kecelakaan menjadi seminimal mungkin (mengurangi terjadinya kecelakaan).

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

b. c. d. e. a. b.

Mencegah atau paling tidak mengurangi timbulnya cidera, penyakit, cacat Menyediakan tempat kerja dan fasilitas kerja yang aman, nyaman dan terjamin Penerapan metode kerja dan metode keselamatan kerja yang baik sehingga Untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja. Mengamankan tempat kerja, peralatan kerja, material (bahan-bahan), Meningkatkan produktifitas pekerjaan dan menjamin kelangsungan Terwujudnya tempat kerja yang aman, nyaman dan terjamin Terwujudnya pelaksanaan pekerjaan yang tepat waktu dengan hasil

bahkan kematian yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja. sehingga etos kerja tinggi, produktifitas kerja meningkat. para pekerja dapat bekerja secara efektif dan efisien. 2. Unsur pekerjaan : konstruksi, instalasi pekerjaan dan berbagai sumber daya lainnya. produksinya. c. d. 3. Unsur perusahaan : a. dapat ditingkatkan. b. c. Mewujudkan kepuasan pelanggan (pemberi kerja) sehingga Terwujudnya perusahaan yang sehat. kesempatan perusahaan untuk mencari dan mendapatkan pekerjaan lebih banyak. Menekan beaya operasional pekerjaan sehingga keuntungan menjadi lebih besar, perusahaan bisa lebih berkembang dan kesejahteraan karyawan kelangsungannya. yang baik dan memuaskan.

f. Pentingnya sistem manajemen keselamatan kerja diperusahaan Telah dibahas diatas bahwa manajemen keselamatan kerja dapat membantu mengendalikan bahaya-bahaya yang timbul akibat penggunaan bahan dan mekanisasi dalam aktifitas perusahaan. Adapun 3 (tiga) alasan yang paling mendasar mengapa perusahaan memerlukan manajemen keselamatan kerja, diantaranya : 1. Alasan Hukum (Legal Complience)

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Pemerintah Republik Indonesia mengatur masalah keselamatan kerja diperusahaan tertuang pada UU No. 1 Tahun 1970. Undang Undang ini merupakan dasar pengelolaan keselamatan kerja. Disamping itu, juga tertuang dalam Keputusan Menteri Pertambangan No.555k/26/M.PE/1995. Keputusan ini lebih jauh mengatur keselamatan kerja di tambang. Kedua peraturan diatas, disamping peraturan lainnya, menuntut para pemimpin perusahaan memenuhi peraturan tersebut. 2. Alasan Ekonomi (Business Reason) Semua perusahaan bisnis adalah profit yang menjadi target utama. Mengendalikan bahaya berarti mengurangi resiko kecelakaan, dan ini berarti membantu menaikkan profit perusahaan. 3. Alasan Moral (Moral Complience) Dalam Undang Undang Dasar Tahun 1945 ( UUD 1945 ), dikatakan bahwa Tiap tiap warga negara berhak mendapat pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Hal ini berarti lingkungan kerja yang nyaman, bersih, sehat dan hygiene adalah tuntutan yang tidak dapat ditawar lagi dalam meningkatkan suasana pekerjaan yang layak bagi karyawan.

Gambar 1 Akibat Tidak Mengikuti Kaidah atau Aturan Keselamatan Kerja

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Gambar 2 Pakaian standard dalam melakukan pengelasan listrik

Gambar 3 Karyawan Sebuah Perusahaan yang menggunakan Pakaian Lengkap Standart Keselamatan Kerja a) Klasifikasi kecelakaan akibat kerja sesuai dengan Organisasi perburuhan internasional. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan Terjatuh Tertimpa benda jatuh Tertumbuk atau terkena benda-benda, terkecuali benda jatuh Terjepit oleh benda Pengaruh suhu tinggi Terkena arus listrik

i.

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi. Klasifikasi menurut penyebab kecelakaan Mesin Pembangkit tenaga Mesin penyalur Mesin mesin pertanian Mesin mesin pertambangan Alat angkut dan alat angkat Mesin angkat dan peralatannya Alat angkutan diatas rel Alat angkut lain yang beroda Peralatan lain Bejana Dapur pembakar dan pemanas Instalasi pendingin Instalasi listrik (Motor listrik, tetapi di kecualikan alat-alat listrik. iii. iv. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan Patah tulang Dislokasi/keseleo Regang otot Amputasi Luka-luka lain Luka bakar Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka tubuh Kepada Badan Anggota atas Anggota bawah

i.

10

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

b) Penyebab penyebab kecelakaan Penyebab terjadinya kecelakan di tinjau dari faktornya internal dan faktor eksternal, serta dari sisi keadaan kerja, di tinjau dari faktor internal : 1. Faktor internal atau faktor yang berasal dari pekerja sendiri (individual) yang meliputi : a. b. c. Kecenderungan seseorang untuk mendapatkan kecelakaan, apabila sedang melaksanakan pekerjaan tertentu. Kemampuan dan kecakapan seseorang yang terbatas dan tidak berimbang dengan pekerjaan yang ditangani. Sikap dan perilaku yang tidak baik dalam melaksanakan pekerjaan misalnya merokok di tempat yang membahayakan, bekerja sambil bercanda, tidak mematuhi peraturan,keselamatan kerja dsb. 2. Faktor eksternal atau faktor dari luar (lingkungan sekitar) yang disebabkan oleh : a. Pendelegasian dan pembagian tugas kepada para pekerja yang tidak proporsional dan kurang jelas. b. Jenis pekerjaan yang ditangani mempunyai resiko kecelakaan cukup tinggi (rentan). c. Prasarana dan sarana kerja yang tidak memadai. d. Upah dan kesejahteraan karyawan yang rendah. e. Timbulnya gejolak sosial, ekonomi dan politik yang mengakibatkan munculnya keresahan pada para pekerja. f. Lingkungan dan peralatan kerja yang tidak memenuhi standar keselamatan kerja, misalnya lantai berair dan licin, ruangan kerja berdebu, ruangan kerja bersuhu tinggi, mesin-mesin yang tidak dilindungi, kondisi hujan, peralatan kerja rusak. Ditinjau dari keadaannya : 1. Keadaan-keadaan yang berbahaya meliputi : a. b. c. d. Peralatan kerja yang rusak dan tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Mesin-mesin yang tidak terlindungi dengan baik. Tempat kerja yang membahayakan (berdebu, licin, becek, berminyak, panas, Konstruksi atau instalasi pekerjaan yang tidak memenuhi syarat.

berbau menyengat, terlalu dingin dsb).

11

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

2. Perbuatan-perbuatan yang berbahaya, yaitu sebab kecelakaan yang di timbulkan oleh tingkah laku manusia, misalnya : a. Bekerja sembarangan tanpa mengindahkan ketentuan dan peraturan keselamatan kerja. b. Bekerja tanpa menggunakan baju atau menggunakan baju yang kedodoran. c. Bekerja sambil bersendau gurau, merokok dll. d. Membuka dengan sengaja perlengkapan pelindung mesin dan instalasi pekerjaan yang membahayakan. Jika terjadi kecelakaan harus di selidiki dan di analisa : 1. terjadinya kecelakaan 2. Contohnya : Seorang teknisi listrik menaiki tangga untuk mengganti bola lampu, dan terjatuh akibat baut pengikat tangga tidak ada sebelah. Analisa kecelakaannya adalah : 1. tangga tidak ada 2. untuk keperluan tertentu. 3. kecelakaan kerja. g. Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja Mencegah dan mengurangi kecelakaan Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian lain yang berbahaya Memberi pertolongan pada kecelakaan Memberi alat perlindungan diri kepada para pekerja
12

Menentukan siapa yang bertanggung jawab atas Mencegah terulangnya peristiwa yang serupa.

Terdapat tangga diruang kerja dengan baut pengikat Seseorang tenaga kerja mengambil baut pengikat tangga Ketika keperluan itu sudah siap seseorang tersebut tidak

memasang kembali baut tangga tersebut, sehingga jika di gunakan dapat menimbulkan

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai Menyelenggarakan udara yang cukup, suhu dan kelembaban udara yang baik Memelihara kebersihan dan kerapian tempat kerja Memperoleh keserasian antara tenaga kerja dan alat kerja Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, hewan, tanaman dan barang Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya Menyesuaikan dan mempergunakan pengamanan pada pekerjaan yang berbahaya

Test Formatif 1:

1. Jelaskan pengertian Keselamatan dan kesehatan kerja (k3) ! 2. Jelaskan pengertian Keselamatan dan kesehatan kerja (k3) ! 3. Jelaskan tujuan Keselamatan dan kesehatan kerja ! 4. Jelaskan secara singkat sejarah pencegahan kecelakaan akibat kerja ! 5. Jelaskan usaha-usaha apa yang perlu di lakukan untuk tindakan pencegahan terjadinya kecelakaan kerja ?
13

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

6. Jika terjadi kecelakaan harus di selidiki dan di analisa, Mengapa ? 7. Apa sajakah sasaran dari keselamatan kerja yang kamu ketahui ? 8. Adapun 3 (tiga) alasan yang paling mendasar mengapa perusahaan memerlukan manajemen keselamatan kerja, sebutkan dan jelaskan ! 9. Ada berapa klasifikasi penyebab Kecelakaan akibat kerja menurut Organisasi perburuhan internasional (ILO) ? Berikan masing masing contohnya ! 10. Jelaskan penyebab terjadinya kecelakan di tinjau dari faktornya internal dan faktor eksternal !

B. Kesehatan Kerja a. Pengertian Kesehatan Kerja Kesehatan Kerja adalah spesialisasi dalam ilmu higiene beserta prakteknya yang dengan mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab penyakit kwalitatif dan kwantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui pengukuran yang hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada lingkungan tersebut serta bila perlu pencegahan, agar pekerja dan masyarakat sekitar suatu perusahaan terhindar dari bahaya akibat kerja serta dimungkinkan mengecap derajat kesehatan setinggi-tingginya. Fungsi higiene perusahaan dan kesehatan kerja adalah dua hal : Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi- tingginya, baik buruh, petani, nelayan, pegawai negeri, atau pekerja-pekerja bebas, dengan demikian dimaksudkan untuk kesejahteraan tenaga kerja.

14

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Sebagai alat untuk meningkatkan produksi, yang berlandaskan kepada meningginya effisiensi dan daya produktivitas faktor manusia dalam produksi.

Oleh karena fungsi tersebut selalu sesuai dengan maksud dan tujuan pembangunan di dalam suatu negara, maka Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja selalu harus diikutsertakan dalam pembangunan tersebut. Tujuan utama dari Higien Perusahan dan Kesehatan Kerja adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan demikian mungkin dicapai, oleh karena korelasi diantara derajat kesehatan yang tinggi dengan produktivitas keja atau perusahaan, yang didasarkan kenyataan-kenyataan sebagai berikut : 1. Untuk efisiensi kerja yang optimal dan sebaik-baiknya, pekerja harus dilakukan dengan cara dan dalam lingkungan kerja yang memenuhi syarat-syarat kesehatan. Lingkungan dan cara dimaksud meliputi di antaranya tekanan panas, penerangan di tempat kerja, debu di udara ruang kerja, sikap badan, penserasian manusia dan mesin, pengekonomian. Cara dan lingkungan tersebut perlu disesuaikan juga dengan tingkat kesehatan dan keadaan gizi tenaga kerja yang bersangkutan. 2). Biaya dari kecelakaan dan penyakit-penyakit akibat kerja, serta penyakit umum yang meningkat jumlahnya oleh karena pengaruh yang memburukkan keadaan oleh bahayabahaya yang ditimbulkan oleh pekerjaan adalah sangat mahal dibandingkan dengan biaya untuk pencegahannya. Biaya-biaya kuratif yang mahal seperti itu meliputi pengobatan, perawatan di rumah sakit, rehabilitasi, absenteisme, kerusakan mesin, peralatan dan bahan oleh karena kecelakaan, terganggunya pekerjaan, dan cacat yang menetap. b. Kondisi-kondisi Kesehatan Yang Menyebabkan Rendahnya Produktivitas Kerja Berdasarkan hasil survey dan pengamatan Lembaga Nasional Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja Departemen Tenaga Kerja tentang produktifitas kerja kesehatan yang berhubungan dengan diperoleh gambaran terlihat adanya kondisi-kondisi kesehatan yang terdapatnya

ditinjau dari sudut produktivitas tenaga kerja sangat tidak menguntungkan. Adapun kondisikondisi tersebut adalah sebagai berikut : 1. Penyakit Umum

15

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Baik pada sektor pertanian, maupun sektor pertambangan, industri, dan lain-lainnya, penyakit yang paling banyak terdapat adalah penyakit infeksi, penyakit endemik dan penyakit parasit. 2. Penyakit Akibat Kerja Penyakit seperti pada tenaga kerja. 3. Kondisi Gizi Keadaan gizi pada buruh-buruh menurut pengamatan yang pernah dijalankan sering tidak menguntungkan ditinjau dari sudut produktivitas kerja. Adapun keadaan gizi kurang baik dikarenakan baik dikarenakan penyakit-penyakit endemis dan parasitis, kurangnya pengertian tentang gizi, kemampuan pengupahan yang rendah, dan beban kerja yang terlalu besar. 4. Lingkungan Kerja Lingkungan kerja sering kurang membantu untuk produktivitas optimal tenaga kerja. Keadaan suhu, kelembaban, dan gerak udara memberikan suhu efektif diluar kenikmatan kerja. pneumoconioses, dermatoses akibat kerja, keracunan-keracunan bahan kimia, gangguan-gangguan mental psikologi akibat kerja, dan lain-lain benar-benar terdapat

5. Perencanaan Perencanaan atau pemikiran tentang penserasian manusia dan mesin serta perbaikan cara kerja sesuai dengan modernisasi yang berprinsip sedikit-dikitnya energi tetapi setinggi-tingginya output kerja pada umumnya belum diketahui. Untuk mengatasi pengaruh buruk, dari kondisikondisi kesehatan kepada pembangunan tanah air, khususnya meliputi sektor tenaga kerja produktif, maka perlu dibina keahlian higiene perusahaan dan kesehatan kerja sebagai inti keahlian. Dan perlu dibina keahlian tenaga kesehatan pada tingkat perusahaan dan perlu ditingkatkan pengerahan tenaga-tenaga kesehatan kedalam sektor produksi c. Sanitasi Peralatan dan Proses Pengolahan

16

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

1.

Lokasi pabrik hendaknya tidak terletak pada arah angin dari sumber pencemaran debu, asap, bau dan pencemaran lainnya, jarak antara sumber pencemaran dengan pabrik tidak boleh kurang dari 100 meter.

2. 3.

Bangunan pabrik harus terpisah dari pemukiman dan terbuat dari bahan yang kokoh. Pekarangan di sekeliling lokasi pabrik atau unit pengolahan hendaknya selalu dipelihara kebersihannya. Kebersihan yang terjaga dengan baik akan mengurangi potensi bahaya dan masalah yang mengancam kelancaran proses produksi.

4.

Lantai, gang, tangga dan jalan keluar / masuk ruang pengolahan harus bersih, bebas sampah, tidak licin dan tidak berminyak, bebas oli, dan tidak ada air yang menggenang.

5. 6. 7.

Kondisi lantai secara umum harus bersih, kedap air, tidak licin, rata sehingga mudah dibersihkan dan tidak ada genangan air. Dinding tembok, jendela, langit-langit, kerangka bangunan, perpipaan, lampu- lampu dan benda lain yang berada di sekitar ruang pengolahan harus dalam kondisi bersih. Kondisi umum bangunan harus memperhatikan aspek pencahayaan dan ventilasi yang baik. Ventilasi harus tersedia dengan cukup dan berfungsi dengan baik. Pencahayaan atau penerangan hendaknya tersebar secara merata dan cukup di semua ruangan, namun hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga tidak menyilaukan.

8.

Kamar mandi dan WC, tempat cuci kaki dan tangan juga h arus

selalu dijaga

kebersihannya. Pada fasilitas ini perlu tersedia air yang cukup, tissue / pengering, sabun, dan tempat sampah. WC dan kamar mandi hendaknya terletak jauh dari ruang pengolahan. d. Penanganan dan Penyimpanan Bahan Baku 1. Alat alat yang digunakan untuk penanganan dan penyimpanan bahan baku baik alat yang utama atau alat pembantu lainnya harus selalu dalam keadaan baik, utuh dan bersih. 2. 3. Ruang penyimpanan harus selalu bersih, bebas dari binatang pengganggu. Jika bahan baku disimpan dalam kotak-kotak ataupun kemasan lainnya, maka untuk penyimpanannya perlu disusun dengan baik dan teratur, misalnya dengan menggunakan rak-rak atau pallet. Pengaturan ini bertujuan untuk mempermudah pada waktu pemeriksaan dan pemeliharaan kebersihan.

17

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

4.

Tumpahan bahan baku pada lantai hendaknya segera dibersihkan, jangan dibiarkan tercecer karena dapat mengundang binatang atau pun serangga yang tidak diinginkan.

e. Peralatan dan Fasilitas Pengolahan 1. Semua peralatan yang digunakan untuk penanganan dan pengolahan harus selalu diperhatikan kebersihannya, dan juga alat tersebut harus terbuat dari bahan yang tidak mudah rusak. 2. Setelah penggunaan alat selesai atau pekerjaan telah selesai semua peralatan tersebut dibersihkan dan ruangan yang digunakan harus dibersihkan juga dengan bahan saniter. 3. Saniter adalah senyawa kimia yang dapat membantu membunuh bakteri dan mikroba 4. Ketel, wadah pencampuran, tong-tong, drum-drum dan peralatan lain yang mempunyai mulut besar dan terbuka harus dilindungi dari kemungkinan kontaminasi 5. Semua platform harus dikonstruksi dengan baik sehingga tidak menjadi sumber kontaminasi bagi proses atau produk di bagian bawahnya. 6. Air yang digunakan dalam pencucian alat hendaknya air yang bersih yang memenuhi persyaratan sanitasi, sehingga mencegah kontaminasi. Air bersih mempunyai ciri-ciri antara lain tidak berasa, tidak berwarna, dan tidak berbau

f. Fasilitas Penggudangan 1. 2. Ruangan, dinding, bangunan dan pekarangan bangunan harus selalu bersih, bebas sampah dan kotoran. Barang barang yang disimpan dalam gudang harus diatur dan disusun secara baik dan teratur, dengan menyisakan jarak yang cukup, baik jarak antar tumpukan maupun dengan dinding tembok 3. Barang yang telah rusak atau bahan baku yang telah busuk, hendaknya diambil dan dipisahkan dari barang-barang yang masih baik.

18

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

g. Pembuangan limbah Dengan semakin besarnya skala usaha, maka semakin banyak pula limbah yang dihasilkan. Maka dari itu perlu dilakukan penanganan terhadap limbah yang dihasilkan tersebut, seperti : a. Saluran pembuangan limbah cair harus dikonstruksi dengan baik sehingga proses pembuangan limbah cair tidak terhambat. b. Tempat penampungan hendaknya dibuat, jangan langsung dibuang ketempat umum karena akan mengganggu dan mencemari lingkungan umum. c. Jika produksi sampah / limbah cair ternyata cukup tinggi, atau telah mengakibatkan ganggguan pencemaran adalah indikasi awal bahwa masalah pencemaran itu lingkungan telah terjadi, maka disarankan untuk berkonsultasi dengan badan pengelolaan limbah. d. Pemanfaatan limbah adalah sebagai tambahan makanan / minuman untuk ternak e. Untuk sampah yang kering dan padat perlu disediakan tempat pembuangan sampah padat yang cukup,baik kebersihannya maupun ukurannya sesuai dengan jumlah sampah diproduksi. Jenis jenis penyakit yang umum di jumpai di perusahaan yang menyebabkan rendahnya produktivitas kerja: Penyakit umum seperti infeksi, jamur dan lain lain, Infeksi saluran pernafasan, sakit mata, keracunan bahan kimia, sakit perut, pusing Kondisi gizi yang buruk disebabkan rendahnya tingkat kesejahteraan pekerja. Kondisi lingkungan kerja yang tidak higiens. Misalnya lembab gelap dan lain lain C. Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia Perundang-undangan Ketenagakerjaan dan Keselamatan Kerja Indonesia 1. Undang-Undang No. 14 tahun 1969. Tentang Ketentuan Pokok Mengenai Ketenagakerjaan.

19

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

2. Undang-Undang No. 1. tahun 1970. Tentang Keselamatan Kerja 3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per. 04/Men/1980 tentang syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) Peralatan dan fasilitas yang diperlukan selain perlengkapan pakaian helmet pada Keselamatan dan Kesehatan Kerja ada hal hal yang perlu di perhatikan, antara lain : Pelaksanaan kegiatan ini memerlukan perlengkapan/peralatan yang memadai, seperti : Peralatan/fasilitas pemadam kebakaran, obat obatan dan PPPK. Tanda /label menyangkut bahan berbahaya seperti mudah terbakar, beracun, mudah meledak, dll. Panduan jika terjadi kecelakaan, kebakaran, dsb.

D. Analisa Kecelakaan Pada tahap analisis adalah proses bagaimana fakta atau masalah yang ditemukan dapat dipecahkan. Pada tahap analisis pada umumnya harus dapat dikenali berbagai hal antara lain: Sebab utama masalah tersebut Tingkat kekerapannya Lokasi Kaitannya dengan manusia maupun kondisi Pemilihan/Penetapan alternatif/Pemecahan

Dari berbagai alternatif pemecahan perlu diadakan seleksi untuk ditetapkan satu pemecahan yang benar-benar efektif dan efisien serta dapat dipertanggung jawabkan Apabila sudah dapat ditetapkan alternatif pemecahan maka harus diikuti dengan tindakan atau pelaksanaan dari keputusan penetapan tersebut. Dalam proses pelaksanaan diperlukan adanya kegiatan pengawasan agar tidak terjadi penyimpangan. Tujuan Kecelakaan di selidiki dan di analisa : Menentukan siapa yang bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan Mencegah terulangnya peristiwa yang serupa.
20

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi Menetukan sebab yang sebenarnya Mengukur resiko Mengembangkan tindakan kontrol Menentukan kecendurungan (trend) Menunjukkan peran serta semua karyawan. Contohnya : Seorang teknisi listrik menaiki tangga untuk mengganti bola lampu, dan terjatuh akibat baut pengikat tangga tidak ada sebelah. Analisa kecelakaannya adalah : 1. Terdapat tangga diruang kerja dengan baut pengikat tangga tidak ada 2. Seseorang tenaga kerja mengambil baut pengikat tangga untuk keperluan tertentu. 3. Ketika keperluan itu sudah siap seseorang tersebut tidak memasang kembali baut tangga tersebut, sehingga jika di gunakan dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Di Indonesia setiap keajdian kecelakaan kerja wajib dilaporkan kepada Departemen Tenaga Kerja selambat-lambatnya (dua) kali 2 jam setelah kecelakaan tersebut terjadi. Ada dua undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dan Undang-undang No.3 Tahun 1992 tentang Jamsostek Kecelakaan kerja yang wajib dilaporkan adalah kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja maupun kecelakaan dalam perjalanan yang terkait dengan hubungan kerja. Tujuan dari kewajiban melaporkan kecelakaan kerja ialah: Agar pekerjaan yang bersangkutan mendapatkan haknya dalam bentuk jaminan dan tunjangan. Agar dapat dilakukan penyidikan dan penelitian serta analisis untuk mencegah terulangnya kecelakaan serupa. Test Formatif 2:

1. Jelaskan Pengertian Kesehatan kerja !

21

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

2. Kondisi-kondisi kesehatan yang menyebabkan rendahnya produktivitas kerja, sebutkan kondisi kondisi apa sajakah itu ! (Minimal 3 Kondisi) 3. Sebutkan Jenis jenis penyakit yang umum di jumpai di perusahaan yang menyebabkan rendahnya produktivitas kerja ! 4. Keselamatan dan kesehatan kerja di Indonesia di atur melalui undang-undang dan keputusan Menteri Tenaga Kerja, Sebutkan ! 5. Sebutkan tahap analisis kecelakaan yang harus dapat dikenali sebelum di adakan tindakan pencegahan ! 6. Sebutkanlah isi obat-obatan dalam kotak PPPK (P3K) yang ada di sekolahmu, dan jelaskan fungsinya masing-masing !

BAB II DASAR DASAR KESELAMATAN LISTRIK

A. Dasar Hukum

22

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Dasar hukum mengenai persyaratan keselamatan listrik tertuang pada Permen Tenaga Kerja No.Per.04/MEN/1988. Prinsip prinsip keselamatan pemasangan listrik antara lain : a. Harus sesuai dengan gambar rencana yang telah disyahkan. b. Mengindahkan syarat syarat yang telah ditetapkan (Peraturan Umum Instalasi Listrik = PUIL) c. Harus menggunakan tenaga terlatih. d. Bertanggung-jawab dan menjaga keselamatan dan kesehatan tenaga kerjanya. e. Orang yang diserahi tanggung-jawab atas pelaksanaan pekerjaan pemasangan instalasi listrik harus ahli dibidang listrik, memahami peraturan listrik dan memiliki sertifikat dari instansi yang berwenang. B. Alat-alat perlindungan diri dalam melaksanakan pekerjaan kelistrikan : 1. Pakaian kerja, merupakan perlengkapan utama yang berfungsi untuk melindungi diri. Harus dipilih yang memenuhi syarat (tidak terlalu longgar atau ketat) dan harus dapat menyerap keringat. 2. Sabuk pengaman, berfungsi sebagai pengaman bagi pekerja pada saat memanjat dan melaksanakan pekerjaan di ketinggian, misalnya : pekerjaan tower listrik, serandang gardu induk, pemasangan lampu di gedung-gedung yang tinggi dll. 3. Topi/helm, berfungsi untuk melindungi kepala dari benturan dan kejatuhan benda (material) maupun peralatan kerja. 4. Sepatu kerja berfungsi untuk melindungi kaki dari benda-benda tajam. Pada umumnya terbuat dari karet, kulit atau bahan lain yang bersifat isolator (penyekat). 5. Alat penutup telinga berfungsi untuk melindugi telinga dari kebisingan atau kemasukan debu. 6. Sarung tangan berfungsi melindungi tangan dari benda tajam, panas atau terlalu dingin. 7. Kacamata berfungsi untuk melindungi mata dari cahaya yang tajam, debu, udara yang berpolusi dan kotoran lain yang dapat menyebabkan ganguan dan kerusakan pada mata. 8. Masker hidung berfungsi untuk melindungi saluran pernafasan dari gangguan polusi udara.

23

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

9. Alat Bantu pernafasan (Breathing Apparatus) berfungsi untuk memberikan pertolongan orang yang terjebak pada ruangan berasap karena kebakaran dan dikenakan sebagai perlengkapan kerja pada pekerjaan yang mengandung listrik dan pada pekerjaan tangki minyak. 10. Penutup dada untuk las listrik berfungsi untuk melindungi dada dari radiasi panas pada saat melaksanakan pekerjaan las listrik. 11. Jas hujan berfungsi untuk melindungi pekerja saat melaksanakan pekerjaan dalam keadaan hujan.

C. Ketentuan mengenai persyaratan keselamatan kerja bidang ketenagalistrikan Instalasi listrik yang telah selesai dipasang harus diperiksa dan diuji sebelum Instalasi listrik yang telah dialiri listrik, instalatir masih terikat tanggungdialiri listrik oleh pegawai pengawas spesialis lstrik. jawab satu tahun atas kecelakaan termasuk kebakaran akibat kesalahan pemasangan instalasi. Harus ada pemeriksaan yang rutin terhadap isolator. Isolator yang retak, terutama untuk tegangan menengah dan / atau tegangan tinggi yang dapat mengakibatkan gangguan pada pengusahaan atau dapat menimbulkan kecelakaan. baik. Jangan membiarkan instalasi yang aus, penuaan atau mengalami kerusakan. Isolator saklar minyak, transformator dan sebagainya pada waktunya harus Segera dilakukan penggantian. dibebaskan dari air, debu dan arang dan zat asam, antara lain dengan cara penyaringan. Perlengkapan seperti relai lebih cepat terganggu kerusakannya. Oleh sebab Dalam melakukan pemeliharaan, dilarang menggunakan perkakas kerja dan itu harus sering dilakukan pengujian terhadapnya. bahan yang magnetic dekat dengan medan magnet perlengkapan listrik. Seluruh instalasi listrik, tidak hanya bagian yang mudah terkena gangguan saja, tetapi juga pengaman, pelindung dan perlengkapannya harus terpelihara dengan

24

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Pelindung dan pengaman, yang selama pemeliharaan dibuka / dilepas, harus Dilarang menyimpan bahan yang mudah terbakar di daerah yang dapat Diruang dengan bahaya ledakan tidak diijinkan mengadakan perbaikan dan

dipasang kembali pada tempatnya. membahayakan instalasi listrik. perluasan instalasi pada keadaan bertegangan ; dan dalam keadaan aman, perlengkapan listrik harus terpelihara dengan baik.

Test Formatif 3:

25

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

1. e. f. g. h. 2. a. b. c. d. kerjanya. 3. dengan : a. PUIL b. PLIU c. PIUL d. PULI 4. 5.

Dasar hukum mengenai persyaratan keselamatan listrik tertuang pada Permen Tenaga Kerja adalah : No.Per.04/MEN/1988 No.Per.04/MEN/1998 No.Per.04/MEN/2008 No.Per.04/MEN/1978 Berikut ini adalah Prinsip prinsip keselamatan pemasangan listrik, Kecuali : Harus sesuai dengan gambar rencana yang telah disyahkan. Mengindahkan syarat syarat yang telah ditetapkan (PUIL) Tidak menggunakan tenaga terlatih. Bertanggung-jawab dan menjaga keselamatan dan kesehatan tenaga Peraturan Umum Instalasi Listrik dalam kelistrikan sering disingkat

Sebutkan

dan

jelaskan

Alat-alat

perlindungan

diri

dalam

melaksanakan pekerjaan kelistrikan, (Minimal 3) Jelaskan ketentuan mengenai persyaratan keselamatan kerja bidang ketenagalistrikan ! (Minimal 2)

BAB III

26

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

ETOS KERJA, ETIKA KERJA DAN TEKNIK KOMUNIKASI

Tenaga teknisi lapangan merupakan ujung tombak perusahaan yang secara langsung melaksanakan pekerjaan di lapangan dan bertindak mewakili perusahaan menghadapi pelanggan. Dengan demikian performance perusahaan juga ditentukan oleh performance tenaga teknisi lapangan dalam menghadapi dan memberikan layanan kepada pelanggan. Dalam menghadapi dan melayani pelanggan, ada tiga unsur penting yang harus diperhatikan dan dilaksanakan oleh teknisi lapangan, yaitu : etos kerja, etika kerja dan teknik komunikasi. Tiga unsur tersebut sangat menentukan dalam menunjang keberhasilan kerja, disamping faktor teknis yang merupakan faktor utama. Etos kerja, etika kerja dan teknik komunikasi merupakan bagian dari proses interaksi antara teknisi lapangan dengan pelanggan. Jadi pada saat terjadi proses interaksi tersebut atau pada saat melaksanakan pekerjaan, jika teknisi lapangan telah menerapkan etos kerja yang tinggi, etika kerja dan komunikasi yang baik, maka pasti akan terwujud pelayanan yang baik dan memuaskan kepada pelanggan Karena tidak berkaitan dengan masalah teknis pekerjaan, pada umumnya hal ini kurang mendapatkan perhatian dari para teknisi lapangan, juga para pemimpin perusahaan. Pimpinan perusahaan tidak pernah memberikan pengarahan kepada para karyawannya tentang cara-cara memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan. Apabila kita telaah kembali kondisi diatas secara sepintas, rasanya tidak akan menimbulkan dampak negatip bagi perusahaan. Tetapi kalau kita telaah secara mendalam, maka sangat berpengaruh terhadap penilaian pelanggan terhadap perusahaan. Pekerjaan yang telah diselesaikan dengan baik tanpa dibarengi sikap dan perilaku para teknisi lapangan yang baik pada saat melaksanakan pekerjaan, akan menyebabkan pelanggan menjadi kesal dan enggan berhubungan dengan perusahaan yang bersangkutan atau paling tidak, akan memberikan referensi kepada calon pelanggan yang lain, agar tidak berhubungan (memberikan pekerjaan) kepada perusahaan tersebut. Secara umum keberhasilan kita dalam melaksanakan dan mengelola pekerjaan ditentukan oleh 5 aspek, yaitu : Man, Money, Material, Machine dan Methode. Kelima aspek tersebut harus dilaksanakan selaras, satu dengan yang lainnya saling menunjang. Meskipun kemampuan perusahaan di bidang keuangan (money) mencukupi, ketersediaan bahan bahan (material) dan perlatan kerja (machine) cukup lengkap, tanpa dibarengi kemampuan sumber daya manusia (man) yang handal dan profesional serta

27

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

pengelolaan (methode) yang baik, maka mustahil pekerjaan bisa berhasil. Pada pembahasan ini, pokok permasalahannya akan difokuskan pada dua aspek, yaitu : Man dan Methode, yang didalamnya tercakup tiga aspek meliputi : Etos kerja, Etika Kerja dan Teknik komunikasi. A. ETOS KERJA Banyak diantara kita sering mendengar istilah Etos Kerja, tetapi banyak pula diantara kita belum mengetahui secara benar arti dari istilah tersebut. Dikaitkan dengan aktifitas kita dalam menangani pekerjaan, etos kerja merupakan modal awal dalam melaksanakan pekerjaan, karena didalamnya terkandung niat dan semangat yang akan memacu diri kita untuk melaksanakan pekerjaan. Secara etimologis yang dimaksud etos adalah : pandangan hidup yang khas dari suatu golongan sosial. Sedangkan yang dimaksud etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau kelompok. Contoh : Si Budi memiliki etos kerja tinggi. Bangsa Jepang terkenal memiliki etos kerja yang tinggi. Sejak awal kita akan melaksanakan pekerjaan, harus dimulai dengan niat selanjutnya dibarengi dengan semangat. Tanpa ada niat, maka pekerjaan tidak terwujud. Ada niat tanpa dibarengi dengan semangat, hasil yang dicapai pasti kurang memuaskan. Sebaliknya jika kedua hal tersebut kita laksanakan dengan sebaik-baiknya, maka hasil pekerjaan kita tentu akan lebih baik. Untuk mewujudkan adanya etos kerja yang tinggi, harus ada dorongan atau motivasi pada diri kita sendiri, dengan kata lain kita harus mampu mendorong diri kita sendiri tanpa perlu perangsang dari luar. Dalam suatu kelompok kerja, kita juga harus dapat memotivasi orang lain dan mau menerima dorongan dari orang lain. Etos kerja sangat berpengaruh terhadap produktifitas kerja seseorang. Dalam pekerjaan konstruksi ketenagalistrikan yang melibatkan banyak unsur dan merupakan bentuk kerja kelompok, etos kerja yang tinggi akan menunjang keberhasilan kerja kelompok tersebut. Jadi jika dalam suatu perusahaan para karyawannya terkondisi dengan budaya kerja yang memiliki etos kerja tinggi, maka hasil yang dicapai akan memuaskan. Faktor eksternal yang dapat membangkitkan etos kerja adalah : 1. Pekerjaan yang akan ditangani, memberikan gambaran prospek yang baik dan jelas

28

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

2. Suasana kerja yang menyenangkan, kerjasama antara individu maupun kelompok kerja terencana dengan rapi dan berjalan dengan baik 3. Tersedianya peralatan dan material kerja yang mencukupi 4. Adanya pengakuan dan perlakuan yang proporsional terhadap prestasi kerja karyawan 5. Jika timbul masalah pekerjaan, cara mengatasinya dilaksanakan dengan sebaikbaiknya Sebaliknya faktor eksternal yang menyebabkan etos kerja seseorang menurun adalah : 1. Prospek pekerjaan yang kurang jelas dan tidak memberikan harapan untuk berkembang 2. Suasana kerja yang tidak menyenangkan dan membosankan karena hubungan antara individu maupun kelompok yang tidak harmonis 3. Banyaknya hambatan dalam melaksanakan pekerjaan yang disebabkan oleh : a. b. c. pekerjaan d. Koordinasi kerja yang kurang baik 4. Adanya pengakuan dan perlakuan yang tidak proporsional dan tidak adil kepada karyawan, misal : a. b. Karyawan yang berbuat kesalahan / melanggar disiplin kerja, tidak Kompensasi fasilitas yang diberikan kepada karyawan tidak diberi peringatan didasarkan pada prestasi kerja 5. Dalam menyelesaikan masalah yang timbul, tidak dilaksanakan secara baik dan tidak obyektif B. ETIKA KERJA Dalam kehidupan kita sehari-hari, hampir semua diantara kita sering mendengar dan mengetahui istilah etika. Tetapi tanpa disadari atau mungkin dengan sadar banyak diantara kita yang tidak memenuhi etika atau menyimpang dan melanggar etika misalnya : etika dalam bekerja, etika pergaulan, etika bermasyarakat dan pelanggaran/penyimpangan etika dalam Peralatan kerja yang kurang lengkap Material kurang lengkap atau sering datang terlambat Perencanaan yang kurang baik, sehingga terjadi bongkar pasang

29

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

berhubungan dengan pelanggan. Pelanggaran dan penyimpangan terhadap etika terjadi antara lain disebabkan oleh ketidakmengertian kita terhadap makna yang sebenarnya dari istilah etika tersebut. Apabila hal ini kita biarkan dan tidak segera kita upayakan untuk memperbaikinya, maka akan berakibat fatal pada perusahaan untuk mendapatkan pekerjaan selanjutnya. Penyimpangan etika yang dilakukan oleh teknisi lapangan akan menyebabkan pelanggan memberikan penilaian negatif pada perusahaan, yang selanjutnya akan menceritakan kepada orang lain agar tidak memakai jasa perusahaan tersebut untuk melaksanakan pekerjaannya. Yang dimaksud etika ialah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral. Arti lainnya dari istilah etika ialah kumpulan azas atau nilai yang berkenaan dengan ahklak atau nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Dari istilah dasar etika tersebut, selanjutnya berkembang menjadi : 1. Etiket ialah norma atau ketentuan dan tatacara dalam memelihara hubungan baik antara sesama manusia dalam suatu kelompok masyarakat 2. Etis ialah segala tingkah laku, ucapan, tutur kata dan perbuatan yang sesuai dengan azas atau perilaku yang disepakati secara umum oleh masyarakat, sehingga tidak menyimpang dari etika 3. Kode etik ialah norma atau azas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu dan digunakan sebagai ukuran tingkah laku kelompok tersebut. Dalam bekerja, etika kerja yang harus dipatuhi dan dilaksanakan karyawan adalah : 1. Etika dasar, misalnya etika dalam menghormati dan menghargai orang lain, etika dalam berpakaian. Biasanya hal ini tidak tercantum dalam tata tertib secara tertulis, tetapi harus dipatuhi oleh tiap individu. 2. Etika kerja secara umum, misalnya memiliki etos kerja tinggi, disiplin dalam bekerja, jujur pada diri sendiri dan pada orang lain, bertutur kata dan bertingkah laku sopan, mematuhi perintah pimpinan, mempunyai rasa memiliki (self belonging) terhadap pekerjaan dan perusahaan, serta mematuhi peraturan dan tata tertib yang berlaku. 3. Hal-hal yang berkaitan dengan peraturan dan tata tertib perusahaan, juga peraturan dan tata tertib yang ditentukan khusus untuk pekerjaan tersebut

30

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

C. TEKNIK KOMUNIKASI Sebagai mahkluk sosial, manusia merupakan bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan. Manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan pihak lain dan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia harus berinteraksi dengan pihak lain, baik interaksi dengan sesama manusia, interaksi dengan Sang Pencipta, interaksi dengan alam, interaksi dengan mahkluk hidup lainnya dsb. Dengan adanya interaksi, bearti terjadi proses komunikasi, baik komunikasi searah maupun komunikasi dua arah. Hal ini juga terjadi pada saat kita sedang melaksanakan suatu pekerjaan dan dalam kegiatan apapun. Jadi sebagian waktu kita (+70 %), kita gunakan untuk melakukan komunikasi. Secara harfiah, komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksudkan dapat dipahami. Arti lain dari komunikasi adalah hubungan atau kontak. Ada dua tujuan, mengapa masalah komunikasi perlu dibahas dan disampaikan kepada para teknisi lapangan, yaitu : 1. 2. Untuk memenuhi tuntutan pelanggan yang terus meningkat, sehingga diharapkan pelanggan akan merasa puas dengan pelayanan yang kita berikan. Untuk memenuhi tujuan perusahaan di tengah-tengah kompetisi mendapatkan pekerjaan yang semakin berat. Apabila komunikasi yang tidak baik terus berlangsung di suatu perusahaan, maka akan menyebabkan perusahaan sulit mendapat pekerjaan. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap seluruh karyawan yang ada di perusahaan tersebut, terutama pengaruh pada kesejahteraan dan kualitas hidup karyawan. Dalam berkomunikasi juga terkandung unsur etika komunikasi, dapat dilakukan dengan berbagai cara dan perlu teknik-teknik tertentu. Beberapa cara berkomunikasi yang lazim kita laksanakan adalah : 1. Berbicara (komunikasi oral) face to face, yaitu komunikasi yang dilakukan secara langsung bertatap muka antara dua orang atau lebih.

31

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

2. Tertulis dan surat menyurat (verbalistik), yaitu komunikasi dengan cara tertulis yang dilakukan tanpa melalui tatap muka atau dengan bertatap muka. 3. Telekomunikasi, yaitu komunikasi jarak jauh (tanpa melalui tatap muka) dengan menggunakan media peralatan kawat (telegrap, telepon, faksimile, radio, televisi). Dengan demikian dapat dilakukan secara oral maupun secara tertulis. 4. Media, yaitu komunikasi yang dilaksanakan dengan menggunakan media tertentu, misalnya media cetak (koran, brosur, pamplet, leaflet, majalah, selebaran dll) dan media elektronik.

32

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Test Formatif 4:

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Jelaskan apakah yang dimaksud dengan Etos Kerja ? Faktor eksternal apa sajakah yang bisa membuat etos kerja naik ? (Minimal 3) Faktor eksternal apa sajakah yang bisa membuat etos kerja turun? (Minimal 3) Apakah yang dimaksud dengan Etika? Sebutkan hal-hal yang mempengaruhi etika kerja secara umum. Seorang teknisi lapangan harus memiliki teknik komunikasi dalam melaksanakan pekerjaannya, jelaskan ! Komunikasi yang lazim kita lakukan ada beberapa cara, sebutkan ! Jelaskanlah cara berkomunikasi dengan menggunakan media !

Karang Baru, 27 September 2010 Mengetahui, Kepala SMKN 2 Karang Baru Guru Mata Pelajaran

Drs. Badrun, M.Pd NIP. 1962 0214 198603 1 009

Mbergehkin, ST NIP. 19770528 20 10031002

33

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

DAFTAR PUSTAKA
1. 2. 3. Drs. Heru Subagyo, Keselamatan Kerja, APEI-JATIM 2000 Dr. Suma`mur P.K, MSc CV Hasimassagung Jakarta 1987 Internet

34

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Kunci Jawaban Test Formatif 1 : 1. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolaannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. 2. Pengertian K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) adalah secara filosofis suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adil dan makmur. Secara keilmuan adalah merupakan ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Atau : Keselamatan dan Kesehatan Kerja secara praktisnya adalah upaya perlindungan agar tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat selama melakukan pekerjaan ditempa kerja, serta melakukan pekerjaan di tempat kerja maupun sumber dan proses produksi dapat secara aman dan efisien dalam pemakaiannya.

3. Tujuan Keselamatan dan kesehatan kerja :


4. Setiap tenaga kerja dan orang lainnya yang berada di tempat kerja mendapat Setiap sumber produksi dapat dipakai, dipergunakan secara aman dan efisien. Proses produksi berjalan lancar. perlindungan atas keselamatannya.

Sejarah pencegahan kecelakaan akibat kerja : Pada abad ke 18 sebagai penemuan teknologi baru, perindustrian tekstil dari rumahan berubah menjadi industri pabrik, tenaga kerja banyak di butuhkan sehingga dikerahkan anak anak menjadi tenaga kerja dengan alasan upah yang relatif murah.

Kemudian dialihkan kepada masalah keselamatan. Meningkatnya tenaga, kecepatan dan makin banyaknya pemakaian mesin menyebabkan tambah berbahayanya pekerjaan pabrik. Pada tahan 1844 di Manchester terdapat banyak orang-orang cacat, penduduknya mirip serdadu pulang perang. Pemilik pabrik sama sekali tidak bertanggung jawab atas kecelakaan dan cacat yang terjadi. Tetapi pada tahun yang sama yaitu 1844 disahkanlah Undang Undang Pabrik (Factory Act), ini adalah gerakan keadilan yang merupakan kerja sama diantara mereka yang berhati kemanusiaan, pengawas, negarawan, anggota perlemen, wartawan dan lain sebagainya. 5. Usaha-usaha yang perlu di lakukan untuk tindakan pencegahan terjadinya kecelakaan kerja adalah : 1. Mempersiapkan pekerja untuk dapat bekerja dengan aman dengan cara : a. Memberikan penjelasan dan contoh bagaimana melaksanakan suatu pekerjaan. 35

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

b. c. d.

Memberikan penjelasan dan contoh bagaimana suatu pekerjaan harus dikerjakan dengan aman. Menjelaskan peralatan kerja dan alat-alat keselamatan kerja yang dipakai, termasuk cara penggunaannya. Menjelaskan tentang tempat dan jenis pekerjaan yang mempunyai tingkat bahaya tinggi dan menjelaskan upaya penanganan serta pencegahannya agar tidak timbul kecelakaan.

e. f. g. h.

Memberikan buku pedoman keselamatan kerja. Memasang poster, slogan, spanduk dll di tempat tertentu dan di tempat kerja. Memberikan pendidikan dan pelatihan keselamatan kerja. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan dan melakukan koreksi serta bimbingan terhadap kesalahan dalam bekerja, sehingga pekerja dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik.

i. j.

Peraturan perundang undangan (ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi kerja, perencanaan, pemeriksaan kesehatan pekerja) Standarisasi (Ketentuan memenuhi syarat standarisasi keselamatan kerja pada tempat kerja, misalnya peralatan industri, kebersihan lingkungan dan perlengkapan diri.

k. l.

Pengawasan (Pengawasan tentang peraturan keselamatan kerja yang telah diwajibkan) Penelitian Statistik (penyelidikan mengenai kecelakaan yang sering terjadi dan penyebab kecelakaan)

m. Penelitian Psikologis (Penyelidikan pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan. n. Pelatihan bagi tenaga kerja untuk menggunakan peralatan Keselamatan kerja 2. Menyiapkan prasarana dan sarana kerja yang memadai :

a. Tempat kerja yang memadai dan memenuhi ketentuan keselamatan kerja. b. Penempatan mesin dengan jarak tertentu sehingga para pekerja dapat bergerak
leluasa dan keselamatan kerja terjamin.

c. Menyiapkan alat-alat yang cukup dan dalam kondisi baik. d. Mesin-mesin harus terlindungi dengan baik sehingga tidak membahayakan pekerja. e. Ruangan untuk berjalan bagi pekerja harus cukup lebar. f. Alat-alat kerja harus disimpan di tempat yang aman dan harus terpelihara dengan
baik. 6. Jika terjadi kecelakaan harus di selidiki dan di analisa karena berfungsi untuk : Menentukan siapa yang bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan Mencegah terulangnya peristiwa yang serupa.

36

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

7.

Sasaran dari keselamatan kerja : 1. Unsur manusia :

a.

Merupakan upaya preventif agar tidak terjadi kecelakaan atau

paling tidak untuk menekan timbulnya kecelakaan menjadi seminimal mungkin (mengurangi terjadinya kecelakaan).

b. c. d. e.
2. Unsur pekerjaan : a.

Mencegah atau paling tidak mengurangi timbulnya cidera, penyakit,

cacat bahkan kematian yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja. Menyediakan tempat kerja dan fasilitas kerja yang aman, nyaman

dan terjamin sehingga etos kerja tinggi, produktifitas kerja meningkat. Penerapan metode kerja dan metode keselamatan kerja yang baik

sehingga para pekerja dapat bekerja secara efektif dan efisien. Untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja.

Mengamankan tempat kerja, peralatan kerja, material (bahan-bahan), konstruksi, instalasi pekerjaan dan berbagai sumber daya lainnya.

b. Meningkatkan produktifitas pekerjaan dan menjamin kelangsungan produksinya. c. Terwujudnya tempat kerja yang aman, nyaman dan terjamin kelangsungannya. d. Terwujudnya pelaksanaan pekerjaan yang tepat waktu dengan hasil yang baik dan
memuaskan. 3. Unsur perusahaan :

a.

Menekan

beaya

operasional

pekerjaan

sehingga

keuntungan menjadi lebih besar, perusahaan bisa lebih berkembang dan kesejahteraan karyawan dapat ditingkatkan.

b.
banyak.

Mewujudkan kepuasan pelanggan (pemberi kerja)

sehingga kesempatan perusahaan untuk mencari dan mendapatkan pekerjaan lebih

c.
8. keselamatan kerja :

Terwujudnya perusahaan yang sehat.

3 (tiga) alasan yang paling mendasar mengapa perusahaan memerlukan manajemen 1. Alasan Hukum (Legal Complience) Pemerintah Republik Indonesia mengatur masalah keselamatan kerja diperusahaan tertuang pada UU No. 1 Tahun 1970. Undang Undang ini merupakan dasar pengelolaan keselamatan kerja. Disamping itu, juga tertuang dalam Keputusan Menteri Pertambangan No.555k/26/M.PE/1995. Keputusan ini lebih jauh mengatur keselamatan kerja di tambang. Kedua peraturan diatas, disamping peraturan lainnya, menuntut para pemimpin perusahaan memenuhi peraturan tersebut. 2. Alasan Ekonomi (Business Reason)

37

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Semua perusahaan bisnis adalah profit yang menjadi target utama. Mengendalikan bahaya berarti mengurangi resiko kecelakaan, dan ini berarti membantu menaikkan profit perusahaan. 3. Alasan Moral (Moral Complience) Dalam Undang Undang Dasar Tahun 1945 ( UUD 1945 ), dikatakan bahwa Tiap tiap warga negara berhak mendapat pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Hal ini berarti lingkungan kerja yang nyaman, bersih, sehat dan hygiene adalah tuntutan yang tidak dapat ditawar lagi dalam meningkatkan suasana pekerjaan yang layak bagi karyawan. 9. Klasifikasi penyebab Kecelakaan akibat kerja menurut Organisasi perburuhan internasional (ILO) : 1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan jatuh 2. Mesin Alat angkut dan alat angkat Peralatan lain Bejana Dapur pembakar dan pemanas Instalasi pendingin kecualikan alat-alat listrik. 3. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan Patah tulang Instalasi listrik (Motor listrik, tetapi di Mesin angkat dan peralatannya Alat angkutan diatas rel Alat angkut lain yang beroda Pembangkit tenaga Mesin penyalur Mesin mesin pertanian Mesin mesin pertambangan Terjepit oleh benda Pengaruh suhu tinggi Terkena arus listrik Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi. Terjatuh Tertimpa benda jatuh Tertumbuk atau terkena benda-benda, terkecuali benda

Klasifikasi menurut penyebab kecelakaan

38

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

4. -

Dislokasi/keseleo Regang otot Amputasi Luka-luka lain Luka bakar Kepada Badan Anggota atas Anggota bawah

Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka tubuh

10. Penyebab terjadinya kecelakan di tinjau dari faktornya internal dan faktor eksternal :
1. Faktor internal atau faktor yang berasal dari pekerja sendiri (individual) yang meliputi : a. b. c. Kecenderungan seseorang untuk mendapatkan kecelakaan, apabila sedang Kemampuan dan kecakapan seseorang yang terbatas dan tidak berimbang Sikap dan perilaku yang tidak baik dalam melaksanakan pekerjaan misalnya melaksanakan pekerjaan tertentu. dengan pekerjaan yang ditangani. merokok di tempat yang membahayakan, bekerja sambil bercanda, tidak mematuhi peraturan,keselamatan kerja dsb. 2. Faktor eksternal atau faktor dari luar (lingkungan sekitar) yang disebabkan oleh : a. b. c. d. e. f. Pendelegasian dan pembagian tugas kepada para pekerja yang tidak Jenis pekerjaan yang ditangani mempunyai resiko kecelakaan cukup tinggi Prasarana dan sarana kerja yang tidak memadai. Upah dan kesejahteraan karyawan yang rendah. Timbulnya gejolak sosial, ekonomi dan politik yang mengakibatkan Lingkungan dan peralatan kerja yang tidak memenuhi standar keselamatan proporsional dan kurang jelas. (rentan).

munculnya keresahan pada para pekerja. kerja, misalnya lantai berair dan licin, ruangan kerja berdebu, ruangan kerja bersuhu tinggi, mesin-mesin yang tidak dilindungi, kondisi hujan, peralatan kerja rusak. Kunci Jawaban Test Formatif 2 : 1. Pengertian Kesehatan kerja : Spesialisasi dalam ilmu higiene beserta prakteknya yang dengan mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab penyakit kwalitatif dan kwantitatif dalam lingkungan kerja hasilnya

39

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada lingkungan, agar pekerja dan masyarakat sekitar suatu perusahaan terhindar dari bahaya akibat kerja serta dimungkinkan mengecap derajat kesehatan setinggi-tingginya.

2. Kondisi-kondisi kesehatan yang menyebabkan rendahnya produktivitas kerja:


1. Penyakit Umum Baik pada sektor pertanian, maupun sektor pertambangan, industri, dan lain-lainnya, penyakit yang paling banyak terdapat adalah penyakit infeksi, penyakit endemik dan penyakit parasit. 2. Penyakit Akibat Kerja Penyakit seperti pada tenaga kerja. 3. Kondisi Gizi Keadaan gizi pada buruh-buruh menurut pengamatan yang pernah dijalankan sering tidak menguntungkan ditinjau dari sudut produktivitas kerja. Adapun keadaan gizi kurang baik dikarenakan baik dikarenakan penyakit-penyakit endemis dan parasitis, kurangnya pengertian tentang gizi, kemampuan pengupahan yang rendah, dan beban kerja yang terlalu besar. 4. Lingkungan Kerja Lingkungan kerja sering kurang membantu untuk produktivitas optimal tenaga kerja. Keadaan suhu, kelembaban, dan gerak udara memberikan suhu efektif diluar kenikmatan kerja. 5. Perencanaan Perencanaan atau pemikiran tentang penserasian manusia dan mesin serta perbaikan cara kerja sesuai dengan modernisasi yang berprinsip sedikit-dikitnya energi tetapi setinggi-tingginya output kerja pada umumnya belum diketahui. Untuk mengatasi pengaruh buruk, dari kondisikondisi kesehatan kepada pembangunan tanah air, khususnya meliputi sektor tenaga kerja produktif, maka perlu dibina keahlian higiene perusahaan dan kesehatan kerja sebagai inti keahlian. Dan perlu dibina keahlian tenaga kesehatan pada tingkat perusahaan dan perlu ditingkatkan pengerahan tenaga-tenaga kesehatan kedalam sektor produksi pneumoconioses, dermatoses akibat kerja, keracunan-keracunan bahan kimia, gangguan-gangguan mental psikologi akibat kerja, dan lain-lain benar-benar terdapat

3. Sebutkan Jenis jenis penyakit yang umum di jumpai di perusahaan yang menyebabkan
rendahnya produktivitas kerja : Penyakit umum seperti infeksi, jamur dan lain lain, Infeksi saluran pernafasan, sakit mata, keracunan bahan kimia, sakit perut, pusing. Kondisi gizi yang buruk disebabkan rendahnya tingkat kesejahteraan pekerja. Kondisi lingkungan kerja yang tidak higiens. Misalnya lembab gelap dan lain lain

4. Keselamatan dan kesehatan kerja di Indonesia di atur melalui undang-undang dan keputusan
Menteri Tenaga Kerja : Undang-Undang No. 14 tahun 1969. Tentang Ketentuan Pokok Mengenai Undang-Undang No. 1. tahun 1970. Tentang Keselamatan Kerja 40 Ketenagakerjaan.

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per. 04/Men/1980 tentang

syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

5. Isi obat-obatan dalam kotak PPPK (P3K) yang ada di sekolah, dan jelaskan fungsinya :
Betadhine Perban Kapas fungsinya obat luka fungsinya membalut luka fungsinya membersihkan dan melap luka

Alkohol fungsinya menyeterilkan luka dari kuman Test Formatif 3 :

1.

Dasar hukum mengenai persyaratan keselamatan listrik tertuang pada Permen a. No.Per.04/MEN/1988 Tidak menggunakan tenaga terlatih.

Tenaga Kerja adalah : 2. 3. 4. kelistrikan, Pakaian kerja, merupakan perlengkapan utama yang berfungsi untuk melindungi diri. Harus dipilih yang memenuhi syarat (tidak terlalu longgar atau ketat) dan harus dapat menyerap keringat. Sabuk pengaman, berfungsi sebagai pengaman bagi pekerja pada saat memanjat dan melaksanakan pekerjaan di ketinggian, misalnya : pekerjaan tower listrik, serandang gardu induk, pemasangan lampu di gedung-gedung yang tinggi dll. isolator (penyekat). Alat penutup telinga berfungsi untuk melindugi telinga dari kebisingan atau kemasukan debu. Sarung tangan berfungsi melindungi tangan dari benda tajam, panas atau terlalu dingin. Topi/helm, berfungsi untuk melindungi kepala dari benturan dan kejatuhan benda (material) maupun peralatan kerja. Sepatu kerja berfungsi untuk melindungi kaki dari benda-benda tajam. Pada umumnya terbuat dari karet, kulit atau bahan lain yang bersifat Berikut ini adalah Prinsip prinsip keselamatan pemasangan listrik, Kecuali : c. Peraturan Umum Instalasi Listrik dalam kelistrikan sering disingkat dengan : a. PUIL Alat-alat perlindungan diri dalam melaksanakan pekerjaan

41

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Kacamata berfungsi untuk melindungi mata dari cahaya yang tajam, debu, udara yang berpolusi dan kotoran lain yang dapat menyebabkan ganguan dan kerusakan pada mata.

5.
ketenagalistrikan :

Ketentuan mengenai persyaratan keselamatan kerja bidang Instalasi listrik yang telah selesai dipasang harus diperiksa dan diuji sebelum dialiri listrik oleh pegawai pengawas spesialis lstrik. Instalasi listrik yang telah dialiri listrik, instalatir masih terikat tanggung-jawab satu tahun atas kecelakaan termasuk kebakaran akibat kesalahan pemasangan instalasi. Harus ada pemeriksaan yang rutin terhadap isolator. Isolator yang retak, terutama untuk tegangan menengah dan / atau tegangan tinggi yang dapat mengakibatkan gangguan pada pengusahaan atau dapat menimbulkan kecelakaan. Seluruh instalasi listrik, tidak hanya bagian yang mudah terkena gangguan saja, tetapi juga pengaman, pelindung dan perlengkapannya harus terpelihara dengan baik.

Jangan membiarkan instalasi yang aus, penuaan atau mengalami kerusakan. Segera dilakukan penggantian. Isolator saklar minyak, transformator dan sebagainya pada waktunya harus dibebaskan dari air, debu dan arang dan zat asam, antara lain dengan cara penyaringan. Perlengkapan seperti relai lebih cepat terganggu kerusakannya. Oleh sebab itu harus sering dilakukan pengujian terhadapnya. Dalam melakukan pemeliharaan, dilarang menggunakan perkakas kerja dan bahan yang magnetic dekat dengan medan magnet perlengkapan listrik. Pelindung dan pengaman, yang selama pemeliharaan dibuka / dilepas, harus dipasang kembali pada tempatnya. Dilarang menyimpan bahan yang mudah terbakar di daerah yang dapat membahayakan instalasi listrik.

Test Formatif 4:

1.

Yang dimaksud dengan Etos Kerja : Pandangan hidup yang khas dari suatu golongan sosial. Sedangkan yang dimaksud etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau kelompok.

2.

Faktor eksternal apa sajakah yang bisa membuat etos kerja naik 42

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Pekerjaan yang akan ditangani, memberikan gambaran prospek yang baik dan jelas Suasana kerja yang menyenangkan, kerjasama antara individu maupun kelompok kerja terencana dengan rapi dan berjalan dengan baik Tersedianya peralatan dan material kerja yang mencukupi Adanya pengakuan dan perlakuan yang proporsional terhadap prestasi kerja karyawan Jika timbul masalah pekerjaan, cara mengatasinya dilaksanakan dengan sebaikbaiknya

3.

Faktor eksternal apa sajakah yang bisa membuat etos kerja turun Prospek pekerjaan yang kurang jelas dan tidak memberikan harapan untuk berkembang Suasana kerja yang tidak menyenangkan dan membosankan karena hubungan antara individu maupun kelompok yang tidak harmonis Banyaknya hambatan dalam melaksanakan pekerjaan yang disebabkan oleh : Peralatan kerja yang kurang lengkap Material kurang lengkap atau sering datang terlambat Perencanaan yang kurang baik, sehingga terjadi bongkar pasang pekerjaan Koordinasi kerja yang kurang baik

4.

Yang dimaksud dengan Etika : Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral. Arti lainnya dari istilah etika ialah kumpulan azas atau nilai yang berkenaan dengan ahklak atau nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

5.

Hal-hal yang mempengaruhi etika kerja secara umum. Etos kerja tinggi, disiplin dalam bekerja, jujur pada diri sendiri dan pada orang lain, bertutur kata dan bertingkah laku sopan, mematuhi perintah pimpinan, mempunyai rasa memiliki (self belonging) terhadap pekerjaan dan perusahaan, serta mematuhi peraturan dan tata tertib yang berlaku.

6.

Komunikasi yang lazim kita lakukan ada beberapa : Berbicara (komunikasi oral) face to face, yaitu komunikasi yang dilakukan secara langsung bertatap muka antara dua orang atau lebih. Tertulis dan surat menyurat (verbalistik), yaitu komunikasi dengan cara tertulis yang dilakukan tanpa melalui tatap muka atau dengan bertatap muka. Telekomunikasi, yaitu komunikasi jarak jauh (tanpa melalui tatap muka) dengan menggunakan media peralatan kawat (telegrap, telepon, faksimile, radio, televisi). Dengan demikian dapat dilakukan secara oral maupun secara tertulis. Media, yaitu komunikasi yang dilaksanakan dengan menggunakan media tertentu, misalnya media cetak (koran, brosur, pamplet, leaflet, majalah, selebaran dll) dan media elektronik.

43

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

7.

Cara berkomunikasi dengan menggunakan media yaitu komunikasi yang dilaksanakan dengan menggunakan media tertentu, misalnya media cetak (koran, brosur, pamplet, leaflet, majalah, selebaran dll) dan media elektronik.

44

You might also like