You are on page 1of 18

Pentingnya Guru Menguasai Keterampilan Menyusun Instrumen Penilaian

Disusun Untuk Memenuhi tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Dosen Pengampu : Trimo S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh : Nama Kelas NPM : Septi Dewi Sartika : VF : 10120315

IKIP PGRI SEMARANG FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR TAHUN AJARAN 2012/2013
i

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah saya panjatkan puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya saya dapat menyeleseikan makalah ini sampai akhir. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas tambahan dari mata kuliah Evaluasi Pembelajaran. Didalam makalah ini penulis mendapat tugas untuk mengidentifikasi pentingnya keterampilan guru dalam menyusun instrumen penilaian. Makalah ini penulis susun secara sistematis dimulai dari pengertian penilaian, evaluasi ,tes dan pengukuran untuk membuat persamaan persepsi antar pembaca dan penulis. Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Allah SWT 2. Keluarga dan kerabat yang telah memberikan dukungan atas selesainya makalah ini 3. Bapak Trimo S.Pd M.Pd yang telah membimbing saya dalam menyusun makalah ini 4. Teman teman kelas 5 F yang telah banyak memberi pengalaman saya dalam belajar Evaluasi Pembelajaran Akhir kata Tak ada gading yang tak retak karena itu penulis sangat terbuka atas saran atau kritik dari pembaca sekalian.

Semarang, 23 Januari 2013

Penyusun

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di akhir semester, biasanya para guru diminta untuk memberikan penilaian hasil belajar siswa selama satu semester. Penilaian ini akan masuk ke laporan hasil belajar siswa atau rapor yang akan dibagikan oleh wali kelas kepada orangtua siswa. Karena itu seorang guru dituntut untuk menguasai kemampuan memberikan penilaian kepada para peserta didiknya. Kemampuan ini adalah kemampuan terpenting dalam evaluasi pembelajaran. Dari penilaian itulah seorang guru dapat mengetahui kemampuan yang telah dikuasai oleh para peserta didiknya. Didalam blog Akhmad Sudrajat, dituliskan bahwa banyak orang sering mencampuradukan pengertian antara evaluasi, pengukuran, tes, dan penilaian, padahal keempatnya memiliki pengertian yang berbeda. Evaluasi adalah kegiatan mengidentifikasi untuk melihat apakah sutu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula untuk melihat tingkat efesiensi pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan dengan keputusan nilai (value judgement). Strufflebeum (Abin Syamsudin Makmunn, 1996) mengemukakan bahwa : educational evaluation is the process of delineating, obtaining, and providing useful, information for judging decision alternative. Dari pandangan Strufflebeum, kita dapat melihat bahwa esensi dari evaluasi yaitu memberi informasi bagi kepentingan pengambilan keputusan. Pengukuran (measurement) adalah aproses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan dimana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu. Tes adalah cara penilaian yang dirancang oleh guru dan dilaksanakan kepada peserta didik pada waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang harus memenuhi syaratsyarat tertentu yang jelas. Sedangkan penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau

ii

/ ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa penilaian kualitatif ( pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Dari definisi diatas dapat kita lihat bahwa penilaian itu dapat mencakup pengukuran dan pemberian tes untuk memperoleh informasi tentang sejauhmana pengetahuan peserta didik terhadap pembelajaran, yang kemudian dievaluasi untuk mencari informasi apakah program tersebut sudah sesuai tujuan pembelajaran atau tidak. Berdasarkan informasi itu, dapat dibuat keputusan tentang pembelajaran, kesulitan peserta didik dan upaya bimbingan yang diperlukan serta keberadaan kurikulum itu sendiri. Jadi keterampilan guru merancang penilaian sangat penting dalam proses pembelajaran untuk menemukan the best moment peserta didik dalam menemukan potensi unik yang dimilikinya

B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana keterampilan guru dalam membuat instrumen penilaian dapat berpengaruh pada perkembangan siswa?

C. Tujuan 1. Mengetahui keterampilan guru dalam membuat instrumen penilaian dapat berpengaruh pada perkembangan siswa

BAB II PEMBAHASAN A. Filosofi Penilaian Penilaian dapat menjadi salah satu aspek yang paling sulit dalam mengajar. Salah satu kesulitan dalam membuat instrumen penilaian adalah kebingungan antara apa pengaruh penilaian dengan tujuan sesungguhnya. Pada umumnya masyarakat

menganggap bahwa penilaian adalah tes-tes yang dikerjakan oleh peserta didik dan bertumpu pada hasil akhir yaitu angka perolehan nilai, sedangkan bagi peserta didik penilaian sering dianggap sebagai sarana bersaing dengan teman-teman sekelas untuk menunjukan seberapa hebat dirinya dapat memperoleh skor yang tinggil. Semakin tinggi nilai angka yang diperoleh peserta didik semakin bangga peserta didik tersebut, padahal hal tersebut tidak akan ada artinya jika tanpa tahu tujuan penilaian sesungguhnya. Pada dasarnya penilaian itu adalah lebih dari sekedar menuliskan angka nilai. Penilaian harus memberikan guru informasi terperinci yang dapat dibagi dengan orangtua peserta didik. Lebih jauh lagi, penilaian yang dilakukan sepanjang tahun ajaran berlangsung akan mengukur kemajuan yang telah dicapai peserta didik, menunjukan kelebihan dan kelemahan peserta didik, dan memungkinkan guru dapat memeriksa sejauh mana siswa memahami pelajaran yang diberikan.

B. Jenis-jenis penilaian 1. Penilaian formatif digunakan untuk mengevaluasi pemahaman siswa terhadap bahanbahan pelajaran selama dan setelah pelajaran disampaikan. Penilaian formatif adalah bagian vital dari proses pengajaran karena menyediakan sarana bagi guru untuk memperbaiki metode-metode pengajaran sesuai dengan yang dibutuhkan. Apabila jelas terlihat siswa tidak mampu menangkap apa yang diajarkan, guru memahami pelajaran dengan lebih baik. 2. Penilaian Sumatif dilakukan pada poin-poin tertentu selama proses pembelajaran: pada awal unit pelajaran, pada akhir unit pelajaran, pada akhir unit pelajaran, sebagai penanda ( tanda kemampuan masing-masing siswa) selama tahun ajaran berlangsung. Evaluasi menunjukan kemajuan dan perkembangan siswa menuju sasaran yang telah dapat

ditetapkan oleh pemerintah / dinas pendidikan. Penilaian ini termasuk tes-tes standar nasional, tes akhir unit pelajaran, tes akhir bab, dan tes akhir semester. Umumnya ujian berbentuk soal pilihan berganda, isian, memasangkan, atau esai standar. 3. Penilaian kinerja otentik memungkinkan siswa menunjukan ilmu dan keterampilan yang telah dipelajarinya dengan cara bermakna. Seringkali siswa diminta menerapkan ilmunya dalam situasi yang nyata atau situasi sehari-hari.

C. Pentingnya keterampilan menyusun penilaian bagi guru Seorang guru dituntut untuk menguasai kemampuan memberikan penilaian kepada peserta didiknya. Kemampuan ini adalah kemampuan terpenting dalam evaluasi pembelajaran. Dari penilaian itulah seorang guru dapat mengetahui kemampuan yang telah dikuasai oleh para peserta didiknya. Selain itu seorang guru harus mengetahui kompetensi dasar (KD) apa saja yang telah dikuasai oleh peserta didik dan segera mengambil tindakan perbaikan ketika nilai peserta didiknya lemah atau kurang sesuai dengan harapan. Dari penilaian yang dilakukan oleh guru itulah, guru melakukan perenungan diri dari apa yang telah dilakukan. Setiap siswa adalah juara, dan guru harus mampu mengantarkan peserta didiknya menjadi seorang juara di bidangnya. Menurut Prof. Dr. H. Arief Rachman, M.Pd bahwa, ada 4 kesadaran yang penting bagi seorang guru atau pendidik dalam memberikan penilaian. Keempat kesadaran itu adalah: 1) 2) 3) 4) Sense of goal (tujuan) Sense of regulation (keteraturan) Sense of achievement (berprestasi) Sense of harmony (keselarasan) Berangkat dari keempat kesadaran itulah seharusnya seorang guru melakukan penilaian. Pendidik harus sudah tahu tujuan penilaian itu adalah mengukur kemampuan

ii

atau kompetensi siswa setelah dilaksanakannya proses pembelajaran. Setelah guru melakukan penilaian akan terlihat nanti kemampuan setiap siswa setelah guru melaksanakan test atau ujian dan kemudian melakukan penilaian. Ketika guru telah memahami benar tujuan pembuatan soal yang sesuai dengan indikator dalam standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasai oleh siswa, maka guru yang bersangkutan akan dengan mudah membuat soal-soal test yang akan diujikan. Dari situlah guru melakukan bobot penilaian yang telah ditentukan lebih dahulu dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Bila semua itu telah direncanakan dengan baik, maka tujuan pembelajaran akan tercapai dan hal ini terlihat dari prestasi siswa yang menggembirakan. Untuk mengetahui apakah peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan tentunya harus didukung oleh instrumen penilaian yang sesuai dengan karakteristik tujuan (termasuk standar kompetensi maupun kompetensi dasar) berkala dan berkesinambungan. Di samping itu bukan hanya menilai secara parsial, melainkan secara menyeluruh yang meliputi proses dan hasil belajar yang mencakup wawasan pengetahuan, sikap dan keterampilan sosial yang dicapai siswa. Oleh karenanya penilaian merupakan bagian keseluruhan dari proses pembelajaran sehingga hasil penilaian dapat menggambarkan kemampuan atau prestasi belajar peserta didik secara menyeluruh dan sesungguhnya.

Agar proses pembelajaran dapat terkonsepsikan dengan baik, maka seorang guru dituntut untuk mampu menyusun dan merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan tegas. Ada tiga domain tujuan pembelajaran menurut Benjamin S.Bloom dan Krathwohl dan Masia yaitu domain kognitif, afektif dan psikomotor. Mengingat untuk mengetahui ketercapaian tujuan tersebut adalah melalui evaluasi,maka berarti evaluasi pun dilakukan untuk mengukur ketercapaian ketiga domain tersebut. Dalam implementasinya, evaluasi tersebut memerlukan yang namanya instrumen. Dengan kata lain jika seorang guru/dosen akan melakukan evaluasi, maka terlebih dahulu guru/dosen tersebut harus menyusun instrumen evaluasi. Namun dalam kenyataannya guru jarang menggunakan instrumen evaluasi yang

mengukur domain afektif, yang paling sering digunakan guru adalah instrumen evaluasi domain kognitif dan sedikit sekali yang mengukur domain psikomotor. Penilaian hasil belajar merupakan proses pengambilan keputusan tentang kemajuan belajar siswa yang dilakukan oleh guru berdasarkan informasi yang diperoleh melalui pengukuran proses dan hasil belajar siswa. Ketepatan dalam penilaian sangat tergantung kepada aspek yang hendak diukur. Apabila aspek yang hendak dikembangkan melalui matapelajaran adalah menekankan pada domain afektif, maka sudah seharusnyalah bahwa penilaian domain afektif dilakukan.

Dengan demikian penilaian hasil belajar tidak hanya mengukur hasil belajar yang berupa aspek pengetahuan saja, melainkan juga mengukur proses pembelajaran yang dilakukannya agar siswa menjadi seorang yang mempunyai nilai-nilai serta etika yang baik, baik di sekolah, di rumah, maupun di masyarakat. Penilaian hasil belajar tidak sekedar memberikan informasi kepada semua pihak; guru, siswa, orang tua, dan pengelola sekolah, tetapi pada dasarnya lebih menekankan pada kualitas informasi yang dihasilkan.

Pelaksanaan penilaian tidak hanya dilakukan secara formal berupa tes hasil penguasaan pengetahuan saja sebagai suatu produk, lebih dari itu cara penilaian lain dilakukan secara bersamaan berdasarkan tujuan dan situasi kondisinya (Martorella, 1985 : 230; Jarolimek, 1993 : 454-455; Farris, 1994 : 146; Fraenkel, 1985 : 57; Schuncke, 1988 : 115). Menurut Popham (1995), ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang. Jika seseorang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu, maka orang tersebut akan sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Seseorang yang berminat dalam suatu mata pelajaran diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu semua pendidik harus mampu membangkitkan minat semua peserta didik untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Selain itu ikatan emosional sering diperlukan untuk membangun semangat kebersamaan, semangat persatuan, semangat nasionalisme, rasa sosial, dan sebagainya. Untuk itu semua dalam merancang program pembelajaran, satuan pendidikan harus memperhatikan ranah afektif, kognitif dan psikomotorik.

ii

D. Penilaian yang dapat melejitkan bakat siswa Dalam menyusun instrumen penilaian, mengumpulkan data tentang pemahaman siswa adalah suatu langkah penting yang dilakukan guru dalam menggerakkan siswa menuju pemahaman yang penuh konsep dan standar penting. "Instruksi dan penilaian formatif yang terpisahkan. Paul Black dan Dylan Wiliam (1998, p. 143) mengemukakan bahwa Penilaian merujuk untuk semua kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam menilai diri mereka yang menyediakan informasi untuk digunakan sebagai umpan balik dalam memodifikasi kegiatan belajar mengajar. Dan kenyataanya Penilaian formatif terbukti ampuh digunakan untuk menyesuaikan pengajaran yang dapat memenuhi

kebutuhan siswa "(hal. 140). Para peneliti menemukan bahwa memperkuat penilaian formatif dapat meningkatkan prestasi siswa secara keseluruhan dan akan sangat bermanfaat bagi siswa (Black & Wiliam, 1998). Rick Stiggins, seorang pakar tentang penilaian kelas mengemukakan bahwa keterampilan guru dalam melakukan penilaian juga harus diimbangi dengan cara-cara kreatif dan inovatif. Dia menunjukan bahwa guru harus mengganti penilaian yang hanya menekankan pada pembelajaran dengan menggunakan pendekatan yang lebih seimbang, jadi guru tidak hanya menggunakan penilaian belajar tetapi juga penilaian untuk belajar yang artinya guru harus menggunakan penilaian tidak hanya untuk mengukur kemajuan peserta didik saja tetapi juga untuk memperoleh data-data yang berguna untuk menginformasikan praktek intruksional mereka sendiri( Stiggins, 2004) Berikut ini adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh guru dalam menyusun instrumen penilaian kelas yang efektif di dalam kelas : 1. Mulai Dengan Standar Semua penilaian yang dibuat di kelas atau dikelola oleh pemerintah akan berkaitan erat dengan kurikulum berdasarkan standar isi pendidikan negara. Sebagai langkah pertama, guru harus menentukan standar penilaian yang sesuai kurikulum yang

dinilai pada skala besar tes. Selanjutnya W. James Popham (2006) menunjukkan, harus ada analisis yang cermat dari subskills dan pengetahuan dalam standar-standar yang seharusnya dikuasai siswa. Artinya seorang guru harus cermat dan teliti dalam mengolah materi dan penilaian yang sesuai dengan standar pencapaian yang telah ditentukan pemerintah. Langkah ini penting dalam penilaian formatif yang akan memberikan informasi dan relevan. Setelah analisis ini selesai, guru dapat bekerja sama untuk mengembangkan materi pelajaran yang relevan secara lokal dan tugas penilaian formatif yang menarik pada modalitas belajar yang berbeda. 2. Libatkan Pelajar dalam Proses Penilaian Melibatkan peserta didik merupakan inti dari pembelajaran yang menyenangkan. selain itu penilaian ini dapat menarik minat siswa untuk terlibat dalam pembelajaran, karena mereka merasa dibutuhkan dan menjadi bagian penting dari proses pembelajaran. Peserta didik dapat terlibat dalam penilaian dengan beberapa cara seperti memberikan kesempatan mereka dengan membagikan rubrik atau dengan standar penilaian yang jelas pada pekerjaan yang akan dievaluasi. Siswa juga dapat menampilkan pekerjaan yang baik dan pekerjaan yang perlu perbaikan dan dapat diberikan arahan dalam menganalisis perbedaan antara mereka. Stiggins membayangkan "lingkungan di mana siswa menggunakan penilaian untuk memahami apa itu kesuksesan dan bagaimana seorang siswa dapat berusaha lebih baik lagi untuk waktu berikutnya" (2004, hal. 25). Penulis Marilyn Burns (2005) mengungkapkan pentingnya pertanyaan sebagai penilaian formatif yang melibatkan siswa. Dengan menggali pendapat siswa tentang baik buruk, tinggi rendah dan sebagainya baik secara lisan maupun tertulis akan membuat penalaran siswa berkembang. Strategi ini dapat membimbing siswa dalam memperbaiki dan memberikan pengalaman nyata untuk mempertajam wawasan. Hal ini juga membantu siswa merefleksikan proses berpikir mereka sendiri, praktek yang disebut metakognisi. 3. Menyediakan Tingkat Tinggi Feedback Instruksional

ii

Walaupun umpan balik guru dapat diamati di hampir setiap kelas, penggunaannya tidak selalu berfungsi sebagai alat penilaian kelas yang efektif. "Ada contoh jelas di mana guru memiliki kesadaran untuk merespons dengan cara yang akan menghambat pembelajaran siswa. Contohnya adalah seorang guru yang mencegah akses perkembangan cara berpikir siswa dengan tidak merespon secara jelas pertanyaan tak terduga yang diajukan siswa. Jadi guru hanya mencoba mengarahkan siswa ke arah jawaban yang diharapkan "(Black & Wiliam, 1998, hal. 143).

Sebaliknya, umpan balik instruksional berkualitas tinggi yang tepat waktu, berguna, dan tepatdapat diberikan sesegera mungkin setelah penilaian terjadi dan dapat mempengaruhi langkah selanjutnya dalam proses pembelajaran. Umpan balik yang berguna menurut Thomas Guskey (2005), adalah "umpan balik yang baik diagnostik dan preskriptifnya. Ini memperkuat persepsi bahwa siswa diharapkan untuk belajar, mengidentifikasi apa yang telah dipelajari dengan baik, dan menjelaskan apa yang perlu dipelajari lebih baik "(hal. 6). Apakah lisan atau tertulis, umpan balik instruksional harus menunjukkan peningkatan dan membuat siswa semakin ingin memperdalam ilmu yang telah mereka pelajari 4. Kompilasi dan Analisis Hasil Penilaian Data yang dihasilkan dari penilaian formatif dapat memberikan informasi tentang sejauh mana instruksi guru dapat berhasil dan diterima oleh siswa yang kemudian ditentukan tahap tindakan selanjutnya. Guru dapat mengkompilasi tanggapan siswa untuk mengetahui seberapa antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran dan bagaimana cara mempertahankan semangat belajar siswa dikelas.. 5. Membedakan Instruksi korektif Aspek yang paling menantang dalam menggunakan penilaian formatif adalah mengetahui apa yang harus dilakukan dengan hasil penilaian . Hasil penilaian yang menunjukkan siswa tidak belajar konsep penting atau keterampilan akan digunakan untuk instruksi korektif dan kesempatan tambahan bagi siswa untuk menunjukkan hasil belajarnya.

"Agar optimal dan efektif, koreksi secara kualitatif harus berbeda dari ajaran awal," kata Thomas Guskey (2005, hal.6). "Hanya sedikit perbedaan hasil pengajaran dengan dalam variasi yang besar dalam belajar siswa" (hal. 2). Jika instruksi langsung digunakan untuk pelajaran awal, pelajaran korektif yang memuat penggunaan Manipulatif atau kegiatan kinestetik mungkin tepat. Siswa dapat dikelompokkan sehingga mereka yang telah paham dalam pembelajaran diberikan kegiatan untuk mengerjakan pngayaan sedangkan mereka yang masih membutuhkan waktu unutk memahami disediakn tindak lanjut. Tujuannya adalah semua siswa mampu belajar optimal dengan menggunakan berbagai strategi pengajaran. E. Manfaat penilaian a. Manfaat penilaian bagi guru 1. Dengan melaksanakan penilaian, guru akan memperoleh data tentang kemajuan belajar siswa. 2. Guru akan mengetahui apakah materi yang diajarkannya sudah sesuai atau tidak dengan kemampuan siswa, sehingga dapat dijadikan pertimbangan untuk menentukan materi pelajaran selanjutnya. 3. Dengan melaksanakan penilaian guru akan dapat mengetahi apakah metode mengajar yang digunakannya sudah sesuai atau tidak. 4. Hasil penilaian dapat dimanfaatkan guru untuk merlaporkan kemajuan belajar siswa kepada orang tua/wali siswa b. Manfaat penilaian bagi siswa 1. Hasil penilaian dapat menjadi pendorong siswa agar belajar lebih giat. 2. Hasil penilaian dapat dimanfaatkan siswa untuk mengetahui kemajuan belajarnya. 3. Hasil penilaian merupakan data tentang apakah cara belajar yang dilaksanakannya sudah tepat atau belum. c. Manfaat Penilaian bagi Lembaga/Sekolah

ii

1. Hasil penilaian dapat dimanfaatkan sekolah untuk mengetahui apakah kondisi belajar mengajar yang dilaksanakan sekolah sudah sesuai dengan harapan atau belum. 2. Hasil penilaian merupakah data yang dapat dimanfaatkan sekolah untuk merencanakan pengembangan sekolah pada masa yang akan datang. 3. Hasil penilaian merupakan bahan untuk menetapkan kebijakan dalam upaya meningkatkan kualitas sekolah.

BAB III PENUTUP A . Kesimpulan Seorang guru dituntut untuk menguasai kemampuan memberikan penilaian kepada peserta didiknya. Kemampuan ini adalah kemampuan terpenting dalam evaluasi pembelajaran. Dari penilaian itulah seorang guru dapat mengetahui kemampuan yang telah dikuasai oleh para peserta didiknya. Selain itu seorang guru harus mengetahui kompetensi dasar (KD) apa saja yang telah dikuasai oleh peserta didik dan segera mengambil tindakan perbaikan ketika nilai peserta didiknya lemah atau kurang sesuai dengan harapan. Dari penilaian yang dilakukan oleh guru itulah, guru melakukan perenungan diri dari apa yang telah dilakukan. Setiap siswa adalah juara, dan guru harus mampu mengantarkan peserta didiknya menjadi seorang juara di bidangnya. ada 4 kesadaran yang penting bagi seorang guru atau pendidik dalam memberikan penilaian. Keempat kesadaran itu adalah: 1) 2) 3) 4) Sense of goal (tujuan) Sense of regulation (keteraturan) Sense of achievement (berprestasi) Sense of harmony (keselarasan)

Berangkat dari keempat kesadaran itulah seharusnya seorang guru melakukan penilaian. Pendidik harus sudah tahu tujuan penilaian itu adalah mengukur kemampuan atau kompetensi siswa setelah dilaksanakannya proses pembelajaran. Setelah guru melakukan penilaian akan terlihat nanti kemampuan setiap siswa setelah guru melaksanakan test atau ujian dan kemudian melakukan penilaian.

B . Saran 1. Dalam melakukan penilaian seorang guru hendaknya lebih kreatif dalam menyusun instrumen penilaian yang dapat memuat 3 ranah yaitu kognitif, afektif fan psikomotorik yang sesuai dengan perkembangan jaman dan kemajuan tekhnologi 2. Penilaian berbasis multiple intelegency patut dipertimbangkan

ii

Daftar Pustaka 1. Kusumah, Wijaya.2012. Menjadi Guru yang Tangguh.Jakarta : Indeks 2. Emma, Dyan M. Guru dan Kelas Cemerlang.Jakarta:Indeks 3. Camelia, Umi. Kemampuan Guru Dalam Membuat Instrumen Penilaian Domain Afektif Pada Mata Pelajaran Pkn Di Smp Negeri Se-Kabupaten Ogan Ilir.Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Skripsi tidak diterbitkan: Palembang: Universitas Sriwijaya 4. Chotimah,Umi. Laporan Instrumen Penilaian Domain Afektif.:Universitas Sriwijaya

You might also like