You are on page 1of 71

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan proses belajar mengajar dapat diukur dari keberhasilan siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari tingkat pemahaman materi dan prestasi belajar siswa. Semakin tinggi pemahaman materi dan prestasi belajar, maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. Pembelajaran yang pasif akan menghambat kreatifitas pola pikir siswa dalam memahami suatu konsep. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran matematika siswa dituntut benar-benar aktif, sehingga daya ingat siswa tentang apa yang telah dipelajari akan lebih baik. Suatu konsep akan lebih mudah dipahami dan diingat oleh siswa bila konsep tersebut disajikan melalui prosedur dan langkah-langkah yang tepat, jelas dan menarik. Permasalahan lain pembelajaran matematika yang ditemukan adalah faktor guru dan materi ajar. Mengingat pentingnya belajar matematika, seorang guru matematika dituntut untuk memahami dan mengembangkan suatu metode pengajaran di dalam kelas untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Hal ini juga bertujuan agar dapat mengurangi rasa jenuh pada siswa dan juga rasa takut. Untuk mengantisipasi masalah tersebut, maka perlu dicarikan formula pembelajaran yang tepat, sehingga dapat meningkatkan keaktifan dan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran matematika. Para guru terus

berusaha menyusun dan menerapkan berbagai metode pembelajaran yang bervariasi agar siswa tertarik dan lebih aktif dalam belajar matematika. Salah satunya adalah metode pembelajaran Team Assisted Individualization. Menurut Slavin(2008:187) Team Assisted Individualization merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif dimana para siswa bekerja dalam timtim pembelajaran kooperatif dan mengemban tanggung jawab individu, saling membantu satu sama lain dalam menghadapi masalah dan saling memberi dorongan untuk maju. Metode tersebut dikolaborasikan dengan metode tutor sebaya karena di dalam proses pembelajaran tidak semua materi yang disampaikan oleh guru bisa langsung dicerna siswa. Ada sebagian siswa yang cenderung takut untuk bertanya langsung pada gurunya. Dalam metode tutor sebaya yang menjadi tutor tidak harus yang paling pandai tetapi siswa yang tuntas terhadap bahan pelajaran yang akan dibahas dan memiliki hubungan emosional yang baik, bersahabat dan menunjang situasi pemberian bimbingan(tutoring). Peran seorang tutor adalah sebagai fasilitator yang bertugas memberi bantuan. Guru hanya menjadi pengontrol keadaan siswa, motivator dan pengelola kelas yang dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Berkaitan dengan masalah-masalah di atas, setelah peneliti melakukan observasi pembelajaran yang terjadi di SMP Negeri 2 Sawit, Boyolali ditemukan permasalahan antara lain: 1) siswa cenderung kurang mampu menggunakan rumus/ konsep yang diperlukan dalam pemecahan masalah, 2)

siswa cenderung kurang aktif dalam proses pembelajaran, 3) kemampuan siswa dalam memahami konsep materi masih kurang. Bertolak dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian pembelajaran matematika melalui metode Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya di SMP Negeri 2 Sawit. Melalui metode Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa dan selanjutnya dapat meningkatkan pemahaman konsep pada pembelajaran matematika. B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, permasalahan yang akan dirumuskan adalah Adakah peningkatan pemahaman konsep matematika setelah dilakukan kegiatan pembelajaran dengan metode pembelajaran Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya peningkatan pemahaman konsep matematika setelah dilakukan pembelajaran melalui metode pembelajaran Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya.
D. Manfaat Penelitian

1.

Secara Teoritis Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan kepada pembelajaran matematika, terutama pada peningkatan pemahaman konsep siswa melalui metode pembelajaran Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya. Hal tersebut dianggap penting dan

perannya cukup besar dalam hal meningkatkan pemahaman dan prestasi dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu guru dapat menerapkan pada pembelajaran matematika. 2. Secara Praktis a. Bagi Siswa Meningkatkan pemahaman konsep matematika. Menarik perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran. Mendorong siswa berperan aktif dalam mengkonstruksi

sendiri pengetahuannya dalam menyelesaikan soal-soal matematika dengan baik b. Bagi Guru Sebagai alat bantu memperjelas konsep-konsep dalam

matematika. Membantu dalam mengembangkan metode pembelajaran

yang tepat dalam mengajarkan matematika. c. Menambah variasi dalam penyampaian materi.

Bagi Sekolah, penelitian ini memberikan sumbangan dalam rangka perbaikan metode pembelajaran matematika.

d.

Bagi Penulis, dapat memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan pembelajaran matematika melalui metode pembelajaran Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka Menurut Della Alifah (2005) dalam penelitiannya diperoleh

kesimpulan bahwa ada perbedaan hasil belajar siswa pada topik himpunan antara siswa yang diberi pengajaran metode pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization dan siswa yang diberi pengajaran konvensional. Hal ini menunjukkan metode pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization memberikan prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Menurut Fibrian Hendra Kusuma(2008) dalam penelitiannya

diperoleh kesimpulan adanya peningkatan prestasi matematika siswa setelah dilakukan pembelajaran melalui pendekatan learning community dengan tutor sebaya. Menurut Ummu Fathonah(2009) dalam penelitiannya diperoleh kesimpulan bahwa Team Assisted Individualization lebih baik dalam meningkatkan prestasi dibandingkan dengan metode inkuiri. Dari penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti di atas, perbedaan dan persamaan hasil penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan dapat dijelaskan dalam tabel berikut ini.

Tabel 2.1 5 Perbedaan dan persamaan dari setiap variabel yang diteliti Variabel X1 Peneliti Della Alifah Fibrian Hendra Kusuma Ummu Fathonah Peneliti X2 X3 X4 X5 X6 X7

Keterangan : X1 : model pembelajaran learning community X2 : peningkatan pemahaman konsep siswa X3 : model pembelajaran Team Assisted Individualization X4 : peningkatan prestasi siswa X5 : model pembelajaran tutor sebaya X6 : model pembelajaran inkuiri X7 : perbedaan hasil belajar Penelitian di atas menunjukkan bahwa pendekatan pengajaran dengan menggunakan metode Team Assisted Individualization dan metode tutor

sebaya sangat membantu siswa dalam mencapai keberhasilan belajar siswa. Sehubungan dengan hal tersebut di atas peneliti merasa perlu untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa dan menjadikan pembelajaran lebih bermakna bagi siswa.

Penelitian di atas berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan. Dalam penelitian ini lebih menekankan pada peningkatan pemahaman konsep matematika siswa dengan menggunakan metode Team Assisted

Individualization berbasis tutor sebaya pada siswa kelas VII SMP N 2 Sawit. B. Kajian Teori
1. Pengertian Pemahaman Konsep Matematika Siswa

a.

Pengertian Konsep Konsep menurut Chaplin dalam Mulyati (2005: 53) adalah satu ide atau pengertian umum yang disusun dengan kata, simbol dan tanda atau ide yang mengkombinasikan beberapa unsur sumber-sumber berbeda ke dalam satu gagasan tunggal. Konsep menggambarkan satu susunan atau kerangka yang ada di seputar satu tema utama sebagai tujuan dasar dari semua rangkaian informasi. Konsep merupakan titik awal dari sekumpulan hubungan atau ide dan semua hal lain yang dihubungkan dengan ide tersebut (Edmund Bachman, 2005: 49-50) Dari pengertian di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa konsep adalah ide yang disusun dengan kata atau simbol yang menjadi titik tolak awal dari semua hal yang berhubungan dengan ide tersebut.

b.

Pemahaman Konsep

Pemahaman meliputi penerimaan dan komunikasi secara akurat sebagai hasil komunikasi dalam pembagian yang berbeda dan mengorganisasikan secara singkat tanpa mengubah pengertian. Memahami suatu konsep merupakan kompetensi yang ditunjukkan peserta didik dalam melakukan prosedur (algoritma) secara luwes, akurat, efisien dan tepat. Indikator yang menunjukkan pemahaman konsep matematika menurut Asep Jihad dan Abdul Haris (2008: 149) meliputi: a. b. Menyatakan ulang sebuah konsep. Mengklasifikasikan obyek-obyek menurut sifat-sifat

tertentu (sesuai dengan konsepnya). c. d. Memberi contoh dan non contoh dari konsep. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis. e. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu f. Mengaplikasikan pemecahan masalah. Aspek yang diamati dalam penelitian ini mencakup aspek: a. Kemampuan peserta didik dalam menjawab pertanyaan guru dan mengerjakan soal di papan tulis secara tepat. b. Kemampuan peserta didik dalam menerapkan konsep secara tepat. konsep atau algoritma dalam

c. Kemampuan peserta didik memberi tanggapan tentang jawaban peserta didik lain. d. Kemampuan peserta didik dalam membuat kesimpulan yang meliputi mendefinisikan konsep, menemukan sifat-sifat dari konsep dan memberikan contoh dan non contoh dari konsep Dalam penelitian ini, upaya untuk mengoptimalisasi pemahaman konsep pada siswa adalah siswa harus berani mengungkapkan pendapatnya tentang materi yang disampaikan guru atau temannya yang menjadi tutor, serta siswa harus aktif dalam proses belajar mengajar.
2. Metode Team Assisted Individualization

Team Assisted Individualization adalah menggabungkan pembelajaran dengan cara kelompok dan individu. Program yang diberikan haruslah bersesuaian dengan kemahiran yang dimiliki setiap siswa. Siswa dalam setiap kumpulan terdiri dari siswa yang mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Ketua kelompok bertanggung jawab memastikan

anggotanya untuk siap mengikuti ujian akhir setiap unit. Metode pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization adalah suatu pengajaran yang dikemukakan oleh Slavin. Metode pembelajaran tipe Team Assisted Individualization ini merupakan teori belajar yang kognitif. Dalam hal ini peran pendidik hanya sebagai fasilitator dan mediator dalam proses belajar mengajar. Pendidik cukup

10

menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didiknya. Menurut slavin (2008:195), secara umum metode pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization terdiri dari 8 komponen utama, yaitu: a. Team Para siswa dalam metode pembelajaran Team Assisted

Individualization terdiri dari 4-5 orang. Fungsi utama dari tim adalah membentuk semua anggota agar mengingat materi yang telah diberikan dan lebih memahami materi yang nantinya digunakan dalam persiapan mengerjakan lembar kerja sehingga bisa mengerjakan dengan baik. Anggota kelompok yang mengalami kesulitan dapat bertanya kepada anggota yang lain telah ditunjuk sebagai ketua kelompok/anggota lain yang lebih tahu. b. Tes Penempatan Para siswa diberikan tes pada awal program. Hasil dari tes awal digunakan untuk membuat kelompok berdasarkan point yang mereka peroleh. c. Materi-Materi kurikulum Pada proses pengajaran harus disesuaikan dengan materi yang terdapat pada kurikulum yang berlaku dengan menerapkan teknik dan strategi pemecahan masalah untuk penguasaan materi.

11

d.

Kelompok Belajar Berdasarkan tes pengelompokkan, maka bentuk belajar siswa dalam kelompoknya dengan cara mendengarkan presentasi dari guru dan mengerjakan lembar kerja. Jika ada siswa yang belum paham tentang materi, maka dia dapat bertanya pada anggota lainnya dalam satu kelompok atau ketua kelompok yang telah ditunjuk. Kalau belum paham juga baru meminta penjelasan dari guru.

e.

Penilaian dan pengakuan team Setelah diberikan tes, kemudian tes tersebut dikoreksi dan dinilai berdasar kriteria tertentu. Team akan mendapatkan sertifikat atau penghargaan atau sejenisnya jika dapat melampaui kriteria yang telah ditentukan.

f.

Kelompok Pengajaran Materi pelajaran yang belum dipahami oleh suatu kelompok dapat ditanyakan kepada guru dan guru menjelaskan materi pada kelompok tersebut. Pada saat guru mengajar, siswa dapat sambil memahami materi baik secara individual ataupun kelompok dengan kebebasan tetapi bertanggung jawab.

g.

Lembar Kerja

12

Pada setiap sub pokok bahasan diberikan lembar kerja secara individual untuk mengetahui pemahaman individu. Bahan atau materi dapat berupa ringkasan materi yang dipelajari di rumah. h. Mengajar Seluruh Kelas Setelah akhir dari pengajaran pokok bahasan suatu materi, guru menghentikan program pengelompokkan dan menjelaskan konsepkonsep yang belum dipahami dengan strategi pemecahan maswsalah yang relevan dan pada akhir pelajaran diberikan kesimpulan dari materi. Dari pendapat-pendapat dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization adalah salah satu cara pembelajaran kooperatif dimana siswa dengan kemampuan individualnya masing-masing bekerja sama di dalam kelompok-kelompok kecil dengan kemampuan yang berbeda. 3. Tutor Sebaya a. Pengertian Tutor Sebaya Menurut Suharsimi Arikunto(1988:62) tutor sebaya yaitu mereka yang mempunyai usia hampir sebaya dengan sesamanya dimintai bantuan oleh guru untuk menerangkan kepada teman-temannya dalam proses pembelajaran.

13

Menurut Nasution(2008:44) bantuan tutor yaitu orang yang dapat membantu murid secara individual. Sebaiknya orang itu jangan gurunya sendiri sehingga ia dapat memberi bantuan dengan cara yang lain daripada guru itu. Hendaknya diusahakan agar murid selekas mungkin dapat membebaskan diri dari bantuan tutor. b. Pemilihan Tutor Sebaya Menurut Suharsimi Arikunto (1988:62) dalam pemilihan dan penentuan siswa sebagai tutor sebaya diperlukan pertimbangan tersendiri. Seorang tutor belum tentu siswa yang paling pandai. Yang penting yang harus diperhatikan dalam pemilihan tutor adalah sebagai berikut: 1. Dapat diterima (disetujui) oleh siswa sehingga siswa tidak mempunyai rasa takut atau enggan bertanya kepadanya. 2. Dapat menerangkan pelajaran yang dibutuhkan oleh siswa yang mendapat bantuan 3. 4. Tidak tinggi hati, keras hati, sombong terhadap sesama kawan Mempunyai daya kreatifitas yang cukup untuk memberikan bimbingan, yaitu dapat menerangkan pelajaran kepada kawannya. Untuk dapat menentukan dan memilih siswa yang memenuhi kriteria dan syarat-syarat di atas memang sulit, tapi hal ini dapat diatasi dengan jalan guru memberikan petunjuk yang sejelas-jelasnya kepada tutor sebaya tentang apa yang harus dilakukan. Petunjuk ini

14

memang mutlak diperlukan bagi setiap tutor karena hanya gurulah yang mengetahui jenis kelemahan siswa, sedangkan tutor hanya membantu perbaikan, bukan mendiagnosa. c. Kelebihan dan Kekurangan Tutor Sebaya Menurut Suharsimi Arikunto(1988:64) kelebihan pelaksanaan tutor sebaya sebagai berikut:
1. Adakalanya hasil lebih baik bagi beberapa anak yang mempunyai

perasaan takut atau enggan bertanya kepada gurunya. 2. Bagi tutor, pekerjaan tutoring akan bermanfaat bagi dirinya sendiri untuk memperkuat konsep yang dibahas. 3. Bagi tutor merupakan kesempatan untuk melatih diri, memegang tanggung jawab dalam mengemban tugas, dan melatih kesabaran. 4. Mempererat hubungan antar sesama siswa sehingga mempertebal perasaan sosial. Adapun kekurangan dari pelaksanaan tutor sebaya adalah: 1. Siswa yang dibantu seringkali belajar kurang serius karena merasa hanya berhadapan dengan temannya. 2. Ada beberapa anak yang malu bertanya karena takut rahasianya diketahui oleh teman sebayanya.
3. Bagi guru sulit menentukan tutor yang tepat bagi seseorang atau

beberapa orang yang dibimbingnya.

15

4. Pokok Bahasan Persegi Dan Persegi Panjang A. PERSEGI PANJANG 1. SifatSifat Persegi Panjang a) Panjang-panjang sisi yang berhadapan sama panjang. b) Keempat sudutnya siku-siku. c) Panjang diagonalnya sama dan saling membagi sama besar.
d) Dapat menempati bingkainya kembali dengan empat cara.

D O

AO=BD AO=CO DO=BO A Gambar 2.1 Berdasarkan sifat-sifat di atas dapat disimpulkan bahwa : Persegi Panjang adalah bangun segi empat yang memiliki dua pasang sisi yang berhadapan sama panjang dan keempat sudutnya siku-siku. 2. Keliling Persegi Panjang Rumus keliling persegi panjang : Pada bangun datar, keliling adalah batas paling luar dari sebuah bangun. D C CD = Panjang BC = Lebar A Gambar 2.2 B B

16

Sisi : AB = CD dan AD = BC Keliling ABCD = AB+CD+BC+AD = CD+CD+BC+BC = 2(CD) + 2(BC) Keliling persegi panjang adalah K = 2 panjang + 2 lebar K= 2p+2l K=2(p+l) 3. Luas Persegi Panjang Maka luas persegi panjang : L = panjang lebar
L = pl

B. PERSEGI 1. Sifat-Sifat Persegi antara lain : 1) Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang. 2) Keempat sudutnya siku-siku. 3) Panjang diagonal-diagonalnya sama dan saling membagi dua sama panjang. 4) Panjang keempat sisinya sama 5) Setiap sudutnya dibagi dua sama besar oleh diagonal-diagonalny a D C 6) Diagonal-diagonal berpotongan saling tegak lurus. Diagonal AC = diagonal BD CAB = CAD

A Gambar 2.3

17

Berdasarkan sifat-sifat di atas dapat disimpulkan pengertian persegi : Persegi adalah persegi panjang yang keempat sisinya sama panjang. 2. Keliling Persegi D C Karena AB=BC=CD=AD Keliling = AB+BC+CD+AD = AB+AB+AB+AB = 4 AB AB = sisi Keliling Persegi = K= K= keliling s = sisi

A Gambar 2.4

3. Luas Persegi

Maka luas persegi panjang : L = panjang lebar

L = sisi sisi
L = ss = s
2

C. Kerangka Berpikir Hakekat belajar matematika adalah belajar konsep. Untuk belajar matematika diperlukan cara-cara khusus dalam belajar dan mengajarkannya.

18

Seorang guru berusaha mengajar dengan sebaik-baiknya, sehingga siswa dapat memahami konsep dengan benar dan akan memperoleh hasil belajar yang baik. Hal ini juga berlaku pada pokok bahasan persegi panjang dan persegi. Materi ini bukanlah materi yang mudah karena membutuhkan pemahaman yang lebih. Tingkat pemahaman siswa dalam satu kelas pastilah berbeda beda. Oleh karena itu guru membutuhkan metode pembelajaran yang sesuai sehingga pemahaman konsep siswa menjadi meningkat. Metode

pembelajaran yang sesuai adalah Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya. Metode ini adalah dengan mengelompokkan siswa dalam kelompok pembelajaran kooperatif dan menuntut tanggung jawab siswa. Selain itu diperlukan juga seseorang yang bisa dipercaya untuk membantu siswa siswa memperjelas konsep materi. Seseorang ini diambil dari siswa siswa yang ada di kelas itu sendiri. Seseorang tersebut dinamakan tutor sebaya. Pada sub pokok bahasan pengertian dan sifat-sifat persegi panjang dan persegi tidak mungkin guru menerangkan lebih dari dua kali karena akan mengganggu alokasi waktu materi yang lainnya. Siswa sulit membayangkan dan memahami tentang diagonal, sudut, dan sisi dalam persegi panjang dan persegi. Adanya tutor sebaya dalam kelompok-kelompok akan bisa membantu teman teman dalam kelompoknya untuk memahami bahwa sudut - sudut dalam persegi panjang dan persegi adalah siku-siku, sisi persegi panjang sejajar dan sama panjang bagi sisi-sisi yang berhadapan, sisi-sisi

19

persegi semuanya sama panjang, diagonal-diagonalnya membagi dua sisi menjadi sama besar dan sifat-sifat yang lainnya. Cara ini lebih efektif karena siswa juga cenderung tidak takut untuk bertanya pada teman sebayanya yang menjadi tutor. Latihan latihan yang sering diberikan juga akan membantu siswa. Pada sub pokok bahasan luas dan keliling persegi panjang dan persegi serta penerapannya dalam pemecahan masalah, guru juga akan melakukan hal yang sama yaitu membagi siswa dalam kelompok-kelompok dan

memperbanyak latihan soal agar mereka terbiasa menggunakan rumus-rumus tersebut dalam pemecahan masalah dan bisa menentukan algoritma pemecahan masalahnya. Jika siswa terbiasa mengerjakan soal dengan terlebih dahulu berusaha mengerjakan secara individu dan apabila tidak bisa baru bertanya kepada tutor maka lama kelamaan konsep luas dan keliling persegi panjang dan persegi akan melekat di benak mereka. Hal ini dibuktikan dengan cara mereka mengerjakan, menjawab pertanyaan, mengoreksi jawaban temannya, membuat kesimpulan dan pada akhirnya berdampak pada nilai yang akan mereka peroleh. Pemilihan metode Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya diharapkan dapat menarik minat siswa dalam belajar sehingga akan berpengaruh pada peningkatan pemahaman konsep mereka. Melalui penerapan metode Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya, siswa dilatih untuk aktif bekerja dalam tiap-tiap kelompok dengan tanggung jawab memahami materi secara individu khususnya dalam memahami materi

20

pokok bahasan persegi panjang dan persegi. Pokok bahasan persegi panjang dan persegi yang dirasa siswa materi yang sulit dapat menjadi materi yang mudah. Hingga pada akhirnya dengan penerapan metode Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya, pemahaman konsep siswa dapat ditingkatkan terutama pada pokok bahasan persegi panjang dan persegi. Dari kerangka berfikir tersebut dapat dibuat skema kerangka berfikir pada gambar 2.5:

Pembelajaran matematika dengan menerapkan metode pembelajaran yang kurang tepat KONDISI AWAL menyebabkan siswa menjadi bosan dan kurang tertarik. Hal tersebut membuat materi yang disampaikan oleh guru sulit diterima siswa

Metode TINDAKAN

Team

Assisted

Individualization

berbasis tutor sebaya tepat diterapkan pada siswa. Dalam metode ini siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan tiap kelompok harus bertanggung jawab pada kesiapan tiaptiap individu. Adanya siswa yang menjadi tutor di tiap kelompok agar saling membantu sehingga semua anggota kelompok memahami materi yang dipelajari.

KONDISI AKHIR

Pemahaman

konsep

matematika

siswa

menjadi meningkat sehingga akan menunjang keberhasilan belajar tiap-tiap siswa

21

D. Hipotesis Tindakan Dari refleksi hasil kajian teori dan kerangka pemikiran tersebut dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: Dengan

menerapkan model pembelajaran Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya, maka pemahaman konsep matematika siswa menjadi meningkat. BAB III METODE PENELITIAN

22

Uraian mengenai pertanggungjawaban metode-metode yang digunakan melibatkan pembahasan mengenai: jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek penelitian, rancangan penelitian, metode pengumpulan data, instrumen penelitian dan teknik analisis data. A. Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas atau Classrom Action Research (CAR). Menurut Suharsimi Arikunto (2008:3) penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Penelitian ini merupakan kolaborasi antara peneliti dengan guru matematika dalam peningkatan pemahaman konsep matematika terutama dalam pokok bahasan persegi panjang dan persegi pada siswa kelas VII E SMP Negeri 1 Sawit. Pelaksana tindakan penelitian adalah guru matematika, berdasarkan perencanaan yang telah dibuat. Guru melaksanakan tindakan pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya. Pengamatan selama tindakan penelitian dilakukan oleh peneliti. Pengamatan dilakukan berdasarkan perencanaan tindakan yang sudah disiapkan. Ciri PTK adalah adanya perbaikan terus menerus sehingga kepuasan peneliti sering menjadi tolak ukur berhasil atau tidaknya siklus tersebut.

21

23

Refleksi dilaksanakan peneliti bersama guru. Kegiatan ini merupakan langkah untuk menganalisis hasil kerja siswa. Pada refleksi ini dipakai peneliti untuk memperbaiki kekurangan pada siklus ini, hasilnya akan dilaksanakan untuk perbaikan pada siklus berikutnya. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat yang digunakan sebagai penelitian tentang penggunaan metode pembelajaran Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa adalah kelas VII E SMP Negeri 2 Sawit. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan secara bertahap. Adapun tahapan pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut: a. Tahap Persiapan dilaksanakan pada minggu pertama bulan Februari 2010 sampai minggu keempat bulan Februari 2010. b. Tahap Pelaksanaan dilaksanakan pada minggu pertama bulan Maret 2010 sampai minggu keempat bulan Maret 2010. c. Tahap Laporan dilaksanakan pada minggu pertama bulan April 2010 sampai minggu pertama bulan Mei 2010. C. Subjek Penelitian

24

Dalam penelitian ini guru matematika kelas VII E SMP Negeri 2 Sawit bertindak sebagai subjek yang membantu dalam perencanaan teknik pengumpulan data penelitian. Subjek penelitian yang menerima tindakan adalah siswa kelas VIIE yang berjumlah 36 siswa. D. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yaitu suatu penelitian yang bersifat praktis, situasional, kondisional dan kontekstual berdasarkan permasalahan yang muncul dalam kegiatan sehari-hari. Penelitian ini ditujukan untuk menentukan tindakan yang tepat dalam rangka pemecahan masalah yang dihadapi untuk memperbaiki sesuatu dan pada umumnya dilaksanakan secara kolaboratif antara peneliti dengan subjek penelitian, melalui prosedur penelitian ini, kepala sekolah, guru kelas dan peneliti senantiasa berupaya memperoleh hasil yang optimal melalui cara dan prosedur yang paling efektif sehingga dimungkinkan adanya tindakan yang berulang-ulang dengan revisi untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang lebih baik bagi guru kelas, kepala sekolah dan peneliti dilibatkan sejak: dialog awal, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan monitoring, refleksi, evaluasi dan penyimpulan hasil berupa pengertian dan pemahaman. Langkah-langkah penelitian untuk setiap siklus tindakan pembelajaran matematika seperti pada gambar:

25

Dialog awal

Observasi awal

Putaran I

Perencanaan

Tindakan I

Evaluasi

Observasi dan monitoring Refleksi

Pengertian dan pemahaman

Perencanaan terrevisi Putaran II Evaluasi Refleksi Pengertian dan pemahaman

Tindakan II Observasi dan monitoring

Seterusnya sesuai dengan alokasi waktu harapan tindakan yang direncanakan

26

Gambar 3.1 Proses Penelitian Tindakan Modifikasi dari Kemmis & Mc Tanggart (Zainal Aqib, 2008: 108) Keterangan: 1. Dialog awal Dialog awal dilaksanakan pada hari Senin, 11 Januari 2010 bertempat di SMP Negeri 2 Sawit. Dialog awal dilakukan dengan mengadakan pertemuan antara peneliti, guru matematika, dan kepala sekolah bersamasama melakukan pengenalan, penyatuan ide, dan berdiskusi membahas masalah dan upaya optimalisasi pemahaman konsep matematika siswa melalui metode Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya. Peserta dialog membicarakan model dan alternatif pembelajaran yang akan dipraktekkan dan dikembangkan sehingga diperoleh kesepakatan untuk menangani masalah upaya peningkatan pemahaman konsep matematika siswa melalui metode Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya dalam pembelajaran matematika. 2. Perencanaan Tindakan Membuat tentang tindakan apa yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan perilaku dan sikap sebagai solusinya. Rencana tindakan ini harus bersifat fleksibel untuk dapat diadaptasikan dengan pengaruh

27

yang tidak dapat terduga dan kendala yang sebelumnya tidak terlihat. Antara lain: a. Memperbaiki kompetensi material guru dalam bidang matematika. Setiap guru pasti mempunyai permasalahan sendiri dalam pembelajaran, maka lebih baik jika guru mengajukan masalah kemudian peneliti membantu mencari solusi masalah itu atau peneliti mengamati guru dalam pembelajaran dan kemudian memberi masukan jika melakukan suatu kesalahan. Berdasarkan hal itu maka tindakan yang dilakukan:
1)

Mengenai materi matematika yaitu a) mengidentifikasikan

materi matematika kelas VII semester 2 yang akan dibahas dan diajarkan, b) mendiskusikan sifat-sifat dan konsep matematika yang memerlukan katajaman penalaran dalam mempelajarainya.
2)

Mengenai metodologi pembelajaran yaitu mendiskusikan

bagaimana penggunaan pembelajaran matematika melalui metode Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya pada persegi panjang dan persegi. b. Identifikasi masalah dan penyebabnya Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi masalah peningkatan pemahaman konsep matematika siswa dalam pembelajaran matematika adalah menerapkan metode yang menarik dan

28

menyenangkan. Untuk keperluan itu guru sebaiknya mempunyai gambaran permasalahan dan penyebab tidak keefektifan

pembelajaran matematika. Informasi tentang permasalahan ini dapat diperoleh dari pemgalaman-pengalaman guru mengahadapi situasi di kelas dari tahun ke tahun. Kemudian mendiskusikan bersama untuk melihat keterkaitan masalah tersebut dengan hal-hal yang terkait. Tindakan yang dilakukan adalah diskusi antara guru matematika dan peneliti. c. Perencanaan Solusi Masalah Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan usaha peningkatan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran

matematika SMP Negeri 2 Sawit melalui pembenahan gaya pengajaran guru yakni:
1)

Pembelajaran di laksanakan melalui metode Team Assisted

Individualization berbasis tutor sebaya


2)

Tindakan pembelajaran untuk memperbaiki pemahaman siswa adalah: a) Membangun hubungan baik, b) dengan melalui metode Team Assisted

konsep

Pembelajaran

Individualization berbasis tutor sebaya c) Mendorong dan membimbing siswa agar berani menjawab pertanyaan guru dan mengerjakan soal di papan tulis, d) membimbing siswa

29

menerapkan konsep secara tepat, e) mendorong dan membimbing siswa membuat kesimpulan materi. 3. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan kelas oleh guru yang akan diobservasi. Guru menjadi mitra, karena guru berfungsi sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan perencanaan yang telah dibuat, guru mengajar melalui metode Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa. 4. Observasi Observasi adalah upaya merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan itu berlangsung. Observasi itu bersifat terbuka pandangan dan pikirannya serta pelaksanaannya berorientasi ke masa yang akan datang dan memberikan dasar dari refleksi. Proses tindakan, pengaruh tindakan yang disengaja atau tidak disengaja, situasi tempat, dan kendala pelaksanaan tindakan semua dicatat dalam kegiatan observasi yang terencana secara fleksibel dan terbuka. Kegiatan ini dilakukan oleh guru matematika kelas VII E dan peneliti dengan mencatat hasil observasi pada lembar pengamatan menurut aspek identifikasi. Waktu pelaksanaan observasi disesuaikan dengan jam pelajaran pada jadwal matematika di kelas VII E SMP Negeri 2 Sawit semester II tahun pelajaran 2009/2010. 5. Refleksi

30

Refleksi merupakan kegiatan pengkajian secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang telah terkumpul atau pengkajian terhadap keberhasilan/kegagalan dalam pencapaian tujuan sementara. Pelaksanaan refleksi berupa diskusi yang dilakukan peneliti dan guru matematika untuk memberi makna dan menyimpulkan hasil tindakan yang dilakukan. 6. Evaluasi Evaluasi hasil penelitian dilakukan untuk mengkaji hasil pelaksanaan, observasi dan refleksi pada setiap pelaksanaan PTK. Evaluasi diarahkan pada penemuan bukti-bukti dari peningkatan pemahaman konsep dan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran matematika yang terjadi setelah dilaksanakan serangkaian tindakan. Tahap ini merupakan proses mengumpulkan, mengolah dan menyajikan informasi yamg dapat digunakan untuk menyusun jawaban terhadap tujuan PTK. Kegiatan ini dilakukan dalam setiap tindakan yang dilaksanakan. Penyajian ini dilakukan dalam rangka pemahaman terhadap sekumpulan informasi yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. Jika tujuan dalam program yang dilaksanakan belum berhasil, maka diperlukan langkah revisi untuk memperbaiki atau menyusun program rencana baru yang akan dilaksanakan pada putaran II, dan apabila putaran II masih belum berhasil, maka disusun rencana program untuk putaran III dan seterusnya.

31

Tindakan dinyatakan berhasil bila setelah dilakukan tindakan terjadi perubahan perilaku belajar lebih baik dari sebelumnya. Jika perilaku belajar tidak berbeda bahkan lebih buruk, maka tindakan dinyatakan belum berhasil. E. Metode pengumpulan Data
1. Metode Pokok

Metode pokok yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes dan Metode observasi. a. Metode Tes Tes adalah himpunan pertanyaan yang harus dijawab, harus ditanggapi, atau tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang dites (Asep Jihad dan Abdul Haris, 2009:677). Metode tes digunakan untuk memperoleh data tentang tingkat kemampuan akademik dan hasil belajar matematika siswa sebelum penelitian, selama penelitian dan setelah penelitian. b. Metode Observasi Menurut Marshal dalam Sugiyono (2007: 226) melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku dan makna perilaku tersebut. Sanafiah Faisal dalam Sugiyono (2006:310) mengklasifikasikan observasi

menjadi observasi berpartisipasi, observasi yang secara terangterangan dan tersamar serta observasi yang terstruktur.

32

Observasi merupakan suatu teknik yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan secara teliti dan sistematis. Kegiatan observasi dalam penelitian bertujuan untuk mengetahui adanya perubahan tingkah laku tindakan belajar peserta didik yaitu peningkatan pemahaman konsep matematika. Peneliti melakukan observasi sesuai dengan pedoman observasi yang telah ditetapkan. Berdasarkan data yang ingin diperoleh tentang pemahaman konsep peserta didik, maka peneliti dan guru matematika melaksanakan observasi dengan pedoman observasi. Pedoman observasi ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu : a. observasi tindak mengajar yang disesuaikan dengan rencana pembelajaran, b. observasi tindak belajar yang berkaitan dengan inisiatif dan reaksi peserta didik Kelas VII E SMP Negeri 2 Sawit, c. keterangan tambahan yang berkaitan dengan tindak mengajar maupun tindak belajar. Observasi dilaksanakan sesuai dengan jam pelajaran pada jadwal pembelajaran matematika di SMP Negeri 2 Sawit. 2. Metode Bantu Penelitian ini menggunakan metode bantu dokumentasi dan catatan lapangan. Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya(Arikunto, 2006:231). Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data berupa nama-nama siswa dan daftar nilai tes awal dan tes akhir serta foto rekaman proses

33

tindakan. Dalam hal ini catatan lapangan digunakan untuk mencatat kejadian-kejadian yang muncul pada saat proses pembelajaran matematika berlangsung yang belum terdapat pada pedoman observasi. F. Instrumen Penelitian 1. Definisi Operasional Istilah a. Pemahaman Konsep Siswa Pemahaman konsep adalah pemahaman terhadap ide atau pengertian umum yang disusun dengan kata atau simbol yang menjadi titik tolak awal dari semua hal yang berhubungan dengan ide tersebut. Indikator pemahaman konsep meliputi: 1) Kemampuan siswa dalam menjawab

pertanyaan guru dan mengerjakan soal di papan tulis secara tepat. 2) konsep secara tepat. 3) Kemampuan siswa memberi tanggapan Kemampuan siswa dalam menerapkan

tentang jawaban siswa lain. 4) kesimpulan materi.


b.

Kemampuan

siswa

dalam

membuat

Metode Team Assisted Individualization Team Assisted Individualization adalah menggabungkan

pembelajaran dengan cara kelompok dan individu. Program yang diberikan haruslah bersesuaian dengan kemahiran yang dimiliki setiap

34

siswa. Siswa dalam setiap kumpulan terdiri dari siswa yang mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Ketua kelompok bertanggung jawab memastikan anggotanya untuk siap mengikuti ujian akhir setiap unit. c. Tutor Sebaya Menurut Suharsimi Arikunto(1988:62) tutor sebaya yaitu mereka yang mempunyai usia hampir sebaya dengan sesamanya dimintai bantuan oleh guru untuk menerangkan kepada teman-temannya dalam proses pembelajaran. Menurut Nasution(2008:44) bantuan tutor yaitu orang yang dapat membantu murid secara individual. Sebaiknya orang itu jangan gurunya sendiri sehingga ia dapat memberi bantuan dengan cara yang lain daripada guru itu. Hendaknya diusahakan agar murid selekas mungkin dapat membebaskan diri dari bantuan tutor. Jadi tutor harus mendidik agar dapat belajar sendiri.

2. Pengembangan Instrumen Instrumen penelitian dikembangkan oleh peneliti dengan menggunakan: a. Pedoman Observasi. Pedoman observasi dibagi menjadi 3 yaitu:

35

1) Observasi tindak mengajar yang berkaitan dengan metode yang digunakan guru dalam mengajar. 2) Observasi tindak belajar yang berkaitan dengan kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. 3) Keterangan tambahan yang berkaitan dengan tindak mengajar maupun tindak belajar yang belum tercapai. b. Pedoman Tes Tes digunakan sebagai instrumen penelitian untuk mengumpulkan data sehingga dapat diketahui data mengenai kemampuan siswa dalam menerapkan konsep persegi panjang dan persegi dalam menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan persegi panjang dan persegi. 3. Validitas Data Untuk menjamin kemantaban dan kebenaran data yang

dikumpulkan dan dicatat dalam penelitian, maka diplih dan ditentukan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas data yang diperolehnya. Dalam penelitian ini akan digunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut (Lexy J. Moleong, 2008:330). Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi penyidik, yaitu dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. G. Teknik Analisis Data

36

Pada penelitian tindakan kelas ini, data dianalisis sejak tindakan pembelajaran dilakukan dan dikembangkan selama proses refleksi sampai proses penyusunan laporan Data akan dianalisis secara diskriptif kualitatif dengan analisis interaktif yang terdiri dari reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan dilakukan dalam bentuk interaktif dengan

pengumpulan data sebagai suatu proses siklus. Menurut M.B. Miles (1992:20) Proses analisis interaktif dapat digambarkan dalam skema berikut:

Pengumpulan Data

Penyajian Data

Reduksi Data

Penarikan Kesimpulan

Gambar 3.2 Proses Analisis Interaktif

1.

Reduksi Data Reduksi data adalah prose pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan lapangan. Kegiatan ini mulai dilakukan dalam setiap pasca tindakan

37

dilakukan. Hasil dari reduksi data berupa uraian singkat yang telah digolongkan dalam suatu kegiatan tertentu. Data kualitatif dapat juga diadakan perubahan kedalam angkaangka atau peringkat-peringkat. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan. 2. Penyajian Data Penyajian data berupa sekumpulan informasi dalam bentuk teks naratif yang disusun, diatur, diringkas dalam kategori-kategori, sehingga mudah dipahami yang memberi kemungkinan adanya penarikan

kesimpulan 3. Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan dilakukan secara bertahap dari kumpulan makna tiap kategori disimpulkan sementara, kemudian dilakukan penyimpulan dengan cara berdiskusi mitra kolaborasi. Verifikasi adalah sebagai pemikiran kembali yang dilakukan oleh penganalisis tentang apa yang ditulis dan juga tinjauan ualang pada catatan-catatan lapangan. Datadata yang telah diseleksi dapat diambil kesimpulannya.

38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.

Profil Sekolah Tempat Penelitian Sekolah yang menjadi tempat penelitian adalah SMP Negeri 2 Sawit.

Lokasi SMP tersebut terletak di dukuh Karangduren Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali. SMP Negeri 2 Sawit dibangun dan menyelenggarakan pendidikan sejak tahun 1967. Lingkungan fisik sekolah ini cukup baik, hal ini peneliti amati dari cara mengatur dan memelihara ruang kelas, ruang ruang kerja, laboratorium, perpustakaan, halaman sekolah dan ruang lain seperti toilet, mushola, dan kantin. Kerapian dan kebersihan ruang kelas selalu diperhatikan setiap hari. Ditinjau dari kuantitas dan kualitas guru, SMP Negeri 2 Sawit mempunyai 47 orang guru dan karyawan, dengan 44 orang berstatus pegawai negeri sipil (PNS), 2 orang berstatus guru bantu dan 1 orang berstatus guru tidak tetap (GTT). Guru matematika di SMP Negeri 2 Sawit ada 6 orang dengan pendidikan terakhir S1 ada 3 orang, D3 ada 3 orang dan berstatus PNS. Sebagian besar guru telah mempunyai pengalaman mengajar selama kurang lebih 3 tahun. Keadaan siswa di SMP ini secara kuantitas ada 18 kelas yang terdiri kelas VII sebanyak 6 kelas, kelas VIII sebanyak 6 kelas dan kelas IX sebanyak 6 kelas. Rata-rata banyak siswa setiap kelas ada 36 orang anak.

36

39

B.

Deskripsi Data

1. Kondisi awal Tindakan yang disepakati untuk mengidentifikasi masalah adalah diskusi antara guru kelas, kepala sekolah, dan peneliti. Dalam hal ini sudah dilakukan pada waktu dialog awal. Masalah yang perlu segera diatasi dalam tindakan penelitian ini adalah rendahnya pemahaman konsep siswa dalam belajar matematika. Hal ini disebabkan kurang efektif dan menarik dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu perlu dilaksanakan pembelajaran matematika dengan menggunakan metode pembelajaran Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya sebagai metode pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam belajar matematika. Analisis kolaboratif menyimpulkan akar permasalahan rendahnya pemahaman konsep siswa dalam belajar matematika adalah sebagai berikut : a) kebosanan siswa, karena dalam pembelajaran hanya diposisikan sebagai pendengar, b) teknik pembelajaran yang kurang menarik. Salah satu solusi yang dikembangkan adalah penggunaan metode pembelajaran Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya dalam proses pembelajaran. Dengan metode pembelajaran Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya diharapkan akan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menumbuhkan semangat belajar siswa, meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran sehingga dapat

40

meningkatkan hasil belajar siswa. Pemahaman konsep siswa dalam belajar matematika disini dilihat dari 4 macam indikator yaitu: a. Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan guru dan mengerjakan soal di papan tulis secara tepat. b. Kemampuan siswa dalam menerapkan konsep secara tepat. c. Kemampuan siswa memberi tanggapan tentang jawaban peserta didik lain. d. Kemampuan siswa dalam membuat kesimpulan materi Berdasarkan hasil observasi dan dialog awal dengan guru mitra diperoleh beberapa keterangan atau gambaran bahwa dari sejumlah 36 siswa yang dapat menjawab pertanyaan guru dan mengerjakan soal di papan tulis secara tepat mengenai materi persegi panjang dan persegi sebanyak 8 orang (22,2 %), dapat menerapkan konsep secara tepat dari konsep persegi panjang dan persegi sebanyak 14 orang (38,9 %), mampu memberi tanggapan tentang jawaban siswa lain sebanyak 8 orang (22,2 %) dan mampu membuat kesimpulan materi sebanyak 4 orang (11,1%). 2. Pelaksanaan Tindakan a. 1) Tindakan Kelas Putaran I Perencanaan Tindakan Kelas Putaran I Materi yang diajarkan pada putaran I adalah sub pokok bahasan luas dan keliling persegi panjang dan persegi yang memiliki alokasi waktu 80 menit dan didistribusikan dalam satu kali pertemuan di kelas. Pembelajaran dilaksanakan dengan

41

menerapkan metode pembelajaran Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya yaitu dengan melakukan pengelompokkan yang terdiri dari 4-5 orang dengan berdasar pada tes awal yang telah dilakukan. Tiap kelompok berhak menunjuk dua orang siswa untuk dijadikan ketua kelompok dan tutor. Tim dalam kelompok mengerjakan lembar kerja dan apabila menemui kesalahan bisa bertannya pada tutor agar semua menguasai konsep dan bisa meraih nilai yang tinggi. 2) Pelaksanan Tindakan Kelas Putaran I Tindakan kelas putaran I dilaksanakan pada hari Kamis, 11 Maret 2010 mulai pukul 09.55 sampai pukul 11.15 WIB. Siswa yang hadir dalam putaran pertama sebanyak 36 siswa. Pada putaran ini pelaku tindakan adalah guru matematika dan dibantu oleh peneliti. Selain membantu guru, peneliti juga melakukan observasi dan monitoring terhadap reaksi siswa. 3) Observasi Tindakan Kelas Putaran I Kegiatan pembelajaran dimulai dengan salam kemudian guru menyampaikan tujuan dan materi ajar yang akan dipelajari. Guru memberikan tes awal kepada siswa mengenai persegi panjang dan persegi sebelum menyampaikan materi untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami persegi dan persegi panjang. Guru menyampaikan materi ajar yaitu mengenai pengertian dan sifatsifat persegi panjang dan persegi.

42

Kegiatan

pembelajaran

dilakukan

dengan

menerapkan

metode pembelajaran Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya. Guru mengenalkan kepada siswa apa itu metode pembelajaran Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya. Guru membagi siswa menjadi 9 kelompok dengan masing masing kelompok memiliki 4 anggota. Pengelompokan dilakukan secara heterogen berdasar nilai yang didapat pada tes awal. Setiap kelompok wajib menunjuk anggotanya untuk menjadi ketua kelompok dan untuk menjadi tutor. Guru memberikan sedikit

penjelasan tentang materi yang dipelajari kemudian guru membagikan lembar kerja kepada semua siswa dan masing masing peserta didik harus mengerjakan soal tersebut secara individu. Setelah semua siswa selesai mengerjakan, siswa dalam satu kelompok mencocokkan hasil pekerjaan mereka. Siswa yang ditunjuk sebagai tutor mulai menjalankan perannya untuk memberikan informasi lebih lanjut kepada teman satu kelompok tentang soal soal yang baru saja dikerjakan. Ketua kelompok harus bisa memastikan bahwa semua anggotanya menguasai materi. Kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa sehingga guru hanya berperan sebagai pengontrol keadaan siswa dan pengarah

43

jalannya pengelompokkan apabila ada kelompok yang masih memerlukan bimbingan. Guru akan memberikan bantuan tentang soal soal yang dikerjakan apabila siswa satu kelompok tidak bisa mencari solusinya. Setelah semua siswa dianggap siap, guru menginstruksikan kepada siswa untuk menukar hasil pekerjaan mereka kepada kelompok lain untuk dilaksanakan penilaian. Guru meminta perwakilan satu orang dari masing-masing kelompok untuk maju ke depan dan mempresentasikan jawaban soal hasil diskusi kelompok. Guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk menanggapi. Guru mengumumkan nilai terbaik dari semua kelompok dan menghentikan pengelompokan. Bersama-sama dengan peserta didik guru membuat kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari. Guru memberikan PR dan menutup pelajaran dengan mengucapkan salam. 4) Refleksi Terhadap Tindakan Kelas Putaran I Refleksi tindakan kelas putaran ini dilakukan peneliti dengan guru matematika untuk mendiskusikan hasil observasi kelas yang telah dilakukan. Dari kegiatan refleksi ini diperoleh beberapa hal yang dapat dicatat sebagai masukan untuk perbaikan pada tindakan selanjutnya, yaitu : a) Pembelajaran masih berpusat pada guru. Hal ini

terlihat dari guru masih banyak memberikan penjelasan dan

44

membantu peserta didik dalam menemukan konsep serta menjawab soal-soal latihan yang diberikan. b) Keadaan kelas masih sangat gaduh ketika proses

pembelajaran berlangsung. c) Pemahaman konsep siswa masih kurang, hal ini

terlihat dari banyaknya siswa yang masih bingung ketika mengerjakan soal latihan. d) Peran tutor juga masih sangat kurang karena

banyaknya siswa yang kurang bertanggung jawab dan berbuat seenaknya sendiri. e) kurang. f) Bimbingan dari guru kurang menyeluruh. Untuk menyusun rencana pada tindakan kelas putaran II, maka perlu diadakan revisi terencana dari tindakan kelas putaran I. Berdasarkan hasil dari refleksi tindakan kelas putaran I, maka beberapa revisi yang disepakati antara peneliti dengan guru matematika adalah sebagai berikut: a) siswa. b) Guru harus lebih memfokuskan perhatian pada Kegiatan pembelajaran lebih dipusatkan pada Kebersamaan antar anggota masih sangat

siswa untuk mengurangi kegaduhan.

45

c)

Guru perlu memberi motivasi baik pengulangan

materi maupun dorongan untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa di setiap kegiatan pembelajaran. d) Guru memberikan pengertian kepada siswa

pentingnya rasa kebersamaan antar teman tanpa membedakan satu sama lain. e) f) Memberikan bimbingan secara menyeluruh. Siswa perlu dibiasakan menemukan sendiri

konsep maupun menemukan sendiri jawaban soal latihan agar ide mereka muncul. Selain itu, perlu diadakan evaluasi terhadap tindakan kelas pada putaran I. Hal ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi pada tindakan kelas putaran I. Adapun evaluasi yang dihasilkan peneliti bersama guru matematika antara lain: a) Guru harus lebih giat meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar siswa. b) Guru harus mampu mengendalikan situasi kelas. c) Guru harus memberikan bimbingan kepada siswa secara menyeluruh tanpa membeda-bedakan siswa. d) Guru harus lebih banyak memberikan semangat kepada tutor agar lebih percaya diri dan mampu memberikan informasi kepada teman satu kelompok dengan sebaik-baiknya sehingga mayoritas temannya bisa memahami materi.

46

b. 1)

Tindakan Kelas Putaran II Perencanaan Tindakan Kelas Putaran II Rencana tindakan putaran II dibuat berdasarkan kegiatan refleksi, revisi dan evaluasi pada putaran I. Pembelajaran pada putaran II akan dilaksanakan dengan mengajarkan materi sub pokok bahasan luas dan keliling persegi panjang dan persegi yang memiliki alokasi waktu 80 menit dan didistribusikan dalam satu kali pertemuan di kelas. Pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan metode pembelajaran Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya yaitu dengan melanjutkan pengelompokkan seperti sebelumnya. Tim dalam kelompok mengerjakan lembar kerja dan apabila menemui kesalahan bisa bertannya pada tutor agar semua menguasai konsep dan bisa meraih nilai yang tinggi. Berdasarkan kegiatan refleksi, revisi dan evaluasi pada putaran I maka tindakan kelas putaran II guru harus lebih giat meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar siswa. Guru harus mampu mengendalikan situasi kelas. Guru memberikan pengertian kepada siswa pentingnya rasa kebersamaan antar teman tanpa

membedakan satu sama lain dan guru harus memberikan bimbingan kepada siswa secara menyeluruh tanpa membedabedakan siswa. 2) Pelaksanan Tindakan Kelas Putaran II

47

Tindakan kelas putaran II dilaksanakan pada hari Sabtu, 13 Maret 2010 mulai pukul 09.55 sampai pukul 11.15 WIB. Siswa yang hadir dalam putaran II sebanyak 36 siswa. Pada putaran ini pelaku tindakan adalah guru matematika dan dibantu oleh peneliti. Selain membantu guru, peneliti juga melakukan observasi dan monitoring terhadap reaksi siswa. 3) Observasi Tindakan Kelas Putaran II Kegiatan pembelajaran dimulai dengan salam kemudian menanyakan apakah ada PR. Guru membahas PR bersama siswa. Kemudian, tujuan dan materi ajar yang akan dipelajari

disampaikan guru sebelum memberikan materi selanjutnya. Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan menerapkan

metode pembelajaran Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya. Guru melanjutkan sistem pengelompokkan yang telah dilakukan pada hari sebelumnya. Peran ketua kelompok dan tutor tetap. Guru memberikan sedikit penjelasan tentang materi yang dipelajari kemudian guru membagikan lembar kerja untuk dikerjakan secara individu. Setelah semua siswa selesai mengerjakan, siswa dalam satu kelompok mencocokkan hasil pekerjaan mereka. Siswa yang ditunjuk sebagai tutor mulai menjalankan perannya untuk memberikan informasi lebih lanjut kepada teman satu kelompok tentang soal soal yang baru saja dikerjakan. Ketua kelompok

48

harus bisa memastikan bahwa semua anggotanya menguasai materi. Kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa sehingga guru hanya berperan sebagai pengontrol keadaan siswa dan pengarah jalannya pengelompokkan apabila ada kelompok yang masih memerlukan bimbingan. Guru akan memberikan bantuan tentang soal soal yang dikerjakan apabila siswa satu kelompok tidak bisa mencari solusinya. Guru memberikan perhatian secara menyeluruh. Setelah semua siswa dianggap siap, guru menginstruksikan kepada siswa untuk menukar hasil pekerjaan mereka kepada kelompok lain untuk dilaksanakan penilaian. Guru meminta perwakilan satu orang dari masing-masing kelompok untuk maju ke depan dan mempresentasikan jawaban soal hasil diskusi kelompok. Guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk menanggapi. Guru mengumumkan nilai terbaik dari semua kelompok dan menghentikan pengelompokan. Bersama-sama dengan peserta didik guru membuat kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari. Guru memberikan PR dan menutup pelajaran dengan mengucapkan salam. 4) Refleksi Terhadap Tindakan Kelas Putaran II Refleksi tindakan putaran ini mendiskusikan hasil observasi kelas yang telah dilakukan. Dari kegiatan refleksi ini diperoleh

49

beberapa hal yang dapat dicatat sebagai masukan untuk perbaikan pada tindakan selanjutnya, yaitu: a) Pada tindakan kelas putaran II ini, pembelajaran

sudah mulai berpusat pada siswa meskipun belum sepenuhnya berpusat pada siswa. Hal ini terlihat dari siswa yang mulai menemukan sendiri jawaban soal-soal latihan. b) Keadaan kelas sudah tidak terlalu gaduh ketika

proses pembelajaran berlangsung. c) Siswa yang belum memahami konsep sudah

berkurang meskipun sedikit. Hal ini terlihat dari siswa yang mulai mau mencoba mengerjakan soal latihan sendiri. d) Bimbingan dari guru sudah lebih menyeluruh

dengan melakukan pendekatan terhadap siswa. e) terlihat f) Adanya komunikasi yang baik antara tutor Kebersamaan antar anggota kelompok sudah

dengan anggota yang lain karena informasi yang diberikan oleh tutor sudah bisa diterima dan bahkan mereka sudah bisa bertukar pendapat. Untuk menyusun rencana pada tindakan kelas putaran III, maka perlu diadakan revisi terencana dari tindakan kelas putaran II. Berdasarkan hasil dari refleksi tindakan kelas putaran II, maka

50

beberapa revisi yang disepakati antara peneliti dengan guru matematika adalah sebagai berikut: a) Kegiatan pembelajaran diupayakan berpusat pada

siswa dan meminimalkan dominasi guru dalam kegiatan pembelajaran. Guru lebih bersikap sebagai fasilitator. b) perlu Pemberian motivasi dalam kegiatan pembelajaran ditingkatkan agar siswa termotivasi dan lebih

bersemangat dalam kegiatan pembelajaran. c) Guru sudah tidak membantu siswa lagi dalam

menemukan jawaban latihan-latihan soal yang diberikan sebelum dikoreksi agar siswa lebih mandiri, sehingga pemahaman terhadap materi maupun konsep dapat meningkat. Selain itu perlu diadakan evaluasi terhadap tindakan kelas pada putaran II. Hal ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi pada tindakan kelas putaran II. Adapun evaluasi yang dihasilkan peneliti bersama guru matematika antara lain: a) Sikap guru dalam kegiatan pembelajaran harus lebih ramah agar siswa merasa nyaman selama kegiatan pembelajaran dan tidak ada rasa takut untuk bertanya terhadap guru. b) Guru harus memberikan bimbingan kepada seluruh siswa secara menyeluruh tanpa membeda-bedakan siswa. c) Latihan soal-soal diperbanyak lagi baik yang diberikan di kelas pada waktu kegiatan pembelajaran maupun yang

51

diberikan

sebagai

tugas

rumah

agar

siswa

dapat

mengaplikasikan kesimpulan yang telah diperoleh dari materi yang telah dipelajari dan guru sudah tidak membimbing siswa lagi dalam menemukan jawaban. d) Guru harus selalu memberikan pengertian kepada siswa bahwa semua teman memiliki hak dan kewajiban yang sama dan pentingnya rasa kebersamaan dalam satu kelompok. c. 1) Tindakan Kelas Putaran III Perencanaan Tindakan Kelas Putaran III Rencana tindakan putaran III dibuat berdasarkan kegiatan refleksi, revisi dan evaluasi pada putaran II. Pembelajaran pada putaran III akan dilaksanakan dengan mengajarkan materi sub pokok bahasan sub pokok bahasan menerapkan konsep luas dan keliling persegi panjang dan persegi dalam pemecahan masalah yang memiliki alokasi waktu 80 menit dan didistribusikan dalam satu kali pertemuan di kelas. Pembelajaran masih dilaksanakan dengan menerapkan metode pembelajaran Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya dan diharapkan pembelajaran akan berjalan lebih baik dan bisa mendorong siswa untuk belajar lebih giat agar pemahaman konsepnya meningkat. Berdasarkan kegiatan refleksi, revisi dan evaluasi pada putaran II maka tindakan kelas putaran III Sikap guru dalam kegiatan pembelajaran harus lebih ramah agar siswa merasa nyaman selama kegiatan pembelajaran dan tidak ada

52

rasa takut untuk bertanya terhadap guru. Latihan soal-soal diperbanyak lagi baik yang diberikan di kelas pada waktu kegiatan pembelajaran maupun yang diberikan sebagai tugas rumah agar siswa dapat mengaplikasikan kesimpulan yang telah diperoleh dari materi yang telah dipelajari dan guru sudah tidak membimbing siswa lagi dalam menemukan jawaban. Guru harus selalu memberikan pengertian kepada siswa bahwa semua teman memiliki hak dan kewajiban yang sama dan pentingnya rasa kebersamaan dalam satu kelompok. 2) Pelaksanan Tindakan Kelas Putaran III Tindakan kelas putaran III dilaksanakan pada hari Kamis, 18 Maret 2010 mulai pukul 09.55 sampai pukul 11.15 WIB. Siswa yang hadir dalam putaran III sebanyak 36 siswa. Pada putaran ini pelaku tindakan adalah guru matematika dan dibantu oleh peneliti. Selain membantu guru, peneliti juga melakukan observasi dan monitoring terhadap reaksi siswa. 3) Observasi Tindakan Kelas Putaran III Kegiatan pembelajaran dimulai dengan salam kemudian menanyakan apakah masih ada kesulitan terhadap materi yang disampaikan pada pertemuan sebelumnya dan kemudian

menanyakan apakah ada PR. Guru membahas PR bersama siswa. Guru mengingatkan kembali tentang materi yang telah dipelajari

53

sebelumnya. Tujuan dan materi ajar yang akan dipelajari disampaikan guru sebelum memberikan materi selanjutnya. Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan menerapkan metode pembelajaran Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya. Guru melanjutkan sistem pengelompokkan yang telah dilakukan pada hari sebelumnya. Peran ketua kelompok dan tutor tetap. Guru memberikan sedikit penjelasan tentang materi yang dipelajari kemudian guru membagikan lembar kerja untuk dikerjakan secara individu. Guru selalu menekankan kepada siswa pentingnya rasa kekeluargaan antar anggota kelompok. Setelah semua siswa dianggap siap, guru menginstruksikan kepada siswa untuk menukar hasil pekerjaan mereka kepada kelompok lain untuk dilaksanakan penilaian. Guru meminta perwakilan satu orang dari masing-masing kelompok untuk maju ke depan dan mempresentasikan jawaban soal hasil diskusi kelompok. Guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk menanggapi. Guru mengumumkan nilai terbaik dari semua kelompok dan menghentikan pengelompokan. Bersama-sama dengan peserta didik guru membuat kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam. 4) Refleksi Terhadap Tindakan Kelas Putaran III

54

Refleksi tindakan putaran ini mendiskusikan hasil observasi kelas yang telah dilakukan. Dari kegiatan refleksi ini diperoleh beberapa hal, yaitu: a) Pada tindakan kelas putaran III ini,

pembelajaran sudah lebih berpusat pada siswa. Hal ini terlihat dari siswa yang menemukan sendiri penyelesaian permasalahan yang diberikan tanpa bimbingan guru. b) Keadaan kelas jauh lebih tenang dan siswa

mengikuti kegiatan pembelajaran dengan sungguh-sungguh. c) Siswa lebih memahami materi ajar. Hal ini

terlihat dari banyak siswa yang mampu menjawab pertanyaan guru dengan tepat. d) Perhatian guru terhadap siswa juga lebih

menyeluruh. Hal ini terlihat guru lebih sering berkeliling untuk memberi bimbingan pada siswa yang kurang memahami materi. e) f) Kebersamaan antar anggota sudah sangat kuat. Tutor sudah sangat mahir dalam berkomunikasi

kepada teman-temannya. Banyak siswa yang sudah mampu menguasai materi sendiri sehingga peran tutor cenderung berubah sebagai teman bertukar pendapat dan saling

memberikan informasi tentang materi.

55

Dengan mengamati perubahan-perubahan perilaku yang terjadi setelah tiga putaran ke arah yang lebih baik yaitu adanya peningkatan-peningkatan yang cukup signifikan seperti

peningkatan pemahaman konsep, maka peneliti tidak melakukan revisi maupun tindakan kelas berikutnya.

3. Hasil Pelaksanaan Tindakan a. Hasil Pelaksanaan Tindakan Kelas Putaran I Hasil pelaksanaan tindakan kelas putaran I menunjukkan bahwa guru masih mendominasi kegiatan pembelajaran meskipun telah ada upaya untuk memusatkan kegiatan pembelajaran pada siswa namun belum sepenuhnya dapat dilakukan. Hal ini disebabkan siswa masih membutuhkan bimbingan dan arahan penuh dari guru. Siswa belum mampu menemukan sendiri konsep-konsep materi ajar. Guru menerapkan metode pembelajaran Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya untuk mengurangi dominasinya dalam kegiatan pembelajaran. Guru melatih siswa bekerjasama dalam satu kelompok. Guru memberikan lembar kerja untuk melatih mereka memahami konsep persegi dan persegi panjang. Adanya tutor yang telah ditunjuk berfungsi untuk membantu teman-temannya yang belum paham karena

56

biasanya siswa lebih leluasa untuk bertanya kepada teman sebayanya. Meskipun metode ini masih sangat minim dalam pelaksanaannya tetapi setidaknya sudah bisa melatih siswa memiliki rasa tanggung jawab terhadap dirinya dan memaksa siswa secara halus agar mau berusaha. Selain itu, siswa terlihat lebih bersemangat mengikuti kegiatan pembelajaran karena kegiatan pembelajaran dilakukan tidak seperti biasanya. Perubahan perilaku baik yang dilakukan oleh guru maupun yang dilakukan siswa ke arah yang lebih baik menunjukkan bahwa penerapan metode pembelajaran Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya dalam kegiatan pembelajaran membawa dampak yang cukup baik. Dari hasil observasi pada penelitian tindakan kelas putaran I ini diperoleh data yaitu meskipun kegiatan pembelajaran belum berpusat pada siswa dan guru masih mendominasi kegiatan pembelajaran serta perhatian guru belum menyeluruh, namun telah terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Pemahaman konsep siswa juga telah menunjukkan peningkatan meskipun hanya sedikit dan pemahaman konsepnya masih dikatakan rendah. Indikator-indikator yang diamati dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa terdapat 11 (30,5%) siswa yang mampu menjawab pertanyaan guru dan mengerjakan soal di papan tulis secara tepat. Siswa yang mampu menerapkan konsep secara tepat sebanyak 17 (47,2%). Kemudian, siswa yang mampu menanggapi jawaban

57

peserta didik lain ada sekitar 14 (38,9%) dan siswa yang mampu membuat kesimpulan materi terdapat sekitar 7 (19,4%). b. Hasil Pelaksanaan Tindakan Kelas Putaran II Hasil observasi yang dilakukan pada tindakan kelas putaran II ini menunjukkan bahwa sudah terlihat kegiatan pembelajaran dipusatkan pada siswa, meskipun belum sepenuhnya dilakukan. Guru masih berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran, namun tidak terlalu dominan dan guru juga terlihat lebih memperhatikan siswa bila dibandingkan dengan putaran I. Guru juga sudah tidak terlalu terlibat dalam proses kerja kelompok. Guru hanya membantu beberapa siswa saja yang mengalami kesulitan. Guru memberi kebebasan pada siswa untuk berkreasi dengan pikiran mereka sendiri. Hal ini bertujuan agar siswa mau mengeluarkan buah pikirannya dalam mmemahami konsep materi yang telah diajarkan. Siswa terlihat mampu mengerjakan lembar kerja dengan lancar. Kebersamaan dalam satu kelompok sudah terlihat. Tutor sudah sangat handal dalam berkomunikasi dengan teman teman sehingga tercipta diskusi yang sangat baik. Hal ini terlihat sudah tidak banyak siswa yang bertanya pada guru. Siswa dilibatkan aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan cara memberi kesempatan untuk menceritakan hasil pekerjaan mereka. Siswa tampak tidak mengalami hambatan saat menceritakan hasil pekerjaan mereka bahkan terlihat lebih bersemangat dalam kegiatan pembelajaran.

58

Data hasil pelaksanaan tindakan kelas putaran II yang diamati melalui indikator yaitu, kemampuan siswa dalam menjawab

pertanyaan guru dan mengerjakan soal di papan tulis secara tepat, kemampuan siswa dalam menerapkan konsep secara tepat,

kemampuan siswa memberi tanggapan tentang jawaban peserta didik lain, kemampuan siswa dalam membuat kesimpulan materi

menunjukkan adanya peningkatan bila dibandingkan dengan putaran I, meskipun hasil yang dicapai belum sesuai yang diharapkan. Peningkatan ini dapat dilihat dari naiknya prosentase tiap-tiap indikator yang diamati. Indikator yang diamati dalam penelitian ini yaitu siswa yang mampu menjawab pertanyaan guru dan mengerjakan soal di papan tulis secara tepat ada 18 (50%) siswa. Indikator kedua yang diamati menunjukkan bahwa terdapat 29 (80,5%) siswa yang mampu menerapkan konsep secara tepat. Indikator ketiga yang diamati yaitu kemampuan siswa memberi tanggapan tentang jawaban peserta didik lain menunjukkan bahwa ada 17 (47,2%) siswa yang mampu menanggapi jawaban siswa lain, dan indikator keempat yang diamati menunjukkan bahwa terdapat 10 (27,7%) siswa yang mampu membuat kesimpulan materi. c. Hasil pelaksanaan Tindakan Kelas Putaran III Hasil observasi yang dilakukan pada tindakan kelas putaran III ini menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran dipusatkan pada siswa dan guru hanya bertindak sebagai peninjau keadaan siswa. Hal ini

59

terlihat saat kerja kelompok, guru sudah tidak terlihat membantu peserta didik. Guru memberi kebebasan siswa berdiskusi dalam kelompok. Siswa dibiarkan menemukan dan menyusun konsep keliling dan luas persegi dan persegi panjang dalam pemecahan masalah kemudian menyampaikan kepada siswa lain apa yang telah mereka susun. Data hasil pelaksanaan tindakan kelas putaran III yang diamati melalui indikator kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan guru dan mengerjakan soal di papan tulis secara tepat, kemampuan siswa dalam menerapkan konsep secara tepat, kemampuan siswa memberi tanggapan tentang jawaban siswa lain, kemampuan siswa dalam membuat kesimpulan materi yang meliputi mendefinisikan konsep, menemukan sifat-sifat dari konsep dan memberikan contoh dan non contoh dari konsep menunjukkan adanya peningkatan yang cukup berarti. Hasil yang dicapai juga sudah sesuai dengan yang diharapkan. Peningkatan ini dapat dilihat dari naiknya prosentase tiap-tiap indikator yang diamati. Indikator-indikator yang diamati dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 24 (66,7%) siswa yang mampu menjawab pertanyaan guru dan mengerjakan soal di papan tulis secara tepat. Siswa yang mampu menerapkan konsep secara tepat terdapat 30 (83,3%). Siswa yang mampu menanggapi jawaban siswa lain ada 20 (55,5%), dan terdapat 14 (38,9%) siswa yang mampu membuat kesimpulan materi.

60

C.

Pembahasan Pembahasan terhadap permasalahan penelitian maupun hipotesis

tindakan berdasarkan pada analisis data kualitatif hasil penelitian dari kerja kolaborasi antara peneliti dengan guru matematika SMP Negeri 2 Sawit. Hal ini sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman konsep melalui metode pembelajaran Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya. Adapun permasalahan yang akan dicari jawabannya dalam penelitian ini adalah: Adakah peningkatan pemahaman konsep matematika setelah dilakukan kegiatan pembelajaran dengan metode pembelajaran Team Assisted

Individualization berbasis tutor sebaya? Pada putaran I siswa belum mampu menjawab pertanyaan guru maupun mengerjakan soal di papan tulis dengan tepat. Kebersamaan dalam kelompok juga belum tercipta. Peran tutor juga masih sangat kurang karena teman temannya sangat sulit dikendalikan. Guru belum memberikan perhatian yang menyeluruh terhadap seluruh siswa. Pada putaran ini peserta didik juga belum mampu menanggapi jawaban siswa lain. Hanya beberapa siswa saja yang mampu membuat kesimpulan materi persegi dan persegi panjang. Perbaikan yang dilakukan antara lain memberikan perhatian yang menyeluruh kepada seluruh siswa tanpa membeda-bedakan siswa.

Memberikan semangat kepada siswa untuk lebih giat berlatih dan memberi semangat kepada tutor untuk lebih percaya diri. Siswa dapat menerapkan konsep persegi panjang dan persegi. Penerapan metode pembelajaran Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya belum berjalan maksimal.

61

Pada putaran kedua suasana tampak berubah, penerapan metode pembelajaran Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya

membantu siswa didik membuat kesimpulan materi dan memahami konsep. Beberapa siswa mampu menjawab pertanyaan guru dan mengerjakan soal di papan tulis. Ada beberapa siswa yang mampu menanggapi jawaban peserta didik lain dan membuat kesimpulan materi. Jumlahnya pun lebih banyak dari pada putaran I. Tutor lebih bersemangat karena teman temannya lebih bersemangat dan terjadi pertukaran pendapat. Pada putaran ketiga kegiatan pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya membawa perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Mayoritas peserta didik sudah cukup kuat pemahaman konsepnya. Peran tutor semakin bisa diandalkan karena rasa kebersamaan semakin kuat sehingga komunikasinya berjalan dengan sangat baik. Tukar pendapat juga sering terjadi karena pemahaman konsep yang dimiliki sudah semakin kuat. Konsep persegi panjang dan persegi sudah sangat melekat di benak siswa. Dampaknya adalah peserta didik mampu menjawab pertanyaan guru dan mampu mengerjakan soal-soal dengan tepat. Jumlah siswa yang mampu menanggapi jawaban siswa lain dan membuat kesimpulan materi jauh lebih banyak dari sebelumnya. Data yang diperoleh untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan pemahaman konsep siswa dalam penelitian ini dirinci ke dalam 4 indikator yang diamati, yaitu:

62

1.

Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan guru dan

mengerjakan soal di papan tulis secara tepat. Indikator diamati saat proses pembelajaran berlangsung yaitu banyaknya siswa yang mampu menjawab pertanyaan guru dengan tepat dan mengerjakan soal di papan tulis dengan benar. Data yang diperoleh dari menunjukkan bahwa siswa yang mampu menjawab pertanyaan guru dan mengerjakan soal secara tepat terdapat 11 (30,5%) siswa pada putaran I, 18 (50%) siswa pada putaran II dan 24 (66,7%) siswa pada putaran III. Dari putaran I dan putaran II ini terdapat peningkatan prosentase dari 30,5% menjadi 50% atau meningkat sebesar 19,5%, sedangkan dari putaran II dan III mengalami peningkatan yaitu dari 50% menjadi 66,7% atau meningkat sebesar 16,7%. Dari kenaikan prosentase indikator yang diamati pada putaran I, putaran II dan putaran III ini mengalami peningkatan sehingga indikator pertama yaitu kemampuan siswa menjawab pertanyaan guru dan mengerjakan soal di papan tulis secara tepat ini mengalami peningkatan. 2. Kemampuan siswa dalam menerapkan konsep secara tepat.

Indikator ini diamati dari cara siswa mengerjakan tugas mandiri , yaitu apakah siswa mengetahui konsep atau algoritma pengerjaan latihan tersebut dan menerapkan konsep yang ia miliki secara tepat atau tidak dalam mengerjakan soal tersebut. Data yang diperoleh dari putaran I menunjukkan bahwa siswa yang mampu menerapkan konsep secara tepat, pada putaran I terdapat 17 (47,2%), Pada putaran II ada 29 (80,5%) dan pada putaran III terdapat 30 (83,3%) siswa yang mampu menerapkan

63

konsep secara tepat. Dari putaran I dan putaran II ini terdapat peningkatan prosentase dari 47,2% menjadi 80,5% atau meningkat sebesar 33,3%. Diperoleh peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar 33,3%. Dari putaran II dan III mengalami peningkatan yaitu dari 80,5% menjadi 83,3% atau meningkat sebesar 2,8%. Prosentase indikator kedua yang diamati pada putaran I, putaran II dan putaran III ini mengalami peningkatan sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa menerapkan konsep secara tepat mengalami peningkatan. 3. Kemampuan siswa memberi tanggapan tentang jawaban siswa lain.

Indikator ini diamati saat kegiatan pembelajaran, yaitu dilihat dari apakah siswa mampu mengoreksi jawaban siswa secara tepat dan mampu memberikan jawaban yang benar dengan algoritma yang tepat. Data yang diperoleh dari putaran I menunjukkan bahwa siswa yang mampu menanggapi jawaban siswa lain terdapat 14 (38,9%) siswa pada putaran I. putaran II terdapat 17 (47,2%) siswa dan putaran III terdapat 20 (55,5%) siswa. Dari putaran I dan putaran II ini terdapat peningkatan prosentase dari 38,9% menjadi 47,2% atau meningkat sebesar 8,3%. Dari putaran II dan III dapat dilihat bahwa indikator yang diamati ini mengalami peningkatan yaitu dari 47,2% menjadi 55,5% atau meningkat sebesar 8,3%. Prosentase indikator ketiga yang diamati pada putaran I, putaran II dan putaran III ini mengalami peningkatan sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa memberi tanggapan terhadap jawaban siswa lain mengalami peningkatan.

64

4. ini

Kemampuan siswa dalam membuat kesimpulan materi. Indikator diamati saat proses pembelajaran yaitu saat siswa diminta

mempresentasikan jawaban dari kelompoknya dan saat siswa membuat kesimpulan materi. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa siswa yang mampu membuat kesimpulan materi terdapat 7 (19,4%) pada putaran I. Pada putaran II terdapat 10 (27,7%) dan putaran III terdapat 14 (38,9%) siswa. Dari putaran I dan putaran II ini terdapat peningkatan prosentase dari 19,4% menjadi 27,7% atau meningkat sebesar 8,3%. Meskipun peningkatan masih dikatakan sedikit, namun sudah menunjukkan adanya peningkatan. Dari putaran II dan III dapat dilihat bahwa indikator yang diamati ini mengalami peningkatan yaitu dari 27,7% menjadi 38,9% atau meningkat sebesar 11,2%. Prosentase indikator keempat yang diamati pada putaran I, putaran II dan putaran III ini mengalami peningkatan sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa membuat kesimpulan materi mengalami peningkatan. Adapun data hasil peningkatan pemahaman konsep persegi panjang dan persegi dapat disajikan dalam tabel dan juga grafik sebagai berikut: Tabel 4.1 Data hasil peningkatan pemahaman konsep peserta didik
Indikator Kemampuan menjawab pertanyaan dan mengerjakan soal di papan tulis dengan Sebelum Tindakan 8 (22,2%) Putaran I 11 (30,5%) Putaran II 18 (50%) Putaran III 24 (66,7%)

65

tepat Kemampuan menerapkan konsep dengan tepat Kemampuan menanggapi jawaban Kemampuan membuat kesimpulan materi 14 (38,9%) 8 (22,2%) 4 (11,1%) 17 (47,2%) 14 (38,9%) 7 (19,4%) 29 (80,5%) 17 (47,2%) 10 (27,8%) 30 (83,3%) 20 (55,5%) 14 (38,9%)

Grafik 4. 1 Grafik Peningkatan Pemahaman Konsep PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP

35 30 25 20 15 10 5 0
sebelum tindakan putaran I putaran II putaran III

w i s h a l m u j

pelaksanaan tindakan
Kemampuan menjawab pertanyaan dan mengerjakan soal di papan tulis dengan tepat Kemampuan menerapkan konsep dengan tepat Kemampuan menanggapi jawaban Kemampuan membuat kesimpulan materi

Grafik di atas menunjukkan adanya peningkatan mulai dari putaran I, putaran II dan putaran III. Ada yang mengalami peningkatan cukup signifikan, namun ada pula yang hanya mengalami sedikit peningkatan, meskipun begitu penelitian ini sudah menunjukkan adanya peningkatan atau perubahan perilaku

66

ke arah yang lebih baik, sehingga jawaban dari permasalahan dalam penelitian ini yaitu ada peningkatan pemahaman konsep siswa pada pokok bahasan persegi panjang dan persegi setelah dilakukan pembelajaran dengan metode pembelajaran Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya.

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A.

KESIMPULAN Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif

antara peneliti, guru kelas VII SMP Negeri 2 Sawit dan kepala sekolah, dari hasil penelitian itu dapat disimpulkan terperinci sebagai berikut : 1. Dialog awal tentang usaha peningkatan pemahaman konsep siswa

dalam proses pembelajaran melalui metode pembelajaran Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya diperoleh kesepakatan bahwa pembelajaran dimana para siswa bekerja dalam tim-tim pembelajaran kooperatif dan mengemban tanggung jawab individu, saling membantu satu sama lain dalam menghadapi masalah dan saling memberi dorongan untuk maju. Hal ini akan mendorong siswa untuk bisa menjawab pertanyaan guru dan mengerjakan soal dengan tepat, berani memberi tanggapan dan memberi pembetulan dari jawaban teman lain yang dirasa salah, dan bisa membuat kesimpulan materi. Usaha peningkatan ini ditinjau dari permasalahan nyata yang dirasakan guru pada kelas yang

64

67

diampunya dan permasalahan yang ada adalah kebosanan siswa karena dalam pembelajaran hanya diposisikan sebagai pendengar, siswa cenderung kurang mampu menggunakan rumus/ konsep yang diperlukan dalam pemecahan masalah karena kemampuan siswa dalam memahami konsep materi masih kurang. 2. Perencanaan pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik. Hal ini

ditunjukkan oleh evaluasi berdasarkan tindakan kelas, yaitu pembelajaran yang biasa menggunakan ceramah berubah menjadi pembelajaran dengan metode pembelajaran Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya yang mengajak siswa untuk kerja kelompok dan bisa menerapkan konsep dengan tepat karena adanya saling membantu antar teman sebayanya, berani menjawab pertanyaan guru, berani mengoreksi hasil pekerjaan temannya dan mempresentasikan jawaban yang benar. 3. Peningkatan pemahaman konsep siswa dapat dilihat dari indikator

yang diamati dalam penelitian ini yaitu: a. Kemampuan siswa dalam menjawab

pertanyaan guru dan mengerjakan soal di papan tulis dengan tepat meningkat. Pada putaran I kemampuan siswa hanya 30,5%. Putaran II meningkat menjadi 50% dan pada putaran III meningkat lagi menjadi 66,7%. b. Kemampuan siswa dalam menerapkan

konsep secara tepat mengalami peningkatan setelah dilakukan peningkatan. Pada putaran I kemampuan siswa 47,2% meningkat

68

menjadi 80,5% pada putaran II, dan meningkat lagi pada putaran III menjadi 83,3%. c. Kemampuan siswa dalam menanggapi

jawaban peserta didik lain meningkat setelah dikenai tindakan. Putaran I kemampuan siswa 38,9% meningkat pada putaran II menjadi 47,2% dan mengalami peningkatan lagi pada putaran III menjadi55,5%. d. Kemampuan siswa dalam membuat

kesimpulan materi. Putaran I kemampuan siswa 19,4% meningkat pada putaran II menjadi 27,8% dan mengalami peningkatan lagi pada putaran III menjadi 38,9%. B. IMPLIKASI Kesimpulan butir kesatu memberi implikasi, bahwa para praktisi khususnya guru kelas yang terlibat dalam penelitian ini mempunyai kesukarelaan dan komitmen bagi usaha perbaikan pembelajaran matematika. Oleh karena itu agara usaha perbaikan pembelajaran tercapai, maka kerja kolaboratif untuk memahami kelas secara terus menerus perlu dilakukan. Kesimpulan butir kedua memberika implikasi, bahwa dengan bekal kemampuan yang tinggi, dan mendengarkan saran dari pihak lain, guru kelas mampu melaksanakan perubahan-perubahan dalam proses pembelajaran seperti menerapkan proses pembelajaran melalui metode pembelajaran Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya. Pembelajaran dengan menerapkan metode Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya ini mengajak para siswa bekerja dalam tim-tim pembelajaran kooperatif dan

69

mengemban tanggung jawab individu, saling membantu satu sama lain dalam menghadapi masalah dan saling memberi dorongan untuk maju. Hal ini akan mendorong siswa untuk bisa menjawab pertanyaan guru dan mengerjakan soal dengan tepat, berani memberi tanggapan dan memberi pembetulan dari jawaban teman lain yang dirasa salah, dan bisa membuat kesimpulan materi. Pembelajaran ini diterapkan sejak penelitian dimulai dengan revisi pada setiap tindakan kelas. Kesimpulan ketiga memberikan implikasi bahwa dalam penelitian di SMP, pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya ini memiliki peran utama dalam kaitannya dengan usaha peningkatan pemahaman konsep siswa. Dalam usaha peningkatan pemahaman konsep ini, ada baiknya menyentuh pengembangan kreatifitas guru, hal ini dapat dilakukan melalui kerja kolaboratif guru dengan peneliti untuk mengatasi masalah-masalah

pembelajaran amtematika yang selalu dihadapi di kelas. Faktor yang dapat mendukung peningkatan pemahaman konsep siswa antara lain, kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan dan mengerjakan soal di papan tulis dengan tepat, kemampuan siswa dalam menerapkan konsep secara tepat, kemampuan siswa dalam menanggapi jawaban peserta didik lain dan kemapuan siswa dalam membuat kesimpulan materi, yang cenderung masih rendah karena diterapkannya pembelajaran yang konvensional. Oleh sebab itu, pengembangan kemampuan siswa dapat dilakukan pembelajaran

70

dengan menerapkan metode pembelajaran Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya. C. SARAN Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang bersifat kolaboratif yang telah dilaksanakan, maka diajukan sejumlah saran, yaitu : 1. a. Terhadap Guru matematika Berdasar hasil kesimpulan yang telah diperoleh

diharap guru matematika menerapkan metode pembelajaran yang menarik, misalkan menggunakan metode pembelajaran Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya sebagai alternatif lain agar siswa semangat dalam kegiatan pembelajaran dan dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. b. Guru kelas perlu memperbanyak latihan selama

proses pembelajaran. Hal ini akan membantu guru untuk dapat meningkatkan matematika. c. Guru matematika perlu mengadakan pemantauan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran

tingkah laku siswa selama proses pembelajaran. Hal ini akan membantu guru untuk memahami setiap permasalahan yang muncul dan dapat dipakai untuk usaha perbaikan pembelajaran. 2. Terhadap siswa

71

a.

Setiap

siswa

hendaknya

dapat

menjalin hubungan baik dengan guru agar proses belajar mengajar terasa nyaman dan menyenangkan. b. Siswa hendaknya tidak takut

bertanya apabila tidak mengerti karen dengan bertanya siswa dapat memahami materi pelajaran yang disampaikan guru. c. Siswa hendaknya mengulangi

kembali dirumah pelajaran yang suda disampaikan guru sehingga siswa yang lambat dalam memahami materi dapat mengikuti dan menutupi ketertinggalan dengan teman-teman lainnya.

3.

Terhadap Peneliti Berikutnya Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengatasi

permasalahan-permasalahan

yang

muncul

dalam

pembelajaran

matematika. Hal ini dilakukan agar proses belajar mengajar di sekolah berjalan efektif tanpa hambatan, sesuai dengan yang kita inginkan.

You might also like