You are on page 1of 28

1

BAB I PENDAHULUAN

I. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat Indonesia ditentukan oleh banyak faktor, tidak hanya ditentukan oleh pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan dan faktor lainnya. Faktor faktor ini berpengaruh pada kejadian morbiditas, mortalitas dan status gizi dapat menggambarkan keadaan situasi derajat kesehatan masyarakat. Angka ini juga dapat digunakan untuk perencanaan bidang kesehatan. Situasi derajat kesehatan masyarakat pada tahun 2008 dapat dilihat melalui keadaan morbiditas, mortalitas dan status gizi. Mortalitas adalah angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu (Depkes, 2008). Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penangaanannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. Indikator ini secara langsung digunakan untuk memonitor kematian terkait dengan kehamilan. AKI dipengaruhi oleh beberapa faktor termauk status

kesehataan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. AKB merupakan indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat, baik pada tingkat provinsi maupun nasional. Selain itu program program kesehatan di Indonesia banyak yang menitikberatkan pada upaya penurunan AKB. Angka Kematian Ibu bersama dengn Angka Kematian Bayi senantiasa menjadi indikator keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan. AKI mengacu pada jumlah kemtian ibu yang terkait dengan masa kehamilan, persalinan dan nifas. Hasil SDKI tahun 2007 menyebutkan bahwa AKI untuk periode 5 tahun sebelum survei (2003-2007) sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini turun dibandingkan AKI hasil SDKI tahun 2002 2003 yang mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup. Menurut Riskesdas 2012, persalinan oleh tenaga kesehatan pada sasaran kelompok miskin (Quintile 1) baru mencapai sekitar 69,3%.

Sedangkan persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan baru mencapai 55,4%. Salah satu kendala penting untuk mengakses persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan adalah keterbatasan dan ketidak-tersediaan biaya sehingga diperlukan kebijakan terobosan untuk meningkatkan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di

fasilitas kesehatan melalui kebijakan yang disebut Jaminan Persalinan. Jaminan Persalinan dimaksudkan untuk menghilangkan hambatan finansial bagi ibu hamil untuk mendapatkan jaminan persalinan, yang didalamnya termasuk periksa kehamilan, pelayanan nifas termasuk KB pasca persalinan, dan pelayanan bayi baru lahir. Dengan demikian, adanya Jaminan Persalinan diharapkan dapat mengurangi terjadinya Tiga Terlambat di antaranya terlambat dalam pemeriksaan kehamilan, terlambat mengambil keputusan, terlambat dalam memperoleh pelayanan persalinan dari tenaga kesehatan, dan terlambat sampai di fasilitas kesehatan pada saat dalam keadaan emergens. Hal tersebut sehingga dapat mengakselerasi tujuan pencapaian MDGs 4 dan 5 (Depkes, 2012) Dalam rangka menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Anak dan mempercepat pencapaian MDGS ditetapkan kebijakan bahwa setiap ibu yang melahirkan, biaya persalinannya ditanggung oleh pemerintah, melalui program Jampersal Menurut penelitian sebelumnya oleh Sumiati pada tahun 2012, yang memilih jampersal sebanyak 19,05% dan yang tidak memilih sebesar 80,95% dengan pendidikan pasien rendah 26,31%, kurang 21,88%, dengan pasien yang bekerja 34,21% dan dengan berpenghasilan tinggi 33,33%. Hasil penelitian Siska Amalia, Fitriyani,SST dan Sigit Prasojo SKM,Mkep diketahui sebagian besar tingkat kepuasan ibu bersalin di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan sebanyak 32 orang. Teknik

pengambilan sampel mengunakan purposive sampling, dengan alat pengumpulan data yaitu kuesioner. Analisa data menggunakan uji Mann Whitney dengan ASKES adalah cukup puas yaitu sebanyak 12 orang (75%) dan sebagian besar tingkat kepuasan bersalin dengan jampersal adalah cukup puas yaitu sebanyak 14 orang (87,5%). Untuk dapat mencapai derajat kesehataan yang setinggi tingginya perlu diselenggarakan berbagai upaya kesehatan dengan menghimpun seluruh potensi bangsa. Jika upaya kesehatan tersebut tidak dapat tidak dapat terselenggara dengan baik dan pelayanan kesehatan belum terjangkau secara merata oleh masyarakat, maka sulit diharapkan derajat kesehatan masyarakat dapat meningkat. Dari latar belakang tersebut peneliti ingin mengetahui seberapa besar tingkat kepuasan pasien pengguna Jampersal terhadap layanan kesehatan di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2013.

II. Rumusan Masalah Jumlah pasien dengan Jampersal semakin meningkat semenjak diberlakukannya program tersebut, hal ini menandakan cakupan jaminan kesehatan ini sudah berjalan cukup baik. Meski Program Jaminan Persalinan (Jampersal) telah berjalan, namun masih banyak masyarakat yang belum mengetahui dan mengerti program tersebut.

Selain itu, walaupun target dari program Jaminan Persalinan merupakan masyarakat yang tidak memiliki jaminan persalinan, saat ini pasien yang sudah memiliki jaminan kesehatan lain juga dapat memperoleh program tersebut. III. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien ibu bersalin pengguna Jampersal terhadap pelayanan kesehatan. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui kepuasan pasien ibu bersalin pengguna Jampersal terhadap pelayanan kesehatan di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2013.
b. Untuk mengetahui kepuasan pasien ibu bersalin pengguna Jampersal

terhadap standar pelayanan di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2013. c. Untuk mengetahui kepuasan pasien ibu bersalin pengguna Jampersal terhadap peralatan di Puskesmas Kecamataan Pasar Minggu tahun 2013.

d. Untuk mengetahui kepuasan paien ibu bersalin pengguna Jampersal terhadap petugas di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2013. IV. 1. Manfaat Manfaat bagi Puskesmas Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan dan informasi bagi puskesmas mengenai manajemen pelayanan pasien dengan jampersal dalam upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan puskesmas. 2. Manfaat bagi Pendidikan Memberi informasi tentang Jaminan Persalinan dengan kepuasan pasien, agar teman sejawat mampu memberi pelayanan yang baik terhadap pasien setelah mempelajari tentang karya tulis ilmiah ini. 3. Manfaat bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan, ilmu pengetahuan, pengalaman penulis serta mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh terutama mengenai manajemen pelayanan puskesmas.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I.

Pengertian Jampersal Jampersal adalah Jaminan pembiayaan yang digunakan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan kesehatan nifas termasuk KB

pascapersalinan dan pelayanan bayi baru lahir (Sumiati, 2012). Program Jaminan Persalian (Jampersal) adalah jaminan pembiayaan persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir. Jampersal diperuntukkan bagi seluruh ibu hamil yang belum memiliki jaminan persalinan (Depkes, 2012) Program Jaminan Persalinan (Jampersal) bertujuan menjamin akses pelayanan persalinan yang dilakukan dokter atau bidan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kemtian Bayi (AKB). Dengan adanya Jampersal diharapkan meningkatkan cakupan pemeriksaan

kehamilan, pertolongan persalinan, dan pelayanan nifas ibu dan pelayanan bayi baru lahir oleh tenaga kesehatan.

Selain itu, Jampersal juga bertujuan untuk meningkatkan cakupan pelayanan KB paska persalinan, penanganan komplikasi ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir dan terselenggaranya pengelolaan keuangan yang efisien, efektif, transparan, dan akuntabel (Depkes, 2012). Sasaran yang dijamin Jampersal antara lain: 1. 2. 3. 4. Ibu hamil Ibu bersalin Ibu nifas (sampai 42 hari setelah melahirkan) Bayi baru lahir (sampai dengan usia 28 hari) Adapun jaminan pembiayaannya meliputi : 1. 2. 3. 4. 5. Pemeriksaan kesehatan Pertolongan persalinan Pelayanan nifas Pelayanan KB pasca persalinan Pelayanan bayi baru lahir Peserta program Jampersal adalah seluruh ibu hamil yang belum memiliki jaminan persalinan (tidak tertanggung di dalam kepesertaan ASKES, Jamkesmas, Jamkesda, Jamsostek dan asuransi lainnya).

II. Tujuan Jampersal


1.

Tujuan Umum Meningkatnya akses terhadap pelayanan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB pasca persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan berwenang di fasilitas kesehatan dalam rangka menurunkan AKI dan AKB.

2.

Tujuan Khusus
a. Meningkatnya

cakupan

pemeriksaan

kehamilan,

pertolongan

persalinan, dan pelayanan nifas ibu oleh tenaga kesehatan yang kompeten. b. Meningkatnya cakupan pelayanan.
1) 2)

Bayi baru lahir. Keluarga Berencana Pasca Persalinan.

3) Penanganan komplikasi ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru

lahir, KB pasca persalinan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. 4) Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang efisien, efektif, transparan, dan akuntabel. III. Ruang Lingkup Pelayanan Jampersal Peserta Jampersal berhak memanfaatkan pelayanan kesehatan di seluruh jaringan fasiltas pelayanan kesehatan tingkat pertama dan tingkat lanjutan.

10

Pelayanan tingkat pertama diberikan di Puskesmas dan puskesmas mampu PONED serta jaringannya termasuk Polindes/Poskesdes, dan fasilitas kesehatan swasta yang memiliki Perjanjian Kerja Sama (PKS). Diberikan oleh tenaga kesehatan berkompeten dan berwenang. Tambahan untuk Puskesmas mampu PONED: 1. Pemeriksaan kehamilan pada kehamilan resiko tinggi. 2. Pelayanan paska keguguran. 3. Persalinan per vaginam dengan tindakan emergensi dasar. 4. Pelayanan nifas dengan tindakan emergensi dasar. 5. Pelayanan bayi baru lahir dengan tindakan emergensi dasar Pelayanan tingkat lanjutan diberikan oleh tenaga kesehatan

spesialistik yang dilaksanakan di fasilitas perawatan kelas II RS Pemerintah atau RS swasta yang memiliki PKS dan pelayanan diberikan berdasarkan rujukan, kecuali pada kondisi kedaruratan. Jenis pelayanan: 1. Pemeriksaan rujukan kehamilan pada kehamilan resiko tinggi. 2. Penanganan rujukan paska keguguran. 3. Penanganan kehamilan ektopik terganggu (KET). 4. Persalinan dengan tindakan emergensi komprehensif. 5. Pelayanan nifas dengan tindakan emergensi komprehensif. 6. Pelayanan bayi baru lahir dengan tindakan emergensi komprehensif.

11

7. Pelayanan KB paska persalinan. IV. Paket Manfaat Jampersal Peserta jaminan persalinan mendapatkan pelayanan yang meliputi :
1. Pemeriksaan Kehamilan (ANC). 2. Persalinan normal. 3. Pelayanan nifas normal termasuk KB pasca persalinan.

4. Pelayanan bayi baru lahir normal.


5. Pemeriksaan kehamilan pada kehamilan resiko tinggi.

V. Pola Pembayaran Pembayaran untuk pelayanan Jaminan Persalinan dilakukan dengan cara: 1. Pembayaran di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dilakukan dengan cara klaim. 2. Pembayaran di Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan dilkaukan dengan cara klaim, didasarkan atas paket Indonesia Case Group (INA-CBGs). VI. Kelengkapan Pertanggujawaban Klaim Pertanggungjawaban klaim pelayanan Jaminan Persalinan dari fasiltas kesehatan tingkat pertama ke tim Pengelola Kabupaten/Kota dilengkapi:

12

1. Foto kopi lembar pelayanan pada buku KIA, sesuai pelayanan yang diberikan untuk pemeriksaan kehamilan, pelayanan nifas, termasuk pelayanan bayi baru lahir dan KB paska persalinan. Apabila tidak terdapat buku KIA pada daerah setempat dapat digunakan bukti-bukti yang syah ditanda tangani ibu hamil/bersalin dan petugas yang menangani. 2. Potograf (catatan persalinan) yang ditanda tangani tenaga kesehatan penolong persalinan untuk pertolongan persalinan. 3. Foto kopi/tembusan surat rujukan, termasuk tindakan pra rujukan yang telah dilakukan di tanda tangani ibu hamil/ibu bersalin. 4. Foto kopi identitas diri (KTP dan identitas lainnya) dari ibu hamil/bersalin. VII.Pendanaan Jampersal Dana untuk pelayanan Jamkesmas termasuk Jampersal merupakan satu kesatuan (secara terintegrasi) disalurkan langsung dari Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta V ke: 1. Rekening Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai penanggung jawab pengelolaan Jamkesmas di wilayahnya. 2. Rekening Rumah Sakit untuk pelayanan tingkat lanjut (RS Pemerintah dan RS swasta) yang memiliki Perjanjian Kerjasama.

13

VIII. Sumber dan Alokasi Dana 1. Sumber Dana Dana Jampersal bersumber dari APBN Kementrian Kesehatan yang dialokasikan pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Sekretariat Ditjen Bina Upaya Kesehatan Kementrian Kesehatan. 2. Alokasi Dana Dana Jamkesmas untuk pelayanan dasar di Puskesmas dan jaringannya serta Jaminan Persalinan menjadi satu kesatuan, disalurkan langung dari bank operasioanal Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara ( KPPN). IX. Pelayanan Rawat Inap Pelayanan rawat inap adalah pelayanan terhadap pasien yang menempati tempat tidur perawatan untuk keperluan observasi, diagnosa, terapi, rehabilitasi medi dan peayanan medik lainnya (Depkes RI, 1997). Pelayanan rawat inap mempunyai dua aspek penting yang berkaitan dengan kepuasan pasien yaitu manusia dan alat. Aspek alat merupakan saran dan prasarana yang diperlukan dalam pelayanan kesehatan tersebut antara lain llingkungan fisik seperti bentuk bangunan dan desain ruangan sangat mempengaruhi kepuasan pasien. Aspe manusia merupakan tenaga yang melaksanakan pelayanan rawat inap. Untuk dapat memuaskan pasien

14

diperlukan petugas yang dapat melaksanakan prosedur kerja dengan baik, ramah, sopan, simpatik, penuh pengertian, luwes dan terampil. Alur proses pelayanan pasien unit rawat inap akan mengikuti alur sebagai berikut : a. Bagian penerimaan pasien b. Ruang perawatan c. Bagian administrasi dan keuangan X. Kepuasan Pasien Reformasi layanan kesehatan telah lama dibicarakan, baik di negara maju ataupun di negara berkembang yang menurut hemat saya tidak lain adalah membuat sistem layanan kesehatan yang semakin responsif terhadap kebutuhan pasien atau masyarakat. Oleh sebab itu, perlu dilakukan reorientasi tujuan dari organisasi layanan kesehatan dan reposisi hubungan pasien dengan dokter atau profesi layanan kesehatan agar semakin terfokus padaa kepentingan pasien. Dengan kata lain, layanan kesehatan itu harus selalu mengupayakan kebutuhan dan kepuasan pasien atau masyarakat yang dilayani secara simultan. Pasien baru akan merasa puas apabila kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya sama atau melebihi harapannya dan sebaliknya, ketidakpuasan atau perasaan kecewa pasien akan muncul apabila kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya itu tidak sesuai dengan harapannya. Kepuasan pasien

15

adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien membandingkannya dengan apa yang diharapkannya. Dengan penerapan pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan, kepuasan pasien menjadi bagian yang integral dan menyeluruh dari kegiatan jaminan mutu layanan kesehatan. Artinya, pengukuran tingkat kepuasan pasien harus menjadi kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari pengukuran mutu layanan kesehatan. Konsekuensi dari pola pikir yang demikian adalah dimensi kepuasan pasien menjadi salah satu dimensi mutu layanan kesehaatan yang penting. Survei kepuasan pasien menjadi penting dan perlu dilakukan bersamaan dengan pengukuran dimensi mutu layanan kesehatan yang lain. Kemauan atau keinginan pasien dapat diketahui melalui survei kepuasan pasien. Pengalaman membuktikan bahwa transformasi ekonomi pasti akan mengubah keinginan dan kebutuhan masyarakat terhadap layanan kesehatan. Oleh sebab itu, pengukuran kepuasan pasien perlu dilakukan secara berkala dan akurat. Telah terbukti bahwa terdapat hubungan yang positif antara patisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan kesehatan dengaan kepuasan pasien (Pohan, 2006).

16

Kesimpulan yang dapat dibuat dari pola pikir tersebut adalah : 1. Komponen kepuasan pasien dari mutu layanan kesehatan menjadi salah satu komponen utama atau penting. 2. Kepuasan pasien adalah keluaran (outcome) layanan kesehatan. Dengan demikian, kepuasan pasien merupakan salah satu tujuan dari penigkatan mutu layanan kesehatan. 3. Dapat dibuktikan bahwa pasien yang mengalami kepuasan terhadap layanan kesehatan yang diselenggarakan cenderung mematuhi nasihat, setia, atau taat terhadap rencana pengobatan yang telah disepakati. 4. Sebaliknya, pasien yang tidak merasakan kepuasan atau kekecewaan sewaktu menggunakan layanan kesehatan cenderung tidak mematuhi nasihat, tidak mematuhi rencana pengobatan, berganti dokter atau pindah ke fasilitas layanan kesehatan lain. 5. Uji coba membuktikan bahwa kepuasan pasien berdampak pada keluaran dari layanan kesehatan, artinya berdampak pada status kesehatan. Dengan demikian, pada beberpa kejadian yang memerlukan layanan kesehatan dalam kurun waktu yang lama, sebagian pakar

merekomendasikan agar menggunakan status kesehatan sebagai indikator kepuasan pasien. Umumnya kepuasan pasien dipelajari melalui survei lapangan. Suatu masalah penting dari survei kepuasan pasien adalah bahwa hasilnya akan menimbulkan sedikit perbedaan jika sebagian besar responden menyatakan

17

benar benar merasa puas. Banyak faktor yang dapat menjelaskan kecenderungan ini. Salah satu faktor penting yang menyebabkan hal ini adalah biasanya pasien atau responden segan mengemukakan kritik dan ini disebut sebagai efek normatif atau normative effect. Efek normatif tersebut umumnya dapat diatasi antara lain dengan: 1. Jumlah pilihan dalam kuisioner. 2. Cara penempatan butir butir kepuasan pasien dalam kuisioner. 3. Menghindari bias. 4. Memelihara kerahasiaan. Tanggapan yang diberikan pasien akan di pengaruhi oleh beberapa variabel. Diantaranya adalah variabel sosial dan demografi. Adapun variabel sosial dan demografi tersebut antara lain: 1. Pasien lebih tua selalu merasa puas. Banyak penulis melaporkan bahwa pasien yang lebih tua selalu merasa lebih puas daripada pasien yang lebih muda. 2. Status kesehatan rendah terkait dengan ketidakpuasan pasien. Kenyataan yang semakin berkembang adalah bahwa status kesehatan yang rendah ada hubungannya dengan ketidakpuasan pasien. 3. Pria lebih merasa puas daripada wanita.

18

Bebrapa studi menujunkkan bahwa lebih banyak pria daripada wanita yang merasa puas terhadap layanan kesehatan yang diselenggarakan (Pohan, 2006).

Kerangka Teori
Lingkungan, fisik gedung, peralatan, petugas, obat, kebijaksanaan, prosedur, standar Kesinambungan layanan, kesehatan, rujukan tepat, rekam medik akurat dan lengkap Keluaran atau layanan kesehatan efektif, konsultasi teliti, tidak berulang - ulang Biaya layanan kesehatan, paling efisien, karena sesuai standar layanan kesehatan Hubungan antar manusia : saling menghargai dan mempercayai, tepat waktu, nyaman, bersih privasi Ramah, menghargai manusia, seni memberi layanan kesehatan, penuh perhatian, mau mendengarkan. Memberi informasi yang lengkap dan dimengerti, selalu memberi kesempatan bertanya. Perhatian terhadap masalah psiko-sosial pasien, empati

Kepuasan pasien

Fokus pengaturan sistem pelayanan kesehatan untuk memberi kemudahan pasien Kompetensi teknik pemberi layanan kesehatan, konsisten terhadap standar layanan kesehatan

Akes fisik, ekonomi dan budaya bahasa & istilah dimengerti pasien

Konsep multidimensi kepuasan pasien Sumber : Hall dan Dornan

19

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL dan HIPOTESIS

A.

Kerangka Konsep Kerangaka konsep penelitian adalah sutu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2010). Berdasarkan teori yang telah dipaparkan pada tinjauan pustaka, kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini mengambil dari Konsep Multidimensi Kepuasan Pasien. Kerangka Konsep tersebut dimodifikasi sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditentukan. Hipotesis adalah asumsi/perkiraan/dugaan sementara mengenai suatu hal atau permasalahan yang harus dibuktikan kebenarannya dengan menggunakan data/fakta atau informasi yang diperoleh dari hasil penelitian yang valid dan reliabel dengan menggunakan cara yang sudah ditentukan (Sedamaryanti, 2011).

20

Dimana dalam penelitian ini kepuasan pasien ibu bersalin pengguna Jampersal terhadap pelayanan kesehatan sebagai variabel dependent, dan standar pelayanan, peralatan, petugas dan obat sebagai variabel independent, seperti kerangka konsep dibawah ini :

Kerangka Konsep Variabel Independent Variabel dependent

1. Standar pelayanan 2. Peralatan 3. Petugas

Kepuasan Pasien pengguna Jampersal terhadap Pelayanan Kesehataan

21

B. Definisi Operasional No 1 Variabel Kepuasan pasien pengguna Jampersal terhadap pelayaanan kesehatan Definisi Operasional Alat ukur Cara Ukur Wawancara Hasil Ukur 1. Tidak puas
2. Cukup puas

Skala Ordinal

Tingkat perasaan pasien ibu Kuesioner bersalin (responden) yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan dengan program menggunakan jaminan

3. Puas 4. Sangat puas

persalinan(pembiayaan persalinan) diperolehnya yang setelah

membandingkan dengan apa yang diharapkannya. 3 Standar pelayann Pernyataan tentang mutu Kuesioner Wawancara
1. Dilakukan

Ordinal

layanan yang diharapkan, yaitu penilaian terhadaap kesehatan APN ,

2. Tidak dilakukan

petugas melakukan

sesuai

22

standar pelayanan. 4 Peralatan Barang barang instrumen Kuesioner atau bagian yang sebagai perlengkapan maksud dan Wawancara 1. Sesuai 2. Tidak sesuai Ordinal

digunakan

pemeliharan

perawatan

kesehatan

responden (Cynthia Dewi D, S.T). 5. Petugas Sikap petugas pelayanan Kuesioner dianggap Wawancara 1. Baik 2. Kurang 3. Tidak baik Ordinal

kesehatan yang

oleh responden memberikan dalam memberikan

pelayanaan ibu bersalin.

23

C. Hipotesa Hipotesa yang digunakan adalah hipotesis alternatif (hipotesis yang

berhubungan), yaitu : 1) Ada hubungan antara kepuasaan pasien pengguna Jampersal dengan pelayanan kesehatan. 2) Ada hubungan antara kepuasan pasien pengguna Jampersal dengan standar pelaynan kesehatan. 3) Ada hubungan antara kepuasan pasien pengguna Jampersal dengan peralatan kesehatan. 4) Ada hubungan antara kepuasan pasien pengguna Jampersal dengan petugas kesehatan.

24

BAB IV METODE PENELITIAN

I.

Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian pengambilan data secara potong lintang (cross sectional). Penulis memilih desain penelitian ini karen penelitian ini bertujuan untuk melihat tingkat kepuasan pasien ibu bersalin pengguna jampersal dengan pelayanan kesehatan dengan teknik pengambilan sampel yaitu random sampling. Penelitian ini mempelajari hubungan antara variabel bebas

(independent variabels) dengan variabel terikat (dependent variabels) melalui pengukuran variabel yang dilakukan dalam waktu yang bersamaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien ibu bersalin pengguna Jampersal dengan pelayanan kesehatan di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2013. II. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu 2013. III. Populasi dan Sampel 1. Populasi

25

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin pengguna jampersal di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu 2013.

2. Sampel Sebagian dari ibu bersalin pengguna jampersal yang bersalin di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu 2013. a. Kriteria sampel Ibu bersalin yang bersalin menggunakan program jampersal di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu 2013. b. Besaran sampel Rumusan masalah yang di gunakan dalam pengambilan sampel adalah: n = {Z2 (1- /2)x P (1-P)} d2 n= (1,96) 2 0,875(1-0.35) (0,1) 2 n= 3,8416 . 0,875 . 0,125 0,01 = 0,420175 0,01 = 42,0175 = 42 orang Keterangan : n= Jumlah subjek dalam sampel

26

Z = 1,96 atau tingkat kepercayaan yang diinginkan 95% (tingkat kesalahan 5%) P = Proporsi / prevalensi variabel pada penelitian terdahulu yaitu 87,5% D = Presisi adalah tingkat keakuratan (tingkat kesalahan sampel terhadap populasi) yaitu 10%

IV. Pengkodean data Pemberian kode bertujuan untuk mengingat data yang telah di dapat dengan pemberian kode tertentu.

V. Scoring Adalah pemberian score atau penetapan nilai setelah pemasukan data .

VI. Teknik pengumpulan data

Data yang di peroleh di kumpulkan melalui alat bantu kuesioner, dengan cara angket yang di isi sendiri oleh responden.

VII.Etika penelitian Etika penelitian yang di gunakan adalah sebagai berikut :


1. Meminta surat izin penelitian dari pendidikan Kebidanan Harapan Kita. 2. Meminta izin kepada diklat Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu untuk

pengambilan data. 3. Melakukan informed concent kepada responden.

27

VIII. Pengelolaan data Setelah di lakukan berbagai kegiatan di atas maka di lakukan pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Editing Di lakukan proses pengeditan data agar dapat menghasiklan data yang akurat kemudian di periksa kembali kelengkapan data. 2. Analisa data Data yang di peroleh kemudian di analisis dengan 2 macam cara, yaitu : a. Univariat Di lakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi masing - masing variabel yang di teliti dan di sajikan, berbentuk tabel dan di nyatakan dengan rumus : F = X 100% N Keterangan : N : Jumlah sampel X : Jumlah di dapat

b. Bivariat Uji yang di gunakan adalah rumus chi kuadrat dengan menggunakan derajat kepercayaan 95% dengan kesalahan :0,1% rumusnya adalah :

28

X2 = (O-E) E X2 = N (ad-bc) (a+b) (b-d) (a+b) (c+d)

Keterangan : X2 = chi kuadrat E = frekuensi yang di harapkan O = frekuensi yang di observasi.

You might also like