Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
A. PENDAHULUAN Salah satu bentuk kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh inspektorat baik provinsi maupun kabupaten/kota saat ini adalah me-review laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD), berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, pasal 33 ayat (3) menyatakan bahwa : Aparat Pengawasan Intern Pemerintah pada Kementrian Negara/Lembaga/Pemerintah Daerah melakukan review atas Laporan Keuangan dan Kinerja dalam rangka meyakinkan keandalan informasi yang disajikan sebelum disampaikan oleh Menteri / Pimpinan
Lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota kepada pihak-pihak sebagaimana diatur dalam pasal 8 dan pasal 11. Adapun pihak-pihak yang dimaksudkan dalam pasal 8 dan pasal 11 tersebut antara lain adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Hal itu sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, antara lain menetapkan bahwa Laporan Keuangan pemerintah pada gilirannya harus diaudit oleh BPK sebelum disampaikan kepada pihak legislatif sesuai dengan kewenangannya. Pemeriksaan BPK dimaksud adalah dalam rangka memberikan pendapat (opini) sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004. Kata kunci yang patut digarisbawahi disini adalah meyakinkan keandalan informasi. Artinya adalah laporan keuangan yang begitu rumit menyangkut dengan angka-angka, penjelasan dan perhitungan yang begitu teknis dalam jumlah yang relatif besar, mustahil seorang kepala daerah (gubernur/bupati/walikota) dapat meyakini sendiri bahwa semua transaksi keuangan tersebut telah dicatat dan disajikan secara benar sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005) tanpa dibantu oleh perangkatnya dalam hal ini adalah inspektorat. Dalam rangka memberikan keyakinan kepada kepala daerah itulah diperlukan inspektorat untuk melakukan review atas LKPD dimaksud. LKPD yang disampaikan kepada BPK tersebut oleh BPK akan dijadikan bahan/dokumen untuk melakukan pemeriksaan LKPD. Kemudian berdasarkan hasil pemeriksaannya, BPK harus memberikan pendapat (opini). Adapun opini yang diberikan adalah salah satu dari 4 macam opini yaitu : (1) Tidak Wajar; (2) Tidak Memberikan Pendapat (disclaimer); (3) Wajar Dengan Pengecualian (WDP); dan (4) Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP). Opini yang terakhir ini merupakan opini yang sangat diharapkan oleh setiap pemerintah daerah maupun pusat. Kenapa ? Karena laporan keuangan yang dinilai WTP oleh BPK merupakan indikator bahwa pengelolaan keuangan telah dilakukan dengan transparan dan akuntabel, meskipun hal itu belum menjamin bahwa tidak adanya unsur tindak pidana korupsi atau perbuatan yang merugikan keuangan daerah/negara dalam
pelaksanaannya. Atau dengan kata lain, indikasi perbuatan korupsi itu tetap ada meskipun laporan keuangannya mendapat opini WTP. Sampai saat ini belum banyak pemerintah daerah yang memperoleh opini WTP tersebut. Review atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah adalah prosedur penelusuran angka-angka, permintaan keterangan dan analitis yang harus menjadi dasar memadai bagi Inspektorat untuk memberi keyakinan terbatas atas laporan keuangan bahwa tidak ada modifikasi material yang harus dilakukan atas laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut disajikan berdasarkan Sistem Pengendalian Intern (SPI) yang memadai dan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Review atas LKPD pemerintah provinsi dilakukan oleh inspektorat provinsi sedangkan LKPD pemerintah kabupaten/kota dilakukan oleh inspektorat kabupaten/kota. Dalam praktiknya, pelaksanaan kegiatan review seringkali memiliki persamaan dengan pelaksanaan kegiatan audit. Untuk menghindari hal tersebut, maka perlu diberikan pemahaman mengenai batasan-batasan yang membedakan antara kegiatan review dengan kegiatan audit. Berbeda dengan Audit, review tidak mencakup pengujian terhadap sistim pengendalian intern (SPI), catatan akuntansi, dan pengujian atas respon terhadap permintaan keterangan melalui perolehan bahan bukti, serta prosedur lainnya seperti yang dilaksanakan dalam suatu audit. Sebagai contoh, dalam hal pengadaan barang modal yang nilainya material, proses review hanya meyakinkan bahwa pengadaan barang telah dicatat dalam aktiva tetap, sedang dalam audit, harus dilakukan pengujian bahwa prosedur pengadaan barang tersebut telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Perbedaan lain juga dapat dilihat berdasarkan tujuan Audit yaitu untuk memberikan dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan, sedangkan tujuan review hanya sebatas memberikan keyakinan mengenai akurasi, keandalan, keabsahan informasi yang disajikan dalam Laporan Keuangan. Review tidak mencakup suatu pengujian atas kebenaran substansi dokumen sumber seperti perjanjian kontrak pengadaan barang/jasa, bukti pembayaran/kuitansi, serta berita acara fisik atas pengadaan barang/jasa, dan prosedur lainnya yang biasanya dilaksanakan dalam sebuah audit. Dengan demikian, jelaslah bahwa didalam review tidak akan mengemukakan temuan-temuan yang berindikasi kerugian daerah/negara atau masalah-masalah yang berkaitan dengan unsur
tindak pidana korupsi, karena metodanya yang berbeda dengan metoda audit. Jadi sekali lagi dapat dikatakan bahwa proses review tidak sama dengan proses audit, demikian pula tujuannya juga tidak sama dan bentuk laporannya pun berbeda.
B. PROSEDUR PELAKSAAN REVIU Ruang lingkup reviu atas laporan keuangan pemerintah daerah meliputi :
Penilaian terbatas terhadap keandalan Sistem Pengendalian Intern (SPI) Kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
Artinya, jika terdapat kelemahan dalam Sistem Pengendalian Intern, serta terdapat ketidaksesuaian laporan yang disajikan dibandingkan dengan SAP, maka dilakukan penelaahan lebih lanjut. Penelaahan lebih lanjut dapat dilakukan dengan melihat kesesuaian antara angka-angka yang disajikan dalam laporan keuangan terhadap buku besar, buku pembantu, catatan dan laporan lain yang digunakan dalam sistem akuntansi di lingkungan pemerintah daerah yang bersangkutan.Reviu kesesuaian laporan keuangan dengan SAP dilaksanakan melalui wawancara/kuesioner/permintaan penjelasan dan prosedur analitis laporan keuangan yang terdiri dari pengklasifikasian, pengukuran dan pengungkapan. Dalam melakukan reviu atas laporan keuangan, Pegawai Inspektorat harus memahami secara garis besar sifat transaksi, entitas, sistem dan prosedur akuntansi, bentuk catatan akuntansi dan basis akuntansi yang digunakan dalam menyajikan laporan keuangan. Pelaksanaan reviu kesesuaian laporan keuangan pemerintah daerah dengan SAP mencakup kegiatan persiapan dan pelaksanaan reviu. Secara umum materi review terdiri atas : 1. Pengujian Laporan Keuangan Pengujian kecocokan angka dalam laporan Untuk memastikan bahwa laporan keuangan tersebut sudah seimbang (balance) dan angka antar laporan yang saling berhubungan ditetapkan dengan benar, yaitu: a. Kesesuaian angka akun LRA dengan Neraca b. Kesesuaian angka akun LRA dengan LAK c. Kesesuaian angka Neraca dengan LAK d. Kesesuaian angka LRA dan Neraca dengan CALK\ Pengujian fungsi check and balances Untuk memastikan bahwa rincian penjelasan dalam Catatan atas Laporan Keuangan didukung dengan dokumen eksternal dan dalam penilaian, pengukuran, pengakuan, dan pelaporan telah sesuai dengan kebijakan akuntansi, yaitu:
a. Konfirmasi data dan laporan b. Rekonsiliasi data dan laporan c. Hasil Stock Opname dan Cash Opname 2. Pengujian SPI Pengujian infrastruktur akuntansi keuangan Untuk memastikan bahwa proses pencatatan dan pembuatan laporan keuangan didukung dengan peraturan intern yang sesuai dengan SAP dan dilaksanakan oleh pejabat yang telah ditunjuk secara sah, yaitu: a. Perda Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah b. Peraturan KD Tentang Sisdur Akuntansi c. Peraturan KD Tentang Kebijakan Akuntansi d. Peraturan KD Tentang Kode Nomor Rekening Anggaran dan Akun Laporan Keuangan e. Peraturan KD Tentang Uang Persediaan dan Anggaran Kas f. Keputusan Tentang Pejabat Pengelolaan Keuangan Pengujian kelengkapan sistem akuntansi dan pelaporan Untuk memastikan bahwa laporan keuangan tersebut dibuat berdasarkan dokumen formal proses pencatatan (komputerisasi atau manual) dan telah diotorisasi dengan benar, yaitu: a. Kertas Kerja Laporan Keuangan (Neraca Lajur) b. Kertas Kerja Konsolidasian c. Buku Besar d. Jurnal Penerimaan Kas e. Jurnal Pengeluaran Kas f. Jurnal Umum g. BKU Kas Daerah
Reviu LKPD dilakukan dalam 3 tahapan sebagai berikut yaitu : 1. Perencanaan Reviu, meliputi: a. Pemahaman atas entitas b. Penilaian atas Sistem Pengendalian Intern c. Penyusunan program kerja reviu.
2.
Pelaksanaan Reviu, meliputi: a. Persiapan b. Penelusuran angka c. Permintaan keterangan d. Prosedur analitis.
3.
Pelaporan Reviu Hasil reviu berupa Laporan Hasil Reviu ditandatangani oleh Inspektur. Laporan Hasil Reviu disajikan dalam bentuk surat yang memuat Pernyataan Telah Direviu. Laporan Hasil Reviu disampaikan kepada Kepala Daerah dalam rangka penandatanganan Pernyataan Tanggung Jawab. Pernyataan Telah Direviu dapat berupa pernyataan dengan Paragraf Penjelas atau Tanpa Paragraf Penjelas.
C. KERTAS KERJA REVIU (KKR) Mengingat adanya perbedaan keadaan pada setiap penugasan reviu atas laporan keuangan, maka tidak mungkin menentukan bentuk atau isi KKR yang perlu dibuat. Namun perlu diperhatikan bahwa KKR harus memuat masalah yang tercakup dalam permintaan keterangan dan prosedur analitis serta masalah yang dianggap tidak biasa selama melaksanakan reviu termasuk penyelesaiannya. Kegiatan reviu dituangkan dalam KKR sebagai pertanggungjawaban bahwa langkah kerja reviu telah dilaksanakan, sekaligus menjadi dokumentasi pelaksanaan reviu. Kualitas hasil reviu akan lebih terjamin jika didukung oleh KKR yang baik, dengan kriteria sebagai berikut: 1. Kertas kerja disusun pada saat kegiatan reviu berlangsung. 2. Kertas kerja disusun dengan lengkap, dengan ketentuan sebagai berikut: a. Mengacu kepada tahapan reviu yang telah ditetapkan. b. Daftar isi KKR telah sesuai dengan fisik KKR-nya. c. Disusun secara terstruktur dengan memperhatikan kesesuaian antara informasi utama dan data pendukung. d. Berisi permasalahan yang ditemukan, baik yang telah ditindaklanjuti, masih dalam proses tindak lanjut, atau tidak dapat segera ditindaklanjuti oleh unit akuntansi yang bersangkutan. 3. Memenuhi hal-hal sebagai berikut: a. Relevan: Informasi yang dimuat dalam KKR harus berhubungan dengan tujuan reviu dan permasalahan yang dihadapi.
b. Sesuai dengan Program Kerja Reviu: Prosedur reviu dalam Program Kerja Reviu yang tidak dilaksanakan atau diubah perlu dibuat penjelasan yang memadai mengenai alasan pembatalan atau perubahannya. c. Lengkap dan Cermat: lnformasi dan data dalam KKR harus lengkap dan cermat agar mendukung simpulan, LHR, permasalahan dan rekomendasinya. d. Mudah Dipahami: KKR harus menggunakan bahasa yang sederhana, ringkas, dan alur pikir yang kronologis. Judul harus jelas untuk setiap permasalahan/topik. Simbol (tickmark) harus digunakan secara konsisten selama reviu serta diberi penjelasan yang memadai. e. Rapi: Berhubungan dengan tata ruang penulisan, pengorganisasian dan pengelolaan fisik KKR. Harus ditulis pada satu muka, apabila diperlukan untuk menulis pada halaman sebaliknya, harus dibuat petunjuk yang jelas. KKR harus diberi daftar isi, penomoran dan pemberian indeks secara sistematis, serta pemberian referensi yang jelas untuk menghubungkan informasi/data antar berbagai lembar KKR. f. Efisien: Harus dihindari pembuatan daftar yang tidak perlu, dan dimungkinkan menggunakan salinan (copy) dari catatan obyek yang direviu, Inspektorat cukup memberikan simbol (tickmark) untuk menandai reviu yang dilakukan.
D. PELAPORAN HASIL REVIU Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa dalam pelaksanaan reviu, Inspektorat harus membuat Kertas Kerja Reviu (KKR) yang menjadi dasar bagi penyusunan laporan hasil reviu. Hasil reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) disampaikan kepada Gubernur/Bupati/Walikota dalam bentuk surat yang memuat pernyataan reviu, masalah yang terjadi dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan, rekomendasi, serta koreksi yang telah dilakukan oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD). Laporan hasil reviu ini disampaikan kepada Gubernur/Bupati/Walikota dalam rangka penandatanganan Pernyataan Tanggung Jawab. Setiap halaman laporan keuangan yang telah direviu oleh Inspektorat harus memuat pengacuan berupa kalimat "Lihat Laporan Hasil Reviu Inspektorat". Apabila dalam proses reviu, Inspektorat tidak dapat melaksanakan wawancara/kuesioner/permintaan penjelasan dan prosedur analitis, maka reviu tersebut dianggap tidak lengkap. Reviu yang tidak lengkap bukanlah dasar yang memadai untuk menerbitkan Laporan Hasil Reviu. Apabila kondisi ini terjadi, maka tim reviu harus menyampaikannya kepada Gubernur/ Bupati/Walikota secara tertulis.
Bentuk dan Isi Laporan Hasil Reviu (LHR) LHR disajikan dalam bentuk surat yang intinya memuat pernyataan reviu, komentar dan informasi tambahan (dasar reviu, tujuan, sasaran, ruang lingkup, simpulan dan rekomendasi, serta tindak lanjut hasil reviu). Pernyataan reviu merupakan tempat menuangkan hasil reviu dalam bentuk pernyataan telah direviu (PTD) yang dibuat Inspektorat/Bawasda Provinsi/Kabupaten/Kota. Pernyataan Telah Direviu (PTD) dapat berupa: 1. Pernyataan reviu tanpa paragraf penjelas yang dibuat apabila tidak ada modifikasi material yang harus dilakukan atas laporan keuangan agar laporan tersebut sesuai dengan SAP. 2. Pernyataan reviu dengan paragraf penjelas yang dibuat apabila: Terjadi pembatasan dalam pelaksanaan reviu Ditemukan adanya penyimpangan terhadap standar akuntansi dan entitas pelaporan tidak melakukan koreksi seperti yang direkomendasikan oleh Inspektorat Daerah. Koreksi tidak dapat dilakukan antara lain karena: membutuhkan waktu yang relatif lama, sehingga baru dapat dilakukan pada periode berikutnya , koreksi bukan wewenang entitas yang bersangkutan, maupun karena kelalaian entitas yang bersangkutan. Prosedur (teknik reviu) tidak dapat dilaksanakan.
Penulisan Laporan Dalam penulisan Laporan Hasil Reviu (LHR) hendaknya memperhatikan normanorma penulisan laporan yang berlaku maupun mekanisme pelaporan sehingga dapat efektif membantu manajemen dalam mengambil keputusan. Norma penulisan LHR, antara lain: 1. LHR harus menyajikan data yang relevan, dapat dibuktikan (quantifiability) dan tepat (accuracy) 2. LHR harus komunikatif sehingga mudah dimengerti. 3. LHR disusun menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, 4. LHR hendaknya disusun sesegera mungkin (timeliness) agar dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin.
Mekanisme Pelaporan Mekanisme pelaporan mulai dari konsep LHR sampai dengan penerbitannya tetap memperhatikan reviu berjenjang sebelum laporan disetujui/ditandatangani dengan prosedur sebagai berikut: 1. Ketua Tim menyusun Konsep LHR segera setelah pekerjaan lapangan selesai dan diserahkan kepada Supervisor/Pengendali Teknis/Pengendali Teknis. Konsep LHR sekurang-kurangnya dilengkapi dengan: a. Routing slip b. Fotokopi surat tugas c. Pernyataan reviu (dua lembar, satu lembar untuk laporan keuangan dan satu lembar untuk LHR) d. Notisi hasil reviu (koreksi) dan tindak lanjut yang telah dilakukan, e. Kertas Kerja Reviu (KKR) f. Lembar reviu konsep LHR (review sheet). 2. Supervisor/Pengendali Teknis mereviu Konsep LHR dengan memperhatikan: a. Kesesuaian bentuk dan susunan LHR dengan petunjuk/standar b. Kelengkapan dokumen pendukung c. Ketepatan perhitungan aritmatika yang ada dalam LHR d. Kesesuaian badan laporan dengan daftar isi dan lampiran e. Kelengkapan dan kesesuaian unsur-unsur permasalahan dalam LHR f. Kesesuaian tata cara penulisan LHR dengan Petunjuk Teknis Tata Persuratan Dinas seperti bentuk dan ukuran huruf, penulisan alamat, tembusan dan penomoran. 3. Pembantu Penanggung Jawab/Pengendali Mutu mereviu Konsep LHR dengan memperhatikan: a. Ketepatan materi dan rekomendasi, b. Kesesuaian LHR dengan norma pelaporan. 4. Inspektur mereviu Konsep LHR sebelum menandatanganinya.
Pernyataan Tanggung Jawab Pernyataan Tanggung Jawab (PTJ) adalah pernyataan atau asersi dari
Gubernur/Bupati/Walikota yang menyatakan bahwa laporan keuangan pemerintah daerah telah disusun berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan. PTJ bukan merupakan bagian dari proses pelaksanaan reviu atas laporan keuangan pemerintah daerah, namun disusun berdasarkan
laporan hasil reviu yang dibuat oleh Inspektorat/Bawasda sebagai aparat pengawas intern pemerintah daerah yang bertanggung jawab langsung kepada Gubernur/Bupati/Walikota.
INSPEKTORAT
Jln. Soekarno Hatta No.2 Raba-Bima Telp/Fax. (0374) 45231
Nomor
: 700/..../INSP/
April 2011
Lampiran : 1 (satu) set Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bima Tahun 2011 Hal : Laporan Hasil Reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bima Tahun 2011
Dengan ini kami sampaikan Laporan Hasil Reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bima Tahun 2010 berupa Neraca untuk tanggal 31 Desember 2011, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk periode yang berakhir pada tanggal tersebut. Reviu dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang terkait, dengan hasil sebagai berikut: 1. Pernyataan Reviu Kami telah mereviu Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bima Tahun 2010 berupa Neraca untuk tanggal 31 Desember 2011, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) untuk periode yang berakhir pada tanggal tersebut berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang
Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. Semua informasi yang dimuat dalam laporan keuangan adalah penyajian manajemen Pemerintah Kota Bima. Reviu dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Reviu terutama mencakup penelusuran angka, permintaan keterangan kepada pejabat entitas pelaporan/pejabat pengelola keuangan daerah dan prosedur analitis yang diterapkan atas data keuangan. Reviu mempunyai lingkup yang jauh lebih sempit dibandingkan dengan lingkup audit yang dilaksanakan sesuai dengan peraturan terkait dengan tujuan untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan. Oleh karena itu, kami tidak memberi pendapat semacam itu. Berdasarkan hasil reviu kami, pengecualian pada masalah yang kami jelaskan dalam paragraf berikut, tidak terdapat penyebab yang menjadikan kami yakin bahwa laporan keuangan yang kami sebutkan di atas, tidak disajikan berdasarkan Sistem Pengendalian Intern yang memadai dan tidak sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Seperti yang disajikan dan diungkapkan dalam Laporan Keuangan
Pemerintah Kota Bima per tanggal 31 Desember 2011, terdapat beberapa hal-hal yang perlu mendapat perhatian untuk penyempurnaannya agar laporan keuangan disusun dengan Sistem Pengendalian Intern yang memadai dan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan, yaitu: (a) Peraturan Walikota Peraturan Walikota tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan dan Barang Milik Daerah serta Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kota Bima belum ada; (b) Penerapan sistem dan prosedur akuntansi atas transaksi Penerimaan Kas SKPD dan SKPKD belum memadai; dan (c) Pengendalian atas sisa penggunaan dana Tambahan Uang (TU) belum memadai. Semua permasalahan ini tidak dapat ditindaklanjuti dengan segera setelah proses reviu lapangan selesai, sehingga perlu disempurnakan pada tahun berikutnya.
2. Dasar Reviu Dasar pelaksanaan reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bima yang berakhir tanggal 31 Desember 2011 adalah berupa:
1) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah; 2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah; dan 3) Surat Tugas Inspektur Kota Bima tentang Pelaksanaan Reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bima.
3. Waktu Pelaksanaan Reviu Reviu dilaksanakan selama .... hari kerja terhitung mulai tanggal ...... sampai dengan tanggal ...... Rancangan Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bima yang berakhir
tanggal 31 Desember 2011 disampaikan kepada Tim Reviu pada tanggal 31 Maret 2012. Dengan demikian pelaksanaan reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bima yang berakhir tanggal 31 Desember 2011 sejalan dengan penyusunannya.
4. Tujuan dan Sasaran Reviu Tujuan reviu adalah untuk memberikan keyakinan terbatas atas laporan keuangan yang disajikan berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai dan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Sasaran reviu adalah untuk laporan keuangan yang disajikan oleh PPKD. Laporan
keuangan dimaksud mencakup Neraca, Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Arus Kas (LAK) dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
5. Ruang Lingkup Reviu Ruang lingkup reviu adalah penelaahan keandalan sistem pengendalian intern dalam penyajian laporan keuangan dan kesesuaian laporan keuangan dengan Sistem Akuntansi Pemerintah (SAP).
6. Simpulan dan Rekomendasi Hasil reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bima yang berakhir tanggal 31 Desember 2011 adalah sebagai berikut:
a. Penelahaan keandalan sistem pengendalian intern 1) Peraturan Walikota tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan dan Barang Milik Daerah serta Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kota Bima belum ada Peraturan Walikota tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan dan Barang Milik Daerah serta Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kota Bima belum ditetapkan. Sampai dengan berakhirnya pelaksanaan reviu hanya ditemui rancangan dokumen Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan. Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Pasal 5 ayat (2) bahwa Pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai kewenangan: a. menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD; b. menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang daerah. Pasal 7 ayat (1) bahwa Kepala SKPKD selaku PPKD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf b mempunyai tugas: a. menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan daerah; Pasal 7 ayat (2) bahwa PPKD dalam melaksanakan fungsinya selaku BUD berwenang: a. menyusun kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD; h. melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah; j.
melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan barang milik daerah. Kondisi ini disebabkan Kegiatan Penyusunan Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah dan Kegiatan Penyusunan Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah pada Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah yang dilaksanakan oleh Bagian Keuangan Sekretariat Daerah
Pemerintah Kota Bima pada Tahun Anggaran 2011 tidak menghasilkan output. Hal ini mengakibatkan pelaksanaan penatausahaan keuangan dan barang milik pemerintah kota bima belum memadai. 2) Penerapan Sistem dan Prosedur Akuntansi atas transaksi Penerimaan Kas SKPD dan SKPKD belum memadai Dari pengujian terhadap pengelolaan transaksi penerimaan kas ditemui sebagai berikut:
a. Pencatatan atas transaksi penerimaan kas daerah dilaksanakan oleh 1 (satu) tenaga staf pada Dinas Pendapatan khusus transaksi pos Pendapatan Asli Daerah dan 1 (satu) staf pada Bagian Keuangan Sekretariat Daerah khusus transaksi pos Dana Perimbangan dan Lain-Lain Pendapatan Yang Sah dengan pembukuan yang sederhana dan tidak pernah dilakukan rekonsiliasi dengan Sub Bagian Akuntansi/Pelaporan Bagian Keuangan Sekretariat Daerah. b. Bendahara penerimaan pada SKPD tidak pernah menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan baik administratif maupun fungsional. Sesuai Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 Pasal 189 ayat (4) bahwa Bendahara penerimaan pada SKPD wajib mempertanggungjawabkan secara administratif dengan atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya kepada
menyampaikan
laporan
pertanggungjawaban penerimaan
pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya; ayat (5) pada SKPD bahwa Bendahara penerimaan secara fungsional atas
wajib mempertanggungjawabkan
pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya dengan menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan kepada PPKD selaku BUD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya; ayat (7) bahwa PPKD selaku BUD
melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis atas laporan pertanggungjawaban bendahara penerimaan pada SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (5); serta ayat (8) bahwa Verifikasi, evaluasi dan analisis sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dilakukan dalam rangka rekonsiliasi penerimaan. 3) Terdapat sisa penggunaan dana Tambahan Uang (TU) yang belum disetor ke Kas Daerah per 31 Desember 2011 Dari pengujian terhadap saldo Kas di Bendahara Pengeluaran per 31 Desember 2011 terdapat saldo yang berupa kekurangan penyetoran dari
No.
SKPD
Dokumen SP2D TU
1.
Kelurahan Rite
2.
3.
Sekretariat DPRD
Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 Pasal 202 ayat (4) bahwa Dalam hal dana tambahan uang tidak habis digunakan dalam 1 (satu) bulan, maka sisa tambahan uang disetor ke rekening kas umum daerah dan ayat (4a) bahwa Ketentuan batas waktu penyetoran sisa tambahan uang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dikecualikan untuk: a. kegiatan yang pelaksanaannya melebihi 1 (satu) bulan; b. kegiatan yang mengalami
penundaan dari jadwal yang telah ditetapkan yang diakibatkan oleh peristiwa di luar kendali PA/KPA. Hal ini disebabkan keterlambatan penetapan APBD Perubahan Pemerintah Kota Bima TA 2011 yaitu tanggal 26 November 2010 dan berpengaruh pada pelaksanaan penatausahaannya oleh BUD dan SKPD.
pengendalian intern tersebut diatas disarankan kepada Kepala Dinas Pengelolaan Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah Kota Bima agar: 1) Mempercepat proses Rancangan Peraturan Walikota tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah dan Barang Milik Daerah serta Kebijakan Akuntansi untuk ditetapkan menjadi Peraturan Walikota. 2) Menyelenggarakan sosialisasi serta pembinaan mengenai sistem dan prosedur akuntansi keuangan dan barang milik daerah kepada seluruh PPK-SKPD, Bendahara Pengeluaran, Bendahara Penerimaan, serta Pengurus Barang dan Penyimpan Barang.
b. Reviu terhadap kesesuaian Laporan Keuangan dengan SAP 1) Terdapat saldo Kas Daerah, Deposito dan Kas di Bendahara Pengeluaran per 1 Januari 2010 yang masih dalam penelusuran Seperti diungkapkan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bima Tahun 2010 terhadap saldo Kas Daerah, Deposito dan Kas di Bendahara Pengeluaran per 1 Januari 2010 dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut: a. Seperti diungkapkan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bima Tahun 2010 terhadap saldo Kas Daerah yang disajikan sebagai Kas di Rekening Kas Daerah (Bank) sebesar Rp19.603.466.109,97
seharusnya adalah Rp 19.753.950.437,97 karena terdapat kurang catat atas saldo pada:
Rekening No. 0136318065 pada PT. Bank BNI Cab. Bima Rekening No. 0136317196 pada PT. Bank BNI Cab. Bima Rekening No. 0136317866 pada PT. Bank BNI Cab. Bima Rekening No. 0136316283 pada PT. Bank BNI Cab. Bima Rekening No. 0136317334 pada PT. Bank BNI Cab. Bima Rekening No. 0120647870 pada PT. Bank BNI Cab. Bima JUMLAH KURANG CATAT Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 147.713.539,00 362,00 140,00 90,00 463,00 2.769.734,00 150.484.328,00
b. Seperti diungkapkan dalam Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bima Tahun 2009 masih terdapat saldo Kas Daerah yang disajikan sebagai Kas di Luar Bendahara Umum Daerah per 31 Desember 2009 senilai
Rp3.055.000.000,00 yang belum ditelusuri dan dipastikan keberadaannya; c. Seperti diungkapkan dalam Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bima Tahun 2009 masih terdapat saldo Kas Daerah yang disajikan sebagai Kas di Bendahara Umum Daerah per 31 Desember 2009 senilai
Rp2.528.289.972,00 yang belum ditelusuri dan dipastikan keberadaannya; d. Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran per 31 Desember 2009 senilai Rp1.610.277.270,00 belum ditelusuri dan dipastikan keberadaannya; e. Saldo Deposito per 31 Desember 2009 senilai Rp850.000.000,00 terdiri dari sertifikat deposito pada PT. Bank BNI 46 Cab. Bima senilai Rp350.000.000,00 masih dalam status sitaan Kejaksaan Negeri Raba Bima dan sertifikat deposito pada PT. Bank NTB Cab. Bima Saldo senilai Rp500.000.000,00 masih dalam penguasaan mantan BUD periode 2005 s/d 2006 An. Drs.H.M. Djalil Ar, Bac, MM. Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Pasal 1 bahwa Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 47. Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh kepala daerah untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan digunakan untuk membayar seluruh pengeluaran daerah pada bank yang ditetapkan dan Pasal 179 ayat (1) BUD bertanggung jawab terhadap pengelolaan penerimaan dan pengeluaran kas daerah, serta Pasal 179 ayat (2) Untuk mengelola kas daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BUD membuka rekening kas umum daerah pada bank yang sehat.
Kondisi tersebut diatas mengakibatkan realisasi Penerimaan Pembiayaan atas Penggunaan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) Tahun Anggaran Sebelumnya pada Laporan Realisasi APBD Pemerintah Kota Bima TA 2010 hanya dapat diperhitungkan dari saldo Kas Daerah yang tersimpan pada rekening kas umum daerah per 31 Desember 2009, nilai sertifikat deposito per 31 Desember 2009, dan nilai setoran dari Kas Bendahara Pengeluaran yang berasal dari TA 2009 pada TA 2010. 2) Penyajian Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kota Bima belum berdasarkan konsolidasian LRA-SKPD Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kota Bima disusun menggunakan aplikasi SIMDA Keuangan. Dari hasil pengujian dengan metode sampling terhadap perhitungan realisasi belanja pada SKPD ditemui hal-hal sebagai berikut: a. Seksi Akuntansi/Pelaporan telah melakukan rekonsiliasi antara realisasi menurut Laporan Realisasi Anggaran sesuai SAP dengan Laporan SPJ Fungsional dari Bendahara Pengeluaran sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, namun belum dilakukan koreksi terhadap Laporan SPJ Fungsional dari Bendahara Pengeluaran. b. Beberapa Laporan SPJ Fungsional dari Bendahara Pengeluaran belum memperhitungkan pengurangan realisasi belanja karena pengembalian belanja pada tahun berjalan. Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Paragraf 45 bahwa koreksi atas pengeluaran belanja (penerimaan kembali belanja) yang terjadi pada
periode pengeluaran belanja dibukukan sebagai pengurang belanja pada periode yang sama. Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi atas pengeluaran belanja dibukukan dalam pendapatan lain-lain. Hal ini disebabkan PPK-SKPD belum memahami Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah.
Rekomendasi Berdasarkan permasalahan berkaitan dengan reviu kesesuaian dengan SAP tersebut diatas, disarankan kepada Kepala Dinas Pengelolaan Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah Kota Bima agar:
1)
Segera menelusuri saldo Kas Daerah yang disajikan sebagai Kas di Luar Bendahara Umum Daerah per 31 Desember 2009 senilai Rp3.055.000.000,00, saldo Kas Daerah yang disajikan sebagai Kas di Bendahara Umum Daerah per 31 Desember 2009 senilai Rp2.528.289.972,00 dan saldo Kas di Bendahara Pengeluaran per 31 Desember 2009 senilai Rp1.610.277.270,00.
2)
Segera mengurus dan mengamankan sertifikat deposito pada PT. Bank BNI 46 Cab. Bima senilai Rp350.000.000,00 yang masih dalam status sitaan Kejaksaan Negeri Raba Bima dan sertifikat deposito pada PT. Bank NTB Cab. Bima Saldo senilai Rp500.000.000,00 yang masih dalam penguasaan mantan BUD periode 2005 s/d 2006 An. Drs.H.M. Djalil Ar, Bac, MM.
3)
Menginstruksikan
Kepala
Seksi
Akuntansi/Pelaporan
untuk
melakukan
rekonsiliasi antara LRA-SKPD dengan SPJ Fungsional dan menata arsip dokumen SP2D dan STS untuk memperlancar pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bima Tahun 2010 oleh BPK.
Sampai dengan tanggal laporan ini, Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bima Tahun 2010 (Neraca, LRA, LAK, CaLK) telah diperbaiki sesuai dengan rekomendasi diatas, kecuali yang berkaitan dengan permasalahan dalam paragraf penjelas pada pernyataan reviu diatas.
Demikian laporan hasil reviu ini disampaikan kepada Bapak untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
DAFTAR PUSTAKA
Dengan ini kami sampaikan Laporan Hasil Reviu atas Laporan Keuangan berupa Neraca untuk tanggal 31 Desember 2009, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan
Catatan atas Laporan Keuangan untuk periode yang berakhir per 31 Desember 2009.
Reviu dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang terkait, dengan hasil sebagai berikut :
1.Pernyataan Reviu.
Kami telah mereviu Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Contoh berupa Neraca Per tanggal 31 Desember 2009, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk periode yang berakhir pada tanggal tersebut berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. Semua Informasi yang dimuat dalam laporan keungan adalah penyajian manajemen Pemerintah Kabupaten Contoh.
Reviu dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Pedoman Pelaksanaan Reviu Atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Reviu terutama terdiri dari wawancara/ kuesioner/permintaan penjelasan kepada pejabat entitas pelaporan/PPKAD dan prosedur analitik yang diterapkan atas data keuangan. Reviu mempunyai lingkup yang jauh lebih sempit dibandingkan dengan lingkup audit yang dilakukan sesuai dengan peraturan terkait dengan tujuan untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan. Oleh karena itu, kami tidak memberi pendapat semacam itu.
Berdasarkan reviu kami, dengan pengecualian pada masalah yang kami jelaskan dalam paragrap berikut, tidak terdapat penyebab yang menjadikan kami yakin bahwa laporan keuangan yang sebutkan di atas, tidak disajikan berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai dan tidak sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah.
Hasil reviu kami atas sistem pengendalian intern menunjukkan bahwa pengendalian intern pengelolaan keuangan Kabupaten Contoh masih belum sepenuhnya memadai, dan perlu disempurnakan.
2.Dasar Reviu
1. Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. 2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pedoman pelaksanaan reviu atas LKPD. 3. Surat Perintah Tugas Inspektorat kabupaten Contoh Nomor 111/111/2010 tanggal 10 Mei 2010.
Tujuan reviu adalah untuk memberikan keyakinan terbatas atas laporan keuangan yang disajikan berdasarkan sistem pengendalian intern yag memadai dan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah. Sasaran reviu adalah untuk laporan keuangan yang disajikan oleh PPKD, Laporan keuangan dimaksud mencakup Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.
Ruang Lingkup reviu adalah penelaahan keandalan sistem pengendalian intern dalam penyajian laporan keuangan, dan kesesuaian laporan keuangan dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP).
.................
................
..................
RE