You are on page 1of 5

PENGERTIAN KARMA PHALA Karma phala merupakan salah satu bagian dari ajaran Sraddha dalam Agama Hindu.

Karma phala sudah sangat lumrah dalam masyarakat yang sering juga disebut dengan hukum karma. Kata Karmaphala terdiri atas dua (2) kata, yaitu Karma dan Phala. Kata Karma dari urat kata Kr berarti berbuat, bekerja. Kata Karma dapat diartikan sebagai Perbuatan. Karma bersumber dari Pikiran, Perkataan dan tingkah laku. Sehingga sesuai dengan sumbernya, karma ada 3 yaitu karma dalam bentuk pikiran, karma dalam bentuk perkataan, dan karma dalam bentuk tingkah laku. Manusia seringkali melakukan perbuatan adaa yang disadari maupun yang tidak disadari. Walau demikian karma itu mencakup segala bentuk perbuatan baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian Karma adalah segala bentuk perbuatan yang ada dalam pikiran, perkataan dan tingkah laku baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Kata phala berasal dari bahasa sansekerta yang berarti buah atau hasil. Dalam hubungannya dengan Karmaphala maka kata phala berarti segala bentuk hasil yang diterima. Kita tahu bahwa segala akibat pasti ada sebabnya, maka demikian halnya dengan karma phala, segala perbuatan yang dilakukan cepat atau lambat pasti akan mendapatkan hasil yang setimpal. Karmaphala berarti hasil atau buah yang diterima atas perbuatan yang dilakukan dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan yang disengaja maupun tidak disengaja. Hokum karmaphala adalah hokum yang bersifat universal, artinya bahwa kharmaphala akan diterima oleh siapapun dan tidak memandang hubungan keluarga maupun status social dalam masyarakat. HAKEKAT HUKUM KARMA Karma phala merupakan salah satu bagian dari ajaran Sraddha dalam Agama Hindu. Karma phala sudah sangat lumrah dalam masyarakat yang sering juga disebut dengan hukum karma. Kata Karmaphala terdiri atas dua (2) kata, yaitu Karma dan Phala. Kata Karma dari urat kata Kr berarti berbuat, bekerja. Kata Karma dapat diartikan sebagai Perbuatan. Karma bersumber dari Pikiran, Perkataan dan tingkah laku. Sehingga sesuai dengan sumbernya, karma ada 3 yaitu karma dalam bentuk pikiran, karma dalam bentuk perkataan, dan karma dalam bentuk tingkah laku. Manusia seringkali melakukan perbuatan adaa yang disadari maupun yang tidak disadari. Walau demikian karma itu mencakup segala bentuk perbuatan baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian Karma adalah segala bentuk perbuatan yang ada dalam pikiran, perkataan dan tingkah laku baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Kata phala berasal dari bahasa sansekerta yang berarti buah atau hasil. Dalam hubungannya dengan Karmaphala maka kata phala berarti segala bentuk hasil yang diterima. Kita tahu bahwa segala akibat pasti ada sebabnya, maka demikian halnya dengan karma phala, segala perbuatan yang dilakukan cepat atau lambat pasti akan mendapatkan hasil yang setimpal. Karmaphala berarti hasil atau buah yang diterima atas perbuatan yang dilakukan dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan yang disengaja maupun tidak disengaja. Hokum karmaphala adalah hokum yang bersifat universal, artinya bahwa kharmaphala akan diterima oleh siapapun dan tidak memandang hubungan keluarga maupun status social dalam masyarakat.

PENGERTIAN PUNARBHAWA Karma phala merupakan salah satu bagian dari ajaran Sraddha dalam Agama Hindu. Karma phala sudah sangat lumrah dalam masyarakat yang sering juga disebut dengan hukum karma. Kata Karmaphala terdiri atas dua (2) kata, yaitu Karma dan Phala. Kata Karma dari urat kata Kr berarti berbuat, bekerja. Kata Karma dapat diartikan sebagai Perbuatan. Karma bersumber dari Pikiran, Perkataan dan tingkah laku. Sehingga sesuai dengan sumbernya, karma ada 3 yaitu karma dalam bentuk pikiran, karma dalam bentuk perkataan, dan karma dalam bentuk tingkah laku. Manusia seringkali melakukan perbuatan adaa yang disadari maupun yang tidak disadari. Walau demikian karma itu mencakup segala bentuk perbuatan baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian Karma adalah segala bentuk perbuatan yang ada dalam pikiran, perkataan dan tingkah laku baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Kata phala berasal dari bahasa sansekerta yang berarti buah atau hasil. Dalam hubungannya dengan Karmaphala maka kata phala berarti segala bentuk hasil yang diterima. Kita tahu bahwa segala akibat pasti ada sebabnya, maka demikian halnya dengan karma phala, segala perbuatan yang dilakukan cepat atau lambat pasti akan mendapatkan hasil yang setimpal. Karmaphala berarti hasil atau buah yang diterima atas perbuatan yang dilakukan dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan yang disengaja maupun tidak disengaja. Hokum karmaphala adalah hokum yang bersifat universal, artinya bahwa kharmaphala akan diterima oleh siapapun dan tidak memandang hubungan keluarga maupun status social dalam masyarakat. HAKEKAT PUNARBHAWA Reikarnasi/Punarbhawa/Samsara berarti kelahiran yang berulang-ulang, yang disebut juga penitisan kembali (reinkarnasi) atau Samsara. Di dalam Weda disebutkan bahwa Penjelmaan jiwatman yang berulang-ulang di dunia ini atau di dunia yang lebih tinggi disebut Samsara. Kelahiran yang berulang-ulang ini membawa akibat suka dan duka. Samsara atau Punarbhawa ini terjadi oleh karena Jiwatman masih dipengaruhi oleh kenikmatan, dan kematian diikuti oleh kelahiran. Dalam suatu sloka disebutkan: Sribhagavan uvacha : bahuni me vyatitani janmani tava cha rjuna tani aham veda sarvani na tvam vettha paramtapa. (Bh. G. IV.5) Sri bhagawan (Tuhan) bersabda : banyak kelahiran-Ku di masa lalu demikian pula kelahiranmu arjuna semuanya ini Aku tahu tetapi engkau sendiri tidak Parantapa. Reinkarnasi memiliki hubungan yang erat dengan Karma yang mana keduanya merupakan suatu proses yang terjalin erat satu sama lain. Reinkarnasi dapat dikatakan sebagai kesimpulan atas semua karma yang telah didapat dalam suatu masa kehidupan. Baik

buruknya karma yang dimiliki seseorang akan menentukan tingkat kehidupannya pada reinkarnasi berikutnya. Dengan keyakinan terhadap reinkarnasi ini dan hubungannya dengan karma, maka umat harus sadar bahwa kehidupan sekarang ini merupakan kesempatan yang baik untuk memperbaiki diri demi kehidupan yang lebih baik pada masa datang.
HUBUNGANPUNARBHAVA,

KESEMPATAN MELUNASI HUTANG

KARMA
Kelahiran kembali ke dunia fana atau alam material akibat hutang karma yang belum lunas, oleh Veda disebut punarbhava (punar = lagi, dan bhava =lahir, menitis atau menjelma). Secara umum, punarbhava disebut reinkarnasi (reincarnation) yang berarti penjelmaan kembali atau tumimbal lahir. Artinya, sang makhluk hidup (jiva) yang di-belenggu oleh hutang karma dari penjelmaan sebelumnya, harus menjelma (lahir) lagi ke dunia fana dengan badan jasmani baru tertentu (manusia, deva, hewan, reptil atau badan jenis lain) untuk menikmati atau menderita akibat (phala) dari perbuatan (karma) yang telah dilakukannya itu. Dengan ber-punarbhava sebagai manusia, sang makhluk hidup (jiva) dapat kesempatan untuk : 1. Mengurangi hutang karma buruk (asubha-karma). 2. Menambah hutang karma bajik (subha-karma), dan 3. Berangsur- angsur melunasi segala hutang karma bajik dengan tekun melakukan pelayanan bhakti (cinta-kasih) kepada Sri Krishna. Jika seseorang sudah tidak memiliki (=bebas dari segala ) hutang karma buruk dan bajik, itu berarti dia telah tersucikan, berada pada tingkat spiritual, dan memenuhi syarat untuk kembali tinggal di alam rohani.

HUTANG HARMA BURUK YANG SEMAKIM MENUMPUK Pada jaman modern yang materialistik sekarang, kebanyakan orang sibuk dalam beranekamacam kegiatan pamerih mengejar kesenangan duniawi semu dan sementara (maya-sukha). Begitulah, hidup sesat memuaskan indriya jasmani hanyalah menambah hutang karma buruk (asubha-karma) belaka. Reaksi (phala) hutang karma buruk yang semakim menumpuk dan meluas di masyarakat ditunjukkan oleh fakta-fakta berikut: 1. Kehidupan di kota-kota besar semakim tidak tenang, tidak aman, tidak nyaman dan tidak damai. 2. Perang, teror bom bunuh diri dan beraneka-macam tindak kekerasan lain semakim meluas.

3. Bencana alam (banjir, gempa, kebakaran hutan, angin topan, tsunami, musim kering panjang, dsb) terjadi silih berganti. 4. Bermacam-macam penyakit kembali mewabah tanpa bisa dicegah. 5. Beraneka-macam perbuatan curang, korup, dusta, jahat dan amoral semakim meluas. 6. Kerusakan alam dan lingkungan hidup semakim parah. Mereka yang disebut kaum intelektual modern dengan beraneka-macam gelar akademik, tidak perduli pada hukum universal Tuhan KARMA-PHALA dan PUNARBHAVAini. Mereka tidak mau mengerti bahwa kehidupan manusia yang semakim menderita di muka Bumi adalah karena akibat (phala) hutang karma buruk yang semakim menumpuk dan meluas di masyarakat. Oleh karena buta dan tuli rohani, mereka yang disebut para sarjana duniawi bertabiat materialistik, tidak sadar bahwa teori-teori hidup bahagia di dunia fana melalui pemuasan indriya badan jasmani yang mereka ciptakan dan di praktekkan oleh rakyat, hanya semakim menambah dan memperbanyak hutang karma buruk di masyarakat manusia modern.

PENGETAHUAN TENTANG HUKUM KARMA-PHALA DAN PUNARBHAVA Pengetahuan ini adalah bagian dari pengetahuan Veda. Ia mencakup pengetahuan tentang: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Sang makhluk hidup (jiva/roh). Alam material (dunia fana) dan alam spiritual (dunia rohani). Tiga sifat alam material (Tri-guna). Hakekat badan jasmani. Para deva pengendali urusan material dunia fana. Watak Sura dan Asura, dan Prinsip-prinsip dharma dan adharma.

Oleh karena hukum Tuhan yang universal ini adalah bagian dari pengetahuan Veda, maka ia harus dimengerti sesuai petunjuk Veda yaitu mendengar pengetahuan ini dari sang Acarya (guru kerohanian) yang memiliki garis perguruan (sampradaya) sah dan mengajarkan berdasarkan prinsip parampara atau proses deduktip.

AWAL DARI ASUBHA-KARMA Keinginan (iccha) untuk menikmati secara terpisah dari Sri Krishna dan keengganan (dvesa) untuk melayani Beliau di dunia rohani adalah awal dari asubha-karma (perbuatan buruk) sang makhluk hidup (jiva). Sri Krishna berkata, Iccha dvesa samutthena dvandva mohena bharata sarge yanti parantapa, O keturunan Bharata, dibuai oleh keinginan menikmati secara terpisah dariKu dan keengganan melayaniKu, wahai Penakluk musuh, maka ia (sang jiva) jatuh ke alam material (Bhagavad Gita 7.27). Dengan kata lain, sang makhluk hidup (jiva) menyalahgunakan kebebasan/kemerdekaan sedikit yang dimilikinya dengan menyimpang dari kedudukan dasarnya sebagai abdi/pelayan kekal Tuhan di dunia rohani. Karena itu, Sukadeva Gosvami memberitahu Raja Pariksit, Oleh karena na bhajante, tidak

mau meng-abdi kepada Tuhan Krishna dan avajananti, tidak senang kepada Beliau, maka sthanad brastah patanti adhah, jatuhlah sang jiva ke alam material (Bhagavata Purana 11.5.3). Sri Krishna maha pemurah, sehingga atas karunianya, sang jiva diberi kesempatan dan tempat untuk merealisir keinginan (iccha) dan keengganan (dvesa) nya itu dengan tinggal di dunia fana atau alam material. Tidak disadari oleh sang jiva bahwa iccha dan dvesa demikian adalah kesesatan yang menyebabkan dirinya jatuh dan hanyut dalam samudra derita kehidupan material dunia fana.

JENIS KARMA DITENTUKAN OLEH UNSUR-UNSUR TRIGUNA Veda menyatakan, Guna bhavyena karmanah, kegiatan timbul karena terjadi interaksi tiga sifat alam material dalam badan jasmani (Bhagavata Purana 11.11.10). Gunaih karmani sarvasah, segala macam kegiatan timbul karena interaksi sifat-sifat alam material (Bhagavad Gita 3.27). Hubungan antara Tri-Guna (tiga sifat alam material yaitu: sattvam, rajas dan tamas) dengan perbuatan/kegiatan (karma), dharma dan adharma, watak Sura (daivi sampad) dan Asura (asuri-sampad) dan tujuan yang dicapai, secara umum dapat diringkas sebagai berikut. KARMA PHALA DENGAN PUNARBHAWA

You might also like