You are on page 1of 29

MORFOLOGI

A. Pengertian Morfologi
Morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasasebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsisemantik.

(http://id.wikipedia.org/wiki/linguistik).

Kata Morfologi berasal dari kata morphologie. Kata morphologie berasal dari bahasa Yunani morphe yang digabungkan dengan logos. Morphe berarti bentuk dan dan logos berarti ilmu. Bunyi [o] yang terdapat diantara morphed an logos ialah bunyi yang biasa muncul diantara dua kata yang digabungkan. Jadi, berdasarkan makna unsur-unsur pembentukannya itu, kata morfologi berarti ilmu tentang bentuk.

Dalam kaitannya dengan kebahasaan, yang dipelajari dalam morfologi ialah bentuk kata. Selain itu, perubahan bentuk kata dan makna (arti) yang muncul serta perubahan kelas kata yang disebabkan perubahan bentuk kata itu, juga menjadi objek pembicaraan dalam morfologi. Dengan kata lain, secara struktural objek pembicaraan dalam morfologi adalah morfem pada tingkat terendah dan kata pada tingkat tertinggi.

Itulah sebabnya, dikatakan bahwa morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk kata (struktur kata) serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap makna (arti) dan kelas kata.

B. Morfem
1. Pengertian Morfem
Morfem adalah suatu bentuk bahasa yang tidak mengandung bagian-bagian yang mirip dengan bentuk lain, baik bunyi maupun maknanya. (Bloomfield, 1974: 6).

Morfem adalah unsur-unsur terkecil yang memiliki makna dalam tutur suatu bahasa (Hookett dalam Sutawijaya, dkk.). Kalau dihubungkan dengan konsep satuan gramatik, maka unsur yang dimaksud oleh Hockett itu, tergolong ke dalam satuan gramatik yang paling kecil.

Morfem, dapat juga dikatakan unsur terkecil dari pembentukan kata dan disesuaikan dengan aturan suatu bahasa. Pada bahasa Indonesia morfem dapat berbentuk imbuhan. Misalnya kata praduga memiliki dua morfem yaitu /pra/ dan /duga/. Kata duga merupakan kata dasar penambahan morfem /pra/ menyebabkan perubahan arti pada kata duga. (http://id.wikipedia.org/wiki/linguistik).

Berdasarkan konsep-konsep di atas di atas dapat dikatakan bahwa morfem adalah satuan gramatik yang terkecil yang mempunyai makna, baik makna leksikal maupun makna gramatikal.

Kata memperbesar misalnya, dapat kita potong sebagai berikut

mem-perbesar

per-besar

Jika besar dipotong lagi, maka be- dan sar masing-masing tidak mempunyai makna. Bentuk seperti mem-, per, dan besar disebut morfem. Morfem yang dapat berdiri sendiri, seperti besar, dinamakan morfem bebas, sedangkan yang melekat pada bentuk lain, seperti mem- dan per-, dinamakan morfem terikat. Contoh memperbesar di atas adalah satu kata yang terdiri atas tiga morfem, yakni dua morfem terikat mem- dan per- serta satu morfem bebas, besar.

2. Morf dan Alomorf


Morf dan alomorf adalah dua buah nama untuk untuk sebuah bentuk yang sama. Morf adalah nama untuk sebuah bentuk yang belum diketahui statusnya (misal: {i} pada kenai); sedangkan alomorf adalah nama untuk bentuk tersebut kalau sudah diketahui statusnya (misal [br], [b], [bl] adalah alomorf dari morfem ber-. Atau bias dikatakan bahwa anggota satu morfem yang wujudnya berbeda, tetapi yang mempunyai fungsi dan makna yang sama dinamakan alomorf. Dengan kata lain alomorf adalah perwujudan konkret (di dalam penuturan) dari sebuah morfem. Jadi setiap morfem tentu mempunyai almorf, entah satu, dua, atau enam buah. Contohnya, morfem meN- (dibaca: me nasal): me-, mem- men-, meny-, meng-, dan menge-. Secara fonologis, bentuk me- berdistribusi, antara lain, pada bentuk dasar yang fonem awalnya konsonan /I/ dan /r/; bentuk mem- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya konsonan /b/ dan juga /p/; bentuk men- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya /d/ dan juga /t/; bentuk meny- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya /s/; bentuk meng- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya, antara lain konsonan /g/ dan /k/; dan bentuk menge- berdistribusi pada bentuk

dasar yang ekasuku, contohnya {menge}+{cat}= mengecat. Bentuk-bentuk realisasi yang berlainan dari morfem yang sama tersebut disebut alomorf.

3. Prinsip-prinsip Pengenalan Morfem


Untuk mengenal morfem secara jeli dalam bahasa Indonesia, diperlukan petunjuk sebagai pegangan. Ada enam prinsip yang saling melengkapi untuk memudahkan pengenalan morfem (Lihat Ramlan, 1980), yakni sebagai berikut:

3.1 Prinsip pertama

Bentuk-bentuk yang mempunyai struktur fonologis dan arti atau makna yang sama merupakan satu morfem.

membaca

kemanusiaan

Contoh:

baca

ke-an

pembaca

kecepatan

bacaan

kedutaan

membacakan

kedengaran

Karena struktur fonologis dan

Satuan tersebut walaupun

maknanya sama, maka satuan

struktur fonologisnya sama,

tersebut merupakan morfem

bukan merupak morfem

yang sama.

yang sama karena makna gramatikalnya berbeda.

3.2 Prinsip Kedua

Bentuk-bentuk yang mempunyai struktur fonolis yang berbeda, merupakan satu morfem apabila bentuk-bentuk itu mempunyai arti atau makna yang sama, dan perbedaan struktur fonologisnya dapat dijelaskan secara fonologis. Perubahan setiap morf itu bergantung kepada fonem awal morfem yang dilekatinya.

Contoh: mem

: membawa

meN-

men -

: menulis

meny -

: menyisir

meng -

: menggambar

me-

: melempar

Perubahan setiap morf itu bergantung kepada fonem awal morfem yang dilekatinya.

3.3 Prinsip Ketiga

Bentuk-bentuk yang mempunyai struktur ontologis yang berbeda, sekalipun perbedaannya tidak dapat dijelaskan secara fonologis, masih dapat dianggap sebagai satu morfem apabila mempunyai makna yang sama, dan mempunyai distribusi yang komplementer. Perhatikan contoh berikut:

ber-

: berkarya, bertani, bercabang

bel-

: belajar, belunjur

be-

: bekerja, berteriak, beserta

Kedudukan afiks ber- yang tidak dapat bertukar tempat itulah yang disebut distribusi komplementer.

3.4 Prinsip Keempat

Apabila dalam deretan struktur, suatu bentuk berpararel dengan suatu kekosongan, maka kekosongan itu merupakan morfem, ialah yang disebut morfem zero.

Misalnya:

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Rina membeli sepatu Rina menulis surat Rina membaca novel Rina menggulai ikan Rina makan pecal Rina minum susu

Semua kalimat itu berstruktur SPO. Predikatnya tergolong ke dalam verba aktif transitif. Lau pada kalimat a, b. c, dan d, verba aktif transitif tersebut ditandai oleh meN-, sedangkan pada kalimat e dan f verba aktif transitif itu ditandai kekosongan (meN- tidak ada), kekosongan itu merupakan morfem, yang disebut morfem zero.

3.5 Prinsip Kelima

Bentuk-bentuk yang mempunyai struktur fonologis yang sama mungkin merupakan satu morfem, mungkin pula merupakan morfem yang berbeda. Apabila bentuk yang mempunyai struktur fonologis yang sama itu berbeda maknanya, maka tentu saja merupakan fonem yang berbeda.

Contoh:

1.

a. Jubiar membeli buku

b. Buku itu sangat mahal

1.

a. Juniar membaca buku

b. Juniar makan buku tebu

Satuan buku pada kalimat 1. a dan 1. b merupakan morfem yang sama karena maknanya sama. Satuan buku pada kalimat kalimat 2. a dan 2. b bukanlah morfem yang sama karena maknanya berbeda.

3.6 Prinsip Keenam

Setiap bentuk yang tidak dapat dipisahkan merupakan morfem. Ini berarti bahwa setiap satuan gramatik yang tidak dapat dipisahkan lagi atas satuan-satuan gramatik yang lebih kecil, adalah morfem. Misalnya, satuan berdan lari pada berlari, ter- dan tinggi padatertinggi tidak dapat dipisahkan lagiatas satuan-satuan yang lebih kecil. oleh karena itu,ber-, lari, ter, dan tinggi adalah morfem.

4. Klasifikasi Morfem

4.1 Morfem Bebas dan Morfem Terikat

Morfem ada yang bersifat bebas dan ada yang bersifat terikat. Dikatakan morfem bebas karena ia dapat berdiri sendiri, dan dikatakan terikat jika ia tidak dapat berdiri sendiri.

Misalnya:

1. 2.

Morfem bebas saya, buku, dsb. Morfem terikat ber-, kan-, me-, juang, henti, gaul, dsb.

4.2 Morfem Segmental dan Morfem Supra Segmental

Morfem segmental adalah morfem yang terjadi dari fonem atau susunan fonem segmental. Sebagai contoh, morfem {rumah}, dapat dianalisis ke dalam segmen-segmen yang berupa fonem [r,u,m,a,h]. Fonem-fonem itu tergolong ke dalam fonem segmental. oleh karena itu, morfem {rumah} tergolong ke dalam jenis morfem segmental.

Morfem supra segmental adalah morfem yang terjadi dari fonem suprasegmental. Misal, jeda dalam bahasa Indonesia. Contoh:

1. 2.

bapak wartawan ibu guru

bapak//wartawan ibu//guru

4.3 Morfem Bermakna Leksikal dan Morfem Tak Bermakna Leksikal

Morfem yang bermakna leksikal merupakan satuan dasar bagi terbentuknya kata. morfem yang bermakna leksikal itu merupakan leksem, yakni bahan dasar yzng setelah mengalami pengolahan gramatikal menjadi kata ke dalam subsistem gramatika. Contoh: morfem {sekolah}. berarti tempat belajar.

Morfem yang tak bermakna leksikal dapat berupa morfem imbuhan, seperti {ber-}, {ter-}, dan {se-}. morfem-morfem tersebut baru bermakna jika berada dalam pemakaian. Contoh: {bersepatu} berarti memakai sepatu.

4.4 Morfem Utuh dan Morfem Terbelah

Morfem utuh merupakan morfem-morfem yang unsur-unsurnya bersambungan secara langsung. Contoh: {makan}, {tidur}, dan {pergi}.

Morfem terbelah morfem-morfem yang tidak tergantung menjadi satu keutuhan. morfem-morfem itu terbelah oleh morfem yang lain. Contoh: {kehabisan} dan {berlarian} terdapat imbuhan ke-an atau {ke.an} dan imbuhan ber-an atau {ber.an}. contoh lain adalah morfem{gerigi} dan {gemetar}. Masing-masing morfem memilki morf /g..igi/ dan /g..etar/. Jadi, ciri terbelahnya terletak pada morfnya, tidak terletak pada morfemnya itu sendiri. morfem itu direalisasikan menjadi morf terbelah jika mendapatkan sisipan, yakni morfem sisipan {-er-} pada morfem {gigi} dan sisipan {-em-} pada morfem {getar}.

4.5 Morfem Monofonemis dan Morfem Polifonemis

Morfem monofonemis merupakan morfem yang terdiri dari satu fonem. Dalam bahasa Indonesia pada dapat dilihat pada morfem {-i} kata datangi atau morfem{a} dalam bahasa Inggris pada seperti pada kata asystematic.

Morfem polifonemis merupakan morfem yang terdiri dari dua, tiga, dan empat fonem. Contoh, dalam bahasa Inggris morfem {un-} berarti tidak dan dalam bahasa Indonesia morfem {se-} berarti satu, sama.

4.6 Morfem Aditif, Morfem Replasif, dan Morfem Substraktif

Morfem aditif adalah morfem yang ditambah atau ditambahkan. kata-kata yang mengalami afiksasi, seperti yang terdapat pada contoh-contoh berikut merupakan kata-kata yang terbentuk dari morfem aditif itu.

1.

mengaji

2. childhood

berbaju

houses

Morfem replasif merupakan morfem yang bersifat penggantian. dalam bahasa Inggris, misalnya, terdapat morfem penggantian yang menandai jamak. Contoh: {fut} {fi:t}.

Morfem substraktif adalah morfem yang alomorfnya terbentuk dari hasil pengurangan terhadap unsur (fonem) yang terdapat morf yang lain. Biasanya terdapat dalam bahasa Perancis.

C. Proses Morfologis
Proses morfologis dapat dikatakan sebagai proses pembentukan kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain yang merupakan bentuk dasar (Cahyono, 1995: 145). Dalam proses morfologis ini terdapat tiga proses yaitu: pengafiksan, pengulangan atau reduplikasi, dan pemajemukan atau penggabungan.

1. Pengafiksan

Bentuk (atau morfem) terikat yang dipakai untuk menurunkan kata disebut afiks atau imbuhan (Alwi dkk., 2003: 31). Pengertian lain proses pembubuhan imbuhan pada suatu satuan, baik satuan itu berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks, untuk membentuk kata (Cahyono, 1995:145). Contoh:

1. 2. 3. 4.

Berbaju Menemukan Ditemukan Jawaban.

Bila dilihat pada contoh, berdasarkan letak morfem terikat dengan morfem bebas pembubuhan dapat dibagi menjadi empat, yaitu pembubuhan depan (prefiks), pembubuhan tengah (infiks), pembubuhan akhir (sufiks), dan pembubuhan terbelah (konfiks).

2. Reduplikasi
Reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatikal, baik seluruhnya maupun sebagian, baik disertai variasi fonem maupun tidak (Cahyono, 1995:145).

Contoh: berbulan-bulan, satu-satu, seseorang, compang-camping, sayur-mayur.

3. Penggabungan atau Pemajemukan


Proses pembentukan kata dari dua morfem bermakna leksikal (Oka dan Suparno, 1994:181).

Contoh:

1. 2.

Sapu tangan Rumah sakit

4. Perubahan Intern
Perubahan intern adalah perubahan bentuk morfem yang terdapat dalam morfem itu sendiri.

Contoh: dalam bahasa Inggris Singular Foot plural Feet

Mouse

mice

5. Suplisi
Suplisi adalah proses morfologis yang menyebabkan adanya bentuk sama sekali baru.

Contoh: dalam bahasa Inggris

Go

went

sing

sang

6. Modifikasi kosong
Modifikasi kosong ialah proses morfologis yang tidak menimbulkan perubahan pada bentuknya tetapi konsepnya saja yang berubah.

Contoh: read- read-read

D. Proses Morfofonemik
Proses perubahan fonem sebuah morfem yang digunakan untuk mempermudah ucapan.

Contoh:

Perubahan prefiks meng-

meng + asah = mengasah

meng + lihat = melihat

menga + datangkan = mendatangkan

meng + terjemah = menerjemahkan

meng + patuhi = mematuhi

E. Proses morfemis menurut Verhaar


1. 2. Afiksasi adalah pengimbuhan afiks Prefix adalah imbuhan di sebelah kiri bentuk dasar.

Contoh: mengajar

1.

Sufiks adalah imbuhan di sebelah kanan bentuk dasar

Contoh: ajarkan

1.

Infiks adalah imbuhan yang disisipkan dalam kata dasar

Contoh: gerigi

1.

Konfiks adalah imbuhan dan akhiran pada sebuah bentuk dasar

Contoh: perceraian

1.

Fleksi adalah afiksasai yang terdiri atas golongan kata yang sama

Contoh: mengajar diajar

3. Derifasi adalah afiksasi yang terdiri atas golongan kata yang tidak sama Contoh: mengajar pengajar

1.

Klitika adalah morfem pendek yang tidak dapat diberi aksen atau tekanan melekat pada kata atau frasa lain dan meiliki arti yang tidak mudah untuk dideskripsikan secara leksikal, serta tidak melekat pada kelas kata tertentu.

Contoh: -pun, -lah

sekalipun

apalah

F. Kata

1. Hakikat Kata

Para linguis yang sehari-hari bergelut dengan kata ini, hingga dewasa ini, kiranya tidak pernah mempunyai kesamaan pendapat mengenai konsep apa yang di sebut dengan kata itu. Satu masalah lagi mengenai kata ini adalah mengenai kata sebagai satuan gramatikal. Menurut verhaar (1978) bentuk-bentuk kata bahasa Indonesia, misalnya: mengajar, di ajar, kauajar, terjar, dan ajarlah bukanlah lima buah kata yang berbeda, melainkan varian dari sebuah kata yang sama. Tetapi bentuk-bentuk, mengajar, pengajar, pengajaran, dan ajarlah adalah lima kata yang berlainan.

Kata adalah satuan terkecil dari kalimat yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna. Kata-kata yang terbentuk dari gabungan huruf atau morfem baru kita akui sebagai kata bila bentuk itu sudah mempunyai makna. (Lahmudin Finoza).

Kata ialah morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas. (Kridalaksana). Perhatikan kata-kata di bawah ini.

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Mobil Rumah Sepeda Ambil Dingin Kuliah.

Keenam kata yang kita ambil secara acak itu kita akui sebagai kata karena setiap kata mempunyai makna. Kita pasti akan meragukan, bahkan memastikan bahwa adepes, libma, ninggib, haklab bukan kata dari bahasa Indonesia karena tidak mempunyai makna.

Dari segi bentuknya kata dapat dibedakan atas dua macam, yaitu (1) kata yang bermofem tunggal, dan (2) kata yang bermorfem banyak. Kata yang bermorfem tunggal disebut juga kata dasar atau kata yang tidak berimbuhan. Kata dasar pada umumnya berpotensi untuk dikembangkan menjadi kata turunan atau kata berimbuhan. Perhatikan perubahan kata dasar menjadi kata turunan dalam tabel di bawah ini.

2. Pembentukan Kata

Pembentukan kata ini mempunyai dua sifat, yaitu membentuk kata-kata yang inflektif, dan kedua yang bersifat derivatif. Apa yang dimaksud dengan inflektif dan derivatif akan dibicarakan berikut ini.

1). Inflektif

Kata-kata dalam bahasa-bahasa berfleksi, seprti bahasa arab, bahasa latin, bahasa sansekerta, untuk dapat digunakan di dalam kalimat harus disesuaikan dulu bentuknya dengan kategori-kategori gramatikal yang berlaku dalam bahasa itu.

2). Derifatif

Pembentukan kata secara derivatif adalah membentuk kata baru, kata yang identitas leksikalnya tidak sama dengan kata dasarnya, contoh dalam bahasa indonesia dapat diberikan, misalnya, dari kata air yang berkelas nomina dibentuk menjadi mengairi yang berkelas verba: dari kata makan yang berkelas verba dibentuk kata makanan yang berkelas nomina.

Tabel 1

Perubahan Kata Dasar Menjadi Kata Turunan

yang Mengandung Berbagai Arti Kata Dasar Asuh Pelaku pengasuh Proses pengasuhan Hal/Tempat perbuatan Perbuatan mengasuh Hasil asuhan

baca

pembaca

pembacaan

percetakan

membaca

bacaan

bangun

pembangun

pembangunan

peredaran

membangun

bangunan

buat

pembuat

pembuatan

perpotongan

membuat

buatan

cetak

pencetak

pencetakan

persapuan

mencetak

cetakan

edar

pengedar

pengedaran

mengedar

edaran

potong

pemotong

pemotongan

memotong

potongan

sapu

penyapu

penyapuan

menyapu

sapuan

tulis

penulis

penulisan

menulis

tulisan

ukir

pengukir

pengukiran

mengukir

ukiran.

Dalam tabel 1 itu terlihat perubahan kata dasar menjadi kata turunan selain mengubah bentuk, juga mengubah makna. Selanjutnya, perubahan makna mengakibatkan perubahan jenis atau kelas kata.

Daftar Pustaka
Alwi, Hasan, dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta

Finoza, Lamuddin. 2006. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia

I.G.N. Oka dan Suparno. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Dirjendikti Depdikbud

Keraf, Gorys. 1993. Komposisi. Flores: Nusa Indah

Verharr, J.W.M. 2008. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

http://id.wikipedia.org/wiki/linguistik

MORFOLOGI
A.Pengertian Morfologi Morfologi adalah cabanglinguistikyang mengidentifikasi satuan-satuan dasarbahasasebagai satuangramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahanperubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsisemantik. (http://id.wikipedia.org/wiki/linguistik). Kata Morfologi berasal dari kata morphologie. Kata morphologie berasal dari bahasa Yunani morphe yang digabungkan dengan logos. Morphe berarti bentuk dan dan logos berarti ilmu. Bunyi [o] yang terdapat diantara morphed an logos ialah bunyi yang biasa muncul diantara dua kata yang digabungkan. Jadi, berdasarkan makna unsur-unsur pembentukannya itu, kata morfologi berarti ilmu tentang bentuk. Dalam kaitannya dengan kebahasaan, yang dipelajari dalam morfologi ialah bentuk kata. Selain itu, perubahan bentuk kata dan makna (arti) yang muncul serta perubahan kelas kata yang disebabkan perubahan bentuk kata itu, juga menjadi objek pembicaraan dalam morfologi. Dengan kata lain, secara struktural objek pembicaraan dalam morfologi adalah morfem pada tingkat terendah dan kata pada tingkat tertinggi.

Itulah sebabnya, dikatakan bahwa morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk kata (struktur kata) serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap makna (arti) dan kelas kata. B.Morfem 1.Pengertian Morfem Morfem adalah suatu bentuk bahasa yang tidak mengandung bagian-bagian yang mirip dengan bentuk lain, baik bunyi maupun maknanya. (Bloomfield, 1974: 6). Morfem adalah unsur-unsur terkecil yang memiliki makna dalam tutur suatu bahasa (Hookett dalam Sutawijaya, dkk.). Kalau dihubungkan dengan konsep satuan gramatik, maka unsur yang dimaksud oleh Hockett itu, tergolong ke dalam satuan gramatik yang paling kecil. Morfem, dapat juga dikatakan unsur terkecil dari pembentukan kata dan disesuaikan dengan aturan suatu bahasa. Pada bahasa Indonesia morfem dapat berbentuk imbuhan. Misalnya kata praduga memiliki dua morfem yaitu /pra/ dan /duga/. Katadugamerupakan kata dasar penambahan morfem /pra/ menyebabkan perubahan arti pada kataduga. (http://id.wikipedia.org/wiki/linguistik). Berdasarkan konsep-konsep di atas di atas dapat dikatakan bahwa morfem adalah satuan gramatik yang terkecil yang mempunyai makna, baik makna leksikal maupun makna gramatikal. Katamemperbesarmisalnya, dapat kita potong sebagai berikut mem-perbesar per-besar Jika besar dipotong lagi, makabe-dansarmasing-masing tidak mempunyai makna. Bentuk sepertimem-, per-,danbesardisebut morfem.Morfem yang dapat berdiri sendiri, sepertibesar, dinamakan morfembebas,sedangkan yang melekat pada bentuk lain, sepertimem-danper-, dinamakan morfemterikat. Contohmemperbesardi atas adalah satu kata yang terdiri atas tiga morfem, yakni dua morfem terikat mem-danper-serta satu morfem bebas,besar. 2.Morf dan Alomorf Morf dan alomorf adalah dua buah nama untuk untuk sebuah bentuk yang sama. Morf adalah nama untuk sebuah bentuk yang belum diketahui statusnya (misal: {i} padakenai); sedangkan alomorf adalah nama untuk bentuk tersebut kalau sudah diketahui statusnya (misal [br], [b], [bl] adalah alomorf dari morfem ber-.Atau bias dikatakan bahwa anggota satu morfem yang wujudnya berbeda, tetapi yang mempunyai fungsi dan makna yang sama dinamakan alomorf. Dengan kata lain alomorf adalah perwujudan konkret (di dalam penuturan) dari sebuah morfem. Jadi setiap morfem tentu mempunyai almorf, entah satu, dua, atau enam buah. Contohnya, morfem meN- (dibaca: me nasal): me-, mem- men-, meny-, meng-, dan menge-. Secara

fonologis, bentuk me- berdistribusi, antara lain, pada bentuk dasar yang fonem awalnya konsonan /I/ dan /r/; bentuk mem- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya konsonan /b/ dan juga /p/; bentuk men- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya /d/ dan juga /t/; bentuk meny- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya /s/; bentuk meng- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya, antara lain konsonan /g/ dan /k/; dan bentuk menge- berdistribusi pada bentuk dasar yang ekasuku, contohnya {menge}+{cat}= mengecat. Bentuk-bentuk realisasi yang berlainan dari morfem yang sama tersebut disebut alomorf. 3. Prinsip-prinsip Pengenalan Morfem Untuk mengenal morfem secara jeli dalam bahasa Indonesia, diperlukan petunjuk sebagai pegangan. Ada enam prinsip yang saling melengkapi untuk memudahkan pengenalan morfem (Lihat Ramlan, 1980), yakni sebagai berikut: 3.1 Prinsip pertama Bentuk-bentuk yang mempunyai struktur fonologis dan arti atau makna yang sama merupakan satu morfem.
membaca Contoh: kecepatan bacaan membacakan kedutaan kedengaran kemanusiaan baca pembaca ke-an

Karena fonologis tersebut walaupun maknanya sama, maka satuan tersebut merupakan morfem yang sama. gramatikalnya berbeda. struktur fonologisnya sama, bukan merupak morfem yang sama karena makna

struktur dan Satuan

3.2 Prinsip Kedua

Bentuk-bentuk yang mempunyai struktur fonolis yang berbeda, merupakan satu morfem apabila bentuk-bentuk itu mempunyai arti atau makna yang sama, dan perbedaan struktur fonologisnya dapat dijelaskan secara fonologis. Perubahan setiap morf itu bergantung kepada fonem awal morfem yang dilekatinya. mem Contoh:
meny meng me-

: membawa meN: menyisir : menggambar : melempar

men -

: menulis

Perubahan setiap morf itu bergantung kepada fonem awal morfem yang dilekatinya.

3.3 Prinsip Ketiga Bentuk-bentuk yang mempunyai struktur ontologis yang berbeda, sekalipun perbedaannya tidak dapat dijelaskan secara fonologis, masih dapat dianggap sebagai satu morfem apabila mempunyai makna yang sama, dan mempunyai distribusi yang komplementer. Perhatikan contoh berikut:
berbelbe: berkarya, bertani, bercabang : belajar, belunjur : bekerja, berteriak, beserta

Kedudukan afiks ber- yang tidak dapat bertukar tempat itulah yang disebut distribusi komplementer.

3.4 Prinsip Keempat Apabila dalam deretan struktur, suatu bentuk berpararel dengan suatu kekosongan, maka kekosongan itu merupakan morfem, ialah yang disebut morfem zero. Misalnya: a.Rina membeli sepatu b.Rina menulis surat c. Rina membaca novel

d.Rina menggulai ikan e.Rina makan pecal f. Rina minum susu Semua kalimat itu berstruktur SPO. Predikatnya tergolong ke dalam verba aktif transitif. Lau pada kalimat a, b. c, dan d, verba aktif transitif tersebut ditandai oleh meN-, sedangkan pada kalimat e dan f verba aktif transitif itu ditandai kekosongan (meN- tidak ada), kekosongan itu merupakan morfem, yang disebut morfem zero. 3.5 Prinsip Kelima Bentuk-bentuk yang mempunyai struktur fonologis yang sama mungkin merupakan satu morfem, mungkin pula merupakan morfem yang berbeda. Apabila bentuk yang mempunyai struktur fonologis yang sama itu berbeda maknanya, maka tentu saja merupakan fonem yang berbeda. Contoh: 1. a. Jubiar membelibuku b.Bukuitu sangat mahal 2. a. Juniar membacabuku b. Juniar makanbukutebu Satuanbukupada kalimat 1. a dan 1. b merupakan morfem yang sama karena maknanya sama. Satuan buku pada kalimat kalimat 2. a dan 2. b bukanlah morfem yang sama karena maknanya berbeda. 3.6Prinsip Keenam Setiap bentuk yang tidak dapat dipisahkan merupakan morfem. Ini berarti bahwa setiap satuan gramatik yang tidak dapat dipisahkan lagi atas satuan-satuan gramatik yang lebih kecil, adalah morfem. Misalnya, satuanber- danlaripadaberlari, terdantinggipadatertinggitidak dapat dipisahkan lagiatas satuan-satuan yang lebih kecil. oleh karena itu,ber-,lari,ter, dantinggiadalah morfem. 4. Klasifikasi Morfem 4.1 Morfem Bebas dan Morfem Terikat

Morfem ada yang bersifat bebas dan ada yang bersifat terikat. Dikatakan morfem bebas karena ia dapat berdiri sendiri, dan dikatakan terikat jika ia tidak dapat berdiri sendiri. Misalnya: a. Morfem bebas saya, buku, dsb. b. Morfem terikat ber-, kan-, me-, juang, henti, gaul, dsb. 4.2 Morfem Segmental dan Morfem Supra Segmental Morfem segmental adalah morfem yang terjadi dari fonem atau susunan fonem segmental. Sebagai contoh, morfem {rumah}, dapat dianalisis ke dalam segmen-segmen yang berupa fonem [r,u,m,a,h]. Fonem-fonem itu tergolong ke dalam fonem segmental. oleh karena itu, morfem {rumah} tergolong ke dalam jenis morfem segmental. Morfem supra segmental adalah morfem yang terjadi dari fonem suprasegmental. Misal, jeda dalam bahasa Indonesia. Contoh: a.bapak wartawan bapak//wartawan b.ibu guru ibu//guru 4.3 Morfem Bermakna Leksikal dan Morfem Tak Bermakna Leksikal Morfem yang bermakna leksikal merupakan satuan dasar bagi terbentuknya kata. morfem yang bermakna leksikal itu merupakan leksem, yakni bahan dasar yzng setelah mengalami pengolahan gramatikal menjadi kata ke dalam subsistem gramatika. Contoh: morfem {sekolah}. berarti tempat belajar. Morfem yang tak bermakna leksikal dapat berupa morfem imbuhan, seperti {ber-}, {ter-}, dan {se-}. morfem-morfem tersebut baru bermakna jika berada dalam pemakaian. Contoh: {bersepatu} berarti memakai sepatu. 4.4 Morfem Utuh dan Morfem Terbelah Morfem utuh merupakan morfem-morfem yang unsur-unsurnya bersambungan secara langsung. Contoh: {makan}, {tidur}, dan {pergi}. Morfem terbelah morfem-morfem yang tidak tergantung menjadi satu keutuhan. morfemmorfem itu terbelah oleh morfem yang lain. Contoh: {kehabisan} dan {berlarian} terdapat imbuhan ke-an atau {ke.an} dan imbuhan ber-an atau {ber.an}. contoh lain adalah morfem{gerigi} dan {gemetar}. Masing-masing morfem memilki morf /g..igi/ dan /g..etar/. Jadi, ciri terbelahnya terletak pada morfnya, tidak terletak pada morfemnya itu sendiri. morfem itu direalisasikan menjadi morf terbelah jika mendapatkan sisipan, yakni morfem sisipan {-er-} pada morfem {gigi} dan sisipan {-em-} pada morfem {getar}. 4.5 Morfem Monofonemis dan Morfem Polifonemis

Morfem monofonemis merupakan morfem yang terdiri dari satu fonem. Dalam bahasa Indonesia pada dapat dilihat pada morfem {-i} katadatangiatau morfem{a} dalam bahasa Inggris pada seperti pada kataasystematic. Morfem polifonemis merupakan morfem yang terdiri dari dua, tiga, dan empat fonem. Contoh, dalam bahasa Inggris morfem {un-} berarti tidak dan dalam bahasa Indonesia morfem {se-} berarti satu, sama. 4.6 Morfem Aditif, Morfem Replasif, dan Morfem Substraktif Morfem aditif adalah morfem yang ditambah atau ditambahkan. kata-kata yang mengalami afiksasi, seperti yang terdapat pada contoh-contoh berikut merupakan kata-kata yang terbentuk dari morfem aditif itu. 1.mengaji 2. childhood berbaju houses Morfem replasif merupakan morfem yang bersifat penggantian. dalam bahasa Inggris, misalnya, terdapat morfem penggantian yang menandai jamak. Contoh: {fut}{fi:t}. Morfem substraktif adalah morfem yang alomorfnya terbentuk dari hasil pengurangan terhadap unsur (fonem) yang terdapat morf yang lain. Biasanya terdapat dalam bahasa Perancis. C.Proses Morfologis Proses morfologis dapat dikatakan sebagai proses pembentukan kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain yang merupakan bentuk dasar (Cahyono, 1995: 145). Dalam proses morfologis ini terdapat tiga proses yaitu: pengafiksan, pengulangan atau reduplikasi, dan pemajemukan atau penggabungan. 1.Pengafiksan Bentuk (atau morfem) terikat yang dipakai untuk menurunkan kata disebut afiks atau imbuhan (Alwi dkk., 2003: 31). Pengertian lain proses pembubuhan imbuhan pada suatu satuan, baik satuan itu berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks, untuk membentuk kata (Cahyono, 1995:145). Contoh: a. Berbaju b.Menemukan c.Ditemukan

d.Jawaban. Bila dilihat pada contoh, berdasarkan letak morfem terikat dengan morfem bebas pembubuhan dapat dibagi menjadi empat, yaitu pembubuhan depan (prefiks), pembubuhan tengah (infiks), pembubuhan akhir (sufiks), dan pembubuhan terbelah (konfiks). 2.Reduplikasi Reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatikal, baik seluruhnya maupun sebagian, baik disertai variasi fonem maupun tidak (Cahyono, 1995:145). Contoh: berbulan-bulan, satu-satu, seseorang, compang-camping, sayur-mayur. 3.Penggabungan atau Pemajemukan Proses pembentukan kata dari dua morfem bermakna leksikal (Oka dan Suparno, 1994:181). Contoh: a. Sapu tangan b. Rumah sakit 4.Perubahan Intern Perubahan intern adalah perubahan bentuk morfem yang terdapat dalam morfem itu sendiri. Contoh: dalam bahasa Inggris

Singular

plural

Foot

Feet

Mouse

mice

5.Suplisi Suplisi adalah proses morfologis yang menyebabkan adanya bentuk sama sekali baru. Contoh: dalam bahasa Inggris Go sing went sang

6.Modifikasi kosong Modifikasi kosong ialah proses morfologis yang tidak menimbulkan perubahan pada bentuknya tetapi konsepnya saja yang berubah. Contoh: read- read-read D.Proses Morfofonemik Proses perubahan fonem sebuah morfem yang digunakan untuk mempermudah ucapan. Contoh: Perubahan prefiks meng-meng + asah = mengasah -meng + lihat = melihat -menga + datangkan = mendatangkan -meng + terjemah = menerjemahkan -meng + patuhi = mematuhi

E.Proses morfemis menurut Verhaar 1.Afiksasiadalahpengimbuhan afiks a.Prefix adalah imbuhan di sebelah kiri bentuk dasar. Contoh: mengajar b.Sufiksadalahimbuhan di sebelah kanan bentuk dasar Contoh: ajarkan c.Infiksadalahimbuhan yang disisipkan dalam kata dasar Contoh: gerigi d.Konfiksadalahimbuhan dan akhiran pada sebuah bentuk dasar Contoh:perceraian 2.Fleksi adalah afiksasaiyang terdiri atas golongan kata yang sama Contoh:mengajar diajar 3. Derifasi adalah afiksasi yang terdiri atas golongan kata yang tidak sama Contoh: mengajar pengajar 3.Klitika adalah morfem pendek yang tidak dapat diberi aksen atau tekanan melekat pada kata atau frasa lain dan meiliki arti yang tidak mudah untuk dideskripsikan secara leksikal, serta tidak melekat pada kelas kata tertentu. Contoh: -pun, -lah sekalipun apalah F.Kata

1.Hakikat Kata Para linguis yang sehari-hari bergelut dengan kata ini, hingga dewasa ini, kiranya tidak pernahmempunyai kesamaan pendapat mengenai konsep apa yang di sebut dengan kata itu.Satu masalah lagi mengenai kata ini adalah mengenai kata sebagai satuan gramatikal. Menurut verhaar (1978) bentuk-bentuk kata bahasa Indonesia, misalnya: mengajar, di ajar, kauajar, terjar, dan ajarlah bukanlah lima buah kata yang berbeda, melainkan varian dari sebuah kata yang sama. Tetapi bentuk-bentuk, mengajar, pengajar, pengajaran, dan ajarlah adalah lima kata yang berlainan. Kata adalah satuan terkecil dari kalimat yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna. Kata-kata yang terbentuk dari gabungan huruf atau morfem baru kita akui sebagai kata bila bentuk itu sudah mempunyai makna. (Lahmudin Finoza). Kata ialah morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas. (Kridalaksana). Perhatikan kata-kata di bawah ini. a.Mobil b.Rumah c.Sepeda d.Ambil e.Dingin f.Kuliah. Keenam kata yang kita ambil secara acak itu kita akui sebagai kata karena setiap kata mempunyai makna. Kita pasti akan meragukan, bahkan memastikan bahwaadepes, libma, ninggib, haklabbukan kata dari bahasa Indonesia karena tidak mempunyai makna. Dari segi bentuknya kata dapat dibedakan atas dua macam, yaitu (1)kata yang bermofem tunggal, dan (2)kata yang bermorfem banyak.Kata yang bermorfem tunggal disebut juga kata dasar atau kata yang tidak berimbuhan. Kata dasar pada umumnya berpotensi untuk dikembangkan menjadi kata turunan atau kata berimbuhan. Perhatikan perubahan kata dasar menjadi kata turunan dalam tabel di bawah ini. 2.Pembentukan Kata Pembentukan kata ini mempunyai dua sifat, yaitu membentuk kata-kata yang inflektif, dan kedua yang bersifat derivatif. Apa yang dimaksud dengan inflektif dan derivatif akan dibicarakan berikut ini.

1). Inflektif Kata-kata dalam bahasa-bahasa berfleksi, seprti bahasa arab, bahasa latin, bahasa sansekerta, untuk dapat digunakan di dalam kalimat harus disesuaikan dulu bentuknya dengan kategori-kategori gramatikalyang berlaku dalam bahasa itu. 2). Derifatif Pembentukan kata secara derivatif adalah membentuk kata baru, kata yang identitas leksikalnya tidak sama dengan kata dasarnya, contoh dalam bahasa indonesia dapat diberikan, misalnya, dari kataairyang berkelas nomina dibentuk menjadimengairi yang berkelas verba: dari kata makan yang berkelasverba dibentuk katamakanan yang berkelas nomina.
Tabel 1 Perubahan Kata Dasar Menjadi Kata Turunan yang Mengandung Berbagai Arti

Kata Dasar

Pelaku

Proses

Hal/Tempat

Perbuatan

Hasil

Asuh baca bangun buat cetak edar potong sapu tulis ukir

pengasuh pembaca pembangun pembuat pencetak pengedar pemotong penyapu penulis pengukir

pengasuhan pembacaan pembangunan pembuatan pencetakan pengedaran pemotongan penyapuan penulisan pengukiran

perbuatan percetakan peredaran perpotongan persapuan

mengasuh membaca membangun membuat mencetak mengedar memotong menyapu menulis mengukir

asuhan bacaan bangunan buatan cetakan edaran potongan sapuan tulisan ukiran.

Dalam tabel 1 itu terlihat perubahan kata dasar menjadi kata turunan selain mengubah bentuk, juga mengubah makna. Selanjutnya, perubahan makna mengakibatkan perubahan jenis atau kelas kata.

G.Daftar Pustaka Alwi, Hasan, dkk. 2000.Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Chaer, Abdul. 2003.Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta Finoza, Lamuddin. 2006.Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia I.G.N. Oka dan Suparno. 1994.Linguistik Umum.Jakarta: Dirjendikti Depdikbud Keraf, Gorys. 1993.Komposisi. Flores: Nusa Indah Verharr, J.W.M. 2008.Asas-asas Linguistik Umum.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press http://id.wikipedia.org/wiki/linguistik

Morfologi Bahasa Indonesia


Posted 16 Februari 2010 by hatmanbahasa in Uncategorized. Tinggalkan Sebuah Komentar

1. Pengertian Morfologi Ramlan (1978:19) menjelaskan bahwa morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-peruahan bentuk kata terhadap golongan kata dan arti kata, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari selukbeluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik. Nida (1949:1) menjelaskan bahwa morfologi adalah studi tentang morfem dan susunannya di dalam pembentukan kata. Morfem adalah satuan terkecil bermakna yang akurat yang merupakan kata atau bagian kata. Susunan morfem yang diatur menurut morfologi suatu bahasa meliputi semua kombinasi yang membentuk kata atau bagian dari kata. Verhaar (2004:97) juga menjelaskan bahwa morfologi adalah cabang lunguistik yang mengidentifikasikan satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. 1.1 Morf, Morfem, dan Alomorf Dalam proses morfologi melibatkan unsur yang berupa morf dan alomorf. Morf merupakan unsur terkecil dari morfem yang secara struktur fonologik berbeda akan tetapi merupakan realisasi dari morfem yang sama.variasi morfem yang sama disebut alomorf. Lyons (1968:80) menyatakan bahwa morfem adalah unit analisis gramatikal yang terkecil. Katamba(1993:24) menjelaskan bahwa morfem adalah perbedaan terkecil mengenai makna kata atau makna kalimat atau dalam struktur gramatikal. Samsuri(1992:170) menjelaskan bahwa dalam bahasa Indonesia men adalah sebuah bentuk atau morf. 1.2 Prinsip Mengenal Morfem Edi Subroto (1976:40) mengemukakan tentang ciri morfem, bahwa (1) morfem adalah satuan terkecil di dalam tingkatan morfologi yang bisa ditemukan lewat analisis morfologi, (2) morfem selalu merupakan satuan terkecil yang berulang-ulang dalam pemakaian bahasa (dengan bentuk yang lebih kurang sama)dengan arti gramatikal tertentu yang lebih kurang sama pula. Samsuri(1992) mengemukakan tiga prinsip pokok pengenalan morfem. (1) Bentuk-bentuk yang berulang yang mempunyai pengertian yang sama, termasuk morfem yang sama. (2) Bentuk-bentuk yang mirip ( susunan fonem-fonemnya)yang mempunyai pengertian yang sama,termasuk morfem yang sama, apabila perbedaan-perbedaannya dapat diterangkan secara fonologis.(3) Bentuk-bentuk yang berbeda susunan fonem-fonemnya, yang tidak dapat diterangkan secara fonologis perbedaan-perbedaannya, masih bisa dianggap sebagai alomorf-alomorf dari morfem yang sama atau mirip, asal perbedaan itu dapat diterangkan secara morfologis. 1.3 Jenis Morfem Berdasarkan distribusinya, morfem dapat dibedakan menjadi dua yaitu morfem bebas dan morfem terikat. Morfem bebas ialah morfem yang dalam tuturan bebas dapat berdiri sendiri, misalnya tidur, hujan, dan baca. Sedangkan morfem terikat adalah morfem yang dalam tuturan bebas tidak dapat berdiri sendiri, tetapi harus melekat pada bentuk lain yang berupa bentuk bebas, misalnya ke-an. Berdasarkan wujudnya, morfem dapat dibagi menjadi dua, yaitu morfem segmental dan morfem suprasegmental. Morfem segmental adalah morfem yang terdiri atas susunan fonem-fonem segmental, misalnya kursi terdiri atas fonem /k/ /u/ /r/ /s/ /i/ sedangkan morfem suprasegmental adalah morfem yang terdiri atas fonem suprasegmental misalnya tekanan, nada dan sendi. Misalnya bapak guru dan bapak//guru. Dengan adanya morfem suprasegmental yang berupa jeda, maknanya akan berbeda. Berdasarkan letaknya morfem juga dapat dibagi menjadi dua yaitu morfem utuh dan morfem terbagi. Misalnya minuman, makanan, terdiri atas bentuk dasar minum dan makan yang merupakan morfem utuh, dan bentuk -an berupa sufiks atau disebut morfem terbagi. 1.4 Afiksasi Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar. Dalam proses ini terlibat unsur-unsur (1) dasar atau bentuk dasar, (2) afiks, dan (3) makna gramatikal yang dihasilkan. Proses ini dapat bersifat inflektif dan dapat pula bersifat derivatif ( Abdul Chaer, 2003: 177). Afiksasi adalah bentuk( morfem) terikat yang dipakai untuk menurunkan kata ( Anton Moeliono, 26-27). Afiksasi adalah bentuk atau morfem terikat secara morfologis yang terdiri dari awalan (prefiks), sisipan ( infiks), akhiran ( sufiks) dan gabungan dari prefiks dan sufiks ( konfiks). ( Abdul Chaer). Sedangkan simulfiks sebagiannya terletak di muka bentuk dasar, dan sebagian terletak di belakangnya.

Afiks meN-kan, meN-i, di-kan, dan di-i tidak merupakan simulfiks karena afiks-afiks tersebut tidak melekat bersama-sama pada satu bentuk dasar, dan tidak bersama-sama mendukung satu fungsi. 1.5 Komposisi atau Pemajemukan Komposisi adalah proses penggabuangan morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memilki identitas leksikal yang berbeda atau yang baru ( Abdul Chaer, 2003: 185). Dalam bahasa Indonesia kerap kali didapati gabungan dua kata yang menimbulkan suatu kata baru. Kata yang terjadi dari dua gabungan kata itu lazim disebut kata majemuk. Kata majemuk ialah kata yang terdiri dari dua kata sebagai unsurnya. Ciri-ciri kata majemuk: 1) Salah satu atau semua unsurnya berupa pokok kata, yang dimaksud dengan istilah pokok kata ialah satuan gramatik yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa dan secara gramatik tidak memiliki sifat bebas. 2) Unsur-unsurnya tidak mungkin dipisahkan, atau tidak mungkin diubah strukturnya. 1.6 Infleksi dan Derivasi Katamba (1993) menjelaskan bahwa infleksi adalah pembentukan kata yang berkaitan dengan perilaku sintaksis, atau berkaitan dengan ketentuan proses afiksasi secara sintaktikal; sedangkan derivasi adalah proses pembentukan kata yang digunakan untuk membentuk item leksikal baru. Sedangkan verhaar (2004:143) menjelaskan bahwa infleksi adalah perubahan morfemis dengan mempertahankan identitas leksikal dari kata yang bersangkutan, dan derivasi adalah perubahan morfemis yang menghasilkan kata dengan identitas morfemis yang lain. Misalnya kata tulis, menulis, dan ditulis merupakan proses infleksi karena tidak terjadi perubahan identitas leksikal. Sedangkan kata penulis merupakan proses derivasi karena telah terjadi perubahan identitas leksikal(bukan tentang tulisan tetapi orang yang menulis) 1.7 Kata dan Leksem Matthews (1974) membedakan pengertian kata sebagai berikut: (a) kata adalah apa yang disebut kata fonologis atau ortografis (phonological or orthographical word ), (b) kata adalah apa yang disebut leksem, dan (c) kata adalah apa yang disebut kata gramatikal (gramatic word). Edi subroto (1996:269) menjelaskan pengertian tersebut bahwa kata menurut pengertian (a) semata-mata didasarkan atas wujud fonologis atau ortografisnya saja, sedangkan menurut pengertian (b) dan (c) berhubungan dengan konsep infleksi dan derivasi, sehingga apabila kita berbicara mengenai leksem, tidak dapat dipisahkan dengan konsep infleksi dan derivasi. Katamba (1993:17) mengemukakan bahwa kita bisa menggunakan istilah kata untuk mengacu pada realisasi fisik dari suatu leksem dalam berbicara atau menulis,jadi kita bisa menganggap see, sees, seeing, seen sebagai empat kata yang berbeda dari leksem yang sama. 1.8 Stem, Base, dan Root Katamba (1993:45) menjelaskan bahwa stem adalah bagian kata yang berada sebelum afiks infleksional. Base merupakan bentuk apa saja yang dapat ditambahkan dengan afiks, baik afiks infleksional yang diseleksi dengan alasan sintaktik maupun afiks derivasional yang mengubah makna atau katagori gramatikal base-nya. Sedangkan root adalah inti kata yang tidak dapat direduksi dan tidak ada hal lain yang menempel padanya. 1.9 Analisis Unsur Langsung Sebuah bentuk dapat berupa bentuk tunggal yang berupa root saja, tetapi ada juga yang berupa bentuk kompleks, yaitu bentuk yang sudah mendapat afiks atau beberapa afiks maupun proses reduplikasi atau komposisi. Untuk menganalisis unsur langsung, lazim digunakan diagram pohon, karena dengan diagram pohon ini akan lebih mudah dilihat unsur bawahan langsungnya, disamping juga sederhana. 2. Morfofonemik 2.1 Perubahan Fonem a. Fonem /N/ pada meN- dan peN- berubah menjadi fonem /m/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan /p,d,f/. b. Fonem /N/ pada meN- dan peN- berubah menjadi fonem /n/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan /t,d,s/. fonem /s/ di sini hanya khusus bagi beberapa bentuk dasar yang berasal dari bahasa asing yang masih mempertahankan keasingannya. c. Fonem /N/ pada meN- dan peN- berubah menjadi fonem // apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan /s,c,j/. d. Fonem /N/ pada meN- dan peN- berubah menjadi fonem // apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan /k,g,x,h dan vokal /. e. Fonem /?/ pada morfem berubah menjadi /k/ sebagai akibat pertemuan dengan morfem ke-an, peNan, dan i.

2.2 Penambahan Fonem a. Proses penambahan fonem /a,l/ terjadi sebagai akibat pertemuan morfem meN- dengan bentuk dasarnya yang terdiri dari satu suku. Sehingga menjadi mengeb. Proses penambahan fonem /a,/ terjadi sebagai akibat pertemuan morfem peN- dengan bentuk dasarnya yang terdiri dari satu suku. Sehingga menjadi pengec. Akibat pertemuan morfen -an, ke-an, peN-an dengan bentuk dasarnya berakhir dengan vokal /a/ penambahan /w/ apabila bentuk dasar berakhir dengan /u,o,aw/ dan terjadi penambahan /y/ apabila bentuk dasar berakhir dengan /i,ay/ . 2.3 Hilangnya Fonem a. Proses hilangnya fonem /N/ pada meN- dan peN- dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /l,r,y,w, dan nasal/. b. Fonem /r/ pada morfem ber-, per-, dan ter- hilang sebagai akibat peremuan morfem-morfem itu dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem/r/ dan bentuk dasar yang suku pertamanya berakhir dengan /r/ c. Fonem-fonem /p,t,s,k/ pada awal morfem hilang akibat pertemuan morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem-fonem itu 3. Proses Pembubuhan Afiks 3.1 Fungsi dan Makna 3.2 Afiks meN-, menyatakan sesuatu perbuatan yang aktif lagi transitif, menjadi seperti keadaan yang tersebut pada bentuk dasarnya,atau dengan singkat padat, memakai apa yang tersebut pada bentuk dasarnya, berlaku atau menjadi sesuatu yang disebut pada bentuk dasarnya, menuju ketempat yang tersebut pada bentuk dasar, bermakna dalam keadaan. 3.3 Afiks ber-, menyatakan suatu perbuatan yang aktif, menyatakan makna dalam keadaan, kumpulan yang tersebut pada bentuk dasar, memakai apa yang tersebut pada bentuk dasar, mengendarai apa yang tersebut pada bentuk dasar, mengeluarkan apa yang tersebut pada bentuk dasar, mengadakan apa yang tersebut pada bentuk dasar, menuju ketempat yang tersebut pada bentuk dasar, mengusahakan apa yang tersebut pada bentuk dasar, mempunyai apa yang tersebut pada bentuk dasar. 3.4 Afiks di-, hanya memiliki satu fungsi ialah membentuk kata kerja pasif. 3.5 Afiks ter-, mengemukakan hasil perbuatan atau lebih mengutamakan aspek perfektif, menyatakan ketidaksengajaan dan ketiba-tibaan, menyatakan makna kemungkinan, menyatakan makna paling, 3.6 Afiks peN-, menyatakan makna yang melakukan perbuatan tersebut pada bentuk dasar, alat yang dipakai untuk melakukan perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar, yang memilih sifat tersebut pada bentuk dasar, yang menyebabkan adanya sifat tersebut pada bentuk dasar, melakukan perbuatan yang berhubungan dengan bentuk dasar. 3.7 Afiks pe-, menyatakan makna orang yang pekerjannya. 3.8 Afiks per-, menyatakan makna membuat jadi lebih daripada yang disebut pada bentuk dasar. 3.9 Afiks se-, menyatakan makna satu, seluruh, sama seperti, dan setelah. 3.10 Afiks ke-, menyatakan kumpulan yang terdiri dari jumlah yang tersebut pada bentuk dasarnya, dan menyatakan urutan. 3.11 Afiks para-, menyatakan makna banyak. 3.12 Afiks maha-, menyatakan sifat Allah. 3.13 Afiks -kan,menyatakan makna perbuatan tersebut pada bentuk dasar dilakukan ntuk orang lain, melakukan perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar, menjadi seperti tersebut pada bentuk dasar, menganggap sebagai apa yang tersebut pada bentuk dasar, memasukan ke tempat tersebut pada bentuk dasar. 3.14 Afiks -i,menyatakan makna perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar itu dilakukan berulangulang, member apa yang tersebut pada bentuk dasar, menyatakan tempat, menyatakan mekna kausatif. 3.15 Afiks -an berupa sesuatu yang berhubungan pada bentuk dasarnya, menyatakan makna tiap-tiap, menyatakan satuan yang terdiri pada bentuk dasarnya, menyatakan makna beberapa, menyatakan makna sekitar. 3.16 Afiks -wan, menyatakan orang yang ahli dalam hal yang tersebut pada bentuk dasar, dan tugasnya berhubungan dengan hal yang tersebut pada bentuk dasar, menyatakan orang yang memiliki sifat tersebut pada bentuk dasar. 3.17 Afiks ke-an, menyatakan suatu abtraksi, menyatakan hal-hal yang berhubungan dengan yang tersebut pada bentuk dasarnya, menyatakan makna dapat dikenai perbuatan yang tersebut pada bentuk dasarnya, dalam keadaan tertimpa akibat perbuatan dan keadaan atau hal yang tersebut pada bentuk dasarnya, menyatakan makna tempat.

3.18 Afiks peN-an, menyatakan makna hal melakukan perbuatan yang tersebut pada kata yang sejalan, cara melakukan hal tersebut pada kata sejalan, hasil perbuatan tersebut pada kata sejalan, alat yang digunakan untuk melakukan perbuatan yang tersebut pada kata yang sejalan, tempat melakukan perbuatan yang tersebut pada kata yang sejalan. 3.19 Afiks per-an, menyatakan makna perihal yang tersebut pada bentuk dasar, hal atau hasil melakukan perbuatan yang tersebut pada kata yang sejalan, tempat melakukan perbuatan yang tersebut pada kata yang sejalan, daerah yang berupa atau terdiri dari apa yang tersebut pada bentuk dasar, menyatakan makna berbagai-bagai. 3.20 Afiks ber-an, menyatakan makna perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar dilakukan oleh banyak pelaku, perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar dilakukan berulang-ulang, menyatakan makna saling. 3.21 Afiks se-nya, membentuk kata keterangan dari kata sifat. 3 Proses Pengulangan Pengulangan adalah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak ( Ramlan,1965:57). Menentukan bentuk dasar kata ulang 1) Pengulangan pada umumnya tidak mengubah golongan kata. 2) Bentuk dasar selalu berupa satuan yang terdapat dalam penggunaan bahasa. Macam-macam pengulangan 1) Pengulangan seluruh, pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks. 2) Pengulangan sebagian, pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya. Di sini bentuk dasar tidak diulang seluruhnya, hampir semua bentuk dasar pengulangan golongan ini berupa bentuk kompleks. 3) Pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, dalam golongan ini bentuk dasar diulang seluruhnya dan berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, maksudnya pengulangan itu terjadi bersama-sama dengan proses pembubuhan afiks dan bersama-sama pula mendukung satu fungsi. 4) Pengulangan dengan perudahan fonem, kata ulang yang pengulangannya termasuk golongan ini sebenarnya sangat sedikit yaitu terdapat perubahan vokal dan perubahan konsonan pada bentuk dasarnya. Sumber : Tugas Mata Kuliah Morfologi Bahasa Indonesia. Catatan : Mohon maaf bila ada kesalahan, harap pembaca mau memberi koreksi yang salah khususnya ahli di bidang Morfologi Bahasa Indonesia.

You might also like