You are on page 1of 27

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menyatakan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia mencapai 248 per 100.000 kelahiran hidup, sebagai angka tertinggi di SEAN. Tingginya angka kematian ibu ini disebabkan oleh berbagai penyebab yang kompleks, yaitu sosial, budaya, ekonomi, tingkat pendidikan, fasilitas pelayanan kesehatan, dan gender, dan penyebab langsung kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan, infeksi, eklamsi, partus lama dan komplikasi abortus. Hal ini menempatkan upaya penurunan AKI sebagai program prioritas pemerintah. Kehamilan merupakan suatu peristiwa yang unik dan penuh misteri bagi setiap pasangan suami istri. Setiap kehamilan diharapkan dapat berakhir aman dan sejahtera baik bagi Ibu maupun bagi janinnya, oleh karena itu pelayanan kesehatan maternal yang bermutu sangatlah penting dan semua perempuan diharapkan dapat memperoleh akses terhadap pelayanan kesehatan tersebut. Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering didapatkan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala- gejala ini kurang lebih terjadi setelah 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu (Prawirohardjo, 2002). Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primi gravida dan 40-60% multi gravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala-gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan mual ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG dalam serum. Pengaruh fisiologik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung yang berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini,
1

meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah yang disebut hiperemesis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis menentukan berat ringannya penyakit. Hiperemesis gravidarum yang yang tidak mendapatkan penanganan yang baik dapat pula menyebabkan kematian pada ibu hamil (Prawihardjo, 2002). Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerja sama dengan keluarga dan individu sebagai anggota keluarga. Tahap-tahap dalam proses keperawatan saling bergantungan satu sama lainnya dan bersifat dinamis, dan disusun secara sistematis untuk menggambarkan perkembangan dari tahap yang satu ke tahap yang lain. Pada tahap perkembangan keluarga pemula, dimana pasangan baru menikah terjadi perubahan peran yang sangat encolok dari masing individu, dimana pada tahap ini terdapat tugas-tugas perkembangan untuk saling mengenal satu sama lain, membina hubungan intim dianata keduanya, mengenalkan dengan anggota keluarga lain serta persiapan untuk memiliki keturunan yang pertama. Kelahiran seorang anak memang merupakann hal yang dinantikan bagi pasangan baru, namun hall ini membuat perubahan-perubahan yang radikal, dalam oarganisasi keluarga. Fungsi-fungsi pasangan suami isitri harus dibedakan untuk memenuhi tuntutan-tuntutan baru perawatan dan pengasuhan. Sementara pemenuhan tanggung jawab ini bervariasi menurut posisi social budaya suami istri, sebuah pola yang umumnya adalah orang tua agar menerima peran-peran tradisional atau pembagian tanggung jawab, karena hal tersebut tidak jarang terjadi ketidak siapan bagi seorang ibu ataupun ayah untuk menerima kehadiran

anak pertamanya, sehingga sedikit banyaknya akan berpengaruh bagi ibu pada kehamilan trimester pertama.
B.

Tujuan Penulisan Untuk mengetahui asuhan keperawatan keluarga gravidarum dengan klien hiperemesis

C.

Manfaat Penulisan
1.

Dapat dijadikan tambahan pengetahuan bagi rekan-rekan mahasiswa tentang asuhan keperawatan keluarga dengan klien Hiperemisis Gravidarum Memenuhi tugas kelompok asuhan keperawatan keluarga dengan tahap perkembangan keluarga pemula/ pasangan baru menikah

2.

D. Metode penulisan Dalam penulisan makalah ini menggunakan metode pustaka.

BAB II
3

HIPEREMISIS GRAVIDARUM A. Definisi Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan selama masa hamil, tidak seperti morning sickness yang biasa dan bisa menyebabkan dehidrasi dan kelaparan. (Prawirohardjo, 2002). Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan pada wanita hamil sehingga apa yang dimakan dimuntahkan kembali, sehingga berat badan sangat menurun, dehidrasi dan terdapat aseton dalam urine.(Arief.2005) Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan sehingga menimbulkan gangguan aktivitas sehari hari dan bahkan membahayakan hidupnya. (Manuaba, 2001) B. Etiologi Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan biokimia, perubahan-perubahan anatomik yang terjadi pada otak, jantung, hati dan susunan syaraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat kelemahan tubuh karena tidak makan dan minum. Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan oleh beberapa sebagai berikut
1.

Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola

hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan karena pada kedua keadaan tersebut hormon khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.
2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi meternal dan perubahan metabolik

akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan faktor organik.
4

3. Alergi, sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga disebut

sebagai salah satu faktor organik


4. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini, rumah

tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut akan kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup. C. Patofisiologi Ada yang menyatakan bahwa perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada trisemester pertama. Pengaruh fisiologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat akibat berkurangnya pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-bulan. Hiperemesis geavidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda, bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak seimbangnya elektrolit dengan alkolosis metabolik. Belum jelas mengapa gejala-gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama, disamping pengaruh hormonal. Yang jelas, wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastik dengan gejala tidak suka makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang lebih berat. Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksibutirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan khlorida darah turun, demikian
5

pula khlorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan mengurang pula dan tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, menambah frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan. Disamping dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (Sindrom Mallory-Weiss), dengan akibat perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri. Jarang sampai diperlukan transfusi atau tindakan operatif. D. Gejala dan tanda Batas antara mual dan muntah dalam kehamilan yang masih fisiologik dengan hiperemesis gravidarum tidak jelas, akan tetapi muntah yang menimbulkan gangguan kehidupan sehari-hari dan dehidrasi memberikan petunjuk bahwa wanita hamil telah memerlukan perawatan yang intensif. Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagai kedalam 3 tingkatan : 1. Tingkatan I. Ringan Muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan tidak ada, berat badan menurun dan nyeri epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 per menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit mengurang, lidah mengering dan mata cekung. 2. Tingkat II. Sedang

Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih mengurang lidah mengering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikteris. Berat badan turun dan mata cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing. 3. Tingkat III. Berat Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun. Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensefalopati Wernicke, dengan gejala nistagmus, diplopia dan perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B komplek. Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati. E. Diagnosis Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan adanya kehamilan muda dan muntah yang terus-menerus, sehingga mempengaruhi keadaan. Namun demikian harus dipikirkan kehamilamn muda dengan penyakit pielonefritis, hepatitis, ulkus ventrikuli dan tumor serebri yang dapat pula memberikan gejala muntah.

F.

Pencegahan Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksananakan

dengan jalan memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadangkadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan
7

akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makanan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurakan untuk makan roti keringatau biskuit dengan teh hangat. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Makanan dan minuman seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau`sangat dingin. Defekasi yang teratur hendaknya dapat dijamin, menghindarkan kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang penting, oleh karenanya dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.
G.

Terapi Obat-obatan. Apabila dengan cara tersebut di atas keluhan dan gejala tidak mengurang maka diperlukan pengobatan. Sedativa yang sering diberikan adalah pohenobarbital, vitamin yang dianjurakan yaitu vitamin B1 dan B6, antihistaminika juga dianjurakn Pada keadaan lebih berat diberikan antimimetik seperti disklomin hidrokhloride, avomin.

1.

2.

Isolasi. Dilakukan dalam kamar yang tenang cerah dan peradaran udara yang baik hanya dokter dan perawat yang boleh keluar masuk kamar sampai muntah berhenti dan pasien mau makan. Catat cairan yang masuk dan keluar dan tidak diberikan makan dan minum dan selama 24 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilanhg tanpa pengobatan

3.

Terapi psikologik Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.

4.

Cairan parenteral
8

Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukose 5% dalam cairan fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan vitamin, khususnya vitamin B komplek dan vitamin C dan bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intra vena Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. Air kencing perlu diperiksa sehari-hari terhadap protein, aseton, khlorida dan bilirubin. Suhu dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik dapat dicoba untuk diberikan minuman, dan lambat laun minuman dapat ditambah dengan makanan yang tidak cair. Dengan penanganan diatas, pada umumnya gejala-gejala akan berkurang dan keadaan akan bertambah baik. 5. Penghentian kehamilan Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik jika memburuk. Delirium, kebutaan, takikardi, ikterus, anuria dan perdarahan merupakam manifestasi komplikasi untuk organik. Dalam keadaan demikian Keputusan perlu untuk dipertimbangkan mengakhiri kehamilan.

melakukan abortus terapuetik sering sulit diambil, oleh karena disatu pihak tidak boleh silakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala irreversibel pada organ vital.
H.

Prognosis Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat

memuaskan. Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian pada tingkatan yang berat, penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin yang menjadi pegangan bagi kita untuk menilai maju mundurnya pasien adalah adanya aseton dan urin dan berat badan sangat turun
9

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KLIEN HIPEREMISIS GRAVIDARUM A. Pengkajian Data Pada Ibu Hamil 1. Biodata a. Identitas Istri 1) Umur:

10

Usia seseorang dapat mempengaruhi keadaan kehamilannya. Bila wanita tersebut hamil pada masa reproduksi, kecil kemungkinan untuk mengalami komplikasi dibanding wanita yang hamil dibawah usia reproduksi ataupun diatas usia reproduksi. 2) Pendidikan Pendidikan juga berpengaruh pada pengetahuan pasien, dengan mengetahui tingkat pendidikan akan memudahkan dalam melakukan komunikasi terapeutik. Kekhawatiran, ketakutan hingga timbul kecemasan juga dapat terjadi pada pasien karena ketidaktahuan akan penyakitnya 3) Lingkungan rumah Keadaan rumah: apakah pasien berada dalam lingkungan kumuh, karena bisa berdampak pada mual muntah yaitu higiene nutrisi yang kurang baik sehingga bisa memperburuk keadaan. 4) Pekerjaan Dengan tuntutan kerja keras dapat mempengaruhi keadaan hamil dengan gangguan Hiperemeris gravidarum. (Hanifa Wiknjosastro, 1999).

b. Identitas suami: Pada biodata suami juga perlu dikaji untuk mengetahui apakah suami adalah suami yang syah, bertanggung jawab dalam masalah biaya perawatan di rumah sakit serta peran sebagai suami siaga dengan memberikan support sistem dan perhatian agar pasien lebih kooperatif dalam perawatan. 2. Data Biologis/Fisiologis a. Keluhan Utama
11

b.
c.

Riwayat Keluhan Utama Riwayat kehamilan sekarang : G : - P : - A : Haid terakhir : ANC yang ke : Imunnisasi : Usia kehamilan : Penyakit yang pernah dialami Apakah klien pernah melakukan pembedahan

d. RiwayatKesehatan

3. Riwayat KB Pada riwayat ini bila pasien menggunakan alat kontrasepsi pil KB pada kasus Hiperemesis gravidarum akan menambahkan perasaan mual, karena peningkatan hormon estrogen yang diakibatkan pemakaian kontrasepsi itu sendiri. 4. Riwayat psikososial Hal yang perlu dikaji adalah pemahaman keluarga terhadap proses penyakit, prognosa dan program perawatan atau terapi. Respon keluarga terhadap masalah pasien sangat menentukan tingkat keberhasilan perawatan pada pasien dengan kasus hiperemesis gravidarum. Maka lnteraksi dengan dengan pasien, keluarga juga perlu diidentifikasikan karena keluarga adalah salah satu faktor pendukung memecahkan suatu masalah. Hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa dalam artian ibadah juga perlu diketahui dalam membantu mengatasi cemas yang dialami pasien. -

Interaksi social Perubahan status kesehatan/stressor kehamilan perubahan peran

12

respon anggota keluarga yang dapat bervariasi terhadap hospitalisasi dan sakit, sistem pendukung yang kurang. 5. Aktivitas Sehari-hari (ADL) a. Nutrisi Pada gangguan kehamilan hiperemesis karena pasien gravidarum dapat sering mengeluhkan mual-muntah, mengalami

intoleransi pada semua makanan baik bentuk padat dan cair sehingga sering memuntahkan segala apa yang dimakan dan minum. b. Eliminasi Pada pola eliminasi buang air besar / buang air kecil mengalami gangguan dikarenakan input yang tidak adekuat. Jika buang air besar pasien merasakan nyeri perut karena pada lambung terjadi kekosongan (anoreksia) dan buang air kecil mulanya produksi urine normal lalu produksi akan berkurang dan warnanya bertambah pekat sebagi akibat dehidrasi.

c. Personal hygiene Pada personal higiene tingkat ketergantungan pasien meningkat sehingga keluarga pasien selalu membantu dalam memenuhi kebutuhan personal higienenya d. Istirahat Pasien dengan gangguan hiperemesis gravidarum ini mengalami kesulitan tidur karena pasien sering mual - mual sehingga kebutuhan istirahat (tidur) kurang. e. Pemeriksaan fisik
13

1)

Keadaan umum Tanda vital Pengukuran BB

2) 3) 4) tidak 5) 6)

Mata :Simetris kiri / kanan Mulut :Apakah ada stomatus atau tidak Leher : Apakah ada pembesaran kelenjar tyroid atau Payudara Abdomen :

- Apakah ada luka bekas operasi atau tidak - Auskultasi DJJ Normal : 140 s/d 160 x/menit - Leopold : mulai masuk
7)

Leopold I : Mentukan tinggi TFU Leopold II : Batas kiri / kanan Leopold III : Letak punggung dan kepala janin Leopold IV : Bagian terendah kepala sudah

Genitalia eksterna : Vulva :Apakah floor albus atau tidak, pengukuran panggul luar
8)

Anus :Apakah ada hemarold atau tidak

9)

Tungkai bawah : apakah terjadi udema atau tidak, apakah ada varices atau tidak f. Pemeriksaan laboratorium

B.

Tahap pengkajian Keluarga

14

Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya Sumber informasi dalam pengkajian dapat menggunakan metode: 1. 2.
3.

Wawancara keluarga Observasi fasilitas rumah Pemeriksaan fisik dari anggota keluarga ( head to toe) Data sekunder, misalnya hasil laboratorium, hasil X-Ray, pap smear dan lainlain.

4.

Berikut ini hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga yaitu: 1. Data umum Pengkajian data umum keluarga meliputi: b. c. d. e. f. g. Nama kepala keluarga (KK) Alamat dan no. telepon Pekerjaan kepala keluarga Pendidikan kepala keluarga Komposisi keluarga ( buat dalam tabel, lihat format pengkajian yang ada) dan gambarkan genogramnya. Tipe keluarga Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalahmasalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut h. Suku bangsa Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan. i. Agama Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan. j. Status sosial ekonomi keluarga
15

Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga. k. Aktivitas rekreasi keluarga Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi bersamasama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun dengan menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

2.

a.

Tahap perkembangan keluarga saat ini Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga ini. Contoh Keluarga Tn.B baru menikah dan belum memiliki anak, berarti keluarga Tn. B berada pada tahap perkembangan keluarga pemula.

b.

Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi. Riwayat keluarga inti

3.

Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan keluarga inti, yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing amggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit (status immunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
4.

Riwayat keluarga sebelumnya

16

Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.
5. 6.

Pengkajian lingkungan Karakteristik rumah

Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan perabotan rumah tangga, jenis septic tank, jarak septic yank dengan sumber air, sumber air minum yang digunakan serta denah rumah.
7.

Karakteristik tetangga dan komunitas RW

Menjelaskan mengenai karakteristikdari tetangga dan komunitas setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan/kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan.
8.

Mobilitas geografis keluarga

Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat


9.

Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauhmana keluarga interaksinya dengan masyarakat.

10.

Sistem pendukung keluarga

Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungandari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat setempat.
11.

Struktur keluarga
17

12.

Pola komunikasi keluarga Struktur kekuatan keluarga

Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga.


13.

Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk mengubah perilaku.
14.

Struktur peran

Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal maupun informal.
15.

Nilai atau norma keluarga

Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga, yang berhubungan dengan kesehatan.
16. 17.

Fungsi keluarga Fungsi afektif

Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai
18.

Fungsi sosialisasi

Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauhmana anggota kelearga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku.

19.

Fungsi perawatan kesehatan sejauhmana keluarga menyediakan makanan, pakaian,

Menjelaskan

perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauhmana pengetahuan keluargamengenai sehat-sakit. Kesanggupan keluarga didalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal
18

masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat. Hal-hal yang dikaji sejauhmana keluarga melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga adalah : a. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga mengetahui mengenai fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab dan yang mempengaruhinya serta persepsi keluarga terhadap masalah b. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat, hal yang perlu dikaji adalah : Sejauhmana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan penyakit Apakah keluarga mempunyai sifat negatif terhadap masalah kesehatan

Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi masalah Untuk mengetahui sejauhmana kemampua keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, yang perlu dikaji adalah :

c.

19

Sejauhmana keluarga mengetahui keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, pronosa dan cara perawatannya) Sejauhmana keluarga mengetahui tentang sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan Sejauhmana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan yang diperlukan untuk perawatan Sejauhmana keluarga mengetahui sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggungjawab, sumber keuangan/financial, fasilitas fisik, psikososial)

d.

Bagaimana sikap keluarga terhadap yang sakit Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah sehat, hal yang perlu dikaji adalah : Sejauhmana keluarga mengetahui sumber-sumber keluarga yang dimiliki Sejauhmana keluarga melihat keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan Sejauhmana keluarga mengetahui pentingnya hygiene sanitasi Sejauhmana keluarga mengetahui upaya pencegahan penyakit Sejauhmana sikap/pandangan keluarga terhadap hygiene sanitasi Sejauhmana keluarga kekompakan antar anggota keluarga Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga mengunakan fasilitas kesehatan/ pelayanan kesehatan di masyarakat, hal yang perlu dikaji adalah : Sejauhmana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan Sejauhmana keluarga memahami keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan

e.

20

Sejauhmana tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas kesehatan Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan Apakah fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga Fungsi reproduksi Berapa jumlah anak Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga

20.

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah :

Metode apa yang digunakan dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga

21. Fungsi ekonomi Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga yaitu: a. Sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan b. Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga. 22. Stress dan koping keluarga 23. Stresor jangka pendek dan jangka panjang a. Stresor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktutidak lebih dari 6 bulan b. Stresor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan. 24. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor Hal yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga berespon terhadap situasi/stressor 25. Strategi koping yang digunakan

21

Strategi koping apa yang digunakan keluarga apabila menghadapi permasalahan 26. Strategi adaptasi disfungsional Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan. 27. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik. 28. Harapan keluarga Pada akhir pengkajian perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.

D. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan volume

cairan aktif ditandai dengan Nadi meningkat, tekanan darah menurun, vol / tekanan nadi menurun, penurunan turgor kulit 2. Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan tidak mampu mengabsorbsi makanan karena factor biologi dan psikologi ditandai dengan : intake makanan kurang dari kebutuhan. 3. Gangguan rasa nyaman : nyeri ulu hati berhubungan dengan frekuensi muntah yang sering. 4. Koping tidak efektif berhubungan dengan perubahan psikologi kehamilan. 5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan tubuh, penurunan metabolisme sel. 6. Gangguan pemenuhan personal higiene berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah 7. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan turgor kulit
22

8. Gangguan proses keluarga berhubungan dengan perubahan emosi karena sakitnya anggota keluarga dan hospitalisasi. 9. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobatan berhubungan dengan informasi yang tidak adekuat E. Analisa Data No 1. Data Data subjektif:
Ny.

Masalah Keperawatan Resiko nutrisi kurang dari dia kebutuhan tubuh Tn. B

S mengatakan bahwa

sering merasa mual dan muntah


Ny. S mengatakan bahwa

sangat sibuk dengan pekerjaannya


Ny. S mengatakan bahwa

mereka

tidak mengetahui cara mengatasi mual dan muntah yang dialaminya.


Ny. S mengatakan bahwa

sebelum tidak

hamil

Ny.S

sering

makan

teratur: kadang makan 3 kali sehari, kadang 2 kali atau hanya 1 kali sehari dan pernah mengalami sakit maag sebelum hamil
Ny.S

mengatakan cemas

bahwa karena

dia masalah

merasa

ekonomi keluarga. Data objektif:


BB sebelum hamil 45 Kg, saat ini BB 23

43 Kg Ny. S sering terlihat muntah- muntah. Pergerakan ekstremitas kurang

2.

Data Subjektif: Ny. S mengeluh selalu merasa haus lesu serta tidak bergairah Data Objektif
Mukosa bibir kering dan turgor kulit

Ketidakmampuan

keluarga

merawat anggota keluarga

Ny. S mengeluh merasa lemah dan yang sakit

buruk Pergerakan ekstremitas kurang

F. Skoring

1.

Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada Ny. S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

NO 1.

Kriteria Sifat masalah: ancaman

score 2/3 x 1

Pembenaran Masalah dapat tentang keluarga merawat yang

dicegah anggota sakit tindakan dapat

dengan pengetahuan keluarga

2.

Kemungkinan masalah untuk diubah: hanya sebagain

0/2 x 2

khususnya Ny. S Sumber-sumber yang mendesak

3.

Potensial masalah untuk dicegah: cukup

3/3 x 1

dijangkau oleh keluarga Masalah dapat dicegah dengan pengetahuan keluarga


24

tentang dehidrasi 4. Menonjolnya masalah: masalah berat,harus segera ditangani Total 2 2/3 2/2 x 1

adanya

bahaya

Keluarga merasakan masalah harus segera ditangani agar tidak terjadi dehidrasi

2.

Kekurangan volume cairan pada Ny. S berhubungan dengan KMK merawat anggota keluarga yang sakit.

NO 1.

Kriteria Sifat masalah: krisis atau keadaan sejatera

score 1/3 x 1

Pembenaran Faktor kebudayaan memberi pengetahuan dukungan

dapat /

merawat

2. 3.

Kemungkinan masalah dapat diubah: dengan mudah Potensial masalah untuk dicegah: cukup

2/2 x 2 3/3 x 1

anggota keluarga Masalah dapat diubah dengn mudah melalui pengetahuan Masalah dapat dicegah dengan pengetahuan keluarga tentang persalinan dan perawatan setelah melahirkan Keluarga merasa masalah berat diatasi dan harus segera ditangani dan harus segera

4.

Menonjolnya masalah: Masalah berat dan harus segera diatasi

2/2 x 1

Total E. Prioritas Masalah

3 1/3

25

1. 2.

Kekurangan volume cairan pada Ny. S berhubungan dengan KMK merawat anggota keluarga yang sakit. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada Ny. S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

DAFTAR PUSTAKA Bagus, Ida. 1993. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC. Departemen Kesehatan RI. . Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dalam Konteks Keluarga. Jakarta: Departemen Kesehatan Friedman M. Marilyn, 1998, Keperawatan keluarga-teori dan praktik, edisi 3, EGC, Jakarta. Hamilton, Persis Mary. 1995. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas/E.6. Jakarta: EGC. http://zerich150105.wordpress.com http://askep-askeb.cz.cc http://materi-kuliah-akper.blogspot.com http://healthblogheg.blogspot.com/
26

www.snapdrive.net Manuaba, IBG., 2000. Operasi Kebidanan, Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Dokter Umum. EGC. Jakarta. Mansjoer,Arif, dkk.2005.Kapita Aesculapis.Jakarta Selekta Kedokteran Edisi 3.Media

Mochtar, Rustam. 1993. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta. YBP SP. Pilleteri, Adele. 2002. Buku Saku Keperawatan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: EGC Sudiharto. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Pendekatan Keperawatan Transkultural. Jakarta: EGC

27

You might also like