You are on page 1of 14

pemikiran ibnu khaldun tentang filsafat pendidikan

Selasa, 26 April 2011


makalah hibah

BAB I PENDAHULUAN
Banyak ummat sekarang memberikan sesuatu benda kepada orang lain tanpa adanya bukti yang nyata secara hukum islam maupun hukum internasional.Setelah di pelajari dan diperhatikan maka pemberian tanpa adanya bukti tulisan yang di akui oleh hukum dianggap tidak sah.oleh sebab itu seseorang yang akan menyerahkan sesuatu benda harus ada bukti yang tertulis.Penyerahan atau pemberian itu disebut Hibah. Dari gambaran diatas dapat kita ambil kesimpulan sebagai gambaran apa yang dimaksud dengan hibah dan bagaimana penyerahannya.Dari permasalahan diatas maka kami dari kelompok 13 membuat makalah yang berjudul Hibah.Sebagai tugas kelompok dari mata kuliah FIQH III. Akhir kata kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini kami harapkan semoga apa yang telah kita lakukan dan didiskusikan nantinya akan bermanfaat bagi kita semua.Wassalam Binjai,30 Oktober 2010.

BAB II
LATAR BELAKANG MASALAH DAN RUMUSAN MASALAH A. LATAR BELAKANG MASALAH Dijaman yang modern ini banyak ummat yang tidak mengerti tentang masalah hibah, mereka berasumsi bahwa hibah itu hanya berurusan dengan harta benda yang nampak.Padahal hibah itu berhubungan dengan barang dan bermanfaat.Hibah barang ada yang dimaksudkan untuk mencari pahala,ada pula yang tidak dimaksudkan untuk mencari pahala.Yang tidak mencari pahala tadi hanya memberikan simpatik atau dorongan kepada orang lain untuk memberi hibah. Dalam masalah hibah ini masih banyak orang yang tidak mengerti apa rukunrukun dan syarat-syarat,macam-macam hibah dan izab qabul dalam hibah. B. RUMUSAN MASALAH Untuk menyusun makalah ini kami terlebih dahulu menyusun rumusan masalah agar pembuatan makalah ini dapat dengan mudah kami lakukan dan para pembaca dapat dengan mudah memahami makalah yang kami buat ini. Adapun rumusan makalah sebagai berikut:

Apa yang dimaksud dengan hibah? Apa rukun-rukun hibah? Apa syarat-syarat hibah? Apa macam-macam hibah? Bagaimana izab qabul dalam hibah?

BAB III PEMBAHASAN


PENGERTIAN HIBAH Didalam bahasa arab ( ) yang berarti pemberian. Menurut H.Sulaiman Rasjid dalam bukunya FIQH ISALAM Hibah yaitu memberikan barang dengan tidak ada tukarannya dan tidak ada sebabnya. Hibah ialah anugrah,pemberian atau hadiah yang melibatkan suatu akad yang mengandung pemberian hak milik oleh pemilik harta kepada seseorang secara rela hati semasa hayatnya atas dasar kasih saying dan kemanusian tanpa mengharap balasan atau tukaran. Diantara beberapa kebaikan itu disebutkan dalam firman allah swt:

Memberikan harta yang dicintai kepada kerabatnya,anak yatim,orang-orang miskin,musafir(yang memerlukan pertolongan),dan orang-orang yang memintaminta.(al-baqarah 177)

RUKUN HIBAH
1. Ada yang memberi,syaratnya ialah orang yang berhak memperedarkan hartanya dan memiliki harta yang diberikan. Maka anak kecil, orang gila, dan yang menyia-nyiakan harta tidak sah memberikan harta dan benda mereka kepada yang lain, begitu juga wali terhadap harta bendayang diserhkan

kepadanya. 2. Ada yang diberi syaratnya yaitu berhak memiliki tidak sah memberi kepada anak yang masih berada dalam kandungan ibunya dan pada binatang, karena keduanya tidak dapat memiliki. 3. Ada barang yang diberikan syaratnya hendaklah barang itu dapat dijual, kecuali: a. Barang-barang yang kecil misalnya dua atau tiga butir biji beras, tidak sah dijual,tetapi sah diberikan. b. Barang yang tidak diketahui tidaklah sah dijual, tetapi sah diberikan. c. Kulit bangkai sebelum disamak tidaklah sah dijual,tetapi sah diberikan.

Tetapnya pemberian menjadi miliki Barang yang diberikan belum menjadi milik orang yang diberi kecuali sesudah diterimanya, tidak dengan semata-mata akad. Keterangan : Nabi Saw pernah memberikan 30 buah kasturi kepada Najasyi,kemudian Najasyi meninggal dunia sebelum menerimanya.Nabi Saw mencabut kembalian pemberian itu. Kalau salah seseorang yang memberi atau yang diberi mati sebelum menerima ahli warisnya boleh menerima, atau menerimakan barang yang telah diakadkan itu.Dan boleh juga mencabutnya, Keadilan terhadap beberapa anak. Sabda Rasullulah Saw:

Dari Numan Nabi Saw bersabda,Hendaklah kamu adil antara beberapa anakmu(Perkataan ini beliau ulangi sampai tiga kali) (Riwayat Ahmad Abu Dawud,dan Nasai)

4 Maka dengan hadist itu timbul dua pendapat antara beberapa ulama yang berkemuka. Kebanyakan ulama berpendapat bahwa menyamakan pemberian antara beberapa anak hukumnya sunat.Alasannya dengan mengartikan suruhan dalam hadist tersebut sebagai suruhan sunat,bukan wajib karena ada qarinah. 1. Sebagian ulama berpendapat wajib disamakan.golongan ini pun beralasan pada hadist tersebut,dan mereka memahamkan arti suruhan dalam hadist itu dengan makna wajib. Perbedaan paham tersebut ialah apabila kebutuhan beberapa anak itu sama,,tetapi apabila kebutuhannya tidak sama,tidak ada halangan mengadakan pembagian dengan melebihkan yang satu dari yang lainnya. Mencabut pemberian. Pemberian yang sudah diberikan dan sudah diterima tidak boleh dicabut kembali; kecuali pemberian bapak kepada anaknya,tidak berhalangan dicabut atau dimintanya kembali.

Dari Ibnu Umar dan Ibnu Abbas.Nabi Saw.telah bersabda,Tidak halal bagi seorang laki-laki muslimin bila ia memberikan sesuatu kemudian dicabutnya

kembali,kecuali pemberian bapak kepada anaknya,(Riwayat Ahmad dan dinilai sahih oleh Tirmizi dan Ibnu Hibban) FIQH ISLAM.IT SULAIMAN RASJID 1998.HAL 329

5 Syarat-syarat Hibah Diantara syarat-syarat Hibah yang terkanal ialah penerimaan (Al-Qabdh).Menurut Imam Malik,Hibah menjadi sah dengan adanya penerimaan dan calon penerima hibah boleh dipaksa untuk menerima seperti jual beli.Apabila penerimaan hibah memperlambat tuntutan untuk menerima hibah sampai pemberi hibah itu mengalami pailit atau menderita sakit,maka hibah tersebut batal. Apabila pemberi hibah menjual barang hibah,Malik merinci pendapatnya.Apabila calon penerima hibah mengetahui bahwa barang itu akan dijual.Tetapi ia memperlambat tuntutan,maka ia hanya memperoleh harganya.Tetapi jika ia segera mengurusnya,maka ia memperoleh barang yang dihibahkan itu. HARTA HIBAH UNTUK ANAK.

Jumhur fuqaha Amsar berpendapat bahwa seorang ayah boleh menguasai barang yang diberikan olehnya sendiri kepada anaknya yang kecil yang berada dalam kekuasaannya dan kepada orang dewasa yang bodoh.Demikian pula ia boleh menguasai hibah yang diberikan oleh orang lain kepada keduanya.Dalam penguasaan ini orang tua harus mempersaksikan (harus ada saksi)bahwa yang ia kuasai itu adalah harta hibah,secara transparan.Semua ini berlaku berlaku pada selain emas,perak,dan barang yang tidak ada ketentuan ukuran dan timbangannya. Dalam hal ini jumhur fuqaha amshar berpegangan pada riwayat Malik dari ibnu syihab dari sid bin Al-Musyyab bahwa utsman bin ayyan r.a.berkata: Barang siapa memberi pemberian kepada anaknya yang masih kecil yang belum mampu menguasai pemberian tersebut.Kemudian ia mengumumkan pemberian itu dan mempersaksikannya,maka pemberian tersebut adalah penguasaan meskipun ia mengurusinya. Menurut Malik dan para pengikutnya,Harus ada penguasaan adalah rumah yang ditempati dan barang barang yang digunakan (dipakai).jika barang pemberian tersebut berupa rumah yang ditempati,maka rumah tersebut harus dikosongkan.Begitu pula pakaian.Jika pakaian tersebut dipakai sendiri dan pemberihibah,maka hibah tersebut batal. BIDAYATUL MUJTAHIQ.IBNU RUSYD 1989 M.hal 351-353

6 MACAM - MACAM HIBAH Diantara hibah adalah hibah barang dan hibah manfaat.Hibah barang ada yang dimaksudkan untuk mencari pahala,adapula yang tidak dimaksudkan untuk mencari pahala. Yang dimaksudkan untuk mencari pahala ada yang ditujukan untuk memperoleh keridaan allah dan ada pula yang ditujukan untuk memperoleh keridaan

(kesenangan dan simpati) makluk.Hibah yang tidak bertujuan mencari pahala itu boleh tanpa ada perselisihan pendapat,tetapi ketentuan hukumnya masih diperselisihkan. Mengenai hibah yang bertujuan mencari pahala,fuqaha memperselisihkannya.Malik dan Abu Hanifah membolehkannya,tetapi Syafii melarangnya.pendapat yang melerang ini juga dipegangi oleh Dawud dan Abu Tsaur. Hibah Manfaat. Diantara hibah manfaat ialah hibah muajjalah(hibah bertempo) arriyah (pinjaman).atau minhah (pemberian) ada pula hibah yang di syaratkan masanya selama orang yang diberi hibah masih hidup dan disebut habah umri(hibah seumur hidup)seperti jika seorang memberikan tempat tinggal kepada orang lain sepanjang hidupnya.Menurut riwayat dari jabir hadist ini menggunakan ungkapan (redaksi)

janganlah kamu memberikan hibah seumur hidup dan jangan pula memberikan pokok barangnya, maka barang siapa yang memberikan sesuatu seumur hidup atau memberikan pokok barangnya,pemberian itu adalah untuk ahliwaris orang yang diberi hibah(HR.Ahmad dan Nasai) Dalam hal ini,hadist riwayat Abu Zubair dari jabir r,a.Bertentangan dengan persaratan yang memberikan hibah seumur hidup.Dan hadis malik dari jabir r.a juga bertentangan dengan syarat orang yang memberi hibah seumur hidup.Hanya saja, dalam hadis Malik terkesan pertentangan itu lebih sedikit sebab penyebutan keturunan mengesankan putusnya hibah,yakni tidak bisa kembali kepada pemberi hibah. Ijab qabul dalam hibah Hibah terjadi dengan ijab,misalnya saya hibahkan barang ini kepadamu.Atausaya milikkannya kepadamu atau saya anugrahkannya kepadamu.dan juga qabul yang

bersambung dengan ijab, misalnya saya menerimaatausaya puas. Fathul muin 1979 7 M.Hal 324

BAB IV
KHI 1991 PASAL 210-214 1. Orang yang telah berumur sekurang-kurangnya 21 tahun berakal sehat dan tanpa adanya paksaan dapat menghibahkan sebanyak-banyaknya sepertiga harta bendanya kepada orang lain atau lembaga dihadapan dua orang saksi untuk dimiliki. 2. Harta benda yang dihibahkan harus merupakan hak dari penghibah. Pasal 211 Hibah dari orang tua kepada anaknya dapat diperhitungkan sebagai warisan Pasal 212 Hibah tidak dapat ditarik kembali,kecuali hibah orang tua kepada anaknya. Pasal 213 Hibah yang diberikan pada saat pemberian hibah dalam keadaan sakit yang dekat dengan kematian,maka harus mendapat persetujuan dari ahli warisnya. Pasal 214 Warga negara Indonesia yang berada dinegara asing dapat membuat surat hibah dihadapan konsulat/kedutaan republic Indonesia setempat sepanjang isinya tidak bertentangan dengan ketentuan pasal-pasal ini. KHI 1991 HAL 46.

BAB V KESIMPULAN

Pada dasarnya siapapun yang menghibahkan sesuatu tanpa imbalan sesungguhnya ia tidak dapat terikat untuk memenuhi seperti halnya jika ia berjanji kecuali ketentuan yang telah disepakati,yaitu hibah yang bertujuan sedekah, itu tidak dapat dicabut karena menurut al-qadhi Ibnu Rusyd,mencabut kembali Hibah tidak mencerminkan akhlak yang baik,padahal pembawa syariat diutus untuk menyempurnakan akhlak.Dan kalau kita memberikn hibah hendaklah dengan ikhlas dan hanya mengharap Ridho dari allah Swt.Demikianlah kesimpulan ini kami sampaikan kepada para pembaca dan mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

Bidayatul mujtahid wa nihayatul muqtasyid * Ibnu rusyid catatan 1,1409 H / 1989 M Penerbit : Dar.Al-jiil Beirut

Fathul muin.Drs. H.Aliy Asad 1400 H/1979 M Penerbit Menara Qudus. FIQH ISLAM.H.Sulaiman Rasjid 1998 Penerbit PT.Sinar baru algensindo Bandung Komplikasi Hukum islam Kamus arab-indonesia Prof . H.Mahmud Yunus

10

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.1 BAB II Latar Belakang Masalah dan Rumusan Masalah...2 A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah BAB III Pembahasan..3 Rukun Hibah .. ..4 Syarat - syarat Hibah....6 Macam macam Hibah....7 Ijab qabul dalam Hibah.7 BAB IV KHI 1991 PASAL 210214..8 BAB V KESIMPULAN..9 DAFTAR PUSTAKA.10

You might also like