You are on page 1of 13

Bersinerji Menghadapi Tantangan Dampak Globalisasi di Abad

Keduapuluh Satu

Membangun Program Strategis


Ulama dan Umarak yang bersinergis
Menghadapi Tantangan Globalisasi
Di Abad ke Duapuluh Satu
oleh H. Mas'oed Abidin

PENDAHULUAN
Zaman senantiasa mengalami perubahan Begitulah
Sunatullah. Yang Kekal hanyalah Sunnatullah, aturan yang telah
ditetapkan oleh Allah, Maha pencipta.
Menjelang berakhirnya alaf kedua dan memasuki abad
baru, abad dua puluh satu sebagai awal millenium ketiga,
ditemui suatu kenyataan, terjadinya lonjakan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi dengan pesat.
Ditandai dengan lajunya teknologi komunikasi dan
informasi (information technology)1.
Suatu gejala yang disebut-sebut sebagai arus globalisasi2,
"perdagangan bebas, persaingan yang tinggi dan tajam.
Era globalisasi akan terjadi perubahan-perubahan cepat.
Dunia akan transparan, terasa sempit, dan seakan tanpa
batas.
Hubungan komunikasi, informasi, transportasi menjadikan
satu sama lain menjadi dekat, sebagai akibat dari revolusi
industri, hasil dari pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

PERUBAHAN OLEH ARUS GLOBALISASI


1. Menggeser Pola Hidup Masyarakat.
Dari agraris tradisional menjadi masyarakat industri
modern.
Dari kehidupan berasaskan kebersamaan, kepada
kehidupan individualis.
Dari lamban kepada serba cepat.
Dari berasas nilai sosial menjadi konsumeris materialis.
Dari tata kehidupan tergantung dari alam kepada kehi-
1 H. Mas’oed Abidin
dupan menguasai alam.
Dari kepemimpinan formal kepada kepemimpinan
kecakapan (profesional).
2. Pertumbuhan Ekonomi.
Globalisasi menyangkut langsung kepentingan sosial
masing-masing negara.
Masing-masing akan berjuang memelihara
kepentingannya, dan cenderung tidak akan memperhatikan nasib
negara-negara lain. Kecenderungan ini bisa melahirkan kembali
"Social Darwinism"3. Dan ini kita rasakan kini dampaknya
ketika dunia dilanda ambruknya sistim ekonomi kapitalis yang
berbuah dengan krisis financial global.
Kondisi ini mirip dengan kehidupan sosial budaya
masyarakat jahiliyah, antara lain mengagungkan materi
(berhala), mengabaikan kaedah-kaedah halal-haram, memutus
hubungan silaturrahim, berbuat anarkis dan kegaduhan terhadap
masyarakat (tetangga, bangsa,negara), yang kuat menelan yang
lemah.4

DAMPAK GLOBALISASI
1. Globalisasi membawa banyak tantangan (sosial,
budaya, ekonomi, politik dan bahkan menyangkut setiap
aspek kehidupan kemanusiaan.
2. Globalisasi juga menjanjikan harapan-harapan dan
kemajuan.
Harapan dan kemajuan yang menjanjikan, adalah
pertumbuhan ekonomi yang pesat, sebagai alat untuk
menciptakan kemakmuran masyarakat. Indonesia sebagai
bagian dari Asia Tenggara.5
Apa artinya semua ini? Kita akan menjadi pasar raksasa
yang akan diperebutkan oleh orang-orang di sekeliling. Bangsa
kita akan dihadapkan pada "Global Capitalism". Kalau kita
tidak hati-hati keadaan akan bergeser menjadi "Capitalism
Imperialism" artinya kita akan terjajah di negeri sendiri
tanpa kehadiran fisik si penjajah.
3. Globalisasi membawa perubahan perilaku, terutama
pada generasi muda (para remaja).
3.1. Masalah Remaja
Dunia remaja kita akhir-akhir ini digoncangkan oleh
Bersinerji Menghadapi Tantangan Dampak Globalisasi di Abad
Keduapuluh Satu

fenomena kurang menggembirakan.


a. Banyaknya tawuran pelajar, pergaulan a-susila
dikalangan pelajar dan mahasiswa. Pornografi yang
susah dibendung. Kalangan remaja dijangkiti kebiasaan
bolos sekolah.
b. Kesukaan terhadap minuman keras.
c. Kecanduan terhadap ectasy (XTC), menjadi budak
kokain dan morfin.
d. Kesukaan judi dalam urban popular culture, musro,
world-wide sing, dan sejenisnya.
e. Para remaja cenderung bergerak menjadi generasi buih
terhempas dipantai menjadi dzurriyatan dhi’afan
suatu generasi yang bergerak menjadi “X-G” the loses
generation dan tidak berani ikut serta didalam
perlombaan ombak gelombang samudera globalisasi.
Penyimpangan perilaku menjadi ukuran atas kemunduran
moral dan akhlak.
Hilangnya kendali para remaja, berakibat ketahanan
bangsa akan lenyap dengan lemahnya remaja.
Apa Penyebab Utama kesemuanya itu ? Kalau ingin
dirinci, antara lain
a. rusaknya sistim, pola dan politik
pendidikan.
b. hilangnya tokoh panutan,
c. berkembangnya kejahatan orang tua,
d. luputnya tanggung jawab lingkungan masyarakat,
e. impotensi dikalangan pemangku adat,
f. hilangnya wibawa ulama,
g. bergesernya fungsi lembaga pendidikan menjadi
bisnis,
h. profesi guru dilecehkan.

3.2. Perilaku Umat.


Terjadi pula interaksi dan ekspansi kebudayaan secara
meluas. Di tandai dengan semakin berkembangnya pengaruh
budaya,

3 H. Mas’oed Abidin
a. pengagungan materia secara berlebihan
(materialistik),
b. pemisahan kehidupan duniawi dari
supremasi agama (sekularistik),
c. pemujaan kesenangan indera mengejar
kenikmatan badani (hedonistik).
Sebenarnya perilaku umat ini merupakan penyimpangan
jauh dari budaya luhur. Akibatnya dapat memunculkan ;
a. Kriminalitas,
b. Sadisme,
c. Krisis moral secara meluas.

Terjadinya dis-equilibrium, (hilangnya keseimbangan


moral), dalam tatanan kehidupan bermasyarakat menyebabkan
lahir krisis-krisis,
Bersinerji Menghadapi Tantangan Dampak Globalisasi di Abad
Keduapuluh Satu

i.krisis nilai, menyangkut etika


individu dan sosial berubah
drastik, pada mulanya
berpandangan luhur bergeser
kencang kearah tidak acuh,
dan lebih parah mentolerir.
ii.krisis konsep pergeseran
pandang (view) cara hidup,
dan ukuran nilai jadi kabur.
Sekolahan yang merupakan
cerminan idealitas masyarakat
tidak bisa dipertahankan.
iii.krisis kridebilitas dengan
erosi kepercayaan. Pergaulan
orang tua, guru dan muballig
dimimbar kehidupan
mengalami kegoncangan
wibawa.
iv.krisis beban institusi
pendidikan terlalu
besar.Tuntutan tanggung
jawab moral sosial kultural
dikekang oleh sisitim dan
aturan birokrasi.
Kesudahannya, membelenggu
dinamika institusi, akhirnya
impoten memikul beban
tanggung jawab.
v.krisis relevansi program
pendidikan yang mendukung
kepentingan elitis non-populis,
tidak demokratis. Orientasi
pendidikan beranjak dari
mempertahankan prestasi
kepada orientasi prestise,
keijazahan.
vi.krisis solidaritas, dan
membesarnya kesenjangan
miskin kaya, dan kesempatan
mendapatkan pendidikan tidak
merata, kurangnya idealisme
generasi remaja tentang
peran dimasa datang.

5 H. Mas’oed Abidin
Pergeseran budaya dengan mengabaikan nilai-nilai
agama pastilah akan melahirkan tatanan hidup masyarakat
dengan penyakit sosial (masyrakat) atau PEKAT yang
kronis, di antaranya akan meruyak menjadi ;
1) kegemaran berkorupsi.
2) Aqidahnya bertauhid namun akhlaknya tidak mencerminkan
akhlak Islami.
3) Melalaikan ibadah.

3.3. Perilaku kehidupan non-science


Di antaranya tampak pula pada perangai ;
a. Sangat berminat terhadap kehidupan non-
science,
b. asyik mencari kekuatan gaib belajar sihir.
c. Mencari jawaban paranormal,
d. menguasai kekuatan jin, bertapa ketempat
angker.
e. Menyelami black-magic, mempercayai mistik.
f. Tidak terkecuali menghinggapi juga para
cendekiawan. Mencari dukungan melalui
pedukunan.
Perangai sedemikian ini telah banyak melahirkan peribadi
yang terbelah (split personalities), dengan sikap “too much
science too little faith”, lebih banyak ilmu dengan tipisnya
kepercayaan keyakinan agama, berkembangnya paham
nihilisme budaya senang lenang (culture contenment).
Keadaan di atas diperparah lagi oleh limbah budaya, antara
lain;
a. sensate-culture6 yang selalu bertalian dengan
hedonistik.
b. Orientasi hiburan berselera rendah,
c. 3-S tourisme sun-sea-sex.
d. Gaya hidup konsumeristis, rakus, boros, cinta
mode.
e. Pergaulan bebas sex, ittiba’ syahawat
(memperturutkan hobi nafsu syahawat).
f. Kebebasan salah arah.
Bersinerji Menghadapi Tantangan Dampak Globalisasi di Abad
Keduapuluh Satu

g. Lepas dari kawalan agama dan adat luhur.


h. Tampil dengan sikap permissif dan anarkis.

Pada hakekatnya semua perilaku a-moral tersebut lahir


karena lepas kendali dari nilai-nilai agama dan
menyimpang jauh dan keluar dari alur akhlak mulia, atau
menjauh dari adat istiadat warisan leluhur dan budaya bangsa.
Kondisi seperti itu telah membawa perubahan buruk terhadap
generasi bangsa dan menjadikan dunia pendidikan pada
umumnya mendapat cercaan.
Jawaban untuk keluar dari problematika ini adalah
ikatan sinerjitas antara Umarak dan Ulama

MEMBENTUK GENERASI MASA DEPAN


1. Generasi muda akan menjadi aktor utama dalam pentas
kesejagatan (millenium ketiga). Karena itu, generasi muda
(remaja) harus dibina dengan budaya yang kuat berintikan
nilai-nilai dinamik yang relevan dengan realiti kemajuan
di era globalisasi.
Generasi masa depan (era globalisasi) yang diminta lahir
dengan
a. budaya luhur (tamaddun),
b. berpaksikan tauhidik,
c. kreatif dan dinamik,
d. memiliki utilitarian ilmu berasaskan epistemologi Islam
yang jelas,
e. tasawwur (world view) yang integratik dan ummatik
sifatnya (bermanfaat untuk semua, terbuka dan
transparan).
1. Perkembangan ke depan banyak ditentukan oleh peranan
remaja sebagai generasi penerus dan pewaris dengan
kepemilikan ruang interaksi yang jelas menjadi agen
sosialisasi guna menggerakkan kelanjutan survival
kehidupan ke depan.
2. Kita memerlukan generasi yang handal, dengan beberapa
sikap;
a. daya kreatif dan innovatif, dipadukan dengan kerja sama
berdisiplin,

7 H. Mas’oed Abidin
b. kritis dan dinamis, memiliki vitalitas tinggi,
c. tidak mudah terbawa arus, sanggup menghadapi realita baru
di era kesejagatan.
d. memahami nilai-nilai budaya luhur,
e. siap bersaing dalam knowledge based society,
f. punya jati diri yang jelas, hakekatnya adalah generasi yang
menjaga destiny,
g. individu yang berakhlak berpegang pada nilai-nilai mulia iman
dan taqwa,
h. motivasi yang bergantung kepada Allah, yang patuh dan taat
beragama akan berkembang secara pasti menjadi agen
perubahan,
i. memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam sebagai
kekuatan spritual, yang memberikan motivasi
emansipatoris dalam mewujudkan sebuah kemajuan
fisik-material, tanpa harus mengorbankan nilai-nilai
kemanusiaan.
Sangat dipahami, bahwa kekuatan hubungan ruhaniyah
spiritual emosional dengan iman dan taqwa akan memberikan
ketahanan bagi umat.
Hubungan ruhaniyah ini akan lebih lama bertahan
daripada hubungan struktural fungsional. Generasi ke depan
wajib digiring menjadi taat hukum.
Upaya ini dapat dilakukan dengan cara ;
a. memulai dari lembaga keluarga dan rumah tangga,
memperkokoh peran orang tua, ibu bapak ,
b. fungsionalisasi peranan ninik mamak dan unsur masyarakat
secara efektif,
c. memperkaya warisan budaya dengan setia mengikuti dan
mempertahankan, bertumpu kepada cita rasa patah
tumbuh hilang berganti
d. menanamkan aqidah shahih (tauhid), dan istiqamah
pada agama yang dianaut,
e. menularkan ilmu pengetahuan yang segar dengan tradisi
luhur.
f. Apabila sains dipisah dari aqidah syariah dan akhlaq akan
melahirkan saintis tak bermoral agama, konsekwensinya
ilmu banyak dengan sedikit kepedulian.
Bersinerji Menghadapi Tantangan Dampak Globalisasi di Abad
Keduapuluh Satu

g. Menanamkan kesadaran tanggung jawab terhadap hak dan


kewajiban asasi individu secara amanah,
h. penyayang dan adil dalam memelihara hubungan harmonis
dengan alam,
i. teguh politik, kukuh ekonomi,
j. melazimkan musyawarah dengan disiplin dan
k. bijak memilih prioritas pada yang hak sebagai nilai puncak
budaya Islam yang benar. Sesuatu akan selalu indah
selama benar.
Budaya adalah wahana kebangkitan bangsa.
Maju mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh kekuatan
budayanya.
Generasi yang mampu mencipta akan menjadi syarat
utama keunggulan. Keutuhan budaya bertumpu kepada individu
dan masyarakat yang mampu mempersatukan seluruh potensi
yang ada.

MENGHADAPI ABAD KEDUAPULUH SATU


Alaf Baru atau abad keduapuluh satu ini ditandai oleh;
a. mobilitas serba cepat dan modern,
b. persaingan keras dan kompetitif,
c. komunikasi serba efektif, dunia tak ada jarak seakan
global village,
d. akan banyak ditemui limbah budaya kebaratan
westernisasi.
Alaf baru itu diyakini bahwa kehadirannya tak bisa di
cegah. Bahkan sudah berada didepan mata.
Pertanyaan yang perlu dijawab segera:
Sudahkah kita siap menghadapi perubahan zaman yang
cepat dan penuh tantangan ini?
Di antara jawabnya adalah, kita berkewajiban sesegeranya
mem-persiapkan generasi baru yang siap bersaing dalam era
global tersebut.
Kita berkewajiban membentuk Sumber Daya Manusia
(SDM) yang masih berkecenderungan individual menjadi Sumber
Daya Umat (SDU) yang bercirikan kebersamaan dengan nilai
asas "gotong royong", berat sepikul ringan sejinjing, atau prinsip
9 H. Mas’oed Abidin
ta'awunitas.
Maka tidak dapat tidak, proses pembangunan SDM-SDU
mesti ditempuh,
2. Tahap kesadaran tinggi tentang perlunya
perubahan dan dinamik yang futuristik.
Langkah ini perlu dengan penggarapan
secara sistematik dan pendekatan proaktif
mendorong terbangunnya proses
pengupayaan (the process of
empowerment).
3. Tahap perencanaan dengan rangka kerja
yang terarah, terencana mewujudkan
keseimbangan dan minat (motivasi) dan
gita kepada iptek, keterampilan dan
pemantapan siyasah. Aspek pendidikan dan
latihan adalah faktor utama dalam peng-
upayaan. Konsep-konsep visi, misi, selalu
terbentur dalam pen-capaian oleh karena
lemahnya metodologi dalam operasional
pencapaiannya.
3. Tahap aktualisasi secara sistematis (the level of
actualization). Bila pendidikan ingin kita jadikan modus
operandus di samping kurikulum ilmu terpadu dan
holistik, sangat perlu pembentukan kualita pendidik
(murabbi) yang sedari awal mendapatkan pembinaan.
Pendekatan integratif dengan mempertimbangkan seluruh
aspek metodologis berasas kokoh tamaddun yang
holistik dan bukan utopis.

ANTISIPASI UMAT.
Umat mesti mengantisipasi dengan penyesuaian-
penyesuaian agar tidak menjadi kalah. Dalam menghadapi
persaingan beberapa upaya semestinya disejalankan dengan ;
a. Memantapkan watak terbuka,
b. Pendidikan moral berpaksikan tauhid,
c. mengamalkan nilai-nilai amar makruf nahi munkar seperti
tertera dalam QS.31, Lukman:13-17.
d. Integrasi moral yang kuat, berakhlak dan memiliki
penghormatan terhadap orang tua,
e. mempunyai adab percakapan ditengah pergaulan,
Bersinerji Menghadapi Tantangan Dampak Globalisasi di Abad
Keduapuluh Satu

f. pendalaman ajaran agama tafaqquh fid-diin,


g. berpijak pada nilai-nilai ajaran Islam yang universal,
tafaqquh fin-naas,
h. perhatian besar terhadap masalah sosial atau umatisasi,
teguh memilih kepentingan bersama dengan ukuran
moralitas taqwa,
i. responsif dan kritis terhadap perkembangan zaman,
j. mengenal kehidupan duniawi yang bertaraf perbedaan,
k. memacu penguasaan ilmu pengetahuan,
l. kaya dimensi dalam pergaulan rahmatan lil ‘alamin
menampilkan kecerahan bagi seluruh alam.
m. iman dan ibadah, menjadi awal dari ketahanan bangsa.
Ketahanan umat bangsa terletak pada kekuatan
ruhaniyah dan keyakinan agama dengan iman taqwa dan
siasah kebudayaan.
Bila penduduk negeri beriman dan bertaqwa dibukakan
untuk mereka keberkatan langit dan bumi (QS.7,al-A’raf:96).
Ini juga dapat dicapai antara lain lewat pintu pendidikan.
Pendidikan yang akan dikembangkan adalah pendidikan
akhlak, budi pekerti. Kita dapat memahami bahwa pendidikan
Akhlak adalah, jiwa pendidikan, inti ajaran agama, dan
buah dari keimanan.
Maka akhlak karimah (budi pekerti sempurna) adalah
tujuan sesungguhnya dari proses pendidikan, dan menjadi wadah
diri dalam menerima ilmu-ilmu lainnya. Ilmu yang benar
membimbing umat kearah amal karya, kreasi, inovasi,
motivasi yang shaleh (baik).
Untuk itu, beberapa model perlu dikembangkan;
1. pemurnian wawasan fikir disertai kekuatan zikir,
2. penajaman visi,
3. perubahan melalui ishlah atau perbaikan,
4. mengembangkan keteladanan uswah hasanah,
5. sabar, benar, dan memupuk rasa kasih sayang melalui
pengamalan warisan spiritual religi.
6. Menguatkan solidaritas beralaskan pijakan iman dan
adat istiadat luhur, “nan kuriak kundi nan sirah
sago, nan baik budi nan indah baso”
11 H. Mas’oed Abidin
7. Intensif menjauhi kehidupan materialistis, “dahulu rabab
nan batangkai kini langgundi nan babungo,
dahulu adat nan bapakai kini pitih nan paguno”.
Mewujudkan model ini diperlukan sinerji antara
Umarak dan Ulama. Setiap Muslim harus jeli ('arif) dalam
menangkap setiap pergeseran yang terjadi karena perubahan
zaman ini.
Pemerintah dan Ulama Suluah Bendang di Sumatera Barat
harus mampu menjaring peluang-peluang yang ada, sehingga
memiliki visi jauh ke depan. "Laa tansa nashibaka
minaddunya", artinya "jangan sampai kamu melupakan
nasib/peranan dalam percaturan hidup dunia (Q.S. 28: 77).
Langkah-langkah ke depan dalam bentuk nyata dari
sinerjitas Umarak dan Ulama itu dapat dilakukan antara lain ;
a. pembinaan human capital melalui keluasan ruang gerak
mendapatkan pendidikan,
b. pembinaan generasi muda yang akan mewarisi pimpinan
berkualiti, memiliki jati diri, padu dan lasak,
integreted inovatif.
c. Mengasaskan agama dan akhlak mulia sebagai dasar
pembinaan generasi muda.
d. Langkah drastik mencetak ilmuan Muslim yang benar-benar
beriman taqwa.
e. Pembinaan minda wawasan generasi muda ke depan yang
bersatu dengan akidah, budaya dan bahasa bangsa.
f. Secara sungguh-sungguh mewujudkan masyarakat madani
yang berteras kepada prinsip keadilan (equity) sosial yang
terang.

Sungguh suatu nikmat yang wajib disyukuri. "Lain


syakartum la adzidannakum", bila kamu mampu menjaga nikmat
Allah (syukur), niscaya nikmat itu akan ditambah.
Di sini peran yang amat crusial dari Sinerjitas yang mesti
terbangun antara Ulama dan Umarak didalam mengatasi
kemelur penyakit masyarakat karena dampak Globalisasi ini
dengan mengamalkan bimbingan Agama Islam.

Padang, 25 Shafar 1430 H / 21 Februari 2009 M.


1Catatan
Perkembangan cyber space, internet, informasi elektronik dan digital, walaupun kenyataannya
sering terlepas dari sistim nilai dan budaya sangat cepat terkesan oleh generasi muda yang
cenderung cepat dipengaruhi oleh elemen-elemen baru yang merangsang.
2 Globalisasi sebenarnya dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau proses menjadikan
sesuatu mendunia (universal), baik dalam lingkup maupun aplikasinya, the act of process or
policy making something worldwide in scope or application menurut pengertian The American
Heritage Dictionary.
3 Dimana dalam persaingan bebas bentuk apapun, yang kuat akan bisa bertahan dan yang
lemah akan mati sendiri (Wardiman, 1997).
4 Ungkapan Ja’far Bin Abi Thalib, lihat Al Islam Ruhul Madaniyah, Musthafa al Ghulayaini,
terungkap sebagai berkiut, "Kunna nahnu jahiliyyah, na’budul ashnam, wa na’kulul maitah, wa
nuqat-ti’ul arham, wa nusi-ul-jiwaar, wa nakkul ul qawiyyu minna dha'ifun minna," artinya:
"Kami masyarakat jahiliyyah, yang kuat dari kami berkemampuan menelan yang lemah di
antara kami."
Kehidupan sosial jahiliyyah itu telah dapat diperbaiki dengan kekuatan Wahyu Allah, dengan
aplikasi syari'at Islam berupa penerapan ajaran tauhid ibadah dan tauhid sosial (Tauhidic Wel-
tanschaung). Ini suatu bukti tamaddun pendekatan historik yang merupakan keberhasilan
masa lalu (the glory of the past), sesuai Firman Allah, "Demikian itulah umat sebelum kamu.
Bagi mereka amal usahanya, dan bagi kamu amal usahamu." (Q.S. 2: 141)
5 Sebelum terjadinya krisis ekonomi, 1997-dampaknya masih terasa hingga hingga sekarang),
dalam tiga dasawarsa (1967-1997) ini telah menikmati pertumbuhan ekonomi yang pesat.
Bank Dunia menyebut sebagai "The Eight East Asian Miracle" yang berkembangan menjadi
macan Asia bersama: Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Hong Kong, Thailand, Singapura,
Malaysia.
Kini kita menghadap lagi Krisis Finansial Global, dampaknya lebih berbahaya dari krisis
ekonomi 1997 itu, karena yang rusak adalah sistim ekonomi dunia, hilangnya kepercayaan dan
kegunaan dari ekonomi kapilatalis.
Populasi Asean sekarang sejak tahun 2003 saat memasuki AFTA antara 350 – 500 juta (Ini
perkiraan Adi Sasono, Cides, 1997). Bila pertumbuhan ekonomi ini dapat dipelihara, Insya Allah
pada tahun 2019, saat skenario APEC, maka kawasan ini akan menguasai 50,7 % kekayaan
dunia, Amerika dan Uni Eropa hanya 39,3% dan selebihnya 10 % dikuasai Afrika dan Amerika
Latin (Data Deutsche Bank, 1994).
Tetapi semua prediksi ini buyar oleh ambruknya sistim ekonomi ka[pitalis.
6 Budaya sensate memuja nilai rasa panca indera, menonjolkan keindahan sebatas yang di
lihat (tonton), di dengar, dirasa, di sentuh, dicicipi, dengan tumpuan kepada sensual, erotik,
seronok, kadang-kadang ganas, mengutamakan kesenangan badani (jasmani). Orientasinya
hiburan melulu, terlepas dari kawalan agama, adat luhur, moral akhlak, ilmu dan filsafat, dan
tercerabut dari budaya dan nilai-nilai normatif lainnya. Seni dibungkus selimut art for art’s
sake, sensual, eksotik, erotik, horor, ganas, yang lazimnya melahirkan klub malam, night club,
kasino dan panti pijat.
Budaya sensate ini dipertajam dampaknya dalam kehidupan remaja oleh budaya popular
kekota (urban popular culture) yang hedonistik (mulai berkembang 1960), dan berkembang
lagi US culture imperialisme (uncle Sam Culture) dan the globalization of lifestyle gaya hidup
global, world wide sing (Madonna, Michael Jakson, dll) sejak tahun 1990 di pra kondisi
globalisasi.

You might also like