You are on page 1of 50

TEKNIK PEMBENIHAN

Diposkan oleh Penyuluh Perikanan

III. TEKNIK PEMBENIHAN

Secara alamiah ikan lele berkembangbiak dengan meletakkan telurnya di dalam sarang. Sarang lele berupa lubang yang dibuat pada dinding pematang sawah, tepian sungai dan rawa-rawa. Kerapkali sarang lele ditemukan di bawah umpun tumbuh-tumbuhan air yang tenang dan terlindung. Cara alamiah ini ditiru oleh petani, dengan menciptakan kondisi lingkungan yang cocok untuk tempat ikan lele memijah Untuk tempat bersarang, di dalam kolam pemehharaan induk lele disediakan kotak-kotak kayu atau pipa-pipa bambu atau pipa (bis) dari semen yang ditenggelamkan di dasar kolam, agar induk lele mau memijah di dalam rongga-rongga pipa atau tabung-tabung itu. Dengan akal lebih lanjut, petani mengatur bentuk dan letak kotak-kotak tempat bersarang ikan lele sedemikian rupa agar pemijahan mudah dikontrol terhadap gangguan- gangguan din pemungutan hasil benih lebih mudah. Seorang petani yang kreatif dengan daya ciptanya dapat menemukan cara tersendiri sehingga hasil budidaya dapat ditingkatkan. Seorang petani di Blitar, bernama. Machfud Effendi telah dikenal di kalangan para peternak ikan lele, karena ia telah membuat suatu model kolam pembenihan ikan lele yang bentuk dan susunannya khas, di kolam pe- karangannya. Bentuk kolam kreasi petani ini dikenal sebagai sistem Blitar". A. Pemijahan Leie Sistem Blitar 1. Kolam tempat pemeliharaan induk dan tempat pemijahan Pada pembibitan ikan lele, kolam tempat pemeliharaan induk sekaligus juga berfungsi sebagai kolam pemijahan. Bentuk kolam ini disajikan pada Gambar 5. Di sekeliling tepi kolam pemeliharaan induk itu dibuat kamar-kamar atau kotak pemijahan Bentuk dan luas kolam pemeliharaan induk dan pemijahan ini pada umumnya bergantung pada tanah pekarangan. Kolam seperti ini sebaiknya dibuat di pekarangan saja, agar mudah diawasi untuk pengamanannya. Tentang ukuran kolam ini, sebagai contoh dapat berukuran : Panjang : 10 sampai 15 meter, Lebar : 8 sampai I0 meter, Dalam : 1 sampai 1,5 meter.

Dinding kolam dibuat dari pasangan bata atau batu kali yang disemen, atau dari beton yang permukaannya licin. Dasar kolam boleh dari tanah, tetapi sebaiknya di semen. Maksudnya agar tidak mudah timbul lubang-lubang bocoran yang makin lama makin lebar sehingga memungkinkan ikan lele itu lolos. Apabila dasar kolam disemen, sebaiknya diberi lapisan pasir bercampur tanah liat setebal 10 cm saja supaya tercipta suasana yang alamiah bagi ikan lele. Supaya ikan lele tidak mudah merayap keluar, terutama di waktu turun hujan, di bibir kolam dipasang dinding dari plastik gelombang yang licin, berdiri tegak lurus, setinggi 50 cm. Pipa pemasukan air ke dalam kolam dapat dibuat dari pralon (pvc) atau bambu, dipasang sedemikian rupa sehingga air masuk ke dalam kolam sedikit "terjun", supaya pelarutan udara ke dalam air cukup baik dan memberi kesegaran kepada ikan-ikannya (Gambar 8).

gambar 5.; kolam untuk induk dan pemijahan ikan lele

gambar 6. penampang kamar pemijahan ikn lele

gambar 7. MONNIK : pintu air pengeluaran yang khas memungkunkan air terbuang dari lapisan bawah

gambar 8. potongan samping pintu air MONNIK Untuk pengeluaran air dari kolam, dibuat pintu bentuk MONNIK (Gambar 7 dan 8). Dinding pintu air itu berlapis tiga. Dinding yang menghadap kolam lubangnya di dasar, sehingga air yang terbuang keluar adalah dari bagian (lapisan) dasar yang banyak kotorannya. Sekat di tengah terdiri atas papan-papan yang disusun dan dapat untuk mengatur ketinggian air di dalam kolam. Selanjutnya air mengalir keluar dari lubang di bagian bawah, seperti terlihat dalam gambar. Permukaan air di dalam kolam itu hendaknya tidak melampaui 20 cm dari bibir kolam, supaya ikan lele tidak mudah meloncat ke luar. 2. Kotak pemijahan

Di sekeliling tepi kolam induk itu dibuat kotak kotak pemijahan (Gambar 6). Ukuran kotak pemijahan tersebut ialah : lebar : 50 cm, panjang : 50 cm, dalam : 60 cm. Kotak-kotak ini dibuat dari semen. Pada dinding dalam yang menghadap ke kolam induk, dibuat 2 buah lubang yang bergaris tengah 15 cm. Jarak kedua lubang itu 15 cm. Lubang ini sebagai jalan masuk ke dalam kotak itu bagi ikan lele yang akan memijah. Pada dinding belakang, yakni yang menghadap ke luar kolam, dibuat pula sebuah atau dua buah lubang yang terletak di bagian dasar kotak itu. Tujuannya untuk memudahkan pengeringan dan memanen benih-benih ikan lele. Lubang itu dapat disumbat dan dengan mudah dapat dibuka. Kotak pemijahan itu diberi tutup dari. semen atau dari kayu, agar mudah dibuka apabila akan membersihkan ruangan kotak itu. Tutup itu diberi beberapa lubang, supaya suasana di dalam kotak tidak terlalu gelap benar, dan masih ada kesegaran udara, jadi tidak terlalu tersekap.

Lele palembang (keli, limbat) clarias macrocephalus

Lele lebang, blasteran antara lele puthi dan lele hitam

Sepasang lele hitam. Bias juga diternak untuk indukan, agar berkembang biak

Jambal siam yang lebih popular dengan sebutan lele Bangkok. Jarak antarkotak pemijahan itu 75 - 100 cm. Maksudnya agar induk-induk lele yang memijah tidak terganggu oleh yang lain yang kebetulan memijah di dekatnya.

Letak kotak pemijahan itu ada di bagian atas kolam, di dekat bibir tepi kolam sedemikian rupa sehingga kedalaman air di dalam kotak pemijahan itu hanya 30 cm (Gambar 5 dan 6). Dengan adanya kotak-kotak pemijahan itu, diharapkan ikan-ikan lele dapat memijah dan mengasuh anaknya dalam suasana aman dan tenang. Lagipula memungkinkan peternak mudah mengawasinya. Dasar kotak pemijahan itu perlu diberi alas pasir tetapi tidak berlumpur, namun lembut dan bersih, supaya induk ikan tidak rusak badannya sewaktu memijah. Lapisan pasir itu akan menjadi tempat meletakkan telur yang lunak dan bersih. Kebersihan ini perlu, agar telur ikan tidak mudah terkena jamur dan bakteri-bakteri. Di dalam kotak pemijahan itu baik juga bila diberi sedikit (segumpal genggaman) ijuk, yang diletakkan di atas alas pasir. Sebelum dimasukkan, ijuk dicuci dan dijemur. Telur-telur ikan lele akan tersebar di antara serabut-serabut ijuk, tetapi tidak lekat benar. Biaya pembuatan bak semen tersebut cukup besar. Konstruksi yang sederhana serta murah biayanya, telahdicoba dibuat di Balai Benih Ikan Sebulu, Kalimantan Timur. Yang dimaksudkan untuk percontohan bagi petani kecil agar dapat membuatnya dari bambu yang mudah didapat di perkampungan. Kolam tetap dari tanah, dindingnya dipasang cerucuk, yaitu potongan bambu yang ditancapkan berderet-deret tegak sepanjang pematang. Di beberapa tempat dibuat rongga-rongga pada tanggul tanah itu. Rongga itu berbentuk persegi (kotak). Kotak-kotak itu pinggirnya sebagai dinding dipasang cerucuk juga, supaya tidak mudah longsor. Rongga-rongga itu dibuat berderet dengan jarak 1 meter. Rongga tersebut dibuat sebagai kotak untuk sarang bagi ele yang hendak bertelur. Bagian atas rongga atau kotak sarang itu juga diberi tutup dari bahan kayukayu/papan bekas, supaya di dalam rongga itu gelap. Tutup itu dapat dibuka apabila hendak memanen benih yang sudah ada nantinya. (Lihat Gambar 9). Dengan konstruksi sederhana itu ternyata lele juga mau bertelur di dalam rongga-rongga buatan itu.

3. Pengaturan air kolam pemijahan Di dalam kehidupannya, di alam bebas maupun di kolam, ikan lele tahan terhadap lingkungan yang tidak begitu baik keadaannya. Ikan ini tahan terhadap lingkungan comberan. Tetapi untuk tempat pemijahan, agar hasil benihnya baik, ikan lele memerlukan kondisi air yang segar dan bersih, mengandung cuk^ip oksigen dan tidak mengandung bahan pencemar. Kolam yang dibuat di pekarangan biasanya akan menerima air cucian dari rumah yang tidak mustahil mengandung sabun dan detergen. Ini sangat berbahaya untuk ikan. Oleh karena itu, hal ini harus diperhatikan betul. Jangan mengalirkan air bersabun ke dalam kolam. Air kolam ikan lele sebaiknya diperoleh dari saluran irigasi. Apabila air terlalu keruh sebaiknya diendapkan dan disaring terlebih dahulu. Di depan pipa pemasukan dapat dipasang saringan (filter) yang berupa bak kecil tersendiri. Air yang jernih dan bersih .akan membuat ikan-ikan sehat dan cepat tumbuh serta vitalitasnya tinggi

4. Induk lele Calon-calon ikan lele dapat diperoleh bila ukurannya mencapai 100 gram atau lebih. Calon-calon induk sebesar ukuran tersebut dapat diperoleh setelah ikan lele berumur 4 bulan, jika makanan yang diberikan bermutu baik, ikan lele baru mencapai 100 gram sesudah berumur satu tahun. Untuk menjadi induk yang baik, ikan lele dipilih yang gesit geraknya, badannya mengkilat dan gemuk gambar jantan dan betina. Alat kelamin itu terletak di belakanglubang dubur, tampak sebagai tonjolan. Pada betina, tonjolan itu bulat bentuknya; pada jantan tonjolan itu memncing. Menurut orang yang sudah berpengalaman dalam beternak ikan lele, lele yang sudah siap memijah menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut : Alat kelamin tampak jelas,meruncing, Perutnya tetap ramping, jika perut diurut (ditekan pelan-pelan) akan keluar air maninya, Tulang kepala lebih mendatar (pipih) dibanding dengan betinanya, Jika warna dasar badannya hitam (gelap), warna itu menjadi lebih gelap lagi daripada biasanya. Induk betina Alat kelamin bentuknya bulat dan kemerahan, lubangnya agak membesar. Tulang kepala agak cembung. Geraknya lamban. Warna badannya lebih cerah dan biasanya. Induk jantan :

gambar 10. tanda tanda kelamin lele jantan dan lele betina Induk-induk ikan lele biasanya tidak selalu memijahsecara serentak. Oleh karena I calon calon mduk yang telah terpilih dipelihara beberapa pasang di dalam satu kolam, supaya masing-masing dapat memilih sendiri psangannya yang cocok dan siap memijah pada waktu yang bersamaan. Dalam suatu kolam pemijahan yang luasnya 100 m (1 are) dapat dipelihara induk lele sebanyak 25 pasang (25 ekor betina dan 25 ekor jantan). 5. Musim Di alam, pemijahan ikan lele banyak terjadi pada musim hujan. Tetapi menurut pengalaman petani ikan ikan lele dapat memijah sewaktu-waktu sepanjang tahun, apabila keadaan air kolam sering berganti. Pemijahan juga dipengaruhi oleh makanan yang diberikan. Makanan yang bermutu baik akan meningkatkan vitalitas ikan sehingga ikan lele lebih sering memijah. 6. Pemeliharaan induk

Pemeliharaan dan perawatan calon induk dan induk- induk lele harus diusahakan agar induk selalu dalam keadaan sehat, tidak mudah terserang penyakit, vitalitasnya tinggi, supaya sehat. Untuk tujuan tersebut caranya ialah : 1. Mengatur air kolam agar sering berganti, walaupun air pemasukan tidak perlu terlalu deras. Debit air 5 - 6 liter per menit sudah mencukupi untuk menyegarkan lingkungan hidup ikan lele. 2. Makanan yang bermutu baik dan dalam jumlah yang cukup. Makanan bagi ikan lele berupa makanan alami dan makanan tambahan. Telah dikemukakan terdahulu bahwa makanan alami ikan lele terdiri dari berbagai jasad renik; antara lain kutu-kutu air (Copepoda, Cladocera), larva atau jentik-jentik berbagai jenis serangga, berbagai jenis cacing, dan sebagainya (Gambar 2, 3, dan 4). Selain binatang hidup itu, ikan lele juga memakan bahan-bahan kotoran atau yang sedang membusuk dalam air; bahkan ikan lele juga suka memakan kotoran manusia. Ditinjau dari jenis makanannya, ikan lele cenderung disebut karnivora, ialah pemakan binatang dan zat-zat makanan berasal dari hewan. Apabila diberi makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, ikan lele kurang suka. Jika ikan lele diberi makanan tambahan yang banyak mengandung bahan tumbuh-tumbuhan seperti dedak, misalnya, dengan campuran sedikit bahan hewani, ikan lele tidak dapat gemuk dan pertumbuhannya lambat. Dianjurkan agar makanan tambahan untuk ikan lele mengandung protein tidak kurang dari 25 %. Bagi usaha budidaya ikan di Indonesia, pada waktu ini agak sukar untuk memperoleh bahan makanan yang baik dan yang bermutu tinggi. Oleh karena terbentur pada harga yang mahal dan bersaing dengan kebutuhan bagi hewan ternak. Maka untuk ikan lele dianjurkan agar dapat diberikan makanan tambahan yang bahannya mudah diperoleh dan tidak mahal harganya, seperti bekicot (keong racun) yang dicacah, dicampur dengan bahan lain yang mengandung banyak protein, sepertibungkil kacang, bungkil kelapa, bungkil kedelai. Dianjurkan pula agar diberi bahan-bahan buangan darirumah pemotongan hewan; misalnya kotorankotoran isi perut hewan yang sudah disembelih, tepung darah, dan sebagainya. Bahan baku tersebut baik sekali untuk lele, terutama induknya. Makanan alami dapat tersedia banyak di kolam apabila kolam dipupuk dengan bahan organik, seperti pupuk kandang, pupuk hijau, kompos. Bahan-bahan organik tersebut apabila telah membusuk di dalam air akan menarik banyak serangga untuk bertelur di situ dan larva (jentik-jentik) akan menjadi makanan ikan lele. Dosis pupuk organik untuk kolam ikan lele dapat agak tinggi, misalnya 2 - 4 ton/ha, oleh karena apabila terlalu banyak bahan organik dan terjadi pembusukan pada kolam itu, ikan lele tetap tahan hidup. Makanan tambahan bagi induk lele dapat diberikan 5 % dari berat badan ikan, setiap harinya. Induk ikan lele yang mendapat makanan yang cukup dan baik kualitasnya, menunjukkan badan yang gemuk- gemuk, pertumbuhannya seragam, kemampuan untuk memijah menjadi lebih sering, dan jumlah telurnya banyak. Menurut pengalaman peternak lele di Cianjur Jakarta, sepasang induk lele yang dipelihara dan diberi pakan yang baik dapat memijah lagi hanya berselang 3 - 4 minggu.

7. Pemijahan Secara alamiah ikan lele memijah pada musim hujan. Banyak jenis ikan yang terangsang untuk memijah setelah turun hujan lebat. Air hujan membawa situasi segar, aliran air yang deras banyak mengandung oksigen. Dalam usaha pemijahan ikan lele, agar induk-induk ikan mau memijah, diusahakan menciptakan situasi air yang jernih, berkadar oksigen tinggi. Dengan pengelolaan yang baik, ternyata lele dapat dipijahkan sepanjang tahun asal dalam jarak waktu tertentu tidak musiman lagi. Perangsangan untuk memijah tidak dilakukan dengan hormon melainkan hanya dengan mengeringkan kolam, menjemur dasar kolam beberapa hari, lalu diairi. Dasar kolam yang telah dijemur dan diairi itulah yang member! rangsangan bagi induk ikan untuk memijah. Oleh karena itu, kotak-kotak pemijahan lele diberi alas pasir yang perlu seringsering diganti, serta alas ijuk barn atau yang baru dijemur juga dianjurkan dipakai. Pemijahan ikan lele diawali dengan terlihatnya sepasang induk berkejar-kejaran di depan pintu kotak pemijahan yang dipilihnya. Beberapa waktu lamanya terjadi permainan keluar-masuk lubang kotak pemijahan itu. Kemudian pada klimaksnya proses perkawinan pada ikan itu yang disebut memijah. Ikan jantan dan betina bereelut betina melepaskan telur dan dalam waktu yang bersamaan keluarlah air mani dan yang jantan. Pembuahan terjadi di dalam air. Pemijahan terjadi pada sore atau malam hari di dalam kotak pemijah. Telur-telur yang sudah dibualu tersebar di dalam kotak itu Telur menetas setelah 1 - 2 hari selama seminggu induk lele berada didalam atau di sekitar kotak sarang untuk menjaga burayaknya yang masih lemah. Telur ikan lele sebesar telur ikan mas menetas setelah 1 - 2 hari. Sampai 3 hari setelah menrtas toayak lele belum makan, melainkan menyeBP kuning telur yang masih melekat pada bagian perutnya. Setelah kuning telur habis terserap, burayak lele sudah mulai mencari makan dan akan keluar dankotak rang Sebelum burayak keluar ke kolam besar pemelinaraan induk-induk, sebaiknya segera dipanen. Pemanenan burayak mudah dUakukan dengan membuka tutup kotak sarang itu, lalu menyerok burayak dengan seser kecil. Burayak dikumpulkan dan selanjutnya dipelihara di dalam tempat ipukan. B. Pemijahan Lele Sistem Ciganjur Sistem pemijahan/pembenihan lele mi diselenggarakan di BSenm kan Pemerintah D.K.I. Jakarta di Cianjur. sistem pemijahan ini pada dasarnya diri Pada dapat memyahkan ikan lele di kolam yang sempit dan dengan induk lele hanya sepasang yang dijodohkan. Pada koton pemijahan lele sistem Blitar yang dikemukakan di dalam bab dimuka, kolam pemijahan merangkap kolam pemeliharaan induk pula. serta jumlah induk sekaligus dikumpulkan dalam jumlah banyak (secara massal) agar ikan-ikanitu dapat memilih jodoh (pasangan) sendiri, selanjutnya memijah di dalam sarang-sarang yang sudah disedakan dikeliling tepi kolam. Pada sistem Ciganjur, kolam pemijahan berukuran kecil, induk yang dipijahkan telah dipilih yang benar-benar matang telur dan siap memijah. Sebagai tempat meletakkan telur dibuat kotakan dari bahan yang sederhana dan mudah diperoleh seperti batako yang disusun atau batu-batu bata dan kayu yang tidak terpakai (bekas). Dengan demikian bagi mereka yang ingin berusaha secara kecil-kecilan yang hanya mempunyai kolam atau bak semen yang sempit dan hanya mempunyai

sepasang induk lele, dapatlah menyelenggarakan pembenihan (memproduksi benih) lele juga. Perkolaman kecil (mini) berarti lebih efisien dalam pemanfaatan lahan lagipula dapat mempergunakan volume air yang tidak perlu banyak. Hal itu sangat cocok dengan situasi lingkungan perkotaan (seperti Jakarta) di mana tidak banyak sumber air/pengairan yang memenuhi syarat untukbudidaya ikan, lagipula lahan di perkotaan telah semakin sempit karena penduduk/permukiman yang padat. Secara terinci sistem Ciganjur disajikan di bawah ini. 1). Kolam perkawinan/pemijahan Kolam perkawinan/pemijahan pada sistem Ciganjur ialah bak semen dengan ukuran minimum : panjang 2 m, lebar 1 m, dalam 0,4 m. Pada pinggiran atas (bibir) bak tersebut dibuat menjorok ke dalam agar lele tidak- mudah melompat keluar. Di dasar bak, di tengah-tengah dibuat cekungan untuk mengumpulkan benih apabila.

gambar 11.potongan melintang bak pemijahan

gambar 12. bak pemijahna dan sarana pemijahan dipanen. Dari cekungan dihubungkan ke luar dengan pipa PVC/pralon sebagai saluran penguras (Gambar 11 dan 12). 2. Air Untuk mengisi/mengairi bak pemijahan itu sebaiknya dipakai air dari sungai yang jernih, tidak tercemar atau air dari sumber. Di daerah perkotaan seperti Jakarta, hampir semua sungai dan saluran menjadi keruh karena bahan erosi tanah dari daerah hulu atau oleh kotoran/limbah. Maka sebelum dimasukkan ke dalam kolam pemijahan, harus diendapkan atau disaring. Air yang dikotori oleh limbah industri sama sekali tidak dapat dipakai untuk mengairi bak pemijahan itu, sebab selalu ada bahaya keracunan oleh bahan-bahan kimia. Air sungai yang keruh karena bahan tanah yang tererosi (warna cokelat muda) harus disaring dengan sand filter (saringan pasir) atau diendapkan selama 2 hari di dalam bak pengendapan sebelum air itu dimasukkan ke dalam bak pemijahan lele. Apabila dipakai air sumur, maka air itu perlu diukur pH-nya. Sebab kerapkali air sumur bersifat asam (pH rendah) seperti umumnya di daerah Ciganjur dan sekitarnya, pH 6,0 sampai 6,5. Air asam itu perlu dinetralkan dengan membubuhkan kapur tohor sebanyak 2 - 3 gram/m3 atau 3 ppt, cukup untuk menaikkan pH menjadi 7,0 - 7,5. Itu menjadi cukup baik untuk mengairi bak pemijahan. Air PAM (Perusahaan Air Minum) kurang baik karena mengandung kaporit. 3. Persiapan kolam Beberapa hari sebelum dipakai, bak perlu dibersihkan.

Apabila bak semen masih baru dibuat, bersifat terlalu alkalis (pH tinggi). Maka harus dinetralkan lebih dahulu. Cara menetralkan dapat dengan merendam bak dengan air biasa selama 2 minggu, lalu dibersihkan dan selanjutnya dapat dipergunakan, dengan harapan pH-nya tidak lagi terlalu tinggi. Jelas perendaman 2 minggu itu cukup lama. Cara yang dapat lebih cepat dalam menetralkan alkalinitas bak semen ialah dengan memasukkan sabut kelapa ke dalam air yang mengisi bak. Sabut dari 2 - 3 buah kelapa cukup untuk bak pemijahan yang tidak besar itu. Setelah direndam beberapa jam, dari sabut kelapa itu melarut larutan tannin (asam humus) yang menyebabkan air berwarna cokelat kemerahan. Zat tannin itu akan menetralkan sifat kebasaan bak semen yang masih baru itu. Biarkanlah rendaman sabut kelapa itu selama 2 - 3 hari, maka sesudah dikuras dan dibersih- kan, bak dapat diairi dan pH menjadi netral. Bak yang hendak dipersiapkan untuk pemijahan lele perlu dipasang kotak-kotak sebagai sarang tempat meletakkan telur. Pada tahap persiapan kolam, bak tersebut dikeringkan selama 1 hari saja. Sehabis dikeringkan lalu diairi untuk merangsang induk lele agar mau memijah. Perlu diperhatikan bahwa pengeringan bak semen terlalu lama ada bahaya bak itu dapat retak, lebih-lebih jika panas terik. Kamar/kotak untuk sarang dibuat dan batako sebanyak 8 - 10 buah yang disusun membentuk kotak di tengah bak pemijahan itu. Ukuran kotak tersebut 30 cm x 40 cm x 20 cm. Pada bagian depan menyempit membentuk lubang terbuka (pintu masuk) selebar 10 cm. Batako juga bersifat alkalis. Maka sebelum dipakal, juga harus direndam dalam larutan/rendaman sabut kelapa agar pH menjadi netral. Di dalam sarang diberi alas ijuk sebagai tempat meletakkan telur dan biasanya telur-telur setelah dibuahi menempel pada ijuk itu. Bagian atas kotak/kamar pemijahan itu diberi papan atau genting atau batako, agar di dalam sarang itu gelap. Setelah siap, bak diisi air setinggi 15 cm. Di sekitar sarang sebaiknya diberi beberapa rumpun eceng gondok. Eceng gondok harus dicuci bersih lebih dahulu supaya tidak mengotori bak dan tidak menularkan penyakit jika ada yang menempel di antara akar-akarnya. Gunanya rumpun eceng gondok itu untuk memberikan situasi di dalam bak seperti ingkungan alam asli. Sebagian dari bak pemijahan terutama di atas kotak sarang diberi atap berupa tutup sederhana dari plastik, supaya jika turun hujan tidak terlalu mengganggu sarang itu. 4. Pasangan induk Induk untuk pemijahan ini hendaknya dipilih yang benar-benar telah matang telur yang dikandungnya dan siap memijah. Untuk satu bak pemijahan yang ukurannya memang kecil itu cukup satu pasang saja (seekor jantan dan seekor betina yang beratnya masing-masing kira-kira sama). Pemilihan induk matang telur itu memerlukan keterampilan khusus dari seorang petani/peternak ikan lele. Tanda-tanda induk yang baik dan telah matang telur, telah diuraikan dalam BAB III (Gambar 10 ) Pemilihan pasangan induk yang hendak disuruh memijah itu, pada prinsipnya seolah-olah memaksa kedua ekor lele itu untuk kawin, sebab tidak diberi kesempatan memilih jodohnya sendiri, seperti perkawinan missal pada sistem Blitar. Oleh karena itu apabila kondisi kedua induk

itu tidak betul-betul siap memijah, atau salah satu induk kurang siap untuk memijah, maka dapat terjadi kegagalan sebab kedua pasangan itu tidak mau memijah. 5. Pemijahan Memijah artinya perkawinan yang diikuti dengan tingkah laku lele betina meletakkan telur dan dibuahi oleh yangjantan (fertilisasi). Sebaiknya induk jantan dan betina yang sudah dipilih itu dimasukkan ke dalam bak pemijahan pada pagi hari. Maka seharian pasangan tersebut saling berkenalan serta mengadakan penyesuaian terhadap lingkungan bak yang masih baru. Pasangan ikan itu segera mengenal kamar yang disediakan bagi sarangnya, bahkan situasi bak yang baru diairi itu memberikan pula rangsangan bagi ikan-ikan itu untuk memijah. Pada hari itu makanan yang diberikan ialah cacing tanah atau cacing sutera, tidak perlu banyak, asal cukup dimakan satu waktu saja selama 5 menit. Ikan yang hendak memijah agaknya kurang nafsu makannya. Pemijahan berlangsung pada sore atau malam harinya. Esoknya dapat terlihat telur-telur tersebar di dalam sarang, ada yang menempel pada ijuk, tetapi sebagian ada yang tercecer di depan sarang. Telur yang dibuahi berwarna kuning cerah dan akan menetas setelah 1 - 2 hari. Telur yang tidak terbuahi akan mati dan berwarna keruh, akhirnya ditumbuhi jamur. Sampai hari ketiga setelah menetas, benih lele belum makan, melainkan menyerap kuning telur yang masih tersisa pada bagian perutnya. Jumlah telur yang dihasilkan oleh induk leleber tung pada besarnya induk itu. Makin besar badannya makin banyak telurnya. Rata-rata jumlah telur berkisar antara 1000 sampai 5000 butir. Apabila induknya sehat maka day a tetas telur cukup baik, hampir semuanya dapat menetas. Setelah pemijahan, selama beberapa hari kedua ekor induk menjaga sarangnya, sampai burayak (anak-anak lele) itu cukup kuat untuk berenang-renang di luar sarangnya. Setelah 7 hari biasanya induk lele tidak lagi menghiraukan anaknya. Sebaiknya induk-induk dikeluarkan saja dari bak pemijahan itu, dipindahkan ke dalam bak lain untuk dipelihara dengan baik agar dapat bertelur lagi padasaatnya. Menurut pengalaman di Ciganjur, apabila perawatan dan pemberian pakan baik dan cukup berkualitas (pakan terdiri atas banyak organisme hidup atau cacahan daging ikan) induk lele dapat memijah lagi setelah 3 - 4 minggu, Selanjutnya dapatlah benih lele dipanen. 6. Pemanenan benih Air dikeluarkan dari bak pemijahan itu sehingga hampir kering, maka burayak. IeIe terkumpul di dalam cekungan di dasar bak yang masih sedikit berair. Maka dengan mudah burayak ditangkap dengan seser. 7. Pendederan (ipukan) Pada sistem Ciganjur, burayak lele yang berumur 7 hari itu dapat juga tidak segera dipindah ke kolam lain. Pemeliharaan bisa dilanjutkan di dalam bak pemijahan itu saja, setelah induk jantan dan betina dipindahkan ke kolam lain. Pengipukan di dalam bak dapat berlangsung selama 1 - 2 bulan, dengan diberi pakan buatan atau makanan yang terdiri atas organisme-organisme hidup seperti cacing sutera (Tubifex), cuk (jentik-jentik), kutiair, dan sebagainya. Se t elah masa pemeliharaan 2 bulan, benih lele mencapai ukuran 5-10 cm dapatlah dipasarkan (dijual).

Selama pemeliharaan benih itu, peternak hama memperhatikan burayak itu secara cermat setiap hari. Pemberian pakan tidak boleh berlebihan, melainkan diberikan sedikit demi sedikit sejumlah kira-kira habis termakan dalam waktu 15 menit, lalu pemberian pakan dihentikan. Sebaiknya dalam sehari diberi pakan beberapa kali, misalnya 4 - 5 kali sehari, pagi, siang, dan sore/senja. Peternak harus memperhatikan keadaan air bak itu, mengingat bahwa bak tidak memperoleh aliran air terus- menerus karena keterbatasan air di daerah perkotaan. Maka apabila terlihat air mulai keruh/kotor, supaya air diganti. Pada umumnya pergantian air sekali dalam 2 minggu sudah memadai. Apabila peternak memiliki lahan yang cukup luas dengan banyak kolamkolamnya, maka pengipukan sebaiknya dilakukan di dalam kolam pendederan khusus. Tempat pendederan anak lele (burayak) dapat berupa kolam tanah biasa dengan kedangkalan 20 - 25 cm saja. Ada petani yang mendeder burayak lele di petakan sawah yang tidak dipakai bertanam padi. Sangat baik apabila untuk pendederan itu dipakai kolam atau bak semen karena lebih aman dan mudah dibersihkan. Kolam yang disemen lebih terjamin, tidak bocor. Aliran air melalui bocoran akan mendorong benih lele untuk mengikuti aliran, akhirnya lolos. Kolam pendederan sebaiknya tidak terlalu luas, 3 sampai 10 m2 sudah cukup, karena kolam ukuran itu lebih mudah pengamanannya. Burayak ikan lele dapat dipelihara (diipuk) pada kepadatan yang tinggi 1000 ekor sampai 5000 ekor per m2 cukup aman. Tempat ipukanjuga dapat dipakai happa (kotak dari kain kelambu atau nilon). Happa itu sebaiknya ditempatkan di kolam yang jernih atau dapat juga ditempatkan pada parit dengan aliran air yang tidak terlalu deras. Hendaknya air pada parit itu diatur sehingga kedalamannya tidak kurang dari 20 cm. Ipukan dalam happa ini lebih mudah penanganannya daripada ipukan di kolam. Lama pemeliharaan pada ipukan biasanya 3 sampai 4 minggu, di mana anakanak lele itu menjadi benih yang panjangnya 3 sampai 5 cm. Apabila keadaan kolam ipukan sangat baik dan selamanya diberi cukup makanan alami, dalam satu bulan burayak lele dapat mencapai ukuran 5 sampai 8 cm. Agar anak lele yang diipuk itu cepat besar, harus disediakan makanan alami dalam jumlah cukup. Apabila kolam ipukan dari tanah, dapat dipergunakan pupuk organik untuk memperbanyak makanan alami. Dalam perkembangan budidaya yang modern, orang dengan sengaja membuat kultur (pemeliharaan) makanan alami untuk ikan, seperti Daphnia, dan lain-lain yang dilakukan di dalam bak-bak khusus. Kemudian hasil kultur itu yang berupa binatangbinatang renik, dibenkan kepada benih ikan. Dapat pula benih ikan lele yang diipuk diberi makanan berupa kuning telur ayam atau kuning telur itik yang direbus. Mengenai pemberian makanan untuk lele ipukan ini, akan dikemukakan lebih lanjut dalam bab berikut. 8. Perawatan benih dan pemberian makanan Benih ikan lele yang baru saja menetas tidak perlu diberi makanan. Benih-benih itu hidup dari menyerap kuning telurnya. Pada ikan lele habisnya kuning telur itu 5 hari. Jadi sesudah waktu lima hari, benih ikan sudah dapat makan. Karena itu makanan biasanya harus tersedia. Di alam, benih-benih lele yang masih kecil-kecil itu memakan organismeorganisme yang terdapat di air, misalnya kutu air (Rotatoria, Cladosera, Copepoda, dan sebagainya) yang pasti banyak terdapat di air dalam sarangnya.

Dalam usaha pembenihan, orang mengusahakan agar benih-benih ikan yang sudah menetas itu tumbuh subur dan tidak banyak yang mati. Salah satu cara yakni memberi makanan secara khusus untuk anak-anak lele yang masih kecil-kecil itu. Untuk itu, dapat diberikan kutu-kutu ikan berupa binatang-binatang renik seperti disebutkan di atas. Binatang renik itu dapat diperoleh dari kolam-kolam lain yang subur, atau dapat secara sengaja dibiakkan di dalam bak-bak kultur tersendiri.Secara alamiah, induk betina ikan lele masih menunggui anaknya sampai anaknya berumur 12 - 14 hari (sampai anak-anaknya itu cukup kuat berenang keluar dari satangnya). Musuh lain dari ikan-ikan kecil ini di luar sarangnya yaitu ikan lele yang sudah besar yang dapat memakannya setiap saat. Dalam usaha pembenihan ini, sebelum anak-anak lele itu keluar dari sarangnya, sebaiknya dipindahkan ke bak atau kolam lain di mana keadaannya lebih aman bagi anak-anak ikan itu. Pemanenan dilakukan dengan membuka lubang pengeluaran air, menadah dengan tangguk, sehingga anak- anak lele itu terkumpul. Selanjutnya anak-anak lele itu dipelihara di dalam happa (jaring yang dibentuk empat persegi terbuat dari kain nilon atau kain kelambu). Happa dipasang pada suatu kolam atau bak yang berair jernih. Memelihara benih lele di dalam happa ini lamanya dapat sampai 3 minggu. Selama itu, kesegaran air harus diperhatikan. Selama dalam ipukan di dalam happa itu, makanan hams diberikan secukupnya setiap hari. Makanan anak lele itu dapat berupa makanan alami yang diambilkan dari kolam lain atau diberi makanan buatan yang berupa serbuk atau remasan kuning telur ayam atau kuning telur itik. Telur ayam/itik direbus, diambil kuning telurnya saja. Kuning telur itu dihancurkan (diremas), jadi idak perlu dibuat larutan atau sus'pensi seperti susu. pabila remasan kuning telur ditaburkan, segera anak- anak le itu bergerombol menggit-gigit telur itu. Banyaknya telur cukup sebutir sehari untuk 500 ekor yak dan diberikan tiga kali sehari. Perhitungan banyaknya telur yang diberikan ini sebagai berikut : 1000 ekor benih, beratnya : 1000 x 0,5 gram = 500 gram; makanan (telur) yang diberikan : 10% berat ikan/ hari = 50 gram. Berat kuning telur ayam = 25 gram/butir. Jadi, untuk 1000 ekor benih diperlukan 2 butir kuning telur per hari. Makanan berupa kuning telur ayam/itik ini baik sekali untuk benih lele sampai umur seminggu. Sesudah itu dapat diberikan makanan lain yang lebih murah tetapi mutunya cukup baik. Bahan untuk makanan tambahan itu misalnya cacahan daging bekicot, dicampur katul, bungkil kacang, bungkil kelapa, tepung ikan, dan sebagainya. Kadar protein makanan tambahan untuk lele dianjurkan tidak kurang 25 %. Pertumbuhan ikan lele, termasuk juga benihnya, bergantung pada mutu danjumlah makanannya setiap hari. Wajar bila ikan-ikan yang dipelihara di dalam suatu ternpat pertumbuhannya ternyata tidak selalu sama. Ada yang cepat, ada yang tertinggal. Gejala ini disebabkan adanya persaingan di dalam memperoleh makanan. Apabila makanan tidak cukup, ikan-ikan bersamg mernperebutkan makanan. Yang menang akan cepat besar, sedangkan yang kalah, makin lama akan makm terdesak, bahkan dapat mati karena selalu tidak kebagian makanan Maka dari itu petani ikan hams sering-senng memeriksa ikan-ikannya apakah terjadi pertumbuhan yang tidak seragam. Jika terjadi demikian, berarti makanan kurang maka perlu ditambah atau mutunya diperbaiki. Pemeliharaan di dalam kolam pendederan lamanya 2 bulan. Setelah umur 2 bulan itu, dihasilkan benih lele berukuran 5 - 10 cm. Benih ukuran itu sudah dapat diperdagangkan. Selanjutnya dibesarkan di kolam atau sawah.

http://penyuluhp.blogspot.com/2012/05/teknik-pembenihan.html

TEKNIK PEMIJAHAN 1. Menyediakan Media Pemijahan a. Menyiapkan Bak Pemijahan Bak yang dipergunakan cukup dengan ukuran 1 x 1.5 m 2 x 3 m dengan tinggi 0.6 0.8 mtr, sebelum digunakan bak terlebih dahulu dicuci dengan larutan KMN04 (Kalium Permanganat) dengan dosis 1 sendok teh dicampur dengan 3 liter air atau 5 gram / m3 air, setelah itu larutan dibuang dan bak dibilas dengan air bersih. b. Menyiapkan Ijuk sebagai tempat menempelnya telur Ijuk yang digunakan adalah ijuk yang halus (sudah terpisah dari bagian yang kasar), ijuk sebelumnya dicuci bersih terlebih dahulu dan direndam dalam larutan Kalium Permanganat dan dijemur sampai kering. c. Menyiapkan air pemijahan Bak pemijahan diisi dengan air setinggi 30 40 cm, air yang digunakan adalah air yang jernih, bebas dari kotoran-kotoran dan zat-zat yang mengandung bahan-bahan kimia seperti : air kaporit, tawas, air sabun, dll 2. Menyiapkan induk lele a. Merawat Induk lele Induk yang akan dipijahkan harus diberi pakan yang baik agar dapat menghasilkan benih yang baik. Induk lele setiap hari diberikan pakan daging bekicot, keong mas, ikan rucah / pellet. Pemberian pakan dilakukan pagi dan sore hari dengan dosis 10% dari total berat badan induk yang dipelihara. Khusus untuk pellet, kadar protein yang diberikan diatas 30%. Kolam penampungan induk hendaknya dekat dengan bak pemijahan agar mudah menangkapnya,sebaiknya induk jantan dan induk betina ditempatkan terpisah b. Memilih induk lele yang siap pijah Beda induk ikan lele jantan dan betina adalah : Induk Betina: 1. Induk lele betina tubuhnya lebih pendek 2. Mempunyai organ genital (alat kelamin) yang bentuknya bulat dan terbelah Induk Jantan : 1. Tubuh lebih memanjang 2. Alat kelamin bentuknya memanjang Ciri-ciri induk betina yang siap pijah : * Bagian perut membesar dan lunak bila diraba * Dubur dan organ genital terlihat berwarna merah Ciri-ciri induk jantan yang siap pijah : * Organ genital (alat kelamin) memerah dan meruncing, panjangnya sudah melampaui pangkal sirip ekor. 3. Memijahkan Lele Dumbo - Isi bak pemijahan dengan air yang jernih dan bebas dari zat-zat kimia sampai dengan ketinggian 30 40 cm - Masukkan ijuk yang telah disiapkan sebagai tempat menempelnya telur hingga menutupi 80% dari betina seberat 1 kg, maka induk jantannya juga harus 1 kg). - Proses pemijahan akan terjadi pada malam hari yang ditandai terlebih dahulu terjadi kejar-kejaran antara induk betina dan jantan mengitari ijuk. Pemijahan terjadi saat Induk betina mengeluarkan telur dan induk jantan mengeluarkan sperma, permukaan air - Masukkan induk lele yang sudah dipilih/diseleksi dengan perbandingan 1:1 dalam berat (artinya jika menggunakan induk

terjadilah pembuahan sel telur oleh sperma. - Amati pada pagi hari, jika telur-telur sudah dilepas dan menempel pada ijuk, induk ikan segera dipindahkan dan dikembalikan ke kolam pemeliharaan induk. 4. Menetaskan Telur - Menyiapkan bak penetasan telur, bersihkan terlebih dahulu bak-bak tersebut dengan Kalium Permanganat - Isi air bersih ke bak penetasan sampai setinggi 20 30 cm, kemudian pindahkan/bagikan secara merata telur yang telah menempel pada ijuk tadi. Posisi telur harus terendam didalam air. - Amati telur-telur tersebut, setelah 24 28 jam telur-telur tersebut akan menetas, tergantung dari suhu air, semakin tinggi suhu air, semakin cepat telur menetas. Larva ikan hasil penetasan telur masih sangat kecil dan lemah, badan transparan dan jika dilihat dengan mikroskop akan terlihat masih mengandung kuning telur. Telur yang tidak terbuahi berwarna putih susu dan akan membusuk, sedangkan telur yang terbuahi akan berwarna kuning transparan. - Untuk meningkatkan tingkat keberhasilan penetasan telur, sebaiknya diberikan aerasi dengan menggunakan aerator yang berfungsi untuk meningkatkan oksigen terlarut dalam air. 5. Pemeliharaan Larva - Setelah umur telur lebih dari 72 jam (3 hari setelah menetas), maka ijuk diangkat secara perlahan-lahan dari kolam penetasan telur - Larva ikan yang baru menetas kondisinya masih sangat lemah, larva ini belum memerlukan pakan tambahan sampai kandungan kuning telur habis. Kandungan kuning telur akan habis setelah 4 hari menetas (hari ke 5 6 setelah pemijahan), untuk menjaga mortalitas yang tinggi, aerasi tetap harus terpasang. - Memberi Pakan larva Setelah kandungan kuning telur habis, segera diberi pakan tambahan dari luar. Pakan yang diberikan harus sesuai dengan ukuran bukaan mulutnya. Pakan tambahan yang cocok diberikan adalah pakan alami atau pakan hidup berupa plankton, salah satunya kutu air atau yang lebih dikenal dengan sebutan Daphnia sp. Pemberian pakan lain berupa cacing rambut / cacing sutera / tubifek dapat diberikan setelah larva berumur 11 hari.Pemberian pakan jenis ini diberikan secara adlibitum (sekenyang-kenyangnya). Jika kesemua pakan diatas tidak tersedia, pemberian kuning telur yang telah direbus juga dapat diberikan, diberikan pada saat pagi dan sore dengan dosis pemberian 1 butir untuk 5000 ekor larva. Jika umur benih yang dipelihara sudah mencapai # 1 bulan, pakan yang diberikan dapat berupa pellet yang digiling atau di blender dengan dosis 3 5 % dari berat total benih yang dipelihara Untuk mendapatkan benih ukuran 5 8 cm waktu pemeliharaan yang dibutuhkan adalah selama # 45 hari, untuk mendapatkan benih ukuran 8 12 cm waktu pemeliharaan yang dibutuhkan adalah # 60 hari. Jika benih yang kita pelihara sudah mencapai ukuran diatas, benih tersebut siap untuk dibesarkan ke kolam pembesaran. Hal-hal yang perlu diperlu diperhatikan dalam pemeliharaan benih adalah kualitas air. Adapun kisaran kualitas air yang dianjurkan adalah : * Suhu * pH * Ketinggian air = 22 30 0C, = 6.5 - 8.5 = 25 30 cm

* Kandungan oksigen terlarut = 3 ppm

Penggantian air wadah pemeliharaan mutlak harus dilakukan dengan melihat dari kondisi air yang ada, apabila sudah terlalu pekat dan kotor, maka air harus diganti. Teknik penggantian air adalah air yang ada dikurangi secara perlahan-lahan, sisakan lebih kurang nya, kemudian tambahkan air yang baru (juga secara perlahan-lahan) sampai dengan kedalaman air normal.

EKNIK PEMIJAHAN
1.

Menyiapkan Media Pemijahan 1. Menyiapkan bak pemijahan, Bak yang dipergunakan cukup dengan ukuran 2 x 3 m dengan dalam bak 1 m. Bak dicuci dengan larutan permangkanat dosis 1 sendok teh 3 dicampur dengan 3 liter air atau 5 gr / m air.

Menyiapkan Kakaban, terbuat dari ijuk yang dibingkai dengan bambu. Menyiapkan Air Pemijahan, bak pemijahan diisi dengan air setinggi 40 cm. Air yang digunakan adalah air dari PDAM. 2. Menyiapkan Induk Lele 1. Merawat Induk Lele, Induk lele yang akan dipijahkan harus diberikan pakan yang baik agar dapat menghasitkan benih yang baik. Induk lele setiap hari diberikan pakan daging bekicot atau ikan rucah. Pemberian pakan dilakukan pagi dan sore dengan dosis 10% dari berat badan. Bak penampungan induk dekat dengan bak pemijahan agar menangkapnya mudah. Sebaiknya induk jantan dan betina ditempatkan secara terpisah. Untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan, perawatan induk-induk dilakukan secara terpisah. 2. Memilih induk lele siap pijah, Ciri-ciri induk betina siap pijah adalah :
3.

2.

Bagian perut membesar dan lunak kalau diraba, Dubur terlihat merah dan lubang pengeluaran telur lunak melebar, Membuat gerakan mondar-mandir,

Bagian dubur merah dan lunak dan kalau diurut dari arah perut akan keluar cairan putih atau sperma. 3. Memijahkan Lele Dumbo Isi bak pemijahan dengan air setinggi 40 cm. Pasang kakaban hingga menutupi 80% permukaan air. Lepaskan induk-induk lele yang sudah dipilih dengan perbandingan 1 betina dan 2 jantan. Proses pemijahan akan terjadi pada malam hari yang ditandai terlebih dahulu adanya kejar-kejaran antara induk betina dan jantan mengitari kakaban.

Amati pada pagi hari, telur-telur sudah dilepas dan menempel pada seluruh permukaan kakaban. 4. Menetaskan Telur Menyiapkan bak penetasan telur, bersihkan terlebih dahulu bak-bak dengan permangkanat. Isi air penetasan setinggi 40 cm, pindahkan / angkat kakaban masukan kedalam bak yang sudah disiapkan.

Amati telur-telur tersebut setelah 24 jam dan telur-telur tersebut mulai menetas. Telur yang baik akan menetas sampai 35 jam. Anak ikan yang keluar dari telur masih sangat kecil dan lemah. Badan transparan dan kalau dilihat dengan microskop akan terlihat masih mengandung kuning telur. Telur-telur yang tidak terbuahi berwarna kuning susu dan tidak akan menetas serta akan membusuk. Telur-telur yang terbuahi terlihat kuning transparan dan akan menetas setelah 34 jam sampai dengan 48 jam dikeluarkan oleh induk. 5. Pemeliharaan Larva Menyiapkan bak untuk budidaya pakan alami berupa dapnia atau cacing rambut. Cacing rambut banyak dijual di kios-kios pedagang ikan hias. Setelah telur lebih dari 48 jam dan sudah terlihat banyak yang menetas maka kakaban diangkat secara hati- hati. Merawat larva, larva yang baru beberapa hari menetas kondisinya masih sangat lemah. Larva in tidak memerlukan pakan tambahan sampai menunggu kandungan kuning telurnya habis. Kandungan kuning telur akan habis setelah menetas 7 hari. Untuk menjaga mortalitas yang tinggi pertu dipasang aerasi.

Memberi pakan larva. Setetah kandungan 7 hari, kandungan kuning telur yang asd sudah habis dan harus segera diberi pakan tambahan dari luar. Pakan pertama dapat diberikan kuning telur yang diblender setiap pagi dan sore sebanyak satu butir per 5000 ekor. Pemberian pakan cacing rambut dapat diberikan setelah 11 hari dan juga dapnia. MEMANEN BENIH LELE Panen benih lele bukan merupakan kegiatan akhir dari kegiatan budidaya. Pemungutan hasil pertama dilakukan setelah benih berumur 17 sampai 21 hari (panjang t 2,5 cm). Pada ukuran tersebut benih

lele sudah bisa ditebar pada petak pembesaran secara langsung atau ditebar pada tempat penampungan sambil menunggu pembeli. ALAT BAHAN PEMANEN Alat berupa seser, ember, waring, kantong plastik, tali karet, tabung udara, mangkok kecil. Perhitungan hasil biasanya dilakukan secara manual. Untuk memperoleh benih yang seragam digunakan ember plastik yang berlubang-lubang. Sumber: Warta Jaladri No. 03/01/05 BPPP Tegal Jl. Martoloyo PO BOX 22 Tegal Telp. 0283-356393, Fax. 0283-322064 E-mail : bp3tegal@dkp.go.id, bppp_tegal@plasa.com

http://ikanmania.wordpress.com/2007/12/30/pemijahan-lele-dumbo-secara-alami

NIM : XIV.807.10 JUDUL LEMBAR PKL : USAHA PETERNAKAN BUDI DAYA LELE DUMBO Menyetujui Nama Pemilik Budidaya Dosen pembimbing

H.Basuki

H. Romli Sian Mair,Lc,MA

Mengetahui Direktur LPSDM Penguji

Drs. Abas,MPd.

LEMBAGA PENDIDIKAN SUMBER DAYA MANUSIA KEWIRAUSAHAAN BINA AMANAH


PERNYATAAN LULUS UJIAN

NAMA : M.AL-JUFRI NIM : XIV.807.10 JUDUL LEMBAR PKL : USAHA PETERNAKAN BUDI DAYA LELE DUMBO Mengetahui Direktur LPSDM Menyetujui Pnguji

Drs. Abas,MPd.
KetuaYayasan

H. Romli Sian Mair,Lc,MA

MOTTO

Di saat kita letih dan mengeluh tentang pekerjaan, Fikirkan tentang pengangguran, orang-orang cacat yang berharap mereka mempunyai pekerjaan seperti kita. Sebelum kita mengeluh tentang rumah yang kotor kerana pembantu tidak mengerjakan tugasnya, Fikirkan tentang orang-orang yang tinggal dijalanan. Hari ini sebelum kita mengatakan kata-kata yang tidak baik, Fikirkan tentang seseorang yang tidak dapat berkata-kata sama sekali. Hari ini sebelum kita mengeluh tentang hidup, Fikirkan tentang seseorang yang meninggal terlalu cepat. Dan ketika kita sedang bersedih dan hidup dalam kesusahan, Tersenyum dan berterima kasihlah kepada Tuhan bahawa kita masih hidup Hiduplah seperti lilin menerangi orang lain,janganlah hidup seperti duri dan menyakiti orang lain

Kata Pengantar Pujisyukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwataala, karenaberkatrahmat Nya kami bisamenyelesaikankaryatulisyang berjudul: USAHA PETERNAKAN BUDI DAYA LELE karya tulis ini di ajukan guna memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan progrsm diploma1 pada jurusan kewirauasahaan. Kami mengucapkan terimakasih kepada

semua pihak yang telah membantu sehingga karya tulis ini dapat di selesaikan tepat pada waktunya. Maka dari itu Penulis mengucapkan banyak trimakasih kepada : 1. Bapak.Basuki, yang telah memberikan kesempatan kepada kami dalam memenyelsaikan tugas skripsi ini 2. Bapak.suwardi, yang telah memberikan waktunya kepada kami 3. Terimakasih kepada PLN P3B yang telah mengizinkan kami untuk PKL ini 4. Bpk. H. Romli Sianmair,LC. Selaku ketua yayasan harapan ummat 5. Bpk. Abbas, MPd. Selaku direktur LPSDM kewirausahaan binaamanah 6. Bpk. Suparmantugino, yang telah memberikan bimbingannya selama dalam penulisan laporan praktek kerjalapangan ini 7. Bpk. Dan ibu Dosen ,yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya selama ini demi kesuksesan kami dalam menuntut ilmu 8. Dan tidak lupa juga kepada rekan-rekan ikhwan dan akhwat mahasiswa bina amanah ngkatan 14 yang penulis cintai Penulis menyadari karyatulis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan karya tulis ini. Semoga karya tulis ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua, amiin.
Tangerang, oktober,2011 Penulis

1. 2. 3. 4. -

DAFTAR ISI HALAMAN PERSETUJUAN .. i HALAMAN PENGESAHAN .. ii MOTTO . iii KATA PENGANTAR ... iv DAFTAR ISI .. v BAB I PENDAHULUAN .. 1 Latar Belakang .. 1 Ruang lingkup penelitian 2 Metode penelitian .. 3 Tujuan dan kegunaan penelitian ... 3 Tujuan penelitian .... 3

- Kegunaan penelitian ... 3 5. Sitematika penulisan .... 3 BAB II LANDASAN TEORI 1. Pengertian budi daya perikanan . 5 2. Penentuan harga ... 5 3. Pemasaran 5 BAB III DESKRIPSI USAHA 1. Tentang ikan lele .. 9 2. Model Budi Daya Lele Dumbo .. 9 3. Budi daya Lele Dumbo Untuk Pembibitan . 10

4. Pemeliharaan Lele Dumbo Untuk Konsumsi 11 5. Persiapan Pembuatan Kolam Terpal 11 6. Pemeliharaan Lele Dumbo ... 11 7. Pembenihan .. 12 a. Pematangan Gonad 13 b. Seleksi Induk ... 13 c. Pemberokan 13 d. Penyuntikan 14 e. Pemijahan / Pengurutan 14
f. 8. Pendederan ....... 15 Penyakit ... 15

9. a. b. 10.

Panen . 15 Penangkapan 15 Pembersihan 16 Pasca panen .. 16 BAB IV ANALISA KELAYAKAN USAHA ... 17 1. Analisa Usaha Budidaya lele ... 17 2. Table Analisa Usaha Lele .. 18 3. Foto foto kegiatan ...20 BAB V PENUTUP ... 22 1. Kesimpulan . 22 2. Saran-saran . 22 BIODATA PENULIS ... 23 DAFTAR PUSTAKA 24

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Laju perkembangan perekonomian pemerintah dan masyarakat berupaya untuk meningkatkan perekonomian bangsa. Bidang ekonomi itu sangat sentral sifatnya dalam kehidupan, Latar Belakang Terutama menyangkut pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat maupun dalam hal penyediaan lapangan pekerjaan. Hal tersebut di atas tercakup dan terkait dengan kegiatan wirausaha dalam masyarakat. Perlu di ingat bahwa masyarakat merupakan subyek serta obyek dalam pembangunan ekonomi, dengan demikian partisipasi masyarakat merupakan factor peluang keberhasilan sector pembangunan ekonomi.

1. 2. 3. 4. 5.

B.

C.

Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pembangunan itu di tuangkan dalam dunia wirausaha, dimana wirausaha merupakan motor pembangunan ekonomi karena : Menyediakan lapangan pekerjaan. Peluang untuk neningkatkan kesejahteraan hidup anggota masyarakat. Mengurangi permasalahan sosial, seperti pencurian dan sebagainya. Memajukan wirausaha dalam masyarakat berarti memajukan ekonomi bangsa dan Negara. Mengurangi pengangguran Penjelasan di atas memperlihatkan bagaimana peran penting dunia wirausaha. Dengan demikian di tunjang pertumbuhan industry dan kemajuan perdagangan akan melahirkan peluang kesempatan wirausha yang dapat di lahirkan oleh masyarakat, berbagai macam produk industry telah di hasilkan, baik produk industry dalam negri maupun luar negri, produk tersebut mempunyai rentang perjalanan untuk sampai ke tangan konsumen. Di sini terdapat peluang dan peran penting pedagang besar dan kecil sebelum sampai kepada masyarakat selaku konsumen. Ruang lingkup penelitian Setiap orang pasti ingin ekonomi keluarganya hidup lebih baik, maupun dan kecukupan atau mempunyai usaha sendiri. hanya orang orang yang berpikiran sempitlah yang seumur hidup ingin menjadi orang gajian dan terusmenerus di gaji. Banyak sekali menuju jalan kesuksesan, salah satu di antaranya dengan membuat cikal bakal bisnis berupa menciptakan usaha sendiri yang di harapkan mampu mengembangkan daya kreativitas dan inovasi. Hal ini sangat membutuhkan keberanian yang luarbiasa. Hanya orang yang bernyali besarlah yang mampu mengelontarkan sejumlah dana demi sebuahharapan yang belum pasti. Bisnis adalah sebuah pelajaran, dimana di butuhkan analisa yang sangat dalam tentang prospek dan pelayakan usaha itu. Olehkarena itu, bisnis itu harus di mulai sejak dini sehingga kita memiliki banyak waktu untuk dapat berpikir dan mengolah otak demi kesuksesan usaha tersebut. Peluang usaha di depan mata, tidak ada salahnya kita memulai sekarang. Inilah yang melatar belakangi berdirinya sebuah tempat usaha dalam bentuk pembuatan temp emurni, dikarenakan tempe murni ini merupakan kebutuhan pokok yang bias di konsumsi oleh masyarakat. Metode Penelitian Dalam menyusun laporan praktek jerja lapangan ini di gunakan 2 metode yaitu : Metode kepustakaan Metode ini di gunakan untuk memeperoleh teori melalui berbagai literatur seperti buku, majalah, dan sebagainya Metode observasi lapangan Metode ini di gunakan unutk mendapatkan data dan fakta di lapangan terkait budi daya ikan lele

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian tujuan - memahami teori yang telah di peroleh dari perkuliahan dengan praktek kerja lapangan. - mengetahui tehnik usaha peternakan ikan lele kegunaan - menciptakan usaha yang mandiri. - menciptakan lapangan kerja. - menjadi usahawan yang handal dan mempunyai produk bibit yang berkualitas dalm usaha peternakan ikan lele E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan laporan praktek kerja lapangan ini tersususn menjadi 5 bab yaitu: BAB I pendahuluan BAB II BAB III BAB IV BAB V landaan teori dekripsi usaha analisa kelayakan usaha penutup BAB II LANDASAN TEORI 1. Pengertian budi daya perikanan Budi daya perikanan adalah suatu kegiatan untuk memprodukai biota (organism) akuatik secara terkontrol dalam rangka untuk mendapat keuntungan. Pada pendekatan penekanan pada situasi terkontrol dan orientasinya yang untuk mendapat keuntungan,definisi ini berarti bahwa kegiatan akuakultur adalah kegiatan ekonomi berlandaskan pada prinsip-prinsip ekonomi dengan dasar pengetahuan biologi dan tekhnologi. hal ini mengingat bahwa usaha akuakultur membutuhkan perhitungan yang cermat secara ekonomi, biologi ( menyangkut biota yang di pelihara ) dan tekhnologi ( menyangkut tekhnik, cara dan metode pendekatan yang di pakai untuk mengontrol biota hingga siap panen dan dipasarkan ) 2. Penentuan harga Penentuan harga ikan lele di pasar di tentukan oleh langka atau ketidaknya stok ikan lele tersebut di para petani perikanan dan juga yang paling berpengaruh dalam penentuan harga adalah para broker/pemilik modal yang memborong ikan - ikan lele tersebut dari para petani perikanan. 3. Pemasaran Tata cara pemasaran lele atau menjual hasil produksi lele sebenarnya tidak terlalu sulit, namun sangat wajar jika seorang yang baru memulai atau baru akan menjalankan

usaha ternak lele biasanya muncul pertanyaan bagaimana nanti cara memasarkannya? Jangan-jangan pemasaran lele itu sulit dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan atau keraguan seputar pemasaran ikan lele, dikarenakan terlalu banyak keraguan dan kekhawatiran akan hal tersebut akhirnya malah banyak orang yang tadinya sudah memiliki semangat usaha yang tinggi malah mengurungkan niatnya untuk menggeluti usaha ternak lele. Dalam satu usaha, pemasaran merupakan hal yang sangat penting, demikian juga halnya dalam pemasaran lele, namun sangat disayangkan jika kegagalan pemasaran produksi lele terjadi karena faktor usaha pemasaran yang kurang atau memang belum menjalankan strategi pemasaran lele secara maksimal, apa pendapat anda tentang orang-orang yang kalah sebelum berperang? Menyedihkan bukan Peluang pemasaran lele sangat besar, ini bukan sekedar slogan atau propaganda, telah banyak survey dan riset-riset pemasaran dilakukan oleh orang-orang yang memang ahli dibidangnya, kebutuhan masyarakat akan lele konsumsi memang semakin meningkat, jika kebutuhan masyarakat akan lele konsumsi semakin meningkat, mungkinkah pemasaran lele akan sulit? Pertanyaannya, sudahkah tata cara pemasaran lele dilakukan dengan maksimal? Sebelum membahas tata cara pemasaran lele, yang pertama kita lakukan adalah mengetahui sasaran atau target pasar ikan lele konsumsi, mungkin telah banyak diinformasikan bahwa terdapat beberapa target pasar untuk ikan lele konsumsi, diantaranya adalah ; warung pecel lele, warteg, rumah-rumah makan lainnya atau bahkan resto-resto yang sudah mulai menawarkan menu special ikan lele, ditambah lagi belakangan ini semakin banyak berkembang tempat-tempat usaha yang mengelola daging ikan lele atau yang lebih dikenal dengan istilah lele olahan, mulai dari baso lele sampai dengan lele presto, ini baru target pemasaran lele secara umum, namun untuk orang-orang yang ingin melakukan pemasaran lele hal ini jangan dianggap remeh, dari tempat-tempat inilah sebetulnya daya serap kebutuhan lele sangat tinggi. Sebagai contoh yang mudah untuk target pemasaran lele adalah warung pecel lele yang kian menjamur dimana-mana. Analogikan saja jika di sekitar kita ada sekitar 50 warung pecel lele, ini adalah perumpamaan standart dan mungkin dalam wilayah yang radiusnya tidak terlalu luas, berdasarkan survey dilapangan, kebutuhan ikan lele konsumsi perwarung pecel lele adalah 2 s/d 3 kg/hari pada hari biasa, bahkan pada hari-hari libur bisa meningkat hingga 5 kg atau lebih perharinya, jika dikalikan saja dengan angka yang terendah yaitu 2 kg/hari x 50 warung pecel lele, maka kebutuhan lele konsumsi di daerah kita adalah 100 kg/hari atau 3 ton/bulan. Jika dengan estimasi sederhana seperti contoh diatas saja sudah jelas kebutuhan akan lele konsumsi di daerah sekitar kita, maka kenapa harus pusing memikirkan pemasaran lele atau untuk yang baru memulai usaha ternak lele, terlalu khawatir berlebihan sampai-sampai kalau tidak laku harus mengirim kemana? Setelah mengetahui kebutuhan lele konsumsi di daerah sendiri, mari hitung kemampuan produksi , tentunya dengan hitungan yang sederhana juga. Untuk peternak lele yang baru memulai usaha, katakanlah usaha pembesaran lele dimulai dengan 1.000 benih yang ditebar pada kolam 10m2, berdasarkan pengalaman budidaya lele dengan benih 1.000 ekor tersebut biasanya akan memanen hasil sekitar 1 kuintal atau lebih ikan lele konsumsi setelah 60 hari atau 2 bulan, tentunya dengan perawatan dan tata cara pemberian pakan lele yang sesuai aturan, rasanya untuk memenuhi kebutuhan lele di daerah sendiri saja yang berkisar 3 ton/bulan kita harus bekerja keras dan ekstra semangat lagi. Dari estimasi tersebut terbukti bahwa pemasaran lele di daerah sekitar kita saja sudah merupakan peluang yang sangat besar, apalagi jika anda memang memiliki kemampuan di bidang marketing, itu baru dari warung pecel lele saja,

bagaimana dengan peluang pemasaran lele pada usaha pengelolaan daging lele yang lainnya, pastinya akan lebih banyak lagi peluang pemasaran lele yang akan didapatkan. Bahkan ada beberapa pengalaman dari para peternak lele skala rumah tangga, mereka hanya memiliki kolam di halaman rumah, saat akan panen mereka memasang plang di depan rumah, alhasil seluruh produksi lelenya laris terjual. Langkah lain dalam pemasaran lele adalah dengan menggunakan jasa para pengepul, hal ini bisa dilakukan jika ingin perputaran modal lebih cepat, pasalnya para pengepul biasanya akan membeli lele dalam jumlah besar, tidak jarang mereka akan memborong hasil panen secara keseluruhan, walaupun harga yang mereka tawarkan pastinya lebih murah dibanding kita harus menjualnya sendiri. Jika ada pertanyaan, dimana kita bisa mendapatkan pengepul? Percaya deh, disetiap daerah terdapat banyak para pengepul, tergantung usaha, lobi dan nego anda dengan pihak-pihak yang terkait. Mungkinkah melakukan pemasaran lele jika kita tidak memiliki produksi? Segala sesuatunya harus dicoba, selagi dalam koridor yang baik dan benar, dalam era sekarang ini kita harus lebih aktif dan kreatif khususnya dalam menciptakan pangsa pasar sendiri, bukan berarti ada larangan untuk mendapat pangsa pasar yang lebih luas, contoh di atas adalah untuk rekan-rekan yang baru atau baru akan memulai, semoga bisa lebih termotivasi, jika anda seorang peternak lele professional atau sudah menguasai peta pemasaran lele nasional mungkin hal tersebut jauh lebih baik, namun yang dibahas disini adalah bagaimana memulai usaha dari skala yang sangat sederhana namun bisa menciptakan pasar sendiri yang lebih mudah dan dekat dengan lokasi ternak lele, sehingga tidak terlalu dipusingkan dengan proses pengiriman, resiko dan biaya tambahan yang nantinya malah akan keluar lebih banyak lagi. Jika kita sudah bisa menguasai pasar lele di daerah sendiri, biasanya dengan sendirinya usaha ternak lele akan berkembang seiring dengan semakin banyaknya permintaan dan relasi yang terus bertambah. BAB III DESKRIPSI USAHA 1. Tentang ikan lele

Ikan Lele merupakan keluarga Catfish yang memiliki jenis yang sangat banyak, diantaranya Lele Dumbo, Lele Lokal, Lele Phyton, Lele Sangkuriang dan lain-lain. Pada tulisan terdahulu sudah dituliskan mengenai Budi Daya Ikan Guramih Pada Kolam Terpal, pada kesempatan ini akan dibahas BUDI DAYA IKAN LELE DUMBO pada Kolam terpal. Budi Daya Ikan Lele dumbo relatif lebih mudah dan sederhana jika dibandingkan dengan budi daya guramih. Pada dasarnya metode Budidaya ini adalah solusi untuk beberapa kondisi antara lain lahan yang sempit, modal yang tidak terlalu besar dan solusi untuk daerah yang minim air. Lele Dumbo merupakan ikan yang memiliki beberapa keistimewaan dan banyak diminati orang. Aneka masakan dari lele bisa diperoleh dengan mudah, rasa daging yang lezat dan gurih membuat bisnis budi daya lele menjadi peluang usaha yang cukup menjanjikan keuntungan.Olahan Ikan lele misalnya pecel lele, abon lele, dan keripik kulit lele. Selain itu Lele dumbo lebih mudah dipelihara dan cepat dalam

pertumbuhannya. Dengan kondisi air yang buruk Lele dumbo bisa bertahan hidup dan berkembang dengan baik, dengan demikian solusi pemeliharaan lele dumbo dengan terpal menjadi alternatif yang perlu dicoba. Budidaya Ikan Lele dumbo dengan Kolam terpal mendatangkan peluang usaha yang cukup menjanjikan dan tidak memerlukan modal usaha yang besar. Analisis budidaya Lele Dumbo dapa dilakukan dalam berbagai model untuk konsumsi dan pembibitan. 2. Model Budi Daya Lele Dumbo Peluang usaha budidaya lele dumbo dengan kolam terpal dapat dilakukan dalam beberapa bentuk antara lain, tujuan pembibitan dan tujuan konsumsi. Budi daya Ikan Lele Dumbo sebagai bibit merupakan upaya memenuhi kebutuhan bibit yang terus meningkat seiring dengan permintaan Ikan Lele Dumbo Konsumsi. Budidaya Ikan Lele Dumbo Konsumsi merupakan upaya memelihara Ikan Lele Dumbo sampai ukuran dan bobot tertentu. Biasanya dari berat 1 ons per ekor ikan lele dumbo sampai 1 kg per ekor. Ukuran Lele Dumbo 1 Kg /ekor ke atas biasanya digunakan pada kolam peternakan yang berisi Lele dumbo. Salah Satu Model Kolam Terpal Lele Dumbo

3. Budi daya Lele Dumbo Untuk Pembibitan Peluang Usaha Budidaya Lele dumbo Untuk tujuan pembibitan bisa dilakukan antara lain: Pemijahan dan penetasan telur lele dumbo, setelah menetas bisa dijual kepada peternak lain untuk dibesarkan atau dipelihara lagi sampai besar. Karena bibit lele dumbo baru menetas sudah bisa dijual, sehingga merupakan peluang usaha bagi yang memilih menekuni bidang ini. Jika lahan yang tersedia sempit solusi ini bisa menjadi alternatif. Modal untuk usaha ini hanya tempat dan indukan lele dumbo. Bibit Lele dumbo baru menetas biasanya dihargai berdasarkan perkiraan jumlah anakan Lele Dumbo, yang ditentukan berdasarkan bobot induk dan jumlah induk Lele Dumbo. Penyediaan Bibit Ukuran 2-3 cm, dalam kurun waktu satu bulan setelah menetas bibit lele dumbo telah mencapai ukuran 2-3 cm dan siap untuk dijual ke pasaran. Pembesaran benih lele dari menetas hingga ukuran ini idealnya ditempatkan pada kolam lumpur atau sawah, sehingga memerlukan lahan yang relatif luas. Meski di kolam terpal tetap bisa dilakukan tetapi tidak bisa dalam jumlah yang besar, meski demikian peluang usaha tetap terbuka. Pembesaran Lele Dumbo pada bak atau kolam terpal pada ukuran ini memerlukan makanan tambahan berupa pelet buatan pabrik.

Penyediaan Bibit ukuran 5-7 cm, pada ukuran 5-7 cm benih lele dumbo siap dijual sebagai bibit yang mendatangkan peluang usaha. Biasanya ukuran ini dipelihara oleh peternak sampai ukuran layak konsumsi. 4. Pemeliharaan Lele Dumbo Untuk Konsumsi Lele dumbo untuk keperluan konsumsi biasanya dipelihara mulai dari ukuran 5-7 cm atau lebih besar, untuk hasil panen cepat bisa dilakukan dalam waktu 2 bulan dengan pemberian makanan yang ekstra dan optimal. Peluang usaha budidaya lele dumbo untuk konsumsi ini relatif lebih mudah karena ukuran lele yang besar lebih tahan terhadap penyakit, dan tingkat hidup lebih tinggi. Untuk mendapatkan ukuran lele dumbo yang lebih besar memerlukan waktu 3 sampai 4 bulan. 5. Persiapan Pembuatan Kolam Terpal Persiapan untuk budi daya lele dumbo dengan kolam terpal meliputi persiapan lahan kolam , persiapan material terpal ,dan persiapan perangkat pendukung. Lahan yang perlu disediakan disesuaikan dengan keadaan dan jumlah lele yang akan dipelihara. Untuk Pembesaran sampai tingkat konsumsi bisa digunakan lahan dengan ukuran 2 x 1x 0.6 meter, yang bisa diisi dengan 100 ekor lele dumbo ukuran 5-7 cm. Model pembuatan kolam bisa dengan menggali tanah kemudian diberi terpal atau dengan membuat rangka dari kayu yang kemudian diberi terpal. Cara pertama lebih membuat terpal tahan lebih lama. 6. Pemeliharaan Lele Dumbo Pertama kali kolam terpal diisi dengan air yang tidak terlalu dalam terlebh dahulu, untuk lele dumbo ukuran 5-7 cm bisa diisi air 40 cm terlebih dahulu, agar ikan tidak terlalu capek naik dan turun dasar kolam untuk mengambil oksigen, seiring dengan bertambahnya usia dan ukuran kedalaman air ditambah. Perlu disediakan pula rumpon atau semacam perlindungan untuk lele. Karena lele merupakan ikan yang senang bersembunyi di daerah yang tertutup. Pemberian pakan dilakukan dengan pemberian pelet sehari dua kali, lebih bagus lagi lebih dari dua kali tetapi dalam jumlah yang lebih sedikit. Jika di lingkungan tersedia pakan alami seperti Bekicot, kerang, keong emas, rayap dan lain-lain, bisa diberikan makanan alami tersebut. Makanan alami selain bisa menghemat pengeluaran juga memiliki kandungan protein yang tinggi sehingga pertumbuhan lele dumbo lebih cepat. Selain itu ada beberapa teknologi yang bisa dipakai untuk mempercepat pertumbuhan ikan lele dan ikan lainnya. Meski Lele dumbo tahan terhadap kondisi air yang buruk ada baiknya perlu diganti air sekitar 10-30% setiap minggu, agar kolam tidak terlalu kotor dan berbau. Penyakit pada ikan lele mudah menyerang pada air yang kotor. Pada usia satu bulan atau jika diperlukan perlu dilakukan seleksi dan pemisahan lele yang memiliki ukuran yang berbeda. Biasanya lele mengalami pertumbuhan yang tidak sama, sehingga jika tidak dipisahkan lele dengan ukuran kecil akan kalah bersaing dalam berebut makanan. Selain itu pisahkan jika ada ikan yang terindikasi terserang penyakit agar tidak menular. (Galeriukm)

7. Pembenihan
Saat ini lele dumbo sudah dapat dipijahkan secara alami. Namun demikian banyak orang yang lebih suka memijahkan dengan cara buatan ( disuntik ) karena penjadwalan produksi dapat dilakukan lebih tepat. a. Pematangan Gonad Pematangan gonad dilakukan di kolam seluas 50 - 200 m2 dengan kepadatan 2 - 4 kg/m2. Setiap hari diberi pakan tambahan berupa pelet sebanyak 3 persen/hari dari berat tubuhnya. b. Seleksi Induk Seleksi bertujuan untuk mengetahui tingkat kematangan induk yang akan dipijahkan. Induk betina ditandai dengan perutnya yang buncit dan kadang-kadang apabila dipijit kearah lubang kelamin, keluar telur yang warnanya kuning tua. Induk jantan ditandai dengan warna tubuh dan alat kelaminnya agak kemerahan c. Pemberokan Pemberokan dilakukan dalam bak seluas 4 - 6 m2 dan tinggi 1 m, selama 1 - 2 hari. Pemberokan bertujuan untuk membuang kotoran dan mengurangi kandungan lemak dalam gonad. Setelah diberok, kematangan induk diperiksa kembali. d. Penyuntikan Induk betina disuntik dengan larutan hipofisa ikan mas sebanyak 2 dosis (1kg induk membutuhkan 2 kg ikan mas) dan jantan 1/2 dosis atau ovaprim 0,3 ml/kg. Penyuntikan dilakukan pada bagian punggung. e. Pemijahan / Pengurutan Apabila akan dipijahkan secara alami, induk jantan dan betina yang sudah disuntik disatukan dalam bak yang telah diberi ijuk dan biarkan memijah sendiri. Apabila akan diurut, maka pengurutan dilakukan 8 - 10 jam setelah penyuntikan. Langkah pertama adalah menyiapkan sperma: ambil kantong sperma dari induk jantan dengan membedah bagian perutnya, gunting kantong sperma dan keluarkan. Cairan sperma ditampung dalam gelas yang sudah diisi NaCl sebanyak 1/2 bagiannya. Aduk hingga rata. Bila terlalu pekat, tambahkan NaCl sampai larutan berwarna putih susu agak encer. Ambil induk betina yang akan dikeluarkan telurnya. Pijit bagian perut ke arah lubang kelamin sampai telurnya keluar. Telur ditampung dalam mangkuk plastik yang bersih dan kering. Masukan larutan sperma sedikit demi sedikit dan aduk sampai merata. Tambahkan larutan NaCl agar sperma lebih merata. Agar terjadi pembuahan, tambahkan air bersih dan aduklah agar merata sehingga pembenihan dapat berlangsung dengan baik, untuk mencuci telur dari darah dan kotoran lainnya, tambahkan lagi air bersih kemudian dibuang. Lakukan 2 - 3 kali agar bersih. Telur yang sudah bersih dimasukkan kedalam hapa penetasan yang sudah dipasang di bak. Bak dan hapa tersebut berukuran 2 m x 1 m x 0,4 m dan sudah diisi air 30 cm. Cara memasukan, telur diambil dengan bulu ayam, lalu sebarkan ke seluruh permukaan hapa sampai merata. Dalam 2-3 hari telur akan menetas dan larvanya dibiar- kan selama 4-5 hari atau sampai berwarna hitam. F . Pendederan Persiapan kolam pendederan dilakukan seminggu sebelum penebaran larva, yang meliputi : pengeringan, perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar dan pembuatan kemalir

Pengapuran dilakukan dengan melarutkan kapur tohor kedalam tong, kemudian disebarkan ke seluruh pematang dan dasar kolam. Dosisnya 250 - 500 g/m2. Pemupukan menggunakan kotoran ayam dengan dosis 500 - 1.000 gr/m2.. Kolam di isi air setinggi 40 cm dan setelah 3 hari, disemprot dengan organophosphat 4 ppm dan dibiarkan selama 4 hari. Benih ditebar pada pagi hari dengan kepadatan 100 - 200 ekor/m2. Pendederan dilakukan selama 21 hari. Pakan tambahan diberikan setiap hari berupa tepung pelet sebanyak 0,75 gr/1000 ekor. 8. Penyakit Penyakit yang sering menyerang lele dumbo adalah Ichthyopthirius multifiliis atau lebih dikenal dengan white spot (bintik putih). Pencegahan, dapat dilakukan dengan persiapan kolam yang baik, terutama pengeringan dan pengapuran. Pengobatan dilakukan dengan menebarkan garam dapur sebanyak 200 gr/m3 setiap 10 hari selama pemeliharaan atau merendam ikan yang sakit ke dalam larutan Oxytetracyclin 2 mg/l.

9. Panen a. Penangkapan Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemanenan: 1) Lele dipanen pada umur 6-8 bulan, kecuali bila dikehendaki, sewaktu-waktu dapat dipanen. Berat rata-rata pada umur tersebut sekitar 200 gram/ekor. 2) Pada lele Dumbo, pemanenan dapat dilakukan pada masa pemeliharaan 3-4 bulan dengan berat 200-300 gram per ekornya. Apabila waktu pemeliharaan ditambah 5-6 bulan akan mencapai berat 1-2 kg dengan panjang 60-70 cm. 3) Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari supaya lele tidak terlalu kepanasan. 4) Kolam dikeringkan sebagian saja dan ikan ditangkap dengan menggunakan seser halus, tangan, lambit, tangguh atau jaring. 5) Bila penangkapan menggunakan pancing, biarkan lele lapar lebih dahulu. 6) Bila penangkapan menggunakan jaring, pemanenan dilakukan bersamaan dengan pemberian pakan, sehingga lele mudah ditangkap. 7) Setelah dipanen, piaralah dulu lele tersebut di dalam tong/bak/hapa selama 1-2 hari tanpa diberi makan agar bau tanah dan bau amisnya hilang. 8) Lakukanlah penimbangan secepat mungkin dan cukup satu kali. b. Pembersihan Setelah ikan lele dipanen, kolam harus dibersihkan dengan cara: 1) Kolam dibersihkan dengan cara menyiramkan/memasukkan larutan kapur sebanyak 20-200 gram/m2 pada dinding kolam sampai rata. 2) Penyiraman dilanjutkan dengan larutan formalin 40% atau larutan permanganat kalikus (PK) dengan cara yang sama. 3) Kolam dibilas dengan air bersih dan dipanaskan atau dikeringkan dengan sinar matahari langsung. Hal ini dilakukan untuk membunuh penyakit yang ada di kolam. 10. Pasca panen

a. Setelah dipanen, lele dibersihkan dari lumpur dan isi perutnya. Sebelum dibersihkan sebaiknya lele dimatikan terlebih dulu dengan memukul kepalanya memakai muntu atau kayu. b. Saat mengeluarkan kotoran, jangan sampai memecahkan empedu, karena dapat menyebabkan daging terasa pahit. c. Setelah isi perut dikeluarkan, ikan lele dapat dimanfaatkan untuk berbagai ragam masakan.

BAB IV ANALISA KELAYAKAN USAHA 1. Analisa Usaha Budidaya lele


Analisis Usaha Pembenihan Ikan Lele Dumbo adalah sebagai berikut: 1) Biaya produksi a. Lahan - Tanah 123 m2 : Rp. 123.000,- Kolam 9 buah : Rp. 1.230.000,- Perawatan kolam : Rp. 60.000,b. Bibit/benih - betina 40 ekor : Rp. 12.000,- Rp. 480.000,- jantan 10 ekor : Rp. 10.000,- Rp. 100.000,c. Pakan - Pakan benih : Rp. 14.530.300,- Pakan induk : Rp. 4.818.000,d. Obat-obatan : Rp. 42.000,e. Peralatan - pompa air3 bh : Rp. 110.000,- Rp. 330.000,- diesel 1 bh : Rp. 600.000,- Rp. 600.000,- sikat 1.bh : Rp. 25.000,- Rp. 25.000,- jaring 1 bh : Rp. 150.000,- Rp. 150.000,- bak 5 bh : Rp. 3.000,- Rp. 15.000,- timba 7 bh : Rp. 3.000,- Rp. 21.000,- alat seleksi 6 bh : Rp. 4.000,- Rp. 24.000,- ciruk 5 bh : Rp. 1.500,- Rp. 7.500,- gayung 5 bh : Rp.1.000,- Rp. 5.000,- selang : Rp. 90.000,- paralon : Rp. 70.000,- Perawatan alat : Rp. 120.000,f. Tenaga kerja : Rp. 420.000,g. Lain-lain : Rp. 492.000,h. Biaya tak terduga 10% : Rp. 2.522.800,Jumlah biaya produksi : Rp. 5.045.600,-

2) Pendapatan : Rp. 2.220.000,3) Keuntungan : Rp. 7.174.400,4) Parameter kelayakan usaha 25% 5) BEP dalam unit (ekor) - ukuran 1 - 1.138 - ukuran 4 - 6.501 - ukuran 2 - 325.049 - ukuran 5 - 6.501 - ukuran 3 - 65.010 - ukuran 6 - 260 2. Table Analisa Usaha Lele NO I 1 a b c 2 a b 3 a b 4 5 a b c d e f g h i j k II III IV V a b c d e Uraian Biaya produksi Lahan Tanah Kolam Perawatan kolam Bibit/benih Betina Jantan Pakan Pakan benih Pakan induk Obat-obatan Peraatan Pompa air Disel Sikat Jarring Bak Timba Alat seleksi Ciruk Gayung Selang Paralon Pendapatan Keuntungan JUMLAH Parameter kelayakan usaha BEP dalam unit Ukuran 1 Ukuran 2 Ukuran 3 Ukuran 4 Ukuran 5 Volume H. Satuan Rp. Jumlah Rp.

123 m2 9 buah

123.000 136666.67

123.000 1.230.000 60.000 480.000 100.000 14.530.300 4.818.000 42.000 330.000 600.000 25.000 150.000 15.000 21.000 24.000 7.500 5.000 90.000 70.000 2.220.000 7.174.400

40 ekor 10 ekor

12.000 10.000 14.530.300 4.818.000 42.000

3 buah 1 buah 1 buah 1 buah 5 buah 7 buah 6 buah 5 buah 5 buah

110.000 600.000 25.000 150.000 3.000 3.000 4.000 1.500 1.000

25%

1.138 325.049 65.010 6.501 6.501

f Ukuran 6

260

BAB V PENUTUP
A. kesimpulan Hasil kesimpulan dari karya tulis budidaya ikan lele ini sebagai berikut : 1. budidaya ikan lele merupakan salah satu usaha dalm bidang sentra perikanan. 2. budidaya ikan lele dapat di lakukan oleh siapa saja dari kalangan masyarakat bawah,menengah dan atas. 3. perlunya mempelajari teknik budidaya ikan lele. B. saran-saran Para pengelola handaknya sedapat mungkin melakukan penguasaan ilmu khusus tentang budidaya perikanan guna menghasilkan kualitas dan kuantitas yang lebih baik lagi di masa mendatang.beberapa hal yang harus di perhatikan antara lain : 1. perlunya pemahaman ilmu khusus tentang budidaya perikanan bagi para anggota keluarga atau masyarakat yang telah terjun di usaha perikanan. 2. pembagian waktu kerja bagi para anggota keluarga atau masyarakat yang turut mengelola usaha itu. 3. perlunya ketegasan dalam hal memilih antara sector keuangan keluarga dan bisnis. 4. pengelola budidaya ikan lele mesti peka terhadap harga di pasaran yang dapat berubah-ubahdan juga terhadap peternak ikan lele lainya. 5. penyisihan pendapatan setiap penjualan yang di tabung di bank agar pada waktu di perlukan untuk mengganti segala peralatandan keperluan yang tidak terduga.

BIODATA PENULIS

Nama Panggilan Tempat tanggal lahir

: M.Al- Jufri : Jufri : Indramayu, 08 mart 1991

Status Alamat Hoby Pendidikan -

: perjaka : Jl. Prof. Dr. Hamka Tangerang Banten. : Membaca Kitab Kuning :

Mahasiswa BINA AMANAH angkatan 14, jurang mangu - tangerang Kejar paket SMA, ponpes. Ash Shaulatiah NW, Gg. Sumur Mangga I Gaga Indah Larangan Tangerang Banten MTS ULFA, Pranggong Arahan Indramayu MI MAARIF, Pranggong Arahan - Indramayu Pengalaman organisasi : Ketua sekolah madrasah diniyyah

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M.Z. 1991. Budidaya lele. Dohara prize. Semarang. Djamiko, H., Rusdi, T. 1986. Lele. Budidaya, Hasil Olah dan Analisa Usaha.C.V.Simplex. Jakarta. Djatmika, D.H., Farlina, Sugiharti, E. 1986. Usaha Budidaya Ikan Lele. C.V.Simplex. Jakarta Najiyati, S. 1992. Memelihara Lele Dumbo di Kolam Taman. PenerbitSwadaya. Jakarta.Simanjutak, R.H. 1996. Pembudidayaan Ikan Lele Lokal dan Dumbo.Bhratara. Jakarta. Soetomo, M.H.A. 1987. Teknik Budidaya Ikan Lele Dumbo. Sinar Baru.Bandung. Susanto, H. 1987. Budidaya ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta

http://mygizizsta-jufri.blogspot.com/

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumberdaya perikanan yang sangat potensial untuk dikembangkan, baik di wilayah perairan tawar (darat), payau maupun perairan laut. Hal ini didukung oleh potensi perairan umum yang begitu luas dan belum dimanfaatkan untuk usaha perikanan secara optimal. Provinsi Kalimantan Barat salah satunya yang memiliki potensi yang baik bagi pengembangan usaha budidaya perikanan, khususnya air tawar. Ikan lele merupakan salah satu komoditas air tawar yang memiliki daya serap pasar yang tinggi, bila potensi tersebut dimanfaatkan secara optimal dan benar, maka akan dapat meningkatkan pendapatan petani ikan, membuka lapangan kerja, memanfaatkan daerah potensial, meningkatkan produktifitas perikanan, meningkatkan devisa Negara, serta membatu menjaga kelestarian sumberdaya hayati. Ikan lele mempunyai kelebihan dan keunggulan yang khas, bila dibandingkan dengan ikan air tawar yang lainnya, yaitu pemeliharaan yang murah, mudah, serta dapat hidup di air yang kurang baik, cepat besar dalam waktu yang relative singkat, kandungan gizi yang tinggi dalam setiap ekornya, juga memiliki rasa daging yang khas dan lezat yang tidak terdapat pada ikan lainnya. Dalam hal ini, maka untuk terus dapat menyediakan pasokan ikan lele, kegiatan pemijahan merupakan salah satu jalan yang dapat dilakukan. Berdasarkan hal inilah penulis mengambil judul Teknik Pemijahan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) secara induced breeding di Balai Benih Ikan (BBI) Kabupaten Sekadau. Ada beberapa metode pemijahan ikan, yaitu alami, semi intensif, dan intensif. Dalam hal ini pemijahan dilakukan secara intensif, yaitu dengan menggunakan rangsangan hormone yang kemudian pembuahan telur dilakukan secara streeping, metode ini dikenal dengan induced breeding. Keberhasilan pemijahan sangat ditentukan oleh tingkat kematangan gonad. Oleh karenanya, induk yang akan dipijahkan sebelumnya dilakukan seleksi terlebih dahulu untuk menentukan induk yang benar-benar siap untuk dipijahkan agar benih yang dihasilkan berkualitas. 1.2 Pembatasan Masalah Dalam kegiatan praktek kerja lapangan ini, batasan masalah yang akan difokuskan pada teknik pemijahan ikan lele yaitu meliputi : 1. Persiapan wadah 2. Seleksi induk 3. Pemberokan 4. Proses pemijahan 5. Penetasan telur 6. Perawatan larva 1.3 Tujuan Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui teknik pemijahan ikan lele di Balai Benih Ikan (BBI) Kabupaten Sekadau. 1.4 Manfaat Manfaat yang di dapat dari kegiatan ini adalah dapat mengetahui langsung serta meningkatkan keterampilan dilapangan tentang teknik pemijahan ikan lele dan mengetahui kendala-kendala apa saja yang akan dihadapi.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Berdasarkan klasifikasi menurut taksonominya, ikan lele yang dikemukakan oleh Suyanto (2002) adalah sebagai berikut: Phyllum : Chordatan Sub Phyllum : Vetebrata Class : Pisces Sub Class : Teleostei Ordo : Ostariophysi Sub Ordo : Siluroidae Family : Clarridae Genus : Clarias Spesies : Clarias gariepinus Menurut Sarwono (2008), ikan lele dumbo meiliki ciri-ciri bentuk tubuh yang memanjang agak silindris (membulat) dibagian depan dan mengecil dibagian ekornya, kulitnya ridak memiliki sisik, berlendir, dan licin sehingga sulit saat di tangkap meggunakan tangan. Diatas rongga insang terdapat selaput alat pernapasan tambahan (labirin) yang memungkinkan lele dumbo dapat mengambil oksigen langsung dari udara. Lele dumbo memiliki 5 (lima) buah sirip yang terdiri dari sirip pasang (ganda) dan sirip tunggal. Sirip yang berpasangan adalah sirip dada (pectoral) dan sirip perut (ventral). Sedangkan yang tunggal adalah sirip punggung (dorsal),ekor (caudal) serta sirip dubur (anal). Pada sirip dada dilengkapi dengan pati dan taji beracun. Jika dibandingkan lele local, patil lele dumbo lebih pendek dan tumpul. Selain memiliki kemampuan dapat meloloskan diri pada kolam perairan dengan cara melompat, ikan lele dumbo juga mampu melakukan gerakan zig-zag diatas tanah tanpa air dalam waktu yang cukup lama asalkan tanah dalam keadaan lembab (Santoso, 2003). Lele dumbo memiliki sungut yang berada disekitar mulut. Sungut ini berjumlah 8 buah atau 4 pasang. Sungut berfungsi untuk mengenal mangsanya, lele dumbo juga dapat mengenal dan menemukan makanan dengan cara rabaan (tentakel) dengan menggerakan salah satu sungutnya (Santoso, 2003). Secara umum, ikan lele dumbo dapat dilihat seperti Gambar 1 dibawah ini :
Gambar 1. Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus)

2.2 Habitat dan Tingkah Laku Semua perairan tawar dapat menjadi lingkungan hidup atau habitat lele dumbo, seperti waduk, bendungan, danau, rawa, atau genangan air tawar lainnya. Namun, lele dumbo juga dapat ditemukan di sungai yang arus airnya tidak terlalu deras, sehingga lele dumbo ini dapat dikatakan lebih menyukai perairan yang arusnya lamban, lele dumbo kurang menyukai perairan yang berarus deras (Bachtiar, 1995). Ikan lele dumbo sangat toleran terhadap suhu yang cukup tinggi, yaitu berkisar antara 20oC - 35oC dan dapat hidup diperairan yang kondisi lingkungannya sangat jelek. Ikan lele dumbo dapat mengambil oksigen dengan cara melakukan pertukaran gas yang terjadi melalui

organ aboresent yang terletak dalam ruang atas insang. Oleh sebab itu, ikan lele memiliki kemampuan bernafas dengan udara secara langsung yang memungkinkan ikan lele dapat bertahan hidup didalam lumpur pada musim kemarau (Santoso, 1995). Ikan lele dumbo terkenal dengan sifat nocturnalnya yaitu aktif pada malam hari, sedangkan pada siang hari ikan lele ini jarang menampakan diri dan lebih menyukai tempat yang gelap dan sejuk. Namun kebiasaan ini dapat diubah dengan dibiasakannya memelihara dikolam-kolam, dimana pemberian pakannya diberikan pada siang hari (Santoso, 1995). Pada waktu siang hari, ikan lele lebih menyukai bersembunyi dibalik batu, lubang dan rumputrumput yang ada didasar perairan, dan karena aktif pada malam hari maka mata ikan lele ini tidak terlalu berperan penting. Sedangkan organ-organ yang berperan penting adalah pembau yang berupa sungut-sungut yang berada disekitar mulutnya. 2.3 Perkembangbiakan
Dalam hal pemijahan ikan lele bukanlah musiman sepeti halnya ikan patin ataupun ikan bawal. Ikan lele dapat memijah dalam sepanjang tahun. Apabila pemberian pakan tambahan sangat cukup, maka ikan lele dumbo dapat berpijah selama 6-8 minggu. Ikan lele dumbo ini tergolong ikan yang cepat besar, apabila akan dipijahkan ikan lele dumbo ini harus memiliki berat badan minimal 600 - 700 gram, dan umurnya harus diatas 1 tahun. Ikan lele dumbo ini akan mencapai dewasa setelah berumur 2-3 tahun dan akan mulai memijah selama musim hujan sampai dengan akhir musim hujan (Susanto, 2002). Adapun perbedaaan induk jantan dan betina dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini Tabel 1. Ciri-ciri induk ikan lele dumbo

Jantan Betina kepala lebih kecil - kepala lebih besar warna kulit dada tua (gelap) - warna kulit dada agak kurang urogenital agak menonjol, memanjang urogenital berbentuk oval dan kearah belakang dan bewarna kemerahan berwana kemerahan perut labih langsing dan kenyal - perut lebih gemuk dan lunak gerakannya lincah (agresif) - gerakan lambat jika di striping cairan kekuningjika di striping mengeluarkan cairan mengeluarkan kunigan (telur) putih (sperma)
Sumber : Anonym, (2006)

Biasanya ikan lele yang akan memijah mencari tempat untuk meletakan telur-telurnya yaitu substrat yang berupa batu-batuan, rumput atau ranting kayu yang tenggelam dalam air yang kedalamannya sekitar 10 cm dengan arus yang tidak terlalu deras atau tenang. Pemijahan ikan lele berlangsung selama beberapa jam saja, dimana induk betina akan memulai mengeluarkan dan meletakan telur-telurnya pada substrat dalam beberapa kelompok, kemudian diikuti oleh keluarnya sperma dari lele jantan menyatu pada telur-telur tersebut. Setelah telur dan sperma tercampur ikan betina mengibaskan ekornya agar telurtelur tersebut merata pada substrat yang ada disekitar (Susanto, 2002). 2.4 Pakan dan Kebiasaan Makan Ketika dipelihara atau dibudidayakan dikolam, Lele dumbo juga dapat diberipakan bangkai dari limbah peternakan atau diberi pakan buatan seperti pellet. Lele dumbo merupakan ikan yang sangat responsif terhadap pakan. Artinya, hampir semua pakan yang diberikan sebagai ransum atau pakan sehari-hari akan disantap dengan lahap. Itulah sebabnya ikan ini cepat besar (bongsor) dalam masa yang singkat. Keunggulan ini dimanfaatkan para pembudidaya ikan lele dumbo dengan memberikan pakan yang mengandung nutrisi tinggi untuk menggenjot laju pertumbuhannya. Harapannya dalam waktu yang relatif singkat lele dumbo sudah bisa dipanen dan dipasarkan sebagai ikan konsumsi (Khairuman, 2002).

Menurut Mahyuddin (2008), lele mempunyai kebiasaan makan didasar perairan atau kolam. Berdasarkan jenis pakannya lele digolongkan sebagai ikan yang bersifat karnivora (pemakan daging). Di habitat aslinya, Lele memakan cacing, siput air, belatung, laron, jentikjentik, serangga air, kutu air. Karena bersifat karnivora pakan yang baik untuk ikan lele adalah pakan tambahan yang mengandung protein hewani. Jika pakan yang diberikan banyak mengandung protein nabati, pertumbuhan akan lambat. Lele bersifat kanibalisme, yaitu suka memakan jenis sendiri. Jika kekurangan pakan ikan ini tidak segan-segan untuk memakan atau memangsa kawannya sendiri yang berukuran lebih kecil
2.5 Kualitas Air Air merupakan faktor terpenting dalam budidaya ikan. Bukan hanya lele, ikan-ikan lain pun untuk hidup dan berkembang biak memerlukan air. Tanpa air ikan tidak akan dapat hidup. Karenanya, kualitas air harus di perhatikan agar kegiatan budidaya berjalan sesuai dengan yang di harapkan. Kualitas air adalah variabel-variabel yang dapat mempengaruhi kehidupan lele. Variabel tersebut dapat berupa sifat fisika, kimia, dan biologi air. Sifat-sifat fisika air meliputi suhu, kekeruhan, dan warna air. Sifat kimia air adalah kandungan oksigen (O 2), karbondioksida (CO2), pH (derajat keasaman), amoniak (NH3), dan alkalinitas. Sifat bilologi meliputi plankton yang hidup disuatu perairan (Khairuman dan Amri, 2002). Berikut tabel parameter kualitas air : Tabel 2. Parameter kualitas air

No 1. 2. 3. 4.

Parameter Suhu DO Ph Kecerahan

Kisaran 25 32C 5 7 ppm 68 15-30 Cm

Alat yang digunakan Thermometer DO meter Ph meter Secchidish

Sumber : Anonym (2006)


2.6 Teknik Pemijahan Masalah utama pembenihan lele dumbo adalah ketersediaan air yang cukup dan berkualitas baik. Pemijahan lele dumbo harus menggunakan air bersih dan tidak tercemar bahan beracun baik air hujan, air irigasi, maupun air tanah dari mata air atau sumur. Di alam, lele dumbo aktif berpijah di pinggiran sungai selama musim hujan. Untuk itu faktor utama yang di perhatikan dalam usaha pembenihan adalah sebagai berikut. 2.6.1 Seleksi induk Seleksi induk bertujuan untuk meningkatkan mutu agar menghasilkan benih yang berkualitas, sifat-sifat induk yang telah diseleksi diharapkan dapat mewariskan keturunannya (Sutisna dan Sutarmanto, 2006). Induk betina yang sudah matang memiliki ciri-ciri perut gendut, jika diraba terasa lembek, dan bagian duburnya tampak kemerahan. Sementara itu ciri-ciri induk jantan adalah jika diurut kearah ekor akan keluar cairan putih (sperma) (Anonym, 2008). 2.6.2 Penyuntikan Pasangan induk lele dumbo yang cocok dan telah matang kelamin akan segera memijah setelah di masukkan ke dalam kolam pemijahan. Biasanya ikan lele dumbo berpijah pada tengan malam menjelang pagi yakni sekitar pukul 07.00-04.00 tetapi proses pemijahan tersebut kadang-kadang mundur sampai sehari lebih (24-36 jam). Hormon yang digunakan untuk merangsang lele dumbo agar memijah adalah hormon alamiah (dari kelenjar hipofisa) dan hormon buatan. Hormon yang di ambil dari kelenjar hipofisa yang teletak di bagian bawah otak kecil ikan. Kelenjar hipofisa ini hanya sebesar butir kacang hijau bahkan lebih kecil (Khairuman, 2002). 2.6.3 Streeping dan pembuahan Menurut Arie dkk. (2006), setelah 10-12 jam dari penyuntikan, induk betina siap di streeping (pengurutan telur kearah kelamin). Sebelum melakukan streeping pada induk betina, terlebih dahulu menyiapkan sperma jantan. Pengambilan sperma jantan dengan cara membedah perut induk jantan dan mengambil kantong sperma dengan cara

mengunting. Selanjutnya sperma di tampung di gelas yang sudah diisi dengan NaCl aduk hingga merata. Setelah sperma jantan di siapkan, kemudian dilakukan pengurutan induk betina. Langkah-langkah pembuhan telur sebagai berikut: telur di tampung dalam baskom plastik, kemudian masukan larutan sperma sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai merata, telur yang sudah terbuahi dibilas dengan untuk mencuci telur yang kotor. 2.6.4 Penetasan telur Menurut Susanto (2005), telur yang dikeluarkan pasangan induk ini biasanya melekat pada ijuk dan sebagian besar berserakkan di sarang dasar. Diameter telur berkisar antara 1.3-1.6 mm dan akan menetas selama 1-2 hari selama 2-3 hari telur biasanya akan menetas seluruhnya. Begitu proses pemijahan selesai antara jam 05.00-06.00 pagi kakaban harus segera di angkat dan di pindahkan ke dalam kolam penetasan. Untuk menghindari tumbuhnya jamur, kakaban yang sudah berisi telur tersebut sebaiknya di rendam terlebih dahulu, karena sifat telur lele menempel maka perlu kakaban. Selama proses penetasan telur usahakan sirkulasi air berjalan dengan baik dan air yang masuk lewat pemasukkan berjalan secara perlahan-lahan (Susanto, 2005). 2.6.5 Perawatan Larva Setelah telur menetas semua waktu 2-3 hari selanjutnya mengangkat kakaban di dalam hapa satu persatu pengangkatan harus hati-hati agar kualitas air tetap terjaga. Larva yang baru menetas belum perlu di beri makanan. Sebab masih mempunyai makanan cadangan berupa kuning telur. Dengan perawatan dan makanan yang baik dalam tempo 1 bulan benih lele dapat tumbuh hingga mencapai 3-5 cm. Tahap pemberian pakan larva dapat dilihat pada Tabel 3. Pekerjaan pokok perawatan lele adalah membersihkan telur, siphonisasi, cangkang dan telur busuk, dan mempertahankan konsentrasi oksigen pada suhu optimal. Tabel 3. Tahap pemberian makanan larva

No 1. 2. 3. 4.

Umur 0-3 hari 4-6 hari 7-14 hari 15-30 hari

Makanan yang di berikan Belum di beri makanan karena masih ada kuning telur Kuning telur di rebus Rotifera, kutu air (disaring) Kutu air, jentik nyamuk hidup, cacing rambut

Keterangan

Di larutkan

Sumber : Santoso (2005)


2.6.6 Pemanenan larva Sebelum dilakukan pemanenan larva ikan, terlebih dahulu siapkan alat-alat yang akan digunakan seperti ember, Sesser, jarring halus atau happa sebagai penyimpan benih sementara, saringan yang digunakan untuk mengeluarkan air dari- bak agar benih tidak terbawa arus. Panen larva di mulai pada pagi hari, yaitu antara jam 05.0006.00 pagi dan sebaiknya berakhir tidak boleh lewat dari jam 09.00 pagi. Hal ini di maksudkan untuk menghindari teriknya matahari yang menyebabkan larva strees. Pemanenan mula-mula dilakukan dengan menyurutkan air dalam bak secara perlahan-lahan. Setelah air surut larva mulai ditangkap dengan seser atau jarring halus dan ditampung dalam ember (Suseno 1999).

3. METODELOGI 3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) II ini dilaksanakan pada16 Januari sampai dengan 27 Januari 2011.berlokasi di Balai Benih Ikan (BBI) Kabupaten Sekadau, Provinsi Kalimantan Barat yang akan dimulai dari tanggal

3.1 Objek PKL Objek PKL yang diambil adalah semua hal yang berhubungan dengan Teknik Pemijahan Ikan Lele Dumbo di BBI Skadau, meliputi persiapan wadah, pemeliharaan dan seleksi induk, pemberokan, proses pemijahan, penetasan telur dan perawatan larva. 3.2 Metode Pengambilan Data Metode pengambilan data merupakan suatu cara untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penyusunan suatu karya ilmiah atau laporan. Metode yang digunakan berupa metode deskriptif. Jenis yang diambil berupa data promer dan data sekunder. 3.2.1 Data primer Data primer adalah data pokok yang diambil secara langsung di lapangan. Teknik pengambilan data primer adalah pemngambilan data yang dilakukan dengan pengamatan atau observasi langsung di lapangan, wawancara, serta partisipasi langsung mengenai aktivitas di lapangan. Dalam pengumpulan data primer dapat mempergunakan metode-metode antara lain, pengamatan atau observasi langsung di lapangan, yaitu berbagai kegiatan pengamatan yang dilakukan meliputi berbagai jenis objek yang diamati di lokasi, wawancara yaitu kegiatan untuk memperoleh informasi dari narasumber di lapangan yang dinilai dapat memberikan informasi yang diperlukan dalam penyusunan laporan atau penelitian dimana proses wawacara dilakukan langsung dengan teknisi yang mengelola serta partisipasi dan aktivitas adalah adalah berbagai jenis kegiatan yang dilakukan dalam suatu kegiatan di lapangan meliputi kegiatan oprasional. Parameter utama yang diamati untuk dijadikan sebagai data primer dalam kegiatan pemijahan ikan lele adalah sebagai berikut : 3.3.1.1. Persiapan wadah Untuk melakukan pemijahan diperlukan persiapan wadah atau media seperti yang terdapat pada Tabel 4 berikut : Tabel 4. Pengambilan data persiapan wadah
No Uraian

1
2 3

Menentukan jenis yang digunakan Ukuran Pembersihan wadah Pemasangan happa

wadah

Cara Pengambilan Data Mengindentifikasai jenis wadah yang digunakan dengan cara observasi dan partisipasi di lapangan. Mengukur luasan media dengan menggunakan meteran. Membersihkan bak dengan cara menyikat wadah yang akan digunakan memasang happa sebagai tmpat penetasan telur dan perawatan larva

3.3.1.2. Seleksi induk Data yang diambil sehubungan dengan seleksi induk meliputi : Tabel 5. Pengambilan data seleksi induk
No Uraian

Umur

Ukuran induk

Cara Pengambilan Data Mengidentifikasi umur induk dengan mewawancarai teknisi. Mewawancarai teknisinmengenai pemeliharaan induk di loksai tersebut Mengidentifikasi berat induk dengan menimbang induk menggunakan timbangan Mengidentifikasi panjang induk dengan

cara lama cara cara

3 4 5

Asal Tingkat kematangan gonad Waktu pemijahan

mengukur menggunakan penggaris Mengidentifikasi asal induk melalui wawancara denga teknisi untuk mengetahui dari mana asal induk yang ada di lokasi Mengidentifikasi tingkat kematangan gonad dengan cara melihat cirri-ciri fisik atau alat kelamin, melihat gerakannya dan wawancara Untuk mengetahui waktu pemijahan dilakukan wawancara denga teknisi

3.3.1.3. Pemberokan Data untuk melakukan pemberokan dapat dilihat pada Tabel 6 berikut : Tabel 6. Pengambilan data pemberokan No Uraian Cara pengambilan data 1 Tujuan Pengambilan data dengan cara wawancara. 2 Perlakuan dan waktu Pengambilan data dengan wawancara dan partisipasi langsung. 3.3.1.4. Proses pemijahan Pada proses pemijahan dilakukan beberapa tahap, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7 berikut : Tabel 7. Pengambilan data proses pemijahan No Uraian Cara Pengambilan Data 1 Perbandingan induk betina Partisipasi dengan menentukan jumlah perbandingan induk jantan dan betina yang akan dipijahkan. 2 Dosis penyuntikan Wawancara dengan teknisi dan disesuaikan dangan literature berpartisipasi dalam menghitung dosis hormone tahapan Dengan cara berpartisipasi dalam tahap penyuntikan dan menentukan waktu penyuntikannya. Partisipasi dalam pengeluaran telur dengan cara distriping dan pengeluaran sperma dengan cara membedah induk jantan Partisipasi dalam mencampur telur dengan cara diaduk menggunakan bulu ayam. Partisipasi dalam menghitung jumlah telur dengan melakukan sampling dengan cara mengalikan jumlah telur sampel dengan total telur.

Waktu dan penyuntikan hormone

Pengeluaran telur dan sperma

Pembuahan

fekunditas

3.3.1.5. Penetasan telur Pada penetasan telur data-data yang di ambil dapat dilihat pada Tabel 8 berikut : Tabel 8. Pengambilan data penetasan telur No Uraian Cara Pengambilan Data 1 Waktu penetasan Dengan cara menghitung rentang waktu dari pembuahan hingga telur menetas. 2 Suhu air Mengukur dan mencatat suhu air pada bak penetasan telur dengan menggunakan alat termometer. Mengukur dan mencatat pH air pada bak penetasan telur dengan menggunakan alat pH meter. Menghitung dan mencatat jumlah telur yang menetas dengan melakukan sampling pada telur larva.

pH air

Hatching Rate (HR)

3.3.1.6. Perawatan larva Telur yang menetas dikenal dengan sebutan larva. Data yang akan diambil pada proses perawatan larva adalah sebagai berikut : Tabel 9. Pengambilan data perawat larva No Uraian Cara Pengambilan Data 1 Jenis, dosis, frekuensi dan cara Wawancara dengan teknisi dan partisipasi pemberian pakan melakukan pemberian pakan. 2 Suhu Mengukur dan mencatat suhu air pada bak parawatan larva dengan menggunakan termometer. Mengukur dan mencatat pH air menggunakan pHmeter. Partisipasi melakukan dan menghitung sampling larva Dilakukan dengan membandingkan jumlah larva yang hidup pada waktu tertentu.

pH

sampling

Survival Rate (SR)

3.3.2

Data skunder Data skunder adalah data yang sifatnya mendukung data primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil studi literature untuk melengkapi data primer. Pengambilan data skunder dilakukan dengan cara mengutip atau menjadikan buku literature sebagai pelengkap data primer serta sebagai studi banding dan pengamatan. Data yang diperoleh dari buku yang menjadi literature sebagai penunjang, biasanya dalam bentuk gambar, table dan kutipan pernyataan seorang penulis buku tersebut. Adapun data skunder yang diambil dapat dilihat pada Tebel 10 berikut : Table 10. Pengambilan data sekunder

No Uraian 1 Sejarah berdirinya lokasi

Cara Pengambilan Data Data diambil dengan melakukan wawancara dengan teknisi kemudian mencatat hasil wawancara. Data diambil dengan melakukan wawancara dengan teknisi kemudian mencatat hasil wawancara. Data diambil dengan melakukan wawancara dengan teknisi kemudian mencatat hasil wawancara. Data diambil dengan cara mengamati dan mengindentifikasi sarana dan prasarana serta melakukan wawancara dengan teknisi

Struktur organisasi

Letak administratif

Sarana dan prasarana

3.3 Analisa Data Analisa dilakukan berdasaran analisa data kualitatif yang merujuk pada data, yang terdiri dari deskripsi kaya dengan mengklasifikasikan, dan menafsirkan maknanya dalam kontek masalah yang teliti. Selanjutnya juga dikatakan dengan analisa kulitatif, bukan berarti tidak ada angka-angka, hanya saja angka-angka yang digunakan itu bukan merupakan hasil perhitungan statistic, melainkan tabulasi-tabulasi data saja, jika memang data tersebut mengharuskan untuk ditabulasikan dalam betuk angka-angka guna mempermudah dalam membaca. Metode kuantitatif didefinisikan sebagai penelitian yang menghasilkan data kualitatif (angka-angka statistic) atau pengkodean yang dapat dikuantifikasi dan menekankan pada halhal dan fakta-fakta yag nyata. (http://www.skripsi-tesis.com/07/05/metode-kuantitatif-pdfdoc.htm 08 Januari 2011) Analisa data yang di ambil meliputi: 3.3.1 Fekunditas Fekunditas adalah jumlah telur yang dihasilkan oleh induk betina per ekor, sedangkan fekunditas nisbi adalah jumlah telur yang dihasilkan induk betina per satuan berat badan. Menurut Murtidjo (2001) fekunditas dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : W F= xn w

Keterangan : F = Jumlah total telur (F) W = Berat telur total (g) w = Berat telur sampel (g) n = Jumlah total telur yang dihitung saat sampling (butir) 3.3.2 Hatching rate (HR)

Hatching rate (HR) adalah daya tetas telur atau jumlah telur yang menetas. Untuk mendapatkan HR sebelumnya dilakukan sampling larva untuk mendapatkn jumlah larva, Menurut Murtidjo (2001), HR dapat dihitung menggunakan rumus berikut ini : Jumlah telur yang menetas (ekor) HR = Jumlah telur yang terbuahi

X 100%

4.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Lokasi 4.1.1 Letak Geografis Balai Benih Ikan (BBI) Sekadau adalah salah satu tempat dilaksanakannya kegiatan pembenihan yang ada di Kabupaten Sekadau untuk menghasilkan benih yang unggul dan sekaligus dijadikan tempat pelatihan atau penyuluhan bagi kelompok tani. Praktek Kerja Lapangan II ini dilakukan di Balai Benih Ikan (BBI) Kemawan Jl Sintang di KM 7 dari pusat kota Kabupaten Sekadau dengan luas lahan 5 hektar dan terdiri dari 34 kolam yang berjarak 1.250 m dari jalan raya Kabupaten Sekadau Provinsi Kalimantan Barat. Dengan keadaan alamnya beriklim tropis, dan berdasarkan musimnya ada dua musim yaitu penghujan dan musim kemarau. Keadaan alam di sekitar lokasi BBI Sekadau cukup menunjang untuk usaha budidaya perikanan, karena jauh dari pencemaran industry dan sumber airnya merupakan aliran air dari pegunungan / perbukitan. 4.1.2 Sejarah Berdirinya Balai Benih Ikan (BBI) Kemawan Kabupaten Sekadau berdiri pada tahun 2006 dikelola oleh Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kabupaten Sekadau yang dipimpin oleh Bapak Drs. A. Ardianto. G M. Si. Balai Benih Ikan tersebut memiliki luas area 5 Ha. Walaupun lokasi BBI berada jauh dari kota, tetapi banyak konsumen yang datang untuk membeli ikan, baik yang berukuran benih maupun yang berukuran konsumsi. Tugas dan fungsi Balai Benih Ikan Kemawan Kabupaten Sekadau adalah sebagai berikut : a. b. c. Sebagai tempat kegiatan praktek (magang) untuk mahasiswa dan siswa Pusat pelatihan atau penyuluhan kelompok tani Untuk kegiatan budidaya dan mengasilkan benih yang unggul Lahan yang dimiliki BBI Kemawan terdiri dari 32 kolam yaitu kolam pendederan, kolam pembesaran, kolam pemeliharaan induk, bangunan hatcery, gudang pakan, ruang penerangan/listrik, mess, rumah karyawan, aula tempat pelatihan, dan kantor BBI Kemawan. 4.1.3 Struktur Organisasi Balai Benih Ikan Sekadau terletak dibawah Dinas Pertanian, Perikanan Kab. Sekadau. Adapun struktur organisasi terdapat pada Gambar 2.

Kepala Dinas Pertanian Perikanan dan Peternakan Kabupaten Sekadau Teknisi Lapangan Bendahara Koordinator Lapangan Kepala Bidang Perikanan

Gambar 2. Struktur organisasi BBI Sekadau

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
4.1.4

Keterangan : Kepala Dinas Kepala Bidang Koordinator Lapangan Bendahara Teknisi Lapangan Mugimin, S.Pi Mochtar Kurniadi Indriawan M. Hatta Syahroni Saharudin Hayatull Arif Rohman,A.Md.Pi Andreas piter

: Drs. A. Ardianto, G. M. Si : Dede Sunardi, A.Md : Iwan Supardi, S.Pi : Eka Purnekasari

Sarana dan Prasarana BBI Sekadau dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang mendukung untuk syarat pembenihan dan administratif. Adapun sarana dan prasarana dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Sarana dan Prasarana BBI Kemawan Kabupaten Sekadau

No Jenis 1 Akuarium Bak pemijahan - Beton - Fiber bulat Bak inkubasi Bak perawatan larva Bak penampungan air Airator Dompeng Konikel tank Pompa robin Selang sipon Styrofoam

Spesifikasi Jumlah Fungsi 89 x 33 x 4 Sebagai wadah penetasan telur 44 cm dan perawatan larva 2 x 2 x 0,5 m 1,5 ton 1,5 ton 2 x 2 x 0,5 m 2 x 2 x 0,5 m 150 watt 1500 watt 33 L 3m 5 2 2 2

2 3 4

Sebagai wadah pemijahan Sebagai wadah inkubasi telur Sebagai wadah perawatan larva Sebagai wadah penampungan air Sebagai sumber oksigen Sebagai sumber energy listrik Sebagai wadah penetasan artemia dan larva ikan bawal Untuk memompa air ke kolam Untuk menyipon bak/akuarium Sebagai wadah pengangkutan

5 6 7 8 9 10 11

5 1 4 1 4 10

12 13 14 15 17 18 19 20

Baskom Ember Gelas ukur Spuid Tabung oksigen Timbangan Serokan induk Serokan halus

300 cc 10 mL 50 kg 10 kg -

4 5 9 10 2 1 2 4

benih Sebagai wadah pengangkutan benih Sebagai wadah pengangkutan benih Sebagai alat sampling Untuk menyuntik ikan Untuk mengisi oksigen pada saat packing Untuk menimbang induk Untuk menyerok induk Untuk memanen benih/larva

Sumber : BBI Sekadau 2011

4.2 Hasil
4.2.1 Persiapan wadah Wadah yang digunakan untuk memijahkan ikan adalah bak semen yang dilapisi dengan tehel yang dipasang waring didalamnya, adapun alur proses persiapan wadah penetasan dapat dilihat dari skema dibawah ini :

Pengisian air Pengeringan bak Penyikatan bak Pencucian bak Pencucian waring Pemasangan waring

Gambar 3. Alur proses persiapan wadah

4.2.2

Seleksi induk Sebelum kegiatan pemijahan dilakukan, terlebih dahulu induk harus diseleksi. Hasil seleksi induk dapat dilihat pada Tabel 12 berikut: Tabel 12. Hasil seleksi induk

No 1. 2. 3. 4.

Kriteria Umur Berat Badan Panjang Perut

Jantan 1 Tahun 2 kg 48 cm Ramping bila di striping mengeluarkan sperma

5. 6.

Pergerakan Kelamin

Betina 1,5 Tahun 2,5 Kg 50 cm Buncit bila diraba bagian perutnya akan terasa lembek Lamban Lincah Runcing, kemerahan dan Bulat kemerahan dan memanjang hingga sirip menonjol keluar. anal

Sumber : Data lapangan,(2011)


4.2.3 Pemberokan Tujuan dilakukan pemberokan yaitu untuk memuasakan induk agar kotoran keluar dan kadar lemak yang dapat menghambat proses ovulasi berkurang. 4.2.4 Proses pemijahan Alur poses kegiatan pemijahan ikan lele dumbo dapat di lihat pada gambar berikut:

INDUK DITIMBANG PENYUNTIKAN INDUK DI ISTIRAHATKAN DI SETRIPING PEMBUAHAN DITEBAR KE HAPPA

Gambar 4. Alur proses pemijahan


Untuk lebih jelas, datadata selama proses pemijahan dapat dilihat pada Tabel 13 berikut: Tabel 13. Data hasil pemijahan

No

Uraian

Keterangan

1 2 3 4 5 6 7

Metode pemijahan Jenis hormone Dosis Daerah penyuntikan Waktu penyuntikan Tahapan penyuntikan Induk yang di suntik

Buatan (induced breeding) Ovaprim 0,3/ kg induk Punggung 23.00 WIB 1 X Penyuntikan Betina

8 9 10

Jumlah induk di suntik Berat induk Jumlah induk jantan

1 ekor 2,5 kg 1 ekor

Sumber : Data lapangan (2011)

Setelah dilakukan pemijahan, data fekunditas dapat dilihat pada Tabel 14 berikut: Tabel 14. Data hasil fekunditas

No 1 2 3 4

Uraian Volume seluruh telur (ml) Volume telur sampel (ml) Jumlah telur sampel (butir) Fekunditas

Keterangan 300 1 546 163800

Sumber : Data lapangan (2011)


4.2.5 Penetasan telur Telur di teteaskan di bak penetasan yang berukuran 2m x 1m. kemudian telur yang siap ditetaskan di tebar kedalam happa dengan hati-hati.dimana daya tetas telur dapat dilihat pada Tabel 15 di bawah ini: Tabel 15 . Hatching Rate pemijahan

No

1. 2. 3. 4. 5. Total

Volume sampel ( ml ) 250 250 250 250 250 1250 ml

Jumlah sampel ( ml ) 38 59 47 24 45 213 = ekor

Hatcing rate

Volume waring = 200cm x 100cm x 30cm = 600.000cm Jumlah larva = 600.000

X 42,6 250 42,6 = 102240 102240 HR = % 163800

X 100 % = 62,41

Sumber : Data lapangan (2011)


4.2.6 Perawatan larva Perawatan larva dimulai dari telur mulai menetas atau larva berumur 0 hari, selama kegiatan larva diberi pakan seperti Tabel 16 berikut: Tabel 16. Pemberian pakan larva

N0 Umur 1. 0-3 hari

Pakan yang diberikan Dosis Larva belum diberi pakan karena masih mempunyai kuning telur di tubuhnya Tepung udang

Frekuensi -

2.

4-10 hari

Secukupnya

2 kali sehari

Sumber : Data lapangan (2011)

4.3 Pembahasan 4.3.1 Persiapan wadah Langkah awal yang dilakukan dalam kegiatan pemijahan ikan lele dumbo adalah mempersiapkan wadah berupa bak penetasan telur. persiapan wadah perlu dilakukan sebelum kegiatan pemijahan dilakukan, sebelum wadah digunakan untuk penetasan telur wadah tersebut harus dibersihkan terlebih dahulu dengan cara mengeringkan air yang ada di bak tersebut setelah dikeringkan barulah menyikat kotoran-kotoran atau lumut-lumut yang ada di bak tersebut yang bertujuan untuk menghilangkan bibit penyakit yang ada setelah disikat barulah bak tersbut dibilas dengan air bersih agar kotoran-kotoran dan lumut terbuang atau terbawa air ke saluran pembuangan. Pembersihan bak harus benar-benar bersih karena kebersihan bak berpengaruh terhadap keseterilan kualitas air, sehingga tidak menggangu dalam proses penetasan telur. setelah dibilas bak dikeringkan kemudian diisi air setinggi 30 cm. Setelah diisi air barulah pemasangan happa dilakukan, happa di pasang dengan cara mengikat pada keempat sudutnya ke kayu yang terdapat di sudut bak. happa yang digunakan berukuran 2 m x 1 m dan kemudian memastikan sirkulasi air berjalan lancar untuk penetasan telur. Kegiatan persiapan wadah dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Persiapan Bak Penetasan Telur

4.3.2

Seleksi Induk
Seleksi induk dilakukan dengan tujuan untuk memilih calon induk yang baik dan sehat, serta untuk melihat tingkat kematangan gonad apakah calon induk tersebut layak untuk dipijahkan atau tidak. Induk ikan lele dumbo yang baik harus dinyatakan lolos seleksi baik dari segi umur, berat, kesehatan maupun kematangan telurnya. Sebab jika kurang hati-hati memilih induk, maka keturunan yangdihasilkan jumlahnya akan lebih sedikit atau kualitas benihnya kurang baik (Susanto, 2002).

Gambar 6. Seleksi induk


Kegiatan seleksi induk yang dilakukan di BBI Sekadau dengan cara menangkap induk dengan menggunakan jaring dimana jaring ditarik oleh beberapa orang untuk mempersempit ruang gerak induk agar induk mudah di tangkap seperti pada Gambar 6. Berdasarkan pengamatan pada seleksi induk didapat 1 pasang induk yang sudah matang gonad. Ciri ciri induk matang gonad yaituinduk jantan berumur 1 tahun dan betina 1,5 tahun, berat badan jantan 2 kg dan betina 2,5 kg, panjang jantan 48 cm dan betina 50 cm dan kelamin pada ikan berwarna merah. Hasil seleksi induk jantan dan betina dapat dilihat pada Gambar 7 berikut.

Gambar 7. Induk lele betina dan jantan


4.3.3 Pemberokan Menurut Hernowo (2003), pemberokan adalah memuasakan induk selama 12-24 jam dengan tujuan agar kotoran (feses) keluar dan sekaligus meyakinkan hasil seleksi induk betina.

di BBI Sekadau induk jantan dan betina yang sudah diseleksi kemudian di istirahatkan pada bak pemberokan selama 1 hari seperti pada Gambar 8.
Gambar 8. Pemberokan induk pemberokan bertujuan untuk memuasakan induk ikan lele karena jika induk lele diberi makan perut induk ikan lele kelihatan besar dan itu akan mempersulit untuk mengetahui induk yang matang gonad, serta sulit dalam ovulasi. Selama proses pemberokan induk jantan dan induk betina dipisahkan agar tidak

memijah secara liar. Hal ini sesuai dengan pendapat Mahyudin (2008), pemberokan adalah tahapan dalam pemijahan yang dilakukan dengan cara ikan atau induk dipuasakan saat induk

ikan selesai diseleksi dan sebelum dipijahkan selama 1-2 hari. Pemberokan induk jantan dan betina dilakukan pada wadah terpisah. 4.3.4 Proses pemijahan
Pada saat PKL II, ikan lele dipijahkan secara buatan (induced breeding) Adapun kegiatan pemijahan sebagai berikut: Induk harus di timbang agar mudah dalam pembentukan dosis hormone yang di gunakan. Setelah ditimbang induk betina disuntik dengan ovaprim dengan dosis 0,3ml/kg kemudian ditambahkan 1 ml aquabidest sebagai pengencer. Sementara induk jantan tidak disuntik karena ikan jantan akan di jadikan ikan donor untuk diambil sepermanya. Data perhitungan dosis hormone dapat dilihat pada Lampiran 3. Penyuntikan induk lele betina dilakukan pada bagian punggung dengan kemiringan 45 penyuntikan dilakukan malam hari sekitar jam 23.00. Pengambilan dosis hormon dan penyuntikan dapat dilihat pada gambar 9 dibawah ini. Setelah disuntik induk lele betina di masukan lagi ke kolam pemberokan dan dibiarkan 8-10 jam. Sekitar 8 jam induk di cek tingkat ovulasinya, kemudian apabila di urut ke arah anus sudah mengeluarkan telur berarti induk sudah siap di streeping untuk megeluarkan telur. Kemudian induk jantan dibedah untuk di ambil spermanya, selanjutnya sperma yang telah diambil dibersihkan dan digunting, masukan ke dalam gelas ukur 100 ml yang sudah terisi NaCl 100 ml. Berikut gambar perlakuannya. Gambar 10. Pengambilan sperma induk jantan Setelah itu induk betina distreeping untuk dikeluarkan telurnya, telur hasil pengurutan segara dibuahi sperma dengan cara memasukan sperma kedalam baskom yang berisi telur sampai telur terendam larutan sperma, agar telur tercampur haduk secara perlahan dengan menggunakan bulu ayam hingga terlihat merata. Perlakuan dapat dilihat pada Gambar 11 dibawah ini.

Gambar 11. Streeping dan pembuahan


Telur ditebar ke happa yang berukuran 2m x 1m. Hal ini dipertegas oleh Hernowo dan Suyanto (2008), dimana pembuahan telur meliputi persiapan alat dan bahan, mengambil kantong sperma dengan cara membedah induk jantan dan mengeluarkan telur secara streeping, sperma di campur dengan Nacl, telur hasil streeping dibuahi dengan sperma kemudian di tebar merata ke dalam happa penetasan dengan cara menyiramkan telur kemudian air digusar menggunakan tangan. Setelah dilakukan proses pemijahan didapat jumlah fekunditas yaitu 163800 butir telur. Cara perhitungan menggunakan teknik volumetrik. Data perhitungan fekunditas dapat dilihat pada Lampiran 5.

4.3.5

Penetasan telur Setelah proses pembuahan selesai langkah selanjutnya adalah penetasan telur. Penetasan telur dilakukan pada happa. Penetasan telur berlangsung selama 3 hari terhitung sejak pembuahan dari wadah penetasan. Hal ini sesuai dengan pendapat Santoso (1993), yang menyatakan bahwa telur ikan lele menetas semua dalam tempo 2-3 hari. Cepat lambatnya penetasan dipengaruhi oleh suhu air. Semakin tinggi suhu air maka semakin lambat waktu penetasan. Sebaliknya semakin rendah suhu air maka semakin cepat waktu penetasan. bahwa Pada suhu 23-26 C telur ikan lele menetas dalam 2 hari, sedangkan pada suhu 27-30 C, telur menetas dalam 3 hari.
Sebelum telur menetas terlebih dahulu telur tersebut akan dibuahi. Untuk membedakan telur yang terbuahi dengan telur yang tidak terbuahi dapat dilihat dari warna telurnya, biasanya telur yang terbuahi akan berwarna bening dan transparan sedangkan untuk telur yang tidak terbuahi yaitu bewarna putih susu dan berjamur. Jumlah telur yang

dibuahi tidak dapat diketahui secara pasti karena sifat telur ikan lele yang menempel (adesif) sehingga penghitungan menggunakan metode sampling tidak memungkinkan dilakukan. Dalam kegiatan praktek, tempat penetasan telur merupakan wadah yang juga digunakan untuk pemeliharaan larva. Hal ini sesuai dengan pendapat Santoso (1993), yang menyatakan bahwa happa penetasan sekaligus digunakan sebagai bak pemeliharaan larva. Penetasan telur dilakukan pada happa yang berukuran 2 m x 1 m dengan ketinggian air 30 cm. sepeti terlihat pada Gambar 12, telur ditebar kedalam happa dengan hati-hati saat penebaran tangan sudah harus berada di air untuk menggusar telur agar telur tidak mengumpal.

Gambar 12. Penebaran telur


Telur hasil pembuahan secara buatan menetas selama 30 jam. Karena keterbatasan alat maka pengecekan suhu tidak dilakukan. Akan tetepi menurut Hernowo dan Suyanto (2008), menyatakan ikan lele menetas 36-40 jam dan pada suhu 26-28 C. Telur yang tidak terbuahi atau mati akan menjadi berwarna putih dan ditumbuhi jamur, oleh karena itu telur yang tidak terbuahi akan segera dibuang. Jumlah larva yang dihasilkan dari telur yang berhasil menetas Hatching rate (HR) pada saat kegiatan yaitu 62,41% hasil tersebut dikatakan cukup baik. Hal ini diperkuat dengan pendapat Bachtiar (2006), daya tetas telur yang optimum adalah 50-60%. Data perhitungan HR pada pemijahan ikan lele dapat dilihat pada Lampiran 6.

4.3.6

Perawatan larva Telur yang menetas menjadi larva dibiarkan larva di bak penetasan selama 3 hari larva tersebut belum diberi pakan karena masih mempunyai kuning telur Santoso (2007), menyatakan bahwa sampai hari ke 3 larva lele belum membutuhkan pakan tambahan karena masih mempunyai cadangan makanan berupa kantong kuning telur setelah berumur 4-6 hari larva harus diberi pakan tambahan berupa kuning telur karena kuning telur yang menjadi makanannya sudah habis. Pada fase ini larva sangat rentan akan sifat kanibal, dengan demikian untuk meminimalisir tingkat kanibalisme tersebut larva harus diberi pakan yang cukup. Dilapangan pakan larva yang diberikan yaitu tepung udang. Pakan diberikan 2 kali sehari yaitu pada pukul 7.00 dan sore pada pukul 17.00 dengan cara pakan tepung udang tersebut dituangkan kedalam serok untuk diberikan yang halusnya saja sehinga pakan yang kasar tersaring kemudian ditebar dari bagian piggir hingga merata. Berikut gambar jenis pakan yang di berikan pada larva.
Gambar 13. Pakan untuk larva

Kualitas air juga harus diperhatikan dalam proses perawatan larva karena kualitas air sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup larva. kualitas air selama kegiatan pemeliharaan larva lele relative sama hal ini dikarenakana kegiatan pemeliharaan larva dilakukan dalam ruangan tertutup (indoor). Menurut Santoso (2007) pH berkisar 6-8 dan suhu 28-30 C, dilapangan tidak dilakukan pengecekan kualitas air karena keterbatasan alat.
5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari kegiatan pemijahan ikan lele dumbo yang dilaksanakan di BBI Sekadau, kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut : 1. Dalam Persiapan bak penetasan telur yaitu dimulai dari pembersihan bak misalnya menyikat bak, memasang happa, pengisian air yang bersih dalam bak. 2. Seleksi induk bertujuan mendapatkan induk yang benar benar matang gonad dan tidak cacat. Induk yang di gunakan sebanyak 1 ekor induk jantan dengan berat 2 kg, dan induk betina sebanyak 1 ekor dengan berat 2,5 kg. 3. Pemberokan dilakukan dalam bak pemberokan, selama proses pemberokan selama 2 hari ikan tidak diberi pakan sama sekali guna untuk membuang kotoran dalm perut ikan dan mengurangi lemak dalam perut ikan, hal ini sangat diperlukan agar tidak mengganggu dalam proses striping ikan. 4. Teknik pemijahan dilakukan dengan secara buatan (induseed breeding), dimana induk betina disuntik dengan hormone ovaprim dengan dosis 0,3 ml/kg induk. Kemudian penyuntikan hanya dilakukan 1 kali masukan lagi dalam bak pemberokan dan dibiarkan selama 8 10 jam. Setelah itu dilakukan striping dan induk dikembalikan lagi kekolam pemeliharaan induk. Fekunditas yang dihasilkan 163800, dari hasil tersebut daya tetas ikan lele yang dipijahkan sebesar 62,41% banyak larva 102240 ekor. 5. Perawatan larva dengan memberi pakan berupa pakan tepung udang setelah larva berumur 4 hari atau sudah habis kuning telurnya. 5.2 Saran Pada umumnya teknik pemijahan ikan lele dumbo di BBI Sekadau sudah berjalan dengan baik. Agar pembenihannya berjalan lebih baik lagi maka di sarankan agar sarana dan prasarana bisa memadai, seperti parameter kualitas air, timbangan digital, jalan masuk ke lokasi dan aliran listrik dari PLN.

DAFTAR PUSTAKA

Soetomo, 2003. Teknik Budidaya Ikan Lele Dumbo. Sinar baru Algensindo.

Jakarta.

Santoso, Budi. 1995. Petunjuk Praktis Budidaya Ikan Lele Dumbo dan Lokal. Kanisius. Yokyakarta. Santoso, Heru. 2002. Teknik Kawin Suntik Ikan Ekonomis. Penebar Swadaya. Jakarta. Khairuman, 2002. Budidaya Lele Dumbo Secara Intensif. Argo Media Pustaka. Jakarta Hernowo, Suyanto dan Rachmatun. 2002. Pembenihan dan pembesaran Lele. Kanisius. Yogyakarta Mahyudin, Kholis. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Penebar Swadaya. Jakarta Bachtiar, Ir, Yusuf. 2006. Panduan Lengkap Budidaya Lele Dumbo. Agro Media Pustaka. Jakarta
Suyanto. 1997. Budidaya Ikan Lele. Penebar Swadaya. Jakarta.

http://www.skripsi-tesis.com/07/05/metode-kuantitatif-pdf-doc.htm, 08 Januari 2011

Lampiran 1. Rencana kegiatan

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Rencana Kegiatan Persiapan PKL Berangkat ke lokasi PKL Laporan kepada pimpinan lokasi Orientasi lapangan Pengarahan Kegiatan PKL Melengkapi data-data laporan Persiapan pulang Laporan akhir kegiatan kepada pimpinan Pulang

15

16

17

18

19

Tanggal 20 21 22

23

24

25

26

27

http://fisheries90.blogspot.com/2012/06/teknik-pemijahan-ikan-lele-dumbo.html

You might also like