You are on page 1of 11

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MEMAHAMI CERPEN DENGAN ADAPTASI STRATEGI SQ3R UNTUK SISWA KELAS X SMA

Lailatul Magfiroh1 Wahyudi Siswanto2 Yuni Pratiwi2 Email: lailatul_m4gfiroh@yahoo.com Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang

ABSTRACT: The aims of the research are to produce an outcome such as learning materials to understand intrinsic elements of the short story by strategic adaptation SQ3R for grade X students of senior high schools. The method used is a method of research and development. The procedures used are the development research by procedural model. The data obtained is the numerical data and verbal data. The research outcomes are that the printed learning materials for understanding short story by strategic adaptation SQ3R for grade X students of senior high schools. Subsequently the products made being tried and revised. Key word: teaching materials, understand short story, SQ3R strategy, learning literature ABSTRAK: Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan produk berupa bahan ajar memahami unsur intrinsik cerpen dengan adaptasi strategi SQ3R untuk siswa kelas X SMA. Metode yang digunakan adalah metode penelitian dan pengembangan. Prosedur yang digunakan adalah penelitian pengembangan dengan model prosedural. Data yang diperoleh merupakan data numerik dan data verbal. Hasil penelitian ini adalah bahan ajar cetak memahami cerpen dengan adaptasi strategi SQ3R untuk siswa kelas X SMA. Produk yang dihasilkan selanjutnya diujicobakan dan direvisi. Kata kunci: bahan ajar, memahami cerpen, strategi SQ3R, pembelajaran sastra

Membaca merupakan salah satu aspek penting dalam keterampilan berbahasa. Melalui kegiatan membaca seseorang mendapatkan informasi, pengetahuan, dan juga hiburan. Tarigan (1986: 9) menyebutkan bahwa tujuan utama mambaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, dan memahami makna bacaan. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dicapai kompetensi dasarnya oleh siswa selain kemampuan menulis, mendengarkan, dan berbicara. Salah satu bentuk keterampilan membaca adalah membaca pemahaman. Membaca pemahaman merupakan salah satu bagian dari membaca telaah isi. Tarigan (1986: 56) menyatakan bahwa membaca pemahaman bertujuan untuk memahami standarstandar atau norma-norma kesastraan, resensi kritis, drama tulis, dan pola-pola

Lailatul Magfiroh adalah Mahasiswa Universitas Negeri Malang. Artikel ini diangkat dari skripsi Sarjana Pendidikan, Program Sarjana Universitas Negeri Malang 2012 2 Wahyudi Siswanto dan Yuni Pratiwi adalah dosen Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang

fiksi. Jadi membaca pemahaman adalah membaca yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dari suatu bacaan. Salah satu kompetensi dasar membaca di sekolah adalah kompetensi dasar memahami unsur intrinsik cerpen. Di kelas X SMA terdapat kompetensi dasar menganalisis keterkaitan unsur intrinsik suatu cerpen dengan kehidupan seharihari. Dalam kompetensi ini siswa dituntut untuk dapat memahami unsur intrinsik cerpen sehingga nantinya dapat menghubungkan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Menurut Siswanto (2008: 141), cerpen atau cerita pendek merupakan bentuk prosa rekaan yang pendek. Pendek di sini masih mempersyaratkan adanya keutuhan cerita, bukan asal sedikit halaman. Karena pendek, permasalahan yang digarap tidak begitu kompleks. Sebagai salah satu bentuk prosa rekaan, cerpen memiliki unsur-unsur pembangun cerpen yang biasa disebut unsur intrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika seseorang membaca karya sastra. Unsur-unsur tersebut di antaranya, tokoh, penokohan, latar, alur, tema, dan lain-lain (Nurgiyantoro, 2010: 23). Unsur intrinsik ini memiliki keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Sebuah karya sastra itu mencerminkan realitas. Karya sastra dianggap sebagai imitasi atau tiruan dari realitas. Sastra adalah pengungkapan realitas kehidupan masyarakat secara imajiner atau fiksi (Priyatni: 2010: 12). Kemampuan memahami unsur intrinsik menjadi kemampuan utama dalam apresiasi cerpen. Pembelajaran memahami unsur intrinsik cerpen ini bisa menjadi pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa jika dilakukan dengan strategi yang tepat. Berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara pada tahap pra pengembangan yang dilakukan pada subjek kelas X SMA Negeri 1 Wonoayu diperoleh kenyataan bahwa pembelajaran memahami cerpen masih kurang didukung dengan kurangnya minat dan kesadaran siswa untuk membaca. Selain itu, buku teks yang menjadi buku pegangan siswa belum memberikan latihan dan kegiatan bervariasi serta bacaan cerpen yang sesuai dengan kebutuhan siswa dalam proses pencapaian kompetensi dasar. Dalam pembelajaran masih dijumpai teknik konvensional yang cenderung membosankan bagi siswa. Pembelajaran akan lebih optimal jika sumber belajar dan strategi yang digunakan guru dalam pembelajaran dapat menciptakan suasana yang menyenangkan. Seperti halnya kegiatan pembelajaran, pengembangan bahan ajar juga membutuhkan strategi tertentu. Salah satu strategi yang dibutuhkan untuk mengatasi hambatan pembelajaran yang dialami siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman dan untuk mengembangkan bahan ajar memahami cerpen adalah adaptasi strategi SQ3R. Strategi SQ3R sendiri adalah salah satu strategi membaca pemahaman. SQ3R merupakan strategi yang memiliki lima tahap pada pelaksanaannya, yaitu survey, question, read, recite, dan review. Strategi ini sudah dikembangkan sejak lama, bahkan banyak penelitian yang menunjukkan keberhasilan strategi SQ3R dalam kegiatan membaca. Menurut Tarigan (1986: 54), pembaca dapat memahami bacaan dalam waktu singkat dan mendapatkan hasil yang lebih baik dengan menggunakan teknik SQ3R. Tujuan dari penelitian pengembangan bahan ajar memahami cerpen dengan adaptasi strategi SQ3R untuk siswa kelas X SMA yakni (1) dihasilkan isi materi bahan ajar memahami cerpen dengan adaptasi strategi SQ3R untuk siswa

kelas X SMA, (2) dihasilkan sistematika penyajian bahan ajar memahami cerpen dengan adaptasi strategi SQ3R untuk siswa kelas X SMA, (3) dihasilkan paparan bahasa bahan ajar memahami cerpen dengan adaptasi strategi SQ3R untuk siswa kelas X SMA, dan (4) dihasilkan tampilan layout bahan ajar memahami cerpen dengan adaptasi strategi SQ3R untuk siswa kelas X SMA. Dengan adanya hasil penelitian berupa bahan ajar memahami cerpen, diharapkan dapat membantu dan mendukung guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Selain itu Bahan ajar yang dikembangkan diharapkan dapat membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran. METODE Penelitian ini menggunakan metode pengembangan dengan model prosedural dan mengadaptasi model pengembangan Borg dan Gall. Model prosedural adalah model yang bersifat deskriptif, menunjukkan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan produk (Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan, 2008: 8). Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Wonoayu pada tahun ajaran 2011/2012. Prosedur pengembangan bahan ajar ini terdiri dari beberapa tahap yakni (1) tahap pra pengembangan, (2) tahap perencanaan, (3) tahap pengembangan produk, (4) tahap uji coba, dan (5) tahap revisi produk. Hasil observasi yang dilakukan pada tahap pra pengembangan diketahui bahwa buku teks siswa belum memberikan cerpen dan materi yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Buku teks pegangan siswa belum memberikan pengetahuan perihal keterkaitan sastra dengan dunia realitas yang dibutuhkan siswa untuk mencapai KD menganalisis keterkaitan unsur intrinsik cerpen dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu, buku teks yang menjadi buku pegangan siswa belum banyak membantu siswa memahami cerpen. Pengembangan produk dilakukan dengan menyesuaikan produk bahan ajar dengan kebutuhan siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Sukmadinata (2009: 164) yang menyatakan bahwa penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk untuk mengembangkan produk baru atau menyempurnakan produk yang sudah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan. Selanjutnya produk diuji coba untuk mengetahui kelayakan produk, pada tahap ini terdapat empat tahapan uji coba, yakni (1) uji coba dengan ahli apresiasi cerpen, (2) uji coba dengan ahli bahan ajar, (3) uji coba dengan praktisi (guru), dan (4) uji coba dengan kelompok kecil siswa. Uji coba ini menghasilkan data berupa data numerik dan data verbal deskriptif. Instrumen yang digunakan untuk mengimpun data adalah angket dan pedoman wawancara. Data numerik berupa skor penilaian, sedangkan data verbal berupa komentar dan saran perbaikan dari subjek uji coba. Teknis analisis data dilakukan dengan cara analisis data kualitatif dan kuantitatif sederhana. Teknik analisis data kualitatif dilakukan dengan (1) mengumpulkan data verbal tertulis yang diperoleh dari angket penilaian; (2) mentranskip data verbal lisan; (3) menghimpun, menyeleksi, dan mengklarifikasi data verbal tulis dan verbal lisan berdasarkan kelompok uji; (4) menganalisis data dan merumuskan simpulan analisis sebagai dasar untuk melakukan tindakan terhadap produk yang dikembangkan, apakah produk perlu direvisi atau diimplementasi. Teknik analisis data kuantitatif dilakukan dengan menghitung

skor yang diperoleh dari angket uji coba dengan menggunakan rumus kuantitatif sederhana. a. Rumus untuk menghitung data per item P Keterangan : P x x1 100% =

x 100%

= = = =

Persentase Jawaban responden dalam satu item Nilai ideal dalam satu item Konstanta

b. Rumus untuk mengolah data secara keseluruhan item P =

x 100%

Keterangan: P = Persentase = Jumlah keseluruhan jawaban responden dalam seluruh item = Jumlah keseluruhan skor ideal dalam satu item 100 % = Konstanta Bahan ajar dikatakan layak dan dapat diimplementasi jika berhasil memperoleh persentase minimal 75%. Berikut adalah kriteria kelayakan bahan ajar.
Tabel 1 Kriteria Kelayakan Bahan Ajar Kategori Presentase 4 85%-100% 3 75%-84% 2 50%-74% 1 <50% Kualifikasi Sangat layak Layak Cukup layak Kurang layak Tindak Lanjut Implementasi Implementasi Revisi Diganti

(diadaptasi dari SSN) HASIL Pengembangan bahan ajar memahami cerpen yang dilakukan disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Oleh karena itu, dilakukan analisis kebutuhan sebelum pengembangan dilakukan. Dari analisis kebutuhan yang dilakukan di SMA Negeri 1 Wonoayu diperoleh kenyataan bahwa pembelajaran memahami cerpen masih kurang didukung dengan kurangnya minat dan kesadaran siswa untuk membaca. Selain itu, buku teks yang menjadi buku pegangan siswa belum banyak membantu siswa memahami cerpen. Produk yang dikembangkan merupakan bahan ajar berbentuk buku yang mencakup kompetensi dasar menganalisis keterkaitan unsur intrinsik cerpen dengan kehidupan sehari-hari. Bahan ajar terdiri dari bagian pendahuluan, isi yang mencakup contoh dan latihan serta penutup. Selain itu, di dalam bahan ajar yang dikembangakan digunakan strategi membaca adaptasi SQ3R untuk membantu siswa memahami cerpen secara lebih mendalam. Produk hasil pengembangan

diujikan pada ahli apresiasi cerpen, ahli bahan ajar, praktisi (guru), dan kelompok kecil siswa. Hasil Uji Coba dengan Ahli Apresiasi Cerpen Uji coba pertama dilakukan oleh dosen ahli apresiasi cerpen. Uji coba dilaksanakan dengan memberikan produk bahan ajar kemudian ahli memberikan komentar dan saran perbaikan. Uji coba bahan ajar kepada ahli apresiasi cerpen juga dilakukan dengan wawancara bebas. Ada empat aspek yang menjadi perhatian, aspek tersebut berkaitan dengan materi dan bahasa yang ada dalam bahan ajar. Keempat aspek tersebut disajikan dalam angket penilaian yang harus diisi oleh ahli. Empat aspek tersebut meliputi (1) kelengkapan materi bahan ajar yang memperoleh persentase 87,5%, (2) kedalaman materi memperoleh persentase 75%, (3) keakuratan materi bahan ajar memperoleh persentase 66,7%, dan (4) bahasa yang digunakan dalam bahan ajar memperoleh persentase 91,7%. Rata-rata keseluruan uji ahli apresiasi cerpen memperoleh persentase 80,4%. Berdasarkan kriteria kelayakan bahan ajar hasil dari uji coba dengan ahli apresiasi cerpen, bahan ajar tergolong layak dan dapat diimplementasikan. Ahli apresiasi cerpen memberikan beberapa komentar dan saran perbaikan anatara lain (1) bahan ajar perlu diberikan contoh karya sastra yang bisa dihubungkan dengan realitas dan yang tidak bisa dihubungkan (murni imajinatif), selain itu diberikan tulisan yang mengulas tentang realita yang ditampilkan dalam cerpen dan realitas yang ada dalam dunia nyata, (2) bagaimana menghubungkan unsur intrinsik dengan kehidupan realitas harus ada dan diberikan petunjuk tentang keterkaitan sebuah karya sastra dengan dunia realitas, (3) bahan ajar harus memberikan pemahaman terhadap siswa. Hasil Uji Coba dengan Ahli Bahan Ajar Uji coba kedua dilakukan oleh dosen ahli bahan ajar. Uji coba dilaksanakan dengan memberikan produk bahan ajar kemudian ahli memberikan penilaian, saran, dan komentar perbaikan. Aspek yang dinilai oleh ahli bahan ajar terdiri dari empat aspek yakni (1) isi materi bahan ajar dengan hasil persentase 75%, (2) sistematika penyajian memperoleh persentase 81%, (3) bahasa bahan ajar memperoleh persentase 75%, dan (4) tampilan bahan ajar memperoleh 75%. Rata-rata keseluruan hasil persentase yang diperoleh dari uji dengan ahli bahan ajar adalah 76%. Uji coba dengan ahli bahan ajar juga dilakukan dengan wawancara bebas untuk memperjelas bagian yang perlu direvisi. Data verbal deskriptif yang diperoleh dari ahli bahan ajar adalah latihanlatihan dalam bahan ajar perlu disesuaikan dengan konsep SQ3R, pertanyaan yang dibuat siswa adalah pertanyaan hasil survei (S), bukan hasil membaca (R). Selain itu nuansa belajar bersastra perlu ditonjolkan. Menurut hasil analisis bahan ajar yang telah diujicobakan tergolong layak dan dapat diimplementasikan. Hasil Uji Coba dengan Praktisi (Guru) Tahap uji coba yang ketiga adalah dengan praktisi (guru) Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Wonoayu. Pelaksanaan uji coba praktisi dilakukan dengan wawancara bebas dan menyerahkan produk bahan ajar memahami cerpen. Produk yang telah diberikan dinilai dan dikomentari oleh praktisi dengan mengisi angket yang disediakan dan memberikan komentar atau saran perbaikan. Praktisi (guru)

memberikan penilaian produk bahan ajar dengan mengisi angket. Di dalam angket terdapat lima aspek yang menjadi fokus penilaian praktisi yakni (1) kesesuaian dengan kompetensi dasar memperoleh persentase 100%, (2) isi materi bahan ajar dengan hasil persentase 93%, (3) sistematika penyajian memperoleh persentase 100%, (4) bahasa bahan ajar memperoleh persentase 100%, dan (5) tampilan bahan ajar memperoleh 100%. Rata-rata keseluruan hasil persentase yang diperoleh dari uji dengan praktisi adalah 97%, yang berarti sangat layak dan implementasi. Uji coba dengan praktisi memperoleh persentase yang cukup tinggi. Data verbal yang diperoleh juga tidak banyak. Saran dari praktisi (guru) adalah supaya penulis lebih memperhatikan lagi penulisan judul dan subjudul serta materi yang diberikan. Hasil Uji Coba dengan Kelompok Kecil Siswa Uji coba bahan ajar yang terakhir dilakukan dengan kelompok kecil siswa. Subjek uji coba kelompok kecil adalah siswa kelas X2 SMA Negeri 1 Wonoayu, yang berjumlah 31 siswa. Kelas X2 dipilih karena merupakan kelas praktisi mengajar. Uji coba dilaksanakan dengan memberikan produk bahan ajar kepada siswa kemudian siswa memberikan penilaian dan komentar. Aspek yang dinilai oleh siswa diantaranya adalah (1) isi materi bahan ajar yang memperoleh persentase keseluruan 90%, (2) sistematika penyajian memperoleh pesentase keseluruan 92%, (3) bahasa bahan ajar memperoleh persentase keseluruan 92,7%, dan (4) tampilan bahan ajar memperoleh persentase keseluruan 93%. Jadi rata-rata hasil persentase dari uji dengan kelompok kecil siswa memperoleh 92%. Data verbal dari uji kelompok kecil siswa secara umum dapat disimpulkan bahwa siswa sudah dapat memahami bahan ajar yang diberikan. Siswa sudah cukup tertarik untuk memahami dan membaca bahan ajar memahami cerpen. Namun beberapa siswa merasa bahwa gambar ilustrasi dalam bahan ajar masih perlu ditambahkan. Kesimpulan dari hasil uji kelompok kecil siswa adalah bahan ajar termasuk layak dan dapat diimplementasikan. PEMBAHASAN Deskripsi Produk Bahan Ajar yang Dikembangkan Produk yang dihasilkan berupa bahan ajar memahami cerpen yang berjudul Mencari Benang Merah antara Cerpen dengan Dunia Realitas. Kemp (dalam Muslich 2008: 206) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan bahan ajar adalah gabungan antara pengetahuan (fakta dan informasi rinci), keterampilan (langkah-langkah prosedur, keadaan, syarat-syarat), dan sikap. Bahan ajar yang dikembangkan berbeda dengan buku teks pegangan siswa pada umumnya. Bahan ajar yang dikembangkan dikhususkan untuk pembelajaran memahami cerpen. Bahan ajar ini menggunakan adapatasi strategi SQ3R yang akan membantu siswa memamahi lebih mendalam cerpen yang dibaca, sehingga siswa mampu menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Strategi SQ3R seringkali digunakan dalam kegiatan membaca pemahaman. Strategi SQ3R yang digunakan dalam memahami cerpen merupakan adaptasi dari strategi SQ3R pada umumnya, adaptasi yang dilakukan dengan lebih menvariasiakan prosedur pada setiap tahapannya. Soedarso (2004: 59) mengatakan bahwa dalam sistem SQ3R, sebelum membaca terlebih dahulu

dilakukan kegiatan survei bacaan untuk mendapatkan gagasan umum apa yang akan dibaca. Kemudian dengan mengajukan berbagai pertanyaan pada diri sendiri yang jawabannya diharapkan terdapat dalam bacaan yang dibaca dapat mempermudah memahami bacaan. Selanjutnya mencoba mengutarakan dengan kata-kata sendiri pokok-pokok penting dari bacaan, dengan begitu pembaca akan dapat menguasai dan mengingatnya lebih lama. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam adaptasi SQ3R adalah (1) memperhatikan kolom-kolom survei dan kata-kata kunci pada tahap survei; (2) membuat dan membaca pertanyaan pada tahap question; (3) membaca teliti; (4) menceritakan kembali dan menghubungkan unsur intrinsik cerpen dengan kehidupan sehari-hari; (5) memeriksa kembali keseluruan langkah yang telah dilakukan. Pada langkah terakhir dilakukan peninjauan ulang atas seluruh pertanyaan dan jawaban sehingga diperoleh sebuah kesimpulan yang singkat, tetapi dapat menggambarkan seluruh jawaban atas pertanyaan yang telah diajukan (Wusananingrum: 2011). Produk bahan ajar memahami cerpen dengan adaptasi strategi SQ3R yang dihasilkan telah diujicobakan untuk menentukan kelayakan bahan ajar yang dikembangkan. Hasil dari uji coba yang dikakukan dengan ahli apresiasi cerpen, ahli bahan ajar, praktisi (guru), dan kelompok kecil siswa diperoleh kesimpulan bahwa bahan ajar yang dikembangkan tergolong layak dan dapat diimplementasikan. Produk bahan ajar memahami cerpen yang dikembangkan juga telah direvisi. Revisi dilakukan dari skor yang diperoleh dari angket dan komentar serta saran yang diperoleh ketika uji coba dilakukan. Revisi Produk Berdasarkan komentar dan saran perbaikan dari ahli apresiasi cerpen, ahli bahan ajar, praktisi (guru), dan kelompok kecil siswa, bahan ajar diperbaiki dan direvisi. Setelah direvisi bahan ajar ditambahkan bagian yang mengulas tentang keterkaitan unsur intrinsik dengan kehidupan sehari-hari atau realitas. Bahan ajar dikembangkan lagi dengan memberikan petunjuk bagi siswa perihal cara menghubungkan cerpen dengan dunia realitas. Dalam bahan ajar memahami cerpen, terdapat cerpen yang digunakan sebagai contoh analisis maupun cerpen untuk latihan analisis. Ahli bahan ajar memberikan saran kepada penulis untuk memilih cerpen yang sesuai dengan pembelajaran siswa SMA dan dilakukan uji kemenarikan cerpen pada siswa kelas X SMA. Dari survei uji kemenarikan yang dilakukan pada sejumlah siswa kelas X SMA diperoleh hasil bahwa cerpen yang dipilih adalah cerpen Malaikat Kecil karya Indra Tranggono dan Mbok Jah karya Umar Kayam. Selain itu dalam mengembangkan bahan ajar memahami cerpen dengan adaptasi strategi SQ3R perlu disesuaikan latihan-latihan yang diberikan dengan konsep SQ3R. Pertanyaan yang dibuat siswa adalah pertanyaan hasil survei (S), bukan hasil membaca (R). Jadi pada langkah question (Q), contoh pertanyaan yang diberikan terlalu mendalam, sehingga perlu direvisi dan diganti pertanyaan-pertanyaan yang lebih umum. Latihan bahan ajar yang terlalu banyak membuat siswa menggeluh saat uji coba kelompok kecil siswa dilakukan, sehingga latihan dalam bahan ajar juga direvisi. Peneliti merasa perlu untuk membuat latihan dalam bahan ajar lebih sesuai dengan kebutuhan siswa dan kompetensi dasar menganalisis keterkaitan

unsur intrinsik cerpen dengan kehidupan sehari-hari yang dipakai sebagai acuan untuk mengembangkan produk. Pada segi sistematika penyajian ditambahkan sajian bagian pendahuluan perihal keterkaitan dunia sastra dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu informasi tentang kejadian atau peristiwa dalam dunia realitas yang mirip atau memiliki keterkaitan dengan cerpen juga perlu disajikan. Informasi tersebut dirangkum dalam kolom Info Realitas. Paparan bahasa dalam bahan ajar tidak banyak mengalami revisi, hanya saja menghidari penggunaan kata sapaan kamu yang dianggap kurang sesuai digunakan dalam bahan ajar untuk siswa. Sedangkan revisi pada tampilan bahan ajar dilakukan dengan menganti sampul bahan ajar yang awalnya terkesan terlalu sederhana, mengganti komposisi warna yang terlalu mencolok, menghilangkan gambar-gambar yang dirasa tidak perlu, dan mengganti font huruf yang digunakan di dalam bahan ajar. Kajian Produk yang Telah Direvisi Bahan ajar memahami cerpen yang memiliki empat komponen yang dikembangkan. Komponen-komponen yang dikembangkan tersebut antara lain deskripsi isi materi bahan ajar, sistematika penyajian bahan ajar, penggunaan bahasa bahan ajar, dan tampilan bahan ajar. Deskripsi isi bahan ajar memahami cerpen yang dikembangkan meliputi (1) materi dan teori tentang memahami unsur cerpen (tokoh, perwatakan, alur, latar, tema, dan amanat) dan keterkaitan cerpen dengan dunia realitas, (2) contoh analisis cerpen dengan menggunakan adaptasi strategi SQ3R, (3) penugasan memahami cerpen dengan menggunakan langkah-langkah adaptasi SQ3R, yakni mencari unsur intrinsik cerpen dan menghubungkannya dengan kehidupan seharihari, dan (4) refleksi. Dalam penyusunan bahan ajar perlu diperhatikan kriteria penyusunan bahan ajar. Mbulu dan Suhartono (2004: 88) menyebutkan bahwa penyusunan bahan ajar harus memenuhi kriteria. Kriteria tersebut adalah (1) teori, istilah, persamaan; (2) contoh soal dan contoh praktik; (3) tugas-tugas latihan, pertanyaan, dan soal-soal latihan; (4) jawaban dan penyelesaian beberapa tugas itu; (5) penjelasan mengenai sasaran belajar, contoh ujian; (6) petunujuk tentang bahan yang dianggap diketahui; (7) sumber pustaka; (8) petunjuk belajar. Bahan ajar memahami cerpen ini memiliki tiga bagian yang dikembangkan, bagian pendahuluan, tahap 1, dan tahap 2. Bagian pertama merupakan bagian pendahuluan yang berisi tentang pengantar dari penulis, halaman persembahan, indikator keberhasilan, petunjuk penggunaan bahan ajar, dan bagian yang menjelaskan tentang hubungan sastra dengan dunia realitas yang berjudul Benang Merah antara Sastra dengan Dunia Realitas. Bagian kedua diberi judul Tahap 1, pada tahap ini berisi contoh memahami cerpen dan menghubungkannya dengan dunia realitas menggunakan adaptasi strategi SQ3R. Bagian terakhir bahan ajar yakni Tahap 2 berisi latihan memahami cerpen dan menghubungkannya dengan dunia realitas menggunakan adaptasi strategi SQ3R. Selain isi materi, aspek yang perlu diperhatikan dalam bahan ajar salah satunya adalah sistematika penyajian. Menurut Muslich (2010: 298) sistematika penyajian setiap bab dalam buku teks minimal memuat pembangkit motivasi, pendahuluan, dan isi.

Sistematika penyajian bahan ajar disusun secara berurutan, mulai dari halaman judul, kata pengantar, daftar isi materi, dan daftar rujukan. Bagian awal disajikan mulai dari pengantar dari penulis sampai penyajian materi awal yakni pengetahuan dasar siswa tentang sastra dengan realitas. Sedangkan bagian isi disusun sesuai dengan kebutuhan siswa, yakni bab yang menjelaskan contoh analisis dengan adaptasi strategi SQ3R, dan kemudian dilanjutkan dengan bab yang melatih siswa memahami cerpen dengan adapatasi strategi SQ3R. Tiap-tiap bab atau tahap dalam bahan ajar disajikan kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan lanjutan. Selain itu di dalam isi juga disusun informasi sastra, catat dalam memorimu, info mini, info realitas, kamu perlu tahu, tips, ingatkah kamu, dan rangkuman. Selain deskripsi isi dan sistematika penyajian, aspek dalam uji coba yang diperhatikan adalah paparan bahasa yang digunakan di dalam bahan ajar. Aspek yang diperhatikan dalam penggunaan bahasa dalam pengembangan bahan ajar memahami cerpen ini adalah (1) bahasa yang digunakan dalam penyampaian materi dan latihan komunikatif, (2) bahasa yang digunakan dalam bahan ajar mudah dipahami dan tidak menimbulkan makna ganda, dan (3) bahasa yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual siswa kelas X. Seperti pendapat Muslich (2010: 303) yang menyatakan bahwa dalam hal kelayakan bahasa, ada tiga indikator yang harus diperhatikan, yaitu (1) kesesuaian pemakaian bahasa dengan tingkat perkembangan siswa; (2) pemakaian bahasa yang komunikatif; (3) pemakaian bahasa memenuhi syarat keruntutan dan keterpaduan alur berfikir. Jadi bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia ragam formal yang komunikatif. Tampilan bahan ajar memiliki peranan penting dalam pengembangan bahan ajar karena menarik tidaknya bahan ajar ditentukan oleh tampilannya. Tjipto Utomo dan Kees Ruijter (dalam Mbulu dan Suhartono, 2004:88) menyatakan bahwa salah satu persyaratan khusus yang harus dipenuhi untuk menyusun bahan ajar adalah meningkatkan motivasi siswa atau peserta didik. Dengan tampilan yang menarik diharapkan siswa akan lebih termotivasi untuk membaca bahan ajar. Tampilan yang diperhatikan di antaranya adalah sampul bahan ajar. Sampul bahan ajar didesain dengan menarik dan menggunakan warna dominan hijau sebagai warna inti bahan ajar. Warna hijau dipilih peneliti karena dianggap sebagai warna yang cerah dan warna umum. Gambar sampul disesuaikan dengan aspek kebahasaan yang dipilih yakni membaca. Selain tampilan sampul bahan ajar, tampilan cerpen dalam tiap tahap bahan ajar juga perlu diperhatikan. Tampilan cerpen dalam bahan ajar telah diadaptasi dan disesuaikan dengan adaptasi strategi SQ3R. Teks cerpen yang ada dalam bahan ajar yakni pada tahap 1 dan tahap 2 diadaptasi dengan memberi tanda pada kata-kata kunci yang ada di dalam cerpen, misalnya penggunaan huruf tebal pada nama-nama tokoh, penggunaan garis bawah pada latar cerpen, dan yang lainnya. Adaptasi ini dilakukan untuk membantu siswa dalam menyurvei cerpen yang tidak memiliki bab dan subbab seperti buku atau novel. Bahan ajar dicetak menggunakan kertas ukuran A4. Hal-hal yang diperhatian dalam tampilan bahan ajar adalah sebagai berikut antara lain, (a) jenis dan ukuran huruf yaitu tiap bab berukuran 26 pt dengan judul 18 pt dan jenisnya

10

Cooper Black, judul kegiatan 18 pt dan judul subbab berukuran 13 pt jenisnya Bold Old Style, teks cerpen berukuran 10,5 pt jenisnya Trebuchet MS, sedangkan materi dan latihan berukuran 11 pt jenisnya Book Antiqua, (b) penataan halaman atau sistem penomeran yaitu bidang cetak menggunakan kertas A4, proporsi margin yaitu margin top 3 cm, margin bottom (bawah) 3 cm, margin left (kiri) 4 cm, margin right (kanan) 3 cm, spasi bahan ajar 1,15. Sistem penomeran di bawah menggunakan footer, (c) judul bahan ajar diletakkan di bawah menggunakan footer dan di atas menggunakan header, dan (d) ilustrasi dan warna bahan ajar memberi kesan menarik.

PENUTUP Simpulan Penelitian pengembangan yang dilakukan menghasilkan sebuah produk bahan ajar memahami cerpen dengan menggunakan adaptasi strategi SQ3R. Produk bahan ajar memahami cerpen yang dikembangkan telah diujicobakan kepada ahli apresiasi cerpen, ahli bahan ajar, praktisi (guru), dan kelompok kecil siswa kelas X SMA. produk bahan ajar diujicobakan untuk mengetahui kelayakan bahan ajar direvisi atau implementasi. Hasil pemerolehan persentase uji coba yang dilaksanakan pada (1) ahli apresiasi cerpen adalah 80,4%, (2) ahli bahan ajar adalah 76%, (3) praktisi (guru) adalah 97%, dan (4) kelompok kecil siswa adalah 92%. Berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan dapat dikatakan bahwa bahan ajar memahami cerpen dengan menggunakan adaptasi strategi SQ3R tergolong layak dan dapat diimplementasikan atau dipergunakan di dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya pada keterampilan membaca cerpen. Produk bahan ajar yang telah diujicobakan telah melalui tahap revisi untuk memperbaiki produk. Bagian bahan ajar yang direvisi adalah isi bahan ajar, sistematika penyajian, tampilan bahan ajar, dan bahasa bahan ajar. Produk akhir bahan ajar yang dikembangkan adalah menghasilkan isi materi bahan ajar berupa materi, contoh, dan penugasan memahami cerpen, (2) dalam bahan ajar disajikan bagian pendahuluan, bagian inti, dan bagian penutup, (3) bahan ajar menggunakan ragam bahasa formal yang komunikatif, dan (4) bahan ajar diberikan tampilan sampul dan isi yang menarik serta teks cerpen yang diadaptasi sesuai dengan kebutuhan adaptasi strategi SQ3R. Saran Produk bahan ajar memahami cerpen dengan adaptasi strategi SQ3R untuk siswa kelas X SMA diharapkan dapat digunakan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di kelas X. Oleh karena itu, peneliti mengemukakan saran sebagai berikut. Pertama kepada guru, bahan ajar memahami cerpen yang berjudul Mencari Benang Merah antara Cerpen dengan Dunia Realitas dapat digunakan guru atau dimanfaatkan untuk pembelajaran memahami cerpen di kelas, sehingga guru dapat memperoleh bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar. Guru dapat menggunakan bahan ajar secara penuh atau dikolaborasikan dengan buku teks siswa.

11

Kedua saran untuk peneliti lain, pengembangan bahan ajar yang telah dilakukan dapat dijadikan pertimbangan dan sumber inspirasi dalam mengembangkan bahan ajar memahami cerpen yang lebih baik lagi. Selain itu peneliti lain atau penulis bahan ajar dapat mengembangkan bahan ajar pada kompetensi dasar yang berbeda ataupun aspek kebahasaan yang berbeda.

DAFTAR RUJUKAN Mbulu, Josep & Suhartono. 2004. Pengembangan Bahan Ajar. Malang: Elang Mas. Muslich, Masnur. 2010. Texs Book Writing: Dasar-Dasar Pemahaman, Penulisan, dan Pemakaian Buku Teks. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Kajian Fiksi. Yogyakarta: Gadja Mada University Press. Piyatni, Endah Tri. 2010. Membaca Sastra dengan Ancangan Literasi Kritis. Jakarta: Bumi Aksara Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan. 2008. Metode Pengembangan Penelitian. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo. Soedarso. 2004. Speed Reading: Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Tarigan, Hendry Guntur. 1986. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Wusananingrum, Tri. 2011. Teknik Membaca SQ3R.(Online), (http://berbahasabersastra.blogspot.com/2011/02/teknik-membaca-sq3r.html), diakses 2 September 2011

You might also like