You are on page 1of 15

BAB I PENDAHULUAN

Menginjak masa remaja berarti memulai langkah baru pada masa peralihan antara anakanak ke masa dewasa atau masa usia belasan tahun dimana sering menunjukan tingkah laku tertentu seperti susah diatur, perasaannya mudah terangsang dan sebagainya. Menurut WHO batasan usia remaja adalah 12-24 tahun. Sementara menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) atau Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak Reproduksi, batasan usia remaja adalah 10-21 tahun. Dalam pendampingan oleh KISARA PKBI Bali, usia 10-24 tahun adalah sasaran utama

program komunikasi, informasi dan edukasi tentang kesehatan reproduksi, seksual, termasuk hak reproduksi, HIV/AIDS dan penyalah gunaan narkoba. Periode masa remaja terjadi perkembangan yang pesat dalam hal dimensi fisik, biologi, psikologis, dan sosial.Masalah perkembangan fisik, remaja akan mengalami perubahan fisik yang akan mendekati orang dewasa pada umumnya. Dari segi biologis, remaja akan mengalami perubahan regulasi hormon-hormon di dalam tubuhnya terutama hormon reproduksi yang mana akan mempengaruhi kematangan organ reproduksinya dan kematangan seksualnya. Secara fisik dan fungsi organ seks, maka organ seks remaja sudah dapat berfungsi seperti layaknya organ seks pada orang dewasa. Permasalahan remaja seringkali berakar dari kurangnya informasi, pemahaman, serta kesadaran untuk mencapai sehat secara reproduksi. Maturitas organ seks secara fisik tidak diikuti dengan kedewasaan mental dan cara berpikir remaja yang masih labil. Inilah yang menjadi masalah mental dan psikososial remaja. Perubahan fisik yang pesat dan perubahan hormonal yang sangat dramatik merupakan pemicu masalah kesehatan remaja serius karena timbuhnya dorongan motivasi seksual yang menjadikan remaja rawan terhadap penyakit dan masalah kesehatan reproduksi, kehamilan remaja dengan segala konsekuensinya yaitu hubungan seks pranikah, aborsi, IMS danHIV/AIDS, serta NAPZA. Remaja dalam masa ini dipengaruhi oleh masyarakat di sekitarnya, teman sebaya, ataupun media massa. Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Kesehatan reproduksi

ini sebaiknya telah diperkenalkan sejak dini kepada remaja mengingat masalah kesehatan remaja mencakup aspek fisik biologis dan mental, sosial. Namun, akses untuk mendapatkan informasi bagi remaja banyak yang tertutup. Dengan memperluas akses informasi tentang kesehatan reproduksi remaja yang benar dan jujur bagi remaja akan membuat remaja makin sadar terhadap tanggung jawab perilaku reproduksinya. Dengan makin banyaknya persoalan kesehatan reproduksi remaja, maka pemberian informasi, layanan dan pendidikan kesehatan reproduksi remaja menjadi sangat penting. Tetapi informasi yang diterima tidak signifikan, akibatnya remaja kurang pengetahuan akan hal ini. Hasil penelitian menunjukan bahwa 52,67% responden memiliki pengetahuan yang tidak memadai tentang kesehatan reproduksi, karena pengetahuan mereka diperoleh hanya dari teman. Penelitian lain dilakukan oleh sahabat remaja tentang perilaku seksual di empat kota menunjukan bahwa 3,6% remaja di kota Medan, 8,5% remaja di kota Yogyakarta, 3,4% remaja di kota Surabaya serta 31,1% remaja di kota Kupang telah terlibat hubungan seks secara aktif. Penelitian Mangku (2003) mengenai hubungan seksual didapatkan data remaja (10-24 tahun) pertama kali melakukan hubungan seksual umur 19-24 tahun (62%), 13-19 tahun (37%) dan 10-13 tahun (1%). Tempat hubungan seksual remaja pertama kali meliputi rumah sendiri atau pacar (67%), kost (21%) dan lainnya (12%). Untuk alasan hubungan seksual pada remaja pertama kali antara lain sama-sama suka (74%), ingin tahu atau coba-coba (11%) dan lainnya (15%). Di UPT Puskesmas Tampaksiring I Kabupaten Gianyar, kasus pernikahan dan kehamilan usia dini masih menjadi trend meskipun ada kecenderungan menurun. Pada tahun 2010 tercatat total kasus kehamilan di bawah usia 20 tahun adalah 38 kasus dan persalinan usia remaja 21 kasus. Sedangkan pada tahun 2011, total kasus kehamilan di bawah usia 20 tahun adalah 32 kasus, seks pranikah 4 kasus, dan persalinan remaja tercatat 5 kasus. Data terbaru dari puskesmas untuk tahun 2012, tercatat kehamilan di bawah usia 20 tahun dari bulan April sampai Juni adalah 7 kasus dan seks pranikah di bulan April ada 2 kasus. Masih tingginya kasus yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I menunjukkan remaja dalam masa ini seolah berada dalam daerah abu-abu, di mana mereka harus menentukan sendiri warna yang mereka pilih. Masa ini merupakan masa yang paling sulit dibandingkan dengan masa-masa lainnya. Masa ini sangat menentukan 2

bagaimana sikap dan perilaku mereka di saat dewasa nanti. Apabila pada masa ini seorang remaja salah dalam pencarian jati diri mereka, salah dalam berbuat dan melangkah akan sangat merugikan dirinya dan juga keluargannya. Saat ini masalah remaja merupakan masalah yang kompleks yang tidak bisa dipandang sebelah mata.

BAB II PERENCANAAN PKM DI PUSKESMAS

2.1

Identifikasi Masalah

Di Indonesia terdapat hampir 1,5 juta kasus aborsi per tahunnya atau sebanyak sepertiga dari total kelahiran. Sedangkan di Bali dengan jumlah penduduk kurang lebih 3 juta jiwa, tercatat 36.000 kasus aborsi per tahun yang hampir 60 % berasal dari pasangan remaja yang belum menikah. Selain itu kejadian penyakit menular seksual di kalangan remaja juga cenderung meningkat tanpa diikuti dengan pemahaman yang baik tentang pengobatannya. Di Puskesmas Tampaksiring I Kabupaten Gianyar, kasus pernikahan dan kehamilan usia dini masih menjadi trend meskipun ada kecenderungan menurun. Pada tahun 2010 tercatat total kasus kehamilan di bawah usia 20 tahun adalah 38 kasus dan persalinan usia remaja 21 kasus. Sedangkan pada tahun 2011, total kasus kehamilan di bawah usia 20 tahun adalah 32 kasus, seks pranikah 4 kasus, dan persalinan remaja tercatat 5 kasus. Data terbaru dari puskesmas untuk tahun 2012, tercatat kehamilan di bawah usia 20 tahun dari bulan April sampai Juni adalah 7 kasus dan seks pranikah di bulan April ada 2 kasus. Program Promosi Kesehatan yang ada pada Puskesmas Tampaksiring I menargetkan penyuluhan berkala di tingkat SMP yang berada di wilayah kerja puskesmas. Namun hingga saat ini penyuluhan tentang kesehatan reproduksi dan dampak negatif seksual remaja pranikah hampir tidak pernah dilaksanakan. Di SMP Negeri I Tampaksiring merupakan salah satu SMP yang berada di wilayah kerja Puskesmas Tamapaksiring I dengan asal siswa yang bervariasi sehingga memungkinkan cakupan interaksi sosial yang luas di kalangan remaja. Kondisi lingkungan sekolah, pengaruh teman, dan pengetahuan siswa yang kurang tentang kesehatan reproduksi dan dampak negatif dari perilaku seksual pranikah sangat mempengaruhi. Tingkat pendidikan SMP merupakan masa pembelajaran transisi bagi remaja yang sebelumnya adalah siswa SD dimana masih memiliki keingintahuan yang besar dan senang bermain-main. Sedangkan pada masa siswa SMP dituntut untuk memulai pembelajarannya baik dari segi pendidikan dan pergaulan terhadap kehidupan sosial. Apalagi telah disampaikan pada paragraf di atas bahwa kasus pernikahan dan

kehamilan usia dini masih menjadi trend di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I dan kurangnya penyuluhan mengenai dampak negatif perilaku seksual pranikah. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada 5 orang siswa SMPN 1 Tampaksiring yang sedang melaksanakan masa orientasi siswa, dimana 4 orang siswa menyatakan bahwa tidak mengetahui tentang kesehatan reproduksi dan merupakan kali pertama mendengarnya. Mengenai gaya pacaran untuk di kalangan siswa tersebut, dari 5 siswa dikatakan ada teman-teman mereka yang sudah memiliki ketertarikan terhadap lawan jenis, sedangkan tujuan dari pacaran tersebut hanya berdasarkan keinginan dan bermain-main saja. Dari wawancara tersebut, juga dikatakan bahwa 5 siswa tersebut tidak mengetahui tentang dampak negatif hubungan seksual pranikah dan gaya pacaran sehat. Sehingga dengan demikian sudah sewajarnya remaja mendapatkan pengetahuan yang benar tentang kesehatan reproduksi menyangkut struktur dan fungsi organ reproduksi yang normal, dampak negatif dari gaya pacaran yang tidak sehat seperti hubungan seksual pranikah, dan tentu pada akhirnya remaja dapat menggunakan organ reproduksinya secara sehat dan bertanggung jawab. 2.2 Kelompok Sasaran Kelompok sasaran dalam kegiatan PKM ini adalah siswa kelas I SMP Negeri 1 Tampaksiring. Dalam pelaksanaan penyuluhan ini peserta penyuluhan adalah perwakilan dari masing-masing kelas I dari 9 kelas karena mengingat terbatasnya kapasitas ruang kelas. 2.3 Tujuan Penyuluhan Tujuan penyuluhan ini yaitu untuk meningkatkan pengetahuan siswa-siswi SMP khususnya SMP Negeri 1 Tampaksiring tentang kesehatan reproduksi pada remaja yang meliputi: a. Anatomi dan fisiologi alat/organ reproduksi manusia. b. Psikoseksual pubertas. c. Dampak negatif perilaku seksual pra nikah d. Bahaya penyakit menular seksual. e. Konsep PACARAN SEHAT

2.4 Strategi Penyuluhan Pertama-tama Kepala SMP Negeri I Tampaksiring dihubungi untuk pemberitahuan jadwal kegiatan PKM di SMP tersebut. Masing-masing perwakilan siswa kelas I diberitahu dan diminta kesediaannya untuk mengikuti penyuluhan di ruang kelas yang telah disediakan. Persiapan pelaksanaan terdiri dari penguasaan materi penyuluhan, penguasaan cara-cara penyampaian pesan serta penguasaan dalam hal menggunakan alat peraga dan membaca kepustakaan yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi dan dampak negatif perilaku hubungan seksual pranikah pada remaja. Dalam kegiatan PKM ini dilakukan pre-test kepada para siswa sebelum dilakukan penyuluhan untuk mengetahui pengetahuan mereka tentang kesehatan reproduksi pada remaja dan permasalahannya. Pre-test dilakukan dengan cara memberikan beberapa pertanyaan seputar materi penyuluhan yang akan dibawakan kepada peserta penyuluhan. Setelah dilakukan pre-test dilanjutkan dengan penyuluhan yang diberikan oleh dua orang dokter muda FK UNUD. Setelah penyuluhan dilakukan, acara dilanjutkan dengan diskusi terbuka dengan para siswa tentang materi yang telah disampaikan dan juga permasalahan seputar kesehatan reproduksi remaja. Sebagai bentuk evaluasi tentang pemahaman siswa tentang materi yang telah disampaikan kemudian dilakukan dengan post-test. Post-test dilakukan dengan cara memberikan beberapa pertanyaan seputar materi penyuluhan yang telah diberikan kepada peserta penyuluhan. 2.5 Isi Penyuluhan Materi penyuluhan yang disampaikan pada kegiatan ini yaitu: a. Anatomi dan fisiologi alat/organ reproduksi manusia. b. Psikoseksual pubertas. c. Dampak negatif perilaku seksual pra nikah d. Bahaya penyakit menular seksual. e. Konsep PACARAN SEHAT 2.6 Metode dan Media Penyuluhan dilakukan dengan metode ceramah (slide) dengan LCD komputer disertai pemberian makalah tentang kesehatan reproduksi dan dampak perilaku seksual pranikah 6

kepada para siswa peserta penyuluhan dan dilakukan sesi tanya jawab dengan para siswa. 2.7 Rencana Pelaksanaan Penyuluhan Hari/tanggal Waktu Tempat : Sabtu, 14 Juli 2012 : 10.30 12.00 WITA : Ruang Kelas SMP Negeri 1 Tampaksiring

Penyuluhan dilaksanakan disalah satu ruang kelas SMP Negeri 1 Tampaksiring dengan alokasi waktu sebagai berikut :
Waktu 10.30-10.40 Kegiatan Perkenalan diri dan Pretest Metode Ceramah Fasilitator Eva Ina Eva Ina Eva Ina Eva Ina Eva Ina Acuan Pemberian pertanyaan Mengacu Materi Pemeberian Materi dengan LCD Pemberian Materi Pemberian Pertanyaan Mengacu Materi Materi

10.40-11.10 11.10-11.40

Penyuluhan Tanya jawab

Ceramah Diskusi

11.40-11.50

Post-test

Diskusi

11.50-12.20

Penilaian

Diskusi

2.9 Rencana Evaluasi 2.9.1 Rencana Evaluasi Proses 1. Indikator penilaian Proses kegiatan penyuluhan ini dinilai berdasarkan jumlah peserta penyuluhan yang hadir. Dalam pelaksanaan penyuluhan ini peserta penyuluhan adalah perwakilan dari masing-masing kelas I dari 9 kelas dengan masing-masing kelas diwakili sebanyak 5 siswa mengingat terbatasnya kapasitas ruang kelas, sehingga total dari perwakilan kelas I adalah 45 siswa.

2. Cara penilaian Penilaian dilakukan saat sebelum, selama dan setelah PKM berlangsung dengan membut daftar hadir sehingga dapat diketahui jumlah peserta penyuluhan yang hadir. 3. Penilai Penilaian dilaksanakan oleh dokter muda. 2.9.2 Rencana Evaluasi Hasil 1. Indikator penilaian a. Pengetahuan mengenai anatomi anatomi dan fisiologi alat/organ reproduksi manusia. b. Pengetahuan mengenai psikoseksual pubertas. c. Pengetahuan mengenai dampak negatif perilaku seksual pranikah d. Pengetahuan mengenai bahaya penyakit menular seksual. e. Pengetahuan mengenai konsep PACARAN SEHAT. 2. Waktu penilaian Sesudah penyuluhan. 3. Cara penilaian Melakukan post test dengan cara melihat minat atau ketertarikan peserta penyuluhan terhadap materi penyuluhan, baik melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peserta penyuluhan. Penilaian post test juga dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan seputar materi penyuluhan pada seluruh siswa-siswi yang mengikuti penyuluhan dan menunjuk 3 siswa secara acak untuk menjelaskan kembali tentang materi penyuluhan. 4. Penilai Penilaian dilaksanakan oleh dokter muda.

BAB III PELAKSANAAN PKM

3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan Hari/tanggal Waktu Tempat 3.2 Peserta Peserta yang hadir adalah perwakilan masing-masing kelas I di SMP Negeri 1 Tampaksiring yang berjumlah 36 orang. 3.3 Pelaksana Penyuluhan : Sabtu, 14 Juli 2012 : 10.30 12.00 WITA : Ruang Kelas SMP Negeri 1 Tampaksiring

Sebagai penceramah adalah kedua mahasiswa Fakultas Kedokteran UNUD yang sedang melaksanakan kepaniteraan klinik madya di Puskesmas Tampaksiring I. 3.4 Proses Kegiatan Sebelum diadakan penyuluhan, SMP Negeri 1 Tampaksiring tersebut sudah dikirimi surat pemberitahuan yang isinya tentang permintaan izin kepada kepala sekolah agar dapat mengadakan penyuluhan pada siswa-siswi kelas I yang sedang menjalani masa orientasi siswa di SMP tersebut. Pada hari pelaksanaan penyuluhan, kami berdua datang 30 menit sebelumnya ke SMP Negeri 1 Tampaksiring. Kami diterima dengan baik oleh Kepala Sekolah SMP Negeri I Tampaksiring serta staf-staf dan guru-guru yang ada di sana. Sambil menunggu siswa-siswi dikumpulkan ke ruang multimedia yang telah disiapkan, kami berbincangbincang di ruang guru bersama guru-guru mengenai materi penyuluhan yang akan kami bawakan. Setelah semua siswa-siswi masuk kedalam ruangan yang telah disediakan maka kami langsung menuju ruangan untuk melakukan persiapan dan melakukan penyuluhan. bagian IKK/IKP dan bertugas di

Pada awalnya kami memperkenalkan diri, lalu melakukan pretest pada seluruh siswa-siswi. Pada pre test, kami mengajukan 5 pertanyaan sesuai dengan materi penyuluhan yang akan kami bawakan. Siswa hanya mampu menjawab satu pertanyaan dari kami dengan benar. Setelah melakukan pretest, kami melakukan penyuluhan mengenai materi kesehatan reproduksi dan dampak negatif perilaku hubungan seksual pranikah pada remaja dengan metode ceramah selama kurang lebih 45menit. Kemudian diteruskan dengan diskusi dan Tanya jawab selama 30 menit. Banyak siswa-siswi yang antusias dalam bertanya mengenai materi kesehatan reproduksi dan dampak perilaku seksual pranikah yang sudah kami berikan. Dan ketika kami mencoba untuk bertanya kembali, para siswa-siswi juga sangat bersemangat dalam menjawab pertanyaan yang kami ajukan apalagi setelah kami menjanjikan beberapa buah coklat jika ada yang bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kami ajukan. Setelah itu kami melakukan evaluasi dengan menunjuk secara acak 3 orang siswa untuk menceritakan kembali materi penyuluhan kesehatan reproduksi dan dampak negatif perilaku seksual pranikah. Para siswa yang kami tunjuk mampu menceritakan kembali dan memahami pentingnya kesehatan reproduksi dengan baik. Kemudian setelah kami rasa cukup dan para siswasiswi sudah mampu memahami pentingnya kesehatan reproduksi mereka, maka acara penyuluhan kami sudahi dan kemudian acara selanjutnya kami serahkan pada guru mereka.

10

BAB IV EVALUASI KEGIATAN

4.1

Evaluasi Kegiatan

Evaluasi terhadap pemahaman tentang pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi dan dampak negatif perilaku hubungan seksual pranikah pada remaja pada kegiatanini dilakukan berdasarkan beberapa aspek yakni dari segi proses dan dari segi hasil penilaian pre test dan post test. Dari segi proses kegiatan, dilihat dari kehadiran perwakilan siswa-siswi dari masing-masing kelas I, jumlah peserta yang mengikuti penyuluhan tidak sesuai dengan jumlah yang diharapkan yakni 36 orang karena ruangan yang dipergunakan memiliki kapasitas yang lebih sedikit dari ruang kelas.Perhatian dan respon peserta penyuluhan secara umum juga sangat baik dilihat dari tiga siswa yang kami pilih secara acak secara umum hampir ketiganya dapat menjelaskan kembali dengan benar materi kesehatan reproduksi dan dampak negatif perilaku hubungan seksual pranikah. Serta proses diskusi yang telah berlangsung dapat dilaporkan bahwa diskusi telah berlangsung secara dua arah, meskipun awalnya siswa malu dan ragu untuk mengemukakan pertanyaan. Namun setelah dipancing dengan hadiah mereka mau mengajukan beberapa pertanyaan dan menjawab pertanyaan yang diajukan sehingga terdapat komunikasi timbal balik antara peserta dan pembicara. Pada kegiatan ini, dilakukan pre test sebelum dilakukannya penyuluhan dan post test di akhir kegiatan sebagai penilaian dari segi hasil penyuluhan. Evaluasi dilaksanakan secara lisan ditujukan kepada seluruh peserta penyuluhan yaitu sebanyak 36 orang siswa. Pre test dan post test berisi 5 pertanyaan yang diajukan mencakup kesulruhan materi penyuluhan. Tingkat pemahaman peserta dikategorikan baik apabila mampu menjawab dan menjelaskan secara benar sebesar 4 dari total 5 pertanyaan yang diajukan. Gambaran awal tingkat pemahaman peserta terhadap materi kesehatan reproduksi dan dampak negatif perilaku hubungan seksual pranikah, yaitu dari 5 pertanyaan yang diajukan kepada siswa yang hadir, hanya 1 pertanyaan yang dapat dijawab dengan benar oleh 2 peserta penyuluhan yang hadir, sedangkan peserta penyuluhan yang lain mengaku tidak mengetahui. Dari Evaluasi ini dapatditarik suatu

11

kesimpulan bahwa pemahaman dari 36 orang siswa-siswi SMP Negeri 1 Tampaksiring mengenai kesehatan reproduksi dan dampak negatif perilaku hubungan seksual pranikah yang dijadikan materi penyuluhan masih tergolong kurang. Di akhir kegiatan, setelah dilakukan post test dengan mengajukan 5 pertanyaan yang sama, didapatkan peserta penyuluhan mampu secara aktif dan benar menjawab kelima pertanyaan tersebut. Kemudian, tiga peserta yang dipilih secara acak juga mampu menceritakan kembali materi penyuluhan yang telah disampaikan secara baik. Pendapat peserta secara lisan tentang kegiatan penyuluhan ini sangat baik dan mereka berharap di kemudian hari akan ada penyuluhan seperti ini dengan tema yang berbeda dan tentunya lebih menarik. Peserta penyuluhan juga dengan senang hati akan menyampaikan informasi yang telah didapat selama penyuluhan kepada siswa-siswi yang tidak dapat mengikuti penyuluhan. 4.2 Hambatan PKM Seharusnya yang menjadi sasaran penyuluhan kami adalah seluruh siswa-siswi SMP Negeri I Tampaksiring kelas I, hanya saja dalam pelaksaan penyuluhan tersebut ternyata tidak terdapatnya aula di sekolah tersebut sehingga tidak memungkinkan kami untuk memberikan penyuluhan kepada seluruh siswa-siswi kelas I yang berjumlah kurang lebih 300 orang. Sehingga kami memutuskan untuk mengambil perwakilan masingmasing kelas I yang berjumlah 45 orang yang dilakukan di salah satu ruang kelas yang kosong. Namun dikarenakan ruang kelas dipergunakan untuk masa orientasi siswa dan pembelajaran, maka ruangan yang dipilh adalah ruang multimedia dengan kapasitas lebih kecil dari ruang kelas. Sehingga peserta penyuluhan yang dapat hadir sebanyak 36 orang. Selebihnya dalam pelaksanaan penyuluhan tersebut secara umum kami merasakan tidak ada hambatan lain karena acara berlangsung dengan lancar sebagaimana yang telah dirancang dan direncanakan sebelumnya. 4.3 Manfaat PKM Beberapa manfaat yang kami rasakan sebagai penyuluh dari pelaksanaan kegiatan PKM ini adalah sebagai latihan untuk menjadi penyuluh yang baik di masyarakat, mulai dari perencanaan, persiapan materi (pengumpulan materi dan penguasaan materi), persiapan alat dan sarana penunjang, dan keterampilan berkomunikasi di depan orang banyak agar menarik dan dapat dimengerti oleh pendengar. 12

Sedangkan manfaat bagi peserta adalah diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan mereka tentang kesehatan reproduksi dan dampak negatif perilaku hubungan seksual pranikah sehingga pada akhirnya mereka mampu menjaga kesehatan reproduksi mereka sendiri dan dapat mengurangi angka kejadian kehamilan pranikah, serta agar mereka dapat mensosialisasikan pengetahuan yang mereka dapat kepada orang lain.

13

LAMPIRAN

Gambar 1. Pemberian Materi Penyuluhan

Gambar 2 Peserta Penyuluhan

Gambar 3. Pemberian Materi Penyuluhan

Gambar 4. Pre test

14

Gambar 5. Siswa yang mengajukan pertanyaan

Gambar 6. Suasana selama penyuluhan

Gambar 7. Post test

15

You might also like