You are on page 1of 13

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Dewasa ini paradigma pendidikan di Indonesia sudah semakin berkembang dari pendekatan tradisional, dimana siswa hanyalah sebagai objek pendidikan, kurang aktif di dalam prosesnya dan gurulah yang menjadi center utama dalam pembelajaran, dan kemudian menjadi pendekatan yang lebih modern, yaitu berpusat kepada siswa. Berkembangnya metode dalam pendidikan tentu saja sejalan dengan berkembangnya sistem evaluasi di dalam pendidikan dan pembelajaran itu sendiri. Namun, sampai sekarang masih banyak sekolah-sekolah yang terlalu kaku dan tradisional dalam menerapkan sistem evaluasi kepada siswa. Siswa terkadang hanya dihadapkan pada sesuatu yang hanya bersifat fakta, jawaban pendek atau pertanyaan pilihan ganda. Siswa hanya dinilai pada sejumlah tugas terbatas yang mungkin tidak sesuai dengan apa yang dikerjakan di kelas, menilai dalam situasi yang telah ditentukan sebelumnya dimana kandungannya sudah ditetapkan, seolah hanya menilai prestasi, jarang memberi sarana untuk menilai kemampuan siswa memonitor pembelajaran mereka sendiri bahkan jarang memasukan soal-soal yang menilai respon emotional terhadap pengajaran (Santrock, 2007). Pada dasarnya, suatu sistem penilaian yang baik adalah tidak hanya mengukur apa yang hendak diukur, namun juga dimaksudkan untuk memberikan motivasi kepada siswa agar lebih bertanggung jawab atas apa yang mereka pelajari, sehingga penilaian menjadi bagian integral dari pengalaman pembelajaran dan melekatkan aktivitas autentik yang dilakukan oleh siswa yang dikenali dan distimulasi oleh kemampuan siswa untuk menciptakan atau mengaplikasikan pengetahuan yang mereka dapat di ranah yang lebih luas (Earl&Cousins, 1995; Stiggins, 1996; Hargreaves, dkk, 2001). Autentic assessment dianggap mampu untuk lebih mengukur secara keseluruhan hasil belajar dari siswa karena penilaian ini menilai kemajuan belajar bukan melulu hasil tetapi juga proses dan dengan berbagai cara. Dengan kata lain sistem penilaian seperti ini dianggap lebih adil untuk siswa sebagai pembelajar, karena setiap jerih payah yang siswa hasilkan akan lebih dihargai (Sudrajat, 2007). Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik menyusun makalah yang berjudul Penilaian Autentik (Authentic Assessment)

1.2 Tujuan Tujuan penilaian itu adalah untuk mengukur berbagai keterampilan dalam berbagai konteks yang mencerminkan situasi di dunia nyata di mana keterampilan-keterampilan tersebut digunakan. Misalnya, penugasan kepada pembelajar untuk membaca berbagai teks aktual-realistik, menulis topik-topik tertentu sebagaimana halnya di kehidupan nyata, dan berpartisipasi konkret dalam diskusi atau bedah buku, menulis untuk jurnal, surat, atau mengedit tulisan sampai siap cetak. Dalam kegiatan itu, baik materi pembelajaran maupun penilaiannya terlihat atau bahkan memang alamiah. Jadi, penilaian model ini menekankan pada pengukuran kinerja, doing something, melakukan sesuatu yang merupakan penerapan dari ilmu pengetahuan yang telah dikuasai secara teoretis BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian dan Ciri-Ciri Penilaian Autentik (Authentic Assessment) Tujuan penilaian itu adalah untuk mengukur berbagai keterampilan dalam berbagai konteks yang mencerminkan situasi di dunia nyata di mana keterampilan-keterampilan tersebut digunakan. Misalnya, penugasan kepada pembelajar untuk membaca berbagai teks aktual-realistik, menulis topik-topik tertentu sebagaimana halnya di kehidupan nyata, dan berpartisipasi konkret dalam diskusi atau bedah buku, menulis untuk jurnal, surat, atau mengedit tulisan sampai siap cetak. Dalam kegiatan itu, baik materi pembelajaran maupun penilaiannya terlihat atau bahkan memang alamiah. Jadi, penilaian model ini menekankan pada pengukuran kinerja, doing something, melakukan sesuatu yang merupakan penerapan dari ilmu pengetahuan yang telah dikuasai secara teoretis Gulikers, Bastiaens & Kirschner (2004) menjelaskan bahwa authentic assesment menuntut siswa untuk menggunakan kompetensi yang sama atau mengkombinasikan pengetahuan, kemampuan, dan sikap yang dapat mereka aplikasikan pada kriteria situasi dalam kehidupan professional. Berikut ini beberapa macam pengertian asesmen autentik dari berbagai sumber: 1. Asesmen autentik adalah soal tes atau latihan yang sangat mendekati hasil pendidikan sains yang diinginkan. Latihan informasi dan penalaran ilmiah pada situasi semacam yang akan dihadapi di luar kelas. (The National Science Education Standart, 1995, dalam Voss, tanpa tahun) 2. Suatu asesmen yang melibatkan siswa di dalam tugas-tugas otentik yang bermanfaat,

penting, dan bermakna (Hart, 1994). Asesmen itu terlihat sebagai aktivitas pembelajaran yang melibatkan keterampilan berpikir tinggi serta koordinasi tentang pengetahuan yang luas. 3. Asesmen autentik menantang peserta didik untuk menerapkan informasi maupun keterampilan akademik baru pada suatu situasi riil untuk suatu maksud yang jelas. Asesmen autentik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengeluarkan seluruh kemampuannya sembari memperlihatkan apa yang telah dipelajarinya (Johnson, 2002). 4. Asesmen autentik adalah suatu cara pengukuran penguasaan peserta didik terhadap suatu mata pelajaran dengan cara yang lain dibanding regugitasi sederhana dari pengetahuan. Asesmen autentik harus mengukur proses pemahaman dan bukan sederhana potonganpotongan informasi yang dihafal. (http://www.cast.org/neac/AnchoredInstruction1663.cfm). 5. Suatu asesemen dikatakan autentik, jika asesmen itu memeriksa/menguji secara langsung perbuatan atau prestasi peserta didik berkaitan dengan tugas intelektual yang layak (Grant, 1990). Dalam hal ini asesmen autentik menutut peserta didik untuk menjadi orang yang efektif yang memiliki pengetahuan yang dibutuhkan. Asesmen menjadi autentik bilamana pembelajaran yang diukur oleh asesmen itu memiliki nilai di luar kelas serta bermakna bagi peserta didik (Kerka, 1995). Asesmen autentik mengamanatkan keterampilan dan kemampuan yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas yang sesungguhnya. Menurut Jon Mueller penilaian autentik merupakan suatu bentuk penilaian dimana siswa diminta untuk melakukan tugas-tugas dunia nyata yang menunjukkan aplikasi bermakna dari pengetahuan dan keterampilan esensial. Penilaian autentik biasanya mencakup tugas bagi siswa untuk melakukan dan sebuah rubrik di mana kinerja mereka pada tugas yang akan dievaluasi. Penilaian autentik berarti mengevaluasi pengetahuan atau keahlian siswa dalam konteks yang mendekati dunia rill atau kehidupan nyata sedekat mungkin (Pokey & Siders, 2001 dalam Santrock, 2007). Penilaian autentik muncul dikarenakan penilaian tradisional yang sering kali mengabaikan konteks dunia nyata (Santrock, 2007). Penilaian autentik menantang para siswa untuk menerapkan informasi dan keterampilan baru dalam situasi nyata untuk tujuan tertentu. Penilaian ini merupakan alat bagi sekolah yang maju, yang tahu dengan jelas apa yang diharapkan dari siswa dan tahu dengan jelas bagaimana mereka mewujudkan kualitas tersebut (Sizer, 1992: Johnson,

2009). Johnson (2009) menjelaskan bahwa authentic assesment berfokus kepada tujuan, melibatkan pembelajaran secara langsung, mengharuskan membangun, keterkaitan dan kerja sama, dan menanamkan tingkat berfikir yang lebih tinggi, karena tugas-tugas yang diberikan di dalam penilaian autentik mengharuskan penggunaan strategi-strategi tersebut, maka para siswa bisa menunjukan penguasaannya terhadap tujuan dan kedalaman pemahamannya, dan pada saat yang bersamaan meningkatkan pemahaman dan perbaikan diri. Bila performance assessment meminta anak didik untuk mendemonstrasikan perilaku atau kemampuan tertentu dalam situasi testing. Authentic assessment membawa demonstrasi ini selangkah lebih maju dan menekankan pentingnya penerapan keterampilan atau kemampuan yang dimaksud dalam konteks situasi kehidupan nyata. Penilaian autentik berfokus pada tujuan, melibatkan pembelajaran secara langsung, mengharuskan membangun keterkaitan dan kerjasama, dan menanamkan tingkat berpikir yang lebih tinggi. Pengujian standar (ujian nasional, ulangan umum, dan lain-lain.) dan penilaian dalam bentuk angka bersifat ekslusif dan sempit, sementara penilaian autentik bersifat inklusif. Ciri-ciri assessment authentic: a. Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa. b. Mempersyaratkan penerapan pengetahuan dan keterampilan. c. Penilaian terhadap produk atau kinerja. d. Tugas-tugas kontekstual dan relevan. (Nur, 2001 dalam Sunarmi dan Triastono, 2003) Menurut Zainul (2005) ciri-ciri assesment authentic sebagai berikut: a) Multi kriteria, kinerja peserta didik harus dinilai dengan penilaian lebih dari satu kriteria. Misalkan kemampuan peserta didik dalam berbahasa Inggris harus memiliki dasar penilaian dari aspek aksen, sintaksis, dan kosa kata. b) Standar kualitas yang spesifik (dalam artian tidak ambigu dan jelas), masingmasing kriteria kinerja peserta didik dapat dinilai secara jelas dan eksplisit dalam memajukan evaluasi kualitas kinerja peserta didik. c) Adanya judgement penilaian, membutuhkan penilaian yang bersifat manusiawi untuk menilai bagaimana kinerja siswa dapat diterima secara nyata (real) Sedangkan, menurut Wiyono & Tumardi (2003:31) tugas performasi akan bisa menjadi Assesmen authentic, bila memiliki lima kriteria, yaitu:

a) c)

Tugas bermakna bagi guru maupun siswa Tugas membuat siswa menempatkan, menganalisis informasi, dan menggambarkan suatu kesimpulan

b) Tugas dapat dirancang oleh siswa

d) Tugas menuntut siswa mengkomunikasikan secara jelas e) Tugas membuat siswa bekerja sama Assesmen authentic dapat dilakukan melalui pemberian tugas yang bermakna Nitko, 2007 (dalam Wiyono & Sunarni, 2009: 42). Ada enam kriteria yang menunjukkan tugas yang bersifat autentik yaitu sebagai berikut. 1. Menuntut siswa menggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk menggunakan pengetahuannya dalam mengerjakan tugas. 2. Bersifat kompleks dan menuntut siswa menggunakan kombinasi pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang berbeda. 3. Menekankan pada respon, performasi , dan produk yang lengkap, adil, halus bahasanya, dan berkualitas tinggi. 4. Jelas standar dan kriterianya untuk menilai respon, preformasi, atau produk yang benar. 5. Mensimulasi cara yang memungkinkan siswa menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan tentang dunia nyata. 6. Memungkinkan siswa menghadapi tantangan dan peranan seperti peranan dan tugas di lingkungan sekitarnya, baik dirumah maupun di masyarakat. Dalam implementasinya, ada sejumlah karakteristik yang menunjukkan asesmen autentik. Nitko, 2007 (dalam Wiyono & Sunarni, 2009: 42) mengemukakan tiga karakteristik, yaitu: 1. Menekankan pada penerapan atau aplikasi, apakah siswa dapat menggunakan pengetahuannya dalam situasi nyata. Dengan kata lain, benar-benar dapat mengungkapkan apa yang diketahui atau dapat dilakukan oleh siswa. 2. Berfokus pada asesmen langsung, yakni menelaah target atau sasaran pembelajaran secara langsung. 3. Mendorong pemikiran terbuka, yakni siswa mengekspresikan apa yang diketahui secara bebas, bekerja sama, atau mengerjakan proyekdalam periode tertentu, tidak seperti tes pilihan ganda biasa 2.2 Manfaat dan Tujuan Penilaian Autentik

2.2.1 Manfaat Penilaian Autentik Penggunaan penilaian autentik sebagai evaluasi hasil pembelajaran siswa di sekolah merupakan suatu solusi yang bisa ditawarkan untuk melihat sejauh mana pembelajaran yang dilakukan berjalan dengan efektif. Di kedua sisi ini adalah sesuatu yang menguntungkan baik bagi siswa itu sendiri maupun pihak guru atau sekolah. Manfaat bagi siswa adalah dapat mengungkapkan secara total seberapa baik pemahaman materi akademik mereka, mengungkapkan dan memperkuat penguasaan kompetensi mereka, seperti mengumpulkan informasi, menggunakan sumber daya, menangani teknologi dan berfikir sistematis, menghubungkan pembelajaran dengan pengalaman mereka sendiri, dunia mereka dan masyarakat luas, mempertajam keahlian berfikir dalam tingkatan yang lebih tinggi saat mereka menganalisis, memadukan, dan mengidentifikasi masalah, menciptakan solusi dan mengikuti hubungan sebab akibat, menerima tanggung jawab dan membuat pilihan, berhubungan dan kerja sama dengan orang lain dalam membuat tugas, dan belajar mengevaluasi tingkat prestasi sendiri (Newmann & Wehlage, 1993; Jonshon, 2009). Sedangkan bagi guru, penilaian autentik bisa menjadi tolak ukur yang komprehensif mengenai kemampuan siswa dan seberapa efektif metode yang diberikan kepada siswa bisa dijalankan. Oleh karena itulah, penerapan authentic assessment sebagai alat evaluasi hasil belajar di sekolah-sekolah ataupun level universitas penting untuk diperhatikan agar siswa tidak hanya sekedar menjadi pembelajar saja, namun pada akhirnya pencapaian prestasi diikuti dengan kemampuan mengaplikasikan kemampuan yang dimilikinya ke dalam dunia nyata. 2.2.2 Tujuan Penilaian Autentik o Penilaian autentik bertujuan mengevaluasi kemampuan siswa dalam konteks dunia nyata. Dengan kata lain, siswa belajar bagaimana mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilannya ke dalam tugas-tugas yang autentik. o Melalui penilaian autentik ini, diharapkan berbagai informasi yang absah/benar dan akurat dapat terjaring berkaitan dengan apa yang benar-benar diketahui dan dapat dilakukan oleh siswa atau tentang kualitas program pendidikan . (http://www.slideshare.net/abeyow/pembelajaran-kontekstualcontextual-teaching-learningctl akses 24 Maret 2010 pukul 19.08 WIB) 2.3 Bentuk dan Strategi Penerapan Penilaian Autentik

2.3.1 Bentuk Penerapan Penilaian Autentik Bentuk-bentuk penerapan asesmen autentik yaitu sebagai berikut: 1. Pada umumnya pendidik mengenal 4 macam asesmen autentik, yaitu portofolio, perbuatan atau kinerja, proyek, dan respon tertulis secara luas (Johnson, 2002). 2. Asesmen autentik dapat mencakup aktivitas yang beragam seperti wawancara lisan, tugas problem solving kelompok, pembuatan portofolio (Hart, 1994). Dalam cara lain dinyatakan pula bahwa cara-cara asesmen dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu observasi, contoh-contoh perbuatan, serta tes dan prosedur serupa tes atau pengukuran prestasi peserta didik pada suatu waktu maupun tempat tertentu. 3. Peserta didik untuk mengilustrasikan informasi akademik yang telah dipelajarinya, misalnya dalam bidang sains, pendidikan, kesehatan, matematika, dan bahasa inggris, dengan merancang sebuah presentasi tentang emosi orang (Johnson, 2002). 4. Asesmen autentik memberikan kesatuan utuh tugas kepada peserta didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang dijumpai dalam aktivitas pembelajaran yang paling baik, seperti melakukan penelitian, menulis, merevisi, dan mendiskusikan masalah. Asesmen autentik juga mengikuti apakah peserta didik dapat terampil memberikan jawaban perbuatan atau produk yang seksama dan yang dapat dipertanggungjawabkan. Asesmen autentik menjadi valid dan reliabel dengan cara menekankan dan membakukan kriteria produk yang sesuai (Grant, 1990).

2.3.2. Strategi Penilaian Autentik o Penilaian kinerja (Performance assessment) yang dikembangkan untuk menguji kemampuan siswa dalam mendemonstrasikan pengetahuan pada berbagai situasi nyata dan konteks tertentu. o Observasi sistematik atau investigasi jangka pendek (System Observation short investigation) yang bermanfaat untuk menyajikan informasi tentang dampak aktivitas pembelajaran terhadap sikap siswa. o Pertanyaan terbuka. Sama halnya observasi sistematik, ia memberikan stimulus dan bertanya kepada siswa untuk memberikan tanggapan. Tanggapan ini dapat berupa : (i) suatu tulisan singkat atau jawaban lisan; (ii) suatu pemecahan matematik; (iii) suatu gambar; (iv) suatu diagram, grafik. o Portofolio (Portfolio) adalah kumpulan dari berbagai keterampilan, ide, minat dan

keberhasilan/prestasi siswa selama jangka waktu tertentu (Hart, 1994). Koleksi tersebut memberikan gambaran perkembangan siswa setiap saat. o Kajian/penilaian pribadi (self assessment). Siswa untuk mengevaluasi partisipasi, proses dan produk mereka. Pertanyaan evaluatif merupakan alat dasar dalam kajian pribadi. o Jurnal (Journal) merupakan suatu proses refleksi dimana siswa berpikir tentang proses belajar dan hasilnya, kemudian menuliskan ide-ide, minat dan pengalamannya. Dengan kata lain jurnal membantu siswa dalam mengorgani-sasikan cara berpikirnya dan menuangkannya secara eksplisit dalam bentuk gambar, tulisan dan bentuk lainnya. (http://www.slideshare.net/abeyow/pembelajaran-kontekstualcontextual-teaching-learningctl akses 24 Maret 2010 pukul 19.08 WIB) Custer (1994), Lazar dan Bean (1991), Rerf (1995), serta Rudner dan Boston (1994) menyatakan bahwa beberapa alat yang digunakan pada asesmen autentik: (a) Ceklist, yaitu tentang tujuan pebelajar, kemajuan menulis/membaca, kelancaran menulis dan membaca, kontak pembelajaran, dan sebagainya, (b) Simulasi, (c) Essay dan contoh penulisan lain, (d) Demonstrasi atau perbuatan, (e) Wawancara masuk dan kemajuan, (f) Presentasi lisan, (g) Evaluasi oleh instruktur sejawat yang lainnya baik informal maupun formal, (h). Asesmen sendiri, (i) Pertanyaan-pertanyaan untuk respon yang tergagas.

Penyekoran Asesmen Autentik Menurut Hart (1994), penyekoran asesmen autentik yaitu sebagai berikut: (a) Menekankan penyekoran berdasarkan suatu standar yang digunakan bersama, (b) Mengungkap dan mengidentifikasi kekuatan siswa, bukan menunjukkan kelemahan mereka, (c) Diskor berdasarkan standar kinerja yang jelas, bukan dengan acuan norma, (d) Mengakses proses dan komptensi secara rutin, (e) Menggalakkan siswa untuk melakukan kebiasaan menilai diri sendiri. Alat yang dipakai untuk membantu guru melakukan penyekoran adalah rubrik penyekoran. Rubrik penyekoran adalah suatu set kriteria yang digunakan untuk menyekor atau menempatkan posisi siswa pada tes, portofolio, atau kinerja. Rubrik penyekoran mendeskripsikan tingkat kinerja yang diharapkan dicapai siswa secara relatif. Jadi, deskripsi kinerja-kinerja siswa dan bagaimana menempatkan kinerja tersebut dalam suatu rentangan nilai yang telah ditetapkan sebelumnya.

2.4 Contoh Penilaian Autentik (Authentic Assessment) Lampiran 1 : Acuan Asesmen Kegiatan Diskusi Mahasiswa secara Individual Lembar Skor untuk Diskusi Mahasiswa :.. Topik :... Positif Skor Negatif Skor . . .

. .

. . 1. Mengajukan pertanyaan 2. Memberi komentar yang relevan 3. Mengemukakan bukti-bukti untuk mendukung informasi faktual 4. Mengajak peserta yang pasif untuk berdiskusi 5. Mengetahui adanya pernyataan yang kontradiktif di antara peserta diskusi 6. Mengetahui adanya komentar yang kontradiktif di antara peserta diskusi 7. Dapat membuat suatu analogi 8. Mengemukakam pertanyaan untuk mengklarifikasi pernyataan yang kurang jelas . .

. . . . 1. Tidak memusatkan perhatian 2. Membingungkan peserta diskusi lain 3. Melakukan interupsi 4. Memberikan komentar yang tidak relevan 5. Memonopoli diskusi 6. Menyerang peserta lain Lampiran 2 : Acuan Asesmen Kegiatan Diskusi Mahasiswa secara Berkelompok Hal Kriteria Evaluasi Isi Lengkap, dengan tambahan materi yang bagus (15) Lengkap (12) Sama dengan text book (10) Tidak lengkap, tetapi sebagian besar materi telah tercakup (5) Secara substansial tidak lengkap (0) Presentasi Jelas, ringkas dengan alur yang baik (10) Jelas, ringkas dengan alur kadang kurang baik. (8) Kemam-puan presentasi sedang (7) Presentasi tersendat-sendat. (4) Presentasi tidak berjalan (0) Organisasi kelompok Organisasi sangat bagus, saling menunjang presentasi (10) Organisasi bagus (8) Organisasi sedang, beberapa orang kurang terorganisir (6) Organisasi kurang sehingga sering terjadi kesalahan komuni-kasi

(4) Organisasi kacau sehingga presentasi sangat terganggu (0) Kreativitas Sangat kreatif tanpa keluar dari tujuan (10) Kreatif menimbul-kan antusiasme (8) Kadang-kadang menarik perhatian (6) Kreatifitas lemah (4) Menjemukan membuat mengantuk (0) Pengaturan Waktu Tepat waktu (5) Waktu tidak terorgani-sasi dengan baik (0) Keterangan: Jumlah keseluruhan skor maksimal adalah 50. Angka dalam tanda kurung adalah skor setiap kriteria.

BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan 1. Penilaian autentik merupakan evaluasi pengetahuan atau keahlian siswa dalam konteks yang mendekati dunia rill atau kehidupan nyata sedekat mungkin yang menunjukkan aplikasi bermakna dari pengetahuan dan keterampilan esensial. Ciri-ciri assessment authentic: a. Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa. b. Mepersyaratkan penerapan pengetahuan dan keterampilan. c. Penilaian terhadap produk atau kinerja. d. Tugas-tugas kontekstual dan relevan. 2. Manfaat penilaian autentik

a. Bagi siswa: dapat mengungkapkan secara total seberapa baik pemahaman materi akademik, mengungkapkan dan memperkuat penguasaan kompetensi, seperti mengumpulkan informasi, menggunakan sumber daya, menangani teknologi dan berfikir sistematis. b. Bagi guru: bisa menjadi tolak ukur yang komprehensif mengenai kemampuan siswa dan seberapa efektif metode yang diberikan kepada siswa bisa dijalankan. Tujuan Penilaian autentik: a. Penilaian autentik bertujuan mengevaluasi kemampuan siswa dalam konteks dunia nyata. b. Menjaring berbagai informasi yang absah/benar, akurat, berkaitan dengan apa yang benar-benar diketahui dan dapat dilakukan oleh siswa atau tentang kualitas program pendidikan. 3. Bentuk penilaian autentik: a. Para pendidik mengenal empat macam, yaitu portofolio, perbuatan atau kinerja (performance), proyek, dan respon tertulis secara luas (Johnson, 2002). b. Asesmen autentik dapat mencakup aktivitas yang beragam seperti wawancara lisan, tugas problem solving kelompok, pembuatan portofolio (Hart, 1994). c. Peserta didik untuk mengilustrasikan informasi akademik yang telah dipelajarinya, dengan merancang sebuah presentasi tentang emosi orang (Johnson, 2002). d. Asesmen autentik memberikan kesatuan utuh tugas kepada peserta didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang dijumpai dalam aktivitas pembelajaran yang paling baik (Grant, 1990). Strategi penerapan penilaian autentik: (a) Penilaian kinerja (Performance assessment), (b) Observasi sistematik atau investigasi jangka pendek (System Observation short investigation), (c) Pertanyaan terbuka, (d) Portofolio, (e) Kajian/penilaian pribadi (self assessment), (f) Jurnal (Journal). 4. Contoh-contoh penilaian autentik termasuk mendemonstrasikan hasil karya dalam pameran seperti science fair (pameran sains) atau art show (pertunjukan seni), menunjukkan keterampilan yang dimiliki dalam bentuk kumpulan portofolio, menampilkan tari atau resital musik, berpartisipasi dalam debat, dan mempresentasikan karya tulis asli kepada teman-teman sebaya atau orang tua. 3.1 Saran Penyajian makalah seharusnya disertai dengan pemahaman yang baik. Karena itu akan

cukup membantu dalam penyusunan kalimat-kalimat, kata-kata yang lebih operasional sehingga mudah dipahami pembaca. Sebaiknya, jika makalah disusun dari literatur, maka harus mengutip dari literatur yang terpercaya, agar kevalidan argumen dan kebenaran teori bisa dipertanggungjawabkan.

You might also like