You are on page 1of 22

MAKALAH SISTEM PERSEPSI SENSORI Anatomi Dan Fisiologi Sistem Persepsi Sensori (Mata Dan Telinga)

Dosen Pengajar : Khotimah, S Kep.Ners., M.Kes

Oleh:
Masitoh Ika Cahyani 7311024

FAKULTAS ILMU KESEHATAN PRODI S1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM JOMBANG

Kata Pengantar Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sederhana. Semoga makalah "Anatomi Dan Fisiologi Sistem Persepsi Sensori (Mata Dan Telinga)" ini dapat dipergunakan sebagai acuan dan pedoman maupun petunjuk bagi pembaca dalam proses belajar mengajar. Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan serta pengalaman bagi saya dan pembaca, sehingga makalah ini dapat diperbaiki dan dikembangkan bentuk maupun isinya agar kedepannya menjadi lebih baik. Makalah yang sederhana ini masih sangat jauh dari kesempurnaan karena pengalaman saya yang masih sangat minim. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Jombang, 23 Februari 2013

ii

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL................................................................................................i KATA PENGANTAR.............................................................................................ii DAFTAR ISI....................................................................................................................iii BAB I

PENDAHULUAN.............................................................................................................1 BAB II

PEMBAHASAN................................................................................................................2 Weber ..............................................................................................................................16 Rinne................................................................................................................................16 Schwabah.........................................................................................................................16 Metode ............................................................................................................................16 Pangkal garpu penala yang bergetar diletakkan di verteks tengkorak.............................16 Pangkal garpu penala yang bergetar diletakkan di prosesus mastoideus sampai subyek tidak lagi mendengarnya, lalu garpu diletakkan di dekat telinga....................................16 Hantaran tulang pasien dibandingkan dengan subyek normal........................................16 Normal ............................................................................................................................16 Mendengar sama keras di kedua sisi...............................................................................16 Mendengar getaran di udara setelah hantaran tulang selesai...........................................16 Tuli Hantaran...................................................................................................................16 Suara lebih keras di telinga yang sakit karena efek penyamaran lingkungan tidak ada..16 Getaran di udara tidak terdengar setelah hantaran tulang selesai....................................16 Hantaran tulang lebih baik daripada normal....................................................................16 Tuli Saraf.........................................................................................................................16 Suara lebih keras di telinga normal.................................................................................16

iii

Getaran terdengar di udara setelah hantaran tulang selesai, selama tuli sarafnya bersifat parsial. .............................................................................................................................16 Hantaran tulang lebih buruk daripada normal.................................................................16 BAB IV

PENUTUP.......................................................................................................................16 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................17

iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks. Indera pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar. Mata adalah cerminan jiwa, demikian kata pepatah. Sehingga tidak ada salah jika kita membahas secara tuntas anatomi dan fisiologi mata. Anatomi dan fisiologi mata perlu diketahui lebih dalam, untuk mempelajari lebih lanjut kelainan-kelanainan yang biasa diderita yang berkaitan dengan kelainan pada mata 1.2 Rumusan Masalah a. Apakah saja yang menjadi struktur mata eksternal? b. Bagaimana mekanisme sistem lakrimal? c. Apa saja otot-otot pada mata? d. Dari manakah suplai darahnya? e. Jelaskan apa bola mata? f. Bagaimana pengkajian optalmik? g. Sebutkan anatomi telinga? h. Apa humungan telinga dengan keseimbangan dan pusing? i. Apa prinsip fisiologi yang mendasari konduksi bunyi? j. Jelaskan proses terjadinya kehilangan pendengaran? k. Bagaimana pengkajian kemampuan mendengar? 1.3 Tujuan Umum Secara umum, makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas sistem persepsi sensori. 1.4 Tujuan Khusus a. Mengetahui dan memahami bagian-bagian mata dan telinga. b. Menyebutkan dan memahami macam-macam otot mata dan penyuplai darahnya. c. Mengetahui dan memahami pengkajian optalmik dan kemampuan mendengar.

BAB II PEMBAHASAN MATA 1.5 Struktur Mata Eksternal Orbita adalah rongga bertulang yang mengandung bola mata, otot-otot, saraf, pembuluh darah, lemak dan struktur yang menghasilkan dan mengalirkan air mata. Kelopak mata merupakan lipatan kulit tipis yang melindungi mata. Kelopak mata secara refleks segera menutup untuk melindungi mata dari benda asing, angin, debu dan cahaya yang sangat terang. Bulu mata merupakan rambut pendek yang tumbuh di ujung kelopak mata dan berfungsi membantu melindungi mata dengan bertindak sebagai barrier (penghalang). 1.6 Sistem Lakrimal Kelenjar lakrimal utama terletak pada sudut superolateral rongga mata. Ukurannya sebesar kenari, tubuloasinar dan serosa, dengan sel mioepitel yang menyolok. Lobus kelenjar yang terpisah mencurahkan isinya melalui 10-15 saluran keluar ke dalam bagian lateral forniks superior konjungtiva. Juga ditemukan banyak kelenjar lakrimal tambahan/ assesoris dalam lamina propria kelopak mata atas dan bawah. Air mata mengandung banyak air dan lisosim suatu zat anti bakteri. Air mata berfungsi untuk memelihara agar epitel konjungtiva tetap lembab, kedipan kelopak mata akan menyebabkan air mata tersebar di atas kornea seperti wiper pada kaca mobil dan berguna untuk mengeluarkan benda asing seperti partikel debu. Penguapan air mata yang berlebihan dicegah oleh suatu lapisan/film mukus (dari sel goblet konjungtiva tarsal) di atas film air dan minyak (dari kelenjar meibom). Air mata disapukan ke arah medial dan kelebihannya memasuki pungta lakrimal (lacrimal puncta) yang terletak disetiap sudut medial palpebra superior dan inferior. Dari sini air mata kemudian masuk ke kanalikuli lakrimal (lacrimal canaliculi), dan akhirnya masuk sakus lakrimal. Dinding kanalikuli lakrimal

tersusun oleh epitel bertingkat silindris bersilia. Sakus lakrimalis merupakan bagian superior duktus nasolakrimalis yang melebar. Air mata kemudian masuk ke duktus nasolakrimal yang juga dilapisi epitel bertingkat silindris bersilia. Dari sini air mata kemudian dikeluarkan ke meatus inferior yang terletak di dasar rongga hidung. 1.7 Otot Mata

Otot-otot bola mata M. rectus lateralis: menggerakkan bola mata ke arah lateral M. rectus medialis: menggerakkan bola mata ke arah medial M. rectus superior: karena perbedaan aksis panjang orbita dan bola mata, menggerakkan bola mata ke atas medial. M. rectus inferior: dengan alasan yang sama menggerakkan bola mata ke bawah medial. M. oblikus superior bulbi: berjalan sepanjang dinding medial orbital, berbelok tajam melalui kerekan fibrosa dan berinsersi pada bagian atas bola mata. Menggerakkan bola mata ke bawah lateral. M. oblikus inferior bulbi: menggerakkan bola mata ke atas lateral. M. siliaris: merelaksasikan kapsula lensa dan memungkinkan lensa mata mengembang. M. dilator pupilae dan sfingter pupilae.

1.8 Suplai Darah Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata kanan vena oftalmika dan vena retinalis membawa darah dari mata. Pembuluh darah ini masuk dan keluar melalui mata bagian belakang. 1.9 Bola Mata Umumnya mata dilukiskan sebagai bola, tetapi sebetulnya lonjong dan bukan bulat seperti bola. Bola mata terdiri atas tiga lapisan fibrosa kuat, sklera. Di dalamnya terdapat koroid yang kaya akan vaskularisasi dan dibelah dalamnya lagi terdapat bagian sensoris mata, retina. Di sebalah anterior, sklera digantikan oleh kornea yang transparan, yang tidak mengandung pembuluh darah sehingga dapat ditlansplantasikan. Di belakang kornea, koroid digantikan oleh korpus siliaris dengan prosesus siliaris yang tersusun radial dan iris. Retina terdiri dari lapisan saraf dalam dan lapisan berpigmen di atasnya. Lapisan saraf memiliki lapisan sel ganglion terdalam yang aksonnya berjalan ke belakang membentuk n.optikus. Dipermukaan sklera terdapat sel-sel epitel yang membentuk membran mukosa dan berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan (tembus cahaya) yang disebut kornea, dan berfungsi untuk memfokuskan cahaya yang masuk kedalam mata. Kornea dilindungi oleh selaput yang disebut konjungtiva, kornea tidak mengandung pembuluh darah tetapi banyak mengandung serabut saraf. Koroid. Bola mata terbagi menjadi 2 bagian, masing-masing terisi oleh cairan:

Segmen anterior : mulai dari kornea sampai lensa. Segmen posterior : mulai dari tepi lensa bagian belakang sampai ke retina.

Segmen anterior berisi humor aqueus yang merupakan sumber energi bagi struktur mata di dalamnya. Segmen posterior berisi humor vitreus. Cairan tersebut membantu menjaga bentuk bola mata. Segmen anterior sendiri terbagi menjadi 2 bagian:

Bilik anterior : mulai dari kornea sampai iris Bilik posterior : mulai dari iris sampai lensa.

Bagian-bagian mata:

Sklera: Melindungi bola mata dari kerusakan mekanis dan menjadi tempat melekatnya bola mata. Otot-otot mata, adalah Otot-otot yang melekat pada mata, terdiri dari: muskulus rektus superior (menggerakan mata ke atas) dan muskulus rektus inferior (mengerakan mata ke bawah).

Kornea: memungkinkan lewatnya cahaya dan merefraksikan cahaya. Badan Siliaris: Menyokong lensa dan mengandung otot yang memungkinkan lensa untuk beroakomodasi, kemudian berfungsijuga untuk mengsekreskan aqueus humor.

Iris: Mengendalikan cahaya yang masuk ke mata melalui pupil, mengandung pigmen. Lensa: Memfokuskan pandangan dengan mengubah bentuk lensa. Bintik kuning (Fovea): Bagian retina yang mengandung sel kerucut. Bintik buta: Daerah syaraf optic meninggalkan bagian dalam bola mata. Vitreous humor: Menyokong lensa dan menjaga bentuk bola mata Aquous humor: Menjaga bentuk kantong bola mata

Ukuran bola mata. (nilai rata-rata menurut literatur anatomi dan oftalmologi) Bagian Garis tengah bulbus bagian luar Garis tengah bulbus bagian dalam Tebal kornea Kedalaman ruang mata depan Tebal lensa Jarak antara lensa dan retina Ukuran 24,0 mm 22,5 mm 0,5 mm 3,6 mm 3,6 mm 15,6 mm Bagian Tebal retina Radius lengkung kornea Sudut bias seluruh mata Sudut bias kornea Sudut bias lensa Jarak antara kedua pupil mata 1.10Pengkajian Optalmik Ada tiga bidang pengkajian oftalmik yang ditujukan pada system sensori persepsi mata, meliputi : 1. Riwayat kesehatan a) Riwayat penyakit saat ini Klien ditanya tentang keluhan yang menyebabkan klien meminta pertolongan pada tim kesehatan. Apakah ada riwayat kecelakaan atau kerja. Apakah ada riwayat oftalmik seperti fotofobia, nyeri kepala, pusing, nyeri okuler atau dahi, mata gatal. Bila ada keluhan nyeri, dikaji sehubungan dengan lokasi, awitan, durasi, penurunan ketajaman penglihatan, keadaan saat nyeri timbul, upaya menguranginya dan beratnya. Identifikasi penurunan gangguan tajam penglihatan atau kehilangan medan penglihatan, apakah kondisi tersebut unilateral atau bilateral. Tanyakan klien apakh pernah menjalani koreksi refraksi dan pengukuran ketajaman penglihatan. Ukuran 0.3 mm 7,8 mm 59 Dioptri 43 Dioptri 19 Dioptri 61-69 mm

Apakah menggunakan lensa koreksi untuk penglihatan dekat atau jauh. Asuhan yang pernah diberikan oleh spesialis mata dan frekuensinya. Tanyakan adanya riwayat pembedahan atau adanya pukulan/ benturan pada masa lalu yang menyebabkan keluhan saat ini. Tanyakan tentang adanya kondisi seperti diabetes mellitus, hipertensi, PMS, anemia sel sabit, AIDS, sklerosis multiple yang dapat mengenai mata.

b) Riwayat penyakit dahulu

Tanayakan pada klien tentang penggunaan obat mata yang dijiaul bebas ataupun dengan resep yang dipakai.

c) Riwayat psikososial Evaluasi gaya hidup klien, jenis pekerjaan, aktivitas hiburan, dan olahraga. Tanaykan apakah masalah oftalmik yang dilaporkan mengganggu fungsi yang biasa dilakukan. Kaji bagaimana klien menghadapi masalah tersebut. Tanyakan perasaan klien yang berhubungan dengan gangguan visual untuk mengkaji keefektifan teknik koping klien. Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan klien tentang masalahnya untuk pemenuhan edukasi. 2. Pemeriksaan fisik mata a) Postur dan gambaran klien, catat kombinasi pakaian yang tidak lazim, yang mungkin mengindikasikan colou vision defect. Demikian juga karakteristik postur yang menarik perhatian seperti mendongakan kepala yang dapat merupakan tanda sikap kompensasi untuk memperoleh pandangan yang jelas. Sebagai contoh, klien dengan double vision dapat mengangkat kepalanya ke satu sisi sebagai usaha untuk memfokuskan pandanagn menjadi satu ( Vaughan, 1999 ). b) Kesimetrisan mata, observasi kesimetrisan mata kanan dan kiri. Kaji kesimetrisan wajah klien untuk melihat apakah kedua mata terletak pada jarak

yang sama. Kaji letak mata pada orbit. Periksa apakh salah satu mata lebih besar atau menonjol ke depan. c) Alis dan kelopak mata, aobservasi kuantitas dan penyebaran bulu alis. Inspeksi kelopak mata, anjurkan pasien melihat ke depan, bansingkan mata kiri dan kanan, anjurka pasien menutup kedua mata, amati bentuk dan keadaan kulit dari kedua kelopak mata, serta pinggiran kelopak mata, catat jika ada kelainan ( kemerahan ). Perhatikan keluasan mata dalam membuka, catat adanya droping kelopak mata atas atau sewaktu membuka ( ptosis ). d) Bulu mata, periksa bulu mata untuk posisi dan distribusinya. Selain berfungsi sebagai pelindung, juga dapat menjadi iritan bagi mata bila menjadi panjang dan salah arah. Dan hal ini dapat mengakibatkan iritan pada kornea. Orang yang emnderita depigmentasi abnormal, albinisme, infeksi kronik, dan penyakit autoimun, bulu mata akan memutih atau poliosis ( Vaughan, 1999 ). e) Kelenjar lakrimalis, observasi bagian kelenjar lakrimal dengan cara meretraksi kelopak mata atas dan menyuruh klien untuk melihat ke bawah. Kaji adanya edema pada kelenjar lakrimal, perawat dapat emnekan sakus lakrimalis dekat pangkal hidung untuk memeriksa adanya obstruksi duktus nasolakrimalis, jika di dalamnya terdapat peradangan akan keluar cairan pungtum lakrimalis. Punktum lakrimalis dapat diobservasi dengan cara menarik kelopak mata bawah secara halus melalui pipi. ( Potter, 2006 ). f) Konjungtiva dan sclera, sclera dan konjungtiva bulbaris diinspeksi secara bersama. Jika pada konjungtiva palpebra klien dicurigai kelainan, palpebra atas and bawah harus dibalik. Palpebra bawah dibalik denagn cara menarik batas atas kea rah pipi sambil klien dianjurkan untuk melihat ke atas. ( Brunner, 2002 ). Amati keadaan konjungtiva, kantong konjungtiva bagian bawah, catat bila ada pus atau warna tidak normal seperti anemis. Kaji warna sclera, pada keadaan normal berwarna putih. Warna kekuning kuningan dapat mengindikasikan jaundis/ikterik atau masalah sistemik. g) Kornea, observasi dengan cara memberikan sinar secara serong dari beberapa sudut. Korne seharusnya transparan, halus, jernih dan bersinar. Observasi adanya kekeruhan yang mungkin adalah infiltrate atau sikatrik akibat trauma atau cedera. Cikatrik kornea dapat berupa nebula ( bercak seperti awan yang hanya dapat

dilihat di kamar gelap dengan cahaya buatan ). Macula ( bercak putih yang dapat dilihat di kamar terang ) dan leukoma ( bercak putih seperti porselen yang dapat dilihat dari jarak jauh ). Jika klien sadar juga dapat dilakukan reflek berkedip. h) Pupil, amati warna iris ukuran dan bentuk pupil yang bulat dan teratur. Pupil yang tidak bulat dan teratur akibat perlengketan iris dengan lensa/kornea (sinekkia). Lanjutkan pengkajian terhadap reflek cahaya. Pupil yang normal akan berkontriksi secara reguler dan konsentris,efek tidak langsung,pupil mengecil pada penyinaran mata disebelahnya. Dua Gejala Umum Mata Hilangnya penglihatan

Mendadak/perlahan-lahan Nyeri/tidak nyeri Transien/permanen Kedua mata/satu mata/sebagian dari lapang pandang Berair/lengket Nyeri Disertai hilangnya penglihatan Durasi

Mata merah

2.7

Struktur Pelindung Mata Orbita Orbita adalah rongga bertulang yang mengandung bola mata, otot-otot, saraf, pembuluh darah, lemak dan struktur yang menghasilkan dan mengalirkan air mata.

Kelopak Mata Kelopak mata merupakan lipatan kulit tipis yang melindungi mata. Kelopak mata secara refleks segera menutup untuk melindungi mata dari benda asing, angin, debu dan cahaya yang sangat terang. Ketika berkedip, kelopak mata membantu menyebarkan cairan ke seluruh permukaan mata dan ketika tertutup,

kelopak mata mempertahankan kelembaban permukaan mata. Tanpa kelembaban tersebut, kornea bisa menjadi kering, terluka dan tidak tembus cahaya. Bagian dalam kelopak mata adalah selaput tipis (konjungtiva) yang juga membungkus permukaan mata.

Bulu mata Bulu Mata merupakan rambut pendek yang tumbuh di ujung kelopak mata dan berfungsi membantu melindungi mata dengan bertindak sebagai barrier (penghalang). Kelenjar kecil di ujung kelopak mata menghasilkan bahan berminyak yang mencegah penguapan air mata.

Kelenjar lakrimalis Kelenjar Lakrimalis terletak di puncak tepi luar dari mata kiri dan kanan dan menghasilkan air mata yang encer. Air mata mengalir dari mata ke dalam hidung melalui 2 duktus lakrimalis; setiap duktus memiliki lubang di ujung kelopak mata atas dan bawah, di dekat hidung. Air mata berfungsi menjaga kelembaban dan kesehatan mata, juga menjerat dan membuang partikel-partikel kecil yang masuk ke mata. Selain itu, air mata kaya akan antibodi yang membantu mencegah terjadinya infeksi.

BAB III PEMBAHASAN TELINGA

3.1

Anatomi Telinga Luar a. Aurikel (pinna) dan kanalis auditorius eksternus, dipisahkan dari telinga tengah oleh struktur seperti cakram yang dinamakan membrana timpani 10

Telinga luar, yang terdiri dari

(gendang telinga). Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga. Tepat di depan meatus auditorius eksternus adalah sendi temporal mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatusauditorius eksternus ketika membuka dan menutup mulut. b. Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis.Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani. Kulit dalam kanal mengandungkelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebutserumen. Mekanisme pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagianluar tetinga. Serumen nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit. 3.2 Anatomi Telinga Tengah Telinga tengah tersusun atas a. Membran timpani (gendang telinga) di sebelah lateral dan kapsul otik di sebelah medial celah telinga tengah terletak di antara kedua membran timpani terletak pada akhiran kanalis aurius eksternus dan menandai batas lateral telinga, Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu mutiara dan translulen. b. Tulang telinga tengah (rongga berisi udara merupakan rumah bagi osikuli) dihubungkan dengan tuba eustachii ke nasofaring berhubungan dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid tulang temporal. Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes. Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang membantu hantaran suara. c. Anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan. d. Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1 mm dan panjangnya sekitar 35 mm, menghubungkan telinga ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup,

11

namun dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau menguap atau menelan. Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer. 3.3 Anatomi Telinga Dalam a. Organ untuk pendengaran (koklea) b. Keseimbangan (kanalis semisirkularis) c. Kranial VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya merupakan bagian dari komplek anatomi. d. Tulang labirint. Di dalam lulang labirin terendam dalam cairan yang dinamakan perilimfe, yang berhubungan langsung dengan cairan serebrospinal dalam otak melalui aquaduktus koklearis. Labirin membranosa tersusun atas utrikulus, akulus, dan kanalis semisirkularis, duktus koklearis, dan organan Corti. 3.4 Keseimbangan dan Pusing. Indera keseimbangan merupakan indera khusus yang terdapat di dalam telinga. Indera keseimbangan letaknya dekat indera pendengaran, yaitu di bagian belakang labirin dan terdiri dari urtikulus, sakulus, serta tiga kanalis semisirkularis. Nervus vestibularis yang tersebar hingga kanalis semisirkularis menghantarkan implus-implus menuju otak. Implus-implus dibangkitkan oleh kanal-kanal, karena adanya perubahan kedudukan cairan dalam kanal atau saluran itu. Hal ini mempunyai hubungan erat dengan kesadaran kedudukan kepala terhadap badan. Perubahan kedudukan cairan dalam kanalis semisirkularis inilah yang merangsang implus, yang segera dijawab badan berupa gerak reflek, guna memindahkan berat badan serta mempertahankan keseimbangan. Labirin membranosa memegang cairan yang dinamakan endolimfe. Terdapat keseimbangan yang sangat tepat antara perilimfe dan endolimfe dalam telinga dalam, banyak kelainan telinga dalam terjadi bila keseimbangan ini terganggu.

12

3.5

Prinsip Fisiologi yang Mendasari Konduksi Bunyi Prinsip Fisiologi yang Mendasari Konduksi Bunyi. Telinga dapat

mendengar jika ada gelombang suara, gelombang suara akan dikumpulkan oleh daun telinga Bunyi memasuki telinga melalui kanalis auditorius ekternus dan menyebabkan membran timpani bergetar dan diteruskan ke dalam telinga tengah melalui tulang-tulang pendengaran. Getaran menghantarkan suara, dalam bentuk energi mekanis, melalui gerakan pengungkit osikulus oval. Energi mekanis ini kemudian dihantarkan cairan perilimfe telinga dalam ke koklea. Getaran cairan itu akan menggetarkan membran Reissner dan cairan endolimfe dalam skala media, membran basilaris. Saat membran basilaris bergetar akan menggerakkan sel-sel rambut dan ketika sel-sel rambut menyentuh membran tektorial maka terjadi impuls yang akan dikirim ke saraf otak VIII, di mana implus ini akan menjadi energi elektris. Energi elektris ini berjalan melalui nervus vestibulokoklearis ke nervus sentral, di mana akan dianalisis dan diterjemahkan dalam bentuk akhir sebagai suara. Selama proses penghantaran, gelombang suara menghadapi masa yang jauh lebih kecil, dari aurikulus yang berukuran sampai jendela oval yang sangat kecil, yang mengakibatkan peningkatan amplitudo bunyi. 3.6 Kehilangan Pendengaran Kehilangan pendengaran dapat disebabkan oleh gangguan penyaluran suara di telinga luar atau tengah (tuli konduksi/hantaran)atau kerusakan sel rambut atau jalur saraf(tuli saraf). Penyebab tuli hantaran antara lain tersumbatnya kanalis auditorius eksternusoleh serumen atau benda asing, kerusakan tulang-tulang pendengaran penebalan gendang telinga akibat infeksi telinga tengah berulang dan kekakuan abnormal perlekatan stapeske jendela oval. Antibiotik aminoglikosida misalnya streptomisin dan gentamisin menghambat saluran mekanosensitif distereosilia sel-sel rambut dan dapat menyebabkan sel berdegenerasi, menimbulkan tuli saraf dan gangguan fungsi vestibular. Kerusakan sel rambut luar oleh pajanan suara bisingterus menerus menyebabkan gangguan pendengaran. Penyebab lain adalah tumor saraf vestibulokoklearis dan sudut serebelopontin, dan keruskan veskulardi madula oblongata. Presbikusis, penurunan pendengaran yang yang terjadi bertahap yang berkaitan dengan penuaan, mengenai lebih dari

13

sepertiga orang berusia diatas 75tahun dan mungkin disebabkan oleh hilangnya sel-sel rambut dan neuron secara bertahap dan kumulatif. Gejala Kehilangan Pendengaran: a. Deterlorisasi wicara Individu yang bicara dengan bagian akhir kata tldak jelas atau dihllangkan, atau mengeluarkan kata-kata bernada datar, mungkin karena tidak mendengar dengan baik, Telinga memandu suara, baik kekerasan maupun ucapannya. b. Keletihan Bila Individu merasa mudah lelah ketika mendengarkan percakapan atau pidato, keletihan bisa disebabkan oleh usaha keras untuk mendengarkan. Pada keadaan ini, Iridividu tersebut menjadl mudah tersinggung. c. Acuh individu yang tak bisa mendengar perkataan orang lain mudah mengalami depresi dan ketidaktertarikan terhadap kehidupan secara umum. Menarik dlri dari sosial Karena tak mampu rnendengar apa yang terjadi di sekitarnya menyebabkan individu dengan gangguan pendengaran menarlk diri dari situasi yang dapat memalukannya. Rasa tak aman Kehilangan rasa percaya diri dan takut berbuat salah menclptakan suatu perasaan tak aman pada kebanyakan orang dengan gangguan pendengaran. Tak ada seorang pun yang menginglnkan untuk mengatakan atau melakukan hal yang salah yang cenderung membuatnya nampak bodoh. d. Tak mampu membuat keputusan-prokrastinal Kehilangan kepercayaan diri membuat seseorang dengan gangguan pendengaran sangat kesulitan untuk membuat keputusan. Kecurigaan Individu dengan kerusakan pendengaran, yang sering hanya mendengar sebagian dari yang dikatakan, bisa merasa curiga bahwa orang lain membicarakan dirinya atau bagian percakapan yang berhubungan dengannya sengaja diucapkan dengan lirih sehingga la tak dapat mandengarkan

14

e.

Kabanggaan semu Individu dengan kerusakan pendengaran berusaha menyembunyikan kehilangan pendengarannya. Konsekwensinya, ia sering berpura-pura mendengar padahal sebenarnya tidak. Kesepian dan ketldak bahaglaan Meskipun setiap orang selalu menginginkan ketenangan, namun kesunyian yang dipaksakan dapat membosankan bahkan kadang menakutkan. Individu dengan kehilangan pendengaran sering merasa (terasing)

f.

Kecenderungan untuk mendominasi pembicaran Banyak Individu dengan kerusakan pendengaran cenderung mendominasi percakapan, mengetahui bahwa selama pembicaraan terpusat padanya sehingga ia dapat mengontrol maka la tidak akan melakuKan kesalahan yang memalukan. (Seizin Maico Hearing Instruments.)

3.7 Pengkajian Kemampuan Mendengar Pemeriksaan Telinga. Telinga luar diperiksa dengan inspeksi dan palpasi lang-sung sementara membrana timpani diinspeksi, seperti telinga tengah dengan otoskop dan palpasi tak langsung dengan menggunakan otoskop pneumatic Pengkajian Fisik. Inspeksi telinga luar merupakan prosedur yang paling sederhana tapi sering terlewat. Aurikulus dan jaringan sekitarnya diinspeksi adanya a. b. c. deformitas, lesi, cairan begitu pula ukuran, simetris dan sudut penempelan ke kepala.

15

Teknik untuk menggunakan otoskop. Metode Weber Pangkal garpu penala yang bergetar diletakkan di verteks Normal tengkorak. Mendengar sama keras di Tuli Hantaran kedua sisi. Suara lebih keras di telinga yang sakit karena efek penyamaran lingkungan tidak Tuli Saraf ada. Suara lebih keras di telinga normal. Getaran terdengar di udara setelah hantaran tulang selesai, selama tuli sarafnya bersifat parsial. BAB IV PENUTUP 16 Hantaran tulang lebih buruk daripada normal. Rinne Pangkal garpu penala yang bergetar diletakkan di prosesus mastoideus sampai subyek tidak lagi mendengarnya, lalu garpu diletakkan di dekat telinga. Mendengar getaran di udara setelah hantaran tulang selesai. Getaran di udara tidak terdengar setelah hantaran tulang selesai. Hantaran tulang lebih baik daripada normal. Schwabah Hantaran tulang pasien dibandingkan dengan subyek normal.

4.1

Kesimpulan

Mata dan telinga merupakan komponen sistem persepsi sensori yang saling berkaitan. Sensori adalah stimulus atau rangsang yang datang dari dalam maupun luar tubuh. Stimulus tersebut masuk ke dalam tubuh melalui organ sensori ( mata dan telinga). Persepsi adalah daya mengenal barang, kualitas atau hubungan serta perbedaan antar hal yang terjadi melalui proses mengamati, mengetahui dan mengartikan setelah mendapat rangsang melalui indra (mata dan telinga). 4.2 Saran Saya menyadari dalam penulisan dan pembahasan makalah ini banyak ditemui kesalahan dan kekurangan baik dari penulisan dan pembahasan dikarenakan saya masih dalam proses pembelajaran, saya menerima dengan lapang dada saran dan tanggapan dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini,dan saya juga berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis nantinya

DAFTAR PUSTAKA

17

Anonim,2013.http://soerya.surabaya.go.id/AuP/eDU.KONTEN/edukasi.net/SMA/Biologi /Sistem.Indera.Manusia/materi3.html. Diakses 23 Februari 2013. Pukul 17.30. Anonim, 2012. http://probouut.wordpress.com/2012/03/27/sistem-pendengaran/ Diakses 23 Februari 2013 pukul 15.59. Anonim, 2012. http://www.scribd.com/doc/60302493/ANATOMI-FISIOLOGI-

TELINGA. Diakses 23 Februari 2013 pukul 16.02. Anonim,2012.http://www.psychologymania.com/2012/04/anatomi-dan-fisiologimata.html. Diakses 24 Februari 2013 pukul 12.20. C Evelyn. 2009. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta. Kompas Gramedia. Faiz Omar, Moffat David. 2002. At a Glance: Anatomi. Jakarta. Erlangga Ganong F William. 1999. Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran. Jakarta. EGC Guyton A, Hall John E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Irawati Setiawan (penterjemah). Jakarta. EGC. James Bruce, Chew Chris. 2005. Lecture Notes: Oftalmologi. Jakarta. Erlangga. Puts.R, Pabs.R. 2000. Sobotta, atlas anatomi manusia jilid 1. Jakarta: EGC.

18

You might also like