You are on page 1of 19

EKG : http://www.kursusekg-i.blogspot.com/2009/02/i-ekg_6473.html MEKANISME KERJA JANTUNG Jantung dikomposisikan dari jaringan dasar miokardium.

Jaringan nodal memberikan pergerakan energi potensial. Atau jaringan nodal dapat menghubungkan serat-serat miokardium, jaringan nodal dapat merangsang dan dengan sendirinya berkontraksi menjadi gumpalan: artial syncytium dan ventrikel syncytium. Frekuensi kontraksi kardio/jantung dapat bergantung pada frekuensi depolarisasi jaringan nodal. FASE SIKLUS KERJA JANTUNG
1. Mid Diastole Merupakan fase pengisian lambat ventrikel dimana atrium dan ventrikel dalam keadaan istirahat. Darah mengalir secara pasif dari atrium ke ventrikel melalui katup atrioventrikuler, pada saat ini katup semilunaris tertutup dan terdengar sebagai bunyi jantung kedua. 2. Diastole Awal Gelombang repolarisasi menyebar ke ventrikel sehingga ventrikel menjadi relaksasi. Tekanan ventrikel turun melebihi tekanan atrium sehingga katum AV membuka. Dengan terbukanya katup AV maka ventrikel akan terisi dengan cepat, 70%-80% pengisian ventrikel terjadi dalam fase ini. 3. Diastole Lanjut Gelombang depolarisasi menyebar melalui atrium berhenti pada nodus atrioventrikuler (nodus AV). Otot atrium berkontraksi memberikan 20%-30% pada isi ventrikel. 4. Sistole Awal Depolarisasi menyebar dari sinus AV menuju miokardium ventrikel. Ventrikel berkontraksi menyebabkan tekanan dalam ventrikel lebih tinggi dari tekanan atrium sehingga menyebabkan katup atrioventrikuler menutup yang terdengar sebagai bunyi jantung satu. Dalam keadaan ini tekanan dalam aorta dan arteri pulmo tetap lebih besar, sehingga katup semilunar tetap tertutup. Kontraksi ventrikel ini disebut sebagai kontraksi isovolumetrik. 5. Sistole Lanjut Tekanan ventrikel meningkat melebihi tekanan pembuluh darah sehingga menyebabkan katup semilunaris membuka. Setelah katup semilunar terbuka, terjadi ejeksi isi ventrikel kedalam sirkulasi pulmoner dan sistemik.

A. Struktur Mikro Jantung Serat lintang otot jantung sama dengan otot rangka dan terdapat garis-garis Z. banyak terdapat mitokondria panjang yg berdekatan dengan fibril-fibril otot. Serat-serat otot bercabang dan saling berikatan (Interdigitate) tetapi masing-masing merupakan unit lengkap yg dikelilingi oleh membran sel. Perbatasan ujung suatu serat otot dengan ujung serat otot yang lain disebut

diskus interkalatus. Membran kedua serat otot tersebut tersusun parallel satu sama lain menyerupai serangkaian lipatan yang luas. (a). Jaringan otot jantung yg berlapis-lapis mengelilingi atrium dan secara spiral pd dinding ventrikel, (b). Potongan otot jantung secara seksio, dan (c). Potongan otot jantung secara diagramatik.Karakteristik histologis sel otot jantung dibandingkan dg sel otot rangka, yaitu serat sel otot jantung memiliki sifat: 1. Ukurannya lebih kecil, 2. Terdapat nucleus pada bagian tengah serat otot, 3. Terdapat cabang diantara sel-sel, dan 4. Memiliki interkalatus. B. Dasar Molekul Kontraksi 1. Molekul yang berperan dalam kontraksi a. Molekul-molekul aktin G. Filamen-filamen aktin terdiri dari suatu protein (BM= 43.000) yang berbentuk bola (globular) b. Protein tropomiosin. Protein-protein pengatur tertentu berikatan pada filament-filamen aktin. merupakan molekul protein dengan panjang 40 nm, terletak dalam alur yang terbentuk antara kedua untaian filamen aktin c. Protein troponin. terletap pada kedua ujung tropomiosin

d. Filamen-filamen myosin. Filament-filamen myosin terdiri atas kumpulan padat molekul-molekul myosin dengan bagian yang berbentuk gagang terbentang sejajar dengan sumbu panjang filament terdiri atas protein myosin (BM= 460.000), dan panjang molekulnya 150 nm. Dengan menggunakan enzim tripsin molekul-molekul myosin dapat diuraikan e. f. Enzim tripsin. Dapat menguraikan molekul2 myosin ATPase. Berperan dalam proses pemecahan ATP menjadi ADP.

2. Kejadian saat kontraksi pelepasan ion kalsium dari sarkoplasmik reticulum kemudian merangasang aktivitas ATP, yang kemudian terjadi hidrolisa molekul ATP menjadi ADP dan pelepasan energi. Energi inilah yang dipakai untuk kontraksi. Ion kalsium yang hanya bekerja sebagai katalisator selanjutnya ditangkap kembali oleh sarkoplasmik reticulum. C. Depolarisasi Dan Repolarisasi 1) Depolarisasi Fase depolarisasi merupakan kondisi dimana terjadi proses penyebaran impuls/sinyal pada jantung. 2) Repolarisasi Fase repolarisasi merupakan kondisi dimana otot otot jantung tidak melakukan aktifitas sementara (istirahat). Fase defleksi merupakan penyebaran proses depolarisasi. Urutan terjadinya sinyal elektrokardiogram adalah sebagai berikut :

a) Gelombang P.

b) c) d) e)

Vektor depolarisasi (terjadi perubahan muatan listrik ) kontraksi atrium dari sinus atrialis ke nodulus atrio ventricularis. Gelombang Q. Gelombang yg menandai awal dari kontraksi atria Gelombang R. Gelombang yg menanda akhir dari kontraksi atria dan awal dari kontraksi ventrikel. Gelombang S. Gelombang yg menandai akhir dari kontraksi ventrikel Gelombang T Gelombang T disebabkan repolarisasi ventrikel
Vektor yang timbul karena depolarisasi ventrikel membangkitkan QRS kompleks. Interval PR adalah menandakan waktu dari permulaan kontraksi atrial sampai permulaan kontraksi ventrikel. Interval R-T menunjukkan kontraksi otot (ventricel systole), dan interval T-R menunjukkan adanya relaksasi otot (ventricel diastole). Interval antara R-R menandakan periode dari detak jantung yang dapat dapat dikonversikan menjadi Heart Rate: R = adalah interval antara sinyal R dengan sinyal R yang diukur dalam milidetik. Interval R-R relatif konstan dari detak ke detak. Perubahan pada interval R-R menandakan adanya kecepatan jantung yang tidak wajar. Sebuah sinyal yang didapat dari elektrokardiogram normal memiliki ciri cirri sebagai berikut :

Sifat sistem penghantar khusus: 1. Otomasi : kemampuan menghasilkan impuls secara spontan 2. Ritmis : keteraturan membangkitkan impuls 3. Daya penerus : kemampuan menghantarkan impuls 4. Peka rangsang : kemampuan berespons terhadap rangsangan Susunan sistem penghantar khusus: 1. SA node (pace maker), di dinding atrium kanan dekat muara vena cava superior 2. AV node, di dasar atrium ka dekat sekat atrium-ventrikel 3. Berkas HIS, berkas dr AV node masuk ke septum interventrikel. Berkas His kemudian membagi 2 cabang kanan dan kiri. Cabang kanan berkasmengalirkan arus turun ke sisi kanan septum interventrikular sampai ke abgian apeks ventrikel kanan. Cabang kiri berkas terbagi 3 : (a) Fasikulus septal, yang akan mendepolarisasikan septum interventrikularis dari arah kiri ke kanan. (b) Fasikulus anterior, berjalan di sepanjang permukaan anterior (depan) ventrikel kiri. (c) Fasikulus posterior, berjalan di sepanjang permukaan posterior (belakang) ventrikel kiri. 4. Serat purkinje, serat yang menyebar ke miokard ventrikel. Merupakan ujung dari perjalanan cabang berkas kanan dan kiri beserta fasikulus2nya. Berupa serat yang menyerupai ranting2 kecil pada cabang2 pohon. Fungsinya mengalirkan arus listrik menuju ke miokardium ventrikel Mekanisme Penghataran Impuls 1. DEPOLARISASI ATRIUM : SA node (nodus sinus) akan terangsang scr spontan (tak terlihat dlm rekaman EKG) gelombang depolarisasi menyebar ke arah luar menuju ke miokardium atrium (kiri dan kanan) sel-sel miokardium atrium terdepolarisasi kedua atrium (kiri dan kanan) berkontraksi. 2. MASA JEDA MEMISAHKAN ATRIUM DARI VENTRIKEL : Gelombang depolarisasi telah menyelesaikan perjalanannya melalui atrium menemui suatu sawar/ barrier yang disana

tdpt AV node AV node memperlambat konduksi sampai menjadi lambat sekali (istirahat, berlangsung selama + 1/10 detik). Gunanya supaya atrium menyelesaikan kontraksinya sebelum ventrikel mulai berkontraksi sehingga memungkinkan atrium mengosongkan seluruh volume darahnya ke dalam ventrikel sebelum ventrikel berkontraksi. 3. DEPOLARISASI VENTRIKEL : Setelah + 1/10 detik, gelombang pendepolarisasi lepas dari AV node dg cepat menjalar turun di ventrikel sepanjang berkas his sampai ke serabut purkinje miokardium ventrikel kiri dan kanan terdepolarisasi ventrikel berkontraksi. 4. REPOLARISASI : Setelah miokardium berdepolarisasi, sel-sel tersebut mengalami periode refrakter yang singkat dan selama periode ini sel-sel tersebut kebal terhadap rangsangan berikutnya sel-sel menjalani repolarisasi
D. Potensial Aksi Potensial aksi adalah aliran ionik positif dan negatif yang bergerak di membran sel. Langkah awal pengolahan informasi indra adalah transformasi energi stimulus menjadi potensial reseptor, lalu menjadi potensial aksi pada serabut saraf. Pola potensial aksi merupakan kode informasi mengenai dunia, walaupun kadang-kadang kode yang disampaikan berbeda dari yang akan disampaikan. Potensial Aksi Dibagi Menjadi 2 : I. Potensial Aksi Sel Kontraktil Otot Jantung Pembentukan potensial aksi pada otot jantung kontraktil hampir sama dengan pada otot rangka. Pada otot jantung, masa refrakter memanjang untuk mencegah terjadinya kontraksi tetanik. Potensial aksi yang direkam dalam sebuah serabut otot ventrikel, rata-rata adalah 105 milivolt, maksudnya potensial intrasel tersebut meningkat dari suatu nilai yang sangat negative, sekitar 85 mV menjadi sedikit positif kira-kira +20 mV, sepanjang tiap denyut jantung. Setelah terjadi gelombang spike (gelombang naik) yang pertama, membrane tetap dalam keadaan depolarisasi selama kira-kira 0,2 detik, memperlihatkan suatu pendataran/plato yang diikuti dengan keadaan repolarisasi yang terjadi dengan tiba-tiba pada bagian akhir dari plato tersebut. Adanya plato ini dalam potensial aksi menyebabkan kontraksi ventrikel berlangsung sampai 15 kali lebih lama daripada kontraksi otot rangka.

Diwaktu istirahat, potensial aksi membrane sel kontraktil adalah sekitar -85 mV. Sewaktu kanal fast Sodium Channel terbuka, Na+ masuk ke dalam sel dan menyebabkan terjadinya depolarisasi pada sel kontraktil sehingga dalam waktu singkat potensial aksi sel kontraktil meningkat mencapai +20 mV. Pada kondisi demikian, fast sodium channel menutup dan slow sodium calcium channel terbuka. Hal ini menyebabkan potensial aksi sel sempat menurun namun diikuti pendataran secara perlahan. Pada saat ini kalsium masuk ke dalam sel kontraktil dan menyebabkan sel berkontraksi. Setelah sel kontraktil berkontraksi, maka slow sodium calcium channel menutup dan slow potassium channel terbuka dan mengakibatkan Kalium keluar dari sel sehingga mengembalikan kondisi potensial aksi sel menjadi negatif. Pada waktu ini terjadi proses repolarisasi. Kalsium yang digunakan pasca kontraksi akan disimpan di bagian reticulum sarkoplasmik dan tubulus T pada sel otot jantung untuk digunakan kembali.
II. Potensial Aksi Sel Otoritmik Otot Jantung

Perbedaan sel otoritmik dengan kontraktil adalah fast sodium channelnya akan selalu inaktif atau sudah dihambat sehingga tidak dapat terbuka. Dalam keadaan istirahat, sel serabut nodus mempunyai potensial aksi sekitar -55 mV. Ketika itu, terjadi kebocoran ion-ion natrium secara alami dari luar ke dalam sel, hal ini disebabkan karena konsentrasi ion natrium di luar sel lebih tinggi daripada di dalam, sehingga ada kecendrungan bagi ion-ion Natrium berdifusi ke dalam sel. Hal ini menyebabkan potensial aksi di sel otot jantung mengalami kenaikan secara perlahan. Diwaktu telah mencapai kondisi ambang batas, yakni sekitar -40 mV, slow sodium calcium channel terbuka dan menyebabkan potensial sel nodus meningkat sampai angka sekitar 0 mV. Pada saat ini terjadi peristiwa depolarisasi, prosesnya disebut self-excitation.

Mengapa bocornya ion natirum dan kalsium tidak menyebabkan serabut nodus sinus tetap dalam keadaan depolarisasi sepanjang waktu? Jawab : Setelah kira-kira 100 sampai 150 milidetik kemudian, pottasium channel (kanal kalium) terbuka disertai dengan penutupan slow sodium calcium channel. Oleh karena itu, masuknya ion kalsium dan natrium yang bermuatan positif akan terhenti, sementara pada saat yang sama sejumlah besar ion kalium yang bermuatan positif akan berdifusi keluar dari serabut. Kedua hal tersebut mengurangi potensial intrasel sehingga kembali ke tingkat istirahat yang negative dan karena itu mengakhiri potensial aksi.

Lebih lanjut, kanal kalium akan tetap terbuka selama seperbeberapa puluh detik, menyebabkan berlanjutnya pergerakan muatan positif ke luar dari sel untuk sementara waktu, sehingga terjadi kenegatifan yang berlebihan di dalam serabut; keadaan ini disebut

sebagai hiperpolarisasi. Pada awalnya, keadaan hiperpolarisasi akan menyebabkan potensial membrane istirahat turun sampai kira-kira -55 hingga -60 milivolt pada akhir potensial aksi. Mengapa keadaan hiperpolarisasi tidak berlangsung terus menerus? Alasannya adalah selama seperbeberapa puluh detik sesudah potensial aksi berakhir, secara bertahap makin lama makin banyak kanal kalium yang menutup. Selanjutnya, kebocoran natrium kembali mengulang ritmisitas (keteraturan) pada siklus sel nodus ini.
Diposkan oleh Muhamad Reza Pahlevi di 21.06

I.2. Pemahaman & Pengertian EKG

1. Pemahaman yang di maksud disini adalah :

Banyak sekali rekan-rekan perawat yang belum memahami akan peranan dan pentingnya EKG (elektrokardiografi). Yang kedua adalah persepsi dan pemahaman yang salah tentang EKG (elektrokardiografi), dimana menurut sebagian rekan-rekan perawat EKG hanya bisa dikonsumsi untuk dokter jantung (cardiologist), dokter atau perawat yang bekerja di ruangan jantung saja seperti ICCU, ICU, telemetry dll.

Yang ketiga adalah sistematika pengajaran EKG (elektrokardiografi) yang kurang pas penyajiannya, dimana rekan-rekan yang sudah mempunyai motivasi bagus untuk belajar EKG masih mengalami kesulitan dalam memahami dan mencerna ilmu EKG dengan baik dan benar, sehingga apa yang didapatkan dalam akhir pembelajaran atau pelatihan mereka rasakan sia-sia. Di blog ini, saya ingin mengajak rekan-rekan perawat untuk sama-sama membuka mata dan pikiran dalam memahami ilmu EKG (elektrokardiografi). Sebelumnya saya ingin bertanya, ada berapa jumlah rumah sakit pemerintah dan swasta di Indonesia?Masih adakah rumah sakit yang tidak menggunakan fasilitas EKG? Kalau saya tebak jawaban anda adalah puluhan bahkan ratusan jumlah rumah sakit di Indonesia dan tak satupun yang tidak menggunakan fasilitas EKG. Ini menunjukkan bahwa begitu pentingnya peranan EKG dalam dunia medis. Di era global seperti sekarang ini, dimana setiap rumah sakit baik di dalam maupun di luar negeri saling berpacu dalam meningkatkan pelayanannya dengan menyediakan fasilitas-fasilitas yang memuaskan bagi pengunjungnya. Salah satunya adalah perekaman EKG yang mana mesin-mesin EKG ini mulai dari unit gawat darurat, bangsal umum/vip, klinik, ruang operasi, ICU/ICCU,telemetry dan tempat-tempat lainnya dengan mudah anda temukan. Jadi tidaklah benar kalau EKG dikonsumsi untuk dokter dan sebagian para perawat yang bekerja diruang jantung. Apakah anda tidak menyadari kalau sebenarnya kita (profesi keperawatan) masih pantas menyandang gelar "ROBOT" atau "PEMBANTU DOKTER", kenapa demikian? Kalau seorang perawat hanya bisa menjalankan order dokter saja tanpa bisa memberikan klarifikasi atau pendapat yang perlu demi kebaikan pasien, sama saja kita sebagai robot atau pembantu dokter. Seperti halnya dengan EKG(elektrokardiografi), anda cuma bisa melakukan perekaman EKG setelah itu menyerahkan ke dokter dan menjalankan apa yang diinstruksikan oleh dokter, padahal intruksi yang diberikan oleh dokter tidak selamanya tepat. Jadi kita sebagai partner (bukan pembantu dokter) harus bisa mengklarifikasi instruksi dokter tersebut. Bagaimana bila anda tidak menguasai basic EKG, sementara dokter tidak memberikan terapi untuk MI (miokardiac Infark) padahal jelas sekali gambaran EKG menunjukan adanya MI. Ingat! anda sudah mendeklarasikan diri sebagai tenaga perawat yang profesional. Buktikan dong.......

Melalui blog ini,Insya allah saya akan memberikan pembelajaran EKG secara sederhana dan sistematis, dengan bahasa yang sederhana serta mudah dicerna oleh rekan-rekan perawat sehingga bisa mengarahkan anda untuk menjadi interpreter EKG yang handal.

2. Pengertian EKG (elektrokardiografi)

Anda boleh menyebutkan kepanjangan EKG tersebut dengan "elektrokardiografi" atau "elekrokardiogram" karena grafik yang tercatat atau terekam oleh mesin EKG dinamakan Elektrokardiogram, sedangkan ilmu yang mempelajari EKG dinamakan Elektrokardiografi. Kalau saya uraikan arti dari kata elektrokardiografi/elektrokardiogram adalah elektro=listrik, kardio = jantung, grafi/gram = grafik. Jadi pengertian EKG secara lengkap adalah rekaman aktivitas listrik jantung atau bioelektrikal pada jantung yang digambarkan dengan sebuah grafik EKG atau dengan kata lain grafik EKG menggambarkan rekaman aktifitas listrik jantung. Bagaimana cara merekam aktivitas listrik jantung? Yaitu dengan menempatkan sandapan-sandapan berupa elektroda yang di tempatkan dipermukaan tubuh, dimana elektroda-elektroda tersebut merekam aktivitas listrik jantung dari sudut yang berbeda, sehingga gambaran EKG yang terekam ditiap lead akan berbeda karena tergantung dari arah aksis jantung si pasien. (baca aksis jantung) EKG (elektrokardiografi) merupakan salah satu bentuk pemeriksaan laboratorium yang membantu dalam menegakkan suatu diagnosa, khususnya penyakit jantung. Ingat! Gambaran klinis pasien adalah nomor satu yang harus dipikirkan dalam menegakkan diagnosa penyakit jantung. Karena dilapangan seringkali ditemukan pasien dengan gambaran EKG abnormal tapi secara klinis jantung pasien normal. Begitu sebaliknya, gambaran EKG normal tapi secara klinis pasien mengalami gangguan pada jantung. Jadi obati pasien, bukan EKGnya !

EKG sangat bermanfaat sekali dalam mengidentifikasi : 1. Gangguan Aritmia or dysritmia (aritmia = dysritmia) 2. Jantung ischemia 3. Myocardiac Infarction 4. Hypertrophy Otot jantung ( untuk otot ventrikel), Dilatasi otot jantung (untuk otot atrium) 5. Gangguan keseimbangan elektrolit 6. Efek obat-obatan 7. Fungsi pacu jantung 8. Dan lain-lain

THURSDAY

II.1. Perekaman atau Penyandapan EKG


Dalam topik ini saya rasa anda semua sudah pernah mengalaminya saat anda masih dibangku kuliah, tapi bagi yang masih bingung atau sudah lupa akan saya berikan sedikit penyegaran kembali. Banyak sekali temen temen yang masih mengabaikan tata cara perekaman atau penyandapan EKG ini. Karena sekilas anda lihat dalam hasil perekaman EKG, baik yang tepat atau yang tidak tepat penempatan elektrodanya tidak jauh berbeda hasilnya (khususnya pada sandapan prekordial). Tapi tidak ada kata ampun bila anda melakukan kesalahan dalam penempatan elektroda pada sandapan bipolar lead atau unipolar ekstremitas, karena akan jelas sekali tampak pada hasil rekaman EKG nya

Sandapan/perekaman EKG dibagi menjadi 3 yaitu: Sandapan Bipolar ----> lead I, lead II, Lead III Sandapan Unipolar Ekstremitas ----> lead aVR, aVL, aVF Sandapan Prekordial ----> lead V1, V2, V3, V4, V5, V6

A. Sandapan Bipolar Sandapan bipolar merekam bioelektrikal jantung dari bidang frontal. Mengapa dinamakan sandapan bipolar? Karena sandapan bipolar hanya memerlukan 2 elektroda untuk merekam bioelektrikal pada jantung dimana kedua elektroda itu satu dinamakan elektroda negatif dan elektroda yang lain dinamakan elektroda positip. (lihat gambar 13). Lead I Lead ini merekam bioelektrikal jantung dengan memasang negatif elektroda di tangan kanan, sedangkan positip elektroda dipasang di tangan kiri. Ingat!! positip elektroda pada lead I berada di tangan kiri !! Lead II Lead ini merekam bioelektrikal jantung dengan memasang negatif elektroda di tangan kanan, sedangkan positip elektroda dipasang di kaki kiri. Ingat!! positip elektroda pada lead II berada di kaki kiri !! Lead III Lead ini merekam bioelektrikal jantung dengan memasang negatif elektroda di tangan kiri, sedangkan

positip elektroda dipasang di kaki kiri. Ingat !! positip elektroda pada lead III berada di kaki kiri !!

Jadi sandapan bipolar akan membentuk segitiga dengan persamaan sebagai berikut: Lead II = lead I + lead III segitiga ini sering disebut Einthovent Triangle (lihat gb 14) Sandapan bipolar ini berguna mengidentifikasi apakah penempatan elektroda sudah tepat atau belum.

Gb :13

Gb : 14

B. Sandapan Unipolar Ekstremitas Sandapan bipolar memiliki kekurangan yaitu apabila bioelekrikal jantung pada salah satu elektroda terlalu kecil, perbedaan potensial yang merekam bioelektikal ini tidak terukur oleh kedua elektroda tersebut. Maka dari itu seorang ilmuan yang bernama Goldbeger tahun 1942 memodifikasi mesin EKG dengan memutuskan hubungan dengan central terminal akan memperbesar voltase perekaman dari elektroda positip. Jadi sepasang elektroda negatif diputuskan dengan central terminal, sehingga dihasilkan voltase defleksi yang lebih besar dibandingkan dengan sandapan bipolar. aVR Lead ini merekam bioelektrikal jantung dengan menggunakan 3 elektroda , dimana salah satu elektroda dinamakan positip elektroda, dan dua elektroda tidak bermuatan atau zero potensial. Pada lead aVR elektroda positipnya ditempatkan di tangan kanan. Ingat !! positip elektroda di aVR terletak di tangan kanan !! aVL Lead ini merekam bioelektikal jantung dengan mengunakan 3 elektoda, dimana salah satu elektroda

dinamakan positip elektroda, dan dua elektoda yang lain tidak bermuatan atau zero potensial. Pada lead aVL elektroda positipnya ditempatkan di tangan kiri. Ingat !! positip elektroda di lead aVL terletak di tangan kiri !! aVF Lead ini merekam bioelektrikal jantung dengan menggunakan 3 elektroda , dimana salah satu elektroda dinamakan positip elektroda, dan dua elektroda tidak bermuatan atau zero potensial. Pada lead aVF elektroda positipnya ditempatkan di kaki kiri. Ingat!! positip elektroda di aVF terletak di kaki kiri !! Dari sandapan unipolar ekstremitas ini akan di dapatkan hubungan matematika yaitu persamaan lingkaran tertutup di bawah ini : aVR + aVL + aVF = O (lihat gambar 15)

Gb : 15

C. Sandapan Unipolar Prekordial Sandapan unipolar prekordial merekam bioelektrikal jantung dari bidang horizontal, dimana hanya menggunakan 6 single positip elektroda yang di tempatkan pada permukaan dada pada tempat-

tempat yang telah ditentukan. (lihat gambar 16 &17)

Gb : 16

Gb : 17 Standar internasional dalam melakukan perekaman 12 lead EKG adalah kecepatan 25 mm/detik dan standarisasi 1 mVolt.

II.2. Kertas EKG


Untuk menghitung nilai-nilai normal pada tiap gelombang EKG, anda harus mengenal dulu ukuran dan macam-macam kotak yang terdapat dalam elektrokardiogram. Jangan berspekulasi untuk melanjutkan kursus ini sebelum anda menguasai betul ukuran dan macam-macam kotak padakertas EKG, karena anda akan mengalami kebingungan dengan apa yang akan saya jelaskan pada topik berikutnya. Kita sepakat dari sekarang dimana ada 2 macam kotak dalam EKG yaitu kotak kecil dengan ukuran 1 mm x 1 mm atau 0,04 detik x 0,04 detik. Yang kedua yaitu kotak sedang/besar dengan ukuran 5 mm x 5 mm atau 0,20 detik x 0,20 detik. Ok.... Seperti yang telah saya jelaskan pada topik perekaman EKG 12 lead, dimana normal kecepatan mesin EKG sebesar 25mm/detik . Ini artinya dalam 1 detik mewakili 25mm atau 25 kotak kecil dalam bidang horizontal. Dengan standar voltase 1 mVolt, yang artinya dengan standarisasi 1 mVolt akan menghasilkan defleksi vertikal sebesar 10 mm atau 10mm/mVolt. Jadi 1 kotak kecil sama dengan 0,1mVolt. (lihat gambar 18 & 19). Jadi : 1 kotak kecil = 1 mm = 0,04 detik = 0,1 mVolt 5 kotak kecil = 5 mm = 1 kotak besar/sedang = 0,20 detik = 0,5 mVolt 10 kotak kecil = 10 mm = 2 kotak besar/sedang = 0,40 detik = 1 mVolt 25 kotak kecil = 25 mm = 5 kotak besar/sedang = 1 detik 15 kotak besar/sedang = 3 detik 30 kotak besar/sedang = 6 detik

Gb : 18

Gb: 19

II.3. Konfigurasi Gelombang EKG


Sebelum melangkah lebih jauh dalam mempelajari EKG(elektrokardiografi), anda harus mengenal dan menghafal nilai normal tiap gelombang yang ada dalam EKG. Sekali lagi anda harus mengingatnya dan mengerti dari arti gelombang tersebut, sehingga dalam prakteknya anda tidak mengabaikan sekecil apapun bentuk kelainan saat anda menginterpretasi 12 lead EKG.

Ada beberapa gelombang yang wajib anda ketahui dan kuasai dengan baik bila anda ingin menjadi interpreter EKG yang handal. Gelombang EKGtersebut adalah Gelombang P, PR interval, komplek QRS, gelombang T, ST segment, QT interval, gelombang U. (Lihat gambar 20)

(Gb : 20)

Gelombang P Gelombang positip pertama kali muncul adalah gelombang P. Menggambarkan depolarisasi dari otot kedua atrium (kanan & kiri). Cara mengukur gel P adalah dihitung mulai dari awal gelombang P sampai dengan akhir gel P. Nilai normal gel P tinggi tidak melebihi 2,5mm (2,5 kotak kecil) dan lebarnya juga tidak melebihi 2,5mm (2,5 kotak kecil). Tinggi gel P melebihi 2,5 mm (P pulmonal), mengidentifikasikan adanya pembesaran di otot atrium kanan. Lebar melebihi 2,5 mm( P mitral), mengidntifikasikan adanya pembesaran pada otot atrium kiri. Gelombang P harus positip di lead II dan harus negatif di lead aVR.

PR Interval PR interval adalah mewakili waktu yang dibutuhkan oleh SA node untuk mendepolarisasi otot atrium, sampai AV node dan Bundle his. PR interval di ukur mulai dari permulaan gel P sampai dengan awal komplek QRS. Normal PR interval yaitu 3 mm - 5 mm ( 3 kotak kecil - 5 kotak kecil) atau 0,12 detik sampai 0,20 detik. Apabila PR interval melebihi 0,20 detik atau 5 kotak kecil, mengidentifikasikan adanya AV blok. Apabila PR interval kurang dari 0,12 detik atau 3 kotak kecil, mengidentifiksikan adanya accelerated pacemaker (seprti kasus WPW syndrome= wolff parkinson white syndrome).

Komplek QRS Komplek QRS terdiri dari gelombang Q, gelombang R, gelombang S. Komplek QRS menggambarkan depolarisasi otot ventrikel. Gelombang Q adalah gel negatif pertama setelah gel P, gel Q mewakili depolarisasi otot septum ventikel, normal gel Q tidak boleh melebihi 1/3 gelombang R, apabila gel Q melebihi 1/3 gel R mengidentifikasikan adanya infark. Pada lead (V1,V2,V3) apabila ditemukan gelombang Q, ini mengindikasikan abnormal EKG, biasanya di temukan pada kasus MI atau gangguan konduksi seperti LBBB. Gelombang Q normal ditemukan pada lead V5 & V6, apabila tidak ditemukan gel Q pada lead ini, kemungkinan besar adanya LBBB. Gelombang R adalah gelombang positip pertama setelah gel Q. Gelombang R pada V1 sampai dengan V6 mengalami penambahan voltage, apabila gelombang R dari V1 sampai dengan V6 tidak mengalami penambahan maka dinamakan "poor progression" Gelombang S adalah gelombang negatif kedua setelah gelombang R. Gelombang S dari V1 sampai dengan V2 voltasenya akan menurun, apabila di temukan gelombang S pada V5 atau V6 dengan kedalaman lebih dari 5 mm, maka besar kemungkinan adanya RBBB. Pada precordial lead(V1 s/d v6) terdapat transition zone, yaitu normalnya terletak pada lead V3 or V4.( lihat gambar 21) Komplek QRS diukur muali dari awal Komplek QRS atau gel Q sampai dengan akhir gel S. Normal komplek QRS tidak boleh melebihi 0,10 detik, apabila melebihinya mengidentifikasikan adanya gangguan konduksi pada intraventrikuler ( seperti LBBB, RBBB, LAHB,LPHB). Apapun bentuk konfigurasi yang terlihat di gambar 21 adalah semua sama menggambarkan depolarisasi otot ventrikel.

Gb : 21

Gelombang T Gelombang T menggambarkan repolarisasi otot ventrikel. Gelombang positip pertama setelah gelombang S.

Normal gelombang T, selalu mengikuti arah komplek QRS, selalu negatif pada lead aVR, tinggi tidak melebihi 5 mm pada ekstermitas lead( I, II, III, aVR, aVL, aVF) dan tidak melebihi 10 mm pada precordial lead (V1 s/d V6). Gelombang T yang tinggi biasanya seing ditemukan pada kasus hiperkalemia. Sedangkan gelombang T yang datar atau terbalik atau inverted biasanya sering di temui pada kasus penyakit jantung iskemic, dll.

QT Interval QT interval adalah waktu yang diperlukan untuk mendepolarisasi otot venrikel sampai dengan mengadakan repolarisasi kembali. QT interval diukur dari permulaan komplek QRS atau gel Q sampai dengan akhir gelombang T. Normal QT interval antara 0,38 detik sampai dengan 0,46 deik. Biasanya QT interval pada wanita lebih panjang dari laki-laki. QT interval memanjang biasanya ditemukan pada kasus hipokalsemia or obat-obatan QT interval memendek biasanya di temukan pada kasus takikardia dan hiperkalsemia. Apabila anda menemukan EKG dengan QT interval yang memanjang disertai dengan keluhan pasien, kalau tidak diobati dengan cepat biasana EKG akan berubah menjadi ventrikel fibrilasi atau ventikel takikardi dan kematian nantinya.

ST Segmen ST segmen adalah garis zero line atau isoelektrik antara akhir gel S sampai awal gelombang T, atau tepatnya di mulai dari titik "J" atau junctinal point sampai awal dimulanya gelombang T. Titik J junctional adalah titik berakhirnya gelombang S. Normal ST segmen tidak boleh melebihi +2 mm dari zero line/ garis isoelektrik, tidak melebihi -1 mm dari zero line atau garis isoelektrik. Apabila ST segmen melebihi + 2mm dari garis isoelektrik, kemungkinan besar dinamakan ST elevasi pada kasus MI (myocardiac infarction) atau pada normal EKG dinamakan early repolarization. Apabila ST segmen melebihi -1mm dari garis isoelektrik, dinamakan ST depresi. Biasanya ditemukan pada kasus jantung iskemia. Pada prakteknya,tergantung kejelian kita. Karena kriteria ST elevasi maupun ST depressi tidak selamanya sesuai dengan kriterianya. (lihat Gb 22 & 23)

(Gb: 22ST depresi)

(Gb:23 tampak ST elevasi pada lead II, III, aVF dan ST depresi di lead I & aVL)

You might also like