Professional Documents
Culture Documents
,
Kata "arab" dalam alqur'an disebut sebanyak 11 kali. 3 kali dalam bentuk rafa'
() dan 8 kali dalam bentuk nasab (). Sedangkan pada bentukan yang lain, "a'ra>b"
ditemukan pada 10 ayat. Penelusuran beberapa penerjemahan terhadap kata ini dalam
kitab al-Qur'a>n dan Terjemahannya terbitan Departemen Agama meliputi beberap makna:
pertama, bahasa Arab, seperti pada ayat xiv:103 al-nahl,
4
xxvi:195 al-syu`ara> '.
5
Di surat
2
Kamus Besar Bahasa Indonesia.
3
Sesungguhnya Kami menjadikan Al Quran dalam bahasa Arab supaya kamu memahami(nya). Terjemahan Depag.
4
s
103. Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata: "Sesungguhnya Al Quran itu diajarkan
oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)." Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa)
Muhammad belajar kepadanya bahasa 'Ajam
[840]
, sedang Al Quran adalah dalam bahasa Arab yang terang.
Pada ayat ini, tafsir Depag menerjemahkan kata dengan ajam dan
memberikan penjelasan catatan-kaki:
[840]. Bahasa 'Ajam ialah bahasa selain bahasa Arab dan dapat juga berarti bahasa Arab yang tidak baik,
karena orang yang dituduh mengajar Muhammad itu bukan orang Arab dan hanya tahu sedikit-sedikit
bahasa Arab.
yang terang. [840]. Bahasa 'Ajam ialah bahasa selain bahasa Arab dan dapat juga berarti bahasa Arab yang tidak baik, karena
orang yang dituduh mengajar Muhammad itu bukan orang Arab dan hanya tahu sedikit-sedikit bahasa Arab.] Departemen Agama
RI, Tafsir Al-Qura>n al-Karim dan Terjemahannya.
5
. . .
,
.
44. Dan jikalau Kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan:
"Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?" Apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (rasul adalah orang) Arab?
Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. Dan orang-orang yang tidak beriman pada
telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Quran itu suatu kegelapan bagi mereka
[1334]
. Mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil
dari tempat yang jauh." [1334]. Yang dimaksud suatu kegelapan bagi mereka ialah tidak memberi petunjuk bagi mereka.
8
xvi:103 al-nahl.
Ibn Ish}a>q dalam Si>rahnya
9
menyebutkan Nabi sering menemui seseorang nasrani
bernama Jabr, di Marwah. Jabr adalah seseorang dari keturunan hadrami> dan Ibn Kas\i>r
menyebutnya dari keluarga besar Quraysy
10
. Yang mana pun lebih dekat, bagi penulis,
Hadrami dan keluarga-besar Quraysy menunjukkan orang ini barbahasa Arab. Ibn Kas\i>r
menyebutkan:
...
. .
...
Sementara al-Zamakhsyari menafsirinya sebagai bahasa yang tak jelas
[dipahami, pen.].
11
Jika diperhatikan tafsir terakhir, dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud tidak jelas bukan bahasanya tidak jelas. Ibn Kas\i> dan Ibn Ish}a>q telah
menyebutkan setidaknya dua informasi mengenai kebangsaan orang ini, yang dapat
digariskan bahwa dia orang Arab, dan tentu saja berbahasa Arab. Di sinilah analisis al-
Zamakhsyari mendapatkan pintu masuknya, yakni yang tidak jelas bukan bahasa apa
yang digunakannya, karena sudah jelas itu bahasa Arab, namun bahasanya tidak jelas.
Penulis menganggap sampai disini sudah cukup jelas apa yang ingin disampaikan. Alih-
alih, penulis kembali meneruskan bahsan mengenai kata `ajam pada ayat lain, Fus}s}ila>t:
44:
.
44. Dan jikalau Kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka
mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?" Apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing
sedang (rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang
mukmin. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Quran itu
suatu kegelapan bagi mereka[1334]. Mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh."
Sekali lagi, terjemahan Indonesia memaksakan pengertian selain Arab sebagai
arti kata . artinya bukan bahasa Arab, bahasa asing. Pertanyaannya, jika ayat itu
bukan berbahasa Arab, dan mereka meminta "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?",
maka penjelasan (tafs}i>l) yang dimaksud tentu saja sebahasa dengan ayatnya, dan itu
bukan bahasa Arab, dan jika pun ada ayat yang rinci, tentu saja tetap tidak dapat
dipahami, karena bukan bahasa mereka, Arab. Jika teori al-Zamakhsyari digunakan untuk
memahami ayat ini, maka terjemahannya akan seperti ini:
9
Lihat Tafsir Ibn Kas\ i>r atas ayat ini.
10
Sementara menurut Ibn Kas\i>r disebut .
11
,
, , ,
, .
44. Dan jikalau Kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan yang tak dapat dipahami, tentulah mereka
mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?" mungkinkah (kitabnya) berbahasa yang tak dapat
dipahami sedangkan Rasulnya orang yang berbahasa jelas?
Penerjemahan seperti ini menurut penulis akan lebih memberikan pemahaman
yang langsung, atau dalam istilah lain, lebih operasional.
Kata `ajam juga disebutkan dalam ayat xxvi:198 al-Syu`ara>:
. .
.
,
.
Perhatikan terjemahan pada ayat 198:
Dan kalau Al Quran itu Kami turunkan kepada salah seorang dari golongan bukan Arab
Golongan bukan Arab berarti bukan orang Arab, dan itu berarti bukan bahasa
Arab. Al-Zamakhsyari dalam hal ini memberikan penafsiran menarik:
. .
, . , , . ,.
. . . .
. . .
Al-Zamakhsyari tampak menekankan pemaknaan aspek ketidak-fasihan, ketidak-
jelasan, atau tidak-dapat-dipahaminya bahasa seseorang, yang dalam konsep linhuistik
disebut speech, bukannya bahasa sebagai language. Menerjemahkan bahwa penerima
alkitab adalah orang dari bangsa non-Arab yang oleh karena itu berbahasa non-Arab
adalah membingungkan. Sebagai kata akhir mengenai `ajam, penulis menarik simpulan,
bahwa beberapa kitab tafsir, terutama al-Zamakhsyari memilihkan penafsiran yang lebih
teknis dan operasional mengenai terma Arab dalam ayat-ayat terkait. Al-Qura>n dengan
demikian diturunkan kepada seorang Rasul yang berbangsa jelas, dapat-terpahami, dan
kitab itu sendiri berbahasa yang dapat-terpahami.
Persoalan di balik penafsiran bahasa Arab.
Penulis menemukan persoalan penting dari menafsiran seperti ini, yang pada
akhirnya berakibat berbedanya kensekuensi pemaknaan. Bahasa Arab yang jelas
sebagaimana dipilih oleh terjemahan Indonesia, merupakan frasa yang tidak mampu
memberikan pemahaman yang operasional bagi umat. Pemahaman operasional
merupakan persoalan penting bagi suatu tuntunan, aturan atau petunjuk karena berakibat
langsung dengan performansi ketaatannya. Tanpa pemahaman operasional, suatu ajaran
tidak akan bermakna dan tidak akan mampu membawa perubahan terhadap masyarakat
secara praktis.
12
Beberapa persoalan yang dimaksud ialah antara lain:
Pertama, jika proposisi . diterjemahkan dengan bahasa Arab yang
jelas maka akan ada pertanyaan, apakah seluruh alkitab ini merupakan bahasa Arab?
Tentu saja tidak, karena di dalamnya ditemukan terma-terma seperti istabraq, salsabil
dan lain-lain yang bukanlah bahasa Arab. Jika benar demikian, sedangkan alkitab
menyebutkan bahwa kitab ini berbahasa Arab, maka pasti ada salah satu yang tidak
benar, karena kontradiktif. Menunjuk kebatilan pada ayat tentu saja bukan pilihan yang
tepat karena menabrak kemustahilan watak kesucian alkitab
13
. Maka pilihannya tinggal
satu, penafsiran atau pemahamannya yang tidak tepat.
Penulis menduga, sumber masalahnya ialah mengartikan terma (lisa>n)
dengan bahasa sebagai language dan bukan speech. Dengan teori penggunaan kata atau
bahasa Seiler, penulis memilih menerjemahkan terma ini bukan sebagai bahasa (identitas
kebangsaan), melainkan speech.
14
Berikut ini penulis kutipkanpenjelasan al-Isfahani
mengenai terma Arab:
. .
. ,
} .
{ , .. ,
}
{ , ) , }
.,
{ , )) ,
. . ,..., . . . .
. . . . , , . . .
, . . . , . , . . ,
. , . .)z . .
. . ,
. . . . . ,
} .
{ , z .. , } . { , .), , } .
{ , , ,
} { ., , . . . ., ,
. . . } , , { , , .. , . , . .
.. . . ., . .,. , , } { ., , . ,
, . . . . ..
} {
, z) .
. . . . , . . ., .
, .
12
Mengenai pemahaman operasional, penulis akan membahasnya pada kesempatan lain, karena berkaitan sangat erat dengan
kegagalan edukasional yang ditemui di masyarakat. Insya Allah.
13
Watak kesucian ini dibicarakan pada tulisan penulis mengenai Situasi sebagai Sumber Makna dalam Tafsir al-Qura>n.
14
Dapat dibandingkan dengan penerjemahan bahasa Inggris atas ayat yang sama.
, , . , . .
.,
Manakala terma lisa>n diterjemahkan dengan bahasa, maka diterjemahkan
bahasa Arab, dan itu menghadpi persoalan tersebut di atas. Al-Isfahani dengan tegas
menyatakan bahwa benar terma Arab merujuk pada suatu bangsa, keturunan Ismail,
seperti Bani Israel keturuna Yaqu>b. namun penggunaannya pada konteks bahasa selalu
merujuk bukan pada pengertian kebangsaan Arab, melainkan sifat bahasa yang
digunakan seseorang atau sekelompok masyarakat untuk menyampaikan pesan. Lebih
jauh al-Isfahani menrangkan, bahwa meskipun (`Arab) itu merujuk ke kebangsaan
Arab, namun ketika kata itu mendapatkan bentuk nisbah, menjadi , pengertian yang
biasa digunakan di kalangan bahasa Arab ialah seorang yang berbicara dengan bahasa
yang fasih (jelas, dipahami). Sampai di sini, penulis menganggap cukup untuk
menyimpulkan bahwa penerjemahan terma Arab terutama untuk konteks yang berkaitan
dengan bahasa ( ) lenbih tepat jika digunakan terma [bahasa yang] jelas terpahami
dan bukan [bahasa] Arab.
Pertanyaan berikutnya ialah, apa konsekuensi pemaknaan yang siginifikan dari
terjemahan kata Arab menjadi bahasa yang jelas terpahami?
Simpulan: Memperlakukan al-Qura>n sebagai pedoman
runtutan pemaknaan yang bersifat konsekuensial dari teori ini ialah bahwa al-
Qura>nadalah kitab suci yang berbahasa fasih, dapat terpahami, dan bnukannya kitab
yangberbahasa yang rumit dan tidak jelas atau tidak terpahami. Sikap ini sejalan dengan
penegasan al-Qura>n sendiri bahwa kitab ini, tak ada keraguan di dalamnya, adalah
petunjuk bagi kaum muttaqi>n. Penulis membayangkan situasi dimana semua orang
meyakini bahwa taka da yang tak dapat dipahami dari ayat-ayat al-Qura> n; semua ayat
dapat dipahami maksudnya. umat, dengan demikian, membaca kitab suci sebagai
pedoman, petunjuk, dan bukan hanya sebagai bacaan sacral yang hanya sampai batas
liturgy yang dilombakan kemerduannya. Al-Qura>n sebagai kitab suci akan ditengok
selalu sebagai upaya mencari petunjuk untuk menyelesaikan setiap persoalan yang
dihadapi di dlaam kehidupan nyata.
Wa ba`du, penulis menyadari bahwa mensosialisasikan pemahaman yang tidak
biasa seperti ini bukanlah pekerjaan yang menyenangkan, itu dari aspek eksternal, adapun
pada wilayah internal, penulis juga menyadari bahwa pikiran mengenai teori ini
merupakan pemikiran awal yang masih perlu dikaji dan diuji sampai ditemukan bahwa
inilah yang benar. Allah Mahatahu.
Daftar pustaka:
Tafsir Al-Qura>n al-Karim dan Terjemahnya, Deprtemen Agama RI.
Seiler, George Frederic , Biblical Hermeneutics or The Art of Scripture Interpretation,
terjemahan The Rev. William Wright, LL. D., (London: Frederick Westley
and A. H. Davis, 1835), hal. 31.
Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Al-Zamakhsyari, al-Kasysya> f H{ aqa>iq Ghawa> mid} al-Tanzi>l wa `Uyu>n al-Aqa>wi>l
fi> Wuju>h al-Tawi>l, Maktabah Ubaykan, tt.
Kas\i>r, Ibn, Tafsi> r al-Qura>n al-`Az}i> m Da>r al-T{ayyibah li al-Nasyr wa al-Tawzi>`,
tt.