You are on page 1of 47

PROPOSAL

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING


(PEMECAHAN MASALAH) DENGAN PENDEKATAN DEDUKTIF
UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR POKOK BAHASAN
BENTUK PANGKAT, AKAR, DAN LOGARITMA BAGI SISWA KELAS
X SEMESTER I MA NAHDLATUL ULAMA MRANGGEN DEMAK
TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013
SKRIPSI
Di Susun Oleh :
MUHAMMAD AFENDI
06310025
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
IKIP PGRI SEMARANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. JUDUL SKRIPSI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING
(PEMECAHAN MASALAH) DENGAN PENDEKATAN DEDUKTIF
UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR POKOK BAHASAN
BENTUK PANGKAT, AKAR, DAN LOGARITMA BAGI SISWA KELAS
X SEMESTER I MA NAHDLATUL ULAMA MRANGGEN DEMAK
TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting bagi kelangsungan
kehidupan manusia. Melalui pendidikan sumber daya manusia yang
berkualitas dicetak untuk menjadi motor penggerak kemajuan dan
kemakmuran bangsa. Indonesia sebagai negara yang berkembang terus
berupaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui
pendidikan nasional.
Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas
manusia seutuhnya, adalah misi pendidikan yang menjadi tanggung jawab
professional setiap guru. Pendidikan yang berorientasi pada kualitas ini
menghadapi berbagai tantangan yang tidak bisa ditanggulangi dengan
paradigma yang lama. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang
cepat tidak dapat dikejar dengan cara-cara lama yang sering dipakai dalam
sekolah-sekolah.
Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa belajar dan pembelajaran
adalah suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Di
sekolah terjadi interaksi antara siswa sebagai peserta didik dan guru sebagai
pendidik dalam suatu proses pembelajaran. Refleksi keseluruhan dari
pembelajaran ditunjukkan dengan adanya peningkatan prestasi belajar yang
dicapai oleh siswa.
Namun kenyataannya, untuk mewujudkan suatu proses pembelajaran
yang sesuai dengan tujuan tidaklah mudah. Prestasi belajar yang dicapai
belum memuaskan mengingat masih banyak siswa yang memperoleh nilai di
bawah standar yang ditetapkan khususnya pada mata pelajaran matematika.
Sudah menjadi gejala umum bahwa mata pelajaran matematika kurang
disukai oleh kebanyakan siswa karena sukar dipahami. Bukan hanya siswa
yang mengeluhkan, seorang guru juga sering menghadapi kesulitan dalam
mengajarkan bagaimana cara menyajikan bahan ajar matematika dan
bagaimana cara menyelesaikan masalah dengan baik kepada para siswanya.
Belajar matematika akan berhasil bila proses belajarnya baik yaitu
melibatkan intelektual peserta didik secara optimal. Satu permasalahan yang
sering dihadapi yaitu kurangnya pendekatan yang benar dan efektif dalam
menjalankan proses pembelajaran. Kurikulum yang baik tidak akan
bermanfaat jika tidak ditunjang dengan model pembelajaran yang tepat. Pada
umumnya, seorang guru menggunakan model konvensional karena mudah
dilaksanakan, cepat, dan murah. Selain itu, banyak sekali guru matematika
yang menggunakan waktu pelajaran dengan kegiatan membahas tugas-tugas
lalu, memberikan pelajaran baru, kemudian memberikan tugas lagi kepada
siswa. Pembelajaran seperti di atas rutin dilakukan hampir setiap hari,
dikategorikan sebagai pembelajaran 3M, yaitu membosankan,
membahayakan dan merusak seluruh minat siswa. Apabila pembelajaran
seperti ini terus dilaksanakan maka kompetensi dasar dan indikator
pembelajaran tidak akan dapat tercapai secara maksimal.
Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam
kegiatan belajar mengajar. Untuk itu sebaiknya memilih model pembelajaran
yang dapat mendorong siswa untuk aktif dan kreatif dalam belajar. Apalagi
dalam melaksanakan pembelajaran matematika di sekolah, diharapkan siswa
dapat mengembangkan kemampuan dasar yang dimilikinya dalam berpikir
kritis, logis, rasional, efektif, efisien, cermat, kreatif serta inovatif. Hal ini,
jelas merupakan tuntutan yang sangat tinggi dan tidak mungkin bisa dicapai
hanya dengan melalui hafalan, latihan pengerjaan soal yang rutin, serta proses
pembelajaran biasa.
Berdasarkan teori belajar Gagne (dalam Suherman, 2001:83), bahwa
keterampilan intelektual tingkat tinggi dapat dikembangkan melalui
pemecahan masalah (Problem Solving). Maka dalam pembelajaran
matematika salah satu upaya yang dilakukan oleh guru adalah dengan
menggunakan model pembelajaran pemecahan masalah (Problem Solving).
Model pembelajaran Problem Solving adalah suatu model
pembelajaran yang memusatkan pada pembelajaran dan keterampilan
pemecahan masalah yang diikuti dengan penguatan keterampilan (K.L.
Pepkin, 2004:1). Dengan menggunakan model pembelajaran ini diharapkan
dapat menimbulkan minat sekaligus kreatifitas dan motivasi siswa dalam
mempelajari matematika, sehingga siswa dapat memperoleh manfaat yang
maksimal baik dari proses maupun hasil belajarnya.
Tujuan umum dari pendidikan menengah yang mengacu pada tujuan
umum pendidikan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Guru dikatakan berhasil dalam mengajar jika tujuan tujuan
pembelajaran sudah tercapai. Hasil kegiatan belajar mengajar tentu saja
diketahui setelah diadakan evaluasi dengan seperangkat item soal yang sesuai
dengan rumusan beberapa tujuan pembelajaran. Pemilihan model
pembelajaran harus yang dapat mengembangkan daya keaktifan dan kreatifitas
siswa. Salah satu model yang digunakan adalah model pembelajaran Problem
Solving (Pemecahan Masalan).
Menurut Ali Mashar, S.Pd selaku guru matematika MA NU Mranggen
Demak, prestasi belajar siswa masih di bawah KKM yaitu dengan nilai rata-
rata 6. Siswa masih beranggapan bahwa pelajaran matematika adalah
pelajaran yang sulit khususnya yang berkaitan dengan Bentuk Pangkat, Akar
dan Logaritma. Karena, di dalam materi Bentuk Pangkat, Akar dan Logaritma
terdapat berbagai rumus yang saling berkaitan satu sama lain yang harus
dipahami. Hal ini membuat siswa jenuh dan sulit untuk mempelajarinya
sehingga siswa menghadapi kesulitan bagaimana menyelesaikan masalah yang
diberikan guru.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian dengan
judul : PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING
(PEMECAHAN MASALAH ) DENGAN PENDEKATAN DEDUKTIF
UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR POKOK BAHASAN
BENTUK PANGKAT, AKAR, DAN LOGARITMA BAGI SISWA KELAS
X SEMESTER I MA NAHDLATUL ULAMA MRANGGEN DEMAK
TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013
C. PENEGASAN ISTILAH
Untuk memperjelas permasalahan dan pencapaian hasil sesuai dengan
yang diharapkan dalam penelitian ini, maka penulis perlu memberikan
penjelasan tentang arti beberapa kata atau istilah yang tercantum dalam judul
skripsi. Dengan penjelasan ini diharapkan dapat menghindari adanya
perbedaan penafsiran atas istilah istilah yang digunakan dalam skripsi ini.
Beberapa istilah yang perlu mendapatkan penjelasan antara lain :
1. Penerapan
Menurut Purwadaminta (1987:1059) dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia penerapan dapat diartikan menggunakan, mempraktikan.
Penerapan berarti penggunaan atau pemakaian. Hal ini berarti bahwa
penerapan merupakan suatu kegiatan yang mempraktekan sesuatu hal.
2. Model Pembelajaran
Menurut Soekamto (1996:78) model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar
tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran
dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar
mengajar.
3. Model Pembelajaran Problem Solving
Suatu model pembelajaran yang memusatkan pada pembelajaran
dan keterampilan pemecahan masalah yang diikuti dengan penguatan
keterampilan. (K.L. Pepkin, 2004:1)
4. Pendekatan Deduktif
Pada dasarnya penalaran adalah proses berpikir yang dilakukan
dengan suatu cara untuk menarik kesimpulan. Penarikan kesimpulan dari
hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat khusus disebut
penarikan kesimpulan secara deduktif.
5. Meningkatkan
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, meningkatkan diartikan
sebagai menaikkan (derajat, taraf). Hal ini berarti meningkatkan adalah
menaikkan derajat atau taraf. (Purwadaminta, 1987:1078)
6. Prestasi Belajar Siswa
Prestasi yaitu hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan).
Sedangkan, belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman
individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut
kognitif, afektif, dan psikomotor. (M.Syah, 2002:68). Dari uraian diatas,
dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang
dicapai siswa dengan kemampuan maksimal yang akhirnya mangalami
perubahan tingkah laku secara tetap baik kognitif, afektif dan
psikomotorik.
7. Materi Bentuk Pangkat, Akar Dan Logaritma
Materi Pokok Bentuk Pangkat, Akar, dan Logaritma adalah materi
yang diajarkan pada siswa kelas X Semester I MA Nahdlatul Ulama
Mranggen Demak Tahun Pelajaran 2012/2013.
Berdasarkan uraian di atas maka arti keseluruhan dari Penerapan
Model Pembelajaran Problem Solving (Pemecahan Masalah) Dengan
Pendekatan Deduktif Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Pokok Bahasan
Bentuk Pangkat, Akar, dan Logaritma Bagi Siswa Kelas X Semester I MA
Nahdlatul Ulama Mranggen Demak Tahun Pelajaran 2012/2013 adalah
mempraktikkan suatu model pembelajaran yang berfokus pada penggunaan
kelompok kecil siswa serta dengan pembagian tugas antar kelompok sehingga
siswa siswi tersebut dapat bekerja sama saling membantu dan
menyelesaikan tugasnya masing masing untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan.
D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, penulis menarik
suatu rumusan masalah yang akan menjadi fokus dalam penelitian yaitu
Apakah penerapan model pembelajaran Problem Solving (Pemecahan
Masalah) dengan Pendekatan Deduktif dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa pada materi pokok Bentuk Pangkat, Akar, dan Logaritma pada siswa
kelas X Semester I MA Nahdlatul Ulama Mranggen Demak Tahun Pelajaran
2012/2013.
E. STRATEGI PEMECAHAN MASALAH
Berdasarkan permasalahan di atas, maka pemecahan masalah yang
diajukan berupa penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model
pembelajaran Problem Solving dengan Pendekatan Deduktif untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok Bentuk Pangkat, Akar
dan Logaritma.
Penelitian tindakan kelas ini dirancang melalui tiga siklus yaitu siklus
I, siklus II dan siklus III. Setiap siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan
tindakan, pengamatan, dan refleksi. Siklus III dilakukan apabila pada siklus I
dan siklus II belum terjadi peningkatan hasil belajar dan keaktifan siswa.
Selanjutnya data yang diperoleh melalui pengamatan dianalisis untuk dapat
menyimpulkan apakah penerapan model pembelajaran problem solving
dengan Pendekatan Deduktif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada
materi pokok Bentuk Pangkat, Akar, dan Logaritma pada siswa kelas X
Semester I MA Nahdlatul Ulama Mranggen Demak Tahun Pelajaran
2012/2013. Peningkatan prestasi belajar siswa dapat dilihat dari hasil tes /
evaluasi siswa sedangkan peningkatan keaktifan siswa dapat dilihat pada
lembar observasi dan tingkat keberhasilannya dibuat berdasarkan hasil dari
siklus I, siklus II, dan siklus III.
F. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam peneltian tindakan kelas ini
adalah untuk mengetahui bahwa pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran problem solving dengan Pendekatan Deduktif dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pokok Bentuk Pangkat, Akar,
dan Logaritma pada siswa kelas X Semester I MA Nahdlatul Ulama
Mranggen Demak Tahun Pelajaran 2012/2013.
G. MANFAAT PENELITIAN
Berdasarkan pada tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka
penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat atau kegunaan dalam
pendidikan. Sebagai Penelitian Tindakan Kelas (PTK), penelitian ini
memberikan manfaat utamanya kepada pembelajaran matematika. Adapun
manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Siswa
a. Dapat membangkitkan minat belajar sekaligus kreatifitas dan motivasi
siswa dalam mempelajari matematika.
b. Meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah
matematika dengan strateginya sendiri.
c. Kesempatan untuk melatih diri memegang tanggung jawab untuk
memecahkan masalah secara berkelompok sehingga dapat mempererat
hubungan antara sesama siswa untuk mempertebal perasaan sosial.
2. Bagi Guru
a. Menambah informasi bagi guru mengenai model pembelajaran yang
bervariasi sehingga dapat mengetahui strategi yang tepat digunakan
untuk proses pembelajaran.
b. Mendapatkan pengalaman langsung dalam melakukan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan
profesi guru.
3. Bagi Peneliti
a. Dapat menambah pengetahuan peneliti khususnya mengenai penerapan
model pembelajaran problem solving dengan Pendekatan Deduktif
pada pembelajaran matematika pokok bahasan Bentuk Pangkat, akar
dan Logaritma.
b. Peneliti mendapat pengalaman langsung dalam melakukan Penelitian
Tindakan Kelas ( PTK ) untuk menigkatkan kualitas pembelajaran.
c. Dapat mempersiapkan diri dalam mengantisipasi masalah-masalah yang
akan dihadapi nanti untuk terjun ke dunia pendidikan.
H. LANDASAN TEORI
1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Pengetahuan,
keterampilan, kebiasaan, kegemaran dan sifat seseorang terbentuk,
dimodifikasi dan berkembang disebabkan karena belajar. Seseorang
dikatakan belajar, bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu terjadi suatu
proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku dalam
waktu yang relatif lama dan disertai dengan usaha. Tanpa usaha walaupun
terjadi perubahan tingkah laku bukanlah belajar. Kegiatan dan usaha untuk
mencapai perubahan tingkah laku itu merupakan hasil belajar. Dengan
demikian belajar akan menyangkut proses belajar dan hasil belajar.
(Hudoyo, 1990:1)
Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan
belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa definisi tentang
belajar :
a. Gagne
Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu
organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. (Gagne
dalam Dahar, 1996:11)
b. Skinner
Belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku)
yang berlangsung secara progresif. (Skinner dalam M.Syah, 2002:64)
c. James O. Whittaker
Belajar dapat didefinisikan sebagai proses yang menimbulkan
atau merubah perilaku melalui latihan atau pengalaman. (James O.
Whittaker dalam Darsono, 2000:4)
d. W.S Winkel
Belajar adalah suatu aktivitas mental / psikis yang berlangsung
dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan, dan nilai-
sikap. (W.S Winkel dalam Darsono, 2000:4)
Timbulnya aneka ragam pendapat para ahli tersebut di atas adalah
fenomena yang wajar karena adanya perbedaan titik pandang. Namun
demikian, dalam beberapa hal tertentu yang mendasar mereka sepakat
dalam penggunaan istilah berubah dan tingkah laku.
Bertolak dari berbagai definisi yang telah diutarakan, secara umum
dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa dan
raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang
menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.
2. Pengertian Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran tidak dapat dapat dipisahkan dari kegiatan
belajar dan mengajar. Karena, dalam pembelajaran terdapat proses
mengajar. Mengajar diartikan sebagai penciptaan suatu sistem lingkungan
yang memungkinkan terjadinya proses belajar. (Sudaryo, 1991:5)
Dengan mengetahui pengertian mengajar, maka pengertian
pembelajaran diartikan sebagai berikut :
a. Umum
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru
sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang
lebih baik. (Darsono, 2000:24).
b. Khusus
1) Behavioristik
Pembelajaran adalah usaha guru membentuk tingkah laku
yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan (stimulus). Agar
terjadi hubungan stimulus dan respon (tingkah laku yang
diinginkan) perlu latihan, dan setiap latihan yang berhasil harus
diberi hadiah dan atau reinforment (penguatan).
2) Kognitif
Pembelajaran adalah cara guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berfikir agar dapat mengenal dan memahami
apa yang sedang dipelajari.
3) Gestalt
Pembelajaran adalah usaha guru untuk memberikan materi
pembelajaran sedemikian rupa, sehingga siswa lebih mudah
mengorganisirnya menjadi suatu pola yang bermakna.
4) Humanistik
Pembelajaran adalah memberikan kebebasan kepada siswa
untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai
minat dan kemampuannya. (Darsono, 2000:24)
3. Ciri-Ciri Belajar
Ciri-ciri belajar adalah sifat atau keadaan yang khas yang dimiliki
oleh perbuatan belajar. Beberapa ciri belajar yang perlu dikemukakan
adalah :
a. Belajar dilakukan dengan sadar dan mempunyai
tujuan. Tujuan dipakai sebagai arah kegiatan arah kegiatan dan
sekaligus sebagai tolak ukur keberhasilan belajar.
b. Belajar merupakan pengalaman sendiri, tidak
dapat diwakilkan pada orang lain. Jadi, belajar bersifat individual.
c. Belajar merupakan proses interaksi antara individu
dan lingkungan.
d. Belajar mengakibatkan terjadinya perubahan pada
diri orang yang belajar. Perubahan tersebut bersifat integral, artinya
perubahan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang
terpisahkan satu dengan yang lain. (Darsono, 2000:30)
4. Masalah Belajar
Kegiatan belajar tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.
Pelaksanaan belajar tidak selalu lancar dan berhasil di dalam belajar, baik
formal maupun non formal, pasti ada hambatan atau kesulitan yang kita
sebut masalah belajar. Adapun yang dimaksud dengan masalah belajar
adalah berbagai problema yang menghambat atau mengganggu proses
belajar atau pencapaian tujuan belajar.
Jenis-jenis masalah belajar adalah sebagai berikut :
a. Berbagai jenis masalah belajar yang dihadapi
siswa mungkin berasal dari faktor luar / ekstern atau faktor dalam /
intern.
Faktor-faktor tersebut antara lain :
1) Kemampuan belajar rendah.
2) Sikap dan kebiasaan belajar tidak
memadai.
3) Bakat dan minat tidak sesuai dengan bahan
yang dipelajari.
4) Kondisi fisik tidak menunjang.
5) Sarana belajar tidak memadai.
6) Lingkungan belajar tidak mendukung dan
lain-lain.
b. Kemungkinan pula masalah belajar tersebut
dialami siswa ketika proses belajar mengajar yaitu saat :
1) Sebelum belajar
Masalah-masalah yang timbul sebelum belajar misalnya
masalah-masalah yang berkaitan dengan ciri-ciri khas pribadi
(acuh tak acuh, ceroboh dan sebagainya), minat kurang menunjang,
kecakapan kurang, pengalaman dan keinginan belajar kurang
memadai.
2) Proses belajar
Masalah-masalah yang timbul pada saat proses belajar yaitu
kegiatan yang dialami dan dihayati oleh siswa berkaitan dengan
sikap, motivasi, konsentrasi, mengolah, menyimpan, menggali
materi belajar serta berprestasi.
3) Sesudah belajar
Masalah yang timbul pada saat sesudah belajar yaitu
masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan untuk prestasi
belajar seperti keterbatasan prestasi belajar dalam bidang studi
tertentu.
c. Masalah-masalah tersebut juga sering
mengakibatkan kesulitan belajar beragam dan kompleks seperti :
1) Learning Disorder
Mengandung makna suatu proses belajar yang terganggu
karena adanya respon-respon tertentu yang bertentangan atau tidak
sesuai, misalnya siswa kurang berminat terhadap suatu bidang
studi tertentu, tetapi harus tetap mempelajari juga.
2) Learning Disability
Siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar,
sehingga hasil yang dicapai berada di bawah potensi
intelektualnya.
3) Learning Disfunction
Gangguan belajar ini berupa gejala proses belajar yang
tidak berfungsi dengan baik karena adanya gangguan syaraf otak,
sehingga menyebabkan terjadinya gangguan pada salah satu tahap
dalam proses belajarnya.
4) Slow Learner atau siswa lamban
Siswa semacam ini memperlihatkan gejala belajar lambat
atau dapat juga dikatakan proses perkembangannya lambat.
5) Under Achiever
Siswa semacam ini memiliki hasil belajar rendah, di bawah
potensi yang ada padanya. Kecerdasan tergolong normal, bahkan di
atas normal, tetapi karena suatu hal mengakibatkan proses
belajarnya terganggu. Mereka sering disebut sebagai siswa yang
gagal. (Darsono, 2000: 40)
5. Prestasi Belajar
Prestasi adalah apa yang telah diciptakan (hasil pekerjaan, hasil
yang menyenangkan), hasil karya yang dicapai atau diperoleh. Belajar
adalah serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam
interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan
psikomotor.
Prestasi belajar adalah hasil belajar seseorang yang dicapai dengan
kemampuan maksimal yang akhirnya mengalami perubahan tingkah laku
secara tetap baik kognitif, afektif, dan psikomotorik. Perubahan sebagai
hasil dari proses dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti
perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, kecakapan serta
perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Prestasi
belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar,
karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan
hasil dari proses belajar.
Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran
terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan
psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan
menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Prestasi belajar
siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat
memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
Prestasi belajar merupakan suatu bukti keberhasilan belajar atau
kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai
dengan bobot yang dicapainya. Untuk mencapai prestasi belajar siswa
sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar. Secara garis besar faktor-faktor yang
mempengaruhi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Faktor Dalam (intern)
Faktor dalam adalah faktor yang dapat mempengaruhi
keberhasilan belajar yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri.
Faktor- faktor dalam meliputi hal- hal berikut :
b. Kondisi Fisiologi
Kondisi fisiologi pada umumnya sangat berpengaruh terhadap
belajarnya seseorang, orang yang dalam keadaan segar jasmaninya
akan berbeda belajarnya dari orang dalam keadaan lelah.
c. Kondisi Psikologis
Beberapa faktor psikologis yang utama antara lain sebagai
berikut:
1) Kecerdasan
2) Bakat
3) Minat
4) Motivasi
5) Emosi
6) Kemampuan Kognitif
d. Faktor Luar (ekstern)
Faktor luar adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa yang
dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor-faktor itu adalah
sebagai berikut:
e. Faktor Lingkungan
1) Lingkungan alami, yaitu kondisi alam yang
dapat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar, misalnya suhu
udara, musim, dan lain- lain.
2) Lingkungan sosial, berpengaruh terhadap
proses dan hasil belajar. Misalnya keadaan keluarga, sekolah
maupun lingkungan masyarakat.
f. Faktor Instrumental
adalah faktor- faktor yang adanya dan penggunaannya
dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor
itu meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Kurikulum
2) Program
3) Sarana dan fasilitas
4) Guru atau Tenaga Pengajar
6. Model Pembelajaran Problem Solving
Pada dasarnya tujuan akhir pembelajaran adalah menghasilkan
siswa yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memecahkan
masalah. Berdasarkan teori belajar yang dikemukakan Gagne (dalam
Suherman, 2001:83), bahwa keterampilan intelektual tingkat tinggi dapat
dikembangkan melalui pemecahan masalah.
a. Pengertian Model Pembelajaran Problem Solving
Problem solving adalah belajar memecahkan masalah. Model
pembelajaran problem solving adalah suatu model pembelajaran yang
memusatkan pada pembelajaran dan keterampilan pemecahan masalah
yang diikuti dengan penguatan keterampilan (K.L. Pepkin, 2004:1).
Dengan menggunakan model pembelajaran ini diharapkan dapat
menimbulkan minat sekaligus kreatifitas dan motivasi siswa dalam
mempelajari matematika, sehingga siswa dapat memperoleh manfaat
yang maksimal baik dari proses maupun hasil belajarnya.
Model pembelajaran melalui pemecahan masalah dipandang
sebagai model pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan
siswa dalam berpikir tinggi. (Suyitno, 2004:36)
Menurut John Dewey, belajar memecahkan masalah itu
berlangsung sebagai berikut : Individu menyadari masalah bila dia
dihadapkan kepada situasi keraguan dan kekaburan sehingga
merasakan adanya semacam kesulitan. (Djamarah, 2006:18)
Suatu soal hanya dapat disebut sebagai masalah / problem bagi
siswa jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1) Siswa memiliki pengetahuan prasyarat untuk mengerjakan
soal tersebut.
2) Diperkirakan, siswa mampu menyelesaikan soal tersebut.
3) Siswa belum tahu algoritma / cara pemecahan soal tersebut.
4) Siswa mau dan berkehendak untuk menyelesaikan soal
tersebut. (Suyitno, 2004:36)
b. Langkah-Langkah Pemecahan Masalah
Berbicara pemecahan masalah tidak bisa dilepaskan dari tokoh
utamanya yaitu George Polya. Menurut Polya (dalam Suherman,
2001:91), dalam pemecahan suatu masalah terdapat empat langkah
yang harus dilakukan yaitu :
1) Memahami Masalah
Tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang
diberikan, siswa tidak mungkin mampu menyelesaikan masalah
tersebut dengan benar.
2) Merencanakan Penyelesaian
Pada umumnya, semakin bervariasi pengalaman mereka,
ada kecenderungan siswa lebih kreatif dalam menyusun rencana
penyelesaian suatu masalah.
3) Menyelesaikan Masalah Sesuai Rencana
Jika rencana penyelesaian suatu masalah telah dibuat, baik
secara tertulis atau tidak, selanjutnya dilakukan penyelesaian
masalah sesuai dengan rencana yang dianggap paling tepat.
4) Melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah
yang telah dikerjakan.
Dengan melakukan pengecekan kembali terhadap semua
langkah yang telah dikerjakan. maka berbagai kesalahan yang tidak
perlu dapat terkoreksi kembali sehingga siswa dapat sampai pada
jawaban yang benar sesuai dengan masalah yang diberikan.
c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Problem
Solving
Model pembelajaran Problem Solving mempunyai kelebihan
dan kekurangan sebagai berikut :
1) Kelebihan Model Problem Solving
a) Proses pembelajaran melalui pemecahan masalah dapat
membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan
masalah secara terampil.
b) Model ini merangsang perkembangan kemampuan berpikir
siswa secara kreatif dan menyeluruh untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi dengan tepat.
c) Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan,
mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan serta
menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan. (Djamarah,
2006:92)
2) Kekurangan Model Problem Solving
a) Proses belajar mengajar dengan menggunakan
model ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak.
b) Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan
mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi
belajar dengan banyak berpikir memecahkan permasalahan
sendiri atau kelompok, yang kadang memerlukan berbagai
sumber belajar merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.
c) Kalau di dalam kelompok itu kemampuan
anggotanya heterogen, maka siswa yang pandai akan
mendominasi dalam diskusi sedang siswa yang kurang pandai
menjadi pasif sebagai pendengar saja.
7. Pendekatan Deduktif
Ruang kelas merupakan tempat yang baik untuk kegiatan belajar
mengajar. Di dalam kelas, para siswa dapat diberi kesempatan bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil untuk mendiskusikan masalah dan
menentukan strategi pemecahan masalahnya. Pada dasarnya penalaran
adalah proses berpikir yang dilakukan dengan suatu cara untuk menarik
kesimpulan. Penarikan kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi
kasus yang bersifat khusus disebut penarikan kesimpulan secara deduktif.
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran
yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya
sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja
secara bersama-sama di antara sesama anggota kelompok akan
meningkatkan motivasi, produktivitas, dan perolehan belajar (Solihatin,
2007:5).
Pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil yang
bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah,
menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai
tujuan bersama lainnya (Erman, dkk, 2001:218).
8. Kajian Materi Bentuk Pangkat, Akar dan Logaritma
Dalam buku Matematika SMA / MA Pokok Bahasan Bentuk
Pangkat, Akar, dan Logaritma.
a. Bentuk Pangkat
1) Definisi Pangkat Bulat Positif
Jika a adalah bilangan real dan n adalah bilangan bulat
positif, maka a
n
didefinisikan sebagai perkalian n faktor yang
masing masing faktornya adalah a.
Jadi, definisi dari pangkat bulat positif adalah :
notasi a
n
dibaca a pangkat n
Dimana :
a adalah bilangan pokok
n adalah pangkat dari a
2) Sifat sifat Bilangan dengan Pangkat Bulat Positif
a) Sifat pekalian bilangan berpangkat
Jika m dan n adalah bulat positif dan a

R, maka didapat :
b) Sifat pembagian bilangan berpangkat
Jika a

R (a 0) dan m, n adalah bilangan bulat


positif, maka didapat :
c) Sifat perpangkatan bilangan berpangkat
Jika m dan n adalah bilangan bulat positif dan a

R, maka :
d) Sifat Perpangkatan pada perkalian bilangan
Jika n adalah bilangan bulat positif dan a , b

R, maka :

'

<

>
n jikam
n jikam
a
a
a
a
m n
n jikam n m
n
m
, 1
,
1
,
a
n
=

nfaktora
xa axaxax...
a
m
. a
n
= a
m + n
(a
m
)
n
= a
mn
(ab)
n
= a
n
b
n
e) Sifat Perpangkatan dari hasil dua bilangan
Jika n adalah bilangan bulat positif dan a , b

R, maka :
3) Pangkat Bulat Negatif dan Pangkat 0
a) Pangkat Bulat Negatif
Secara umum bentuk pangkat bulat negatif adalah jika a
adalah bilangan real a 0 dan n adalah bilangan bulat positif,
maka :
b) Pangkat Nol
Sifat penjumlahan pada bilangan berpangkat a
m
x a
n
=
a
m + n
dapat digunakan untuk menjelaskan arti pangkat nol.
1) Jika m = 0 a
0
x a
n
= a
0 + n
= a
n
c) Pada sifat pembagian bilangan berpangkat, untuk m
= n dapat dibuktikan :
) 0 ( ,
0


a a a
a
a
a
a
n m
n
n
n
m
dan ) 0 ( , 1 a
a
a
n
n
Berdasarkan a dan b, maka dapat disimpulkan bahwa :
Untuk setiap a bilangan real dan a 0, maka berlaku a
0
= 1
b. Bentuk Akar
1. Pengertian Bilangan Rasional dan Irasional
Bilangan rasional merupakan dasar dari pembahasan
bilangan irasional terutama pada bentuk akar. Bilangan rasional
n
n
n
b
a
b
a

,
_

n
n n
n
a
a
dan
a
a

1 1
a
0
= 1, untuk a 0
adalah bilangan yang dapat dinyatakan sebagai pecahan
b
a
dengan
a dan b adalah bilangan bulat dan b 0 dan dapat juga dinyatakan
dalam bentuk desimal berulang. Bilangan irasional adalah bilangan
yang tidak dapat dinyatakan dalam bentuk pecahan
b
a
, a dan b
bilangan bulat dengan b 0 atau merupakan desimal tidak
berulang.
2. Pengertian Bentuk Akar
Bentuk akar adalah akar bilangan yang bukan bilangan
rasional. Kita dapat menentukan dengan tepat nilai akar kuadrat
dari suatu bilangan yang dinyatakan dengan 9 , 25 , 01 , 0 dan
81 , 0 tetapi bilangan yang dinyatakan dengan
2
, 3 , 5 dan
31 disebut bentuk akar, karena bilangan bilangan tersebut tidak
dapat dinyatakan dengan
b
a
, a dan b bilangan bulat dengan b 0.
3. Menyederhanakan Bentuk Akar
Bentuk akar p dapat disederhanakan jika p dapat
dinyatakan dengan faktor faktor yang memuat bilangan kuadrat
sempurna. Untuk menyederhanakan bentuk akar digunakan sifat
ab b x a
4. Operasi Hitung Bentuk Akar
a) Operasi penjumlahan dan pengurangan bentuk akar hanya
dapat dilakukan jika bentuk akarnya sejenis.

b) Operasi perkalian dan pembagian bentuk akar hanya dapat
dilakukan jika bentuk akar tersebut sama. Apabila bentuk akar
( )
( ) b b a b c b a
b c a b c b a

+ +
belum sama, harus dibuat senama terlebih dahulu. Untuk
menemukan hasil kali dan hasil bagi dari bentuk bentuk akar,
digunakan sifat sifat :
Jika akarnya senama
Jika akarnya tidak senama
5. Merasionalkan Penyebut Pecahan Bentuk Akar
a) Pecahan Bentuk
b
a
Untuk merasionalkan pecahan bentuk
b
a
adalah
dengan cara mengalikan pembilang dan penyebut oleh b ,
sehingga diperoleh penyebut rasional.
b) Pecahan Bentuk
c b
a
t
Cara merasionalkan pecahan bentuk
c b
a
t
adalah
dengan mengalikan penyebut dan pembilang dengan sekawan
dari penyebut.
b
a
b
a
bd ac d xc b a
axb b a

+
mn
m
n
n
m
mn m n n m
b
a
b
a
b a b x a

c) Pecahan bentuk
c b
a
t
Cara merasionalkan bentuk
c b
a
t
adalah dengan
mengalikan pembilang dan penyebut dengan sekawan dari
penyebutnya.
c. Pangkat Pecahan (Rsional)
1. Bentuk
n
a
1

Jika a adalah bilangan real dan n adalah bilangan asli n 2, maka :
2. Pangkat Pecahan
n
m
a
Jika a bilangan real, m bilangan bulat, n bilangan asli dan n
2,
n
a adalah bilangan real dan
n
a 0, maka
3. Sifat sifat Pangkat Rasional
Sifat sifat bilangan yang berlaku pada pangkat bulat juga
berlaku pada pangkat rasional. Untuk a, b bilangan real dengan a, b
0 dan m, n bilangan rasional, maka berlaku

n
n
a a
1
n m
n
m
a a
1.
n m n m
a xa a
+

2.
n m n m
a a a

:
3.
( )
mn
n
m
a a
4. ( )
m m m
xb a axb
5.
m
m
m
b
a
b
a

,
_

6.
m
m
a
a
1

d. Logaritma
1. Definisi Logaritma
Logaritma suatu bilangan b dengan bilangan pokok a
(ditulis
a
log b) adalah eksponen bilangan berpangkat yang
menghasilkan b jika a dipangkatkan dengan eksponen itu.
Logaritma merupakan invers dari perpangkatan
Dimana :
a = disebut bilangan pokok, a > 0 dan a 1
b = disebut numerus, b > 0
n = hasil logaritma
2. Sifat sifat Logaritma
Sifat sifat logaritma diantaranya sebagai berikut :
n a
a b n b log
1. c b bxc
a a a
log log ) log( +
2.
c b
c
b
a a a
log log log
,
_

3. b nx b
a n a
log log
4.
a
b dan
a
b
b
p
a
p
p
a
log
1
log
log
log
log
5. b x
m
n
b
a n a
m
log log
6. d d cx bx
a c b a
log log log log
7. b a
b a

log
I. KERANGKA BERPIKIR
Pembelajaran matematika yang terjadi masih banyak didominasi oleh
adanya pembelajaran konvensional sehingga siswa cenderung pasif, monoton
dan kurang menarik bagi siswa. Pada saat guru menyampaikan materi
pelajaran, pada dasarnya siswa dapat mengikuti materi yang diberikan guru.
Namun pada saat guru memberikan soal atau latihan yang berbeda dari bentuk
soal yang sebelumnya mereka cenderung belum dapat menentukan strategi
penyelesaian. Selain itu, mengingat bahwa siswa adalah unsur pokok dalam
pembelajaran, maka siswalah yang harus menerima dan mencapai berbagai
informasi pengajaran yang pada akhirnya dapat mengubah tingkah lakunya
sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu, maka siswa harus dijadikan sebagai
sumber pertimbangan di dalam pemilihan sumber pengajaran
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok Bentuk
Pangkat, Akar, dan logaritma maka perlu dipilih model pembelajaran yang
tepat. Pemilihan model pembelajaran tersebut dapat menambah minat dan
motivasi siswa sekaligus menciptakan interaksi dan kerjasama yang cukup
baik antara siswa dengan siswa dalam materi pokok Bentuk Pangkat, Akar,
dan logaritma.
Berpangkal dari hal tersebut di atas, maka perlu diterapkan suatu
pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan siswa dalam
menyelesaikan masalah yaitu dengan model pembelajaran Problem Solving
(pemecahan masalah) dengan pendekatan Deduktif untuk meningkatkan hasil
belajar siswa.
J. HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis
tindakan yang diajukan adalah : PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
PROBLEM SOLVING (PEMECAHAN MASALAH ) DENGAN
PENDEKATAN DEDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI
BELAJAR POKOK BAHASAN BENTUK PANGKAT , AKAR, DAN
LOGARITMA BAGI SISWA KELAS X SEMESTER I MA NAHDLATUL
ULAMA MRANGGEN DEMAK TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013.
K. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini pada dasarnya merupakan penelitian tindakan kelas.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (action
research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik
pembelajaran di kelas.
2. Subyek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Madrasyah Aliyah
Nahdlatul Ulama Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak. Subyek
penelitian ini adalah siswa kelas X dan guru matetamika yang mengajar
dikelas tersebut.
3. Variabel Penelitian
Variabel merupakan faktor yang sangat penting dalam penelitian
untuk menjawab permasalahan yang ada. Dalam penelitian ini ada
beberapa faktor yang diteliti diantaranya :
a. Variabel Siswa : dari segi efektivnya yaitu kemampuan
siswa dalam belajar mandiri, kerjasama dengan orang lain,
menyampaikan pendapatnya dan berdiskusi, sedang dari segi kognitif
yaitu kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah.
b. Variabel Guru : melihat cara guru membauat rencana
pembelajaran dan bagaimana pelaksanaannya di dalam kelas.
4. Rencana Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan untuk tiga siklus yaitu
siklus I, siklus II, dan siklus III. Masing-masing siklus terdiri dari empat
tahap yaitu perencanaan, implementasi (tindakan), pengamatan
(observasi), dan refleksi.
Siklus I
a. Perencanaan
1) Membuat rencana pembelajaran yang berisi tentang materi
bahan ajar yang harus dipelajari siswa secara mandiri dirangkum,
kemudian didiskusikan dengan kelompok. Siswa sebagai wakil
kelompoknya menjelaskan / menyajikan materi pelajaran di depan
kelas. Siswa yang ditunjuk guru berdasarkan yang dilihat dari
keseharianya siswa ini dianggap pandai dan menguasai materi.
2) Mengidentifikasi dan merumuskan masalah pokok bahasan
bentuk pangkat, akar, dan logaritma.
3) Membuat kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 orang
siswa dengan memperhatikan penyebaran kemampuan siswa.
4) Menyusun soal tes Siklus I.
5) Menyusun angket untuk siswa dan lembar observasi.
Angket untuk siswa ini berisi tentang tanggapan siswa selama
pembelajaran. Lembar observasi berisi tentang lembar observasi
dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) dan lembar observasi
kinerja guru.
b. Tindakan
Rencana tindakan yang akan dilakukan pada siklus I adalah
sebagai berikut :
1) Pada pertemuan sebelumnya guru memberikan materi sub
pokok bahasan bentuk pangkat, akar, dan logaritma yang harus
dipelajari siswa secara mandiri, dirangkum kemudian membuat
pertanyaan yang berkaitan dengan materi secara kelompok dan di
diskusikan dengan kelompoknya.
2) Sehari sebelum pembelajaran di mulai guru mengoreksi
hasil pekerjaan siswa tentang tugas merangkum dan menjawab
pertanyaan / soal yang berkaitan dengan materi bentuk pangkat,
akar dan logaritma. Selanjutnya mencatat sejumlah kelompok yang
benar secara meyakinkan.
3) Pada saat pembelajaran berlangsung, guru menyampaikan
tujuan pembelajaran. Menyampaikan model pembelajaran yang
digunakan, tanya jawab guru kepada siswa mengarah pada materi.
4) Berdasarkan hasil koreksi yang diperoleh guru dan
menentukan kelompok siswa yang benar serta menentukan siswa
untuk ditunjuk di depan. Guru menyuruh salah satu siswa untuk
menjelaskan sebagai wakil dari kelompoknya.
5) Siswa yang ditunjuk sebagai wakil dari kelompoknya
menjelaskan materi didepan kelas.
6) Siswa penyaji melakukan diskusi, tanya jawab dan
menyelesaikan pemecahan masalah dengan kelompok lain tentang
materi yang disajikan didepan kelas.
7) Guru memberikan usulan / penegasan / penjelasan tentang
materi yang disajikan / dijelaskan oleh siswa penyaji.
8) Dengan tanya jawab dan menyelesaikan pemecahan
masalah, guru mengungkapkan kembali pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran. Hal ini untuk melihat pemahaman siswa
terntang materi yang telah disajikan oleh temannya.
9) Guru memberikan soal untuk dikerjakan tentang materi
yang telah disajikan oleh temannya.
10) Guru memberikan materi pokok bentuk pangkat, akar, dan
logaritma yang harus dipelajari siswa secara mandiri dirangkum
kemudian membuat pertanyaan yang berkaitan dengan materi
secara kelompok dan pemecahan masalah yang didiskusikan
dengan kelompoknya yang harus disajikan siswa pada pertemuan
berikutnya.
c.Pengamatan
Pengamatan pada siklus I meliputi pengamatan selama
pembelajaran berupa lembar observasi dalam kegiatan belajar
mengajar (KBM) dan pengamatan berupa lembar observasi guru.
Adapun masing masing pengamatan akan disajikan sebagai berikut :
1) Observasi Dalam Pembelajaran
Observasi yang dilakukan selama pembelajaran yang di
amati adalah keaktifan siswa dalam kelompoknya. Hubungan
antara siswa dengan kelompoknya, kemampuan siswa dalam
mengemukakan pendapat, kemampuan siswa dalam menyanggah
pendapat orang lain dan kemampuan siswa dalam menarik
kesimpulan. Selain itu juga pengamatan terhadap siswa yang
dikerjakan bersama kelompoknya. Pengamatan siswa penyaji di
depan kelas dalam menyajikan materi.
2) Observasi Kinerja Guru
Observasi Kinerja Guru berdasar atas kemampuan guru
dalam mengajar seperti memotivasi siswa, menciptakan suasana
aktif belajar, penguasaan materi, membimbing dan menanggapi
siswa dalam menyelesaian permasalahan saat diskusi, penekanan
pada materi penting. Pengamatan terhadap kegiatan siswa,
kesesuaian soal terhadap topik, membimbing siswa dalam menarik
kesimpulan.
d. Refleksi
Mendiskusikan hasil pengamatan untuk perbaikan pada
pelaksanaan Siklus II. Adapun yang perlu diperbaiki pada Siklus II
yaitu keaktifan siswa dalam pemecahan masalah dengan berdiskusi,
bertanya dan mengemukakan kemampuan siswa dalam menarik
kesimpulan.
Siklus II
a. Perencanaan
Kegiatan perencanaan ulang yaitu :
1) Permasalahan didefinisikan dan masalah dirumuskan kemudian
pokok bahasan pangkat, akar, dan logaritma.
2) Susunan kelompok tetap seperti siklus I. Berdasarkan
pertimbangan kemampuan siswa dan kelompoknya, kecocokan dan
kedekatan rumah maka tidak perlu diganti dan dirasakan masih
efektif.
3) Membuat rencana pembelajaran siklus II pada akhir kegiatan.
Rencana pembelajaran berisi tentang bahan ajar yang harus
dipelajari siswa secara mandiri, dirangkum kemudian di diskusikan
dengan kelompoknya. Siswa sebagai wakil kelompoknya
menjelaska / menyajikan materi pelajaran didepan kelas. Siswa
yang ditunjuk guru berdasarkan pengamatan yang dilihat dari
keseharian siswa serta dianggap menguasai materi.
4) Menyusun soal tes Siklus II
5) Menyusun angket untuk siswa dan lembar observasi. Angket
untuk siswa ini berisi tentang tanggapan siswa selama
pembelajaran. Lembar observasi berisi tentang lembar observasi
dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) dan lembar observasi
kinerja guru.
b. Tindakan
Tindakan yang dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut :
1) Pada pertemuan sebelumnya guru memberikan materi sub
pokok bahasan bentuk pangkat, akar, dan logaritma yang harus
dipelajari siswa secara mandiri, dirangkum kemudian membuat
pertanyaan yang berkaitan dengan materi secara kelompok dan di
diskusikan dengan kelompoknya.
2) Sehari sebelum pembelajaran di mulai guru mengoreksi hasil
pekerjaan siswa tentang tugas merangkum dan menjawab
pertanyaan / soal yang berkaitan dengan materi bentuk pangkat,
akar dan logaritma. Selanjutnya mencatat sejumlah kelompok yang
benar secara meyakinkan.
3) Pada saat pembelajaran berlangsung, guru menyampaikan
tujuan pembelajaran. Menyampaikan model pembelajaran yang
digunakan, tanya jawab guru kepada siswa mengarah pada materi.
4) Berdasarkan hasil koreksi yang diperoleh guru dan menentukan
kelompok siswa yang benar serta menentukan siswa untuk ditunjuk
di depan. Guru menyuruh salah satu siswa untuk menjelaskan
sebagai wakil dari kelompoknya.
5) Siswa yang ditunjuk sebagai wakil dari kelompoknya
menjelaskan materi didepan kelas.
6) Siswa penyaji melakukan diskusi, tanya jawab dan
menyelesaikan pemecahan masalah dengan kelompok lain tentang
materi yang disajikan didepan kelas.
7) Guru memberikan usulan / penegasan / penjelasan tentang
materi yang disajikan / dijelaskan oleh siswa penyaji.
8) Dengan tanya jawab dan menyelesaikan pemecahan masalah,
guru mengungkapkan kembali pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran. Hal ini untuk melihat pemahaman siswa terntang materi
yang telah disajikan oleh temannya.
9) Guru memberikan soal tes secara individual untuk dikerjakan,
tentang materi bentuk pangkat, akar, dan logaritma yang baru
dibahas.
c. Observasi
Observasi pada Siklus II meliputi selama pembelajaran dan
observasi kinerja guru. Adapun masing masing observasi akan
dijelaskan sebagai berikut :
1) Observasi Dalam Pembelajaran
Observasi yang dilakukan selama pembelajaran yang di
amati adalah keaktifan siswa dalam kelompoknya. Hubungan
antara siswa dengan kelompoknya, kemampuan siswa dalam
mengemukakan pendapat, kemampuan siswa dalam menyanggah
pendapat orang lain dan kemampuan siswa dalam menarik
kesimpulan. Selain itu juga pengamatan terhadap siswa yang
dikerjakan bersama kelompoknya. Pengamatan siswa penyaji
didepan kelas dalam menyajikan materi.
2) Observasi Kinerja Guru
Observasi Kinerja Guru berdasar atas kemampuan guru
dalam mengajar seperti memotivasi siswa, menciptakan suasana
aktif belajar, penguasaan materi, membimbing dan menanggapi
siswa dalam menyelesaian permasalahan saat diskusi, penekanan
pada materi penting.pengamatan terhadap kegiatan siswa,
kesesuaian soal terhadap topik, membimbing siswa dalam menarik
kesimpulan.
d. Refleksi
Mendiskusikan hasil pengamatan untuk perbaikan pada
pelaksanaan Siklus III. Adapun yang perlu diperbaiki pada Siklus III
yaitu keaktifan siswa dalam pemecahan masalah dengan berdiskusi,
bertanya dan mengemukakan kemampuan siswa dalam menarik
kesimpulan.
Siklus III
Perencanaan, pelaksanan, tindakan, observasi refleksi Siklus III
ditentukan oleh hasil refleksi Siklus I dan II.
a. Perencanaan
Kegiatan perencanaan ulang yaitu :
1) Permasalahan didefinisikan dan masalah dirumuskan
kemudian pokok bahasan pangkat, akar, dan logaritma.
2) Susunan kelompok tetap seperti siklus I dan II. Berdasarkan
pertimbangan kemampuan siswa dan kelompoknya, kecocokan dan
kedekatan rumah maka tidak perlu diganti dan dirasakan masih
efektif.
3) Membuat rencana pembelajaran siklus III pada akhir
kegiatan. Rencana pembelajaran berisi tentang bahan ajar yang
harus dipelajari siswa secara mandiri, dirangkum kemudian
didiskusikan dengan kelompoknya. Siswa sebagai wakil
kelompoknya menjelaskan / menyajikan materi pelajaran didepan
kelas.Siswa yang ditunjuk guru berdasarkan pengamatan yang
dilihat dari keseharian siswa serta dianggap menguasai materi.
4) Menyusun soal tes Siklus III.
5) Menyusun angket untuk siswa dan lembar observasi.
Angket untuk siswa ini berisi tentang tanggapan siswa selama
pembelajaran. Lembar observasi berisi tentang lembar observasi
dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) dan lembar observasi
kinerja guru.
b. Tindakan
Tindakan yang dilakukan pada siklus III adalah sebagai berikut :
1) Pada pertemuan sebelumnya guru memberikan materi sub
pokok bahasan bentuk pangkat, akar dan logaritma yang harus
dipelajari siswa secara mandiri, dirangkum kemudian membuat
pertanyaan yang berkaitan dengan materi secara kelompok dan di
diskusikan dengan kelompoknya.
2) Sehari sebelum pembelajaran di mulai guru mengoreksi
hasil pekerjaan siswa tentang tugas merangkum dan menjawab
pertanyaan / soal yang berkaitan dengan materi bentuk
pangkat,akar dan logaritma. Selanjutnya mencatat sejumlah
kelompok yang benar secara meyakinkan.
3) Pada saat pembelajaran berlangsung, guru menyampaikan
tujuan pembelajaran. Menyampaikan model pembelajaran yang
digunakan, tanya jawab guru kepada siswa mengarah pada materi.
4) Berdasarkan hasil koreksi yang diperoleh guru dan
menentukan kelompok siswa yang benar serta menentukan siswa
untuk ditunjuk di depan. Guru menyuruh salah satu siswa untuk
menjelaskan sebagai wakil dari kelompoknya.
5) Siswa yang ditunjuk sebagai wakil dari kelompoknya
menjelaskan materi didepan kelas.
6) Siswa penyaji melakukan diskusi, tanya jawab dan
menyelesaikan pemecahan masalah dengan kelompok lain tentang
materi yang disajikan didepan kelas.
7) Guru memberikan usulan / penegasan / penjelasan tentang
materi yang disajikan / dijelaskan oleh siswa penyaji.
8) Dengan tanya jawab dan menyelesaikan pemecahan
masalah, guru mengungkapkan kembali pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran. Hal ini untuk melihat pemahaman siswa
terntang materi yang telah disajikan oleh temannya.
9) Guru memberikan soal tes secara individual untuk
dikerjakan, tentang materi bentuk pangkat, akar, dan logaritma
yang baru dibahas.
c. Observasi
Observasi pada Siklus III meliputi selama pembelajaran dan
observasi kinerja guru. Adapun masing masing observasi akan
dijelaskan sebagai berikut :
1) Observasi Dalam Pembelajaran
Observasi yang dilakukan selama pembelajaran yang di
amati adalah keaktifan siswa dalam kelompoknya. Hubungan
antara siswa dengan kelompoknya, kemampuan siswa dalam
mengemukakan pendapat, kemampuan siswa dalam menyanggah
pendapat orang lain dan kemampuan siswa dalam menarik
kesimpulan. Selain itu juga pengamatan terhadap siswa yang
dikerjakan bersama kelompoknya. Pengamatan siswa penyaji
didepan kelas dalam menyajikan materi.
2) Observasi Kinerja Guru
Observasi Kinerja Guru berdasar atas kemampuan guru
dalam mengajar seperti memotivasi siswa, menciptakan suasana
aktif belajar, penguasaan materi, membimbing dan menanggapi
siswa dalam menyelesaian permasalahan saat diskusi, penekanan
pada materi penting. Pengamatan terhadap kegiatan siswa,
kesesuaian soal terhadap topik, membimbing siswa dalam menarik
kesimpulan.
d. Refleksi
Refleksi Siklus III dilakukan dengan melihat catatan hasil
observasi dan hasil tes siswa dalam pembelajaran Siklus III.
L. DATA DAN CARA PENGAMBILANNYA
1. Sumber dan Jenis Data
a. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru, dan peneliti.
b. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif.
2. Cara Pengambilan Data
a. Metode tes
Metode ini digunakan untuk mengambil data tentang prestasi
belajar siswa materi pokok bahasan Bentuk Pangkat, Akar, dan
Logaritma.
b. Metode observasi
Metode ini digunakan untuk mengambil data tentang situasi
pembelajaran pada saat dilaksanakannya tindakan yang diambil dengan
menggunakan lembar observasi yang telah dibuat oleh peneliti.
c. Metode dokumentasi
Metode ini digunakan untuk memperoleh data data siswa
kelas X MA Nahdlatul Ulama Mranggen Demak yang berupa daftar
nama siswa yang akan diteliti serta data-data lain yang diperlukan.
3. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data
adalah sebagai berikut :
a. Tes
Tes ini digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
menyelesaikan masalah. (Arikunto, 2006:150)
b. Lembar Obsevasi
Observasi disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan
pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan
seluruh alat indera. (Arikunto, 2006:156)
4. Uji Instrumen
Instrumen dalam penelitian ini berupa soal tes berbentuk uraian.
Soal tes tersebut adalah tes yang diberikan setelah materi pokok bahasan
tersebut selesai. Prosedur yang akan ditempuh dalam pengadaan instrumen
adalah :
a. Perencanaan, pembuatan kisi-kisi soal.
b. Penulisan butir soal.
c. Penyulingan, yaitu melengkapi instrument dengan petunjuk dan
kunci jawaban.
d. Uji coba.
Soal tes diuji cobakan dahulu dengan melakukan try out di kelas lain.
e. Penganalisaan hasil yaitu menganalisa item soal yang diuji
cobakan.
Penganalisaan hasil ini dilakukan dengan cara mengukur
validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembedanya.
1) Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-
tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Suatu
instrument yang valid mempunyai validitas tinggi, sebaliknya
instrument yang kurang valid mempunyai validitas rendah.
(Arikunto, 2006:168)
Dalam penelitian ini, untuk menguji validitas butir soal
digunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar,
sebagai berikut :
( )
{ }
( )
{ }
2 2
2 2
( )( )
XY
N XY X Y
r
N X X N Y Y




Keterangan :
XY
r
= koefisien korelasi tiap item
N = banyaknya objek uji coba

X
= jumlah skor item

Y
= jumlah skor total

XY
= jumlah perkalian skor item dengan skor total
2

X = jumlah kuadrat skor item


2

Y = jumlah kuadrat skor total


Hasil perhitungan kemudian dikonsultasikan dengan harga r
ktitis product moment dengan ketentuan r
xy
>
tabel
r
maka soal
dikatakan valid dengan taraf signifikan 5%, dengan kriteria :
0,80 r
11
< 1,00 = Sangat tinggi
0,60 r
11
< 0,80 = Tinggi
0,40 r
11
< 0,60 = Cukup
0,20 r
11
< 0,40 = Rendah
0,00 r
11
< 0,20 = Sangat rendah (Arikunto, 2007: 75)
2) Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen
yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data
yang dapat dipercaya juga. Reliabilitas menunjuk pada tingkat
keterandalan sesuatu. Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat
diandalkan.(Arikunto, 2006:178)
Untuk keperluan mencari reliabilitas butir soal uraian, maka
rumus yang digunakan adalah rumus Alpha. Rumus tersebut
sebagai berikut :
2
11
2
1
1
i
t
n
r
n

1
1

1
1

] 1
]

Keterangan :
r
1l
= reliabilitas item
i
2
= Jumlah varians skor tiap-tiap item

t
2
= varians total
n = banyaknya item (Arikunto, 2007:109)
Dengan rumus varians dapat dicari
2
yaitu :
Keterangan :
x = skor tiap butir soal
N = jumlah peserta tes
Kriteria penjumlahan reliabilitas tes yaitu setelah didapat
harga r
1l
kemudian harga r
1l
dikonsultasikan dengan harga r product
moment pada tabel. Jika t
hit
> t
tab
, maka tes yang diuji cobakan
reliabel.
Kriteria penafsiran reliabilitas:
0,800 r
11
< 1,000 = Sangat tinggi
0,600 r
11
< 0,800 = Tinggi
0,400 r
11
< 0,600 = Cukup
0,200 r
11
< 0,400 = Rendah
0,000 r
11
< 0,200 = Sangat rendah
3) Taraf Kesukaran Soal
Soal yang baik adalah tidak terlalu mudah atau tidak terlalu
sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk
mempertinggi usaha memecahkannya, sedangkan soal yang terlalu
sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak
mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar
kemampuannya. (Arikunto, 2007:207)
Menganalisa kesukaran soal artinya mengkaji soal-soal tes
dari segi kesulitannya, sehingga diperoleh kategori mudah, sedang,
dan sukar. Untuk mencari tingkat kesukaran soal uraian, digunakan
rumus sebagai berikut :
100%
F
P x
N

Keterangan :
P = Taraf kesukaran
F = Jumlah siswa yang gagal
N = Jumlah seluruh siswa
Untuk menginterprestasikan nilai tingkat kesukaran
itemnya dapat digunakan tolok ukur sebagai berikut :
a) Jika jumlah testi yang gagal mencapai 27% termasuk
mudah.
b) Jika jumlah testi yang gagal antara 28% sampai dengan
72% termasuk sedang.
c) Jika jumlah testi yang gagal mencapai 72% termasuk
sukar.(Arifin, 1991:135)
4) Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi)
dengan siswa yang kurang pandai (berkemampuan rendah)
berdasarkan kriteria tertentu. Semakin tinggi nilai daya pembeda
suatu butir soal, semakin mampu butir soal tersebut membedakan
anak yang pandai dan yang kurang pandai.
Adapun langkah-langkah untuk menghitung daya pembeda
adalah sebagai berikut :
a) Mengurutkan hasil uji coba dari skor tertinggi sampai
skor terendah.
b) Menentukan kelompok atas dan kelompok bawah, yaitu
27 % dari jumlah peserta tes.
c) Menghitung daya pembeda soal dengan menghitung
perbedaan antara rata-rata dari kelompok atas dengan rata- rata
dari kelompok bawah dari tiap-tiap butir soal.
Rumus yang digunakan untuk mengetahui daya pembeda
soal tes yang berbentuk uraian yaitu sebagai berikut:
1) ni(ni
X X
ML) (MH
t
2
2
2
1

Keterangan :
MH = Rata-rata dari kelompok atas
ML = Rata-rata dari kelompok bawah
X
1
2
= Jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok atas
X
2
2
= Jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok bawah
ni = 27% N
t = rasio kritis (daya pembeda)
Harga t
hitung
yang diperoleh dikonsultasikan dengan harga
X
1
2
. Perangkat tes dikatakan signifikan jika harga t
hitung
> t
tabel
dengan taraf kepercayaan 5% dan dk = (n
1
1).(n
2
-1).
(Arifin, 1991:141)
5. Analisis Data
a. Tes
Tes digunakan untuk mengetahui prestasi belajar dari
kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah materi pokok bahasan
Bentuk Pangkat, Akar, dan Logaritma dan dianalisis dengan cara
menghitung rata-rata nilai dan ketuntasan belajar klasikal. Adapun
rumus yang digunakan adalah :
b. Menghitung nilai rata-rata
Untuk menghitung nilai rata-rata hasil tes secara klasikal dengan
menggunakan rumus rata-rata nilai (Sudjana, 2005:67)
i
x
x
N


Keterangan :
x
= rata-rata nilai
i
x


= jumlah seluruh nilai
N = banyak siswa yang mengikuti tes
c. Menentukan ketuntasan belajar
Menentukan ketuntasan belajar setiap siswa terhadap materi,
baik secara individu maupun klasikal adalah sebagai berikut :
1) Ketuntasan Belajar Individu
Seorang siswa disebut tuntas belajar apabila ia mencapai
skor 85% atau mendapat nilai 85. Dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
Ketuntasan Belajar Individu
100%
jumlah nilai yang diperoleh siswa
x
jumlah nilai maksimal


2) Ketuntasan Belajar Klasikal
Suatu kelas dikatakan tuntas apabila kelas tersebut telah
terdapat 85% yang mencapai daya serap 85%. Untuk
mengetahui ketuntasan belajar klasikal digunakan rumus :
100%
B
P x
N

Keterangan :
P = pencapaian prosentase
B = banyak siswa yang tuntas belajar
N = banyak siswa yang mengikuti tes
d. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa
dan kerjasama siswa dalam kelompok selama mengikuti pembelajaran
matematika. Lembar observasi berupa kolom check list.
1) Kinerja Guru
Untuk mengetahui seberapa kinerja guru dalam
melaksanakan pembelajaran matematika digunakan rumus :
(%) Kinerja Guru = 100%
n
x
N
Keterangan :
n : Skor yang diperoleh guru
N : Jumlah seluruh skor maksimal
% : Tingkat prosentase yang ingin dicapai
Kriteria :
86% - 100% : Kinerja guru sangat baik
76% - 85% : Kinerja guru baik
66% - 75% : Kinerja guru cukup
65% : Kinerja guru kurang
2) Keaktifan
Siswa
Untuk mengetahui data keaktifan siswa dapat digunakan rumus :
(%) Keaktifan Siswa =
n
N
Keterangan :
n : Jumlah skor yang diperoleh
N : Jumlah seluruh skor maksimal
% : Tingkat prosentase yang ingin dicapai
Kriteria :
86% - 100% : Keaktifan siswa sangat tinggi
76%-85% : Keaktifan siswa tinggi
66% - 75% : Keaktifan siswa sedang
65% : Keaktifan siswa kurang
6. Indikator Keberhasilan
Untuk mengetahui meningkatnya kemampuan siswa dalam
menyelesaikan masalah pada materi pokok bahasan bentuk pangkat, akar,
dan logaritma dengan penerapan model pembelajaran problem solving
dengan pendekatan dedukrif, maka ditetapkan indikator keberhasilan
sebagai berikut :
a. Kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran di dalam kelas setelah
diterapkan model pembelajaran problem solving dengan pendekatan
Deduktif dapat meningkat. Dalam hal ini dapat dilihat dari perubahan
perbaikan yang dilakukan oleh guru pada setiap pembelajaran.
Sehingga kesalahan-kesalahan dalam proses pembelajaran dapat
diminimalkan. Guru dapat dikatakan dapat meningkatkan kinerjanya
dalam pembelajaran apabila mencapai persentase keberhasilan 85
%.
b. Keaktifan dan kerjasama siswa di dalam proses pembelajaran
meningkat, serta mampu mempresentasikan hasil diskusinya dengan
baik, dengan persentase keberhasilan 85 %.
c. Kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah pada materi pokok
bahasan bentuk pangkat, akar, dan logaritma dengan ketuntasan belajar
individu mencapai 85% dan ketuntasan belajar klasikal 85% dari
jumlah siswa yang ada di dalam kelas
M. Sistematika Penulisan Skripsi
Untuk mempermudah pembaca memahami pokok pokok
permasalahan yang ada dalam skripsi ini, maka dalam penulisan skripsi ini
secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian awal, bagian isi,
dan bagian akhir.
Bagian awal skripsi berisi tentang: halaman judul, halaman
persetujuan, halaman pengesahan, abstraksi, halaman motto dan
persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar lampiran dan daftar tabel.
Bagian isi skripsi terdiri dari lima bab, yang masing masing bab
terdiri dari sub bab. Adapun susunannya adalah sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, penegasan
istilah, permasalahan, strategi pemecahan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
Bab II Landasan Teori dan Hipotesis, berisi tentang pengertian
belajar, pengertian pembelajaran, ciri ciri belajar, masalah belajar, prestasi
belajar, faktor faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, model
pembelajaran problem solving, pengertian model pembelajaran problem
solving, langkah-langkah pemecahan masalah, kelebihan dan kekurangan
model pembelajaran problem solving, Pendekatan Deduktif, kajian materi
Bentuk Pangkat, Akar, dan Logaritma, kerangka berpikir, dan hipotesis.
Bab III Metode Penelitian, meliputi jenis penelitian, subyek
penelitian, variabel penelitian, rencana tindakan, metode pengumpulan data,
instrumen penelitian, analisis data, uji instrumen dan indikator keberhasilan.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi tentang tahap
persiapan pelaksanaan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian, laporan data,
analisa data dan pembahasan.
Bab V Penutup, berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran
dari penulis.
Bagian akhir skripsi, berisi tentang daftar pustaka, lampiran-lampiran
dan tabel.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal. 1991. Evaluasi Instruksional Prinsip-Teknik-Prosedural. Bandung
: Remaja Rosda.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Budiardjo, Setu, dkk. 2005. Matematika SMK Teknologi Industri Tingkat II.
Semarang : PEMKOT Semarang.
Darsono, Max, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: CV. IKIP
Semarang Press.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo.
Heryadi, Dedi. 2009. Modul Matematika Untuk SMK Teknologi, Kesehatan, dan
Pertanian Kelas XI. Jakarta: Yudhistira.
Hudoyo, Herman. 1990. Strategi Belajar Matematika. Malang: IKIP Malang.
Kartini, dkk. 2005. Matematika Kelas X untuk SMA dan MA. Klaten: PT. Intan
Pariwara.
K.L. Pepkin. 2004. Dalam http://www.uh.edu/hti/cu/2004/v02/04.html

Purwadarminta. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Sudaryo, dkk. 1991. Strategi Belajar Mengajar I. Semarang: Tim Pengadaan
Buku Pelajaran IKIP Semarang.
Soekamto, Toeti. 1996. Teori Belajar dan Model-Model Pembelajaran. Jakarta:
Depdikbud
Solihatin, Etin dkk,2007. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran
IPS. Jakarta : Bumi Aksara.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Suherman, Erman, dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung: JICA.
Suyitno, Amin. 2004. Dasar-Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika.
Semarang: UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG.
Syah, Muhibbin. 2002. Psikologi Belajar. Bandung: Rajawali Pers.
Tim MGMP MATEMATIKA SMK PROVINSI JAWA TENGAH. 2009. Modul
Matematika Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kelompok Teknik,
Pertanian, dan Kesehatan Kelas XI. Semarang: Tim MGMP.

You might also like