You are on page 1of 5

ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK NDONESIA Nomor 46/PUU-VII/2010, Tanggal 13 Februari 2012 A.

Pendahuluan Putusan Mahkamah Konstitusi yang mengabulkan uji materiil UU Perkawinan (UU No.1 Tahun 1974) yang diajukan Hj. Aisyah Mochtar alias Machica binti H.Mochtar Ibrahim yang meminta putranya Muhammad Iqbal Rahmadan bin Moerdiono mantan sekretaris negara di era Soeharto memicu perseteran antara dirinya denga keluarga almarhum Moerdiono. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010 yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhka putusan dalam perkara permohonan pengujian undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tah 1945

B. ANALISIS PUTUSAN Berdasarkan Asas Curia Novit dalam Hukum Acara Mahkamah Konstitusi dijelaskan bahwa pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa, mengadili dan memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas, sebaliknya hakim harus memeriksa da mengadilinya (Pasal 16 UU Kekuasaan Kehakiman). Salah satu yang menjadi wewenang hakim mahkamah konstitusi sendiri dalam Pasal 10 UU MK adalah menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Jadi berdasarkan asas ii hakim mempunyai wewenang dan berkewajiban untuk memeriksa, menguji, dan memutus perkara ini. TAHAP PERTAMA PENGAJUAN PERMOHONAN Pada pasal 29 UU NO 8 Tahun 2011 tahap pertama dalam permohonan pengujian undangundang adalah dengan mendaftarkannya ke panitraan Mahkamah Konstitusi . Permohonan sendiri diajukan oleh termohon pada tanggal 14 Juni 2010 yang diterima oleh Kepanitraan Mahkamah Konstitusi (Selajutnya disebt Kepanitraan Mahkamah) pada hari Senin tanggal 14 Juni 2010 berdasarkan Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 211/PAN.MK/2010 dan diregistrasi pada Rabu tanggal 23 Juni 2010 dengan Nomor 46/PUU-VII/2010. Permohonan sendiri diajukan dalam bahasa Indonesia yang ditandatangani oleh pemohon atau kuasa hukum pemohon.Sesuai Pasal 30 UU MK Pemohon dalam permohonannya wajib menguraikan dengan jelas hak atau kewenangan konstitusionalnya yang dilanggar. Dalam pengujian formil, emohon wajib menjelaskan bahwa undang-undang tidak memenuhi ketentuan berdasarkan UUD dan atau materi muatan dalam ayat, pasal, dan ata bagia undang-undang yang dianggap bertentangan dengan UUD.Pemohon sendiri menjelaskan hal tersebut dalam uraian Legal Standing secara jelas pasal apa saja yang melanggar

hak konstitusionalnya dalan UU No 1 Tahun 1974. Kemudian dalam permohonan juga harus mengajukan alat bukti sebagaimana yang diatur dalam Pasal 31 Ayat (2) UU MK. Pemohon

mengajuka alat bukti sebanyak 6 (enam ) alat bukti yang diber tanda Bukti P-1 sampai dengan Bukti P-6. Berdasarkan Pasal 31 Ayat (1) jo. Pasal 3 Bab II Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 06/PMK/2005, dalam permohonan harus diuraikan secara jelas siapa yang menjadi pemohon disertai alamat lengkapnya. Dalam Putusan sangat jelas diuraikan siapa yang menjadi pemohon dan kuasa hukumnya, yaitu : Pemohon : 1. Nama : Hj. Aisyah Mochtar alias Machica binti H. Mochtar Ibrahim Tempat dan Tanggal Lahir : Ujung Pandang, 20 Maret 1970 Alamat : Jalan Camar VI Blok BL 12A, RT/RW 002/008, Desa/Kelurahan Pondok Betung, Kecamatan Pondok Aren, Kabupaten Tangerang, Banten 2. Nama : Muhammad Iqbal Ramadhan bin Moerdiono Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 5 Februari 1996 Alamat : Jalan Camar VI Blok BL 12A, RT/RW 002/008, Desa/Kelurahan Pondok Betung, Kecamatan Pondok Aren, Kabupaten Tangerang, Banten Beserta kuasa hukumnya a) Rusdianto Matulatuwa, b) Oktryan Makta dan c) Miftachul I.A.A

Adapun Pasal-Pasal yang diuji karena melanggar hak konstitusional pemohon adalah : UUD NRI Th. 1945 Pasal 28 B ayat 1 UU No 1 Th 1974 tentang Perkawinan Pasal 2 ayat 2 Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut

Setiap orang berhak membentuk keluarga dan

melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang peraturan perundang-undangan yang berlaku sah Pasal 28 B ayat 2 Pasal 43 ayat 1

Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, Anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya tumbuh, dan berkembang serta berhak atas mempunyai hubungan perdata dengan ibunya perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi Pasal 28 D ayat 1 Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil dan keluarga ibunya

serta perlakuan yang sama di hadapan hukum

TAHAP KEDUA PEMERIKSAAN KELENGKAPAN PERMOHONAN OLEH PANITERA MK Panitera MK menerima permohonan yang diajukan Pemohon pada hari Senin tanggal 14 Juni 2010 yang diterima Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi. Sebagaimana yang diatur dalam Pasal 32 Ayat (2) pemohon diberi kesempatan untuk melengkapi Permohonannya dalam jangka waktu paling lama 7 hari. Pemohon setelah megajukan permohonan berdasarkan Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 211/PAN.MK/2010. TAHAP KETIGA PENCATATAN PERMOHONAN DALAM BUKU REGISTRASI PERKARA KOSTITUSI (BRPK) Setelah lengkap, panitera melakukan pencatatan permohonan yang sudah lengkap ke dalam Buku Registrasi Perkara Konstitusi pada hari Rabu tanggal 23 Juni 2010 dengan Nomor 46/PUUVIII/2010, dan diterima oleh kepanitraan pada tanggal 9 Agusus 2010. MK menyampaikan salinan kepada DPR dan Presiden. Selai itu, MK juga memberitahu kepada MA mengenai adanya

permohonan pengujian undang-undang dimaksud dan memberitahukan agar MA memberhantikan pengujian peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang yang sedang diuji. TAHAP KEEMPAT PEMBENTUKAN PANEL HAKIM Panitera menyampaikan berkas perkara yang sudah diregistrasi kepada ketua MK untuk menetapkan susunan panel hakim yag memeriksa pengujian undang-undang dalam perkara ini. Untuk perkara susunan panel hakimnya adalah Moh. Mahfud MD sebagai Hakim Ketua, Achmad Sodiki, Harjono, Anwar Usman, M.Akil Mochtar, Maria Farida Indrati, Ahmad Fadlil Sumadi, Hamdan Zoelva, dan Muhammad Alim sebagai hakim anggota. TAHAP KELIMA PENENTUAN JADWAL SIDANG Berdasarkan asas peradilan cepat, sederhana, dan murah maka pebjadwalan sidang pun harus segera dirampungkan guna mempercepat proes persidangan. Dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah permohonan dicatat dalam BRPK (Pasl 34 MK jo. Pasal 8 PMK No. 6 Tahun 2005), MK mnetapkan sidag pertama untuk sidang pemeriksaan permohonan pada tanggal 9 Juli 2010. Pemanggilan sidang harus sudah diterima oleh pemohon atau kuasanya dalam jangka waktu paling lambata tiha hari sebelum persidangan. Hal ini dilakukan agar roses peradilan dan keadilan itu

sendiri dapat diakses oleh seluruh apisan masyarakat agar sejala dengan prinsip equality before the law. TAHAP KEENAM SIDANG PEMERIKSAAN PENDAHULUAN Pada tahap ini, MK melalui panel hakim melakukan pemeriksaan pendahuluan permohonan untuk memriksa kelengkapaan kejelasan materi permohonan, kedudukan hukum (legal standing) dan pokok permohonan. Sidang dilaksanakan pada tanggal 9 Juli 2010 TAHAP KETUJUH PEMERIKSAAN POKOK ERKARA DAN BUKTI-BUKTI Dalam sidang pleno yang terbuka untuk umum ini, majelis hakim memulai untuk memeriksa terhadap permohonan dan bukti-bukti yang sudah diajukan, Untuk kepentingan persidangan hakim memanggil para pihak yang berperkara termaksud mendengarkan keterangan dari saksi, ahli, termohon yang dalam hal ini diwakili oleh DPR RI (Pasal 41 UU MK). Dalm proses pemeriksaan asas yang menjadi prinsip juga dalah bahwa hakim harus bersifat aktif dalam persidangan karena hakim dipandang mengetahui hukum dalam suatu perkara yang sejaln dengan ius curia novit.Karena dalam perkara ini tidak hanya menyangkut kepentingan individu saja tetapi kepentingan umum juga. Selai itu dalam proes pemeriksaan alat bukti bersifat pembuktian bebas. TAHAP KEDELAPAN PUTUSAN Berdasarkan Pasal 45 UU MK kesimbilan hakim MK harus menjatuhkan putusan berdasarkan alat bukti yang ada, setiap keterangan yang sudah disampaikan oleh para pihak, serta keyakinannya.Putusan diambil secara musyawarah dan mufakat oleh kesembilan hakim dengan sistem full bench, dan . Hakim juga menguraikan pertimbangannya dalam putusan perkara ini sebanyak 10 (sepuluh) poin pertimbangan dan 5 (lima) pendapat mahkamah. Hakim memutuskan untuk mengabulkan permohonan para pemohon untuk sebagian.Putusan di muat dalam Berita Negara Republik Indonesia. Putusan dibacakan pada Senin, 13 Februari 2012. Putusan yang ada pad mahkamh konstitusi bersifat Erga Ormes maksudnya tidak haya mengikat para pihak tetapi kalangan umum juga.

REFERENSI : UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI PERATURAN MAHKAMAH KOSTITUSI NOMOR 6 TAHUN 2005 PUTUSAN NOMOR 46/PUU-VIII/2010 http://parlemen.net/site/ldetails.php?docid=uji http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/index.php?page=web.JadwalSidang&id=1&kat=1&cari =46%2FPUU-VIII%2F2010 http://www.lemhannas.go.id/portal/in/daftar-artikel/1715-analisis-hukum-putusanmahkamah-konstitusi-nomor-46puu-viii2010-tgl-13-feb-2012-tentang-status-anak-luar-kawin.html

You might also like