You are on page 1of 25

CATATAN KAKI KARYA ILMIAH Catatan kaki adalah penyebutan sumber yang dijadikan kutipan.

Fungsi catatan kaki adalah memberikan penghargaan terhadap sumber yang dikutip dan aspek ligalitas untuk izin penggunaan karya tulis yang dikutip, serta yang terpenting adalah etika akademik dalam masyarakat ilmiah sebagai wujud kejujuran penulis. Ada beberapa cara yang digunakan dalam menuliskan sumber kutipan, antara lain:

1. Nama pengarang hanya satu orang Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996), hal. 39. Atau Maurice N. Richter, Jr, Science as a Cultural Process (Cambridge Schenkman, 1972), h.4 2. Nama Pengarang yang jumlahnya dua orang dituliskan lengkap David B. Brinkerhoff dan Lynn K. White, Sociology (St Paul: Wst Publishing Company, 1988), hal. 585. 3. Nama Pengarang yang jumlahnya sampai tiga orang dituliskan lengkap sedangkan jumlah pengarang yang lebih dari tiga orang hanya dituliskan nama pengarang pertama ditambah kata et al. (et al: dan tainlain). John A. R. Wilson, Mildred C. Robeck, and William B. Micheal, Psychological Foundation of Learning and Teaching (New York: McGraw-Hill Book Company, 1974), hal. 406. dan Carrick Martin et al., Introduction to Accounting ed ke 3 (SingaporeMc.Graw-Hill, 1991), hal 123. 4. Kutipan yang diambil dari halaman tertentu disebutkan halamannya dengan singkatan p (pagina) atau h (halaman). Sekiranya kutipan itu disarikan dari beberapa halaman umpamanya dari halaman 1 sampai dengan 5 maka dikutip p. 1-5 atau hh 1-5. David Harrison, The Sociology of Modernization and Development (London: Unwin Hyman Ltd., 1988), hal. 20-21. Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996), hal. 39- 44 5. Sebuah makalah yang dipublikasikan dalam majalah, Koran, kumpulan karangan atau disampaikan dalam forum ilmiah dituliskan dalam tanda kutip yang disertai dengan informasi mengenai makalah tersebut. Karlina, "Sebuah Tanggapan : Hipotesa dan Setengah llmuan," Kompas, 12 Desember 1981 ,h.4. Liek Wiliardjo, "Tanggung llmuan" Pustaka th. Ill 1979,pp.11-14. Jawab Sosial No. 3, April M. Sastrapratedja, "Perkembangan ilmu dan Teknologi dalam Kaitannya dengan Agama dan Kebudayaan". Makalah disampaikan dalam Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional (KIPNAS) III, LIPI. Jakarta, 15-19 September 1981. B. Suprapto, "Aturan Permainan dalam ilmu-ilmu alam."llmu dalam Perspektif. ed. Juiun S. Suriasumantri (Jakarta : Gramedia, 1978) pp. 129-133. J.J. Honingman, The World of Man, dalam Alfian (ed.), Persepsi Masyarakat tentang Kebudayaan (Jakarta : Gramedia, 1985), hal. 100. 6. Pengulangan kutipan dengan sumber yang sama dilakukan dengan memakai notasi op. cit. (opera citato : dalam karya yang telah dikutip), loc. Cit. (loco citato : dalam tempat yang telah dikutip dan ibid, (ibidem: dalam tempat yang sama). Untuk pengulangan maka pengarang tidak ditulis lengkap melainkan cukup nama familinya saja. Sekiranya pengulangan dilakukan dengan tidak diselang oleh pengarang lain maka dipergunakan notasi ibid. dikutip kembali sumber yang sama dengan kutipan sebelumnya pada halaman yang sama lbid dikutip kembali sumber yang sama dengan kutipan sebelumnya pada halaman yang berbeda Ibid., hal 12. Mengutip sumber yang sama dan halaman yang sama tetapi sudah diselingi oleh sumber lain Conny R. Semiawan, loc. cit. Mengutip sumber yang sama dan halaman yang berbeda tetapi sudah diselingi oleh sumber lain Jujun S. Suriasumantri, op. cit., hal. 49 Mengutip pengarang yang sama buku berbeda dan halaman yang sama tanpa diselingi oleh sumber lain Suriasumantri, Pembangunan Modernisasi dan Pendidikan, hal. 39 42. Mengutip pengarang yang sama buku berbeda dan halaman yang sama tetapi sudah diselingi oleh sumber lain Suriasumantri, Pembangunan Modernisasi dan Pendidikan, loc.cit. Mengutip pengarang yang sama buku berbeda dan halaman yang berbeda tetapi sudah diselingi oleh sumber lain Suriasumantri, Pembangunan Modernisasi dan Pendidikan, op.cit., hal. 7 7. Kadang-kadang kita ingin mengutip sebuah pernyataan yang telah dalam karya tulis yang lain. Untuk itu maka kedua sumber itu kita tuliskan. Anastasi dalam Syafuddin Azwar, Pengantar Psikologi Inteligensi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hal. 6. Anton Bekker, Badan Manusia dan Budaya

dalam G. Muedjanti, (ed.) Tantangan Kemanusiaan Universal (Yogyakarta: Kanisius), hal. 19. Jujun S. Suriasumantri, Pembangunan Sosial Budaya Secara Terpadu, dalam Masalah Sosial Budaya Tahun 2000: Sebuah Bunga Rampai Soedjatmoko at al. (ed.) (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1986), hal. 10. 8. Kadang-kadang kita ingin mengutip sebuah pernyataan yang telah diterjemahkan. Untuk itu maka kedua sumber itu kita tuliskan. Theodore M. NewComb, Ralph H. Turner dan Philip E. Converse, Psikologi Sosial, Terjemahan FPUI (Jakarta: Diponegoro: 1985), hal. 325. J.W. Schoorl, Modernisasi: Pengantar Sosiologi Pembangunan Negara-negara Sedang Berkembang, Terjemahan R.G. Soekadijo (Jakarta: PT Gramedia, 1982), hal. 4. 9. Majalah/Jurnal Ilmiah James F. Stratman, The Emergence of Legal Composition as a field of inquiry, Review of Educational Research, LX (2,1990), pp. 153-235. 10. Interview Interview dengan Dr. Endry Boeriswati, M.Pd. . Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNJ, 2 Februari 2007 pukul 15.00 11. Tidak dipublikasikan Endry Boeriswati, Penilian Berbasis Kelas dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia, Makalah Pelatihan Widya Iswara Bahasa Indonesia, Jakarta : PPPG Bahasa, 2006) 12. Buku yang terdiri dari beberap jilid yang mempunyai judul umum namun tiap jilid mempunyai subjudul sendiri. Russell G. Davis (ed.), Planning Education ofr Development. Vol II : Issues and Problem in the Planning of Education in Developing Countries (Cambridge, Harvard University, 1980). P.p. 76. 13. Dokumen RI, Undang-Undang Dasar 1945, Bab VII, Pasal 19, Ayat 1. 14. Situs Internet Thorndike, R.L., History of Infleunces in Develompment of Intelligence Theory & Testing, (http://www.Indiana.edu/~intel/Thorndike.html), 1998, hal. 1. Traditional Intelligence Theories,. (http://edweb.gsn.org/edref.mi. hst.html), 2000, hal. 1 Report of Task Force established by Board of Scientific Affairs of American Psychological Assciation, (http://www.cycau.com/Organ/ Upstream/ IQ/apa/html), 20/08/2000, hal. 13

1. daftar buku atau karangan yg merupakan sumber rujukan dr sebuah tulisan atau karangan atau daftar tt suatu subjek ilmu; daftar pustaka; -- beranotasi bibliografi dng keterangan singkat pd tiap karangan, buku, atau karya yg judulnya terdaftar di dalamnya; -- enumeratif daftar karya rekaman yg susunannya dibatasi oleh penyusunnya, dapat berupa susunan geografi, kronologi, atau subjek; -- kini daftar buku yg disusun bersamaan dng waktu buku itu diterbitkan, biasanya terbit secara berkala; -lengkap bibliografi yg sudah lengkap; -- pengarang bibliografi yg

mendaftar buku, artikel, dan karya tulis lainnya tt pengarang tertentu, dapat berupa bibliografi dan kritik thd karya pengarang itu; -- peta bibliografi kumpulan peta; -- primer 1 bibliografi yg luas atau umum yg memuat buku yg masalahnya tidak saling berhubungan;
source: kbbi3

2. bibliografi yg merupakan catatan asli dr seluruh atau sebagian dr suatu terbitan; -- sekunder bibliografi khusus yg mendaftar buku yg mencakupi satu subjek saja dan pendaftarannya dilakukan berdasarkan bibliografi primer; -- setempatbibliografi buku atau bentuk lainnya yg berhubungan dng daerah geografi yg lebih kecil dr suatu wilayah (kabupaten); -subjek daftar bahan atau subjek mengenai individu tertentu; -terpilih bibliografi yg menyajikan literatur terpilih mengenai subjek tertentu

Pola Pengembangan Paragraf Argumentasi


1.Pola analogi adalah :pola analogi adalah penalaran induktif dengan membandingkan dua hal yang banyak persamaannya. Berdasarkan persamaan kedua hal tersebut, Anda dapat menarik kesimpulan.

Contoh : Sifat manusia ibarat padi yang terhampar di sawah yang luas. Ketika manusia itu meraih kepandaian, kebesaran, dan kekayaan, sifatnya akan menjadi rendah hati dan dermawan. Begitu pula dengan padi yang semakin berisi, ia akan semakin merunduk. Apabila padi itu kosong, ia akan berdiri tegak.

2. Pola.generalisasi (umum) adalah penalaran induktif dengan cara menarik kesimpulan secara umum berdasarkan sejumlah data. Jumlah data atau peristiwa khusus yang dikemukakan harus cukup dan dapat mewakili isi paragraf.

Contoh : Setelah karangan anak-anak kelas 3 diperiksa, ternyata Ali, toto, Alex, dan Burhan mendapat nilai 8. Anak-anak yang lain mendapat 7. Hanya Maman yang 6, dan tidak seorang pun mendapat nilai kurang. Boleh dikatakan, anak kelas 3 cukup pandai mengarang.

3.Paragraf hubungan sebab akibat adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan fakta khusus yang menjadi sebab, dan sampai pada simpulan yang menjadi akibat.

Contoh :Kemarau tahun ini cukup panjang. Sebelumnya, pohon-pohon di hutan sebagi penyerap air banyak yang ditebang. Di samping itu, irigasi di desa ini tidak lancar. Ditambah lagi dengan harga pupuk yang semakin mahal dan kurangnya pengetahuan para petani dalam menggarap lah

JENIS-JENIS PARAGRAF
Dipublikasi pada 14 April 2011 oleh jelajahduniabahasa

Jenis-jenis paragraf berdasarkan tujuannya dapat dibedakan atas : 1. Paragraf argumentasi 2. Paragraf eksposisi 3. Paragraf deskripsi 4. Paragraf persuasi 5. Paragraf naratif
A. PARAGRAF ARGUMENTASI

Paragraf argumentasi adalah paragraf yang berisi ide/gagasan dengan diikuti alasan yang kuat untuk menyakinkan pembaca Ciri-ciri paragraf argumentasi 1. bersifat nonfiksi /ilmiah 2. bertujuan menyakinkan orang lain bahwa apa yang dikemukakan merupakan kebenaran 3. dilengkapi bukti-bukti berupa data, tabel, gambar dll 4. ditutup dengan kesimpulan MACAM/POLA PENGEMBANGAN PARAGRAF ARGUMENTASI POLA PENGEMBANGAN SEBAB AKIBAT adalah paragraf yang mula-mula bertolak dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai sebab yang diketahui lalu bergerak maju menuju pada suatu kesimpulan sebagai efek akibat.Ditandai dengan kata kata sebab, karena, disebabkan, dikarenakan dll. POLA PENGEMBANGAN AKIBAT- SEBAB adalah paragraf yang mula-mula bertolak dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai akibat yang diketahui. Kemudian bergerak menuju sebab-sebab yang mungkin telah menimbulkan akibat tadi. CONTOH PARAGRAF ARGUMENTASI 1. Pola pengembangan sebab-akibat Pencemaran lingkungan hampir terjadi di seluruh Indonesia, terutama di kota-kota besar. Pencemaran itu, antara lain, polusi udara dari kendaraan bermotor yang jumlahnya semakin banyak, pembuangan limbah industri dari pabrik-pabrik yang tidak sesuai dengan prosedur, dan ulah masyarakat sendiri yang sering membuang sampah sembarangan . Pencemaran tersebut dapat mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Misalnya udara menjadi kotor dan tidak sehat, menyebarnya berbagai virus dan bakteri atau menjangkitnya wabah penyakit, serta bencana banjir karena saluran-saluran air tersumbat oleh sampah. 2. Pola pengembangan akibat-sebab Jumlah anak jalanan di kota-kota besar semakin hari semakin bertambah. Mereka memenuhi jalan-jalan utama di pusat kota dengan segala tingkah dan aksinya. Berbagai macam cara mereka lakukan agar dapat bertahan hidup di jalanan, dari cara yang sopan hingga yang paling brutal. Mereka berkeliaran di jalan dan mencari hidup dengan cara meminta-minta. Fenomena seperti ini mulai tampak menggejala ketika krisis ekonomi melanda negara kita. Krisis yang berkepanjangan menjadi penyebab kesulitan hidup di segala sektor/bidang.

B. PARAGRAF DESKRIPSI Paragraf deskripsi adalah paragraf yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu dengan tujuan agar pembaca seakan-akan bisa melihat, mendengar, atau merasakan sendiri semua yang ditulis oleh penulis CIRI-CIRI PARAGRAF DESKRIPSI Menggambarkan /melukiskan objek tertentu (orang, tempat, keindahan alam dll) Bertujuan agar pembaca seolah-olah melihat sendiri objek MACAM /POLA PENGEMBANGAN PARAGRAF DESKRIPSI Deskripsi objektif adalah paragraf deskripsi yang dalam penggambaran objeknya tidak disertai dengan opini penulis Deskripsi subjektif adalah paragraf deskripsi yang dalam penggambaran objeknya disertai dengan opini penulis Deskripsi spasial adalah paragraf yang menggambarkan objek secara detail khususnya ruangan, benda,atau tempat Deskripsi waktu adalah paragraf yang dikembangkan berdasarkan waktu peristiwa cerita tersebut CONTOH-CONTOH PARAGRAF DESKRIPSI 1. Lapisan ozon menipis. Hutan-hutan tropis mulai meranggas. Gurun makin luas. Akibatnya suhu bumi meningkat, cuaca tidak menentu, dan bencana alam makin sering datang. Kesimpulannya, bumi makin kritis. Siapa sesungguhnya yang berperan dalam menjadikan planet bumi ini menjadi demikian ? Jawabnya tentu manusia sendiri! (Deskripsi subjektif) 2. Dia memakai rok panjang warna cokelat. Betapa sesuai benar dengan warna blus panjangnya. Rok dan blusnya seakan-akan menambah keanggunan pribadinya. Jalannya sungguh santun memikat hati orang yang memandang ( Deskripsi subjektif) 3. Pantai Nusa Penida memiliki tata keindahan alam yang menarik, khususnya bagi wisatawan yang mendambakan suasana nyaman, tenang, jauh dari kebisingan kota. Pohon-pohonnya rindang. Bentangan lautnya luas. Bagi penyelam , Pantai Nusa Penida juga menawarkan keindahan ikan laut yang sedang berenang. Pemda Bali harus menata

dan mengelola Pantai Nusa Penida sebagai tujuan wisata alternatif( Deskripsi objektif/tempat ) 4. Jika diumpamakan permata, pesona pantai Nusa Penida bak mutiara yang memantulkan cahaya putih kekuning-kuningan, namun jika diibaratkan gadis maka pesonanya laksana sosok perawan kencur. Kiasan tersebut sepintas memang kedengarannya seperti berlebihan, namun itulah sesungguhnya kata yang paling tepat untuk menggambarkan pesona alam Pantai Nusa penida. (Deskripsi subjektif/tempat) 5. Dalam waktu yang tidak lama. Aku mencoba melirik orang-orang di sekelilingku. Di

sebelah kiriku, seorang gadis cantik berambut panjang. Sambil melirik, kuperhatikan dia. Gadis itu berambut pirang, berkulit kuning, dan berbibir tipis ( deskripsi objektif) 6. Tidak lama. Dengan rasa penasaran, kucoba melirik orang-orang di sekelilingku. Di sebelah kiriku, seorang gadis berambut panjang menarik hatiku. Sambil melirik, kuperhatikan dia. Rambutnya pirang, rambutnya kuning indah, matanya memandang sayu, ditambah dengan bibirnya yang tipis, dia membuat jantungku berdetak hebat. Rasanya, aku mengenalnya. Tapi di mana ? (deskripsi subjektif) 7. Sungai ciliwung terletak di Jakarta. Sungai ini mengalir di seluruh Jakarta. Sayangnya, Sungai Ciliwung dipenuhi tumpukan sampah. Tumpukan sampah di sungai dihinggapi lalat. Lalat-lalat itu selalu berterbangan ke perumahan warga dan membawa berbagai macam penyakit. Selain itu tumpukan sampah juga menebarkan bau yang sangat menyengat. Sungguh pemandangan yang sangat menyedihkan (Deskripsi spasial) C. PARAGRAF EKSPOSITIF PENGERTIAN PARAGRAF EKSPOSITIF/EKSPOSISI Paragraf ekspositif adalah paragraf yang bertujuan untuk menjelaskan dan menerangkan sesuatu permasalahan kepada pembaca agar pembaca mendapat gambaran yang sejelasjelasnya tentang sesuatu permasalahan yang dimaksud pengarang CIRI-CIRI PARAGRAF EKSPOSITIF - bersifat nonfiksi/ilmiah - bertujuan menjelaskan/memaparkan - berdasarkan fakta - tidak bermaksud mempengaruhi

MACAM/POLA PENGEMBANGAN PARAGRAF EKSPOSITIF pola umum-khusus (deduksi) Adalah paragraf yang dimulai dari hal hal yang bersifat umum kemudian menjelaskan dengan kalimat kalimat pendukung yang khusus - pola khusus-umum (induksi) Adalah paragraf yang dimulai dari hal-hal yang bersifat khusus kemudian menjelaskan dengan kalimat-kalimat yang bersifat umum - pola perbandingan Adalah paragraf yang membandingkan dengan hal yang lain, berdasarkan unsur kesamaan dan perbedaan, kerugian dengan keuntungan, kelebihan dengan kekurangan. Kata hubung (jika dibandingkan dengan, seperti halnya,demikian juga, sama dengan,selaras dengan,sesuai dengan) - pola pertentangan/kontras Adalah paragraf yang mempertentangkan dengan gagasan lain. Kata hubung (biarpun, walaupun,berbeda,berbeda dengan, akan tetapi, sebaliknya, melainkan, namun, meskipun begitu) - pola analogi Adalah paragraf yang menunjukkan kesamaan-kesamaan antara dua hal yang berlainan kelasnya tetapi tetap memperhatikan kesamaan segi /fungsi dari kedua hal tadi sebagai ilustrasi - pola pengembangan proses Adalah pola pengembangan paragraf yang ide pokok paragrafnya disusun berdasarkan urutan proses terjadinya sesuatu - pola pengembangan klasifikasi Adalah pola pengembangan paragraf dengan cara mengelompokkan barang-barang yang dianggap mempunyai kesamaan-kesamaan tertentu - pola pengembangan contoh/ilustrasi

Adalah paragraf yang berfungsi untuk memperjelas suatu uraian, khususnya uraian yang bersifat abstrak. Kata penghubung (contohnya, umpamanya,misalnya) - pola pengembangan difinisi Adalah paragraf yang berupa pengertian atau istilah yang terkandung dalam kalimat topik memerlukan penjelasan panjang lebar agar tepat maknanya dilengkapi oleh pembaca - pola sebab akibat Adalah pola pengembangan dimana sebab bisa bertindak sebagai gagasan utama, sedangkan akibat sebagai perincian pengembangannya. Atau sebaliknya, akibat sebagai gagasan utama, sedangkan untuk memahami sepenuhnya akibat itu perlu dikemukakan sejumlah sebab sebagai perinciannya CONTOH-CONTOH PARAGRAF EKSPOSITIF 1. Ozone therapy adalah pengobatan suatu penyakit dengan cara memasukkan oksigen murni dan ozon berenergi tinggi ke dalam tubuh melalui darah.Ozone therapy merupakan terapi yang sangat bermanfaat bagi kesehatan, baik untuk menyembuhkan penyakit yang kita derita maupun sebagai pencegah penyakit.(pola pengembangan definisi) 2. Sampai hari ke-8, bantuan untuk para korban gempa Yogyakarta belum merata. Hal ini terlihat di beberapa wilayah Bantul dan Jetis. Misalnya, di Desa Piyungan. Sampai saat ini, warga Desa Piyungan hanya makan singkong. Mereka mengambilnya dari beberapa kebun warga. Jika ada warga yang makan nasi, itu adalah sisa-sisa beras yang mereka kumpulkan dibalik reruntuhan bangunan. Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa bantuan pemerintah kurang merata. (pola pengembangan contoh) 3. Pemerintah akan memberikan bantuan rumah atau bangunan kepada korban gempa. Bantuan pembangunan rumah atau bangunan tersebut disesuaikan tingkat kerusakannya. Warga yang rumahnya rusak ringan mendapatkan bantuan sekitar 10 juta.warga yang rumahnya rusak sedang mendapat bantuan sekitar 20 juta. Warga yang rumahnya rusak berat mendapatkan sekitar 30 juta . Calon penerima bantuan tersebut ditentukan oleh aparat desa setempat dengan pengawalan dari pihak LSM (pola pengembangan klasifikasi) 4. Struktur suatu karangan atau buku pada hakikatnya mirip atau sama dengan suatu pohon. Bila pohon dapat diuraikan menjadi batang, dahan, ranting, dan daun, maka karangan atau buku dapat diuraikan menjadi tubuh karangan, bab, sub bab, dan paragraf. Tubuh karangan sebanding dengan batang, bab sebanding dengan dahan, sub-bab

sebanding dengan ranting, dan paragraf sebanding dengan daun.(pola pengembangan analogi) 5.Seorang bayi dilahirkan dalam keadaan suci seperti kertas putih. Bayi akan dibentuk pribadinya sesuai dengan didikan yang diterimanya seperti kertas dapat diisi dengan berbagai hal sesuai dengan keinginan pemiliknya. Bila bayi dididik dengan baik seperti kertas yang terisi dengan hal-hal yang bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya.Jadi, membentuk kepribadian baik seorang anak ibarat menulisi kertas putih dengan hal-hal yang bermanfaat (analogi) 6. Lagu-lagu tersebut kurang memperhatikan nilai yang ingin ditanamkan paa diri anak dan lebih memperhatikan kebutuhan pasar. Jadi, temanya bersifat temporer karena mengikuti perubahan selera pasar. Unsur kesamaan yang masih ditemukan dalam kedua kelompok lagu ini ialah para pencipta lagu masih berusaha menciptakan irama yang gembira dan ritme yang sederhana, seperti dalam kehidupan anak-anak itu sendiri. (pola pengembangan perbandingan) D. PARAGRAF PERSUASIF PENGERTIAN PARAGRAF PERSUASIF Paragraf persuasif adalah paragraf yang bertujuan meyakinkan dan membujuk seseorang atau pembaca agar melaksanakan /menerima keinginan penulis CIRI-CIRI PARAGRAF PERSUASIF - ada fakta/bukti untuk mempengaruhi/membujuk pembaca - bertujuan mendorong, mempengaruhi dan membujuk pembaca - menggunakan bahasa secara menarik untuk memberikan sugesti (kesan) kepada pembaca CONTOH-CONTOH PARAGRAF PERSUASI 1. Beras organik lebih menguntungkan daripada beras nonorganik . Mutu beras organik lebih sehat , awet, dan lebih enak. Selain itu, beras organik tidak mencemari lingkungan karena tidak menggunakan bahan kimia.Keuntungan yang didapat para petani beras organik juga lebih tinggi. Petani beras organik mendapatkan keuntungan 34 % dari biaya prduksi, sedangkan petani beras nonorganik hanya mendapat keuntungan 16 % dari biaya produksi. Oleh karena itu, mari kita bertani dengan cara organik agar lebih mnguntungkan dan dapat meningkatkan taraf hidup.

2. Tidak dapat disangkal bahwa praktik berpidato menjadi semacam obat kuat untuk membangun rasa percaya diri. Jika rasa percaya diri itu sudah besar, kita dapat tampil tenang tanpa digoda rasa malu, takut, dan grogi. Ketenangan inilah yang menjadi modal utama untuk meraih keberhasilan pidato. Oleh karena itu, marilah kita melaksanakn praktik berpidato agar kita segera memperoleh keterampilan atau bahkan kemahiran berpidato. E. PARAGRAF NARATIF Paragraf naratif adalah suatu bentuk paragraf yang menceritakan peristiwa yang disusun menurut urutan waktu terjadinya Ciri-ciri paragraf naratif - Ada tokoh, tempat, waktu, dan suasana yang diceritakan - Mementingkan urutan waktu maupun urutan peristiwa - Tidak hanya terdapat dalam karya fiksi ( cerpen,novel,roman) tetapi juga terdapat dalam tulisan nonfiksi (biografi, cerita nyata dalam surat kabar,sejarah,riwayat perjalanan) Macam / pola pengembangan paragraf naratif 1. Narasi ekspositoris/nonfiksi/informatif adalah cerita yang benar-benar terjadi (cerita kepahlawanan, sejarah, biografi/otobiografi, cerita nyata dalam surat kabar) 2. Narasi sugestif/fiksi/artistik adalah cerita yang menonjolkan khayalan sehingga pembaca terkesan dan tertarik dan seakan-akan terhayut,bahkan merasa mengalami cerita tersebut( cerpen, novel dll) Contoh-contoh paragraf naratif 1. Pernah suatu ketika aku bermimpi bertemu seorang kakek berjenggot panjang yang menyuruhku untuk pergi ke arah timur . Aku tidak mengerti apa maksudnya. Sesudah bangun , keinginan untuk memenuhi perintah si kakek itu seperti tidak terbendung. Aku harus pergi ke arah timur. Timurtimur mana ? Jakarta Timur? ( Narasi sugestif) 2. Patih Pranggulang menghunus pedangnya. Ia mengayunkan pedang itu dengan cepat ke tubuh Tunjungsekar. Tapi aneh, sebelum mengenai tubuh Tunjungsekar, pedang itu jatuh ke tanah. Patih Pranggulang memungut pedang dan membacokkan lagi ke tubuh Tunjungsekar.Tiga kali Patih Pranggulang melakukan hal itu. Akan tetapi semuanya gagal (Narasi sugestif) serangkaian

3. Hari-hariku sebagai pekerja perempuan di perusahaan industri makanan olahan sangat padat dan melelahkan. Bayangkan pagi-pagi sekali aku harus bangun dan menyiapkan sarapan anak-anakku. Sebelumnya, aku tentu harus memandikan mereka karena anakanakku masih kecil. Sambil aku ganti baju kerja, aku sempatkan menyuapi anakku yang paling kecil. Setelah beres urusan rumah, segera aku berlari untuk mengejar angkutan yang mengangkutku ke jalan raya yang dilalui bus.(Narasi ekspositoris) 4. Ratusan warga mengalami keracunan. Musibah itu terjadi enam jam setelah mereka menikmati hidangan dalam hajatan sunatan di rumah Slamet Riyadi (38), warga Desa Jompo Kulon, Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Sekitar 200 penduduk dari beberapa desa dibawa ke rumah sakit di puskesmas. Tak ada korban meninggal dalam musibah tersebut. ( Narasi ekspositoris)

OUTLINE (KERANGKA KARANGAN)


Posted by Nabiyutiful | Posted in Tugas Portofolio | Posted on 21:23

i. PENGERTIAN Kerangka karangan merupakan rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan digarap, dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur.

II. MANFAAT KERANGKA KARANGAN BAGI PENULIS Mengapa metode ini sangat di anjurkan kepada para penulis, terutama kepada mereka yang baru mulai menulis ? Karena metode ini akan membantu setiap penulis untuk menghindari kesalahan- kesalahan yang tidak perlu dilakukan atau secara terperinci dapat dikatakan bahwa outline atau kerangka karangan dapat membantu penulis dalam hal hal berikut :

Untuk menyusun karangan secara teratur. Kerangka karangan membantu penulis untuk melihat gagasan-gagasan dalam sekilas pandang, sehingga dapat dipastikan apakah susunan dan hubungan timbal-balik antara gagasan-gagasan itu sudah tepat, apakah gagasan-gagasan itu sudah disajikan dengan baik, harmonis dalam perimbangannya.

Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda. Setiap tulisan dikembangkan menuju ke satu klimaks tertentu. Namun sebelum mencapai klimaks dari seluruh karangan itu, terdapat sejumlah bagian yang berbeda-beda kepentingannya terhadap klimaks utama tadi. Tiap bagian juga mempunyai klimaks tersendiri dalam bagiannya. Supaya pembaca dapat terpikat secara terus menerus menuju kepada klimaks utama, maka susunan bagianbagian harus diatur pula sekian macam sehingga tercapai klimaks yang berbeda-beda yang dapat memikat perhatian pembaca. Memudahkan penulis mencari materi pembantu. Dengan mempergunakan rincian-rincian dalam kerangka karangan penulis akan dengan mudah mencari data-data atau fakta-fakta untuk memperjelas atau membuktikan pendapatnya. Atau data dan fakta yang telah dikumpulkan itu akan dipergunakan di bagian mana dalam karangannya itu.

III. MACAM-MACAM OUTLINE Macam macam kerangka karangan tergantung dari dua parameter yaitu : berdasarkan sifat perinciannya, dan kedua berdasarkan perumusan teksnya. Berdasarkan Perincian Berdasarkan perincian yang di lakukan pada suatu kerangka karangan, maka dapat di bedakan kerangka karangan sementara ( informal ) dan kerangka karangan formal. Kerangka Karangan Sementara Kerangka karangan sementara atau informal merupakan suatu alat bantu, sebuah penuntun bagi suatu tulisan yang terarah. Sekaligus ia menjadi dasar untuk penelitian kembali guna mengadakan perombakan perombakan yang di anggap perlu. Karena kerangka karangan ini hanya bersifat sementara, maka tidak perlu di susun secara terperinci. Tetapi, karena ia juga merupakan sebuah kerangka karangan, maka ia harus memungkinkan pengarangnya menggarap persoalannya secara dinamis, sehingga perhatian harus di curahkan sepenuhnya pada penyusunan kalimat kalimat, alinea alinea atau bagian bagian tanpa mempersoalkan lagi bagaimana susunan karangannya, atau bagaimana susunan bagian bagiannya. Kerangka karangan informal ( sementara ) biasanya hanya terdiri dari tesis dan pokok pokok utama, paling tinggi dua tingkat perincian. Alasan untuk menggarap sebuah kerangka karangan semntara dapat berupa topik yang tidak kompleks, atau karena penulis segera menggarap karangan itu.

Kerangka Karangan Formal Kerangka karangan yang bersifat formal biasanya timbul dari pertimbangan bahwa topik yang akan di garap bersifat sangat kompleks, atau suatu topik yang sederhana tetapi penulis tidak bermaksud untuk segera menggarapnya. Proses perencanaan sebuah kerangka formal mengikuti prosedur yang sama seperti kerangka informal. Tesisnya di rumuskan dengan cermat dan tepat, kemudian di pecah pecah menjadi bagian bagian bawahan ( sub ordinasi ) yang di kembangkan untuk menjelaskan gagasan sentralnya. Tiap sub bagian dapat di perinci lebih lanjut menjadi bagian bagian yang lebih kecil. Sejauh di perlukan untuk menguraikan persoalan itu sejelas jelasnya. Dengan perincian yang sekian banyak, sebuah kerangka karangan dapat mencapai lima atau tiga tingkat perincian sudah dapat di sebut kerangka formal.

POLA KARANGAN 1 OUTLINE BERPOLA ALAMIAH 2 OUTLINE BERPOLA KRONOLOGIS OUTLINE BERPOLA ALAMIAH : Susunan atau pola alamiah adalah suatu urutan unit unit kerangka karangan sesuai dengan keadaan yang nyata di alam. Sebab itu susunan alamiah dapat dibagi lagi menjadi tiga bagian utama, yaitu urutan berdasarkan waktu ( urutan kronologis ), urutan berdasarkan ruang ( urutan spasial ), dan urutan berdasarkan topik yang sudah ada . A. Urutan Waktu ( kronologis ) Urutan waktu atau urutan kronologis adalah urutan yang di dasarkan pada runtunan peristiwa atau tahap tahap kejadian . Yang paling mudah dalam urutan ini adalah mengurutkan peristiwa menurut kejadiannya atau berdasarkan kronologinya. Suatu corak lain dari urutan kronologis yang sering di pergunakan dalam roman, novel, cerpen, dan dalam bentuk karangan naratif lainnya, adalah suatu variasi yang mulai dengan suatu titik yang menegangkan, kemudian mengadakan sorot balik sejak awal mula perkembangan hingga titik yang menegangkan tadi . Urutan kronologis adalah urutan yang paling umum, tetapi juga merupakan satu satunya cara yang kurang menarik dan paling lemah . B. Urutan Ruang ( Spasial ) Urutan ruang atau urutan spasial menjadi landasan yang paling penting,

bila topik yang di uraikan mempunyai pertalian yang sangat erat dengan ruang atau tempat . Urutan ini terutama di gunakan dalam tulisan tulisan yang bersifat deskriptif . c. Topik yang ada Suatu pola peralihan yang dapat di masukkan dalam pola alamiah adalah urutan berdasarkan topik yang ada . Suatu barang, hal, atau peristiwa suadh di kenal dengan bagian bagian tertentu . Untuk menggambarkan hal tersebut secara lengkap, mau tidak mau bagian bagian itu harus di jelaskan berturut turut dalam karangan itu, tanpa mempersoalkan bagian mana lebih penting dari lainnya, tanpa memberi tanggapan atas bagian bagiannya itu .

OUTLINE BERPOLA LOGIS : Tanggapan yang sesuai dengan jalan pikiran untuk menemukan landasan bagi setiap persoalan, mampu di tuang dalam suatu susunan atau urutan logis . Urutan logis sama sekali tidak ada hubungan dengan suatu ciri yang inheren dalam materinya, tetapi erat dengan tanggapan penulis .

Macam macam urutan logis yang dikenal : Urutan Klimaks dan Anti Klimaks Urutan ini timbul sebagai tanggapan penulis yang berpendirian bahwa posisi tertentu dari suatu rangkaian merupakan posisi yang paling tinggi kedudukannya atau yang paling menonjol . Bila posisi yang paling penting itu berada pada akhir rangkaian maka urutan ini di sebut klimaks . Dalam urutan klimaks pengarang menyusun bagian bagian dari topik itu dalam suatu urutan yang semakin meningkat kepentingannya, dari yang paling rendah kepentingannya, bertingkat tingkat naik hingga mencapai ledakan pada akhir rangkaian . Urutan yang merupakan kebalikan dari klimaks adalah anti klimaks . Penulis mulai suatu yang paling penting dari suatu rangkaian dan berangsur angsur menuju kepada suatu topik yang paling rendah kedudukan atau kepentingannya . Urutan Kausal Urutan kausal mencakup dua pola yaitu urutan dari sebab ke akibat, dan urutan akibat ke sebab . Pada pola pertama suatu masalah di anggap sebagai sebab, yang kemudian di lanjutkan dengan perincian perincian yang menelusuri akibat akibat yang mungkin terjadi. Urutan ini sangat efektif dalam penulisan sejarah atau dalam membicarakan persoalan persoalan yang di hadapi umat manusia pada umumnya .

Sebaliknya, bila suatu masalah di anggap sebagai akibat, yang di landaskan dengan perincian perincian yang berusaha mencari sebab sebab yang menimbulkan masalah tadi, maka urutannya merupakan akibat sebab . Urutan Pemecahan Masalah Urutan pemecahan masalah di mulai dari suatu masalah tertentu, kemudian bergerak menuju kesimpulan umum atau pemecahan atas masalah tersebut . Sekurang kurangnya uraian yang mempergunakan landasan pemecahan masalah terdiri dari tiga bagian utama, yaitu deskripsi mengenai peristiwa atau persoalan tadi, dan akhirnya alternative alternative untuk jalan keluar dari masalah yang di hadapi tersebut . Dengan demikian untuk memecahkan masalah tersebut secara tuntas, penulis harus benar benar menemukan semua sebab baik yang langsung maupun yang tidak langsung bertalian dengan masalah tadi . Setiap masalah tersebut tidak bisa hanya terbatas pada penemuan sebab sebab, tetapi juga harus menemukan semua akibat baik yang langsung maupun yang tidak langsung, yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi kelak .

Urutan Umum Khusus Urutan umum khusus terdiri dari dua corak yaitu dari umum ke khusus, atau dari khusus ke umum . Urutan yang bergerak dari umum ke khusus pertama tama memperkenalkan kelompok kelompok yang paling besar atau yang paling umum, kemudian menelusuri kelompok kelompok khusus atau kecil . Urutan khusus umum merupakan kebalikan dari urutan di atas. Penulis mulai uraiannya mengenai hal hal yang khusus kemudian meningkat kepada hal hal yang umum yang mencakup hal hal yang khusus tadi, atau mulai membicarakan individu individu kemudian kelompok kelompok . Urutan ini merupakan salah satu urutan yang paling lazim dalam corak berpikir manusia . Urutan umum khusus dapat mengandunug implikasi bahwa hal yang umum sudah di ketahui penulis, sedangkan tugasnya adalah mengadakan identifikasi sejauh mana hal hal yang khusus mengikuti pola umum tadi . Sebaliknya urutan khusus umum dapat mengandung implikasi bahwa hal khusus maupun umum sama sekali belum di ketahui . Urutan umum khusus ini sebenarnya dapat mencakup pula urutan sebab akibat, klimaks, pemecahan masalah . Atau dapat pula mengambil bentuk

klasifikasi, atau ilustrasi . Dalam ilustrasi mula mula di kemukakan suatu pernyataan yang umum, kemudian di ajukan penjelasan penjelasan dan bila perlu di kemukakan ilustrasi ilustrasi yang dapat berbentuk contoh, atau perbandingan dan pertentangan.

Urutan familiaritas Urutan familiaritas dimulai dengan mengemukakan sesuatu yang sudah di kenal, kemudian berangsur angsur pindah kepada hal hal yang kurang di kenal atau belum di kenal. Dalam keadaan keadaan tertentu cara ini misalnya di terapkan dengan mempergunakan analogi.

Urutan akseptabilitas Urutan akseptabilitas mirip dengan urutan familiaritas. Bila urutan familiaritas mempersoalkan apakah suatu barang atau hal sudah di kenal atau tidak oleh pembaca, maka urutan akseptabilitas mempersoalkan apakah suatu gagasan di terima atau tidak oleh para pembaca, apakah suatu pendapat di setujui atau tidak oleh para pembaca. Suatu hal yang perlu di tegaskan di sini sebelum melangkah kepada persoalan yang lain, adalah bahwa tidak ada keharusan untuk mempergunakan pola kerangka karangan yang sama dalam seluruh karangan. Konsistensi harus terletak dalam tingkatan serta satuan yang sama. Misalnya bila pada topik topik utama telah di pergunakan urutan waktu ( kronologis ), maka pengarang harus menjaga agar hanya topik topik yang mengandung urutan waktu saja yang dapat di sajikan dalam topik utamanya. Satuan satuan topik bawahan dapat mempergunakan urutan lain sesuai dengan kebutuhannya.

SISTEM PENOMORAN Supaya tingkatan tingkatan yang ada jelas kelihatan hubungannya satu sama lain, maka di pergunakan pula simbol simbol dan tipografi yang konsisten bagi tingkatan yang sederajat. Pokok pokok utama yang merupakan perincian langsung dari tesis di tandai dengan angka angka Romawi : I, II, III, IV, dst. Tiap topik utama ( Tingkat I ) dapat di perinci menjadi topik tingkat II, yang dalam hal ini di tandai dengan huruf huruf capital : A, B, C, D, dst. Topik tingkat II dapat di perinci masing masingnya menjadi topik tingkat III yang di tandai dengan angka : 1, 2, 3, 4, 5 dst. Pokok bawahan tingkat IV di tandai dengan : a, b, c, d, dst., pokok tingkat lima di tandai dengan ( 1 ), ( 2 ), ( 3 ), dst. Sedangkan pokok bawahan tingkat VI, kalau ada, akan di tandai dengan huruf kecil dalam kurung ( a ), ( b ), ( c ), ( d ), dst. Tanda tanda itu harus di tempatkan sekian macam sehingga mudah

di lihat, misalnya seperti bagan di bawah ini TESIS : . PENDAHULUAN I. . A. 1.. a. ( 1 ) ( 2 ) b.. ( 1 ) ( 2 ) 2.. a... ( 1 ). ( 2 ) b... B. 1.. a... ( 1 ) ( 2 ) . b...

2.. a... b... ( 1 ) ( 2 ) c. II... dst. III.. dst.

Deskripsi Bibliografi.
Posted on 14 Maret 2011

0
Sebelum kita melangkah kita harus melihat jalan yang kita lalui agar kita tidak tersandung dan apalagi jatuh. Pertama kita harus mengenal Deskripsi? Dieskripsi adalah upaya pengelolahan data yang diuraikan secara jelas dengan tujuan agar dapat dimengerti oleh orang yang tidak langsung mengalaminya. Dan, Bibliografi berasal dari bahasa Latin Biblos yang artinya Buku. Karena itu, data yang mengenai buku disebut data bibliografi: a. Pengarang b. Judul c. Edisi d. Kota terbit e. Penerbit f. Tahun penerbit g. Keterangan fisik dokumen tersebut, spt: halaman dan lebar h. Ilustrasi/gambaran dokumen, bila ada i. No dokumen/ISBN. Pembuatan dan penyusunan data bibliografi dari sebuah dokumen, itu merupakan Deskripsi Bibliografi. Ada juga yang menyebut Pengkatalogan (cataloging). Dalam pemuuatan Deskripsi Bibliografi haruslah menggunakan pedoman deskripsi bibliografi.

a. b.

Menggunakan tajuk entri utama Membuat deskripsi data bibliografi.

Ada juga yang berpendapat bahwa, Deskripsi Bibliografi adalah, data bibliografi yang tersusun secara sistamatis sehingga dapat mudah diakses dari berbagai pendekatan. Hasil deskripsi bibliografi biasanya dituangkan dalam bentuk katalog. Ada juga yang berpendapat bahwa. Deskeripsi Bibliografi adalah penyabaran semua bahan pustaka yang dipunyai perpustakaan. Deskripsi Bibliografi dapat juga dikatakan pengkatalogan. Dalam pembuatan deskripsi bibliografi. Tujuan dari pembuatan deskripsi bibliografi adalah agar user secara efektif dan efisien menemukan informasi yang diperlukan. pembuatan deskripsi bibliografi tesebut harus menggunakan pedoman. ISBN merupakan pedoman yang dirumuskan oleh IFLA. Atau juga, AACR2 (Anglo American Cataloguing Rules Edisi 2) dalam pedoman tersebut yang telah dirumuskan dalam pembuatan deskripsi bibliografi , telah dibagi 8 daerah lengkap dengan tanda bacanya, dapat dilihat di bawah. 1. Daerah judul dan penanggung jawab a. = Judul pararel (judul yang ditulis dalam bahasa lain) b. : Pernyataan judul lain (anak judul) c. / Pengarang pertama (bila pengarang lebih dari satu) d. , pengarang ke2, ke3 (pengarang lebih dari 1 tapi tidak lebih dari 3) e. ; Perngarang lainnya (spti, penerjemah, editor dll) 2. Daerah edisi a. . pernyataan edisi (spt. .edisi 5 ) b. / 3. Daerah rincian khusus (untuk buku tidak digunakan). 4. Daerah penerbitan atau tipe terbitan (dulu disebut impresum) a. tempat terbit [kota terbit atau negara, diambil yang ke-1 jika > 1] b. : nama penerbit c. , tahun terbit [yang terakhir] 5. Daerah keterangan fisik (kolasi): jumlah halaman a) : ilustrasi b) ; dimensi c) + bahan penyerta 6. Daerah judul seri: (judul seri a) : keterangan sub seri b) ; nomor seri) Singkatan-singkatan standar yang sering gunakan dalam deskripsi bibliografi adalah: 1. Daerah 1 : et.al (et alii, artinya and others, jika pengarang lebih dari 3) 2. Daerah 2 : ed. (edition) cet. (cetakan) 3. Daerah 3 : s.l. (sine loco, artinya tempat terbit tidak diketahui) s.n. (sine nomine, artinya nama penerbit tidak diketahui) s.a. (sine anno, artinya tahun terbit tidak diketahui)

[gambar, foto] [dalam cm.] [spt. jika ada kaset, CD, disket, dll.]

4. Daerah 4 : vol. (volume, jika berjilid) jil. (jilid, jika memakai bahasa Indonesia) ill. (illustration, jika ada gambar, foto) cm. (centimeter, ukuran tinggi buku) Contoh deskripsi bibliografi Judul : peran perpustakaan dalam peradaban Islam. Sejarah perpustakaan islam. Pengarang : Nur Jawahir Penerjemah : Muhammad Adib Kota tebit : Jakarta Penerbit : Grammedia Tahun terbit : 2000 Tajuk jawahir, Nur Peran perpustakaan pada masa peradaban Islam:sejarah perpustakaan Islam/ Nur Jawahir, diindonesiakan oleh Muhammad Adib -Jakarta: Gramedia, 2000. xvi, 275 hal. Ind.,: 21 cm. Jejakan 1. Adib, Muhammad

Nur Jawahir PERAN PERPUSTAKAAN PADA MASA PERADABAN ISLAM Sejarah Perpustakaan Islam Diindonesiakan oleh Muhammad Adib

Diterbitkan oleh Penerbit PT GRAMEDIA Jakarta 2000 Kenapa nama pengarang di dalam deskripsi bibliografi dibalik? Jawabnya ialah dinyatakan bahwa dalam pedoman deskripsi bibliografi, bagi nama Blanda maka nama yang akhir atau mana kluarga dicatat pertama kali pada tahuk dan dipisahkan oleh tanda koma. Apa sih yang disebut dengan Tajuk? Tajuk ialah nama, kata atau ungkapan yang pertama dicantumkan pada entri katalog. Kalu pada contoh diatas yang menjadi tajuk adalah Dr. C. A. van Peursen. Yang disebut entri utama adalah bagian yang dimulai dari nama Peursen, A. C. van hingga tinggi dokumen. Sedangkan kalu entri tidak utama (entri tambahan)? Coba anda perhatikan contoh di atas, Dick Hartoko sebagai penerjemah dibuatkan kartu lagi. Contoh Adib, Muhammad Jawahir, Nur Peran perpustakaan pada masa peradaban Islam: sejarah perpustakaan Islam/ Nur jawahir, diindonesiakan oleh Muhammad Adib jakarta: Gramedia, 2000. xi, 123 hal.; Ind.; 21 cm.

Untuk mengetahui sebuah subyek anda harus memiliki teknik tersendiri karena setiap jenis dokumen deskripsi isinya berbeda dapat berupa notasi atau angka, berupa kata. International Fenderation of Library Associations and Institutions (IFLA), reumuskan perdoman deskrpsi bibliografi. Pedoman deskripsi tersebut biasa dikenal sebagai International Setandar Bibliographic Descriptions (ISBD). Karena banyak berbagai jenis dokumen maka IFLA mengeluarkan ISBD untuk sesuatu dokumen. Pedoman yang dikeluarkan adalah: a. ISBD monograf b. ISBD terbitan berseri c. ISBD materi kartografis d. ISBD musik e. ISBD rekaman suara f. ISBD gambar hidup g. ISBD artefak dan realita h. ISBD bentuk mikro i. ISBD berkas komputer Intinya Setiap perpustakaan, itu memiliki dokumen tekstual atau dokumen non tekstual. Makadari itu pustakawan harus membuat deskripsi bibliografi dan deskripsi isi. Untuk disimpan dan dikomunikasikan kepada pemakai perpustakaan agar pemakai menemukan informasi yang ia perlukan dengan cepat. Pembuatan deskripsi bibliografi harus menggunakan pedoman penentuan Tajuk Entri Utama. Yang dirumuskan oleh organisasi bidang perpustakaan yakni IFLA (International Fenderations Library Assosiatios and Institutions) dalam bentuk ISBD (International Standar of Bibliographic Descriptions). Atau AACR2 (analog american cataloguing rules edisi 2). Dalam pedoman ini setiap dokumen tekstual atau dokumen non tekstual harus disesuaikan dengan pedoman dokumen tesebut, agar mudah untuk di temukan kembali.

Bibliografi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Bibliografi (dari bahasa Yunani , bibliographia, secara harfiah "penulisan buku"), sebagai sebuah praktik, adalah buku studi akademis seperti fisik, benda-benda budaya, dalam pengertian ini, juga dikenal

sebagai bibliology (dari bahasa Yunani-,-logia) . Secara keseluruhan, bibliografi tidak peduli dengan isi buku-buku sastra, melainkan lebih kepada "bookness" buku. Sebuah bibliografi, produk dari praktik bibliografi, adalah daftar sistematis buku dan karya-karya lain seperti artikel jurnal. Bibliografi berkisar dari "karya dikutip" daftar di akhir buku dan artikel untuk menyelesaikan, publikasi independen. Sebagai karya-karya yang terpisah, mereka mungkin dalam volume terikat seperti yang ditunjukkan di sebelah kanan, atau terkomputerisasi database bibliografis. Sebuah katalog perpustakaan, meskipun tidak disebut sebagai bibliografi, adalah bibliografis di alam. Bibliografi karya-karya hampir selalu dianggap sebagai sumber tersier. Bibliografi karya berbeda dalam jumlah detail tergantung pada tujuan, dan secara umum dapat dibagi menjadi dua kategori: enumerative bibliografi (juga disebut compilative, referensi atausistematis), yang menghasilkan sebuah gambaran mengenai publikasi dalam kategori tertentu, dan analitis, atau kritis, bibliografi, yang mempelajari produksi buku. Di masa lalu, bibliografi sebagian besar terfokus pada buku. Sekarang, kedua kategori mencakup bibliografi karya-karya tersebut dalam format lain, termasuk rekaman, film dan video, objek grafis, database, CD-ROM dan website. nsur-Unsur Bibliografi dan Contoh Penulisannya a. Nama Pengarang, yang dikutip secara lengkap. b. Judul Buku, termasuk judul tambahannya. c. Data Publikasi: penerbit, tempat terbit, tahun terbit, cetakan ke berapa, nomor jilid buku dan tebal (jumlah halaman) buku tersebut. d. Untuk sebuah artikel diperlukan pula judul artikel yang bersangkutan, nama majalah, atau surat kabar, tanggal dan tahun. Penyusunan Bibliografi a. Nama pengarang diurutkan berdasarkan urutan abjad. b. Jika tidak ada nama pengarang, judul buku atau artikel yang dimasukkan dalam urutan abjad. c. Jika untuk seorang pengarang terdapat lebih dari satu bahan refrensi, untuk refrensi kedua dan seterusnya, nama pengarang tidak diikutsertakan, tetapi diganti dengan garis sepanjang 5 atau 7 ketikan. d. Jarak antara baris dengan baris untuk satu refrensi adalah satu spasi. Namun, jarak antara pokok dengan pokok lain adalah dua spasi. e. Baris pertama dimulai dari margin kiri. Baris kedua dan seterusnya dari tiap pokok harus dimasukkan ke dalam sebanyak tiga atau empat ketikan.

Jenis-Jenis Bibliografi Jenis bibliografi yang dihasilkan dalam pembuatan publikasi sekunder akan tergantung pada jenis pustaka yang akan didaftar. Misalnya akan dibuat daftar yang berasal dari deskripsi katalog buku yang dimiliki perpustakaan, maka daftar tersebut dapat dinamakan daftar katalog. Sementara jika daftar yang disusun berdasarkan judul artikel suatu majalah, maka daftar tersebut dapat disebut daftar isi. Dari segi cara penyajian dan uraian deskripsinya, bibliografi dibagi menjadi: Bibliogrfi deskriptif: Yaitu bibliografi yang dilengakapi deskripsi singkat yang didapat dari gambaran fisik yang tertera atau tertulis dalam bahan pustaka. Seperti judul buku atau majalah, judul artikel, nama pengarang, data terbitan (impresium), kolasi serta kata

kunci dan abstrak yang tertulis. Bibliografi evaluatif: Yaitu bibliografi yang dilengkapi dengan evaluasi tentang suatu bahan pustaka. Evaluasi ini biasanya mencakup penilaian terhadap isi suatu bahan pustaka atau artikel. Cakupan Bibliografi Dari segi cakupanya, bibliografi dapat dibagi menjadi: Bibliografi retrospektif : Yaitu jenis bibliografi yang mencatat bahan pustaka yang telah diterbitkan pada jaman yang lampau. Misalnya Bibliografi sejarah perang Dipenogoro Bibliografi terkini/current : Yaitu jenis bibliografi yang mencatat terbitan yang sedang atau masih terbit saat ini. Contohnya Ulrichs International Periodicals Directory. Bibliografi selektif : Yaitu jenis bibliografi yang mencatat terbitan tertentu dengan tujuan tertentu. Misalnya Buku bacaan terpilih untuk anak usia pra sekolah. Bibliografi subjek : Yaitu jenis bibliografi yang mencatat bahan pustaka atau artikel pada bidang ilmu dan subjek tertentu. Misalnya Bibliografi khusus ternak kelinci. Biliografi nasional : Yaitu jenis bibliografi yang mencatat terbitan suatu negara atau daerah regional tertentu. Contohnya Bibliografi Nasional Indonesia. Penentuan cakupan/topik suatu bibliografi ditentukan berdasarkan berbagai pertimbangan antara lain : Permintaan pengguna Topik yang sedang berkembang atau yang banyak diperlukan saat itu Dokumentasi koleksi yang dimiliki Mandat instansi Bagian-bagian Bibliografi Suatu deskripsi bibliografi biasanya terdiri dari : Judul : berisi judul artikel atau judul buku yang akan dideskripsikan Kepengarangan : berisi nama pengarang perorangan atau pengarang badan korporasi Sumber : berisi judul jurnal, judul prosiding, atau judul buku dimana informasi tersebut berada. Data terbitan (impresium): berisi data tentang kota terbit, nama terbit, dan tahun terbit Keterangan fisik buku (kolasi), yang berisi halaman lokasi artikel ditemukan. Keterangan informasi, seperti kata kunci dan abstrak Keterangan tambahan , seperti lokasi rak penyimpanan, kode call number, perpustakaan pemilik bahan pustaka, dan sebagainya

Manfaat Bibliografi Pencatatan informasi mengenai koleksi perpustakaan dalam bentuk bibliografi dilakukan dengan berbagai alasan antara lain: Jumlah koleksi perpustakaan yang semakin meningkat bentuk dan bidang kajiannya Kebutuhan informasi para pengguna yang semakin beragam dan meningkat jumlahnya Upaya untuk meningkatkan kualitas layanan penelusuran informasi yang cepat dan tepat Oleh karena itu penyusunan suatu daftar bibliografi mempunyai fungsi utama untuk membantu pemakai mencari dan menelusuri informasi tertentu. Fungsi lain dari bibliografi adalah sebagai bagian dari jasa pelayanan perpustakaan kepada pemakai. Dengan menerbitkan suatu bibliografi, pustakawan dapat menawarkan koleksinya kepada pemakai tanpa harus mengeluarkan seluruh koleksi yang dimilikinya, serta dapat menjangkau pengguna yang tinggal jauh dari perpustakaan. Dengan demikian maka, bibliografi dapat digunakan sebagai: Bahan rujukan terhadap koleksi perpustakaan Daftar koleksi yang dimiliki perpustakaan Daftar informasi bahan pustaka mengenai suatu bidang kajian tertentu, dan sebagainya.

You might also like