You are on page 1of 8

HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL

A. HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL

1. Pengertian Hukum Internasional Menurut Mochtar Kusumaatmadja, hukum internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas-batas Negara antara Negara dan Negara, Negara dan subyek hukum lain bukan Negara, atau subyek hukum nukan Negara satu sama lain. Sedangkan menurut Ivan A. Shearer, hukum internasional adalah sekumpulan peraturan hukum yang sebagian besaar mengatur tentang prinsip-prinsip dan aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh Negara-negara (subyek hukum Internasional) dan hubungannya satu sama lain.

2. Asas Hukum Internasional Hukum Internasional haruslah memperhatikan asas-asas berikut dalam rangka menjalin hubungan Internasional . a) Asas territorial Asas ini didasarkan pada kekuasaan Negara atas wilayahnya. b) Asas kebangsaan Asas ini didasarkan pada kekuasaan Negara untuk warga negaranya. c) Asas kepentingan umum Asas ini didasarkan pada wewenang Negara untuk melindungi dan mengatur kepentingan dalam kehidupan bermasyarakat.

3. Konsep Dasar Hukum Internasional Hukum Internasional digolongkan menjadi dua, yaitu sebagai berikut: a. Hukum Publik Internasional Adalah kumpulan peraturan hukum yang mengatur tentang hubungan antarnegara merdeka dan berdaulat. b. Hukum Privat (Perdata) Internasional Adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur hubungan hukum antara seseorang dan orang lain yang berlainan warga negaranya dalam sebuah Negara yang berkenaan dengan keperdataan. Hukum Internasional bersifat hanya sebagai hukum koordinatif.

4. Sumber-sumber Hukum Internasional Menurut Mochtar Kusumaatmadja dalam Hukum Internasional Humaniter (1980), sumber hukum internasional dibedakan atas sumber hukum dalam arti formal dan sumber hukum dalam arti material. Sumber hukum internasional formal diatur dalam piagam PBB. Sedangkan sumber hukum material membahas tentang dasar berlakunya hukum suatu Negara. Sumber hukum

material terdiri dari dua aliran berikut. a. Aliran naturalis Aliran ini bersandar pada hak asasi atau hak-hak alamiah yang bersumber pada hukum Tuhan, sehingga menempati posisi lebih tinggi dari hukum nasional (Grotius).

b. Aliran positivisme Aliran ini mendasarkan berlakunya hukum internasional pada persetujuan bersama negaranegara ditambah dengan asas pacta suni servada (Hans Kelsen). Secara formal, sumber-sumber hukum internasional dapat dibaca pada pasal 38 ayat 1 Piagam Mahkamah Internasional. Menurut ketentuan pasal tersebut, ada empat sumber hukum internasional formal yang merupakan sumber hukum utama tanpa menentukan urutan pentingnya. Keempat sumber hukum internasional tersebut sebagai berikut. a. Perjanjian internasional (traktat) Janjian internasional adalah suatu ikatan hukum yang terjadi berdasarkan kata sepakat antara negara-negara sebagai anggota organisasi bangsa-bangsa dengan tujuan melaksanakan hukum tertentu yang mempunyai akibat hukum tertentu. Suatu perjanjian internasional yang terjadi dapat menjalin hukum, yaitu sumber hukum antarnegara yang mengikat.

b. Kebiasaan Internasional hukum kebiasaan yang berlaku internasional dapat diketahui dari pabrik pelaksanaan pergaulan negara-negara itu. Contohnya, peraturan yang mengatur cara-cara mengadakan perjanjian internasional.

c. Prinsip-prinsip hukum umum prinsip-prinsip hukum umum yang dimaksud adalah dasar-dasar sistem hukum pada umumnya, yang berasal dari asa hukum Romawi. Menurut Sri Setianingsih Suwardi, S.H., fungsi dari prinsip-prinsip hukum umum ini terdiri atas tiga hal berikut. 1. Sebagai pelengkap dari hukum kebiasaan dan perjanjian internasional. Contohnya, mahkamah internasional tidak dapat menyatakan non liquet, yaitu tidak dapat mengadili karena tidak ada hukum yang mengaturnya. 2. Sebagai penafsiran bagi perjanjian internasional dan hukum kebiasaan. Contohnya, kedua sumber hukum itu harus sesuai dengan asas-asas hukum umum. 3. Sebagai pembatasan bagi perjanjian internasional dan hukum kebiasaan. Contohnya, perjanjian internasional tidak dapat memuat ketentuan yang bertentangan dengan asas-asas hukum umum.

d. Yurisprudensi dan anggapan-anggapan para ahli hukum internasional. Sedangkan anggapan-anggapan para ahli hukum internasional memiliki peranan penting sebagai sumber hukum dalam arti sumber hukum tambahan.

5. Subjek-Subjek Hukum Internasional Yang termasuk subjek-subjek hukum internasional adalah sebagai berikut. a) Negara negara yang dapat menjadi subjek hukum internasional adalah negara yang merdeka, berdaulat, dan bukan merupakan begian dari negara lain. b) Tahta Suci (Vatikan) tahta suci (Heilige Stoel) adalah Gereja Katolik Roma yang diwakili oleh Paus di Vatika. c) Palang Merah Indonesia kedudukan palang merah internasional sebagai subjek hukum internasional diperkuat dengan adanya beberapa perjanjian. d) Organisasi Internasional dalam pergaulan internasional yang menyangkut hubungan antarnegara, banyak sekali organisasi yang diadakan (dibentuk) oleh negara-negara itu. e) Orang perseorangan (individu) manusia sebagai individu dianggap subjek hukum internasional jika dalam tindakan atau kegiatan yang dilakukannya memperoleh pernilaian positif atau negatif sesuai kehendak damai kehidupan masyarakat dunia. f) Pemberontakan dan pihak dalam sengketa\ pemberontakan dan pihak dalam sengketa dianggap sebagai salah satu subjek hukum internasional karena mereka memiliki hak yang sama untuk : 1) Menentukan nasibnya sendiri 2) Memiliki sistem ekonomi, politik, sosial sendiri; 3) Menguasai sumber kekayaan alam diwilaya yang didudukinya.

6. Lembaga Peradilan Internasional a. Mahkamah Internasional Mahkamah internasional merupakan pengadilan tertinggi dalam kehidupan bernegara di dunia ini. Beranggotakan 15 orang hakim yang dipilih oleh Majelis Umum dan Dewan Keamanan. Masa pilih para hakim 9 tahun sekali dengan ketentuan dapat dipilih kembali. Mahkamah internasional berkedudukan di Den Haag (Belanda). Mahkamah bertugas menyelesaikan perselisihan internasional dari Negara-negara anggota PBB. b. Pengadilan Internasional Dalam penyelenggaraan Pengadilan Internasional, setiap Negara anggota PBB tidak diwajibkan membawa masalah perselisihan yang mereka hadapi ke pengadilan, kecuali bagi Negara-negara

yang telah menandatangani optional clause. Ketentuan tersebut dicantumkan dalam pasal 36 ayat 2 Piagam Mahkamah Internasional.

B. SENGKETA INTERNASIONAL 1. Sebab-Sebab sengketa Internasional Sejarah perang sama tuanya dengan sejarah manusia. Begitu banyak peradaban dunia dibangun di atas darah dan air mata peperangan. Perang yang disebut-sebut sebagai pertahanan atau perlawanan terhadap ancaman terorisme dan senjata pemusnah massal, meskipun sebenarnya penyebab sesungguhnya adalah perbedaan ideology.

2. Batas Negara, daerah Perbatasan, dan sengketa a. Batas Negara dan daerah perbatasan Sejak awal peradaban, manusia merasa perlu membagi dunia atas bagian-bagian territorial yang menyatukan kelompok mereka dan memisahkan kelompok lain. Pembagian awal ini sering didasarkan atas luas tanah pertanian atau pengaruh pusat kota atas daerah sekitarnya. Akhirnya, selama abad ke-17, 18, dan 9, karena berlanjutnya penjajahan dan ketidakpastian Negara tentang klaim wilayah mereka, adanya penentuan batas yang jelas semakin diperlukan. Daerah perbatasan tidak cukup untuk menempatkan batas pasti wilayah sebuah Negara. Dengan kemajuan teknologi, Negara-negara mampu menentukan dan mencatat batas-batas wilayah mereka dengan lebih baik. Hingga akhir abad ke-19, sebagaian besar dunia telah dibagi menurut batas-batas Negara, wilayah penjajahan, atau klaim.

b. Sengketa Dengan didirikannya Liga Bangsa-Bangsa pada tahun 1919 (akhir Perang Dunia I), Negaranegara memiliki organisasi yang netral untuk menyelesaikan sengketa dengan cara damai dan legal, untuk menghindari perang. Ada empat jenis batas sengketa, yaitu 1. Sengketa posisi 2. Sengketa teritorial 3. Sengketa sumber daya 4. Sengketa budaya Banyak sengketa internasional dewasa ini memiliki apsek budaya, khususnya agama dan politik misalnya, sengketa disekitar yerusalem yang didasari oleh pendudukan tempat ibadah dan masa lalu oleh kaum yahudi, nasrani, dan muslim.

3. Cara Menyelesaikan Sengketa Internasional a. Metode-metode diplomatic 1) Negosiasi, merupakan metode penyelesaian sengketa yang paling tradisional dan sederhana.

2) Mediasi, merupakan bentuk lain negosiasi.perbedaannya, mediasi melibatkan pihak ketiga yang bertindak sebagai pelaku mediasi (mediator). Seorang mediator merupakan pihak ketiga memiliki peran aktif untuk mencara solusi yang tepat dalam melancarkan terjadinya kesepakatan diantara pihak-pihak yang bertikai.

3) Inquiry, metode ini digunakan untuk mencapai penyelesaian sebuah sengketa dengan cara mendirikan sebuah komisi atau badan yang bersifat internasional guna mencari dan mendengarkan bukti-bukti yang relevan dengan permasalahan.

4) Konsiliasi, merupakan metode penyelesaian pertikaian yang bersifat internasional dalam suatu komisi yang dibentuk oleh pihak-pihak, baik bersifat permanen atau sementara.

b. Metode-metode legal metode ini merupakan cara penyelesaian sengketa internasional secara yudisial (hukum) dalam hukum internasional, merupakan tentu saja berbeda dengan sistem hukum nasional. Beberapa metode penyelesaian secara legal adalah sebagai berikut. 1) Arbitrase, metode ini digunakan dalam hukum nasional dan internasional 2) Mahkamah Internasional, merupakan pengadilan yang memiliki yurisdiksi atas persoalan internasional. 3) Pengadilan-pengadilan lainnya, salah satu persoalan hukum yang acapkalai timbul dalam era globalisasi adalah persengketaan dalam perdagangan internasional. Contoh lain adalah pengadilan yang didirikan atas dasar konvensi hukum laut 1982. Pengadilan ini ditujukan untuk menangani persoalan-persolan yang timbul akibat hukum laut yang baru.

4. Penyelesaian Sengketa melalui Organisasi Internasional a. Organisasi regional Dalam deklarasi Manila (1982) tentang penyelesaian sengketa secara damai, dinyatakan bahwa sengketa dapat diselesaikan melalui organisasi regional. Contoh organisasi regional adalah NATO, Uni Eropa, ASEAN, dan Liga Arab, salah satu fungsi utama organisasi regional adalah menyediakan wadah yang terstruktur bagi pemerintah negara untuk melakukan hubungan-hubungan diplomatik.

b. PBB Sebagaimana amanat Pasal 1 Piagam PBB, salah satu tujuan PBB adalah mempertahankan perdamaian dan keamanaan internasional. Tujuan tersebut sangat terkait erat denagan upaya penyelesaian sengketa secara damai. Institusi PBB yang berperan penting dalam penyelesaian pertikaian secara damai adalah dewan keamanan, majelis umum, dan sekretaris jenderal.

C. PERAN MAHKAMAH INTERNASIONAL DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA 1. Peran Mahkamah Internasional Mahkamah Internasional (MI) merupakan organ hukum utama PBB. Didirikan pada tahun 1945 di bawah Piagam PBB sebagai kelanjutan Mahkamah Permanen Keadilan Internasional Liga Bangsa-bangsa. Bertugas memutuskan kasus hukum antarnegara dan memberikan pendapat hukum bagi PBB dan lembaga-lembaganya tentang hukum internasional . Markas besar MI terletak di Den Haag, Belanda. Sengketa bisa dibawa ke MI dalam dua cara. Pertama melalui kesepakatan khusus antarpihak, di mana seluruh pihak setuju mengajukan persoalan kepada MI. Kedua melalui permohonan sendiri oleh suatu pihak yang bertikai. Pemeriksaan perkara dilakukan melalui : a. Pemeriksaan naskah dan periksaan lisan untuk menjamin setiap pihak dalam mengemukakan pendapat; b. Sidang-sidang MI terbuka untuk umum, sedangkan sidang-sidang arbitrase tertutup. Rapat-rapat hakim-hakim MI diadakan dalam sidang tertutup.

2. Hakim dalam Mahkamah Internasional MI terdiri atas 15 hakim, yang masing-masing dipilih melalui sistem mayoritas absolute oleh Dewan Keamanan dan Majelis Umum, yang masing-masing megambil suara secara independen. Para hakim dipilih untuk jangka waktu Sembilan tahun dan dapat dipilih kembali; tidak boleh ada dua hakim MI dari Negara yang sama. 3. Prosesdur penyelesaian sengketa Internasional melalui mahkamah internasional. Sengketa internasional dapat diselesaikan oleh mahkamah internasional melalui prosedur berikut : a) Telah terjadi pelanggaran HAM atau kejahatan humaniter (kemanusiaan) disuatu negara terhadap negara lain atau rakyat negara lain.

b) Ada pengadilan dari korban (rakyat) dan pemerintahan negara yang menjadi korban terhadap pemerintahan dari negara yang bersangkutan karena didakwa telah melakukan pelanggaran HAM atau kejahatan humaniter lainnya. c) Pengaduan disampaikan kekomisi tinggi HAM PBB atau melalui lembagalembaga HAM internasional lainnya. d) Pengaduan ditindaklanjuti dengan penyelidikan, pemeriksaan, dan penyelidikan. Jika ditemui dari negara yang didakwa melakukan kejahatan humaniter dapat dilajukan ke mahkamah internasional. e) Dimulilah proses peradilan sampai dijatuhkan saksi. Saksi dapat dijatukan apabila terbukti bahwa pemerintah atau individu yang bersangkutan telah melakukan pelanggaran terhadap konvensi-konvensi internasional berkaitan dengan pelanggaran HAM atau kejahatan humaniter; mempunyai wewenang untuk mencegah yerjadinya pelanggaran itu, tetapi tidak dilakukan; dan tidak melakukan apa-apa untuk mencegah terjadinya perbuatan itu. Mahkamah internasional memutuskan sengketa berdasarkan hukum. Keputusan mahkamah internasional bersifat mengikat, final, dan tanpa banding. Keputusan mahkamah internasional mengikat para pihak yang bersengketa dan hanya untuk perkara yang disengketakan. 4. Dukungan Keputusan Mahkamah Internasional dalam Menyelesaikan Sengketa Internasional Piagam PBB menciptakan mesin untuk menjaga perdamaian dan keamanan serta menyelesaikan konflik antarbangsa. Piagam PBB juga secara khusus mengarahkan Majelis Umum untuk mendorong perkembangan berkelanjutan dan kodifikasi hukum internasional. Untuk menjalankan tugas ini, Majelis Umum menciptakan dua organ turunan, yaitu Komisi Hukum Internasional (1947) dan Komisi Hukum Perdagangan Internasional (1966).

D. PROSEDUR PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL MELALUI MAHKAMAH INTERNASIONAL Sengketa internasional dapat diselesaikan oleh Mahkamah Internasional dengan melalui prosedur berikut. 1. Telah terjadi pelanggaran HAM atau kejahatan humaniter (kemanusiaan) di suatu Negara terhadap Negara lain atau rakyat Negara lain. 2. Ada pengaduan dari korban (rakyat) dan pemerintahan Negara yang menjadi korban terhadap pemerintahan dari Negara yang bersangkutan karena didakwa telah melakukan pelanggaran HAM atau kejahatan humaniter lainnya. 3. Pengaduan disampaikan ke Komisi Tinggi HAM PBB atau melalui lembaga-lembaga HAM

Internasional lainnya. 4. Pegaduan ditindaklanjuti dengan penyelidikan, pemeriksaan, dan penyidikan. 5. Dimulailah proses peradilan sampai dijatuhkan sanksi. Mahkamah Internasional memutuskan sengketa berdasarkan hukum dan berdasarkan keputusan suara mayoritas hakim. Apabila jumlah suara sama maka keputusan ditentukan oleh Presiden Mahkamah Internasional. Keputusan Mahkamah Internasional bersifat mengikat, final, dan tanpa banding.

E. HIDUP BERDAMPINGAN SECARA DAMAI BERDASARKAN PERSAMAAN DERAJAT Seluruh manusia di muka bumi memiliki derajat dan martabat yang sama. Sudah selayaknya umat manusia saling menghormati, hidup berdampingan dengan damai berdasarkan persamaan derajat. Dalam sudut pandang ilmu kewarganegaraan, yang juga merupakan hukum diplomatic, prinsip-prinsip hidup berdampingan secara damai berdasarkan persamaan derajat adalah menghormati kedaulatan Negara lain, tidak mencampuri urusan dalam negeri Negara lain, dan saling bekerja sama dalam berbagai bidang kehidupan. Dalam hubungan internasional kita mengenal beberapa asas perjanjian internasional, yaitu sebagai berikut. 1. Pacta sunt servada 2. Equal rights 3. Reciprocity 4. Courtesy 5. Rebus sig stantibus

You might also like