You are on page 1of 7

AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK

2.1

International Public Sector Accounting Standard (IPSAS) International Public Sector Accounting Standards (IPSAS) adalah standar akuntansi untuk

entitas sektor publik yang dikembangkan oleh International Public Sector Accounting Standards Board (IPSASB). IPSASB merupakan badan yang bernaung di bawah International Federation of Accountants (IFAC), organisasi profesi akuntansi di tingkat internasional yang didirikan tahun 1977. Keberadaan IPSASB bermula dari kesadaran akan manfaat nyata informasi keuangan yang konsisten dan terbandingkan (comparable) lintas-jurisdiksi. IPSAS, sebagai standar internasional akuntansi sektor publik, diharapkan memainkan peran kunci untuk merealisasikan manfaat tersebut. Dalam mengembangkan standar akuntansi sektor publik, IPSASB sangat mendorong keterlibatan pemerintah dan penyusun standar di berbagai negara melalui penyampaian tanggapan/komentar atas proposal-proposal IPSASB yang dinyatakan dalam exposure draft. IPSAS yang diterbitkan oleh IPSASB terkait dengan pelaporan keuangan sektor publik, baik untuk yang masih menganut basis kas (cash basis) maupun yang telah mengadopsi basis akrual (accrual basis). IPSAS yang berbasis akrual dikembangkan dengan mengacu

kepada International Financial Reporting Standards (IFRS), standar akuntansi bisnis yang diterbitkan oleh International Accounting Standards Board (IASB), sepanjang ketentuanketentuan di dalam IFRS dapat diterapkan di sektor publik. Meskipun demikian, IPSASB tetap memperhatikan isu-isu yang spesifik di sektor publik yang tidak tercakup di dalam IFRS. Diadopsinya IPSAS oleh pemerintah di berbagai negara diharapkan akan meningkatkan kualitas dan daya banding informasi keuangan yang dilaporkan entitas-entitas sektor publik di seluruh dunia. Dalam mendorong pengadopsian dan harmonisasi ketentuan-ketentuan akuntansi sektor publik di berbagai negara dengan IPSAS, IPSASB menghormati hak pemerintah dan penyusun standar di tingkat nasional dalam menetapkan standar dan pedoman pelaporan keuangan di dalam jurisdiksi mereka masing-masing.

Meskipun demikian, laporan keuangan sektor publik hanya boleh mengklaim telah mematuhi IPSAS jika laporan keuangan itu memenuhi semua ketentuan yang berlaku di dalam masing-masing standar. Standar akuntansi sektor publik yang telah dihasilkan oleh IPSASB hingga tahun 2010 ini adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. IPSAS 1Presentation of Financial Statements IPSAS 2Cash Flow Statements IPSAS 3Accounting Policies, Changes in Accounting Estimates and Errors IPSAS 4The Effects of Changes in Foreign Exchange Rates IPSAS 5Borrowing Costs IPSAS 6Consolidated and Separate Financial Statements IPSAS 7Investments in Associates IPSAS 8Interests in Joint Ventures IPSAS 9Revenue from Exchange Transactions

10. IPSAS 10Financial Reporting in Hyperinflationary Economies 11. IPSAS 11Construction Contracts 12. IPSAS 12Inventories 13. IPSAS 13Leases 14. IPSAS 14Events After the Reporting Date 15. IPSAS 15Financial Instruments: Disclosure and Presentation 16. IPSAS 16Investment Property 17. IPSAS 17Property, Plant, and Equipment 18. IPSAS 18Segment Reporting 19. IPSAS 19Provisions, Contingent Liabilities and Contingent Assets 20. IPSAS 20Related Party Disclosures 21. IPSAS 21Impairment of Non-Cash-Generating Assets 22. IPSAS 22Disclosure of Information about the General Government Sector (IFAC, 2010) 23. IPSAS 23Revenue from Non-Exchange Transactions (Taxes and Transfers) 24. IPSAS 24Presentation of Budget Information in Financial Statements

25. IPSAS 25Employee Benefits 26. IPSAS 26Impairment of Cash-Generating Assets 27. IPSAS 27Agriculture 28. IPSAS 28Financial Instruments: Presentation 29. IPSAS 29Financial Instruments: Recognition and Measurement 30. IPSAS 30Financial Instruments: Disclosures 31. IPSAS 31Intangible Assets. (IFAC, 2010) 2.2 Standar Akuntansi Sektor Publik Standar akuntansi merupakan pedoman atau prinsip-prinsip yang mengatur perlakuan akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan untuk tujuan pelaporan kepada para pengguna laporan keuangan. Standar akuntansi sangat diperlukan untuk menjamin konsistensi dalam pelaporan keuangan. Tidak adanya standar akuntansi yang memadai akan menimbulkan implikasi negatif berupa rendahnya reliabilitas dan objektivitas informasi yang disajikan, inkonsistensi dalam pelaporan keuangan serta menyulitkan dalam pengauditan. Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam penetapan standar akuntansi, antara lain : 1. Standar memberikan pedoman tentang informasi yang harus disajikan dalam laporan posisi keuangan, kinerja, dan aktiva sebuah organisasi bagi seluruh pengguna informasi. 2. Standar memberikan petunjuk dan aturan tindakan bagi auditor yang memungkinkan pengujian secara hati-hati dan independen saat menggunakan keahlian dan integritasnya dalam mengaudit laporan suatu organisasi serta saat membuktikan kewajarannya. 3. Standar memberikan petunjuk tentang kumpulan data yang perlu disajikan yang berkaitan dengan berbagai variabel yang patut dipertimbangkan dalam bidang perpajakan, regulasi, perencanaan serta regulasi ekonomi dan peningkatan efisiensi ekonomi serta tujuan social lainnya. 4. Standar menghasilkan prinsip dan teori yang penting bagi seluruh pihak yang berkepentingan dalam disiplin ilmu akuntansi.

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penyusunan dan penetapan standar adalah sedapat mungkin menghindari terjadinya standar yang overload. Standar yang overload terjadi ketika : a. Standar terlalu banyak. b. Standar terlalu rumit. c. Tidak ada standar yang tegas (rigid) sehingga sulit untuk membuat pilihan dalam penerapannya. d. Standar mempunyai tujuan yang sifatnya umum (general-purpose standards) sehingga gagal dalam menyajikan perbedaan kebutuhan diantara para penyaji dan pengguna. e. Standar kurang spesifik sehingga gagal dalam mengidentifikasi perbedaan antara : f. Entitas publik dan antitas non-publik Laporan keuangan tahunan dan interim Organisasi besar dan kecil Laporan keuangan auditan dan non-auditan

Pengungkapan yang berlebihan, pengukuran yang terlalu kompleks, atau keduaduanya.

2.3

Teknik-teknik Akuntansi Keuangan Sektor Publik Terdapat beberapa teknik akuntansi keuangan yang dapat di adopsi oleh sektor publik,

yaitu : 1. Akuntansi Anggaran Teknik akuntansi anggaran merupakan teknik akuntansi yang menyajikan jumlah yang di anggarkan dengan jumlah aktual dan dicatat secara berpasangan (double

entry). Akuntansi anggaran merupakan paraktik akuntansi yang banyak digunakan organisasi sektor publik, khususnya pemerintahan, yang mencatat dan menyajikan akun operasi dalam format yang sama dan sejajar dengan anggrannya. Alasan yang melatarbelakangi teknik akuntansi anggaran adalah bahwa anggaran dan realisasi harus selalu dibandingkan sehingga dapat dilakukan tindakan koreksi apabila dapat varians (selisih). Kelemahan dari teknik akuntansi anggaran adalah bahwa teknik ini sangat kompleks. 2. Akuntansi Komitmen

Akuntansi komitmen adalah sistem akuntansi yang mengakui transaksi dan mencatatnya pada saat order dikeluarkan. Akuntansi komitmen dapat dilakukan bersama-sama dengan akuntansi kas atau akuntansi akrual. Tujuan utama akuntansi komitmen adalah untuk pengendalian anggaran. Agar manajer dapat mengendalikan anggaran, ia perlu mengetahui berapa besar anggaran yang telah dilaksanakan atau digunakan jika dihitung berdasarkan order yang telah dikeluarkan. Akuntansi komitmen berfokus pada order yang dikeluarkan. Order yang diterima yang terkait dengan pendapatan tidak akan dicatat sebelum faktur dikirimkan. Akun yang dicatat hanya didukung oleh order yang dikeluarkan. 3. Akuntansi Dana Pada akuntansi sektor public masalah utama yang dihadapi adalah pencarian sumber dana dan alokasi dana. Dalah tahap awal perkembangan akuntansi dana, pengertian dana (fund) dimaknai sebagai dana kas (cash fund). Tiap-tiap dana tersebut harus ditempatkan pada laci (cash drawer) secara terpisah. Namun, saat ini dana dimaknai sebagai entitas anggaran dan entitas akuntansi yang terpisah, termasuk sumber daya nonkas dan utang diperhitungkan didalamnya. Sistem akuntansi pemerintah yang dilakukan dengan menggunakan konsep dana, memperlakukan suatu unit kerja sebagai entitas akuntansi (accounting antity) dan entitas anggaran (budget entity) yang berdiri sendiri. Sistem akuntansi dana adalah metoda akuntansi yang menekankan pada pelaporan pemanfaatan dana, bukan pelaporan organisasi itu sendiri. Terdapat dua jenis dana yang digunakan pada organisasi sektor publik, yaitu : a) Dana yang dapat dibelanjakan (expendeble fund) yaitu digunakan untuk mencatat nilai aktiva, utang, perubahan aktiva bersih, dan saldo dana yang dapat dibelanjakan untuk kegiatan yang tidak bertujuan mencari laba. Jenis akuntansi dana ini digunakan pada organisasi pemerintah (governmental funds). b) Dana yang tidak dapat dibelanjakan (monexpendable fund) yaitu untuk mencatat pendapatan, biaya, aktiva, utang, dan modal untuk kegiatan yang sifatnya mencari laba. Jenis dana ini digunakan pada organisasi bisnis (proprietary funds).

4. Akuntansi Kas Penerapan akuntansi kas, pendapatan dicatat pada saat kas diterima, dan pengeluaran dicatat ketika kas dikeluarkan. Kelebihan cash basis adalah mencerminkan pengeluaran yang aktual, riil dan obyektif. Dengan cash basis, tingkat efisiensi dan efektivitas suatu kegiatan, program, atau aktivitas tidak dapat diukur dengan baik. Sebagai contoh, penerimaan kas dari pinjaman akan dicatat sebagai pendapatan (revenue) bukan sebagai utang. Untuk mengoreksi hal tersebut, kebanyakan sistem akuntansi kas tidak hanya mengakui kas saja, akan tetapi juga aktiva dan utang yang timbul sebelum terjadi transaksi kas. Namun dermikian, koreksi semacam ini tidak dapat mengubah kenyataan bahwa pada setiap waktu, obligasi yang beredar dalam bentuk kontrak atau order pembelian yang dikeluarkan tidak tampak dalam catatan akuntansi. Konsekuensinya adalah saldo yang tercatat akan dicatat lebih (overstated). Hal tersebut dapat menyebabkan pemborosan anggaran (unwise expenditure atau overspending). 5. Akuntansi Akrual Akuntansi akrual dianggap lebih baik daripada akuntansi kas. Teknik akuntansi berbasis akrual yang di yakini dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih dapat dipercaya, lebih akurat komprehensif, dan relevan untuk pengambilan keputusan ekonomi, social, dan politik. Pengaplikasian accrual basis dalam akuntansi sektor publik pada dasarnya adalah untuk menentukan cost of services dan charging for services, yaitu untuk mengetahui besarnya biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan pelayanan publil serta penentuan harga pelayanan yang dibebankan kepada publik. Hal ini berbeda dengan tujuan pengaplikasian accrual basis dalam sektor swasta yang digunakan untuk mengetahui dan membandingkan besarnya biaya terhadap pendapatan (proper matching cost against revenue). Perbedaan antara akuntansi berbasis kas dengan akuntansi berbasi akrual yaitu : 1. Basis kas : Penerimaan Kas Pengeluaran Kas = Perubahan Kas 2. Basis Akrual : Pendapatan (income) Biaya-biaya = Rugi/Laba (Surplus/Defisit) 3. Pendapatan (income) : Penerimaan kas selama satu periode akuntansi Saldo awal piutang + Saldo akhir utang.

4. Biaya : Kas yang dibayarkan selama satu periode akuntansi Saldo awal utang + Saldo akhir utang. Akuntansi berbasis akrual membedakan antara penerimaan kas dan hak untuk mendapatkan kas, serta pengeluaran kas dan kewajiban untuk membayarkan kas. Oleh karena itu, dengan sitem akrual pendapatan dan biaya diakui pada saat diperoleh (earned) atau terjadi (incrurred), tanpa memandang apakah kas sudah diterima atau dikeluarkan.

Pada dasarnya kelima teknik akuntansi tersebut tidak bersifat mutually exclusive. Artinya, penggunaan salah satu teknik akuntansi tersebut tidak berarti menolak penggunaan teknik yang lain. Dengan demikian, suatu organisasi dapat menggunakan teknik akuntansi yang berbedabeda, bahkan dapat menggunakan kelima teknik tersebut secara bersama-sama.

2.4

Single Entry dan Double Entry Single entry pada awalnya digunakan sebagai dasar pembukuan dengan alasan utama demi

kemudahan dan kepraktisan. Seiring dengan semakin tingginya tuntutan diciptakannya good govermance yang berarti tuntutan adanya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan organisasi sektor publik, perubahan dari sistem single entry menjadi double entry dipandang sebagai solusi yang mendesak untuk diterapkan. Single entry memang relative mudah dan sederhana, akan tetapi alasan demi kemudahan dan kepraktisan menjadi tidak relevan lagi. Sementara itu, pengaplikasian pencatatan transaksi dengan sistem double entry ditujukan untuk menghasilkan laporan keuangan yang auditable dan traceable. Kedua hal ini merupakan faktor utama untuk menghasilkan informasi keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Dengan sistem double entry, maka dapat dilakukan pengukuran kinerja secara lebih tepat.

You might also like