You are on page 1of 41

ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA

Zainuddin Muchtar

Pokok pokok bahasan


Sifat sengketa
Batasan alternatif penyelesaian

sengketa Sengketa Mediasi Arbitrase Negosiasi Peranan pengadilan dalam arbitrase

Umum
Bentuk sengketa beraneka ragam dan keaneka

ragamannya menentukan inti permasalahan Berbagai faktor individual maupun pengaruh lingkungan dapat menguasai emosi para pihak yang bersengketa melalui pertentangan tertentu yang kadang-kadang tidak dapat diselesaikan dalam waktu singkat Diperlukan alternatif penyelesaian sengketa (APS), baik melalui bentuk-bentuk APS tertentu maupun melalui arbitrase Beberapa bentuk sengketa dapat diselesaikan dengan melakukan negosiasi langsung oleh para pihak tanpa bantuan pihak ketiga

Dasar sengketa

Internasional, termasuk masalah-masalah hukum publik Konstitusional, administratif dan fiskal Organisasional Tenaga kerja Korporasi Perdagangan Perselisihan antara para konsumen, pemasok dan konsumen Perselisihan mengenai harta benda Sengketa yang timbul akibat kerugian atau kesalahan/kealpaan/kelalaian Perceraian Masalah keluarga Masalah perwalian Dan lain lain

Sifat sengketa
Kenyataan yang mungkin timbul akibat kredibilitas para

pihak itu sendiri, atau dari data yang diberikan oleh pihak ketiga termasuk penyelesaian tentang kenyataankenyataan data tersebut Masalaha hukum yang pada umumnya akibat dari pendapat atau tafsiran menyesatkan yang diberikan oleh para ahli hukum yang terkait Akibat perbedaan teknis termasuk perbedaan pendapat dari para ahli teknik dan profesionalisme dari para pihak Perbedaan pemahaman tentang sesuatu hal yang muncul, misalnya dalam penggunaan kata-kata yang membingungkan atau adanya perbedaan asumsi Perbedaan persepsi mengenai keadilan, konsep keadilan dan moralitas, budaya, nilai-nilai dan sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap para pihak dalam sengketa


Implikasi keuangan dan ekonomi
Masalah prinsip dapat menjadi pertentangan Persepsi tentang kewajaran dan keadilan Tuntutan dan pembelaan dapat dibuat secara cermat Adanya masalah yang mempengaruhi kebebasan atau

berkaitan dengan status individu Seringkali pokok masalah mempunyai nilai simbolis Publisitas bisa menjadi faktor yang relevan Faktor emosional dapat mempengaruhi sikap para pihak Faktor kepribadian akan mempengaruhi cara pendekatan Pertimbangan praktis tentu saja sangat relevan, termasuk faktor biaya

Alternatif penyelesaian sengketa (alternative disputes resolution/ADR)


Sampai bulan Oktober 1994, jumlah sengketa

pidana yang masuk di Federal district courts di USA sejumlah 250.000 dan sengketa perdata 1.000.000 perkara, dengan biaya sekitar US$ 300 M/tahun, dimana sebesar US$ 80 M nya biaya litigasi sipil Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan mencapai 6 tahun di pengadilan pertama dan 3 sampai 4 tahun untuk memperoleh keputusan akhir. Waktu tunggu sampai perkara mulai disidangkan dipengadilan pertama sekitar ratarata 3 tahun

Alternatif penyelesaian sengketa (alternative disputes resolution/ADR) (cont)


The Civil Justice Reform Act of 1990

(CJRA), menerapkan rencana mereduksi biaya pencarian keadilan dan waktu (a civil justice expense and delay reduction plan/EDRP), untuk.. memfasilitasi putusan yang dikehendaki dalam perkara perdata, keuntungan, memonitor penemuan fakta-fakta, meningkatkan manajemen litigasi, dan memastikan putusan yang adil, cepat dan tidak mahal

6 prinsip dalam pengembangan EDRP


Menerapkan beberapa cara secara sistematis

bagi sengketa perdata Melakukan pengawasan judicial secara dini Membicarakan manajemen perkara serta temuan-temuan baru Meningkatkan tukar menukar informasi secara sukarela diantara para pihak dan menciptakan kerja sama menemukan tata cara lainnya Meningkatkan itikad baik untuk sampai kepada kesepakatan diantara penasehat hukum Meningkatkan usaha menyerahkan penyelesaian perkara kepada APS

Tujuan ADR
Menyelesaikan sengketa hukum diluar

pengadilan demi keuntungan para pihak Mengurangi biaya litigasi konvensional dan pengunduran waktu yang biasa terjadi Mencegah terjadinya sengketa hukum yang biasanya diajukan ke pengadilan

Gambaran umum prosedur penyelesaian sengketa


Negosiasi
Keputusan terhadap suatu sengketa:

Litigasi Arbitrase Pengadilan administrasi Keputusan ahli Keputusan pribadi

Mediasi dan perdamaian Proses silang Terminologi

Negosiasi
Negosiasi merupakan mekanisme yang utama

dan diberi prioritas dalam penyelesaian sengketa, misalnya BANI pada setiap tahap sidang, para pihak selalu dianjurkan dan diberi kesempatan dan waktu untuk bernegosiasi. Negosiasi merupakan suatu cara dimana individu berkomunikasi satu sama lain mengatur hubungan mereka dalam bisnis dan kehidupan sehari-harinya. Didefinisikan sebagai proses yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan kita ketika ada pihak lain yang menguasai apa yang kita inginkan

Keputusan terhadap suatu sengketa


Proses penyelesaian sengketa melalui APS adalah proses

penyelesaian perselisihan dimana satu pihak netral dan independen diberi dan melaksanakan wewenang yang diperolehnya untuk mendengarkan masalah-masalah yang diajukan oleh pihak yang bersengketa dan kemudian memberi keputusan yang final dan mengikat, usaha ini dapat dilakukan melalui beberapa cara, yakni:

Litigasi, dimana proses dilakukan pengadilan Arbitrase, dimana pihak netral dipilih secara pribadi dan dibiayai oleh para pihak yang bersengketa melalui prosedur arbitrase yang merupakan peraturan yang diterapkan oleh lembaga arbitrase atau diciptakan secara khusus Pengadilan administrasi, yang prosesnya dilakukan melalui peraturan-peraturan administratif berkaitan dengan sengketa, misalnya sewa-menyewa, perumahan, perburuhan

Keputusan terhadap suatu sengketa

Keputusan ahli, dimana para pihak mengangkat seorang ahli untuk meneliti masalah yang sedang mereka hadapi dan membutuhkan pendapat seorang ahli khusus Keputusan pribadi, dimana pengadilan menyerahkan penyelesaian suatu sengketa kepada dewan atau kominisi yang dibentuk oleh para pihak untuk memutuskan sebagian atau keseluruhan masalah yang mereka hadapi

Mediasi atau perdamaian

Mediasi merupakan suatu proses penyelesaian sengketa dimana para pihak yang berselisih memanfaatkan bantuan pihak ketiga yang independen untuk bertindak sebagai mediator-penengah, akan tetapi tidak diberi wewenang untuk mengambil keputusan yang mengikat Menggunakan berbagai prosedur, teknik, dan keterampilan membantu para pihak untuk menyelesaikan perselisihan mereka melalui perundingan Mediator juga merupakan seorang fasilitator yang dalam beberapa bentuk mediasi memberikan evaluasi yang tidak mengikat mengenai nilai perselisihan jika diperlukan, tetapi tidak diberi wewenang membuat keputusan mengikat Perdamaian merupakan istilah yang kadang-kadang dipakai secara bergantian dengan mediasi, dan kadang-kadang dipakai untuk membedakan salah satu proses (seringkali mediasi) yang melibatkan peran mediator yang aktif, sedangkan perdamaian melibatkan sistem mediasi yang membantu, walaupun didalam praktek tidak tampak secara nyata perbedaannya

Proses silang

Setiap proses penyelesaian sengketa seperti ligitasi, arbitrase, atau mediasi dapat dipakai secara sendirisendiri dan terpisah Para praktisi APS dapat mengatur transformasi prosedur atau pendekatannya yang lebih sesuai dengan nuansa kebutuhan dan kondisi para pihak tanpa dibatasi oleh peraturan umum karena salah satu falsafahnya adalah penyederhanaan prsedur dan informalisasi. Penyederhanaan prosedur di pengadilan seringkali diingkari oleh para pengacara di Indonesia yang disebabkan oleh kurang pengetahuan mereka tentang cara APS/arbitrase. Hal ini sangat merugikan mereka ketika menghadapi APS/arbitrase lintas batas atau internasional

Bentuk proses silang

Sidang kecil (mini trial); merupakan bentuk mediasi evaluasi atau arbitrase singkat yang tidak mengikat, diikuti dengan negosiasi da/atau mediasi Med-arb (mediation-arbitration); yang dimulai dengan mediasi, dan jika tidak menghasilkan penyelesaian dilanjutkan dengan arbitrase yang putusannya final dan mengikat Pencarian fakta independen; melibatkan investigasi oleh ahli netral tentang masalah fakta khusus, teknis dan/atau hukum, dan setelah itu jika diperlukan dilakukan mediasi dan jika lebih diperlukan lagi dapat diteruskan ke pengadilan atau arbitrase Evaluasi netral secara dini; yang menugaskan penilai independen (expert determination-expert appraisal) untuk menemui para pihak dalam suatu sengketa pada tahap awal dan melakukan penilaian tertutup dengan tujuan membantu mereka mempersempit dan mendefinisikan masalah yang diarahkan kepada usaha mencapai penyelesaian Arbitrase melalui pengadilan; yang mengharuskan dilakukan menurut hukum yang berlaku di pengadilan, tergantung dari tata cara yang diarahkan oleh pengadilan.

Terminologi

Beberapa terminologi yang dipakai dalam APS sudah tidak asingbagi pengacara dan para pihak yang terlibat dalam penyelesaian sengketa, tetapi ada juga istilah-istilah yang asing bagi mereka Karena perbedaan antar negara dimungkinkan adanya inkonsistensi dalam penggunaan istilah Daftar istilah APS telah disusun terdahulu mengenai bahasa APS yang akan membantu dalam terminologi. Daftar istilah umu dalam APS an pemakaian penyelesaian sengketa umum telah mulai dibakukan Istilah alternatif dalam APS telah dipahami untuk tidak menyerahkan sengketa ke ligitasi. Arbitrase sudah dimasukan sebagai bagian dari APS

Sengketa

Sengketa dapat terjadi setiap saat akibat timbulnya keadaan sekilas tampak tidak berarti dan kecil sehingga terabaikan. Dan biasanya muncul tiba-tiba dan tidak disangka-sangka, atau dapat terjadi tanpa diperhitungkan sebelumnya Sejak awal kehidupan, manusia telah terlibat pertentangan dan bersamaan dengan itu sejarah hukum dapat saja diketemukan seseorang yang bertindak sebagai penengah untuk menyelesaikan sengketa yang timbul secara adil dan tidak memihak Sebelum kita terlibat dalam suatu sengketa, maka sebelum melakukan sesuatu sebaiknya pertama-tama perlu mengidentifikasi masalah yang pokok. Tetapkan dulu pihak mana atau siapa yang dapat dibebani tanggung jawab dan teliti statusnya. Berikutnya diteliti apakah ada perjanjian atau kontrak, dan bila ada bagian mana yang mengatur sengketa tersebut Perlu juga dipertimbangkan peraturan khusus mana yang berlaku walaupun di dalam perjanjian tidak ditetapkan secara tegas hukum dan peraturan mana yang terkait dengan sengketa tersebut Kemudian pertimbangkanlah dan tetapkan tindakan-tindakan apa dan bentuk sikap yang bagaimana yang harus dipersiapkan

MEDIASI

Mediasi merupakan suatu proses damai dimana para pihak yang bersengketa meyerahkan penyelesaiannya kepada seorang mediator (seseorang yang mengatur pertemuan antara pihak-pihak yang bersengketa) untuk mencapai hasil akhir yang adil, tanpa membuang biaya yang terlalu besar, akan tetapi tetap effektif dan diterima sepenuhnya oleh kedua belah pihak yang bersengketa secara sukarela. Mediasi merupakan tata cara berdasarkan itikad baik Mediasi dapat dilakukan sejak saat timbulnya sengketa sampai saat sengketa dihadapkan kepada hakim atau arbiter dan sebelum putusan akhir dijatuhkan. Prosesnya dapat diterima dan mampu untuk melakukan penyesuaian dalam berbagai keadaan Mediasi merupakan bentuk intervensi damai yang khusus walaupun tidak banyak pihak yang berhasil sebagai mediator

KESEPAKATAN MEDIASI

Nama, alamat, pekerjaan/usaha para pihak Bentuk sengketa Para pihak yang bersengketa bersepakat secara tertulis untuk menunjuk mediator dan mediator menerima secara tertulis penunjukan penyelesaian sengketa yang dihadapi para pihak Para pihak yang bersengketa bersepakat bahwa mediator akan melakukan proses mediasi menurut aturan, pokok dan syarat sebagai berikut: misalnya menunjuk kepada prosedur BANI Tanggal kesepakatan Nama, alamat, profesi mediator

BENTUK KESEPAKATAN MEDIASI


Klausul baku Mediator menerima penunjukan dan menyetujui untuk melakukan mediasi menurut pedoman mediasi terlampir Para pihak yang bersengketa dengan ini bersepakat bahwa jika suatu pihak yang bersengketa memberitahukan mediator bahwa ia menginginkan untuk mengakhiri mediasi atau jika mediator memutuskan bahwa tidak mungkin tercapai penyelesaian, maka pihak yang bersengketa atau mediator memberitahukan pihak yang bersengketa atau mediator bahwa mediasi tidak dapat dilanjutkan Klausul alternatif Para pihak yang bersengketa dengan ini bersepakat bahwa apabila ada pihak yang bersengketa memberitahukan kepada mediator bahwa ia ingin mengakhiri mediasi atau bahwa mediator harus memutuskan bahwa suatu penyelesaian tidak dimungkinkan, maka pihak yang bersengketa atau mediator harus memberitahukan kepada pihak yang bersengketa lainnya dan mediator bahwa mediasi akan diakhiri. Setelah menerima pemberitahuan tersebut akan memberitahukan (masukan nama disini dan status seseorang yang berwenang seperti direktur pelaksana dari perusahaan, atau sebagai alternatif mediator itu sendiri dapat dicantumkan), yang setelah menerima pemberitahuan tersebut harus menunjuk seorang atau lebih menjadi arbiter untuk menyelesaikan sengketanya Para pihak yang bersengketa mengikat diri mereka secara bersama-sama untuk membayar imbalan jasa mediator Para pihak sepakat untuk membebaskan mediator dari tanggung jawa hukum akibat mediasi yang diberikan dan memberi ganti rugi atas semua klaim, tuntutan, biaya, kerusakan dan lain-lain sebagai akibat dari hasil mediasi

ARBITRASE

Arbitrase adalah penyelesaian suatu perselisihan (perkara) oleh seseorang atau beberapa orang wasit (arbiter) yang bersama-sama ditunjuk oleh para pihak yang berpekara dengan tidak diselesaikan lewat pengadilan, (Subekti) Arbitrase dapat digunakan untuk menyelesaikan sengketa dalam bidang komersial dan termasuk pranchising, penerbangan, telekomunikasi, kartu kredit, dan lain-lain Arbitrase mempunyai beberapa keuntungan sebagai sarana mengatasi sengketa secara damai, non-konfrontatif dan kooperatif dengan tujuan hasil tertentu. Hasil ini dapat merupakan suatu penelesaian hukum yang bersifat final dan mengikat sama dengan pelaksanaan yang dimungkinkan melalui pengadilan Keuntungan lainnya ialah para pihak masing-masing dapat menunjuk arbiter pilihan mereka yang akan mempertimbangkan bukti-bukti yang diajukan sebagai dasar keputusannya. Arbiter tidak diperkenankan memeberikan bukti-bukti pribadi yang dimilikinya. Dalam proses arbitrase para pihak dibenarkan menyepakati apakah penyelesaian yang dikehendakinya bersifat resmi atau tidak. Akan tetapi beberapa formalitas tertentu harus ditaati dan diterapkan andaikata keputusannya harus dilaksanakan Berarti bahwa arbitrase dapat dilakukan dalam bentuk yang amat sederhana dan sedikit resmi, non formal dengan syarat bahwa peraturan pengadilan dan ditambah dengan peraturan dan persyaratan arbitrase yang disepakati harus ditaati

PERJANJIAN ARBITRASE
Perjanjian arbitrase tersendiri yang baru dibuat oleh para pihak setelah terjadi sengketa harus dalam bentuk akte notaris dan harus memuat: Masalah yang dipersengketakan Nama lengkap dan tempat tinggal para pihak Nama lengkap dan tempat tinggal arbiter atau majelis arbitrase Tempat arbiter atau majelis arbitrase akan mengambil keputusan Nama lengkap sekretaris Jangka waktu penyelesaian sengketa Pernyataan kesediaan dari arbiter Pernyataan kesediaan dari pihak yang bersengketa untuk menanggung segala biaya yang diperlukan untuk penyelesaian sengketa melalui arbitrase

Domain ARBITRASE
Domain dari arbitrase: Hukum dagang Industrial property Hak paten Hak merek Hak cipta Yang tidak termasuk domain arbitrase: Kepailitan Perceraian Adopsi Alimentasi Perwalian Custodian

Urgensi ARBITRASE

Agar investor asing mau masuk ke Indonesia, maka perlu dipersiapkan dengan baik sarana arbitrase, karena investor asing tersebut lebih memilih arbitrase untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi dengan berbagai pihak dari pada penyelesaian sengketa tersebut melalui pengadilan Alasan utama dalam hal ini adalah karena sistem hukum para investor asing tersebut berbeda dengan di Indonesia. Di Indonesia sistemnya adalah Civil code, sedangkan para investor mungkin common law Walaupun telah ada UU Arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa, maka karakter intrinsik pengadilan dan arbitrase perlu diperhatikan. Perbandingan berikut (slide berikut) dapat memberi gambaran perbedaan intrinsik pengadilan dan arbitrase

Perbandingan penyelesaian sengketa


URAIAN PENYELESAIAN PERKARA PENGADILAN
Dampak terhadap masyarakat bisnis Penetapan keputusan Terbuka, dapat diketahui masyarakat bisnis dengan segala pendapat dari media masa Relatif lama karena proses birokrasi dan keputusan hakim dapat dibanding berjenjang dari pengadilan, pengadilan tinggi, dan mahkamah agung Keputusan diberikan oleh hakim yang ahli dalam bidang hukum Tertutup

ARBITRASE

Relatif cepat karena tidak berjenjang, keputusan merupakan yang terkahir dan mengikat Keputusan diberikan oleh para arbiter yang ahli dibidang yang dipersengketakan dan koordinator arbiter yang ahli dalam bidang hukum Relatif secara akumulatif rendah, dan eksternal pressure rendah karena sifatnya tertutup, sehingga tidak kehilangan fokus serta ketenangan pada pekerjaan

Kualitas keputusan

Biaya

Relatif secara akumulatif tinggi, apalagi bila dihitung opportunity cost serta kehilangan fokus serta ketenangan pada pekerjaan, karena sifatnya yang terbuka sehingga timbul eksternal pressure

Proses arbitrase menurut UU No. 30 tahun 1999

Berbeda dengan penyelesaian sengketa secara perdata dilembaga peradilan yang menggunakan terminologi penggugat dan tergugat, maka pemeriksaaan arbitrase digunakan istilah pemohon untuk penggugat dan termohon untuk tergugat Adanya perjanjian arbitrase, dan juga mengingat pemeriksaan sengketa yang bersifat tertutup, mengakibatkan para pihak dalam pemeriksaaan sengketa arbitrase terbatas hanya terdiri dari pihak-pihak yang (turut) membuat perjanjian arbitrase, dengan demikian dalam pemeriksaan arbitrase tidak ada dikenal adanya terminologi turut termohon. Apabila terjadi sengketa, dan telah ada perjanjian arbitrase antara pihak sebelumnya, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah memberitahu pihak lawan bahwa telah terjadi sengketa yang harus diselesaikan dengan cara arbitrase (notice of dispute) Surat pemberitahuan untuk mengadakan arbitrase harus dengan jelas memuat hal-hal sebagai berikut: nama dan alamat pihak; penunjukan kepada kalusula atau; perjanjian arbitrase yang berlaku; perjanjian atau masalah yang menjadi sengketa; dasar tuntutan dan jumlah yang dituntut, apabila ada; cara penyelesaian yang dikehendaki; perjanjian yang diadakan oleh para pihak tentang jumlah arbiter atau apabila tidak pernah diadakan perjanjian semacam itu, pemohon dapat mengajukan usul tentang jumlah arbiter yang dikehendaki dalam jumlah ganjil

Proses arbitrase menurut UU No. 30 tahun 1999 (cont)

Pemohon dan termohon masing-masing berhak menunjuk seorang arbiter. Penunjukan dua orang arbiter oleh para pihak sekaligus mencakup pemeberian wewenang untuk memilih dan menunjukan arbiter yang ketiga. Arbiter yang ketiga itu diangkat sebagai ketua arbitrase yang umumnya bertindak sebagai umpire (juri) dalam pengambilan keputusan Apabila dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah pemebritahuan diterima oleh termohon, dan salah satu pihak ternyata tidak menunjuk seseorang yang akan menjadi anggota majelis arbitrase, arbiter yang ditunjuk oleh pihak lainnya akan bertindak sebagai arbiter tunggal dan keputusannya mengikat kedua belah pihak Dalam hal para pihak memilih penyelesaian sengketa melalui arbitrase setelah sengketa terjadi, persetujuan mengenai hal tersebut harus dibuat dalam satu perjanjian tertulis yang ditanda-tangani oleh para pihak. Dalam hal para pihak tidak dapat menandatangani perjanjian tertulis yang dimaksud, perjanjian tertulis harus dibuat dalam bentuk akte notaris (bentuknya sesuai slide di depan perjanjian arbitrase) Ancaman terhadap perjanjian tertulis yang tidak memuat hal-hal sebagaimana di atas adalah batal demi hukum (pasal 9 UUA1999) Hal lain yang sangat menarik dicermati adalah bahwa suatu perjanjian arbitrase tidak menjadi batal disebabkan oleh keadaan tersebut di bawah ini (pasal 10 UUA 1999): meninggal salah satu pihak; bangrutnya salah satu pihak; novasi; insolvensi salah satu pihak; pewarisan; berlakunya syarat-syarat hapusnya perikatan pokok; bilamana pelaksanaan perjanjian tersebut dialihtugaskan pada pihak ketiga dengan persetujuan pihak yang melakukan perjanjian arbitrase tersebut; berakhirnya atau batalnya perjanjian pokok

Persyaratan Arbiter

Cakap melakukan tindakan hukum Berumur paling rendah 35 tahun Tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah atau semenda sampai dengan derajat ke dua dengan salah satu pihak yang bersengketa Tidak mempunyai kepentingan finansial atau kepentingan lain atas putusan arbitrase Memiliki pengalaman serta menguasai secara aktif dibidangnya paling sedikit 15 tahun Hakim, jaksa, panitera, dan pejabat pengadilan lainnya tidak dapat ditunjuk atau diangkat sebagai arbiter

Penunjukan Arbiter oleh PN

Peran ketua pengadilan negeri (PN) yang daerah hukumnya meliputi tempat tinggal termohon, cukup bermakna dalam penunjukan arbiter. Dalam hal pihak-pihak tidak mencapai kesepakatan mengenai pemilihan arbiter atau tidak ada ketentuan yang dibuat mengenai pengangkatan arbiter, maka ketua PN menunjuk arbiter atau majelis arbitrase Dalam suatu arbitrase ad hoc, apabila terjadi ketidak sepakatan dalam penunjukan seseorang atau beberapa arbiter, maka para pihak dapat mengajukan permohonan kepada ketua PN untuk menunjuk seorang arbiter atau lebih dalam rangka penyelesaian sengketa para pihak Ketua PN dapat mengangkat arbiter tunggal, atas permohonan dari salah satu pihak, apabila dalam waktu paling lama 14 hari setelah termohon menerima usul pemohon, para pihak tidak berhasil menentkan arbiter tunggal. Ketua PN angkat mengangkat arbiter tunggal berdasarkan daftar nama yang disampaikan oleh para pihak, atau yang diperoleh dari organisasi atau lembaga arbitrse (BANI), Sama halnya untuk pengangkatan arbiter ketiga

Kedudukan Arbiter

Arbiter yang ditunjuk atau dapat menerima atau menolak penunjukan atau pengangkatan tersebut wajib memberitahukannya kepada pihak dalam waktu paling lama 14 hari terhitung sejak tanggal penunjukan atau pengangkatan Dengan ditunjuk seorang arbiter atau beberapa arbiter oleh para pihak secara tertulis dan diterimanya penunjukan tersebut oleh seorang atau beberapa orang arbiter secara tertulis, maka antara pihak yang menunjuk dan arbiter yang menerima penunjukan terjadi suatu perjanjian perdata. Penunjukan itu mengakibatkan bahwa arbiter atau para arbiter akan memberikan putusan secara jujur, adil, dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan para pihak akan menerima putusannya secara final dan mengikat seperti telah diperjanjikan bersama Seorang calon arbiter yang diminta oleh salah satu pihak untuk duduk dalam majelis arbitrase, wajib memberitahukan kepada pihak tentang hal yang mungkin akan mempengaruhi kebebasannya atau menimbulkan keberpihakan putusan yang akan diberikan. Seseorang yang menerima penunjukan sebagai arbiter harus memberitahukan kepada para pihak mengenai penunjukannya.

Arbiter tidak dapat mengundurkan diri

Dalam hal arbiter telah menrima penunjukan atau pengangkatan maka yang bersangkutan tidak dapat menarik diri, kecuali atas persetjuan para pihak Dalam hal arbiter menarik diri, maka yang bersangkutan wajib mengajukan permohonan secara tertulis kepada para pihak Apabila para pihak dapat menyetujui permohonan penarikan diri itu, maka yang bersangkutan dapat dibebaskan dari tugas arbiter. Apabila permohonan tidak disetujui oleh para pihak, pembebasan tugas arbiter ditetapkan oleh ketua PN

Sanksi untuk Arbiter

Apabila arbiter atau majelis arbitrase tanpa alasan yang sah tidak memberikan putusan dalam janga waktu yang telah ditentukan, arbiter dapat dihukum untuk mengganti biaya dan kerugian yang diakibatkan kelambatan tersebut kepada para pihak Arbiter atau majelis arbitrase tidak dapat dikenakan tanggung jawab hukum apapun atas segala tindakan yang diambil selama proses persidangan berlangsung untuk menjalankan fungsinya sebagai arbiter atau majelis arbitrase, kecuali dapat membuktikan adanya itikad tidak baik dari tindakan tersebut

Hak Ingkar

Berbeda dari kesistensi hakim PN, maka terhadap arbiter dapat diajukan tuntutan ingkar apabila cukup bukti otentik yang menimbulkan keraguan bahwa arbiter akan melakukan tugasnya tidak secara bebas dan akan berpihak dalam mengambil keputusan Tuntuta ingkar terhadap seorang arbiter dapat pula dilaksanakan apabila terbukti adanya hubungan kekeluargaan, keuangan, atau pekerjaan dengan salah satu pihak atau kuasanya Arbiter yang diangkat tidak dengan penetapan pengadilan, hanya dapat diingkari berdasarkan alasan yang baru diketahui pihak yang mempergunakan hak ingkarnya setelah pengangkatan arbiter yang bersangkutan Arbiter yang diangkat dengan penetapan pengadilan, hanya dapat diingkari berdasarkan alasan yang diketahuinya setelah adanya penerimaan penetapan pengadilan tersebut Pihak yang berkeberatan terhadap penunjukan seorang arbiter yang dilakukan oleh pihak lain, harus mengajukan tuntutan ingkar dalam waktu 14 hari sejak pengangkatan. Tuntutannya harus tertulis dengan menyebutkan alasan tuntutannya Hak ingkar terhadap arbiter yang diangkat oleh ketua PN diajukan kepada PN yang bersangkutan. Hak ingkar terhadap anggota majelis arbitrase diajukan kepada majelis arbitrase yang bersangkutan

Sifat dan tata cara pemeriksaan di hadapan Majelis Arbitrase


Semua pemeriksaan dilakukan secara tertutup Bahasa yang digunakan dalam proses arbitrase adalah bahasa Indonesia, kecuali atas persetujuan arbiter atau majelis arbitrase para pihak dapat memilih bahasa lain yang dipergunakan Para pihak yang bersengketa dapat diwakili oleh kuasanya dengan surat khusus Pihak ketiga diluar perjanjian arbitrase dimungkinkan turut serta dan menggabungkan diri dalam proses penyelesaian sengketa melalui arbitrase, yakni apabila terdapat unsur kepentingan yang terkait dan keturut sertaannya disepakati oleh para pihak yang bersengketa dan disetujui oleh arbiter (majelis arbitrase) yang memeriksa sengketa yang bersangkutan Para pihak bebas menentukan peraturan hukum acara arbitrase yang digunakan dalam penyelesaian sengketa, sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam UU A 1999 Dalam hal para pihak memilih sendiri acara arbitrase, maka harus ada kesepakatan mengenai ketentuan jangka waktu dan tempat diselenggarakan arbitrase. Jika tidak ditentukan, maka yang menentukan adalah arbiter/majelis arbitrase Majelis arbitrase dimungkinkan mengambil putusan provisionil atau putusan sela lainnya untuk mengatur ketertiban jalannya pemeriksaan sengketa, termasuk pennetapan sita jaminan, memerintahkan penitipan barang kepada pihak ketiga atau menjual barang yang mudah rusak, dengan ini hasil gugatan akan lebih terjamin

Sifat dan tata cara pemeriksaan di hadapan Majelis Arbitrase (cont)


Pemeriksaan sengketa dalam arbitrase harus diajukan secara tertulis, pemeriksaan secara lisan dapat dilakukan apabila disetujui para pihak atau dianggap perlu oleh arbiter/majelis arbitrase. Pemohon harus menyampaikan surat tuntutannya kepada arbiter/majelis arbitrase, yang sekurang-kurangnya memuat: nama lengkap dan tempat tinggal atau tempat kedudukan para pihak; uraian singkat sengketa disertai dengan lampiran bukti-bukti; isi tuntutan yang jelas Setelah menerima surat tuntutan dari pemohon, arbiter/majelis arbitrase menyampaikan satu salinan tuntutan tersebut kepada termohon dengan disertai perintah bahwa termohon harus menanggapi dan memberikan jawabannya secara tertulis dalam waktu paling lambat 14 hari sejak diterimanya salinan tuntutan tersebut oleh termohon Segera setelah diterimanya jawaban dari termohon atas perintah arbiter atau ketua majelis arbitrase, salinan jawaban tersebut diserahkan kepada pemohon. Bersamaan dengan itu arbiter atau ketua majelis arbitrase memerintahkan agar para pihak atau kuasa mereka menghadap dimuka sidang yang ditetapkan paling lama 14 hari terhitung mulai dikeluarkannya perintah itu Dalam jawabannya atau selambat-lambatnya pada sidang pertama, termohon dapat mengajukan tuntutan balasan tersebut pemohon diberi kesempatan untuk meanggapinya Dalam hal para pihak datang menghadap pada hari yang telah ditetapkan, arbiter/majelis arbitrase terlebih dahulu mengusahakan perdamaian antara para pihak yang bersengketa. Jika tercapai arbiter/majelis arbitrase membuat akta perdamaian yang final dan mengikat para pihak Dalam hal usaha perdamaian tidak berhasil, maka pemeriksaan terhadap pokok sengketa dilanjutkan. Para pihak diberi kesempatan terakhir kali untuk menjelaskan secara tertulis pendirian masing-masing serta mengajukan bukti yang dianggap perlu dalam jangka waktu yang ditentukan oleh arbiter/majelis arbitrase

Sifat dan tata cara pemeriksaan di hadapan Majelis Arbitrase (cont)

Arbiter/majelis arbitrase berhak meminta pada para pihak untuk mengajukan penjelasan tambahan secara tertulis, dokumen atau bukti lainnya yang dianggap perlu dalam jangka waktu yang ditentukan oleh arbiter/majelis arbitrase. Pemeriksaan atas sengketa harus diselesaikan dalam waktu paling lama 180 hari sejak arbiter/majelis arbitrase terbentu. Dan dapat diperpanjang atas persetujuan para pihak. Putusan wajib diucapkan arbiter/majelis arbitrase dalam waktu paling lama 30 hari setelah pemeriksaan ditutup Dalam waktu paling lama 14 hari setelah putusan di terima, para pihak dapat mengajukan permohonan kepada arbiter/majelis arbitrase untuk melakukan koreksi terhadap kekeliruan administratif dan atau menambahkan atau mengurangi suatu tuntutan keputusan Yang dimaksud dengan koreksi terhadap kekeliruan administratif adalah koreksi terhadap hal-hal seperti: kesalahan pengetikan nama, alamat para pihak atau arbiter dan lain-lain, yang tidak mengubah substansi keputusan. Yang dimaksud dengan menambah atau mengurangi tuntutan adalah salah satu pihak dapat mengemukakan keberatan atas putusan memuat antara lain: telah mengabulkan sesuatu yang tidak dituntut oleh pihak lawan; tidak memuat satu atau lebih hal yang diminta untuk diputus; mengandung ketentuan yang bertentangan satu sama lainnya.

Pelaksanaan putusan Arbitrase

Dalam waktu paling lama 30 hari terhitung sejak tanggal putusan diucapkan, lembar asli atau salinan otentik putusan arbitrase diserahkan dan didaftarkan oleh arbiter atau kuasanya kepada panitera PN ketentuan tersebut dilaksanakan karena apabila tidak dipenuhi akan berakibat putusan arbitrase tidak dapat dilaksanakan Dalam hal para pihak tidak melaksanakan putusan arbitrase secara sukarela, putusan dilaksanakan berdasarkan perintah ketua PN atas permohonan salah satu pihak yang bersengketa. Perintah ketua PN ditulis pada lembar asli dan salinan otentik putusan arbitrase, kemudian dilaksanakan sesuai ketentuan pelaksanaan putusan perkara perdata yang putusannya telah mempunyai kuatan tetap. Sita eksekusi dapat dilakukan atas harta kekayaan serta barang milik termohon eksekusi Putusan arbitrase bersifat final, mempunyai kekuatan hukum tetap dan mengikat para pihak. Dengan demikian terhadap putusan arbitrase tidak dapat diajukan upaya hukum banding, kasasi, atau peninjauan kembali. Terhadap keputusan arbitrase internasional, kewenangan untuk mengakui dan melaksanakan berada pada PN Jakarta pusat pelaksanaanya setelah terdaftar pada PNJP

Syarat Pelaksanaan putusan Arbitrase Internasional

Putusan arbitrase internasional dijatuhkan oleh arbiter/majelis arbitrase disuatu negara yang dengan Indonesia terikat perjanjian, baik secara bilateral maupun multilateral, mengenai pengakuan dan pelaksanaan putusan arbitrase internasional Putusan arbitrase internasional itu terbatas pada putusan menurut ketentuan hukum Indobnesia termasuk dalam ruang lingkup hukum perdagangan Putusan arbitrase internasional itu tidak bertentangan dengan ketertiban umum Putusan arbitrase internasional itu memperoleh eksekutor dari ketua PNJP Putusan arbitrase internasional yang menyangkut NRI sebagai salah satu pihak dalam sengketa, hanya dapat dilaksanakan setelah memperoleh eksekutor dari MARI yang selanjutnya dilimpahkan kepda PNJP

Pembatalan Putusan Arbitrase

Meskipun dinyatakan bersifat final, dan tidak terbuka upaya hukum apapun terhadapnya, namun putusan arbitrase masih dimungkinkan untuk dimintakan pembatalan oleh para pihak namun dalam hal ini kewenangan PN dibatasinya hanya untuk memeriksa aspek formal putusan dan sama sekali bukan materi putusan arbitrase Pihak yang berkeberatan atas putusan arbitrase dapat mengajukan permohonan pembatalan ke PN dimana termohon bertempat tinggal atau putusan didaftarkan PN dapat mebatalkan putusan arbitrase apabila terbukti adanya unsur-unsur sebagai berikut:

Surat atau dokumen yang diajukan dalam pemeriksaan, setelah putusan dijatuhkan, diakui palsu dan dinyatakan palsu Setelah putusan diambil, ditemukan dokumen yang bersifat menentukan yang disembunyikan oleh pihak lawan Putusan di ambil dari hasil tipu muslihat yang dilakukan oleh salah satu pihak dalam pemeriksaan

Putusan atas permohonan pembatalan ditetapkan oleh ketua PN dalam waktu paling lama 30 hari sejak permohonan diterima. Terhadap putusan PN dapat diajukan permohonan banding ke MA yang memutuskan dalam tingkat pertama dan terakhir. MA wajib memutuskan banding dalam waktu 30 hari setelah menerima permohonan banding

You might also like