You are on page 1of 9

PENYAKIT TANAMAN

A. Defenisi Penyakit Tanaman Penyakit pada tanaman berarti proses di mana bagian-bagian tertentu dari tanaman tidak dapat menjalankan fungsinya dengan sebaik-baiknya. Patogen atau penyebab penyakit dapat berupa organisme, yang tergolong dalam dunia tumbuhan, dan bukan organisme yang biasa disebut fisiophat. Sedangkan organisme dapat dibedakan menjadi : parasit dan saprofi. Ilmu Penyakit Tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari kerusakan yang disebabkan oleh organisme yang tergolong ke dalam dunia tumbuhan seperti Tumbuhan Tinggi Parastis, Ganggang, Jamur, bakteri, Mikoplasma dan Virus. B. Gejala Penyakit Tanaman Gejala adalah perubahan yang ditunjukkan oleh tumbuhan itu sendiri sebagai akibat adanya serangan suatu penyebab penyakit. Gejala dapat dibedakan yaitu gejala primer dan sekunder. Gejala primer terjadi pada bagian yang terserang oleh penyebab penyakit. Gejala sekunder adalah gejala yang terjadi di tempat lain dari tanaman sebagai akibat dari kerusakan pada bagian yang menunjukkan gejala primer. Berdasarkan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam sel, gejala dapat dibagi menjadi tiga tipe pokok yaitu : a. Gejala-gejala Nekrotis : meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena adanya kerusakan pada sel atau matinya sel. b. Gejala-gejala Hypoplastis : meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena terhambatnya atau terhentinya pertumbuhan sel (underdevelopment). c. Gejala-gejala Hyperplastis : meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena pertumbuhan sel yang melebihi biasa (overdevelopment). a. Tipe Nekrotis 1. Hidrosis : sebelum sel-sel mati biasanya bagian tersebut terlebih dahulu tampak kebasah-basahan. Hal ini karena air sel keluar dari ruang sel masuk ke dalam ruang antar sel. 2. Klorosis : rusaknya kloroplast menyebabkan menguningnya bagian-bagian tumbuhan yang lazimnya berwarna hijau. 3. Nekrosis : bila sekumpulan sel yang terbatas pada jaringan tertentu mati, sehingga terlihat adanya bercak-bercak atau noda-noda yang berwarna coklat atau hitam. Bentuk bercak ada yang bulat, memanjang, bersudut dan ada yang tidak teratur bentuknya.

4. Perforasi (shot-hole) atau bercak berlobang : terbentuknya lubang-lubang karena runtuhnya sel-sel yang telah mati pada pusat bercak nekrotis. 5. Busuk : gejala ini sebenarnya sama dengan gejala nekrosis tetapi lazimnya istilah busuk ini digunakan untuk jaringan tumbuhan yang tebal. Berdasarkan keadaan jaringan yang membusuk, dikenal istilah busuk basah (soft rot) dan busuk kering (dry rot). Bila pada jaringan yang membusuk menjadi berair atau mengandung cairan disebut busuk basah, sebaliknya bila bagian tersebut menjadi kering disebut busuk kering. 6. Damping off atau patah rebah : rebahnya tumbuhan yang masih muda (semai) karena pembusukan pangkal batang yang berlangsung ssangat cepat. Dibedakan menjadi dua yaitu : - Pre Emergen Damping off : bila pembusukan terjadi sebelum semai muncul di atas permukaan tanah. - Post Emergen Damping off : bila pembususkan terjadi setelah semai muncul di atas permukaan tanah. 7. Eksudasi atau perdarahan : terjadinya pengeluaran cairan dari suatu tumbuhan karena penyakit. Berdasarkan cairan yang dikeluarkan dikenal beberapa istilah yaitu : - Gumosis : pengeluaran gom (blendok) dari dalam tumbuhan. - Latexosis : pengeluaran latex (getah) dari dalam tumbuhan. - Resinosis : pengeluaran resin (damar) dari dalam tumbuhan. 8. Kanker : terjadinya kematian jaringan kulit tumbuhan yang berkayu misalnya akar, batang dan cabang. Selanjutnya jaringan kulit yang mati tersebut mengering, berbatas tegas, mengendap dan pecah-pecah dan akhirnya bagian itu runtuh sehingga terlihat bagian kayunya. 9. Layu : hilangnya turgot pada bagian daun atau tunas sehingga bagian tersebut menjadi layu. 10. Mati Ujung : kematian ranting atau cabang yang dimulai dari ujung dan meluas ke batang. 11. Terbakar : mati dan mengeringnya bagian tumbuhan tertentu laximnya daun, yang disebabkan oleh patogen abiotik. Gejala ini terjadi secara mendadak. b. Tipe Hipopastis 1. Etiolasi : tumbuhan menjadi pucat, tumbuh memanjang dan mempunyai daundaun yang sempit karena mengalami kekurangan cahaya. 2. Kerdil (atrophy) : gejala habital yang disebabkan karena terhambatnya pertumbuhan sehingga ukurannya menjadi lebih kecil daripada biasanya.

3. Klorosis : terjadinya penghambatan pembentukan klorofil sehingga bagian yang seharusnya berwarna hijau menjadi berwarna kuning atau pucat. Bila pada daun hanya bagian sekitar tulang daun yang berwarna hijaumaka disebut voin banding. Sebaliknnya jika bagian-bagian daun di sekitar tulang daun yang menguning disebut voin clearing. 4. Perubahan simetri : hambatan pertumbuhan pada bagian tertentu yang tidak disertai dengan hambatan pada bagian di depannya, sehingga menyebabkan terjadinya penyimpangan bentuk. 5. Roset : hambatan pertumbuhan ruas-ruas (internodia) batang tetapi pembentukan daun-daunnya tidak terhambat, sebagai akibatnya daun-daun berdesak-desakan membentuk suatu karangan. c. Tipe Hiperplastis 1. Erinosa : terbentuknya banyak trikom (trichomata) yang luar biasa sehingga pada permukaan alat itu (biasanya daun) terdapat bagian yang seperti beledu. 2. Fasiasi (Fasciasi, Fasciation) : suatu organ yang seharusnya bulat dan lurus berubah menjadi pipih, lebar dan membelok, bahkan ada yang membentuk seperti spiral. 3. Intumesensia (intumesoensia) : sekumpulan sel pada daerah yang agak luas pada daun atau batang memanjang sehingga bagian itu nampak membengkak, karena itu gejala ini disebut gejala busung (cedema). 4. Kudis (scab) : bercak atau noda kasar, terbatas dan agak menonjol. Kadangkadang pecah-pecah. Di bagian tersebut terdapat sel-sel yang berubah menjadi sel-sel gabus. Gejala ini dapat dijumpai pada daun, batang, buah atau umbi. 5. Menggulung atau mengeriting : gejala ini disebabkan karena pertumbuhan yang tidak seimbang dari bagian-bagian daun. Gejala menggulung terjadi apabila salah satu sisi pertumbuhannya selalu lebih cepat dari yang lain, sedang gejala mengeriting terjadi apabila sisi yang pertumbuhannya lebih cepat bergantian. 6. Pembentukan alat yang luar biasa : a. Antolisis (antholysis) : perubahan dari bunga menjadi daun-daun kecil. b. Enasi : pembentukan anak daun yang sangat kecil pada sisi bawah tulang daun. 7. Perubahan Warna : perubahan yang dimaksud di sini adalah perubahan yang bukan klorosis yang terjadi pada suatu organ (alat tanam). 8. Prolepsis : berkembangnya tunas-tunas tidur atau istirahat (dormant) yang berada dekat di bawah bagian yang sakit, berkembang menjadi ranting-ranting segar yang tumbuh vertikal dengan cepat yang juga dikenal dengan tunas air.

9. Rontoknya alat-alat : rontoknya daun, bunga atau buah yang terjadi sebelum waktunya dan dalam jumlah yang lebih besar dari biasanya. Rontoknya alat tersebut karena terbentuknya lapisan pemisah (abcission layar) yang terdiri dari sel-sel yang berbentuk bulat dan satu sama lain terlepas. 10. Sapu (witches broom) : berkembangnya tunas-tunas ketiak atau samping yang biasanya tidur (latent) menjadi seberkas ranting-ranting rapat. Gejala ini umumnya disertai dengan terhambatnya perkembangan ruas-ruas (internodia) batang, daun pada tunas baru. 11. Sesidia (cecidia) atau tumor : pembenkakan setempat pada jaringan tumbuhan sehingga terbentuk bintil-bintil atau bisul-bisul. Bintil ini dapat terdiri dari jaringan tanaman dengan atau tanpa koloni patogennya. Berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi : a. Fitosesidia (phytocecidia) : bila penyebabnya tergolong dalam dunia tumbuhan. b. Zoosesidia (zoocecidia) : bila penyebabnya tergolong dalam dunia hewan atau binatang. . C. Penyebab Penyakit Tanaman Penyebab penyakit (pathogen) tumbuhan dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok biotik atau organis yang biasa disebut parasit dan kelompok abiotik atau anorganik yang biasa disebut fisiopat. Parasit yang paling penting adalah tumbuhan tingkat tinggi, jamur, virus dan nematoda, sedang fisiopat ada yang berasal dari dalam tumbuhan sendiri dan ada yang datangnya dari luar tanaman. 1. Tumbuhan Tinggi Parasitik Tumbuhan tinggi parasitik dapat dibedakan menjadi dua golongan : 1. Tumbuhan setengah parasitik 2. Tumbuhan parasitik sejati

2.

Jamur Jamur adalah jenis tumbuhan yang tumbuhnya berupa thallus (belum ada defferensiasi menjadi akar, batang dan daun), tidak berklorofil dan mempunyai inti sejati. Kedua sifat terakhir untuk membedakan dengan Gangang dan Bakteri. Bagian vegetatif jamur berupa benang-benang halus tumbuh memanjang bercabang-cabang, bersekat atau tidak disebut hifa (hyphae), kumpulan dari hifahifa ini disebut miselium (micelium). Berdasarkan ada tidaknya sekat, hifa dibedakan menjadi coenocytis (yang tidak bersekat) dan celluler (yang bersekat). Miselium dapat membentuk berkas memanjang dan mempunyai lapisan luar yang liat dan keras. Berkas semacam ini disebut rhizomorf. Ada pula jamur yang membentuk alat untuk beristirahat atau bertahan disebut sclerotium, yaitu suatu

massa hifa yang rapat/padat, sel-selnya memendek dan membesar serta berisi banyak cairan. Perkembangbiakan Jamur dapat berkembang biak secara asexual maupun sexual. Pembiakan asexual : pada Phycomycetes pembiakan asexual dengan pembentukan sporangiospora, yaitu spora yang dibentuk di dalam kantong yang disebut sporangium. Sporangiospora yang dapat bergerak disebut spora kembara (zoospora) sedang yang tidak dapat bergerak disebut aplanospora. Pada golongan yang lebih tinggi dengan membentuk konidi yaitu spora yang dibentuk dengan fragmentasi dari ujung hifa. Ujung hifa disebut conidiophor (penduduk konidi). Conidiophor ini dapat tersebar, bebas satu sama lain, tetapi ada juga yang terdapat di dalam tubuh buah tertentu. Bentuk tubuh buah ini bermacam-macam, diantaranya : - Pycnidium : tubuh buah yang berbentuk bulat/botol, yang mempunyai lubang untuk keluarnya konidi, yang disebut ostiole. - Acervulus : tubuh buah yang bentuknya seperti cawan.. - Sporodochium : tubuh buah yang bentuknya seperti acervulus, tetapi stroma dasarnya menonjol keluar. - Coremium : tubuh buah yang seperti sporodochium tetapi tangkai konidinya membentuk suatu berkas yang panjang. Pembiakan sexual : pada kelas Phycomycetes, pembiakan sexual berlangsung dengan persatuan antara dua gamet yang sama baik ukuran maupun sifat morfologinya. Proses persatuan ini disebut Isogami, sedang gametnya disebut Isogamet. Pada kelas yang lebih tinggi tingkatannya terjadi persatuan antara dua gamet yang berbeda ukuran dan sifat morfologinya. Proses perstuannya disebut Anisogami atau Heterogami, sedang gametnya disebut anisogamet atau heterogamet. Gamet yang kecil dianggap sebagai jantan disebut antheridium, sedang yang besar dianggap sebagai gamet betina disebut oosphere yang dibentuk di dalam oogonium. Antheridium dapat melekat di samping oogonium disebut paragynus, atau melekat pada pangkal oogonium disebut amphigynus. Pembiakan sexual pada Ascomycetes terjadi dengan persatuan dua inti (kariogami) yang berbeda jenisnya di dalam tubuh buah yang disebut ascoma (ascocarp). Hasil dari persatuan ini akan terbentuk ascus dan dari ascus ini akan dibentuk ascospora yang pada umumnya berjumlah delapan. Seperti halnya dengan konidi, ascus letaknya dapat tersebar tetapi dapat pula terkumpul dalam tubuh buah tertentu, misalnya. - Apothecium : tubuh buah yang berbentuk cawan/pinggan yang terbuka, ascus terletak pada permukaannya. - Perithecium : tubuh buah berbentuk bulat/botol dan pada ujungnya mempunyai lubang (ostiole) untuk keluarnya spora. - Cleistothecium : tubuh buah berbentuk bulat/botol tapi tidak mempunyai ostiole. Pada kelas Basidiomycetes pembiakan sexual terjadi dengan pembentukan basidiospora yang berasal dari persatuan dua inti (kariogami) yang berbeda jenis, kemudian mengadakan pembelahan secara meiosis. Basidiospora dibentuk di luar basidium dan mempunyai tangkai yang disebut strigma. Pada umumnya setiap basidium membentuk 4 basidiospora. Hymenium yang membentuk basidium

biasanya terdapat dalam tubuh buah yang dapat berbentuk payung, bola, rak, gada dan lain-lain. Taxonomi Jamur dibagi menjadi empat kelas yaitu : Phycomycetes : jamur yang hifanya tidak bersekat, berbentuk tabung yang berisi plasma dengan banyak inti. Ascomycetes : jamur yang hifanya bersekat dan mengadakan pembiakan sexual dengan membentuk ascus yang menghasilkan ascospora. Basidiomycetes : jamur yang hifanya bersekat dan mengadakan pembiakan sexual dengan membentuk basidium yang menghasilkan basidiospora. Deuteromycetes (Fungsi Imperfecti) : jamur yang hifanya bersekat dan hanya berkembang biak secara asexual saja. 3. BAKTERI Bakteri meliputi divisio Schizophyta dan kelas Schizomycetes. Sifat utamanya terdiri dari satu sel, berkembang biak terutama dengan membelah dan tidak mempunyai inti sejati. Kelas Schizomycetes mempunyai lima ordo yaitu Eubacteriales, Chlamydobacteriales, Myxobacteriales, Spirochaetales dan Actimycetales. Ordo yang terakhir ini karena tidak memnuhi semua sifat-sifat bakteri pada umunya sekarang disendirikan menjadi Actimycetes Like Bacterium (ALB). Diduga ALB ini merupakan peralihan dari baketri ke jamur karena thallusnya sudah sperti benang, tetapi intinya bukan inti sejati. Genus-genus pada bakteri yang penting adalah xanthomonas yang hanya mempunyai satu flagellum atau bulu cambuk atau monotrich, misalnya X. campestris penyebab penyakit busuk hitam pada kobis, X. ccryxae penyebab penyakit kresek pada padi, X. malvacearum penyebab penyakit bercak daun bersudut (angular leaf spot) pada kapas. Genus Pseudomonas yang mempunyai satu atau beberapa flagellum atau bulu cambuk disebut lophotrich, misalnya Pseudomonas pseudozoogloeae penyebab penyakit karat hitam pada daun tembakau. Erwinia adalah genus yang mempunyai bulu cambuk banyak atau peritrich, misalnya E. carotovora penyebab penyakit busuk basah pada beberapa sayuran, juga E. aroidea. Genus bacterium adalah genus yang sifatnya sementara (temporer), artinya bila sudah jelas semua sifatnya mungkin dipindah ke genus yang lain seperti misalnya Bacterium celebence dipindah jadi Xanthomonas celebensis, Basterium musae dipindah menjadi Pseudomonas musae tetapi Bacterium albilinears penyebab penyakit blendok pada tebu masih tetap tidak dipindah ke genus yang lain. Dari ordo Actimycetales salah satu anggotanya yang penting adalah Streptomyces scabies penyebab penyakiit kudis (scab) pada umbi kentang. 4. VIRUS Virus hanya dapat membiak di dalam sel yang hidup dan disebut parasit yang biotroph. Secara kimiawi virus terdiri dari nucleoprotein, suatu persenyawaan dari asam inti dan putih telur.

Asam inti pada virus dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu RNA atau Ribo Nuclei Acid yang terdapat pada virus yang menyerang tumbuhan dan DNA atau Deoxy Nuclei Acid yang terdapat pada virus yang menyerang hewan dan bakteri. Putih telur virus umumnya terdiri dari Purine dan Pyrymidine. Derivat dari Purine adalah Adenine dan Guanine, sedangkan derivat dari Pyrimidine adalah Cytosine dan Thymine yang mengikat DNA serta Cytosine dan Uracil yang mengikat RNA. Pada virus yang berbentuk batang ternyata di dalamnya terdapat rongga sebesar 9,0 nm. Asam inti pada virus tersebut berupa nucleotida yang membentuk spiral dan setiap tiga nucleitida mengikat satu unit putih telur. Virus sebenarnya bentuknya macam-macam. Tetapi kita tidak dapat mengadakan determinasi hanya berdasarkan bentuk atau morfologi saja, sebab di samping satu virus bentuknya dapat berubah-ubah juga ada beberapa virus yang bentuknya sama. Secara garis besar bentuk virus dibedakan atas bulat (coccus), batang pendek (bacillus), batang biasa dan benang (filamen). Virus dapat menular dari suatu tanaman ke tanaman lain dengan berbagai cara antara lain secara mekanis, melalui biji, dengan penyambungan atau penempelan dan yang paling umum melalui vektornya yang dapat berupa serangga, nematoda, jamur, bakteri dan tumbuhan tinggi parasitis. Virus yang ditularkan oleh vektor serangga dapat dibedakan menjadi nonpersisten artinya begitu dihisap oleh serangga segera dapat ditularkan ke tanaman lain, tetapi daya infektifnya cepat habis dan yang persisten artinya agar dapat ditularkan ke tanaman lain memerlukan waktu di dalam tubuh serangganya, tetapi kalau sudah ditularkan daya infektifnya lama bahkan ada yang dapat diturunkan ke anak cucunya. Virus dapat di-inaktifkan dengan berbagai cara, antara lain dengan suhu baik rendah maupun tinggi atau pembekuan serta pemanasan; radiasi dengan sinar X, sinar UV, sinar radioaktif; dengan getaran ultrasonik; dengan penyimpangan; dengan tekanan tinggi; dengan pengenceran; dengan perubahan pH dan bahan atau senyawa yang berasal dari organisme lain. Virus dapat diberi nama menurut SMITH yaitu berdasarkan nama dari tanaman inangnya dan bila pada tanaman itu terdapat banyak virus maka untuk membedakan virus satu dengan virus yang lain dengan menggunakan nomer. Sedang menurut HOLMES pemberian nama seperti pada organisme lain, misalnya Marmor saccaari sama dengan Saccjarum virus 1, Galla fijlensis sama dengan Saccharum virus 2 dan seterusnya. Virus yang dianggap sebagai suatu ordo dibagi menjadi tiga sub ordo berdasarkan organisme yang diserangnya, yaitu sub ordo Phaginae yang menyerang bakteri, Phytophaginae yang menyerang tumbuhan dan Zoophaginae yang menyerang hewan. Dari sub ordo Phytophaginae ada beberapa genus yang penting misalnya Marmor antara lain M. tabaci yang menyerang tembakau, M. theobromae yang menyerang coklat, M. arachidis yang menyerang kacang tanah; genus Corium misalnya C. solani yang menyerang Solanaceae; genus Nanus misalnya N. sacchari yang menyerang tebu; genus Ruga misalnya R. tabaci yang menyerang tembakau; genus Rimocortium misalnya R. psorosis penyebab penyakit psorosis pada tanaman jeruk.

5. NEMATODA Nematoda meskipun termasuk hewan tapi biasa kiita golongkan sebagai penyebab penyakit karena gejala dan cara penyerangannya mirip dengan patogen lainnya. Nematoda boleh diartikan sebagai cacing silindris yang tidak bersegmen (unsegmented roundworm) meskipun sebenarnya nematoda berarti menyerupai benang (threadlike). Namun demikian nematoda ini sangat berbeda dengan cacing yang lain. Nematoda mempunyai sejumlah spesies yang sangat banyak. Nematoda ada yang bersifat saprofitis dan ada yang bersifat parasitis pada berbagai organisme lain seperti serangga, ikan, burung, manusia, tumbuhan termasuk jamur dan bakteri bahkan juga terhadap nematoda yang lain. Daur hidup nematoda pada umumnya sebagai berikut : 1. nematoda betina meletakkan telurnya dlam tanah atau di dalam tanaman inangnya, 2. telur yang menetas menghasilkan larva, 3. larva ini berkembang melalui empat tingkatan, 4. setelah larva terakhir terbentuklah nematoda dewasa yang dapat dibedakan menjadi jantan dan betina. Namun demikian banyak nematoda yang hermaprodit, bahkan ada jenis yang jantannya tidak pernah dijumpai. Nematoda yang menyerang tanaman adalah parasit obligat, oleh karena itu telurnya harus diletakkan di dalam atau di dekat tanaman inangnya hingga segera setelah menetas langsung mendapatkan makanannya. Di samping itu banyak telur nematoda yang untuk penetasan telurnya memerlukan rangsangan dari tanaman inangnya, dengan demikian sangat membantu kelangsungan hidupnya. Larva nematoda tidak mampu bergerak lebih dari 1-2 kali dari telurnya setelah menetas. Nematoda parasit pada tanaman dapat dibedakan menjadi ectoparasit dan endoparasit. Nematoda ectoparasit misalnya genus Trichodorus, Longidorus dan Xiphinema. Ketiga nematoda ini selain menjadi patogen pada tumbuhan juga menjadi vektor virus yang menyerang tumbuhan. Nematoda endoparasit ada dua golongan yaitu yang dapat berpindah tempat dan yang menetap. Keduanya dapat dibedakan menjadi yang sebagian tubuhnya tenggelam ke dalam jaringan tanaman iang dan yang seluruh tubuhnya tenggelam ke dalam tumbuhan inangnya. Nematoda endoparasit yang dapat berpindah dan seluruh tubuhnya tenggelam ke dalam tanaman, misalnya genus Radopholus, Ditylenchus dan Aphilenchus sedang yang hanya sebagian tubuhnya yang tenggelam dalam tanaman, misalnya genus Hoplolainus, Hellicotylenchus dan Rotylenchus. Nematoda endoparasit yang menetap dan seluruh tubuhnya tenggelam ke dalam tanaman inangnya misalnya Meloidogyne dan Heterodera sedang yang hanya tenggelam sebagian tubuhnya ke dalam tanaman inangnya misalnya Rotylenchus dan Tylenchulus.

D. Konsep Pengendalian Penyakit Tanaman Konsep pengendalian penyakit tanaman meliputi : 1. Prinsip pengendalian yaitu pedoman atau pegangan dari suatu tindakan pengendalian. 2. Strategi pengendalian merupakan perencanaan atau managemen pelaksanaan dari usaha pengendalian. 3. Taktik Pengendalian yaitu ilmu pengetahuan khusus yang digunakan untuk tujuan praktek pengendalian. 4. Aplikasi Pengendalian yaitu prosedur pengendalian yang dapat dilaksanakan di lapangan. PRINSIP 1. Ekslusi (mencegah) STRATEGI Prohibisi (larangan) Intersepsi (menghalangi) Eliminasi (menghapus) 2. Eradikasi (membasmi) Removal (pemindahan / penghapusan) Eliminasi (menghapus) Teknik/Taktik Karantina Karantina Uji kesehatan tanaman Sertifikasi Disinfeksi Pemeriksaan perkebunan/kebun buah Membinasakan inang alternatif Pemeliharaan organisme antagonis Meniadakan makanan pokok Kimia Api Pengerjaan tanah Penggunaan fungisida Modifikasi lingkungan Modifikasi cara bercocok tanam Seleksi Hibridikasi Irradiasi Mengurangi virulensi

Destruksi (membinasakan) 3. Proteksi(perlindungan) Mencegah infeksi Menghindarkan infeksi Mengembangkan tanaman tahan Proteksi silang

4. Resistensi (ketahanan)

You might also like