You are on page 1of 40

KONSEP DASAR MANAJEMEN PENDIDIKAN BERBASIS Oleh: SEKOLAH Wirawan Purwa Yuwana Dede Lukman BM

Hasil Brainstorming Kel 1 Manajemen: administrasi (Pengertian)


Otonomi sekolah untuk menata PBM Harapan hasil pendidikan yang baik karena

ada pengawasan dan evaluasi atas tupoksi pendidik & tenaga kependidikan
Sekolah berperan penting untuk

merealisasikan harapan siswa


Ada need assessment agar lulusan pendidikan

tepat sasaran & menghasilkan lulusan yg tidak menganggur


Target Kemandirian

Hasil Brainstorming Kel 2 (Latar Aspek Politik (government political will) Belakang)
Aspek Yuridis: amanat UUD pasal 31 ttg

pendidikan, UU Sisdiknas Pasal 51, Permendiknas


Efisiensi manajemen mutu pendidikan Keinginan untuk menciptakan akuntanbilitas,

transparansi, kemandirian & partisipasi dari masyarakat


Kepentingan global (tahun 70an sudah

diaplikasikan di negara maju)


Pemerintah menginginkan otonomi sekolah

Hasil Brainstorming Kel 3 (Tujuan) mutu pendidikan melalui Meningkatkan


kemandirian dan inisiatif dlm mengelola sumber daya yg ada
Mereduksi nilai2 pesimistis Sekolah menyusun program sesuai kebutuhan

sekolah
Partisipasi masyarakat, ortu, komite untuk

meningkatkan mutu pendidikan

Hasil Brainstorming Kel 4 (Fungsi) pada skala Analisa SWOT


Penentuan skala prioritas Pembiayaan yang efektif dan efisien Menciptakan transparansi dan demokrasi Meningkatkan rasa tanggung jawab, karena

keputusan bersama
Menumbuhkan persaingan sehat Memanfaatkan sumberdaya yg tersedia Partisipative leadership

Pendahuluan
Tujuan pendidikan: kesadaran kemanusiaan

dan kesadaran ketuhanan


Untuk mencapai tujuan, pendidikan

membutuhkan pengelolaan yang bermutu dan tepat sasaran


Pengelolaan pendidikan yang baik melibatkan

berbagai pihak

Lingkup Kajian
Konsep dasar MBS meliputi:
pengertian tujuan Fungsi latar belakang

Pengertian
Caldwell, school-based management is the

systematic decentralization to the school level of authority and responsibility to make decisions on significant matters related to school operations within a centrally determined framework on goals, policies, curriculum, standards, and accountability.
World Bank, MBS memindahkan tanggung

jawab, dan pengambilan keputusan otoritas atas, operasi sekolah dari Pemerintah Pusat ke kepala sekolah, guru, dan orang tua, dan kadang-kadang untuk siswa sekolah dan

Pengertian (2)
Pasal 51 UU No 20 Tahun 2003 Sisdiknas

pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah

Pengertian (3)
MBS merupakan model manajemen yang

menawarkan keleluasaan pengelolaan sekolah oleh sekolah itu sendiri untuk mengelola sumber daya dan sumber dana sesuai dengan prioritas kebutuhan sekolah
MBSmembutuhkan kemandiriandukungan

kemampuan

Pengembangan MBS
Mengakar di

Sekol ah Sekol ah

Terfokus di

Sekol ah

Dilakukan oleh

Sekol ah
Terjadi di

LATAR BELAKANG MBS


pada

tahun 1980-an terjadi perkembangan yang menggembirakan di bidang manajemen modern, yaitu atas keberhasilan penerapannya di bidang industry dan organisasi komersial. Keberhasilan aplikasi manajemen modern itulah yang kemudian diadopsi untuk diterapkan di dunia pendidikan. Perkembangan & implementasi MBS di berbagai negara variatif, perbedaan model, perbedaan pendekatan

Kanada
lebih

mengkonsentrasikan pada pendelegasian keuangan untuk memenuhi sumber daya kepada sekolah dengan funding formula,

Hongkong
memberikan

kepada sekolah fleksibilitas dalam penggunaan sumber daya dan pada saat yang sama juga memberikan kesempatan partisipasi yang lebih besar kepada guru, orang tua, dan bekas siswa (alumni) di dalam pengembangan keputusan

Inggris
penyempurnaan

kurikulum nasional, sistem pengujian prestasi siswa berdasarkan kurikulum nasional, pilihan sekolah secara bebas oleh siswa, manajemen lokal dengan mendesentralisasikan anggaran pada tiap sekolah, memberi kewenangan kepada sekolah untuk mengangkat dan menyeleksi staf (guru dan tenaga lainnya) memberikan otonomi dan fleksibilitas lebih besar kepada masyarakat di dalam

MBS di Indonesia
Lambatnya

kesadaran para pengambil kebijakan pendidikan di Indonesia bahwa sistem manajemen pendidikan yang sentralistis terbukti tidak membawa kemajuan yang berarti bagi peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya

Kelemahan penyelengaraan menyebabkan tingginya ketergantungan pendidikan Sentralistik kepada keputusan birokrasi.
kebijakan

penyelenggaraan pendidikan terlalu berorientasi pada keluaran pendidikan (output) dan masukan (input), sehingga kurang memperhatikan proses pendidikan itu sendiri peran serta masyarakat terutama orang tua peserta didik dalam penyelenggaraan pendidikan masih kurang.

Reorientasi Paradigma
otonomi

daerah, membuka peluang untuk melakukan reorientasi paradigma pendidikan menuju ke arah desentralisasi sistem pengelolaan pendidikan MBS merupakan strategi untuk mewujudkan sekolah yang efektif dan produktif. Kebijakan MBS bukan sekedar mengubah pendekatan sistem pengelolaan sekolah dari yang sentralistis ke desentralistis, tetapi lebih dari itu melalui MBS diyakini akan muncul kemandirian sekolah. Melalui penerapan MBS, kepedulian masyarakat

Dasar hukum penerapan model MBS


Undang-undang

nomor 25 tahun 2000 tentang rencana strategis pembangunan nasional Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah (otonomi daerah)

Motif Penerapan MBS


Bank

Dunia Q/A for the web/knowledge nugget -Edge (2000), 8 motif: ekonomi, profesional, politik, efisiensi administrasi, finansial, prestasi siswa, akuntabilitas, dan efektivitas sekolah. Laporan Bank Dunia (2004), untuk meningkatkan akuntabilitas kepala sekolah dan guru terhadap siswa, orang tua, serta mengizinkan pengambil keputusan lokal untuk menentukan gabungan input dan kebijakan pendidikan yang tepat, yang disesuaikan dengan kenyataan dan kebutuhan lokal

Depdiknas: 4 Motif penerapan MPMBS


sekolah

lebih mengetahui analisis SWOT

dirinya sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan keputusan sekolah dan kontrol dapat menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat akuntabilitas sekolah tentang mutu pendidikan kepada pemerintah, orang tua siswa, dan masyarakat

Nurkolis (2003:23)
motif

diterapkannya MBS adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan secara umum, baik itu menyangkut kualitas pembelajaran, kurikulum, sumber daya manusia maupun tenaga kependidikan lainnya, dan pelayanan pendidikan

Tujuan MBS
Menurut Sagala:
Meningkatkan efisiensi penggunaan sumber

daya dan penugasan staf


Meningkatkan profesionalisme guru dan

tenaga kependidikan di sekolah


Munculnya gagasan-gagasan baru dalam

implementasi kurikulum, penggunaan teknologi pembelajaran dan pemanfaatan sumber-sumber belajar


Meningkatnya otonomi sekolah ditandai

Tujuan MBS (2)


Menurut Diknas:
Meningkatkan mutu pendidikan melalui

kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia
Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan

masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama


Meningkatkan tanggung jawab sekolah

kepada sekolahnya

Tujuan (3)
Simpulan tujuan MBS yaitu
proses pengambilan keputusan bersama

untuk memperjelas tujuan, indikator, dan kriteria mutu yang ditetapkan sehingga memiliki keunggulan yang kompetitif karena keputusan akan sesuai dengan kebutuhan pengembangan potensi dan prestasi siswa pada tingkat satuan pendidikan
memberdayakan sekolah, terutama sumber

daya manusianya (kepala sekolah, guru, karyawan, siswa, orang tua siswa, dan

Fungsi MBS
Fungsi-fungsi

manajemen yang didesentralisasikan ke sekolah, sehingga terlihat jelas benagn merah kekuasaan dan kewenangan antara pemerintah pusat, kabupaten/kota, sekolah, orangtua dan masyarakat dalam mengelola pendidikan

Wohlstetter dan Mohrman, dkk 4 desentralisasi kewenangan kpd sekolah


kekuasaan

(power)untuk mengambil

keputusan. pengetahuan dan keterampilan, termasuk untuk mengambil keputusan yang baik dan pengelolaan secara profesional. informasi yang diperlukan oleh sekolah untu mengambil keputusan penghargaan atas prestasi,yang harus ditangani masing-masing sekolah.

2 Kategori MP pada tingkat sekolah


Aspek

fungsinya; planning, organizing, actuating, controlling dan leading. Fungsifungsi ini dilaksanakan oleh sekolah, baik oleh kepala sekolah, guru, dan atau komite sekolah. Bidang teknis yang dikelola oleh sekolah dengan fungsi-fungsi tersebut, yaitu: (a) perencanaan dan evaluasi, (b) pengembangan kurikulum, (c) proses pembelajaran, (d) personil (ketenagaan), (e) keuangan, (f) fasilitas sekolah (saranaprasarana), (g) pelayanan siswa, (h)

1. Perencanaan
Sekolah

diberikan kewenangan untuk melakukan perencanaan sesuai dengan kebutuhannya. Kebutuhan yang dimaksud, misalnya kebutuhan untuk meningkatkan mutu sekolah. Oleh karena itu, sekolah harus melakukan analisis kebutuhan (need assessment). Dari hasil kebutuhan analisis inilah kemudian sekolah membuat rencana peningkatan mutu. Sekolah diberikan wewenang untuk melakukan penjamian

2. Pengelolaan Kurikulum
Acuan

kurikulum yang dibuat oleh pemerintah pusat adalah kurikulum standar minimal yang berlaku secara nasional. Padahal kondisi sekolah pada umumnya sangat beragam. Oleh karena itu dalam penerapannya sekolah dapat melakukan pengembangan semaksimal mungkin, namun tidak boleh mengurangi panduan pengembangan kurikulum yang berlaku secara nasional. Selain itu, sekolah diberi kebebasan untuk mengembangkan kurikulum dan muatan lokal

3. Pengelolaan Proses Belajar Mengajar


Sekolah

diberikan kebebasan untuk memilih strategi., metode, dan teknik-teknik pembelajaran dan pengajaran yang paling efektif, sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, siswa, guru, dan kondisi nyata sumber daya yang tersedia di sekolah Secara umum, strategi, metode, dan teknik pembelajaran dan pengajaran yang berorentasi pada siswa (student centered) lebih mampu memberdayakan pembelajaran siswa.

4. Pengelolaan Ketenagaan
Pengelolaan

ketenagaan, mulai dari analisis kebutuhan, perencanaan, rekrutmen, pengembangan, reword, dan punishment, hubungan kerja, sampai evluasi kinerja sumber daya manusia di sekolah dapat dilakukan oleh sekolah, kecuali yang menyangkut jasa dan rekrutmen guru pegawai negeri, yang sampai saat ini masih ditangani secara birokrasi.

5. Pengelolaan Fasilitas
(sarana dan prasarana)
Pengelolaan

fasilitas sudah seharusnya dilakukan oleh sekolah, mulai dari pengadaan, pemeliharaan, dan perbaikan, hingga sampai pengembangan. Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa sekolah yang paling mengetahui kebutuhan fasilitas baik kecukupan, kesesuaian, maupun kemutakhirannya, terutama fasilitas yang sangat erat kaitannya dengan proses pembelajaran

6. Pengelolaan Keuangan
Pengelolaan

keuangan sudah sepantasnya dilakukan oleh sekolah. Hal ini juga disadari bahwa sekolah yang paling mengetahui dan memahami kebutuhannya, sehingga desentralisasi pengelolaan keuangan sudah seharusnya dilimpahkan ke sekolah. Sekolah juga harus diberikan kebebasan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang mendatangkan penghasilan, sehingga sumber keuangan tidak semata-mata tergantung pada pemerintah

7. Pelayanan Siswa
Pelayanan

siswa dilakukan, mulai dari penerimaan siswa baru, pengembangan atau pembinaan, penempatan untuk melanjutkan sekolah atau untuk memasuki dunia kerja, hingga sampai pada alumni sebenarnya dari dahulu memang sudah didesentralisasikan. Karena itu, yang diperlukan adalah peningkatan intensitas dan ekstensitasnya.

8.Hubungan SekolahMasyarakat dengan masyarakat Hubungan sekolah


untuk meningkatkan keterlibatan, kepedulian, kepemilikan, dan dukungan dari masyarakat. Dengan demikian, manajemen berbasis sekolah mendorong profesionalisme warga sekolah sebagai pengelola pendidikan di sekolah.

9. Iklim Sekolah
Terciptanya

Sekolah yang kondusif dan dapat menumbuhkan semangat belajar. Sekolah yang aman dan tertib

Diskusi

Pak Rudi Pelaksanaan MBS kenyataannya sangat

situasional. Kemampuan ortu yg tidak memadai sehingga ikut saja keputusan sekolah. Kekuasaan sekolah lebih tinggi.
Ibu Iswatun Pelaksanaan MBS masih setengah-setengah,

misalnya adanya UN.


Pak Imam Ortu tidak berani menyampaikan aspirasi Pak Iswani Kerjasama masyarakat & komite sekolah.

DR. Fakhrudin Arbah, Konsepsi mengenai apa dan mengapa. M.Pd. kebijakan Mengkritisi
Ruang bebas untuk menyampaikan

permasalahan.
Upaya peningkatan mutumembutuhkan

anggaran besar
Pengembangan kurikulum namun belum

mendapatkan hasil yg signifikan


Meningkatkan kompetensi guru <> sertifikasi

jangan hanya label.


Kebijakan MPMBS <> biar ga serupa dengan

yg lain

You might also like