Professional Documents
Culture Documents
ada pengawasan dan evaluasi atas tupoksi pendidik & tenaga kependidikan
Sekolah berperan penting untuk
Hasil Brainstorming Kel 2 (Latar Aspek Politik (government political will) Belakang)
Aspek Yuridis: amanat UUD pasal 31 ttg
sekolah
Partisipasi masyarakat, ortu, komite untuk
keputusan bersama
Menumbuhkan persaingan sehat Memanfaatkan sumberdaya yg tersedia Partisipative leadership
Pendahuluan
Tujuan pendidikan: kesadaran kemanusiaan
berbagai pihak
Lingkup Kajian
Konsep dasar MBS meliputi:
pengertian tujuan Fungsi latar belakang
Pengertian
Caldwell, school-based management is the
systematic decentralization to the school level of authority and responsibility to make decisions on significant matters related to school operations within a centrally determined framework on goals, policies, curriculum, standards, and accountability.
World Bank, MBS memindahkan tanggung
jawab, dan pengambilan keputusan otoritas atas, operasi sekolah dari Pemerintah Pusat ke kepala sekolah, guru, dan orang tua, dan kadang-kadang untuk siswa sekolah dan
Pengertian (2)
Pasal 51 UU No 20 Tahun 2003 Sisdiknas
pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah
Pengertian (3)
MBS merupakan model manajemen yang
menawarkan keleluasaan pengelolaan sekolah oleh sekolah itu sendiri untuk mengelola sumber daya dan sumber dana sesuai dengan prioritas kebutuhan sekolah
MBSmembutuhkan kemandiriandukungan
kemampuan
Pengembangan MBS
Mengakar di
Sekol ah Sekol ah
Terfokus di
Sekol ah
Dilakukan oleh
Sekol ah
Terjadi di
tahun 1980-an terjadi perkembangan yang menggembirakan di bidang manajemen modern, yaitu atas keberhasilan penerapannya di bidang industry dan organisasi komersial. Keberhasilan aplikasi manajemen modern itulah yang kemudian diadopsi untuk diterapkan di dunia pendidikan. Perkembangan & implementasi MBS di berbagai negara variatif, perbedaan model, perbedaan pendekatan
Kanada
lebih
mengkonsentrasikan pada pendelegasian keuangan untuk memenuhi sumber daya kepada sekolah dengan funding formula,
Hongkong
memberikan
kepada sekolah fleksibilitas dalam penggunaan sumber daya dan pada saat yang sama juga memberikan kesempatan partisipasi yang lebih besar kepada guru, orang tua, dan bekas siswa (alumni) di dalam pengembangan keputusan
Inggris
penyempurnaan
kurikulum nasional, sistem pengujian prestasi siswa berdasarkan kurikulum nasional, pilihan sekolah secara bebas oleh siswa, manajemen lokal dengan mendesentralisasikan anggaran pada tiap sekolah, memberi kewenangan kepada sekolah untuk mengangkat dan menyeleksi staf (guru dan tenaga lainnya) memberikan otonomi dan fleksibilitas lebih besar kepada masyarakat di dalam
MBS di Indonesia
Lambatnya
kesadaran para pengambil kebijakan pendidikan di Indonesia bahwa sistem manajemen pendidikan yang sentralistis terbukti tidak membawa kemajuan yang berarti bagi peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya
Kelemahan penyelengaraan menyebabkan tingginya ketergantungan pendidikan Sentralistik kepada keputusan birokrasi.
kebijakan
penyelenggaraan pendidikan terlalu berorientasi pada keluaran pendidikan (output) dan masukan (input), sehingga kurang memperhatikan proses pendidikan itu sendiri peran serta masyarakat terutama orang tua peserta didik dalam penyelenggaraan pendidikan masih kurang.
Reorientasi Paradigma
otonomi
daerah, membuka peluang untuk melakukan reorientasi paradigma pendidikan menuju ke arah desentralisasi sistem pengelolaan pendidikan MBS merupakan strategi untuk mewujudkan sekolah yang efektif dan produktif. Kebijakan MBS bukan sekedar mengubah pendekatan sistem pengelolaan sekolah dari yang sentralistis ke desentralistis, tetapi lebih dari itu melalui MBS diyakini akan muncul kemandirian sekolah. Melalui penerapan MBS, kepedulian masyarakat
nomor 25 tahun 2000 tentang rencana strategis pembangunan nasional Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah (otonomi daerah)
Dunia Q/A for the web/knowledge nugget -Edge (2000), 8 motif: ekonomi, profesional, politik, efisiensi administrasi, finansial, prestasi siswa, akuntabilitas, dan efektivitas sekolah. Laporan Bank Dunia (2004), untuk meningkatkan akuntabilitas kepala sekolah dan guru terhadap siswa, orang tua, serta mengizinkan pengambil keputusan lokal untuk menentukan gabungan input dan kebijakan pendidikan yang tepat, yang disesuaikan dengan kenyataan dan kebutuhan lokal
dirinya sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan keputusan sekolah dan kontrol dapat menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat akuntabilitas sekolah tentang mutu pendidikan kepada pemerintah, orang tua siswa, dan masyarakat
Nurkolis (2003:23)
motif
diterapkannya MBS adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan secara umum, baik itu menyangkut kualitas pembelajaran, kurikulum, sumber daya manusia maupun tenaga kependidikan lainnya, dan pelayanan pendidikan
Tujuan MBS
Menurut Sagala:
Meningkatkan efisiensi penggunaan sumber
kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia
Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan
kepada sekolahnya
Tujuan (3)
Simpulan tujuan MBS yaitu
proses pengambilan keputusan bersama
untuk memperjelas tujuan, indikator, dan kriteria mutu yang ditetapkan sehingga memiliki keunggulan yang kompetitif karena keputusan akan sesuai dengan kebutuhan pengembangan potensi dan prestasi siswa pada tingkat satuan pendidikan
memberdayakan sekolah, terutama sumber
daya manusianya (kepala sekolah, guru, karyawan, siswa, orang tua siswa, dan
Fungsi MBS
Fungsi-fungsi
manajemen yang didesentralisasikan ke sekolah, sehingga terlihat jelas benagn merah kekuasaan dan kewenangan antara pemerintah pusat, kabupaten/kota, sekolah, orangtua dan masyarakat dalam mengelola pendidikan
(power)untuk mengambil
keputusan. pengetahuan dan keterampilan, termasuk untuk mengambil keputusan yang baik dan pengelolaan secara profesional. informasi yang diperlukan oleh sekolah untu mengambil keputusan penghargaan atas prestasi,yang harus ditangani masing-masing sekolah.
fungsinya; planning, organizing, actuating, controlling dan leading. Fungsifungsi ini dilaksanakan oleh sekolah, baik oleh kepala sekolah, guru, dan atau komite sekolah. Bidang teknis yang dikelola oleh sekolah dengan fungsi-fungsi tersebut, yaitu: (a) perencanaan dan evaluasi, (b) pengembangan kurikulum, (c) proses pembelajaran, (d) personil (ketenagaan), (e) keuangan, (f) fasilitas sekolah (saranaprasarana), (g) pelayanan siswa, (h)
1. Perencanaan
Sekolah
diberikan kewenangan untuk melakukan perencanaan sesuai dengan kebutuhannya. Kebutuhan yang dimaksud, misalnya kebutuhan untuk meningkatkan mutu sekolah. Oleh karena itu, sekolah harus melakukan analisis kebutuhan (need assessment). Dari hasil kebutuhan analisis inilah kemudian sekolah membuat rencana peningkatan mutu. Sekolah diberikan wewenang untuk melakukan penjamian
2. Pengelolaan Kurikulum
Acuan
kurikulum yang dibuat oleh pemerintah pusat adalah kurikulum standar minimal yang berlaku secara nasional. Padahal kondisi sekolah pada umumnya sangat beragam. Oleh karena itu dalam penerapannya sekolah dapat melakukan pengembangan semaksimal mungkin, namun tidak boleh mengurangi panduan pengembangan kurikulum yang berlaku secara nasional. Selain itu, sekolah diberi kebebasan untuk mengembangkan kurikulum dan muatan lokal
diberikan kebebasan untuk memilih strategi., metode, dan teknik-teknik pembelajaran dan pengajaran yang paling efektif, sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, siswa, guru, dan kondisi nyata sumber daya yang tersedia di sekolah Secara umum, strategi, metode, dan teknik pembelajaran dan pengajaran yang berorentasi pada siswa (student centered) lebih mampu memberdayakan pembelajaran siswa.
4. Pengelolaan Ketenagaan
Pengelolaan
ketenagaan, mulai dari analisis kebutuhan, perencanaan, rekrutmen, pengembangan, reword, dan punishment, hubungan kerja, sampai evluasi kinerja sumber daya manusia di sekolah dapat dilakukan oleh sekolah, kecuali yang menyangkut jasa dan rekrutmen guru pegawai negeri, yang sampai saat ini masih ditangani secara birokrasi.
5. Pengelolaan Fasilitas
(sarana dan prasarana)
Pengelolaan
fasilitas sudah seharusnya dilakukan oleh sekolah, mulai dari pengadaan, pemeliharaan, dan perbaikan, hingga sampai pengembangan. Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa sekolah yang paling mengetahui kebutuhan fasilitas baik kecukupan, kesesuaian, maupun kemutakhirannya, terutama fasilitas yang sangat erat kaitannya dengan proses pembelajaran
6. Pengelolaan Keuangan
Pengelolaan
keuangan sudah sepantasnya dilakukan oleh sekolah. Hal ini juga disadari bahwa sekolah yang paling mengetahui dan memahami kebutuhannya, sehingga desentralisasi pengelolaan keuangan sudah seharusnya dilimpahkan ke sekolah. Sekolah juga harus diberikan kebebasan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang mendatangkan penghasilan, sehingga sumber keuangan tidak semata-mata tergantung pada pemerintah
7. Pelayanan Siswa
Pelayanan
siswa dilakukan, mulai dari penerimaan siswa baru, pengembangan atau pembinaan, penempatan untuk melanjutkan sekolah atau untuk memasuki dunia kerja, hingga sampai pada alumni sebenarnya dari dahulu memang sudah didesentralisasikan. Karena itu, yang diperlukan adalah peningkatan intensitas dan ekstensitasnya.
9. Iklim Sekolah
Terciptanya
Sekolah yang kondusif dan dapat menumbuhkan semangat belajar. Sekolah yang aman dan tertib
Diskusi
situasional. Kemampuan ortu yg tidak memadai sehingga ikut saja keputusan sekolah. Kekuasaan sekolah lebih tinggi.
Ibu Iswatun Pelaksanaan MBS masih setengah-setengah,
DR. Fakhrudin Arbah, Konsepsi mengenai apa dan mengapa. M.Pd. kebijakan Mengkritisi
Ruang bebas untuk menyampaikan
permasalahan.
Upaya peningkatan mutumembutuhkan
anggaran besar
Pengembangan kurikulum namun belum
yg lain