Professional Documents
Culture Documents
BIREUEN
Laporan Praktek Kerja Lapang Merupakan Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pada Fakultas Pertanian
Rita Arianai PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MALIKUSSALEH R MUARA BATU 2012/2013
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil alamin Segala puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang Maha Berkehendak dan tak lupa pula selawat dan salam kita sanjung sajikan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, dan disertai dengan usaha tanpa lelah penyusun akhirnya penyusun Laporan Praktek Kerja Lapang yang berjudul Analisis Pendapatan Usaha pembibitan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jack) Di Desa Alue Mangki Kecamatan Gandapura-Bireuen dapat terselesaikan tepat pada waktu yang ditetapkan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan Terima kasih kepada bapak Ir.Murdani,M.P selaku dosen pembibing yang telah mengamanatkan tugas menyusun laporan praktek kerja lapang ini, dan juga kepada rekan-rekan perkuliahan, serta kepada pihak-pihak lainnya yang telah membantu dalam penyusunan laporan praktek kerja lapang Harapan kami, semoga dengan tersusunnya laporan praktek kerja lapang ini dapat dijadikan suatu referensi ilmiah yang berguna terutama bagi penulis sendiri dan para pembaca yang memang berminat terhadap usaha pembibitan kelapa sawit yang ingin berbisnis di usaha ini untuk meningkatkan pendapatan atau sebagai mata pencaharian pokok kedepannya. Selain itu, penulis juga berharap adanya kritik dan saran membangun dari para pembaca agar menjadi masukan berharga bagi penyusun.
penulis
ii
DAFTAR ISI
Lembaran pengesahan ................................................................................................. i KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... v DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. vi BAB I ............................................................................................................................ 1 PENDAHULUAN........................................................................................................ 1 1.1. 1.2. 1.3. Latar Belakang ......................................................................................... 1 Tujuan Praktek Kerja Lapang ................................................................... 4 Kegunaan Dan Mamfaat Praktek Kerja Lapang ....................................... 5
BAB II .......................................................................................................................... 6 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................. 6 2.1 Landasan Teori. ................................................................................................... 6 BAB III ....................................................................................................................... 11 METODELOGI PRAKTEK KERJA LAPANG ................................................... 11 3.1. 3.2. 3.3. Wilayah Umum Praktek Kerja Lapang .................................................. 11 Keadaan Penduduk ................................................................................. 11 Keadaan Iklim ........................................................................................ 12
BAB IV ....................................................................................................................... 14
iii
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................. 14 4.1. 4.2. 4.3. Syarat Tumbuh Kelapa Sawit ................................................................. 14 Proses Pembibitan .................................................................................. 15 Analisis Biaya Pembibitan Kelapa sawit ................................................ 18
BAB V......................................................................................................................... 26 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 26 5.1. 5.2. Kesimpulan ............................................................................................. 26 Saran ....................................................................................................... 26
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Wilayah potensi pengembangan komoditas kelapa sawit di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam ................................................................... 2 Tabel 2 . Jumlah Penduduk Desa Alue Mangki, Kec.Gandapura, Kab.Bireuen... 12 Tabel 3. Jumlah curah hujan, hari hujan dan rata-rata curah hujan dikecamatan Gandapura 2011 ...................................................................................... 12 Tabel 4 . Rincian Biaya Produksi .......................................................................... 18 Tabel 5 . Biaya Penyusutan Peralatan ................................................................... 22 Tabel 6. Biaya Produksi ........................................................................................ 23
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 dan 2. Pekerja sedang mengisi tanah kedalam polibag ............................. 28 Gambar 3 dan 4. Bibit kelapa sawit di dalam polibag dan di bedengan ..................... 28 Gambar 5 dan 6 : Bibit sudah dipindahkan kedalam polibag besar ........................... 29 Gambar 7 dan 8. Bibit kelapa Sawit berumur antara 6 dan 7 bulan ........................... 29
vi
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Provinsi Aceh sebagai salah satu produsen CPO terbesar di Indonesia memiliki perkebunan kelapa sawit yang pertumbuhan luas arealnya sangat pesat, luas areal perkebunan kelapa sawit adalah Perkebunan Rakyat : 142,233 Ha, Perkebunan Negara : 40,710 Ha, dan Perkebunan Swasta : 136,224 Ha. Produksi Kelapa Sawit untuk Tahun 2006 Terdiri dari : Produksi Perkebunan Rakyat : 117,960 Ton, Produksi Perkebunan Negara : 149,100 Ton, dan Produksi Perkebunan Swasta : 498,356 Ton, Untuk Tahun 2007 Terdiri dari : Produksi Perkebunan Rakyat : 121,528 Ton, Produksi Perkebunan Negara : 149,100 Ton, dan Produksi Perkebunan Swasta : 498,382 Ton Status Masih Sementara,Untuk Tahun 2009 Terdiri dari : Produksi Perkebunan Rakyat : 181,632 Ton, Produksi Perkebunan Negara : 67,936 Ton, dan Produksi Perkebunan Swasta : 233,327 Ton ,Untuk Tahun 2010 Terdiri dari : Produksi Perkebunan Rakyat : 185,265 Ton, Produksi Perkebunan Negara : 69,634 Ton, dan Produksi Perkebunan Swasta : 238,927 Ton Status Masih Sementara. Perluasan areal perkebunan kelapa sawit yang terus meningkat menyebabkan tingginya permintaan akan bibit kelapa sawit. Permintaan bibit kelapa sawit ini juga diakibatkan oleh banyaknya kebun kelapa sawit yang diremajakan. Peremajaan kebun 236 kelapa sawit ini dilakukan setelah tanaman berumur 25 tahun dimana tanaman tidak produktif lagi dan biaya perawatan yang dikeluarkan lebih tinggi dari hasil produksi.
1
Berikut data potensi pengembangan komoditas kelapa sawit di wilayah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Tabel 1. Wilayah potensi pengembangan komoditas kelapa sawit di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. NO NAMA DAERAH 1 Kabupaten Aceh Barat 2 Kabupaten Aceh Barat Daya LUAS LAHAN Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 4.978 Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 2.837 Status Lahan: Luas Lahan Perkebunan Kelapa Sawit yang terdiri dari TBM: 2,158, TM :589, TTM: 90 Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 1.200 Status Lahan: Luas Lahan Perkebunan Kelapa Sawit Yang Terdiri TBM: 435, TM : 71, TTM : 694 Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 6.519 Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 5.848 Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 19.318 Status Lahan: Luas Lahan Perkebunan Kelapa Sawit yang terdiri dari TBM : 4,516, TM : 13,947, TTM: 855 Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 19.611 Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 1.921 Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 16.573 Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 16.089 Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 52 Status Lahan: Luas Lahan Perkebunan Kelapa Sawit yang terdiri dari TBM: 8,TM : 44 Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 4.372 Status Lahan: Luas Lahan Perkebunan Kelapa Sawit yang terdiri dari : TBM : 1,772, TM: 2,468, TTM: 132 Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 27.434 Status Lahan: Luas Lahan Perkebunan Kelapa Sawit yang terdiri dari : TBM : 13,270, TM : 13,963, TTM :201
2
4 5 6
7 8 9 10 11
Kabupaten Aceh Tamiang Kabupaten Aceh Tenggara Kabupaten Aceh Timur Kabupaten Aceh Utara Kabupaten Bener Meriah Kabupaten Bireuen
12
13
Kabupaten Naganraya
14
Kabupaten Pidie
15 16
Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 55 Status Lahan: Luas lahan perkebunan kelapa sawit yang terdiri dari TM: 5 , TTM: 50 Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 56
17
18
19
Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 1.688 Status Lahan: Luas Lahan Perkebunan Kelapa Sawit Yang terdiri dari : TBM : 1,684, TM : 2, TTM : 2 Kota Langsa Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 375 Status Lahan: Luas Lahan Perkebunan Kelapa Sawit Terdiri Dari TBM : 9, TM : 366 Kota Lhokseumawe Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 207 Status Lahan: Luas Lahan Perkebunan Kelapa Sawit terdiri dari TBM : 137, TM :70 Kota Subulussalam Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 11.309
Sumber: http://regionalinvestment.bkpm.go.id(2012) Peluang usaha pembibitan kelapa sawit ini telah dilirik oleh banyak investor, mulai dari usaha berskala kecil (5.000-10.000 bibit per tahun) yang dilakukan oleh masyarakat sampai usaha berskala besar yang menghasilkan 50.000-100.000 bibit per tahun. Usaha pembibitan kelapa sawit pada umumnya tidak mudah meningkatkan skala usahanya karena terbatasnya luas lahan yang tersedia dan sulitnya mendapatkan tenaga kerja di sekitar tempat usaha. Faktor pembatas lainnya adalah sulitnya mendapatkan tambahan kecambah pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat karena terbatasnya produksi kecambah PPKS Marihat dan berbagai persyaratan lainnya.
Prospek pasar bagi olahan kelapa sawit cukup menjanjikan, karena permintaan dari tahun ketahun mengalami peningkatan yang cukup besar, tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga diluar negeri. Karena itu, sebagai Negara tropis yang masih memiliki lahan cukup luas, Indonesia berpeluang besar untuk
3
mengembangkan perkebunan kelapa sawit, baik melalui penanaman modal asing maupun skala rakyat. Setelah terbukti perkebunan kelapa sawit menghasilkan keuntungan yang cukup tinggi, banyak perusahaan asing berbondong-bondong berinvestasi di bidang perkebunan ini. Para investor tersebut diantaranya RCMA (Inggris), Uni Royal (Amerika Serikat), SIPEF (Belgia), dan Lonsum (Inggris). Selain itu, pemerintah pun tertarik mendirikan PTP I-X di Aceh (NAD), Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Kalimantan, dan Irian Jaya (kini papua). Dipulau Jawa, ada PTP XI (Banten) dan PT Condong Garut (Garut). Keuntungan yang menggiurkan menjadi landasan utama munculnya usahausaha pembibitan kelapa sawit. Bagaimana kinerja finansial kegiatan usaha pembibitan kelapa sawit tersebut dan bagaimana prospeknya di tahun-tahun mendatang? Isu-isu tersebut mendasari dilaksanakannya studi ini. 1.2. Tujuan Praktek Kerja Lapang Adapun tujuan diperoleh dari Praktek Kerja Lapang yang dilakukan diDesa Alue Mangki, kec.Gandapura-Bireuen adalah: Untuk Menganalisis Pendapatan Usaha Pembibitan Kelapa Sawit Di Desa Alue Mangki, Kec.Gandapura-Bireuen.
1.3.
Kegunaan Dan Mamfaat Praktek Kerja Lapang Adapun diadakan nya Praktek Kerja Lapang ini diharapkan dapat
bermamfaat bagi penulis pada khususnya dan pada umumnya bisa bermamfaat semua elemen mulai dari lembaga pemerintahan, lembaga pendidikan dan masyarakat. Adapun kegunaannya antara lain sebagai berikut: 1. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan teoritis yang didapat selama kuliah, sehingga membuka wawasan agribisnis yang lebih jelas. 2. Sebagai landasan bagi penulis selanjutnya yang berminat melakukan penelitian yang berhubungan dengan Analisis Pendapatan Usaha pembibitan Kelapa Sawit 3. Dapat berguna sebagai informasi bagi petani dalam Analisis Pendapatan Usaha pembibitan Kelapa Sawit. 4. Sebagai bahan masukan bagi pihak perusahaan dan pemerintah dalam mengambil masyarakat. kebijakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
2.1.1. komoditas Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jack) Kelapa sawit merupakan tanaman komoditas perkebunan yang cukup penting di Indonesia dan masih memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah. Komoditas kelapa Sawit, baik berupa bahan mentah maupun hasil olahannya, menduduki perungkat ketiga penyumbang Devisa nonmigas terbesar bagi Negara setelah Karet dan Kopi. Kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat diandalkan, karena minyak yang dihasilkan memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan minyak yang oleh tanaman lain. Keunggulan tersebut di antaranya memiliki kadar kolesterol rendah, bahkan tanpa kolesterol. Minyak nabati merupakan produk utama yang bisa dihasilkan dari kelapa sawit. Potensi produksinya per hektar mencapai 6 ton per tahun, bahkan lebih. Jika dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak lainnya (4,5 ton pertahun), tingkat produksi ini termasuk tinggi. Asal tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack) secara pasti belum bisa diketahui. Namun, ada dugaan kuat tanaman ini berasal dari dua tempat, yaitu Amerika Selatan dan Afrika (Guenia). Spesies Elaeis melanococca atau Elais oleivera diduga berasal dari Amerika Selatan dan Spesies Elaeis guineensis berasal dari Afrika (Guenia).
Sampai saat ini, kedua spesies diatas sudah menyebar keseluruh Negara beriklim tropis, termasuk Indonesia. Adrien Hallet, seorang berkebangsaan Belgia, merupakan orang pertama yang memasukkan tanaman ini ke Indonesia pada tahun 1911, sekaligus medirikan perkebunan kelapa sawit di Asahan (Sumatra Timur) dan di sungai Liput (Aceh Timur). Perkebunan ini sekarang bernama PT.Socfindo. 2.1.2 Analisis Usaha Analisis usaha merupakan pendekatan yang sangat penting bagi usaha. Melalui hasil analisis ini dapat dicari langkah pemecahan berbagai kendala yang dihadapi. Analisis usaha bertujuan untuk mencari titik tolak untuk memperbaiki hasil dari usaha tersebut. Hasil analisis ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan pengelola usaha, baik menambah maupun mencari pemecahan terhadap berbagai kendala (Surya, 2009). 2.1.3 Pendapatan Usaha Dalam bisnis, pendapatan usaha adalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan dari aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk atau jasa kepada pelanggan. Menurut Ramlan (2006:13) pendapatan usaha adalah kerja dari suatu usaha yang telah dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu. Menurut Ramlan (2006:41) pendapatan dibagi dua yaitu pendapatan bersih dan pendapatan kotor. Pendapatan bersih adalah pendapatan yang telah
pendapatan dari hasil usaha dikurangi kebutuhan selama mengadakan usaha serta penggunaan bahan bakar dan tenaga pembantu lainnya. Analisis pendapatan berfungsi untuk mengulur berhasil tidaknya suatu kegiatan usaha, menentukan komponen utama pendapatan dan apakah komponen itu masih dapat ditingkatkan atau tidak (Surya, 2009) 2.1.4 Biaya
2.1.4.1. Pengertian Biaya Menurut Mulyadi (1999 : 8) dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis, yang diukur dalam satuan uang, yang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam arti sempit diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva yang disebut dengan istilah harga pokok, atau dalam pengertian lain biaya merupakan bagian dari harga pokok yang dikorbankan didalam suatu usaha untuk memperoleh penghasilan. 2.1.4.2. Macam-macam Biaya Biaya digolongkan sebagai berikut: 1) Menurut objek pengeluaran. Penggolongan ini merupakan penggolongan yang paling sederhana, yaitu berdasarkan penjelasan singkat mengenai suatu objek pengeluaran, misalnya pengeluaran yang berhubungan dengan telepon. 2) Menurut fungsi pokok dalam perusahaan. Biaya dapat digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu
a.
Produksi, yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau kegiatan biaya pengolahan bahan baku menjadi produk selesai. Biaya
produksi dapat digolongkan kedalam biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. b. Biaya pemasaran, adalah biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. c. Biaya administrasi dan umum, adalah biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan produksi dan pemasaran produk. 3) Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai. Ada 2 golongan yaitu: a. Biaya langsung, merupakan biaya yang terjadi dimana penyebab satu-satunya adalah karena ada sesuatu yang harus dibiayai. Dalam kaitannya dengan produk biaya langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. b. Biaya tidak langsung, adalah biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai, dalam hubungannya dengan produk, biaya tidak langsung dikenal dengan biaya overhead pabrik. 4) Menurut prilaku dalam kaitannya dengan perubahan volume kegiatan.
Biaya dibagi menjadi 3 yaitu: a. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap konstan tidak dipengaruhi perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai tingkat kegiatan tertentu.
b.
Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah secara sebanding dengan perubahan volume kegiatan atau aktivitas.
c.
Biaya semi variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
2.1.5
Penerimaan Penerimaan merupakan nilai produk total usaha tani dalam jangka waktu
tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Penerimaan dalam usaha tani meliputi seluruh penerimaan yang dihasilkan selama periode pembukuan yang sama (Surya, 2009). Surya (2009), menjelaskan bahwa dalam analisis pendapatan usaha tani diperlukan dua keterangan pokok yaitu keadaan penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan. Selanjutnya disebutkan bahwa tujuan
analisis pendapatan adalah untuk menggambarkan keadaan sekarang dan keadaan yang akan datang dari kegiatan usaha. Dengan kata lain analisis pendapatan bertujuan untuk mengukur keberhasilan suatu usaha.
10
BAB III METODELOGI PRAKTEK KERJA LAPANG 3.1.Wilayah Umum Praktek Kerja Lapang Praktek Kerja Lapang ini dilakukan di Desa Alue Mangki, kecamatan Gandapura, Kabupaten Bireuen, dengan luas wilayah 150 Ha dan berbatasan dengan Desa seperti tercantum di bawah ini: a) Utara berbatasan dengan Selat Malaka, Desa Ie Rhop b) Timur berbatasan dengan Desa Pante Gurah c) Selatan berbatasan dengan Desa Lapang Timur d) Barat berbatasan dengan Desa Lingka kuta Pelaksanaan praktek kerja lapang ini berlansung selama 3 bulan yang di mulai dari tanggal 25 Oktober 2012 sampai dengan 28 Desember 2012.
3.2.Keadaan Penduduk Keadaan penduduk Desa Alue Mangki, kecamatan Gandapura, Kabupaten Bireuen tahun 2012 tercatat data yang diperincikan menurut Kelompok umur tertera pada tabel berikut :
11
Tabel 2 . Jumlah Penduduk Desa Alue Mangki, Kec.Gandapura, Kab.Bireuen No 1 2 3 4 5 6 Umur 0 -12 bulan 1 - 5 tahun 5 7 tahun 7 - 15 tahun 15 56 tahun <56 tahun Jumlah penduduk 27 orang 88 orang 20 orang 107 orang 446 orang 80 orang
Sumber: Desa Alue Mangki dalam angka (2012) 3.3.Keadaan Iklim Iklim di kecamatan Gandapura menurut data curah hujan dan jumlah hari selama beberapa bulan terakhir diperoleh gambaran bahwa antara musim penghujan dan kemarau menunjukkan perbedaan yang nyata. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3 Tentang keadaan hujan dan hari hujan di kecamatan Gandapura. Tabel 3. Jumlah curah hujan, hari hujan dan rata-rata curah hujan dikecamatan Gandapura 2011 Rata-Rata Hujan (mm/hari hujan) (4) 22 15 17 31 33
No
Bulan (1) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September
1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 Oktober 304 12 11 November 257 9 12 Desember Sumber: Kecamatan Gandapura Dalam Angka (2011)
35 29 -
Menurut data Badan Meteorologi dan Geofisika (2011), keadaan iklim di kecamatan Gandapura pada tahun 2011 yaitu dengan hari hujan minimal terjadi pada bulan Juli dengan curah hujan sebesar 50 mm, dan hari hujan maksimal terjadi pada bulan Oktober dengan curah hujan 304 mm.
13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Syarat Tumbuh Kelapa Sawit a. Curah hujan Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit adalah di atas 2000 mm dan merata sepanjang tahun. Hujan yang tidak turun selama 3 bulan menyebabkan pertumbuhan kuncup daun terhambat sampai hujan turun (anak daun atau janur tidak dapat memcah) hujan yang lama tidak turun juga banyak berpengaruh terhadap produksi buah, karena buah yang sudah cukup umur tidak mau masak (brondol) sampai turun hujan. Hujan yang terlalu banyak (lebih dari 5.000 mm pertahun) tidak berpengaruh jelek terhadap produksi buah kelapa sawit,asalkan drainase tanah dan penyinaran matahari cukup baik. b. Penyinaran matahari Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman heliofil atau menyukai cahaya matahari. Penyinaran matahari sangat berpengaruh terhadap perkembangan buah kelapa sawit. Tanaman yang ternaungi karena jarak tanam yang sempit, pertumbuhannya akan terhambat Karena hasil asimilasinya kurang. Tanaman dewasa yang ternaungi, produksi bunga betinanya sedikit sehingga perbandingan bunga berina dan jantan (sex ratio) kecil. Penelitian menunjukkan pada bulan-bulan yang penyinaran mataharinya lebih panjang mempunyai korelasi positif dengan produksi buah kelapa sawit. Kebun-kebun kelapa sawit di Indonesia, Malaysia, ivory coast(pantai gading), Nigeria, dan yangambi (Zaire),
14
panjang penyinaran matahari tidak menjadi masalah karena letak geografisnya dekat dengan garis khatulistiwa. c. Tanah Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di banyak jenis tanah, yang penting tidak kekurangan air pada musim kemarau dan tidak tergenang air pada musim hujan (drainase baik). Di lahan-lahan yang permukaan air tanahnya tinggi atau tergenang, akar akan membusuk. Selain itu, pertumbuhan batang dan daunnya tidak mengindikasikan produksi buah yang baik. Kesuburan tanah bukan merupakan syarat mutlak bagi perkebunan kelapa sawit.
4.2.Proses Pembibitan Benih kelapa sawit untuk calon bibit harus dihasilkan dan dikecambahkan oleh lembaga resmi yang ditunjuk pemerintah. Proses pengecambahan umumnya dilakukan sebagai berikut Benih tanaman kelapa sawit memiliki kulit yang tebal. Karena itu, perlu persiapan yang lama untuk dipanen, tandan buah diperam (fermentasi I) selama tiga hari supanya semua buahnya rontok. Setelah itu, diperam lahi selama tiga hari (fermentasi II). Selama fermentasi I dan II, penyiraman dilakukan setiap hari. Setelah daging dalam sabut membusuk, bijinya dipisahkan dari daging buah dan serat, biji dikeringkan dan disimpan selama dua bulan untuk mematahkan dormansi. Setelah itu, biji dikecambahkan. Biji kelapa sawit akan berkecambah selama 2-3 bulan.
15
Lokasi pembibitan harus memenuhi syarat sebagai berikut. 1. Dekat dengan sumber air, tetapi tidak kebanjiran. 2. Letaknya tidak jauh dari lokasi penanaman karena biaya angkutan bibit maha. 3. Areal datar dan mudah dipasang instalasi air 4. Dekat kantor dan pemukiman supaya mudah pengawasannya. 5. Keamanan terjamin dan bebas dari gangguan binatang pengganggu. 6. Jauh dari sumber hama dan penyakit.
Pembibitan tanaman kelapa sawit dilakukan dengan dua system (double stage system), yaitu melalui pembibitan awal (pre-nursery) dan pembibitan utama (main-nursery).
a. Pembibitan Awal (pre-nursery) Tanah yang digunakan untuk mengisi polibag kecil berupa tanah bagian atas (topsoil) yang mudah dibersihkan dari batu dan sisa-sisa tanaman. Polibag yang berisi tanah diletakkan di bedengan yang lebarnya 1 meter dan panjang sekitar 8 meter. Sebelum penanaman kecambah, polibag harus disiram air dahulu. Tanah di tengah-tengah polibag dilubangi dengan telunjuk tangan, lalu kecambah dimasukkan ke dalam lubang tadi dengan promordia batang menghadap keatas, lalu lubang ditutu kembali. Pembibitan awal dilakukan sampai umur 3 bulan atau kecambah sudah berdaun 4 lembar, lalu dipindahkan ke pembibitan utama.
16
Pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara sebagai berikut. 1. Bibit disiram dua kali sehari, pagi dan sore 2. Rumput-rumput dalam polibag dicabut pelan-pelan. 3. Bibit dipupuk dengan urea dalam bentuk larutan yang berkonsentrasi 0,2 % 4. Hama dan penyakit diberantas secara terpadu. b. Pembibitan Utama (Main-Nursery) Tanah yang sudah bersih dimasukkan ke dalam polibag besar berukuran 40x50 cm yang dapat menampung 25 kg tanah. Pengisian tanah dalam polibag jangan terlalu penuh, cukup sampai 3 cm dari bagian atas polybag. Tujuannya supaya air dan pupuk tidak melimpah ke luar. Polibag diletakkan dengan jarak 70x70x70 cm. setelah disiram, tanah di tengah-tengah polibag dilubangi dengan kayu tumpul yang besarnya sama dengan polibag kecil. Polibag kecil disobek, bibit beserta tanahnya dimasukkan ke dalam lubang tadi, lalu lubang ditutup kembali.
17
4.3. Analisis Biaya Pembibitan Kelapa sawit Perhitungan dan analisis finansial pembibitan kelapa sawit ini
menggunakan Analisis sebagai berikut: (1) Break event point (Titik Balik Modal) (2) Benefit Cost Ratio (Rasio Biaya Dan pendapatan) (3) ROI ( return of investment )
Analisis dilakukan untuk periode waktu 1 tahun, biaya yang diperlukan dalam pembangunan usaha pembibitan, terdiri dari pengadaan peralatan,
penyiapan media tanam,pengadaan bibit,pupuk, obat-obatan, perlengkapan dan biaya tenaga kerja. Untuk kegiatan usaha pembibitan dibutuhkan lahan seluas 1 Ha, Biaya pemakaian lahan ini dihitung sebagai biaya investasi dan hanya dikeluarkan pada tahun pertama kegiatan pembibitan kelapa sawit (tahun 2011) senilai Rp 3.000.000,00 Berikut data rincian biaya yang digunakan dalam usaha pembibitan kelapa sawit pada salah satu usaha tani nursery lapang parasawita desa Alue Mangki, Kec.Gandapura.
Jumlah (Rp) 6
unit
45.000
315.000
2. Cangkul/sekop 3. Naungan 4. pagar 5. Pompa Air 6. Selang/pipa penyiraman a. Pipa paralon Tipe 2 inci Tipe 1 inci untuk
7 92 52 4
60 32 62 250 3
unit
325.000
975.000 Rp.14.930.400
Jumlah Biaya Tetap 2 Biaya variabel a. benih 1. PPKS Sehaspa 2. DXP Lofsul Scopindo 3. DXP London Sumatra b. Polibag 1. polibag kecil 2. polibag besar 60 450
19
5.000 5.000
kecambah kecambah
6.000 9.500
30.000.000 47.500.000
5.000
kecambah
11.500
57.500.000
kg kg
15.000 15.000
900.000 6.750.000
c.
Pupuk 1. Majemuk 2. Urea 3. Z.A 12 52 7 Media 25 sak sak sak Truk 190.000 4.750.000 320.000 95.000 3.840.000 4.940.000
10 20 12
1. Pengisian Tanah Kedalam Media Tanam( 30 hari) 2. Penanaman ( 7 hari) 3. Penyiraman (360 hari) 4. Penyemprotan ( 30 kali) 5. Penyiangan ( 10 kali) 4. Pengangkutan ( 7 hari)
HKP
40.000
10.800.000
9 4
HKP HKP
40.000 20.000
2.520.000 28.800.000
HKP
75.000
2.250.000
HKP
40.000
3.600.000
10
HKP
40.000
2.800.000
20
4.3.1. Modal kerja merupakan biaya operasional yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha setelah pembangunan instalasi pembibitan dengan menggunakan biaya investasi selesai dilakukan. Modal kerja terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost).
4.3.2. Biaya tetap. Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi. Biaya tetap terdiri dari gaji tenaga kerja tetap, penyusutan, Biaya yang dikeluarkan untuk gaji karyawan tetap pada usaha pembibitan dikeluarkan per hari. Untuk menjaga kesinambungan kegiatan usaha pembibitan kelapa sawit perlu dihitung besarnya biaya penyusutan pada setiap tahun. Sebuah kegiatan usaha yang sehat pada umumnya mempunyai cadangan penyusutan/depresiasi untuk menjaga keberlanjutan dari kegiatan usaha disamping menjaga kualitas produk dan memudahkan dalam mengikuti perubahan aset dengan adanya perubahan teknologi. Biaya penyusutan diperhitungkan sebagai dana pengganti dari aset yang tidak ekonomis lagi. Di pihak lain, biaya penyusutan juga dianggap sebagai laba dalam perhitungan rugi laba, karena dana yang disisihkan sebenarnya merupakan penerimaan perusahaan yang dapat digunakan pada berbagai kepentingan. Jenis investasi yang perlu disusut terdiri dari bangunan/gedung, mesin, dan peralatan lainnya yang memerlukan penggantian pada suatu masa sebagai akibat dari pemakaian. Besar kecilnya biaya penyusutan yang dilakukan pada setiap asset tergantung pada harga aset, umur ekonomis, serta metode yang
21
digunakan dalam penyusutan. Pada usaha pembibitan ini jumlah penyusutan secara keseluruhan adalah Rp 2.754.840,- per tahun. Rinciannya sebagai berikut :
Tabel 5 . Rincian Penyusutan Peralatan No Uraian 1 2 a. Peralatan 1. Parang 2. Cangkul/sekop 3. Naungan 4. pagar 5. Pompa Air 6. Pipa paralon Tipe 2 inci 7. Pipa paralon Tipe 1 inci 8. Sambungan pipa 9. selang 10. Hand Spayer/penyemprot 11. Kereta Sorong (Rp) 3 Harga Umur Ekonomis (Tahun) 4 Biaya penyusutan (Rp/tanun) 5
10 Tahun
896.000
10 Tahun
89.600
975.000
5 Tahun
22
Tabel 6. Tabel Jumlah Biaya Produksi No 1 Keterangan Biaya Usaha Tani a. Biaya penggunaan lahan Rp.3.000.000,00 Harga (Rp)
b. Nilai penyusutan
Rp. 2.754.840,00
c. Biaya variabel
Rp.208.770.000,00
Rp.214.279.680,00
1.
Jumlah bibit yang diproduksi pertahun sebanyak 1.500 bibit dengan harga ratarata dibadrol seharga Rp.25.000
= 15.000 x Rp.25.000,00
Keuntungan Usaha
= Rp. 160.720.320,00
23
2.
Break Event Point ( Titik Balik Modal) BEP adalah suatu kondisi yang menggambarkan bahwa hasil usaha diperoleh sama dengan modal yang dikeluarkan. 1. BEP volume produksi BEP volume produksi menggambarkan produksi minimal yang harus dihasilkan agar usaha tani tidak mengalami kerugian
p p
BEP = Rp. 8.571 per unit Titik balik modal tercapai jika produksi kelapa sawit mencapai 8.571 per bibit. Hasil ini menunjukkan bahwa pada saat diperoleh peroleh produksi sebesar 8.571 per unit usaha tani kelapa sawit mendapatkan keuntungan. 2. Benefit Cost Ratio ( Rasio Biaya dan pendapatan) B/C digunakan untuk mengukur analisis kalayakan usaha tani, yaitu perbandingan antara permintaan kotor dengan total biaya yang dikeluarkan. otal Perimaan p otal Bia a Produksi p p p
24
B/C = 0.75 Nilai B/C rasio sebesar 0.75 menunjukkan bahwa dengan biaya atau modal usaha sebesar Rp.208.770.000 akan diperoleh penerimaan sebesar 1 % dari modal yang akan dikeluarkan. Artinya, setiap penambahan biaya sebesar Rp. 1 maka akan diperoleh penerimaan Rp. 0.75. 3. ROI ( return of investment ) Analisis ROI digunakan untuk mengetahui effiensi penggunaan modal, yaitu ukuran perbandingan antara keuntungan dengan biaya operasional. Penerimaan laba Bia a perasional p p
ROI = 75 %
Artinya, dari biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 100,- akan dihasilkan keuntungan sebesar Rp 75 sehingga penggunaan modal untuk usaha ini effisien.
25
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan Berdasarkan hasil pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL), maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pembibitan Kelapa sawit layak diusahakan dan mampu memberikan selisih positif keuntungan cukup besar. 2. Hasil analisis usaha pembibitan kelapa sawit diperoleh pendapatan sebesar = Rp. 160.720.320 dari 15.000 bibit dengan biaya Rp.214.279.680 sehingga memperoleh keuntungan sebesar = Rp. 160.720.320. 3. Usaha pembibitan kelapa sawit merupakan investasi usaha sangat menguntungkan dan memiliki prospek yang sangat baik seperti yang didapat salah satu pengusaha bibit Nursery Lapang Parasawita di kec.Gandapura. 5.2.Saran 1. Diharapkan kepada lembaga-lembaga yang berkompeten dibidang budidaya Kelapa Sawit Agar memberikan informasi inovasi dan motivasi kepada petani maupun pengusaha dibidang tersebut. 2. Diharapkan juga bagi pemerintah lebih memerhatikan usaha pembibitan kelapa sawit pada khususnya, usaha budidaya pertanian pada umumnya baik dalam pemberian modal usaha maupun dalam bentuk akses informasi internasional.
26
DAFTAR PUSTAKA
Agus L .2010. Analisis Usaha Tani. http://organik-sawangan.blogspot.com. Diakses pada tanggal 30 desember 2012 Anonim. 2012. Bireuen Dalam Angka 2012. http://bireuenkab.bps.go.id. Diakses pada tanggal 12 desember 2012 Anonim. 2010. Potensi Kelapa Sawit Di Aceh.
http://regionalinvestment.bkpm.go.id. Di akses pada Tgl 12 desember 2012. Hastuti D. R. dan Rahim A. 2007. Ekonomitrika Pertanian (pengantar, Teori, dan Kasus). Penebar Swadaya. Jakarta Kadariah, Lien Karlina, Clive Gray. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia. Jakarta Sakti H. 2006. Analisis kelayakan bisnis pembibitan kelapa sawit PT. Multi sawit ekanisu di kabupaten kampar. http://faperta.uniska-bjm.ac.id Diakses pada tgl 06 desember 2012 Selardi S . 2003. Budidaya Kelapa Sawit. PT.Agromedia pustaka. Jakarta Sudono S. 2005. Mikro Ekonomi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta Soekartawi. 1991. Agribisnis Teori Dan Aplikasinya. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta Wira A .2011. Analisis Pendapatan Usaha Tani Buah Naga (Heloserkusundatus) Di Desa Alubu Kecamatan Peurelak Barat. Laporan Praktek Kerja Lapang. Fakultas Pertanian. Universitas Malikussaleh.
27
28
29