You are on page 1of 21

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan hal yang sangat fundamental. Setiap manusia pasti melakukan komunikasi dalam setiap kegiatan sehari-hari. Manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan pengalaman. Seperti halnya seorang guru. Sebagai seorang guru sekolah dasar, sudah sepatutnya kita mengerti bagaimana cara berkomunikasi dengan baik, karena dalam kegiatan belajar mengajar pastilah terjadi komunikasi antara guru dan peserta didik. Komunikasi akan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan dengan baik oleh penerima. Namun, tidak sedikit guru-guru yang belum mengetahui cara berkomunikasi yang baik dan juga mendidik. Untuk dapat berkomunikasi dengan baik ada baiknya kita mengenal definisi, teori dan jenis komunikasi dari beberapa ahli. Pada makalah ini kami akan membahas definisi, teori dan jenis komunikasi sebagai awal untuk dapat memiliki keterampilan komunikasi yang mendidik.

1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah definisi dari komunikasi? 2. Apasaja teori-teori komunikasi? 3. Apasaja jenis-jenis komunikasi? 4. Bagaimana implementasi dalam kegiatan belajar mengajar?

1.3 Tujuan Penulisan Untuk mengetahui pengertian dari komunikasi. Untuk mengetahui teori-teori komunikasi. Untuk mengetahui jenis-jenis komunikasi. Untuk mengetahui bagaimana implementasi dalam kegiatan belajar mengajar.

1.4 Metode Penulisan Dalam penulisan makalah ini kami menggunakan metode kajian pustaka dengan beberapa buku sumber dan mencari sumber-sumber di internet (browsing).

BAB II PEMBAHASAN

2.1

Definisi Komunikasi Dalam proses pendidikan terjadi interaksi edukatif antara pendidik dengan peserta

didik guna mencapai tujuan pendidikan. Interaksi disini adalah komunikasi antara guru dengan muridnya, maupun murid dengan murid. Jika dalam pembelajaran terjadi komunikasi yang efektif, maka dapat dipastikan bahwa pembelajaran tersebut berhasil. Sehubungan dengan hal tersebut, maka guruu harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Berikut adalah beberapa definisi komunikasi menurut para ahli. Trenholm dan Jensen dalam Wiryanto mendefinisikan komunikasi adalah A process by which a source transmits a message to a receiver through some channel. 1 (Komunikasi adalah suatu proses di mana sumber mentransmisikan pesan penerima melalui berbagai saluran.) Hoveland mendefinisikan komunuikasi adalah The process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal symbols) to modify, the behavior of other individu.2 (Komunikasi adalah proses di mana individu menstransmisikan stimulus untuk mengubah perilaku individu yang lain.) Gode memberi pengertian mengenai komunikasi sebagai berikut: It is a process that makes common to or several what was the monopoly of one or some.3 (Komunikasi adalah
1

Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Gramedia, 2004), Hal. 6. Carl I. Hoveland, Social Communication (Am Phil. Soc. XCII, (Dance no. 33/Catg. Stappers), 1948), Hal. 371. Alexander Gode, What is Communication? (Journal of Communication 9, 1969), Hal. 5.

suatu proses yang membuat kebersamaan bagi dua atau lebih yang semula monopoli oleh satu atau beberapa orang.) Cherrey dalam Arifin Communication is essentially the relationship set up bay the transmission of stimuli and the evocation of response.4 (Komunikasi merupakan kaitan hubungan yang ditimbulkan oleh penerus rangsanngan dan pembangkitan balasannya.) Raymond S. Ross dalam Wiryanto mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses menyortir, memilih, dan mengirimkan symbol-simbol sedemikian rupa, sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respons dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh sang komunikator.5 Everett M. Rogers dan Lawrence Kincad (1981:18) menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain, yang pada gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam.6 Menurut Lasswell dalam Wiryanto Komunikasi adalah Who Says what in which Channel to Whom With What Effect?7 (Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa? Mengatakan apa? Dengan saluran apa? Kepada siapa? Dengan akibat atau hasil apa?)

Anwar Arifin, Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas (Jakarta: Rajawali Press, 1995), Hal. 24. Op. Cit., Hal. 6. http://id.wikipedia.org Ibid,. Hal. 7.

Berelson dan Steiner mendefinisikan komunikasi sebagai berikut: communication: the transmission of information, ideas, emotions, skills, etc. by the uses of symbol...8 (Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya, dengan menggunakan symbol-simbol dan sebagainya.) Shannon dan Weaver dan Wiryanto, bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak disengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi.9 Dari beberapa definisi menurut para ahli dapat kami simpulkan secara sederhana bahwa yang dimaksud dengan komunikasi adalah Proses dimana komunikator mentransmisikan stimulus berupa informasi, baik sengaja atau tidak disengaja sehingga membantu komunikan mengerti apa yang dimaksudkan komunikator. Sedangkan komunuikasi pendidikan adalah komunikasi yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan.

2.2

Teori Komunikasi Teori komunikasi yang dikembangkan Harold Lasswell merupakan awal pijakan

dalam mempelajari konsep komunikasi dalam pendidikan.

Bernard Berelson dan Gary A. Steine, Human Behavior: An Inventory of Scientific Finding (New York: Harcourt Brace javanovich, 1964), hal. 527.
9

Op. Cit., Hal. 7.

Teori Model Lasswell

Salah satu teoritikus komunikasi massa yang pertama dan paling terkenal adalah Harold Lasswell, dalam artikel klasiknya tahun 1948 mengemukakan model komunikasi yang sederhana yakni: Siapa (Who), berbicara apa (Says what), dalam saluran yang mana (in which channel), kepada siapa (to whom) dan pengaruh seperti apa (what that effect) (Littlejhon, 1996).

Teori Komunikasi dua tahap dan pengaruh antar pribadi

Teori ini berawal dari hasil penelitian Paul Lazarsfeld dkk mengenai efek media massa dalam kampanye pemilihan umum tahun 1940. Studi ini dilakukan dengan asumsi bahwa proses stimulus bekerja dalam menghasilkan efek media massa. Namun hasil penelitian menunjukan sebaliknya. Efek media massa ternyata rendah dan asumsi stimulus respon tidak cukup menggambarkan realitas audience media massa dalam penyebaran arus informasi dan menentukan pendapat umum. Teori Informasi atau Matematis

Salah satu teori komunikasi klasik yang sangat mempengaruhi teori-teori komunikasi selanjutnya adalah teori informasi atau teori matematis. Teori ini merupakan bentuk penjabaran dari karya Claude Shannon dan Warren Weaver (1949, Weaver. 1949 b), Mathematical Theory of Communication. Teori ini melihat komunikasi sebagai fenomena mekanistis, matematis, dan informatif: komunikasi sebagai transmisi pesan dan bagaimana transmitter menggunakan saluran dan media komunikasi. Titik perhatiannya terletak pada akurasi dan efisiensi proses. Proses yang dimaksud adalah komunikasi seorang

pribadi yang bagaimana ia mempengaruhi tingkah laku atau state of mind pribadi yang lain. Jika efek yang ditimbulkan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, maka mazhab ini cenderung berbicara tentang kegagalan komunikasi. Ia melihat ke tahap-tahap dalam komunikasi tersebut untuk mengetahui di mana letak kegagalannya. Selain itu, mazhab proses juga cenderung mempergunakan ilmu-ilmu sosial, terutama psikologi dan sosiologi, dan cenderung memusatkan dirinya pada tindakan komunikasi.

Karya Shannon dan Weaver ini kemudian banyak berkembang setelah Perang Dunia II di Bell Telephone Laboratories di Amerika Serikat mengingat Shannon sendiri adalah insiyiur di sana yang berkepentingan atas penyampaian pesan yang cermat melalui telepon. Kemudian Weaver mengembangkan konsep Shannon ini untuk diterapkan pada semua bentuk komunikasi. Titik kajian utamanya adalah bagaimana menentukan cara di mana saluran (channel) komunikasi digunakan secara sangat efisien. Menurut mereka, saluran utama dalam komunikasi yang dimaksud adalah kabel telepon dan gelombang radio. Latar belakang keahlian teknik dan matematik Shannon dan Weaver ini tampak dalam penekanan mereka. Misalnya, dalam suatu sistem telepon, faktor yang terpenting dalam keberhasilan komunikasi adalah bukan pada pesan atau makna yang disampaikan-seperti pada mazhab semiotika, tetapi lebih pada berapa jumlah sinyal yang diterima dam proses transmisi. Teori Pengharapan Nilai (The Expectacy-Value Theory)

Phillip Palmgreen berusaha mengatasi kurangnya unsur kelekatan yang ada di dalam teori uses and gratification dengan menciptakan suatu teori yang disebutnya sebagai expectance-value theory (teori pengharapan nilai). Dalam kerangka pemikiran teori ini, kepuasan yang Anda cari dari media ditentukan oleh sikap Anda terhadap media --kepercayaan Anda tentang apa yang suatu medium dapat berikan kepada Anda dan evaluasi Anda tentang bahan tersebut. Sebagai contoh, jika Anda percaya bahwa situated comedy (sitcoms), seperti Bajaj Bajuri menyediakan hiburan dan Anda senang dihibur, Anda akan mencari kepuasan terhadap kebutuhan hiburan Anda dengan menyaksikan sitcoms. Jika, pada sisi lain, Anda percaya bahwa sitcoms menyediakan suatu pandangan hidup yang tak realistis dan Anda tidak menyukai hal seperti ini Anda akan menghindari untuk melihatnya. Teori Ketergantungan (Dependency Theory)

Teori ketergantungan terhadap media mula-mula diutarakan oleh Sandra BallRokeach dan Melvin Defleur. Seperti teori uses and gratifications, pendekatan ini juga menolak asumsi kausal dari awal hipotesis penguatan. Untuk mengatasi kelemahan ini, pengarang ini mengambil suatu pendekatan sistem yang lebih jauh. Di dalam model mereka mereka mengusulkan suatu relasi yang bersifat integral antara pendengar, media. dan sistem sosial yang lebih besar.

Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh teori uses and gratifications, teori ini memprediksikan bahwa khalayak tergantung kepada informasi yang berasal dari media massa dalam rangka memenuhi kebutuhan khalayak bersangkutan serta mencapai tujuan tertentu dari proses konsumsi media massa. Namun perlu

digarisbawahi bahwa khalayak tidak memiliki ketergantungan yang sama terhadap semua media. Sumber ketergantungan yang kedua adalah kondisi sosial. Model ini menunjukkan sistem media dan institusi sosial itu saling berhubungan dengan khalayak dalam menciptakan kebutuhan dan minat. Pada gilirannya hal ini akan mempengaruhi khalayak untuk memilih berbagai media, sehingga bukan sumber media massa yang menciptakan ketergantungan, melainkan kondisi sosial. Untuk mengukur efek yang ditimbulkan media massa terhadap khalayak, ada beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu riset eksperimen, survey dan riset etnografi. Teori Agenda Setting

Agenda-setting diperkenalkan oleh McCombs dan DL Shaw (1972). Asumsi teori ini adalah bahwa jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Jadi apa yang dianggap penting media, maka penting juga bagi masyarakat. Dalam hal ini media diasumsikan memiliki efek yang sangat kuat, terutama karena asumsi ini berkaitan dengan proses belajar bukan dengan perubahan sikap dan pendapat.

Teori Dependensi Efek Komunikasi Massa

Teori ini dikembangkan oleh Sandra Ball-Rokeachdan Melvin L. DeFluer (1976), yang memfokuskan pada kondisi struktural suatu masyarakat yang mengatur kecenderungan terjadinya suatu efek media massa. Teori ini berangkat dari sifat masyarakat modern, diamana media massa diangap sebagai sistem informasi yang

10

memiliki peran penting dalam proses memelihara, perubahan, dan konflik pada tataran masyarakat,kelompok, dan individu dalam aktivitas sosial. Secara ringkas kajian terhadap efek tersebut dapat dirumuskan dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Kognitif, menciptakan atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap, agenda-setting, perluasan sistem keyakinan masyarakat, penegasan/ penjelasan nilai-nilai. b. Afektif, menciptakan ketakutan atau kecemasan, dan meningkatkan atau menurunkan dukungan moral. c. Behavioral, mengaktifkan atau menggerakkan atau meredakan,

pembentukan isu tertentu atau penyelesaiannya, menjangkau atau menyediakan strategi untuk suatu aktivitas serta menyebabkan perilaku dermawan. Teori Uses and Gratifications (Kegunaan dan Kepuasan)

Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz (1974). Teori ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha memenhi kebutuhannya. Artinya pengguna media mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya. Elemen dasar yang mendasari pendekatan teori ini (Karl dalam Bungin, 2007): (1) Kebutuhan dasar tertentu, dalam interaksinya dengan (2) berbagai kombinasi antara intra dan ekstra individu, dan juga dengan (3) struktur

11

masyarakat, termasuk struktur media, menghasilkan (4) berbagai percampuran personal individu, dan (5) persepsi mengenai solusi bagi persoalan tersebut, yang menghasilkan (6) berbagai motif untuk mencari pemenuhan atau penyelesaian persoalan, yang menghasikan (7) perbedaan pola konsumsi media dan ( perbedaan pola perilaku lainnya, yang menyebabkan (9) perbedaan pola konsumsi, yang dapat memengaruhi (10) kombinasi karakteristik intra dan ekstra individu, sekaligus akan memengaruhi pula (11) struktur media dan berbagai struktur politik, kultural, dan ekonomi dalam masyarakat. Teori The Spiral of Silence

Teori the spiral of silence (spiral keheningan) dikemukakan oleh Elizabeth Noelle-Neuman (1976), berkaitan dengan pertanyaan bagaimana terbentuknya pendapat umum. Teori ini menjelaskan bahwa terbentuknya pendapat umum ditentukan oleh suatu proses saling mempengaruhi antara komunikasi massa, komunikasi antar pribadi, dan persepsi individu tentang pendapatnya dalam hubungannya dengan pendapat orang-orang lain dalam masyarakat. Teori Konstruksi sosial media massa

Gagasan awal dari teori ini adalah untuk mengoreki teori konstruksi sosial atas realitas yang dibangun oleh Peter L Berrger dan Thomas Luckmann (1966, The social construction of reality. A Treatise in the sociology of knowledge. Tafsir sosial atas kenyataan: sebuah risalah tentang sosisologi pengetahuan). Mereka menulis tentang konstruksi sosial atas realitas sosial dibangun secara simultan melalui tiga proses, yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Proses simultan ini terjadi antara individu satu dengan lainnya di dalam masyrakat.

12

Bangunan realitas yang tercipta karena proses sosial tersebut adalah objektif, subjektif, dan simbolis atau intersubjektif. Teori Difusi Inovasi

Teori difusi yang paling terkemuka dikemukakan oleh Everett Rogers dan para koleganya. Rogers menyajikan deksripsi yang menarik mengenai mengenai penyebaran dengan proses perubahan sosial, di mana terdiri dari penemuan, difusi (atau komunikasi), dan konsekwensi-konsekwensi. Perubahan seperti di atas dapat terjadi secara internal dari dalam kelompok atau secara eksternal melalui kontak dengan agen-agen perubahan dari dunia luar. Kontak mungkin terjadi secara spontan atau dari ketidaksengajaan, atau hasil dari rencana bagian dari agen-agen luar dalam waktu yang bervariasi, bisa pendek, namun seringkali memakan waktu lama. Dalam difusi inovasi ini, satu ide mungkin memerlukan waktu bertahun-tahun untuk dapat tersebar. Rogers menyatakan bahwa pada realisasinya, satu tujuan dari penelitian difusi adalah untuk menemukan sarana guna memperpendek keterlambatan ini. Setelah terselenggara, suatu inovasi akan mempunyai konsekuensi konsekuensi mungkin mereka berfungsi atau tidak, langsung atau tidak langsung, nyata atau laten (Rogers dalam Littlejohn, 1996 : 336). Teori Kultivasi

Program penelitian teoritis lain yang berhubungan dengan hasil sosiokultural komunikasi massa dilakukan George Garbner dan teman-temannya. Peneliti ini percaya bahwa karena televisi adalah pengalaman bersama dari semua orang, dan mempunyai pengaruh memberikan jalan bersama dalam memandang

13

dunia. Televisi adalah bagian yang menyatu dengan kehidupan sehari-hari kita. Dramanya, iklannya, beritanya, dan acara lain membawa dunia yang relatif koheren dari kesan umum dan mengirimkan pesan ke setiap rumah. Televisi mengolah dari awal kelahiran predisposisi yang sama dan pilihan yang biasa diperoleh dari sumber primer lainnya. Hambatan sejarah yang turun temurun yaitu melek huruf dan mobilitas teratasi dengan keberadaan televisi. Televisi telah menjadi sumber umum utama dari sosialisasi dan informasi sehari-hari (kebanyakan dalam bentuk hiburan) dari populasi heterogen yang lainnya. Pola berulang dari pesan-pesan dan kesan yang diproduksi massal dari televisi membentuk arus utama dari lingkungan simbolis umum.

Garbner menamakan proses ini sebagai cultivation (kultivasi), karena televisi dipercaya dapat berperan sebagai agen penghomogen dalam kebudayaan. Teori kultivasi sangat menonjol dalam kajian mengenai dampak media televisi terhadap khalayak. Bagi Gerbner, dibandingkan media massa yang lain, televisi telah mendapatkan tempat yang sedemikian signifikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga mendominasi lingkungan simbolik kita, dengan cara menggantikan pesannya tentang realitas bagi pengalaman pribadi dan sarana mengetahui dunia lainnya (McQuail, 1996 : 254) 2.3 Jenis-jenis Komunikasi Ada beberapa jenis komunikasi yaitu, komunikasi formal dan informal, komunikasi tertulis dan lisan, komunikasi verbal dan nonverbal, komunikasi satu arah dan dua arah, dan komunikasi efektif, efisien dan baik.

14

1.

Komunikasi formal dan informal

Komunikasi formal adalah komunikasi yang timbul melalui garis garis kekuasaan yang dibuat oleh manajemen. Garis garis ini merupakan system syaraf organisasi yang diberikan melalui prosedur dan praktek. Komunikasi formal biasanya diperuntukan bagi atasan terhadap bawahan atau dalam pendidikan murid kepada kepala sekolah atau guru. Sedangkan adanya persamaan perasaan, kebutuhan, tugas maupun kewajiban seseorang. komunikasi informal adalah kebalikan dari komunikasi formal, komunikasi ini terjadi secara tidak disengaja, karena Pada dasarnya, komunikasi informal ini tidak terikat oleh tempat dan waktu. Dalam komunikasi informal tidak terdapat hirarki strukturalnya, oleh karena itu komunikasi informal mempunyai dua tujuan yaitu, untuk memenuhi kebutuhan seseorang akan interaksi sosial. Dan juga meningkatkan pelaksanaan pekerjaan organisasi dengan menciptakan alternatif, dan lebih cepat dan lebih efisien.

2.

Komunikasi tertulis dan lisan

Komunikasi tertulis dan lisan mempunyai ciri ciri yang menguntungkan (kebaikan) dan tidak (keburukannya). Jadi keduanya sering sama sama digunakan untuk saling melengkapi. Diantara keuntungan komunikasi tertulis yaitu, memberikan catatan catatan dan referensi yang resmi, sehingga kita dapat mempersiapkan pesan dengan cermat dan dapat tersampaikan kebanyak orang. Sedangkan keburukan atau kerugiannya adalah bahwa sanya pesan tertulis dapat mengakibatkan timbulnya timbunan kertas dan tidak memberikan umpan balik dengan segera. Akibatnya akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengetahui apakah suatu pesan telah

15

diterima dan difahami dengan baik. Di bawah ini terdapat beberapa petunjuk menurut Keith Davis dalam penyampaian komunikasi secara tertulis, yaitu : Gunakan kata kata dan ungkapan yang sederhana Gunakan kata kata yang singkat dan sudah lazim dipakai Nyatakan pemikiran secara logis dan langsung Hindari kata kata yang tidak perlu

Sedangkan komunikasi lisan dapat berupa pertemuan tatap muka dari dua orang atau lebih, dan pada komunikasi ini dapat berjalan secara formal atau informal dan dapat terencana atau tidak. Kebaikan dari komunikasi lisan adalah komunikasi seperti ini dapat memberikan pertukaran yang cepat dan mendapat umpan balik secara cepat pula. Sedangkan keburukannya adalah tidak menghemat waktu atau jika sedang asik akan membuang buang waktu dan lupa waktu.

3.

Komunikasi verbal dan nonverbal

Verbal berarti menggunakan kata kata baik lisan maupun tulisan. Menurut Pitfield, komunikasi verbal dapat berupa kontak tatap muka, wawancara, konsultan bersama, dan pidato. Sedangkan komunikasi nonverbal adalah komunikasi tanpa menggunakan kata kata, misalnya melalui gerakan badan, penampilan, bau harum, pakaian, pakaian seragam, ekspresi wajah, barang barang perhiasan, mobil dan simbol isyarat lainnya.

16

4.

Komunikasi satu arah dan dua arah

Komunikasi satu arah adalah komunikasi yang hanya menjamin penyampaian pesan saja misalnya iklan. Komunikasi ini juga terdapat keuntungan dan kerugiannya, diantaranya adalah komunikasi satu arah itu lebih cepat, menghemat waktu dan uang. Disini sipengirim akan merasa puas karena tidak ditanyakan tetntang informasi, dan juga dapat melindungi kekhilafan dan kesalahannya. Sedang kerugiannya terletak pada sipenerima yang tidak mempunyai kesempatan untuk minta penjelasan pesan. Lain halnya dengan komunikasi dua arah komunikasi ini memiliki umpan balik yang melekat. Komunikasi ini menjamin bahwa informasi, penjelasan, dan lain lain diberikan lebih lanjut. Contohnya : seminar, kelompok partisipasi. Keuntungan komunikasi ini adalah komunikasi seperti ini pasti berguna, baik bagi si pemberi pesan maupun sipenerima pesan. Kerugiannya adalah komunikasi ini cenderung lamban dan memakan waktu yang cukup lama.

5.

Komunikasi yang efektif, efisien dan baik

Komunikasi yang efektif yaitu komunikasi yang paling cermat, sehingga maksud dan tujuan dalam komunikasi dapat tersampaikan dan dimengerti oleh sipenerima informasi. Komunikasi dikatakan efisien apabila berusaha untuk mengurangi sebanyak banyaknya waktu dan biaya dalam pertukaran informasi, namun informasi yang disampaikan dapat dimengerti. Sedangkan komunikasi yang baik adalah komunikasi yang terjadi apabila pengertian penerima sesuai dengan maksud yang diinginkan oleh pengirim. Oleh karena itu ketiganya saling terkait, komunikasi yang baik harus yang bersifat efektif, efisien, dan baik.

17

2.4

Implementasi Teori Komunikasi dan Informasi dalam Kegiatan Belajar Mengajar Proses belajar mengajar pada hakekatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses

penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/ media tertentu ke penerima pesan. Ditinjau dari sudut unsur komunikasi, maka penjabarannya adalah sebagai berikut : Komunikator, dapat berupa guru maupun siswa (komunikasi 2 arah) Pesan, adalah isi/materi pelajaran yang ingin disampaikan Saluran, berupa media yang digunakan Kommunikan, dapat berupa guru maupun siswa (komunikasi 2 arah) Efek, berupa feedback atau umpan balik yang diberikan oleh komunikan yang akan menciptakan komunikasi 2 arah secara berkesinambungan.

Pesan dituangkan dalam simbol komunikasi baik verbal maupun nonverbal, proses ini disebut sebagai encoding. Selanjutnya kommunikan (penerima pesan) menafsirkan simbol komunikasi tersebut sehingga diperoleh maksudnya, proses ini disebut sebagai decoding. Proses penuangan pesan ini kadang tidak dapat berlangsung lancar. Penafsiran yang gagal atau kurang berhasil, berarti kegagalan atau kekurangberhasilan dalam memahami apa yang didengar, dilihat atau diamatinya. Faktor yang menghambat/penghalang komunikasi ini disebut sebagai noise. Ada 2 bentuk: Fisik, misalnya lampu yang tidak terang, bunyi berisik, kelas yang sempit, dsb. Psikologis, misalnya minat, intelegensi, motivasi, dsb.

18

Salah satu unsur dalam proses komunikasi yang sangat menonjol peranannya bagi teknologi pendidikan adalah media. Teori-teori yang dikembangkan dari berbagai penelitian tentang media komunikasi telah memberi arti tersendiri bagi teknologi pendidikan (Miarso, 2011). Rahardjo (1991) dalam Mustolih (2007) menyatakan bahwa media dalam arti yang terbatas, yaitu sebagai alat bantu pembelajaran. Hal ini berarti media sebagai alat bantu yang digunakan guru untuk: Memotivasi belajar peserta didik Memperjelas informasi/pesan pengajaran Memberi tekanan pada bagian-bagian yang penting Memberi variasi pengajaran Memperjelas struktur pengajaran.

Di sini media memiliki fungsi yang jelas yaitu memperjelas, memudahkan dan membuat menarik pesan kurikulum yang akan disampaikan oleh guru kepada peserta didik sehingga dapat memotivasi belajarnya dan mengefisienkan proses belajar.

19

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Komunikasi adalah Proses dimana komunikator mentransmisikan stimulus berupa informasi, baik sengaja atau tidak disengaja sehingga membantu komunikan mengerti apa yang dimaksudkan komunikator. Sedangkan komunuikasi pendidikan adalah komunikasi yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Ada beberapa teori komunikasi seperti, Teori Model Lasswell, Teori Komunikasi dua tahap dan pengaruh antar pribadi, dan Teori Informasi atau Matematis. Ada beberapa jenis komunikasi yaitu, komunikasi formal dan informal, komunikasi tertulis dan lisan, komunikasi verbal dan nonverbal, komunikasi satu arah dan dua arah, dan komunikasi efektif, efisien dan baik. Implementasi teori komunikasi dalam proses pembelajaran: Memotivasi belajar peserta didik Memperjelas informasi/pesan pengajaran Memberi tekanan pada bagian-bagian yang penting Memberi variasi pengajaran Memperjelas struktur pengajaran.

20

3.2 Saran Sebaiknya sebagai calon guru kita mnggali lagi keterampilan komunikasi kita, karena agar pembelajaran dapat mendukung peningkatan mutu pendidikan, maka dalam proses pembelajaran harus terjadi komunikasi yang efektif, yang mampu memberikan kefahaman mendalam kepada peserta didik atas pesan atau materi belajar.

21

DAFTAR PUSTAKA Arifin, Anwar, 1995, Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Rajawali Press. Berelson, Bernard dan Gary A. Steine, 1964, Human Behavior: An Inventory of Scientific Finding. New York: Harcourt Brace javanovich. Fisher, B. Aubrey, 1986, Teori-teori Komunikasi. Penyunting: Jalaluddin Rakhmat, Penerjemah: Soejono Trimo. Bandung: Remaja Rosdakarya. Gode, Alexander, 1969, What is Communication?. Journal of Communication 9. Hoveland, Carl I., 1948, Social Communication. Am Phil. Soc. XCII, (Dance no. 33/Catg. Stappers) Wiryanto, 2004, Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Gramedia.

Web http://nuramaliahdreams.blogspot.com/2010/07/komunikasi-pendidikan.html http://id.wikipedia.org

You might also like