You are on page 1of 24

Hipertensi dan Diabetes Melitus Pada Keluarga Inti : Pelayanan Kedokteran Keluarga

Kriski Regina Gaezani 1, Veronica Fetrina 1, Ayu Farah Ummamah 1, Laresi Indah Sonata1, Oke Herawati1, Diana Agustini2 1 Mahasiswa Kedokteran Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta 2 Departemen Anatomi Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta

Abstrak : Dokter keluarga mempunyai peran yang strategis dalam penatalaksanaan pelayanan kesehatan. Pelayanan dokter keluarga melibatkan Dokter Keluarga sebagai pelayanan kesehatan di tingkat primer. Pasien adalah seorang kepala keluarga dengan penyakit hipertensi dan diabetes mellitus. Hipertensi dan diabetes mellitus meruTn.San salah satu dari penyakit kronis yang angka kejadiannya cukup tinggi. Masalah pada pasien ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti keturunan dan gaya hidup. Selain itu faktor yang memperberat kondisi pasien adalah kurangnya dukungan dari anggota keluarga. Penatalaksanaan klinis yang dilakukan bersifat non-farmakologis. Pada anggota keluarga dilakukan edukasi mengenai bahayanya penyakit kronis, faktor risiko yang terdapat dalam keluarga dan pentingnya peran keluarga dalam mengurangi risiko komplikasi pada pasien. Keberhasilan tindakan dinilai dari data klinis yang diukur saat kunjungan. Hasil studi menunjukkan perkembangan penyakit disebabkan pola makan yang tidak terkontrol, kurangnya pengetahuan keluarga terhadap kesehatan dan perawatan pasien. Penerapan praktik kedokteran keluarga secara berkesinambungan dan menyeluruh telah dijalankan sehingga keluarga dan pasien mulai mencoba untuk menjalani kehidupan yang lebih sehat. Pada akhir studi, masalah diabetes mellitus yang berhubungan dengan pola pemberian nutrisi dan perawatan oleh angota keluarga kepada pasien masih perlu pembinaan.

Keyword

: Hipertensi, Diabetes Mellitus, Pelayanan Kedokteran Keluarga

Hypertension and Diabetes Mellitus on the Family Nucleus: Family Medical Approach
Kriski Regina Gaezani 1, Veronica Fetrina 1, Ayu Farah Ummamah 1, Laresi Indah Sonata1, Oke Herawati1, Diana Agustini2
1

Student of Faculty of Medicine University of UPN Veteran Jakarta Anatomy Departement Faculty of Medicine UPN Veteran Jakarta

ABSTRACT

Family medicine has an important role in the management of health service. Family medicine commited the doctor as primary health service. The Patient was a patriarch with hypertension and diabetes mellitus. Hypertension and diabetes mellitus is a chronic disease with high rate incidence. The problem in these patients is caused by several factors such as heredity and lifestyle. Besides the factors that aggravate the condition of the patient is the lack of support from family members. Clinical management that was done by non-pharmacological theraphy. Family members educated about the dangers of chronic disease, the risk factors that contained in the family and the importance role of family in reducing the risk of

complications in patient. The goal of treatment assessed from clinical data measured during the visit. The study shows the development of disease caused by uncontrolled diet, lack of family knowledge on health and patient care. Application of family medical clinical approach in a holistic and comprehensive has been run and managed to improve the patients condition, so the family health level began to improve. At the and of study, diabetes problem associated with the patern of nutrition and family care for patient are still need guidance.

Keyword: Hypertension, Diabetes Mellitus, Family Medicine

Pendahuluan Hipertensi dan diabetes mellitus meruTn.San penyakit tidak menular yang prevalensinya di Indonesia terus meningkat setiap tahun. Prevalensi hipertensi dan diabetes mellitus juga mengakibatkan timbulnya permasalahan kesehatan masyarakat. Hipertensi meruTn.San salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah. Hipertensi sering tidak menunjukkan gejala, sehingga baru disadari bila telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung atau stroke. Tidak jarang hipertensi ditemukan secara tidak sengaja pada waktu pemeriksaan kesehatan rutin atau datang dengan keluhan lain. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis. Hal ini terlihat dari hasil pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas ditemukan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%, dimana hanya 7,2% penduduk yang sudah mengetahui memiliki hipertensi dan hanya 0,4% kasus yang minum obat hipertensi.

Sedangkan diabetes Mellitus diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensinya di Indonesia mencapai 21,3 juta orang (Diabetes Care, 2004). Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat diabetes mellitus pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Dan daerah pedesaan, diabetes mellitus menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8%.

Oleh karena itu , hipertensi dan diabetes mellitus dapat menyebabkan kematian apabila tidak dilakukan penatalaksanaan yang bersifat komprehensif dan terpadu. Dokter keluarga mempunyai peran strategis dalam penatalaksanaan pelayanan kesehatan untuk membantu mengurangi dan mencegah berkelanjutannya penyakit hipertensi maupun diabetes mellitus. Berdasarkan The American Board of FP, 1969, dokter keluarga adalah dokter yang memberi pengetahuan kesehatan tingkat pertama hingga menyeluruh yang dibutuhkan semua anggota keluarga. Berdasarkan keseTn.Satan Ikatan Dokter Indonesia (IDI), pengertian dokter keluarga adalah dokter yang memberi pengetahuan kesehatan proaktif, holistik berorientasi komunitas dengan titik berat pada keluarga.

Pelayanan dokter keluarga melibatkan Dokter Keluarga sebagai pelayanan kesehatan di tingkat primer sebagai bagian suatu jaringan pelayanan kesehatan terpadu yang melibatkan
3

dokter spesialis di tingkat pelayanan sekunder dan rumah sakit rujukan sebagai tempat pelayanan rawat inap, dengan mengutamakan pencegahan, menimbang peran keluarga dan lingkungannya serta pekerjaannya. Pelayanan diberikan kepada semua pasien tanpa memilah jenis kelamin, usia serta faktor-faktor lainnya. (The American Academy of Family Physician, 1969; Geyman, 1971; McWhinney, 1981) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan Dokter tingkat pertama ini di Indonesia diharapkan terus menerus diasah melalui sistem pendidikan kedokteran berkelanjutan agar mengoptimalkan pelayanan kesehatan yang di berikan di tingkat pertama (primer). Dokter yang bekerja di tingkat pertama (primer) pelayanan kesehatan, harus menguasai hal-hal terbaru mengenai prediksi, tanda, gejala, penegakan diagnosis dan penatalaksanaan komprehensif mengenai berbagai penyakit. Pencegahan penyakit yang kini menjadi produk lokal harus dipahami oleh setiap dokter yang bekerja di tengah masyarakat (yang heterogen) agar pasien ke depan memperoleh pelayanan kesehatan yang terjangkau, dengan kualitas tinggi serta mencapai kesembuhan. Dokter keluarga tentunya akan menjadi kontak pertama pasien saat sakit. Ini akan mengurangi angka rujukan ke rumah sakit, karena harapannya pasien akan

mendapatkan pengobatan yang efektif dan efisien pada layanan tingkat pertama. Dokter keluarga harus memiliki kompetensi khusus yang lebih dari pada seorang lulusan fakultas kedokteran pada umumnya. kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap Dokter Keluarga secara garis besarnya ialah : a. Menguasai dan mampu menerapkan konsep operasional kedokteran keluarga

b. Menguasai pengetahuan dan mampu menerapkan ketrampilan klinik dalam pelayanan kedokteran keluarga c. Menguasai ketrampilan berkomunikasi

Dan diharapkan dapat menyelenggarakan hubungan profesional dokter-pasien untuk : a. Secara efektif berkomunikasi dengan pasien dan semua anggota keluarga dengan perhatian khusus terhadap peran dan resiko kesehatan keluarga

b. Secara

efektif

memanfaatkan

kemampuan

keluarga

untuk

berkerjasama

menyelesaikan masalah kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit, serta pengawasan dan pemantauan risiko kesehatan keluarga c. Dapat bekerjasama secara profesional secara harmonis dalam satu tim pada penyelenggaraan pelayanan kedokteran/kesehatan. Oleh karena itu maka kami melakukan kegiatan field visit ke masyarakat di sekitar Puskesmas Sukmajaya, Depok. Untuk mempelajari ketrampilan berkomunikasi dengan masyarakat, khususnya pasien dan keluarganya guna mendapatkan informasi mengenai masalah kesehatan yang dialami dan faktor resiko yang terdapat pada keluarga agar dapat mengoptimalkan pelayanan kesehatan yang akan kami lakukan ketika menjadi dokter kelak. Ilustrasi Kasus Tn. S, usia 45 tahun mempunyai keluhan pada bagian wajah kanan nya mati rasa. Tn. S juga merasa gatal-gatal pada bagian lengan dan tubuhnya, dan pada bagian kaki terasa bengkak dan nyeri. Setiap malam, beliau selalu terbangun untuk buang air kecil sebanyak 2 sampai 3 kali semalam. Menurut pasien, dari hasil pemeriksaan yang dilakukan di puskesmas, tekanan darahnya adalah 160/100 (Hipertensi). Beliau mengaku sudah melakukan pengobatan di puskesmas dan rajin kontrol setiap hari senin. Untuk meringankan keluhan rasa nyeri dan bengkak pada bagian kakinya beliau biasanya hanya mengompresnya dengan air dingin Dahulu beliau pernah mengalami stroke ringan dan dirawat di rumah sakit selama seminggu. Setahun yang lalu pernah didiagnosis mengidap penyakit Diabetes Melitus, dan pernah menjalani pengobatan, namun setelah obatnya habis beliau tidak pernah melakukan pengobatan kembali untuk penyakit diabetesnya. Untuk hipertensinya pasien ini telah diberikan obat dan pasien ini meminumnya dengan teratur, apabila obat habis dia akan dating ke puskesmas. Dikeluarga pasien, orangtua dan adiknya memiliki riwayat penyakit darah tinggi (Hipertensi). Saudara kandung pasien pernah terkena stroke. Tn. S tinggal bersama istri dan kedua orang putrinya di rumah kontrakan. Sehariharinya Tn. S tidak bekerja dan terbiasa makan di warung makan, karena istrinya tidak sempat memasak karena harus bekerja dari pagi hingga sore hari sebagai buruh cuci. Bahkan

sering kali istrinya tidak pulang ke rumah untuk menyelesaikan pekerjaannya. Sehari-harinya Tn.S S terbiasa merawat dirinya sendiri. Tn.S S jarang sekali mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan, beliau tidak merokok dan tidak memiliki kebiasaan minum-minuman keras. Beliau biasanya bersepeda ke rumah orangtua nya yang jaraknya tidak terlalu jauh. Pasien tinggal di rumah kontrakan berukuran 2,5 x 7 meter persegi, dengan alas ubin, tembok di ruangan utama di cat, tapi selebihnya hanya tembok semen, atapnya dari seng dan langit-langitnya dari triplek dan bolong-bolong. Rumah tersebut mempunyai 2 jendela dan ventilasi di atasnya, rumah pasien berimpitan dengan 7 penghuni kontrakan lainnya. Antara kamar tidur dan dapur hanya disekat. Penilaian Struktur dan Komposisi Keluarga Keluarga terdiri atas 2 generasi dengan kepala keluarga bernama Tn. S (pasien) berusia 45 tahun, dan ibu bernama Ny. Y berusia 37 tahun. Bentuk keluarga adalah keluarga inti (nuclear). Dari perkawinan ini mereka mempunyai dua orang anak perempuan yang berusia 15 tahun dan 14 tahun. Siklus keluarga yang hidup dengan remaja serta pemetaan hubungan keluarga yang kurang dekat diantara Tn.S sebagai ayah dan suami terhadap istri dan anak-anaknya.

Gambar 1. Genogram
6

Identifikasi Kasus

Berdasarkan ilustrasi kasus yang sudah dijabarkan di atas mengenai keluhan-keluhan pasien Tn.S di atas dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa pasien ini menderita hipertensi dan diabetes mellitus. 1. Masalah dalam anggota keluarga : Bentuk keluarga adalah keluarga inti. Pencari nafkah adalah istri yang bekerja sebagai buruh cuci, sementara suaminya ngangguran dan hanya kerja serabutan. 2. Masalah dalam fungsi biologis : Wajah sebelah kanannya terasa baal. Pemeriksaan tekanan darahnya yang tinggi masuk ke kriteia Hipertensi derajat II ( Klasifikasi menurut JNC 7) yaitu 160/100 dan terdapat keluhan kaku leher kaku leher. Riwayat pemeriksaan gula darahnya tinggi. Pemeriksaan gula darah postprandial yang kami lakukan hasilnya 230 mg/dl dimana kadar gula darah postprandial 200 mg/dl meruTn.San indikasi adanya diabetes mellitus. Sering kencing tengah malam, pada regio tangan sebelah kanan dan pada bagian punggungnya ada keluhan gatal-gatal. Dari riwayat keluarga, orangtua dan saudara kandung pasien ini jg ada yang menderita penyakit diabetes melitus. 3. Masalah dalam fungsi psikologis : Pasien diduga mengalami stress dikarenakan adanya tekanan dari pihak keluarga. Tn. S ini tidak berkerja, sementara istrinya banting tulang untuk mencari nafkah menggantikan posisinya, istri dan anak-anaknya sering menyalahkan keadaan Tn. S yang pengangguran dan meninggalkan Tn.S jika mereka berpergian, sehingga ada beban psikologis yang harus dipikul pasien ini. 4. Masalah ekonomi dan pemenuhan kebutuhan : Penghasilan Tn. S pada kerja serabutan bisa mencapai sekitar Rp. 300.000,00 per bulan sementara penghasilan istri sebagai buruh cuci di 3 rumah tangga sebesar Rp.1.200.000,00/ bulan. Pemenuhan kebutuhan sekundernya tercukupi tetapi untuk kebutuhan tersiernya kurang tercukupi, pasien jarang berekreasi, dan tidak mengikuti kegiatan ibadah di lingkungannya.
7

5. Masalah perilaku kesehatan keluarga : Tn. S sering datang ke puskesmas untuk kontrol penyakit darah tingginya setiap senin dan membeli obat hipertensinya jika obat sudah habis. Sementara untuk sakit gulanya pasien kurang peduli sebab tidak pernah mencek ulang pemeriksaan gula darahnya padahal pasien sudah punya riwayat pemeriksaan gula darah yang tinggi. Pasien jarang berolahraga, sebagai penggantinya hanya sekedar bersepada setiap hari ke rumah orangtuana. 6. Masalah lingkungan : Rumah pasien terletak di lingkungan kontrakan yang padat, atapnya dari seng dan langit-langitnya terbuat dari triplek dan ventilasi udara hanya terdapat di tembok depan rumah selebihnya semua tembok tertutup, sehinga sinar matahari tidak masuk ke rumah dan sirkulasi udara tidak baik. 7. Masalah sosial : Hubungan dengan masyarakat cukup baik, pasien mengenal tetangga dengan baik, kegiatan keagamaan pasien kurang, tidak mengikuti pengajian yang dilenggarakan di lingkungannya. 8. Masalah dalam perilaku kebersihan : Letak barang-barang di rumah tidak rapi dan bersih. Barang-barang banyak ng tertumpuk dan penataan ruangan sangat kumuh.

Diagnosis Holistik Aspek Personal : Pasien memiliki beberapa stresor karena tidak memiliki pekerjaan dan di kucilkan di rumah oleh istri dan 2 anaknya. Aspek Klinis Aspek Individual Aspek Psikososial : Pasien (Tn.S, 45 tahun) menderita penyakit hipertensi dan DM. : Pasien adalah kepala keluarga yang sehari-hari menganggur di rumah. : Keluarga berpenghasilan rendah, masalah kebersihan rumah yang kurang dan tidak sehat, serta lingkungan perumahan yang padat. Aspek Fungsional :Derajat 1, pasien dapat berbuat apa-apa karena tidak ketergantungan dengan pelaku rawat Diagnosis Keluarga Keluarga inti dengan pasangan kepala keluarga yang tidak bekerja dan berpendidikan terakhir SMP serta berpenghasilan minimum. Oleh karena itu untuk meringankan beban keluarga ditanggung, ibu bekerja sebagai buruh cuci untuk mencari nafkah sehingga pemenuhan kebutuhan untuk anak dan keluarga dapat terpenuhi dengan baik terutama
8

masalah gizi karena harus terbagi dengan kebutuhan primer lainnya. Namun, karena kesibukan dan pengetahuan tentang masalah kesehatan masih kurang menyebabkan kondisi keluarga menjadi tidak stabil. Kepala keluarga berharap untuk bisa sembuh namun baik ibu dan anak-anak kurang peduli dan memperhatikan kesehatan kepala keluarga sehingga perjalanan penyakit pasien tidak kunjung membaik.

Tujuan Umum Penyelesaian Masalah Pasien dan Keluarga Terciptanya keluarga yang berpartisipasi, menjaga, mengawasi dan mendukung kesehatan pasien agar tidak hanya pasien yang termotivasi untuk sembuh namun mempererat hubungan keluarga sehingga dapat menyelesaikan masalah kesehatan keluarga dengan cara menerapkan hidup sehat dan bersih.

Indikator Keberhasilan Pasien menjalani perencanaan asupan gizi yang sesuai dengan penyakit hipertensi dan diabetes melitus, melakukan olah raga dan melakukan kontrol tekanan darah serta kadar glukosa darah sehingga terjadi kestabilan tekanan darah dan kadar glukosa darah dalam keadaan normal. Ibu dan anak-anak berperan serta membantu mengawasi, memperhatikan dan mendukung pasien untuk menjaga gaya hidup pasien. Ibu dan anak-anak juga diharapkan mengetahui tentang penyakit hipertensi dan diabetes melitus sehingga secara langsung ikut serta mencegah penyakit tersebut terjadi pada diri mereka karena mereka memiliki faktor risiko. Setiap anggota keluarga dapat menjalin hubungan interpersonal yang baik sehingga tercipta suasana dan kondisi keluarga yang lebih nyaman dan bahagia.

Tindak Lanjut Terhadap Pasien dan Keluarga Untuk menindaklanjuti permasalahan klinis dan keluarga maka dilakukan rencana penatalaksanaan pasien dan keluarga. Penatalaksanaan non farmakologis dengan pembinaan terhadap keluarga berupa intervensi terhadap gaya hidup pasien berdasarkan penyakit hipertensi dan diabetes mellitus. 1. Intervensi penatalaksanaan hipertensi a. Edukasi pasien tentang hipertensi

b. Perencanaan makanan atau intervensi gizi dasar ( konsumsi banyak sayuran, buah dan hasil olahan susu rendah lemak dan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol) c. Membatasi konsumsi garam, penyedap makanan dan makanan berpengawet d. Menghindari rokok dan minuman beralkohol e. Olahraga atau latihan fisik f. Mengurangi stres 2. Intervensi penatalaksanaan diabetes mellitus a. Edukasi pasien tentang diabetes mellitus b. Perencanaan makanan atau intervensi gizi dasar : Penentuan jadwal makan yang teratur Penentuan sumber makanan Cara mengolah makanan yang baik dan sehat

c. Membatasi konsumsi gula d. Menghindari rokok dan minuman beralkohol e. Olahraga atau latihan fisik f. Mengurangi stress Tindakan Terhadap Keluarga Dalam melakukan intervensi penatalaksanaan hipertensi dan diabetes mellitus dibutuhkan partisipasi dan keingian kuat dari seluruh anggota keluarga untuk mewujudkan perbaikan status kesehatan keluarga terutama pasien. Tindakan intervensi penatalaksanaan hipertensi dan diabetes mellitus dilakukan secara bergantian. Tindakan awal intevensi yaitu mengenai hipertensi sebagai berikut rinciannya : a. Edukasi pasien dan keluarga tentang hipertensi Pengenalan tentang hipertensi atau tekanan darah tinggi, etiologi, epidemiologi, gejala klinis, patofisiologi dan manajemen penatalaksanaan pengobatan hipertensi namun yang lebih ditekankan penatalaksanaan nonfarmakologi. Metode edukasi yang diberikan berupa penyuluhan dan diskusi dengan pasien sedangkan media yang dipergunakan berupa poster sebagai media peraga.

10

b. Perencanaan makanan atau intervensi gizi Konsumsi banyak sayuran, buah dan hasil olahan susu rendah lemak dan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol. Banyak minum air putih Mengurangi konsumsi garam, penyedap makanan dan makanan berpengawet Mengurangi atau menghindari minuman bersoda dan kopi.

c. Meghindari rokok dan minuman beralkohol d. Olahraga Pasien dianjurkan untuk setiap hari setidaknya berolahraga minimal 30 menit Olahraga ringan yang dianjurkan jogging atau jalan kaki dan bersepeda.

e. Mengurangi stress Pasien dianjurkan untuk tidak stres dengan cara mencari kegiatan positif seperti bersosialisasi dengan tetangga atau melakukan hobi yang disenangi untuk mengurangi stress. Edukasi pasien dan keluarga untuk mengadakan pertemuan keluarga agar terjadi hubungan antar keluarga yang lebih dekat dan harmonis sehingga suasana dalam keluarga membuat pasien merasakan kenyamanan. Meminta keluarga pasien memberi dukungan dan memperhatikan kondisi pasien sehingga pasien tumbuh rasa percaya diri untuk kesembuhannya. Setelah intervensi hipertensi dijelaskan kepada pasien dan keluarga, kemudian tindakan selanjutnya adalah intervensi penatalaksanaan diabetes mellitus yang rinciannya sebagai berikut : a. Edukasi pasien dan keluarga tentang diabetes mellitus Pengenalan tentang diabetes mellitus, etiologi, epidemiologi, gejala klinis, patofisiologi dan manajemen penatalaksanaan pengobatan diabetes namun yang lebih ditekankan penatalaksanaan nonfarmakologi. Metode edukasi yang diberikan berupa penyuluhan dan diskusi dengan pasien sedangkan media yang dipergunakan berupa poster sebagai media peraga. b. Perencanaan makan atau intervensi gizi Pasien dan keluarga diharapkan dapat mengatur pola makan dengan cara : Penentuan jadwal makan teratur
11

Tabel 1. Standar Diet Diabetes Melitus ( Dalam Satuan Penukaran Versi 1997) Penentuan sumber makanan dan takaran makanan

Tabel 2 & 3 Kebutuhan Bahan Makanan Dalam Penukar Diet 1700 kalori Pengolahan makanan yang baik dan sehat Memberitahukan kepada keluarga untuk mengolah makanan yang baik dan sehat dengan cara mencuci buah dan sayuran sebelum dimasak, makan makanan yang dimasak dengan matang dan biasakan untuk tidak makan makanan yang berlemak seperti makanan yang di goreng dengan minyak namun makan makanan yang

12

direbus ataupun dikukus. Saat memasak masakan maupun memilih makanan juga dibiasakan untuk mengurangi gula dan bahan penyedap. c. Menghindari rokok dan minuman beralkohol d. Olahraga Olahraga yang dianjurkan adalah olahraga kurang lebih 2 sampai 3 kali seminggu dilakukan oleh pasien maupun keluarga. e. Mengurangi stress Dilakukan penilaian terhadap penguasaan masalah dan kemampuan beradaptasi yang dapat dilihat pada Tabel 4. Penilaian kemampuan mengatasi masalah secara keseluruhan dan kemampuan adaptasi dengan skala: 5 : dapat diselesaikan sepenuhnya oleh pasien dan keluarganya 4 : penyelesaian hampir seluruhnya oleh keluarga dengan sedikit petunjuk dari orang lain / dokter / pelayanan kesehatan 3 : ada keinginan untuk penyelesaian, terdapat sumber namun perlu penggalian yang belum dimanfaatkan, hanya sedikit atas partisipasi keluarga dan sebagian besar masih dilakukan provider. 2 : partisipasi keluarga hanya berupa keinginan saja karena tidak mampu, tidak ada sumber, penyelesaian sepenuhnya dilakukan oleh orang lain/dokter/pelayanan kesehatan 1 : tidak ada partisipasi, menolak, tidak ada penyelesaian walaupun sarana tersedia 99 : tidak dapat dinilai.
Tabel 4 Penilaian Kemampuan Mengatasi Masalah (Koping Keluarga)
No Masalah Skor Awal 1 Fungsi Biologi Kepala keluarga (pasien) menderita penyakit hipertensi dan diabetes mellitus 2 Edukasi tentang penyakit dan pencegahan hipertensi dan diabetes mellitus melalui penyuluhan dengan memberikan media poster dan catatan asupan makanan pasien. Pemeriksaan tekanan darah dan pemeriksaan tes glukosa darah Terselenggaranya penyuluhan Keluhan penyakit menetap dan terjadi peningkatan tekanan darah dan glukosa darah Upaya Penyelesaian Resume Hasil Akhir Skor Akhir 2

13

2.

Faktor perilaku kesehatan keluarga Higiene pribadi dan lingkungan yang kurang Kontrol kesehatan di puskesmas

Edukasi tentang hygiene pribadi dan lingkungan dengan melakukan penyuluhan kebersihan pribadi maupun lingkuangan dan memberitahu pasien untuk mengenakan alas kaki saat berkegiatan diluar rumah.

Terselenggaranya penyuluhan Higiene pribadi dan lingkungan sudah cukup mengalami perbaikan

3 3

3 3

Kontrol kesehatan di puskesmas selalu dilakukan oleh pasien setiap 1 kali/minggu untuk mendapatkan pengobatan. Ventilasi dan jendela belum dibuka pada siang hari rumah pada

penerangan

Kontrol kesehatan di puskesmas setiap 1 kali/minggu

Lingkungan rumah Ventilasi dan

Memperbaiki dan membersihkan ventilasi, membuka jendela dan pintu saat siang hari

didalam rumah kurang Banyak Tn.Saian ditumpuk dan ditaruh disembarang tempat

namun pintu

Edukasi pasien dan keluarga untuk mencuci dan menyeterika Tn.Saian yang bertumpuk dan ditaruh di lemari Tn.Saian

siang hari dibuka Penerangan rumah dengan lampu Tn.Saian disetrika namun dicuci dengan masih dan rapi

diletakkan

sembarangan

4.

Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan kebutuhan Pendapatan rendah keluarga yang

Motivasi kepala keluarga (pasien) untuk mendapatkan pekerjaan

Pasien berusaha mencari pekerjaan cuci motor sebagai buruh

5.

Masalah Psikologi Hubungan keluarga kurang

Motivasi dan memberikan saran untuk menyempatkan meluangkan waktu untuk pertemuan keluarga setiap hari

Hubungan keluarga sedikit membaik Keluarga belum sempat melakukan pertemuan keluarga setiap hari Keluarga sedikit mulai berkeinginan memberikan dukungan dan perhatian Pasien bisa menyalurkan rasa stress dengan cara melakukan hobinya menonton futsal atau seTn.S bola

dekat satu sama lain. Keluarga kurang peduli dan perhatian terhadapa penyakit pasien Pasien terlihat banyak pikiran atau terlihat stres

Motivasi keluarga untuk turut berpartisipasi ikut serta memberikan dukungan dan

perhatian terhadap pengobatan pasien Motivasi pasien untuk rileks dan mencari kegiatan positif untuk mengurangi stress yang dihadapi

Total Skor Koping

20

23

Rata-rata Skor Koping

20/9 =2,2

23/9 =2,5

14

Kesan dari kemampuan penyelesaian masalah awal dalam keluarga adalah 2,2 yaitu keluarga cukup mampu menyelesaikan sedikit masalahnya dan masih memerlukan petunjuk penyelesaian masalah dari orang lain/dokter/provider kesehatan. Pada akhir studi dilakukan penilaian kembali kemampuan keluarga menyelesaikan masalahnya. Nilai akhir koping keluarga yang didapat adalah 4, dimana keluarga mampu menyelesaikan masalahnya namun tidak sepenuhnya dan masih tergantung arahan dan upaya dari provider petugas pelayan kesehatan. Pada awal studi diperoleh nilai 2,2 yang menunjukan bahwa upaya untuk mengatasi masalah dalam keluarga cukup mampu mengatasi masalah namun masih memerlukan petunjuk penyelesaian masalah dari orang lain/dokter/provider kesehatan seperti kader kesehatan dari puskesmas sehingga dapat mendapatkan petunjuk yang terarah dalam mengatasi masalah serta membangun partisipasi aktif dari seluruh anggota keluarga. Pada akhir studi diperoleh nilah 2,5 yang memberikan kesan partisipasi keluarga hanya berupa keinginan saja untuk melakukan perbaikan kesehatan. Hal ini menggambarkan bahwa keluarga masih memerlukan saran dan solusi yang lebih baik lagi untuk penyelesaian masalah dalam keluarga dari pihak lain seperti dokter keluarga ataupun provider kesehatan yang senantiasa memberikan pemantauan berkala. Hasil Pembinaan 1. Telah dilakukan edukasi mengenai penyakit hipertensi dan diabetes mellitus secara lengkap tentang etiologi, epidemiologi, gejala klinis, patofisiologi, penatalaksanaan dan pencegahan yang lebih ditekankan intervensi gaya hidup dan lingkungan pasien. 2. Keluhan pasien menetap dan pada pemeriksaan tekanan darah dan glukosa darah mengalami peningkatan. Kunjungan keluarga ke 2 ( Tanggal 5 Januari 2013) Waktu sebelum intervensi : Melakukan pemeriksaan tekanan darah menggunakan sphygnomanometer dan tes glukosa darah sewaktu mengunakan Accu-check. Hasil : a. Tekanan darah b. GDS (Gula Darah Sewaktu) : 150/100 mmHg : 230

Kunjungan keluarga ke 3 (Tanggal 15 januari 2013)


15

Waktu Intervensi terakhir Melakukan pemeriksaan tekanan darah menggunakan sphynomanometer dan tes glukosa darah 2 jam Post Prandial menggunakan Accu-check. Hasil : a. Tekanan darah b. Glukosa darah 2 jam PP : 160/100 mmHg : 289

3. Pasien sudah mau mencari pekerjaan untuk membantu keluarga dengan bekerja sebagai buruh cuci 4. Pasien sudah mau memilih makanan yang baik dan harus dihindari namun masih membeli makanan diluar serta jadwal makan yang kurang teratur mengakibatkan kurang efektifnya intervensi gizi. 5. Pasien sudah bisa mengalihkan stres dengan cara melakukan hobinya menonton futsal 6. Lingkungan rumah sudah mengalami perbaikan sedikit dan perlu ditingkatkan kembali. 7. Walaupun masih kurang memperhatikan dan medukung kesehatan pasien, keluarga sudah mulai menumbuhkan keinginan untuk ikut serta berpartisipasi menjaga kesehatan pasien. 8. Hubungan keluarga sedikit membaik dan perlu ditingkatkan lagi.

Hasil pembinaan keluarga secara keseluruhan menunjukkan peningkatan sedikit indeks koping/penguasaan masalah dari 2 sebelum studi menjadi 2,5 setelah pembinaan. Konsep pelayanan kedokteran keluarga telah dijalankan dan perlu ditunjang dengan kerjasama yang baik antara provider kesehatan serta keluarga.

Pembahasan Pasien Tn.S didiagnosis diabetes mellitus dan hipertensi berdasarkan anamnesis setiap malam, beliau selalu terbangun untuk buang air kecil sebanyak 2 sampai 3 kali semalam, sering haus, sering lapar, pruritus dan sudah terjadi neuropati serta pemeriksaan glukosa darah sewaktu dan glukosa darah 2 jam post prandial yang hasilnya 230 dan 289 dan dari hasil pemeriksaan tekanan darah pada studi 1, 2 dan 3 berturut-turut nilainya 160/100 mmHg, 150/100 mmHg dan 160/100 serta memiliki faktor turunan penyakit hipertensi.

16

Gaya hidup pasien yang kurang mengerti akan pentingnya mengatur pola makan dan kondisi tubuh menyebabkan perjalanan penyakit pasien menetap. Walaupun pasien sering kontrol ke puskesmas untuk mendapatkan pengobatan, pasien tidak mendapatkan dukungan pemantauan atau perencanaan pola makan yang sehat dan teratur. Selain itu juga faktor internal dalam keluarga yang kurang dekat antara pasien dengan istri dan anak-anaknya menjadi faktor stressor yang turut serta menyebabkan kondisi penyakit pasien menetap dan tidak adanya perubahan kesehatan kearah yang baik. Sejak setahun yang lalu pasien tidak bekerja, sehingga istri mengambil alih peran suami dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga dengan bekerja sebagai buruh cuci. Hal ini menyebabkan terjadinya kerenggangan hubungan antara anggota keluarga. Anak-anak menjadi lebih dekat kepada ibu, dikarenakan kondisi ayah yang sedang sakit dianggap menyusahkan dan membebani keluarga.

Family map Ibu ayah -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -

Putri pertama

putri ke-2

Kepala keluarga berpendidikan tamat smp, sedangkan istri berpendidikan tamat sd. Kebutuhan keluarga dipenuhi oleh istri dikarenakan kondisi kepala keluarga yang sedang sakit dan tidak mampu untuk bekerja. Anak-anak sedang mengikuti pendidikan jenjang sma, hal ini menunjukkan bahwa orangtua peduli terhadap pendidikan anak walaupun keadaan keuangan sulit dan hanya dibebankan kepada istri.

17

Seluruh anggota keluarga terbiasa makan di warung atau makan-makanan cepat saji seperti indomie, dikarenakan istri tidak sempat menyiapkan makanan dirumah karena harus berangkat kerja di pagi hari. Suami tidak memiliki kebiasaan merokok maupun minumminuman alkohol. Tidak terpantaunya jenis makanan dan kebersihan makanan

memungkinkan kebutuhan gizi keluarga tidak tercukupi sehingga menjadi suatu resiko timbulnya penyakit dan dapat memperburuk kondisi suami yang menderita penyakit diabetes melitus dan hipertensi. Rumah keluarga yang berada dilingkungan perumahan padat yang merupakan rumah kontrakan. Dinding pada ruang tamu dilapisi cat, namun warna cat nya sudah pudar. Sedangkan dinding pada bagian bagian dapur dan kamar mandi hanya berupa tembok yang dilapisi oleh semen tanpa dicat. Kamar-kamar gelap, jendela kurang dari 20% luas lantai menyebabkan rumah terasa lembab. Pada siang hari, sulit untuk membaca tulisan atau huruf di dalam rumah tanpa bantuan sinar lampu listrik dikarenakan cahaya matahari tidak dapat masuk kedalam rumah. Kebersihan rumah kurang terjaga dikarenakan banyaknya debu yang terdapat pada barang-barang yang tertata di rumah. Dengan keadaan rumah seperti ini perlu mendapat perhatian adalah penyakit paru dan penyakit kulit akibat lembabnya udara didalam rumah. Tn.S memiliki keinginan kuat untuk sembuh dari penyakitnya namun ia masih memerlukan dukungan medis yang tepat dari pihak pelayanan kesehatan primer puskesmas Sukmajaya dan ia memerlukan dukungan dan partisipasi aktif keluarga untuk kesehatannya. Kesimpulan Dari kegiatan yang telah dilaksanakan disimpulkan bahwa : 1. Telah dilaksanakannya pelayanan kesehatan primer yang berbasis kedokteran keluarga untuk menangani kasus hipertensi dan diabetes mellitus pada pasien 2. Telah terjadi sedikit perbaikan perilaku pasien untuk memperbaiki ekonomi keluarga dan masalah keluarga 3. Untuk mencapai hasil yang baik dalam penatalaksanaan dan pencegahan penyakit hipertensi dan diabetes mellitus pada keluarga dibutuhkan kerjasama dan partisipasi aktif dari setiap anggota keluarga.

18

Ucapan terima kasih Studi ini dilaksanakan oleh Mahasiswa kedokteran yang ditugaskan pada puskesmas Sukmajaya. Kepada dr. Diana Agustini selaku pembimbing dan seluruh staf pengajar Kedokteran Keluarga FK UPN Veteran Jakarta kami ucapkan terima kasih. Kepada semua yang terlibat dalam penyelenggaraan studi ini, dan kepala staf dan karyawan Puskesman Sukmajaya Depok dan keluarga Tn.S juga kami ucapkan terima kasih. Semoga apa yang telah kita laksanakan untuk keselamatan pasien dan perbaikan kesehatan keluarga serta perbaikan konsep pelayanan bermutu dan mencapai target.

19

Daftar Pustaka Amir,N. 2002. Diagnosis dan pelaksanaan depresi pasca stroke. Dibuka pada website http:/www.A:/%20 20 news % 20 % Energi % 20 chi % 20 % 20 defenisi % document?e?. Astawan. 2002. Cegah Hipertensi dengan pola makan. Dibuka pada website http:/www.A:/%2020 news % 20 % Energi % 20 chi % 20 % 20 defenisi % document 20 % setting /bill-re.. Basha,A,(2004). Hipertensi : Faktor Resiko dan Penatalaksanaan Hipertensi. Dibuka pada website http://www.mediscastro Corwin,E,J. 2001. Buku saku Patofisiologi. Jakarta:EGC Dekker,E. 1996. Hidup dengan tekanan darah tinggi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Dunitz,M. 2001. Treatrment of hypertension in general practice. Dallas : Blok Well Sciens Inc Gunawan,L, 2001. Hipertensi : Tekanan darah tinggi. Yogyakarta : Percetakan Kanisus. Hayens,B, dkk. 2003. Buku pintar menaklukkan Hipertensi. Jakarta : Ladang Pustaka. Julianti, E.D, Nurjana, dan soetrisno. 2005. Bebas Hipertensi dengan terapi jus. Jakarta: Puspa Suara. Mayer, P. 1980. Hipertensi Arterial : Mechanism, Clinique, and Treatment. Greta Britain : Oxfort University Press. Mayo. 2005. Mengatasi tekanan darah tinggi. Jakarta : PT Duta Prima Santoso, S,S,Prasoedjo, & Zalbawi. 2001. Artikel faktor faktor yang mendorong penderita hipertensi kepengobatan tradisional. Jakarta : Puslitbang Ekologi Kesehatan. Sheps, 2005. Mengatasi tekanan darah tinggi. Jakarta : Intisari Mediatama Wexler, 2002. Hipertensi ; Encylopedia of Nursing and Alied Health. Dibuka pada website http;//www.findarticles.com/p/article/mi.
20

Wijayakusuma,H.M. 2000. Ramuan Tradisional untuk pengobatan Darah Tinggi. Jakarta : Swadaya. Wiryowidagdo,S. 2002. Obat tradisional untuk penyakit jantung, darah tinggi dan kolestrol. Jakarta : Agromedia Pustaka.

21

Lampiran

Gambar 2. Kunjungan keluarga hari ke 1 tanggal 19 Desember 2012

Gambar 3. a. ruang tamu b. dapur c. kamar tidur d. kamar mandi


22

Gambar 4. Obat-obatan

Gambar 5. Kunjungan ke-2 tanggal 2 Januari 2013

23

Gambar 6. Media poster penyuluhan diabetes mellitus

Gambar 7 . Media poster penyuluhan hipertensi


24

You might also like