You are on page 1of 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyakit diare merupakan masalah serius diberbagai tempat diseluruh dunia dan masih menjadi faktor utama penyebab kesakitan dan kematian pada bayi dan anakanak (Behrman, 1996). Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI, 2007) berbagai sebab diantaranya adalah akibat pemberian susu formula yang tidak higienis dan makanan pendamping Air Susu Ibu (ASI) yang terlalu dini. Dinegara maju dengan tingkat pendidikan dan kesehatan tinggi, bayi dengan ASI lebih jarang menderita diare karena infeksi usus dan arena infeksi parenteral. Hal ini disebabkan karena berkurangnya kontaminasi bakteri dan juga terdapatnya zat-zat anti infeksi dalam ASI. World Health Organization (WHO, 2008) menyatakan bahwa setiap tahun 1,5 juta anak balita meninggal dunia akibat diare, hal ini menyebabkan diare sebagai penyebab kematian terbesar kedua pada balita. Di negara kelompok Association South East Asian Nation (ASEAN), anak balita rata-rata mengalami tiga sampai empat kali kejadian diare per tahun atau hampir 15-20% waktu hidup anak dihabiskan oleh diare (Soebagyo, 2008). Penyakit diare di Indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama. Hal ini disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan diare yang menimbulkan banyak kematian
1

terutama pada balita. Di Indonesia dilaporkan secara keseluruhan pada tahun 2006 diperkirakan angka kesakitan bayi meningkat sebesar 423 per 1000 penduduk pada semua usia dengan jumlah kasus 10.980 penderita dan jumlah kematian 277 balita. Pada tahun 2008, di Indonesia episode diare pada balita berkisar 40 juta per tahun dengan kematian sebanyak 200.000400.000 ( Soebagyo, 2008). Hasil Riset kesehatan dasar (Rikesda) tahun 2007 menunjukkan bahwa diare telah menyebabkan kematian sebesar 25,2% anak usia satu tahun hingga empat tahun, bahkan pada tahun 2008 diare merupakan penyumbang kematian bayi terbesar di Indonesia yaitu mencapai 31.4% dari total kematian bayi. Sedangkan di Jawa Tengah sendiri secara keseluruhan mencapai 625.022 penderita dengan Incident Rate 1,93%. Sementara itu, kasus diare ratarata per tahunnya mencapai 40% dengan kasus balita mencapai 269.483 penderita. Hal ini menunjukkan bahwa kasus diare pada balita di Provinsi Jawa Tengah masih tetap tinggi dibandingkan dengan golongan usia lainnya. Bertambahnya usia bayi menyebabkan pula bertambahnya

kebutuhan gizinya. Tahun pertama, khususnya enam bulan pertama adalah masa yang sangat kritis dalam kehidupan bayi, karena bukan hanya pertumbuhan fisiknya yang berlangsung dengan cepat tetapi juga pembentukan psikomotor dan akulturasi terjadi dengan cepat (Muchtadi, 1996). Ketika bayi memasuki usia enam bulan keatas, beberapa elemen nutrisi seperti karbohidrat, protein dan beberapa vitamin serta mineral yang terkandung dalam ASI atau susu formula tidak lagi mencukupi, oleh

sebab itu setelah usia enam bulan bayi mulai perlu diberi makanan pendamping ASI agar kebutuhan gizinya terpenuhi. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan selain Air Susu Ibu (Adiningsih, 2010). Makanan ini diberikan secara berangsurangsur seiring dengan pertumbuhan bayi. Akan tetapi sangat tidak bijaksana untuk memberikan makanan tambahan kepada anak berusia kurang dari empat atau enam bulan karena adanya resiko kontaminasi yang sangat tinggi, misalnya infeksi gastroenteritis yang merupakan penyakit berbahaya pada anak (Muchtadi, 1996) karena bagaimanapun juga ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi setidaknya sampai usia enam bulan karena ASI memiliki kelebihan tiga aspek yaitu ; aspek gizi, aspek kekebalan, dan aspek kejiwaan yang berupa jalinan kasih sayang yang penting untuk perkembangan mental dan kecerdasan anak serta membantu mencegah terjadinya alergi (Adiningsih, 2010). Pemberian MP-ASI setelah bayi berusia enam bulan, akan member perlindungan besar pada bayi dari berbagai macam penyakit. Hal ini disebabkan karena system imun pada bayi yang berusia kurang dari enam bulan belum sempurna, sel-sel disekitar ususnya belum siap untuk menerima kandungan makanan sehingga makanan yang masuk dapat memicu reaksi imun dan terjadi alergi misalnya diare. Sedangkan pada bayi yang berumur enam bulan keatas, system pencernaannya sudah mulai relatif sempurna dengan beberapa enzim pemecah protein seperti asam lambung, pepsin, lipase, enzim amilase sudah mulai diproduksi sempurna

sehingga pemberian MP-ASI dianjurkan pada bayi enam bulan keatas (NN, 2009). Hasil Rikesda tahun 2008, menunjukkan bayi yang mendapat MP-ASI sebelum enam bulan lebih banyak terserang diare, sembelit, batuk, pilek, dan panas dibandingkan dengan bayi yang hanya minum ASI ekslusif dan mendapatkan MP-ASI tepat waktu. Dari hasil penelitian

Febrika Nutrisiani tahun 2010 dengan judul Hubungan pemberian makanan pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) pada anak usia 0-24 bulan dengan kejadian diare di wilayah kerja puskesmas Purwodadi, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan didapatkan hasil bahwa pemberian MPASI pada usia 0-24 bulan tidak berpengaruh terhadap terjadinya diare. Pemberian makanan pendamping ASI merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya diare pada balita. Makanan yang tercemar dan terlalu banyak lemak, dan kurang makan biasanya memicu diare pada balita dan anak anak. Selain hal tersebut, penularan diare biasanya melalui piring, gelas dan sendok yang tidak bersih dan terdapat kuman. Beberapa faktor perilaku juga mempengaruhi terjadinya diare pada anak misalnya mencuci tangan sebelum dan sesudah makan. Penularan diare pada anak biasanya terjadi karena pola hidup dan makanan yang tidak sehat (Widjaja, 2002). Seperti yang kita lihat pada sekarang ini banyak sekali orangtua yang kurang memperhatikan kesehatan bayi mereka dengan memberikan makanan pendamping ASI sebelum usia empat atau enam bulan dan kurang memperhatikan makanan apa yang seharusnya diberikan untuk bayi dengan usia tertentu sehingga hal tersebut lebih sering memicu

terjadinya infeksi pada saluran perncernaan. Tercatat berdasarkan data dari Puskesmas Pangkah Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal, penderita diare pada bulan Januari dan Februari tahun 2012 dilaporkan sebanyak 401 penderita pada keseluruhan golongan usia sedangkan pada balita dengan usia kurang dari satu tahun mencapai 114 balita. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melihat lebih jauh keterkaitan pemberian MP-ASI pada anak usia 0-6 bulan dengan judul Hubungan Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Pada Anak Usia 0-6 bulan dengan Kejadian Diare di Desa Paketiban Pangkah, Kecamatan Pangkah, Kabupaten Tegal.

B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan, maka

dirumuskan masalah sebagai berikut : Adakah hubungan pemberian makanan pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) pada anak usia 0-6 bulan dengan kejadian diare di Desa Paketiban, Kecamatan Pangkah, Kabupaten Tegal?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum


2. Merujuk dari perumusan masalah, maka tujuan umumnya adalah :

Mengetahui kejadian diare di desa Paketiban, Kecamatan Pangkah, Kabupaten Tegal.

3. Tujuan Khusus Berpijak dari tujuan umum yang sudah disusun maka selanjutnya diperoleh tujuan khusus :
a. b.

Mengetahui karakteristik responden. Mengetahui pemberian MP-ASI pada anak usia 0-6 bulan

di Desa Paketiban, Kecamatan Pangkah, Kabupaten Tegal.


c.

Mengetahui kejadian diare pada anak yang mendapat MP-

ASI pada usia 0-6 bulan di Desa Paketiban, Kecamatan Pangkah, Kabupaten Tegal.
d.

Mengetahui hubungan pemberian MP-ASI pada anak usai

0-6 bulan dengan .kejadian diare Desa Paketiban, Kecamatan Pangkah, Kabupaten Tegal.

D. Ruang Lingkup Penelitian Pada hal ini akan dilakukan penelitian dengan hubungan pemberian makanan pendamping Air Sudu Ibu (MP-ASI) pada anak usia 0-6 bulan sebagai variabel bebas dan kejadian diare sebagai variabel terikatnya.

E. Manfaat Penelitian Setelah dilakukan penelitian diharapkan mampu member manfaat pada pihak-pihak yang terkait sebagai berikut :

1. Bagi Peneliti
a. Menambah wawasan bagi peneliti mengenai hubungan pemberian

makanan pendamping ASI pada anak usia 0-6 bulan dengan kejadian diare di Desa Paketiban , Kecamatan Pangkah, Kabupaten Tegal b. Mengembangkan kemampuan peneliti dalam metode penelitian yang ada dalam masyarakat. 2. Bagi Masyarakat Memberi informasi dan pengetahuan tentang hubungan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 0-6 bulan dengan kejadian diare di Desa Paketiban, Kecamatan Pangkah, Kabupaten Tegal sehingga diharapkan masyarakat dapat memberikan MPASI secara ideal dengan usia tertentu. 3. Bagi Lembaga Pendidikan Dapat dijadikan sebagai informasi untuk peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut tentang hubungan pemberian makanan

pendamping ASI pada anak usia 0-6 bulan dengan kejadian diare

4. Bagi Polindes Desa Paketiban Pangkah Sebagai bahan masukan dan pertimbangan agar memberikan

pelayanan kesehatan yang lebih luas khususnya dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai pemberian MPASI secara tepat dengan usia tertentu.

You might also like