You are on page 1of 42

MENINGKATKAN KOMPETENSI TENAGA ADMINISTRASI SEKOLAH (TAS) DALAM MENGELOLA ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN MELALUI PERAN KEPALA SEKOLAH SEBAGAI

MANAJER
Disusun sebagai laporan akhir kegiatan On The Job Learning pada Pendidikan dan Pelatihan Calon Kepala Sekolah Periode : 15 September s/d 15 November 2011

Nama NIP

: Drs. H. SYARIFUDDIN, M. Pd. : 19690101 199412 1 007

Unit Kerja : SMP NEGERI 1 BINAMU

PILOTING PROGRAM PENYIAPAN CALON KEPALA SEKOLAH DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN JENEPONTO

PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2011

ii

Kata Pengantar
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam dan segala isinya, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Shalawat dan taslim senantiasa tercurah atas junjungan Nabiyyullah Muhammad SAW. Berkat curahan rahmat dan kasih sayang Allah SWT jualah, sehingga laporan akhir kegiatan On The Job Learning (OJL) pada Pendidikan dan Pelatihan Calon Kepala Sekolah yang berjudul Meningkatkan Dalam Kompetensi Tenaga Administrasi Sekolah (TAS) Mengelola Administrasi

Kepegawaian Melalui Peran Kepala Sekolah Sebagai Manajer ini dapat diselesaikan dengan baik. Dalam proses penyusunan hingga penyelesaian laporan ini, merupakan suatu pengalaman dan pelajaran yang sangat berharga bagi penulis. Walau diakui terasa sangat melelahkan, namun berkat bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak, khususnya Bapak dan Ibu pendamping Diklat, Alhamdulillah akhirnya laporan kegiatan OJL ini selesai juga. Oleh karena itu, penulis merasa berkewajiban untuk menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada Dr. Andi Muliati, MM., Ir. A. Makmur, M. Sc., Ph. D., Drs. Yuli Cahyono, M. Pd., dan Drs. Ahkam Zubair, M. Pd. atas bimbingan dan arahannya. Demikian pula ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis haturkan kepada Drs. H. Mukhtar Nonci, S. Sos., M. Pd. selaku Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Jeneponto yang telah banyak membantu sejak awal seleksi sampai pelaksanaan diklat selesai. Ucapan terima kasih juga penulis haturkan kepada Dra. Hj. Rahmawati, M.Si. selaku Kepala Bidang ketenagaan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Jeneponto yang menjadi penanggungjawab pelaksanaan diklat calon kepala sekolah yang telah banyak membantu sejak seleksi sampai pelaksanaan diklat selesai.

iii

Ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada Ferawati Azis, SS., M. Pd. selaku Kepala Seksi Diklat Bidang Ketenagaan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Jeneponto yang menjadi ketua pelaksana diklat. Beliau telah banyak membantu dan melayani peserta diklat sejak awal seleksi sampai kegiatan diklat calon kepala sekolah selesai dilaksanakan. Ucapan terima kasih terkhusus penulis sampaikan kepada Drs. Syahrir Saini sebagai Kepala SMP Negeri 1 Binamu dan H. Saripuddin D., S. Pd., SE., MM. Sebagai Kepala SMP Negeri Khusus Jeneponto yang telah banyak membantu, memberikan masukan dan bimbingan selama pelaksanaan magang pada kegiatan OJL. Teristimewa, ucapan terima kasih penulis haturkan kepada adinda Rahmawati Sainong, S. Pd. sebagai guru yunior SMPN 1 Binamu yang bersedia diobservasi pada kegiatan supervisi akademik peserta diklat calon kepala sekolah. Tak terlupakan, ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada guru-guru dan pegawai SMPN 1 Binamu dan SMPN Khusus Jeneponto yang telah banyak membantu memberikan data dan informasi kepada penulis dalam melakukan kajian-kajian dan pelaksanaan rencana tindak kepemimpinan calon kepala sekolah. Terakhir, ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada semua teman peserta diklat calon kepala sekolah kabupaten Jeneponto tahun 2011 atas kerja sama yang terbangun selama ini mulai dari awal seleksi sampai kegiatan OJL berakhir. Kiranya laporan kegiatan OJL ini dapat bermanfaat, dan semoga segala bantuan, pengorbanan dan dorongan yang diberikan oleh berbagai pihak, mendapat ganjaran dan pahala dari Allah SWT, Amin. Penulis,

iv

Daftar Isi
Halaman Halaman Judul ............................................................................. Kata Pengantar ............................................................................ Daftar Lampiran............................................................................ BAB I. PENDAHULUAN .................................................................. A. Latar Belakang.................................................................. B. Tujuan ............................................................................3 C. Kompetensi Sasaran ........................................................ BAB II. KONDISI NYATA SEKOLAH MAGANG ................................. A. Profil SMPN 1 Binamu....................................................... 3 4 4 i ii v 1 1

B. Profil SMPN Khusus Jeneponto.......................................... 10 C. Permasalahan yang di Temukan di Lapangan.................. 16 BAB III. RENCANA TINDAK KEPEMIMPINAN ................................... 17 A. Meningkatkan Kompetensi Tenaga Administrasi Sekolah (TAS) dalam Mengelola Administrasi Kepegawaian melalui Peran Kepala Sekolah Sebagai Manajer......................................................................... 17 B. Implementasi Program....................................... 21 C. Peningkatan Kompetensi Hasil AKPK di SMP Negeri Khusus Jeneponto ......................................................... 25 D. Kajian Hasil On The Job Learning (OJL) ............. 27 BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 30 A. Kesimpulan ........................................................................ 30 B. Saran - Saran .................................................................... 30

Daftar Lampiran
Nomor
1.

Halaman

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
10. 11. 12.

13. 14.
15.

16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.


23.

24.

Rencana Tindak Kepemimpinan ......................................... 32 Instrumen Indentifikasi Kompetensi TAS Mengelola Administrasi Kepegawaian .......................................................... 36 Instrumen Monitoring dan Evaluasi 1 Kompetensi TAS Mengelola Administrasi Kepegawaian.......................................... 38 Instrumen Monitoring dan Evaluasi 2 Kompetensi TAS Mengelola Administrasi Kepegawaian ......................................... 40 Analisis hasil indentifikasi Kompetensi TAS Mengelola Administrasi Kepegawaian .......................................................... 42 Analisis hasil Monitoring dan Evaluasi 1 Kompetensi TAS Mengelola Administrasi Kepegawaian.......................................... 50 Analisis hasil Monitoring dan Evaluasi 2 Kompetensi TAS Mengelola Administrasi Kepegawaian ......................................... 58 Analisis hasil indentifikasi Kompetensi TAS Mengelola Administrasi Kepegawaian Sekolah Magang lain ......................... 66 Analisis hasil Monitoring dan Evaluasi Kompetensi TAS Mengelola Administrasi Kepegawaian Sekolah Magang lain ....... 72 Daftar Hadir Pembimbingan TAS Mengelola Administrasi Kepegawaian .............................................................................. 78 Foto-foto Kegiatan Pembimbingan TAS Mengelola Administrasi Kepegawaian .............................................................................. 81 Laporan Pelaksanaan Supervisi Akademik/Observasi Guru Yunior Laporan Hasil Kajian RKS-RKJM Laporan Hasil Kajian Pengelolaan Kurikulum Laporan Hasil Kajian Pengelolaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Laporan Hasil Kajian Sarana dan Prasarana Sekolah Laporan Hasil Kajian Pengelolaan Peserta Didik Laporan Hasil Kajian Pengelolaan Keuangan Laporan Hasil Kajian Pembinaan TAS Laporan Hasil Kajian Pemanfaatan TIK dalam Pembelajaran Laporan Hasil Kajian Monitoring dan Evaluasi Program Hasil Penyusunan Silabus, RPP dan Bahan Ajar Dafar Hadir dalam Kegiatan On The Job Learning (OJL) Foto-foto Kegiatan di Sekolah Magang

vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah sebagai tempat pelaksanaan proses belajar

mengajar perlu dikelola secara baik dan benar. Keberhasilan suatu sekolah mencapai tujuan yang diharapkan sangat tergantung kepada bagaimana model pengelolaan terhadap segala sumber daya yang dimiliki sekolah tersebut. Sumber daya sekolah yang memadai bukan jaminan akan mewujudkan harapan-harapan warga sekolah yang telah dirumuskan menjadi tujuan sekolah tersebut jika kepala sekolah sebagai pimpinan tidak mampu melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dengan baik. Kepala sekolah adalah guru yang diserahi tugas tambahan untuk memimpin dan mengelola sekolah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Sebagai seorang guru, kepala sekolah sejatinya adalah juga pendidik yang harus mampu membina guru-guru disekolahnya menjadi guru kreatif dan selalu melakukan inovasi dalam pembelajaran. Dengan adanya tugas tambahan tersebut, kepala sekolah tidak hanya dituntut untuk membina guru saja, tetapi lebih dari itu, juga dituntut untuk membina dan mengelola seluruh komponen sekolah lainnya seperti tenaga adminstrasi sekolah, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium dan lain sebagainya. Tuntutan-tuntutan ini adalah merupakan tugas-tugas yang baru bagi seorang guru yang diserahi tugas tambahan kepala sekolah. Disisi lain, tujuan utama sekolah berupa peningkatan mutu pendidikan hanya dapat diraih jika seluruh komponen sekolah dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya masing-masing melalui pembinaan dan pengelolaan seorang kepala sekolah yang profesional. Karena begitu banyaknya tugas-tugas baru seorang kepala sekolah maka untuk menjadi seorang kepala sekolah yang profesional tentu tidaklah mudah. Diperlukan waktu yang cukup

untuk belajar bagaimana melaksanakan tugas-tugas yang baru tersebut. Pelatihan, pembimbingan dan pembinaan bagi calon kepala sekolah merupakan upaya-upaya yang mesti dilakukan oleh pihak terkait dalam rangka melahirkan pemimpin sekolah yang berkualitas yang diharapkan menteri mampu untuk nasional memimpin dan mengelola sekolah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Peraturan pendidikan (permendikas) Republik Indonesia nomor 28 tahun 2010 tentang penugasan guru sebagai kepala sekolah memberikan angin segar bagi peningkatan profesionalisme seorang kepala sekolah ataupun calon kepala sekolah. Dalam permendiknas tersebut dijelaskan bahwa seorang guru yang telah dinyatakan lulus seleksi calon kepala sekolah diharuskan mengikuti pendidikan dan pelatihan sebagai kegiatan pemberian pengalaman pembelajaran teoretik maupun praktik yang bertujuan untuk menumbuhkembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan pada dimensi-dimensi kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial. Berdasarkan permendiknas nomor 13 tahun 2007 tentang standar kompetensi manajerial kepala kepala sekolah sekolah menetapkan merupakan dimensi dimensi kompetensi

kompetensi yang menuntut 16 kompetensi. Jumlah kompetensi ini merupakan jumlah terbanyak dibandingkan dengan kompetensi pada dimensi kompetensi kepribadian, kewirausahaan, supervisi dan sosial. Tingkat kemampuan daya kepala sekolah sekolah dalam dalam dan usaha mengarahkan, mengembangakan memberdayakan, sumber menggerakkan,

meningkatkan mutu pendidikan di sekolah sangat bergantung kepada kompetensi manajerial seorang kepala sekolah. SMPN 1 Binamu sebagai sekolah tempat mengajar penulis misalnya, memiliki 20 tenaga kependidikan yang berfungsi sebagai tenaga administrasi sekolah merupakan SDM yang cukup untuk

terlibat dalam usaha meningkatkan pelayanan pendidikan menuju peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Namun kenyataannya, SDM yang demikian besar seakan tidur tanpa memperlihatkan prestasi kerjanya. Berdasarkan hasil pengamatan penulis selama mengabdi di SMPN 1 Binamu, menemukan beberapa tenaga administrasi sekolah hanya datang kemudian pulang tanpa berbuat sesuatu. Sebahagian lagi malas masuk kantor dengan alasan tidak ada yang mereka bisa kerjakan. Pendidikan dan pelatihan yang dijalani calon kepala sekolah dalam kegiatan tatap muka (in servis-1) dalam kurun waktu 70 jam merupakan modal awal untuk menjalani praktek lapangan on the job learning (OJL) selama kurang lebih 3 bulan. Kegiatan OJL penting bagi peserta diklat untuk mempraktekkan kompetensi yang telah dipelajari selama kegiatan tatap muka. Dalam OJL dipraktekkan bagaimana mengkaji pengelolaan kurikulum sekolah, RKAS/RKJM, pengelolaan keuangan, produksi dan jasa, pembinaan tenaga administrasi sekolah, pengelolaan peserta didik, sarana dan prasarana, pengelolaan pendidikan dan tenaga kependidikan, pemanfaatan TIK, monitoring dan evaluasi serta program supervisi akademik. Sehubungan dengan hasil penilaian analisis kebutuhan pengembangan keprofesian (AKPK) penulis sebagai peserta diklat calon kepala sekolah yang menemukan kelemahan terbanyak pada dimensi manajerial, maka penulis akan mengangkat tema tulisan yang terkait dengan dimensi manajerial kepala sekolah. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis mengangkat tema tulisan dengan judul Meningkatkan Kompetensi Tenaga Administrasi Sekolah (TAS) dalam Mengelola Administrasi Kepegawaian melalui Peran Kepala Sekolah Sebagai Manajer

B.

Tujuan Tujuan yang ingin dicapai berdasarkan tema yang diangkat

dalam tulisan ini adalah:

1.

Untuk

mengetahui

tingkat

kompetensi

tenaga

administrasi sekolah (TAS) dalam mengelola administrasi kepegawaian,

2.

Untuk meningkatkan kompetensi tenaga administrasi

sekolah (PAS) dalam mengelola administrasi kepegawaian. C. Kompetensi Sasaran Berdasarkan hasil analisis AKPK penulis yang menyimpulkan kelemahan terbesar pada dimensi kompetensi manajerial, maka sasaran yang ingin dicapai dalam tulisan ini adalah pengembangan dimensi kompetensi manajerial kepala sekolah melalui pembinaan tenaga administrasi sekolah (TAS) dalam mengelola administrasi kepegawaian. BAB II KONDISI NYATA SEKOLAH MAGANG

A.

Profil SMPN 1 Binamu

SMPN Binamu berlokasi di jalan Lanto Daeng Pasewang no. 32 Bontosunggu kelurahan Empoang kecamatan Binamu yang diapit oleh dua perkantoran pemerintah yaitu kantor Bupati Jeneponto dan kantor KPU. Sekolah ini dibangun pada tahun 1960 di atas lahan seluas 8065 m2 dan mulai beroperasi tahun 1961 dengan nama SMP 1 Jeneponto. Sekolah ini merupakan sekolah tertua di kabupaten Jeneponto untuk sekolah tingkat menengah pertama dan sudah banyak mencetak alumni-alumni yang menduduki jabatan-jabatan penting, baik di pemerintahan, legislatif ataupun diperusahaan-perusahaan swasta. Tahun pelajaran 2011/2012 ini SMPN 1 Binamu membina sebanyak 1043 siswa yang terbagi ke dalam 30 rombongan belajar dengan masing-masing 10 rombongan belajar pertingkatan kelas. Setiap ruang kelas menampung rata-rata sebanyak 36 siswa.

SMPN 1 Binamu kini memiliki guru sebagai tenaga pendidik dan tenaga administrasi sekolah yang cukup memadai. Jumlah guru sebanyak 54 orang dengan rincian 44 guru PNS dan 10 orang non PNS sedang jumlah tenaga asministrasi sebanyak 20 orang yang terdiri dari 8 orang PNS dan 12 orang non PNS. Sekolah ini memiliki sarana dan prasana laboratorium yang cukup yaitu laboratorium Fisika, Biologi, Bahasa dan Komputer. Sekolah juga memiliki 30 ruang belajar, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang wakil-wakil kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang BK, 2 gedung perpustakaan, 1 ruang multimedia, 1 gedung mushallah, 1 ruang OSIS, 3 kamar WC guru, 10 kamar WC siswa, 1 pos keamanan, 2 kantin dan 1 aula mini. Prestasi guru yang diraih SMPN 1 Binamu empat tahun terakhir yaitu juara I tiga tahun berturut-turut guru berprestasi tahun 2007-2009 dan juara II tahun 2010 tingkat kabupaten Jeneponto, juara II inovasi pembelajaran tingkat nasional. Sedangkan prestasi siswa yaitu juara I lomba mengarang, pidato (putra dan putri), baca puisi (putra dan putri) pada acara HARDIKNAS tahun 2009. Kinerja SMPN 1 Binamu dilihat dari pencapaian delapan standar pendidikan dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Standar Isi SMPN 1 Binamu telah memiliki kurikulum sendiri yang dikembangkan dengan menggunakan panduan yang disusun BSNP dengan mempertim-bangkan karakter daerah, kebutuhan sosial masyarakat, kondisi budaya, usia peserta didik, dan kebutuhan pembelajaran. Mata pelajaran bahasa daerah Makassar dan baca tulis al-quran adalah mata pelajaran muatan lokal sekolah yang merupakan kebutuhan sosial masyarakat Jeneponto yang mayoritas beragama Islam yang ingin melestrasikan bahasa daerah Makassar. Kurikulum sekolah memuat 10 mata pelajaran muatan nasional dan dua mata pelajaran muatan lokal. Alokasi waktu mata

pelajaran Pendidikan Agama, PKn, Seni Budaya, Penjas, TIK, Bahasa Daerah Makassar dan BTQ masing-masing 2 jam pelajaran. Mata pelajaran yang diujinasionalkan yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika dan IPA masing-masing 4 jam pelajaran. Mata pelajaran IPS juga diberikan alokasi waktu 4 jam pelajaran. Pengembangan diri memperoleh alokasi waktu ekuivalen dengan 2 jam pelajaran. Satu jam pelajaran setara 40 menit. Jumlah jam pelajaran perminggu 32 jam pelajaran per kelas, sehingga total jumlah jam pelajaran tatap muka sebanyak 32 jam pelajaran per rombel 30 rombel = 960 jam pelajaran perminggu. Program pembelajaran remedial dan pengayaan bagi siswa belum berjalan secara sistematis sebagaimana mestinya. Bagi siswa yang dinyatakan belum mencapai nilai ketuntasan minimal dalam pencapaian kompetensi hanya diberikan kesempatan belajar sendiri indikator-indikator kompetensi yang belum dikuasai untuk mempersiapkan diri dalam mengikuti ulangan perbaikan. Pembelajaran remedial dan pengayaan mestinya dilaksanakan diluar jam pelajaran terjadual disore hari. Hal ini dilakukan untuk memastikan tercapainya pelayanan kepada siswa yang memerlukan penjelasan ulang tentang kompetensi yang belum dikuasai ataupun yang ingin dikembangkan. Kegiatan ekstra kurikuler yang disediakan mengacu kepada kebutuhan pengembangan pribadi siswa. Program kegiatan ektra kurikuler yang disediakan diantaranya pembinaan kepramukaan, PMR, OSIS, LDK, karate, basket dan sepak bola. Pemenuhan akan kebutuhan pengembangan pribadi siswa dilakukan dengan menyediakan layanan bimbingan dan konseling (BK). Jumlah tenaga konseling yang dimiliki berjumlah 4 yang masing-masing memiliki program rencana dan pelaksanaan layanan BK. Empat guru BK belum sebanding dengan siswa yang berjumlah 1043 orang. Artinya setiap guru BK memberikan layanan rata-rata kepada 261 orang siswa. Dalam hal ini setidaknya sekolah

masih membutuhkan tenaga konseling sebanyak 1 atau 2 orang guru BK. 2. Standar Proses Silabus yang dikembangkan oleh guru-guru berdasarkan Standar Isi (SI), Standar Kompetensi Lulusan (SKL), dan panduan penyusunan KTSP. Kegiatan penyusunan dan pengembangkan silabus dilakukan secara mandiri ataupun berkelompok dalam pertemuan MGMP sekolah ataupun MGMP mata pelajaran. Diakui bahwa masih silabus yang dikembangkan dari oleh guru-guru lain belum dengan sepenuhnya berasal dari hasil pemikiran sendiri namun sebahagian mencontoh silabus sekolah-sekolah beberapa perbaikan-perbaikan. Kegiatan pembelajaran yang dirancang dalam silabus belum membagi ke dalam bentuk tatap muka (TM), penugasan terstruktur (PT) dan kegiatan mandiri tidak terstruktur (KMTT). Guru-guru memiliki rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disusun berdasarkan pada prinsip-prinsip perencanaan pembelajaran baik mata pelajaran muatan nasional ataupun mata pelajaran muatan lokal. Seperti halnya dengan silabus, kegiatan penyusunan RPP juga dilakukan oleh guru-guru secara mandiri ataupun berkelompok dalam pertemuan MGMP sekolah ataupun MGMP mata pelajaran. RPP yang disusun guru sebahagian masih meng-copy paste RPP sekolah lain dengan beberapa perubahanperubahan. Namun tentu ada juga beberapa guru yang telah menyusun RPP berdasarkan hasil pemikiran sendiri nilai-nilai, Jeneponto. Metode interaktif, pembelajaran yang dirancang kreatif, guru-guru dalam dan silabus dan RPP sebahagian sudah menggunakan metode yang inspiratif, menyenangkan, menantang dan norma-norma yang ada dalam ataupun kelompok dengan memperhatikan lingkungan sekolah atau siswa, masyarakat

memotivasi siswa. Sebahagian guru masih ada yang menggunakan pembelajaran konvensional dengan model pembelajaran langsung. Keterbatasan jumlah buku referensi yang dimiliki sekolah mengakibat-kan terbatasnya sumber belajar dari buku. Kebijakan pelarangan penjualan buku paket di sekolah dan terbatasnya anggaran pengadaan buku paket sangat merugikan siswa sendiri. Buku-buku yang disediakan sekolah paling lama bertahan satu atau dua tahun dimanfaatkan oleh siswa. Umur penggunaan buku-buku paket yang singkat sangat terkait dengan kepribadian siswa yang senang merusak atau menghilangkan buku-buku yang dipinjamkan. Untuk meningkatkan mutu pelaksanaan proses pembelajaran di kelas, pengawas, kepala SMPN 1 Binamu, wakil kepala sekolah dan guru senior yang berkompeten, melakukan supervisi dan evaluasi proses pembelajaran. Hanya saja kegiatan supervisi belum dilakukan secara berkala dan berkelanjutan. 3. Standar Kompetensi Lulusan Perolehan rata-rata nilai ujian nasional tahun pelajaran 2009/2010 dan tahun 2010/2011 untuk masing-masing mata pelajaran berturut-turut Bahasa Indonesia 6,47 dan 5,62, Bahasa Inggris 7,27 dan 8,13, Matematika 7,41 dan 8,24 serta IPA 7,81 dan 7,95. Kecuali untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, dapat dikatakan bahwa hasil ini menggambarkan adanya peningkatan pencapaian kompetensi siswa artinya siswa sudah memperlihatkan kemajuan yang lebih baik dalam mencapai target yang ditetapkan SKL. Untuk mengembangkan nilai-nilai agama khusunya Islam dan budaya masyarakat Jeneponto, SMPN 1 Binamu melaksanakan kegiatan pesantren kilat setiap bulan ramadhan bekerja sama dengan pondok pesantren IMMIM Putra Makassar. Selain itu, sekolah membudayakan saling memberi salam setiap bertemu, baik guru ataupun siswa. 4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Jumlah

guru

yang

mencapai

54

orang

dan

tenaga

administrasi sekolah sebanyak 20 orang sudah memenuhi standar jumlah pendidik dan tenaga kependidikan sekolah. Guru yang sudah berkualifikasi minimal S1 sebanyak 93% sedangkan pegawai administrasi berkualifikasi S1 sebanyak 15%, SMA sebanyak 80% dan SMP sebanyak 5%. Standar kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan SMPN 1 Binamu belum terukur karena belum ada hasil penilaian yang mengukur berapa tingkat pencapaian kompetensi masing-masing. 5. Standar Sarana dan Prasarana SMPN 1 Binamu memiliki luas lahan 8065 m2 dengan jumlah gedung sebanyak 13 unit yang terdiri dari 2 unit gedung berlantai dua dan 11 unit gedung berlantai satu. Ruang kelas yang digunakan sebagai tempat proses belajar mengajar sebanyak 30 ruang kelas dengan luas masing-masing 63 m2 per ruang kelas. Setiap ruang kelas masing-masing memiliki satu white board dan black board, satu meja dan kursi guru, masing-masing satu meja dan kursi untuk setiap siswa. Ruang guru berukuran (18 7) m2 memuat 35 pasang meja dan kursi guru, 1 papan white board, satu meja panjang dan 4 kursi untuk tempat pimpinan rapat pertemuan, 1 set kursi dan meja tamu, 1 kamar kecil (WC), 2 rak buku, 6 lemari buku, 1 set sound system dan 1 buah jam dinding. Ruang perpustakaan terdiri dari dua unit dengan luas masing-masing (10 15) m2. Jumlah buku teks pelajaran masih kurang dari jumlah siswa. Laboratorium yang dimiliki terdiri dari laboratorium fisika, biologi, bahasa dan komputer. Laboratorium komputer memiliki jaringan LAN yang terkoneksi dengan jaringan internet speedy schoolnet dari jardiknas dan dilengkapi dengan 2 buah pendingin udara.

Ruang kepala sekolah berukuran (4 5)m2 terdapat 1 kamar kecil (WC), 2 lemari buku, 1 pasang meja dan kursi kepala sekolah, 1 set kursi tamu, 1 lemari piala, 1 set komputer PC, dan 1 pendingin udara. Ruang wakil kepala sekolah berukuran (4 5)m2 terdapat 5 pasang meja dan kursi, 1 set komputer PC, 3 buah lemari buku, 1 pendingin udara dan dilengkapi dengan jaringan internet speedy schoolnet. Sarana dan prasana sekolah lainnya adalah ruang tata usaha, ruang guru BK, ruang UKS, kantin, mushallah, kantin kejujuran, gudang, jamban (WC) siswa. 6. Standar Pengelolaan Visi dan misi serta tujuan pendidikan SMP Negeri 1 Binamu sudah disosialisasikan kepada warga sekolah, masyarakat ataupun pemangku kepentingan melalui beberapa cara diantaranya menuliskannya ditembok dinding sekolah, dipasang di blog guru, dan melalui persuratan. Rencana kerja sekolah (RKS), rencana kerja tahunan (RKT) ataupun rencana rencana kegiatan kerja dan jangka anggaran menengah sekolah (RKJM) (RKAS) belum belum disosialisasikan kepada warga sekolah. Demikian pula dengan disosialisasikan kepada warga sekolah. Sekolah belum pernah melakukan pengisian EDS sehingga RKAS yang disusun masih mengacu pada cara lama namun sudah mengelompokkan ke dalam delapan standar. Kegiatan supervisi belum dilaksanakan secara berkala dan berkelanjutan sehingga masih sulit untuk mengukur dan menilai kinerja untuk melakukan perbaikan-perbaikan terutama dalam peningkatan hasil belajar siswa. Pengumpulan dan penggunaan data sudah menggunakan sistem informasi berbasis ICT program office. Sebagian data dan

10

informasi

sekolah

dapat

diakses

melalui

telepon,

jardiknas

Jeneponto ataupun blog guru. 7. Standar Pembiayaan SMPN 1 Binamu mempunyai RKAS namun hanya disusun oleh kepala sekolah, beberapa guru dan bendahara sekolah. Penyusunan RKAS belum melibatkan secara langsung pihak komite sekolah ataupun pemangku kepentingan yang relevan, namun demikian tetap mempertimbangkan usulan-usulannya. Sumber keuangan sekolah masih tergantung pada bantuan pemerintah berupa dana BOS APBN dan dana pendidikan gratis pemerintah provinsi Sulawesi Selatan dan pemerintah kabupaten Jeneponto. Sekolah belum mampu untuk mencari sumber keuangan lain misalnya dengan membangun kerja sama yang saling menguntungkan dengan dunia usaha dan industri. Penyusunan rencana keuangan sekolah belum dilakukan secara transparan, efisien dan akuntabel. Laporan keuangan sekolah hanya ditujukan kepada pemerintah sebagai pemberi dana. 8. Standar Penilaian Pendidikan Sebagian guru mata pelajaran sudah menyusun perencanaan penilaian berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar. KKM yang telah ditetapkan oleh masing-masing guru mata pelajaran diinformasikan oleh sebagian guru kepada siswa diawal pertemuan tatap muka dan sebagiannya menginformasikan KKM sebelum pelaksanaan setiap ulangan harian. Guru melaksanakan penilaian melalui pelaksanaan ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, kenaikan kelas, ujian sekolah dan ujian nasional. Penilaian melalui ulangan harian kadang tidak dilaksanakan berdasarkan rencana yang telah dibuat oleh sebahagian guru. Hasil penilaian sebahagian guru pada pelaksanaan ulangan harian ataupun tugas-tugas pekerjaan rumah ditambahkan informasi berupa komentar dan masukan untuk perbaikan. Setiap

11

guru menyampaikan hasil penilaian sikap dan akademik siswa kepada kepala sekolah melalui wakil kepala sekolah urusan kurikulum. Hasil penilaian dijadikan dasar bagi sebahagian guru sebagai koreksi untuk melakukan perbaikan pembelajaran berikutnya.

B.

Profil SMPN Khusus Jeneponto SMPN Khusus Jeneponto yang berlokasi di jalan Kesehatan

nomor 101 Bontosunggu kecamatan Binamu didirikan berdasarkan surat keputusan Bupati Jeneponto nomor 134/VIII/2007 tahun 2007 bersama dua sekolah lainnya yaitu SLB Pembina dan SMAN Khusus Jeneponto. Ketiga sekolah ini dipimpin oleh satu orang kepala sekolah yang kini dijabat oleh H. Saripuddin D. SMPN Khusus Jeneponto dibangun untuk membina khususnya putra-putri Jeneponto yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Kebijakan pemerintah kabupaten Jeneponto dalam pendirian sekolah ini dimaksudkan untuk menjamin pembinaan siswa-siswa cerdas menjadi putra Jeneponto yang (penembak). Kinerja SMPN Khusus Jeneponto dilihat dari pencapaian delapan standar pendidikan dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Standar Isi SMPN Khusus Jeneponto telah memiliki kurikulum sendiri yang dikembangkan dengan menggunakan panduan yang disusun BSNP dengan mempertimbangkan karakter daerah, kebutuhan sosial masyarakat, kondisi budaya, usia peserta didik, dan kebutuhan pembelajaran. Mata pelajaran bahasa daerah Makassar dan baca tulis al-quran adalah mata pelajaran muatan lokal sekolah yang merupakan kebutuhan sosial masyarakat Jeneponto yang mayoritas beragama Islam yang ingin melestrasikan bahasa daerah Makassar. unggul sebagai pattabba

12

Kurikulum sekolah memuat 10 mata pelajaran muatan nasional dan dua mata pelajaran muatan lokal. Alokasi waktu mata pelajaran Pendidikan Agama, PKn, Seni Budaya, Penjas, TIK, Bahasa Daerah Makassar dan BTQ masing-masing 2 jam pelajaran. Mata pelajaran yang diujinasionalkan yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika dan IPA masing-masing 4 jam pelajaran. Sedangkan mata pelajaran IPS diberikan alokasi waktu terbanyak yaitu 6 jam pelajaran dengan pertimbangan mata pelajaran IPS mempelajari tiga materi pokok yakni ekonomi, sejarah dan geografi. Pengembangan diri memperoleh alokasi waktu ekuivalen dengan 2 jam pelajaran. Satu jam pelajaran setara dengan 40 menit. Jumlah jam pelajaran perminggu 3 jam per kelas, sehingga total jumlah jam pelajaran tatap muka sebanyak 36 jam pelajaran per rombel 3 rombel = 108 jam pelajaran perminggu. Sama dengan di SMPN 1 Binamu, program pembelajaran remedial dan pengayaan bagi siswa SMPN Khusus juga belum berjalan secara sistematis sebagaimana mestinya. Bagi siswa yang dinyatakan belum mencapai nilai ketuntasan minimal dalam pencapaian kompetensi diri hanya diberikan mengikuti kesempatan ulangan belajar sendiri indikator-indikator kompetensi yang belum dikuasai untuk mempersiapkan dalam perbaikan. Pembelajaran remedial dan pengayaan mestinya dilaksanakan diluar jam pelajaran secara terjadual disore hari. Hal ini dilakukan untuk memastikan tercapainya pelayanan kepada siswa yang memerlukan penjelasan ulang tentang kompetensi yang belum dikuasai ataupun yang ingin dikembangkan. Kegiatan ekstra kurikuler yang disediakan mengacu kepada kebutuhan pengembangan pribadi siswa. Program kegiatan ektra kurikuler yang disediakan yakni pembinaan kepramukaan, PMR, OSIS, LDK, karate, basket, bulutangkis, tenis meja, futsal dan pembinaan kultum keagamaan.

13

Pemenuhan akan kebutuhan pengembangan pribadi siswa dilakukan dengan menyediakan layanan bimbingan dan konseling (BK). Jumlah tenaga konseling yang dimiliki satu orang melayani 60 orang siswa. 2. Standar Proses Silabus yang dikembangkan oleh guru-guru berdasarkan Standar Isi (SI), Standar Kompetensi Lulusan (SKL), dan panduan penyusunan KTSP. Kegiatan penyusunan dan pengembangkan silabus dilakukan secara mandiri ataupun berkelompok dalam pertemuan MGMP sekolah ataupun MGMP mata pelajaran. Silabus yang dikembangkan oleh guru-guru belum sepenuhnya berasal dari hasil pemikiran sendiri namun sebahagian masih mencontoh silabus dari sekolah-sekolah lain dengan beberapa perbaikanperbaikan. Kegiatan pembelajaran yang dirancang dalam silabus belum membagi ke dalam bentuk tatap muka (TM), penugasan terstruktur (PT) dan kegiatan mandiri tidak terstruktur (KMTT). Guru-guru memiliki rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disusun berdasarkan pada prinsip-prinsip perencanaan pembelajaran baik mata pelajaran muatan nasional ataupun mata pelajaran muatan lokal. Seperti halnya dengan silabus, kegiatan penyusunan RPP juga dilakukan oleh guru-guru secara mandiri ataupun berkelompok dalam pertemuan MGMP sekolah ataupun MGMP mata pelajaran. RPP yang disusun guru sebahagian masih meng-copy paste RPP sekolah lain dengan beberapa perubahanperubahan. Namun tentu ada juga beberapa guru yang telah menyusun RPP berdasarkan hasil pemikiran sendiri nilai-nilai, Jeneponto. Metode pembelajaran yang dirancang guru-guru dalam silabus dan RPP sudah menggunakan metode yang interaktif, dan norma-norma yang ada dalam ataupun kelompok dengan memperhatikan lingkungan sekolah atau siswa, masyarakat

14

inspiratif, menyenangkan, kreatif, menantang dan memotivasi siswa. Jumlah buku referensi yang dimiliki sekolah masih sangat sedikit mengakibatkan terbatasnya sumber belajar dari buku. Pemerintah daerah yang mengeluarkan kebijakan pelarangan penjualan buku paket di sekolah memberi dampak kepada motivasi siswa dan orang tua untuk membeli buku paket sendiri. Pemenuhan buku paket siswa terbentur pada terbatasnya anggaran pengadaan buku paket yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat ataupun daerah. Untuk meningkatkan mutu pelaksanaan proses pembelajaran di kelas, pengawas, kepala SMPN Khusus dibantu wakil kepala sekolah melakukan supervisi dan evaluasi proses pembelajaran. Hanya saja kegiatan supervisi belum dilakukan secara berkala dan berkelanjutan. 3. Standar Kompetensi Lulusan Perolehan rata-rata nilai ujian nasional tahun pelajaran 2009/2010 dan tahun 2010/2011 untuk masing-masing mata pelajaran berturut-turut Bahasa Indonesia 7,44 dan 8,48, Bahasa Inggris 8,14 dan 9,08, Matematika 7,10 dan 8,90 serta IPA 7,99 dan 8,49. Perolehan rata-rata nilai UN memperlihatkan tingginya peningkatan untuk setiap mata pelajaran. Rata-rata nilai UN semua mata pelajaran tahun 2009/2010 adalah 7,67 dan tahun 2010/2011 adalah 8,74. Dapat dikatakan bahwa hasil ini menggambarkan adanya peningkatan pencapaian kompetensi siswa artinya siswa sudah memperlihatkan kemajuan yang jauh lebih baik dalam mencapai target yang ditetapkan SKL. Untuk mengembangkan nilai-nilai agama khusunya Islam dan budaya masyarakat Jeneponto, SMPN Khusus juga melaksanakan kegiatan pesantren kilat setiap bulan ramadhan. Kegiatan pesantren dikelola oleh pengurus OSIS dan dikoordinir oleh guru

15

agama Islam. Selain itu, sekolah membudayakan saling memberi salam setiap bertemu, baik guru ataupun siswa. 4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan Jumlah guru yang dimiliki sebanyak 18 orang dan tenaga administrasi sekolah sebanyak 10 orang sudah memenuhi standar jumlah pendidik dan tenaga kependidikan sekolah. Guru yang berkualifikasi S1 sebanyak 67%, berkualifikasi S2 sebanyak 33%. Sedangkan pegawai administrasi berkualifikasi S1 sebanyak 20% dan SMA sebanyak 80%. Standar kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan SMPN Khusus Jeneponto belum terukur karena belum ada hasil penilaian yang mengukur berapa tingkat pencapaian kompetensi masingmasing. 5. Standar Sarana dan Prasarana Ruang kelas yang digunakan sebagai tempat proses belajar mengajar sebanyak 3 ruang kelas dengan luas masing-masing 63 m2 per ruang kelas. Setiap ruang kelas masing-masing memiliki satu white board, satu meja dan kursi guru, serta 20 meja dan kursi untuk siswa. Ruang guru berukuran (9 7) m2 memuat 7 pasang meja dan kursi guru, 1 papan white board, 6 lemari buku, dan 1 buah jam dinding. Ruang perpustakaan yang berukuran (10 15) m2 yang dibangun khusus untuk kegiatan perpustakaan sekolah sebahagiannya dimanfaatkan untuk fungsi laboratorium komputer. Jumlah buku teks pelajaran ataupun buku bacaan umum masih sangat kurang. Laboratorium komputer memuat 12 unit komputer tetapi sebahagiannya sudah ada yang tidak berfungsi. Laboratorium lain yang dimiliki hanya laboratorium IPA dan Bahasa. Ruang kepala sekolah berukuran (4 5)m2 terdapat 1 kamar kecil (WC), 2 lemari buku, 1 pasang meja dan kursi kepala sekolah, 1 set kursi tamu, 1 set komputer PC, dan 1 pendingin udara.

16

Sedangkan ruang wakil kepala sekolah berukuran (7 terdapat 5 pasang meja dan kursi, 2 buah lemari buku,

6)m2

Sarana dan prasana sekolah lainnya adalah ruang tata usaha, ruang guru BK, ruang UKS, mushallah, kantin kejujuran, jamban (WC) siswa, lapangan olahraga, rumah guru dan asrama siswa. 6. Standar Pengelolaan Visi dan misi serta tujuan pendidikan SMPN Khusus Jeneponto sudah disosialisasikan kepada warga sekolah, masyarakat ataupun pemangku kepentingan melalui rapat komite sekolah dan melalui persuratan. Rencana kerja sekolah (RKS), rencana kerja tahunan (RKT) ataupun rencana kerja jangka menengah (RKJM) disosialisasikan kepada warga sekolah. Demikian pula dengan rencana kegiatan dan anggaran sekolah (RKAS). RKAS yang disusun berdasarkan rekomendasi dari evaluasi diri sekolah (EDS) yang mengacu pada pengelompokan ke dalam delapan standar pendidikan. Kegiatan supervisi belum dilaksanakan secara berkala dan berkelanjutan sehingga masih sulit untuk mengukur dan menilai kinerja untuk melakukan perbaikan-perbaikan terutama dalam peningkatan hasil belajar siswa. Pengumpulan dan penggunaan data sudah menggunakan sistem informasi berbasis ICT program office. Sebagian data dan informasi sekolah dapat diakses melalui telepon, jardiknas Jeneponto ataupun blog SMPN Khusus Jeneponto. 7. Standar Pembiayaan SMPN Khusus Jeneponto mempunyai RKAS yang disusun oleh kepala sekolah dan guru-guru dengan mempertimbangkan masukan-masukan dari siswa dan komite sekolah. Sumber keuangan sekolah masih tergantung pada bantuan pemerintah berupa dana BOS APBN dan dana pendidikan gratis pemerintah provinsi Sulawesi Selatan dan pemerintah kabupaten Jeneponto. Sekolah belum mampu untuk mencari sumber keuangan

17

lain

misalnya

dengan

membangun

kerja

sama

yang

saling

menguntungkan dengan dunia usaha dan industri. Penyusunan rencana keuangan sekolah belum dilakukan secara transparan, efisien dan akuntabel. Laporan keuangan sekolah hanya ditujukan kepada pemerintah sebagai pemberi dana. 8. Standar Penilaian Pendidikan Sebagian guru mata pelajaran sudah menyusun perencanaan penilaian berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar. KKM yang telah ditetapkan oleh masing-masing guru mata pelajaran diinformasikan oleh sebagian guru kepada siswa diawal pertemuan tatap muka dan sebagiannya menginformasikan KKM sebelum pelaksanaan setiap ulangan harian. Guru melaksanakan penilaian melalui pelaksanaan ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, kenaikan kelas, ujian sekolah dan ujian nasional. Penilaian melalui ulangan harian kadang tidak dilaksanakan berdasarkan rencana yang telah dibuat oleh sebahagian guru. Hasil penilaian sebahagian guru pada pelaksanaan ulangan harian ataupun tugas-tugas pekerjaan rumah ditambahkan informasi berupa komentar dan masukan untuk perbaikan. Setiap guru menyampaikan hasil penilaian sikap dan akademik siswa kepada kepala sekolah melalui wakil kepala sekolah urusan kurikulum. Hasil penilaian dijadikan dasar bagi sebahagian guru sebagai koreksi untuk melakukan perbaikan pembelajaran berikutnya.

C.

Permasalahan yang Ditemukan di Lapangan Pelaksanaan kegiatan on the job learning bagi peserta diklat

calon kepala sekolah di sekolah-sekolah magang merupakan pembelajaran dan arena latihan dalam melakoni sebagian peran dan fungsi seorang kepala sekolah. Penulis sudah berusaha beradaptasi dengan warga sekolah tempat magang tetapi ternyata melakoni peran kepala sekolah bukanlah hal mudah. Tak jarang kami menemukan beberapa permasalahan.

18

Masalah-masalah memenuhi

tersebut OJL.

diantaranya Masalah

adalah lainnya

kurang adalah

tersedianya data-data atau informasi yang penulis butuhkan untuk tagihan-tagihan pelaksanaan OJL di sekolah lain yang kadang mengganggu proses belajar mengajar di sekolah sendiri karena meninggalkan tugas mengajar di sekolah. Keadaan ini sulit dihindari karena tidak adanya guru pengganti di sekolah sendiri. BAB III RENCANA TINDAK KEPEMIMPINAN A. Meningkatkan Kompetensi Tenaga Administrasi Sekolah (TAS) dalam Mengelola Administrasi Kepegawaian melalui Peran Kepala Sekolah Sebagai Manajer.

1.

Rasional

Tenaga administrasi sekolah (TAS) mempunyai peranan yang penting dalam membantu mengembangkan sekolah menjadi lebih maju dan berkualitas. Tenaga administrasi sekolah berfungsi sebagai juru kelola administrasi sekolah yang berkaitan dengan pengelolaan data siswa, data pendidik dan tenaga kependidikan, persuratan, arsip, administrasi sarana-prasarana, dan administrasi keuangan. TAS juga berperan aktif dalam memberikan pelayanan administrasi kepada seluruh pihak yang berkepentingan. Kedudukan dan peran tenaga administrasi yang begitu penting dalam pengelolaan suatu sekolah sehingga pemerintah melalui permendiknas nomor 24 tahun 2008 menetapkan standar tenaga administrasi sekolah. Standar ini mengatur tentang kualifikasi dan kompetensi minimal yang harus dipenuhi oleh seorang tenaga administrasi sekolah. Ketersediaan tenaga administrasi merupakan modal sumber daya yang harus dikelola secara optimal oleh kepala sekolah. Sebagai seorang manajer, kepala sekolah harus mampu mengelola TAS dan ketatausahaan dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah yang sudah ditetapkan.

2.

Kompetensi Tenaga Administrasi Sekolah

19

Kompetensi adalah kemampuan melaksanakan tugas yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau latihan. Kompetensi dapat pula dimaknai sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak (Junaidi dalam Herry, 2011). Sedangkan tenaga administrasi sekolah adalah tenaga kependidikan pada satuan pendidikan yang bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. Dengan menggabungkan dua pengertian di atas dapat dikatakan bahwa kompetensi tenaga administrasi sekolah (TAS) adalah kemampuan yang diperoleh TAS melalui pendidikan dan/atau latihan untuk melaksanakan tugas-tugas administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. Sedangkan sebagai menurut Syaefuddin untuk (dalam Risnawati, tugas, 2003) dan memberikan pengertian kompetensi tenaga administrasi sekolah kemampuan melaksanakan peran kemampuan mengintegrasikan pengetahuan yang didasarkan pada pengalaman dan pembelajaran yang dilakukan dalam pelaksanaan pekerjaannya yang dituntut dalam kecakapan teknis operasional atau teknis administratif di sekolah. Kompetensi 2008. Dalam standar yang harus tersebut ke dimiliki oleh tenaga tenaga dimensi dimensi administrasi sekolah diatur dalam permendiknas nomor 24 tahun permendiknas dipetakan dapat kompetensi empat administrasi manajerial. sekolah Untuk dalam

kompetensi yaitu kompetensi kepribadian, sosial, teknis dan memperjelas komponen kompetensi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut : a. Dimensi memiliki kompetensi integritas kepribadian dan akhlak meliputi: mulia, kompetensi etos kerja,

20

pengendalian diri, rasa percaya diri, fleksibilitas, ketelitian, kedisiplinan, kreativitas dan inovasi, serta tanggung jawab. b. Dimensi kompetensi sosial meliputi: kompetensi bekerja dalam tim, memberikan pelayanan efektif, prima, dan kesadaran membangun kompetensi masyarakat, kesiswaaan, berorganisasi, hubungan kerja. c. Dimensi prasarana, persuratan kompetensi hubungan dan teknis sekolah meliputi: dengan melaksanakan administrasi kepegawaian, keuangan, sarana pengarsipan, administrasi berkomunikasi

administrasi kurikulum, administrasi layanan khusus, dan penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). d. Dimensi kompetensi manajerial (khusus bagi kepala tenaga administrasi sekolah) meliputi: kompetensi mendukung pengelolaan standar nasional pendidikan, menyusun program dan laporan kerja, mengorganisasikan staf, mengembangkan staf, mengambil keputusan, menciptakan iklim kerja yang kondusif, mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya, membina staf, mengelola konflik, dan menyusun laporan. Masing-masing kompetensi ini dalam permendikas nomor 24 tahun 2008 kemudian dijabarkan dalam sub kompetensi yang lebih rinci agar dapat dilaksanakan sesuai dengan tugas dan fungsi dalam setiap jenis dan jabatan administrasi sekolah dalam menunjang proses pembelajaran di sekolah. 3. Administrasi Kepegawaian

Kegiatan administrasi kepegawaian sekolah dapat dibagi menjadi tiga bidang administrasi sebagai berikut :

a.

Bidang

administrasi sekolah,

material

yaitu keuangan,

kegiatan alat-alat

administrasi yang menyangkut bidang-bidang materi seperti: ketatausahaan perlengkapan. administrasi

21

b. Bidang administrasi personal, yang mencakup di dalamnya persoalan guru dan pegawai sekolah dan sebagainya. c. Bidang administrasi kurikulum, yang mencakup didalamnya pelaksanaan kurikulum, pembinaan kurikulum, penyusunan silabus, perisapan harian, dan sebagainya Administrasi kepegawaian yang dimaksudkan dalam tulisan ini administrasi personal pegawai sekolah dalam bidang pengelolaan administrasi kepegawaian.

4.

Kepala Sekolah Sebagai Manajer

Wahyudi (2009) memberikan pengertian manajemen sebagai suatu proses merencanakan, mengorganisasi, melaksanakan, dan mengevaluasi usaha para anggota organisasi serta mendayagunakan seluruh sumberdaya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dikatakan proses karena semua manajer dengan ketangkasan dan keterampilan yang dimilikinya mengusahakan dan mendayagunakan berbagai kegiatan yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan. Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk mendayagunakan tenaga kependidikan (TAS) melalui kerjasama, memberi kesempatan kepada para guru untuk meningkatkan profesinya, sekolah. Memberdayakan tenaga administrasi melalui kerjasama dimaksudkan bahwa dalam peningkatan profesonalisme tenaga administrasi, kepala sekolah harus mementingkan kerjasama dengan tenaga administasi dan pihak lain yang terkait dalam melaksanakan setiap kegiatan. Sebagai manajer, kepala sekolah harus mau dan mampu mendayagunakan seluruh sumber daya sekolah dalam rangka mewujudkan visi, misi dan mencapai tujuan. dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program

22

Kepala sekolah harus mampu bekerja melalui pembantupembantunya (wakil-wakil), serta berusaha untuk senantiasa mempertanggungjawabkan setiap tindakannya. Kepala sekolah juga harus mampu menghadapi berbagai persoalan di sekolah, berfikir secara analitik dan konseptual, dan harus senantiasa berusaha menjadi penengah dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi oleh guru dan tenaga administrasi yang menjadi bawahannya serta berusaha mengambil keputusan yang dapat memuaskan bagi semua. Kepala sekolah sebagai manajer harus memberi kesempatan kepada para guru dan tenaga administrasi untuk meningkatkan profesinya. memberikan Kepala sekolah harus bersikap seluruh demokratis dan dan kesempatan kepada guru tenaga

administrasi untuk mengembangkan potensinya secara optimal misalnya melalui penataran, kegiatan MGMP ataupun lokakarya berdasarkan bidangnya masing-masing. Sebagai manajer, kepala sekolah juga harus mampu mendorong keterlibatan seluruh komponen sekolah dalam setiap kegiatan sekolah. Keterlibatan dan partisipasi aktif mereka akan sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sekolah. 5. Kerangka Pemikiran

Kompetensi yang diatur dalam peraturan menteri pendidikan nasional nomor 24 tahun 2008 merupakan kompetensi standar atau kompetensi minimal yang harus dimiliki di oleh tenaga administrasi memiliki sekolah. di Kenyataan bawah sekolah-sekolah kompetensi yang

memperlihatkan banyaknya tenaga administrasi sekolah yang kompetensi standar diharapkan. Hal ini terjadi karena proses perekrutan mereka menjadi tenaga administrasi sekolah tidak mengacu kepada pemenuhan kompetensi berdasarkan permendiknas tersebut. Mereka diangkat menjadi pegawai administrasi jauh sebelum

23

diterbitkannya permendiknas tersebut. Akibatnya, pengelolaan administrasi kepegawaian tidak berjalan sebagaimana mestinya. Kompetensi tenaga administrasi sekolah harus berkembang mengikuti khususnya administrasi perubahan dan dan kemajuan dibidang dibidang pendidikan dan ikut kemajuan teknologi informasi sekolah

komunikasi umumnya. Tingkat kompetensi yang dimiliki tenaga dalam mengelola administrasi menentukan keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuannya. Ketersediaan sumberdaya tenaga administrasi dalam jumlah yang memadai di sekolah sudah merupakan satu modal besar untuk dapat dikelola secara optimal. Kompetensi tenaga administrasi yang belum memenuhi standar dapat dikembangkan menjadi tenaga administrasi yang memenuhi standar melalui pengelolaan dan pembimbingan yang terarah oleh kepala sekolah. Sebagai manajer, kepala sekolah mempunyai kewajiban mengelola staf administrasi untuk mengarahkan, memberdayakan, menggerakkan dan mengembangkan guna membantu mencapai tujuan sekolah yang telah ditetapkan. Uraian di atas menggambarkan pentingnya peran kepala sekolah sebagai manajer dalam mengelola sumberdaya tenaga administrasi guna membantu mengembangkan dan meningkatkan kompetensinya standar TAS. menjadi tenaga administrasi yang memenuhi

B. 1.
Pada

Implementasi Program Rancangan tindakan siklus 1 tahap rancangan tindakan siklus 1, dilakukan

penyusunan atau pengadaan instrumen-instrumen yang akan digunakan pada tahap pelaksanaan tindakan siklus 1. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan antara lain adalah sebagai berikut:

24

a.

Menyusun instrumen identifikasi kompetensi tenaga

administrasi sekolah (TAS) dalam mengelola administrasi kepegawaian.

b.

Mengidentifikasi kompetensi TAS dalam mengelola

administrasi kepegawaian melalui pengisian instrumen.

c.Memilih

tenaga

administrasi calon

atau

guru tenaga

yang

dapat dalam

diberdayakan melakukan

membantu

kepala

sekolah

pembimbingan

terhadap

administrasi

berdasarkan kompetensi yang perlu ditingkatkan.

d. 2.

Menyusun

instrumen

monitoring

dan

evaluasi

pelaksanaan tindakan siklus 1. Pelaksanaan tindakan siklus 1

Kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan siklus 1 yaitu melakukan pembimbingan tenaga administrasi berdasarkan hasil identifikasi kompetensi yang dianggap rendah atau tidak memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam permendiknas nomor 24 tahun 2008. Pembimbingan dilakukan bersama-sama dengan tenaga administasi dan guru yang sudah ditentukan sebelumnya. Pembimbingan dilakukan selama dua minggu dengan jumlah pertemuan minimal 4 kali pertemuan. Pelaksanaan bimbingan dilakukan diwaktu-waktu lowongnya tenaga pembimbing atau saat jam istirahat. Lama pembimbingan setiap pertemuan tergantung dari waktu lowong yang dimiliki oleh pembimbing. Kisaran waktu lowong yang dapat digunakan untuk pembimbingan adalah 30 90 menit.

3.

Monitoring dan evaluasi (monev) pelaksanaan tindakan

siklus 1 Pada tahap monev pelaksanaan tindakan siklus 1, tenaga administrasi sekolah yang menjadi peserta pembimbingan melakukan pengisian instrumen monev pelaksanaan tindakan

25

siklus 1. Sebelum

melakukan pengisian instrumen diberikan

penjelasan tentang cara pengisian instrumen. Dijelaskan pula bahwa apapun yang diisikan tidak mempengaruhi penilaian kinerja mereka.

4.

Hasil yang di peroleh

Berdasarkan analisis hasil pelaksanaan pembimbingan yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan siklus 1 melalui pengisian instrumen monev 1 diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 1. Rata-rata peningkatan kompetensi tindakan siklus 1 Kompetensi awal (%) 58 Tabel 1 Kompetensi setelah tindakan 1 (%) 68 tingkat Peningkatan kompetensi (%) 10 kompetensi tenaga

memperlihatkan

administrasi sekolah dalam mengelola administrasi kepegawaian setelah mengikuti pembimbingan siklus pertama naik dari 58% menjadi 68%. Peningkatan kompetensi sebesar 10% menunjukkan adanya hasil jerih payah calon kepala sekolah sebagai manajer dalam melakukan pembimbingan dan menjalankan tugasnya

mengembangkan kompetensi tenaga administrasi sekolah.

5.

Rancangan tindakan siklus 2

Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan siklus 1 diperoleh bahwa tenaga adminstrasi masih memiliki kompetensi yang rendah pada kompetensi-kompetensi tertentu terutama yang berkaitan dengan pemanfaatan pada TIK dalam pengelolaan pada administrasi kompetensikepegawaian. Untuk itu, pada rancangan kegiatan siklus 2 akan difokuskan usaha pembimbingan kompetensi tersebut.

26

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan tindakan siklus 2 antara lain adalah sebagai berikut:

a.

Meminta kembali kesediaan tenaga administrasi atau calon kepala sekolah dalam melakukan

guru yang memiliki kompetensi lebih untuk diberdayakan membantu pembimbingan terhadap tenaga administrasi berdasarkan kompetensi yang perlu ditingkatkan.

b.
6.

Menyusun

instrumen

monitoring

dan

evaluasi

pelaksanaan tindakan siklus 2. Pelaksanaan tindakan siklus 2

Kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan siklus 2 yaitu melakukan pembimbingan tenaga administrasi berdasarkan pada kompetensi-kompetensi yang masih kurang atau rendah berdasarkan analisis hasil kegiatan monev 1. Pembimbingan dilakukan bersama-sama dengan tenaga administasi dan guru yang sudah ditunjuk sebelumnya. Pembimbingan dilakukan paling lama dua minggu dengan jumlah pertemuan minimal 4 kali pertemuan. Pelaksanaan 90 menit . bimbingan dilakukan diwaktu-waktu lowongnya tenaga pembimbing atau saat jam istirahat siswa yang berkisar 30

7.

Monitoring dan evaluasi pelaksanaan tindakan siklus 2

Pada tahap monev pelaksanaan tindakan siklus 2, tenaga administrasi sekolah yang menjadi peserta pembimbingan melakukan pengisian instrumen monev pelaksanaan tindakan siklus 2. Sebelum melakukan pengisian instrumen diberikan penjelasan tentang cara pengisian instrumen. Dijelaskan pula bahwa apapun yang diisikan pada instrumen tersebut tidak akan mempengaruhi penilaian kinerja mereka.

8.

Hasil yang di peroleh

27

Berdasarkan analisis hasil pelaksanaan pembimbingan yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan siklus 2 melalui pengisian instrumen monev 2 diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 2. Rata-rata peningkatan kompetensi tindakan siklus 2 Kompetensi setelah tindakan 1 (%) 68 Kompetensi setelah tindakan 2 (%) 95 Peningkatan kompetensi (%) 27

Tabel 2 menunjukkan tingkat kompetensi tenaga administrasi sekolah dalam mengelola administrasi kepegawaian setelah mengikuti pembimbingan yang kedua naik dari 68% menjadi 95%. Kompetensi 95% sudah termasuk kategori kompetensi sangat baik. Peningkatan kompetensi tenaga adminstrasi sekolah menunjukkan adanya peningkatan yang drastis yaitu sebesar 27%. Peningkatan tersebut merupakan hasil dari usaha pembimbingan yang diberikan kepada tenaga administrasi sekolah yang mengelola administrasi kepegawaian. Pembimbingan tersebut adalah tugas seorang kepala sekolah membina dan mengembangkan kompetensi TAS dalam perannya sebagai manajer di sekolah. C. Peningkatan Kompetensi Hasil AKPK di SMP Negeri Khusus Jeneponto Untuk lebih meningkatkan kompetensi penulis pada dimensi manajerial melalui pembinaan dan pembimbingan tenaga administrasi sekolah guna meningkatkan kompetensi TAS dalam mengelola administrasi kepegawaian, maka penulis melanjutkan pembimbingan TAS di SMP Negeri Khusus Jeneponto. Proses pembimbingan dilaksanakan mengikuti pembimbingan TAS di SMPN 1 Binamu. Pembimbingan dilakukan sebelum atau sesudah melakukan pengkajian-pengkajian.

1.

Rancangan tindakan

28

Pada tahap rancangan tindakan, dilakukan penyusunan atau pengadaan instrumen-instrumen yang akan digunakan pada tahap pelaksanaan yaitu: tindakan. Instrumen-instrumen yang digunakan menggunakan instrumen yang telah digunakan di SMPN 1 Binamu,

a. b.

Instrumen identifikasi kompetensi tenaga administrasi

sekolah (TAS) dalam mengelola administrasi kepegawaian. Instrumen monitoring dan evaluasi pelaksanaan

tindakan. Kegiatan yang dilaksanakan sebelum pelaksanaan tindakan adalah mengidentifikasi kompetensi TAS dalam mengelola administrasi kepegawaian. Kegiatan identifikasi diperlukan untuk mengetahui kemampuan awal TAS yang kemudian dijadikan sebagai dasar pembimbingan. Berdasarkan mengelola hasil pengisian instrumen dua TAS yang administrasi kepegawaian, diperoleh rata-rata

kemampuan awal TAS adalah 68%. Rata-rata kompetensi TAS masih rendah pada aspek yang berhubungan dengan penyusunan dan penyajian data statistik kepegawaian termasuk penyajian data statistik dengan menggunakan TIK.

2.

Pelaksanaan tindakan.

Kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan yaitu melakukan pembimbingan tenaga administrasi berdasarkan hasil identifikasi memenuhi kompetensi standar yang dianggap yang rendah atau tidak dalam kompetensi ditetapkan

permendiknas nomor 24 tahun 2008. Pembimbingan dilakukan selama dua minggu dengan jumlah pertemuan minimal 4 kali pertemuan. Pelaksanaan bimbingan dilakukan pada saat kunjungan pengkajian dengan mempertimbangkan ketersediaan waktu dari

29

TAS

yang

akan

dibimbing,

kadang

sebelum

atau

sesudah

melakukan pengkajian.

3.
Pada

Monitoring dan evaluasi (monev) pelaksanaan tindakan. tahap sekolah monev yang pelaksanaan menjadi tindakan, tenaga

administrasi

peserta

pembimbingan

melakukan pengisian instrumen monev pelaksanaan tindakan. Sebelum melakukan pengisian instrumen diberikan penjelasan tentang cara pengisian instrumen. Dijelaskan pula bahwa apapun yang diisikan tidak mempengaruhi penilaian kinerja mereka.

4.

Hasil yang di peroleh

Berdasarkan analisis hasil pelaksanaan pembimbingan yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan melalui pengisian instrumen monev diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 3. Rata-rata peningkatan kompetensi Kompetensi awal (%) 68 Tabel 3 Kompetensi setelah tindakan 1 (%) 89 tingkat Peningkatan kompetensi (%) 21 kompetensi tenaga

memperlihatkan

administrasi sekolah dalam mengelola administrasi kepegawaian setelah mengikuti pembimbingan naik dari 68% menjadi 89%. Peningkatan kompetensi sebesar 21% menunjukkan adanya hasil calon kepala sekolah dan sebagai manajer tugasnya dalam melakukan

pembimbingan

menjalankan

mengembangkan

kompetensi tenaga administrasi sekolah.

D. 1.

Kajian Hasil On The Job Learning (OJL) Kajian RKS dan RKJM

30

Setelah

mempelajari

bahan

pembelajaran

penyusunan mengerti

rencana kerja sekolah (RKS) kemudian mengkaji RKS dan RKJM SMPN 1 Binamu dan SMPN Khusus Jeneponto penulis dan memahami beberapa cara penyusunan RKS dan RKJM diantaranya model RKS/RKJM yang dikembangkan oleh DBE dan RKS/RKJM yang disusun berdasarkan hasil rekomendasi EDS. Pemahaman penulis tentang penyusunan RK sekolah belum utuh dan sempurna karena belum pernah menyusun RK sekolah secara lengkap. Untuk memaksimalkan penguasaan kompetensi penulis tentang penyusunan RKS/RKJM, penulis berharap agar dalam penyusunan RK sekolah pada tahun berikutnya dapat dilibatkan secara langsung guna mempraktekkan ilmu yang telah dimiliki. 2. Setelah mempelajari Kajian Kurikulum bahan pembelajaran pengelolaan

kurikulum kemudian mengkaji pengelolaan kurikulum sekolah tempat magang, penulis lebih mengerti tentang pengelolaan kurikulum sekolah, proses penyusunan kurikulum, bentuk-bentuk silabus dan RPP. Penulis merasa belum sepenuhnya mampu menyusun silabus dan RPP yang memuat nilai-nilai karakter bangsa sesuai dengan SK dan KD yang dikembangkan. Untuk memaksimalkan kompetensi pengelolaan kurikulum sekolah, termasuk penyusunan silabus dan RPP yang memuat nilai-nilai karakter, penulis akan lebih banyak belajar dan berusaha selalu terlibat secara langsung dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum sekolah. 3. Kependidikan Setelah pendidik magang, dan penulis mempelajari tenaga bahan pembelajaran pengelolaan mengkaji pegawai, kependidikan keadaan kemudian guru dan Kajian Pendidik dan Tenaga

pengelolaan pendidik dan tenaga kependidikan sekolah tempat mengetahui

31

kualifikasi pendidikan, serta memahami pengaturan pembagian tugasnya masing-masing. Penulis juga memahami kompetensi pendidik tenaga dan tenaga kependidikan sekolah setelah mempelajari dapat permendiknas-permendiknas terkait. Kompetensi pendidik dan kependidikan magang sebaiknya diidentifikasi dan petakan oleh kepala sekolah untuk menjadi pertimbangan dalam pembagian tugas dan pembinaannya secara berkelanjutan. Untuk itu sebagai calon kepala sekolah, penulis berharap ada penilaian atau uji kompetensi bagi guru-guru untuk mengetahui tingkat kompetensinya. 4. Setelah sarana dan mempelajari prasarana Kajian Sarana dan Prasarana bahan sekolah pembelajaran tempat pengelolaan penulis

sarana dan prasarana sekolah kemudian mengkaji pengelolaan magang, mengetahui sumber daya sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah magang. Penulis juga mendapat pemahaman tentang perencanaan pengadaan, pemeliharaan, inventarisasi dan penghapusan sarana prasarana sekolah. Standar sarana dan prasarana sekolah menurut permendiknas nomor 24 tahun 2007 harus dijadikan sebagai acuan dalam perencanaan pengadaan sarana dan prasarana sekolah. 5. Setelah mempelajari Kajian Peserta Didik bahan pembelajaran pengelolaan

peserta didik kemudian mengkaji pengelolaan peserta didik sekolah tempat magang, penulis memiliki pemahaman tentang perencanaan dan penerimaan peserta didik baru. Penulis juga mendapat informasi dan pengetahuan tentang kegiatan-kegiatan pengembangan diri siswa yang dikembangkan berdasarkan bakat, minat, kreativitas dan kemampuan siswa. Untuk mengembangkan penguasaan kompetensi dalam pengelolaan peserta didik, penulis akan lebih banyak membaca bahan-bahan pembelajaran terkait pengelolaan peserta didik dari berbagai sumber.

32

6. Setelah mempelajari

Kajian Pengelolaan Keuangan bahan pembelajaran pengelolaan

keuangan sekolah kemudian mengkaji pengelolaan keuangan sekolah tempat magang, penulis dapat mengetahui sumbersumber keuangan sekolah serta dapat memahami penentuan alokasi pembiayaan sekolah. Kompetensi yang belum penulis kuasai adalah pengetahuan tentang bentuk laporan pertanggungjawaban penggunaan keuangan sekolah. Untuk memaksimalkan penguasaan tentang pengelolaan keuangan sekolah secara keseluruhan, penulis berharap dapat mempelajari contoh laporan pertanggungjawaban keuangan suatu sekolah. 7. Administrasi Sekolah (TAS) Setelah mempelajari bahan pembelajaran pembinaan tenaga administrasi sekolah, permendiknas nomor 24 tahun 2008 kemudian mengkaji pembinaan TAS tempat magang, penulis mendapat pengetahuan tentang kompetensi TAS yang harus dibina oleh kepala sekolah. Penulis juga memperoleh pengetahuan tentang model-model pembinaan TAS. 8. Pembelajaran Setelah pembelajaran pembelajaran mempelajari kemudian sekolah bahan mengkaji tempat pembelajaran pemanfaatn penulis TIK TIK dalam dalam Kajian Pemanfaatan TIK dalam Kajian Pembinaan Tenaga

magang,

mendapat

informasi tentang sumber daya sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah yang masuk dalam ketegori TIK serta mendapat gambaran kompetensi pendidik (guru) dalam penguasaan TIK terutama komputer. 9. Kajian Monitoring dan Evaluasi Setelah mempelajari bahan pembelajaran monitoring dan evaluasi program sekolah kemudian mengkaji monitoring dan evaluasi sekolah tempat magang, penulis memahami pengertian,

33

tujuan, prinsip dan proses monitoring dan evaluasi (monev) program. Penulis belum mendapatkan hasil monitoring dan evaluasi yang dilaksanakan oleh sekolah magang berdasarkan prinsip-prinsip dan praktek. monitoring Untuk dan evaluasi sehingga belum memperoleh pengetahuan yang utuh yaitu paham secara teori meningkatkan penguasaan kompetensi penulis dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi program sekolah, maka penulis berharap agar dapat dilibatkan secara langsung dalam pelaksanaan monev program-program sekolah dimasa yang akan datang.

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan kerangka pemikiran dan hasil pelaksanaan tindakan kepemimpinan yang dilaksanakan sebanyak dua siklus maka dibuat kesimpulan sebagai berikut: 1. Tingkat kompetensi yang dimiliki tenaga administrasi sekolah ikut menentukan keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2.

Kompetensi

tenaga

administrasi oleh kepala

sekolah sekolah

dalam dalam

mengelola melalui

administrasi

kepegawaian

dapat

ditingkatkan

pembimbingan

kapasitasnya sebagai manajer di sekolah. B. Saran-saran Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan di atas, maka terdapat saran-saran yang perlu disampaikan sebagai berikut:

1.

Kepala sekolah secara berkala sebaiknya melakukan

monitoring evaluasi diri TAS untuk mengidentifikasi tingkat kompetensi mereka sehingga dapat dijadikan dasar untuk melakukan pengembangan kompetensi TAS yang memenuhi

34

standar mengikuti perkembangan dan kemajuan teknologi di bidang pendidikan.

2.

Dalam usaha meningkatkan kompetensi TAS, kepala

sekolah sebaiknya memberdayakan tenaga administrasi lain atau guru yang memiliki kompetensi lebih untuk membantu melakukan pembimbingan terhadap tenaga administrasi yang kompetensinya masih tergolong kategori rendah atau di bawah standar.

35

36

You might also like