Professional Documents
Culture Documents
TUGAS EKONOMI
Indonesia dan Jerman akan melaporkan perkembangan grup studi pada berbagai forum pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral, untuk kemudian menjadi dasar komitmen negara G20 yang dituangkan pada KTT kepala negara di St Petersburg, Rusia, pada 5-6 September 2013. (ANT).
Jakarta (ANTARA News) - Indonesia dan Prancis menjajaki serta menindaklanjuti pembahasan untuk kerja sama yang lebih erat di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Mari Elka Pangestu dalam keterangan persnya Senin mengatakan, dalam lawatannya ke beberapa negara Eropa, pihaknya berkunjung ke Paris, Prancis, untuk bertemu dengan Menteri Perdagangan Internasional Nicole Bricq, Menteri Kesenian, Perdagangan dan Pariwisata Mme. Sylvia Pinel, dan Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri Pierre Sellal. "Dalam pertemuan dengan Mme Sylvia Pinelmet, perkembangan pariwisata dan ekonomi kreatif khususnya yang berkaitan dengan peran UKM menjadi salah satu topik pembicaraan," katanya. Tindak lanjut kerangka kerja sama di sektor pariwisata juga menjadi pembahasan mengingat ini, kata Mari, adalah bagian dari kerja sama strategis antarkedua negara. "Saya mengundang Sylvia Pinelmet untuk berkunjung ke Indonesia. Kerja sama meliputi aspek pariwisata berkelanjutan, pendidikan dan pelatihan, serta kerja sama sektor swasta," katanya. Dalam pertemuan dengan Nicole Bricq dan Pierre Sellal, pihaknya membicarakan hubungan bilateral antara Indonesia dan Prancis, dan dengan Uni Eropa. Pertemuan juga membahas mengenai pentingnya peran perdagangan bagi pertumbuhan perekonomian dan penyediaan lapangan kerja, serta masa depan dari sistem perdagangan multilateral di bawah World Trade Organization (WTO)-yang masa tugas Direktur Jendralnya akan berakhir pada 31 Agustus 2013. Ia menekankan, kedua belah pihak peran sentral dari perdagangan, terutama di saat perekonomian global mengalami perlambatan.
Saat terjadi krisis ekonomi, sektor perdagangan justru memiliki peran yang vital untuk meningkatkan perekonomian dan penyediaan lapangan kerja. Berkaca dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, WTO berperan untuk mencegah terjadinya perdagangan yang tidak fair. Nilai perdagangan Indonesia dan Prancis pada Januari-November 2012 tercatat 2,7 milliar dolar AS dengan rata-rata pertumbuhan antara 2007-2011 mencapai 7,23 persen. Kedua belah pihak juga mengemukakan pentingnya untuk memiliki komitmen terhadap sistem perdagangan di tingkat global yang menjadi tujuan dibentuknya WTO. Mari Pangestu yang menjabat Menteri Perdagangan pada Oktober 2004-Oktober 2011 meyakini bahwa sistem perdagangan multilateral adalah solusi terhadap masalah perekonomian global. "Banyak persoalan perdagangan yang hanya bisa diselesaikan secara multilateral. Sistem perdagangan multilateral menjamin kepastian dan transparansi," kata Mari Pangestu. Dari 9 kandidat Direktur Jendral WTO 2013-2017, Mari Pangestu adalah salah satu dari empat kandidat yang masih aktif menjabat menjadi menteri. Lima kandidat lainnya memiliki latar belakang profesi dan pengalaman yang beragam dan bila terpilih, Mari Pangestu akan menjadi wanita pertama yang menduduki posisi Dirjen WTO. Dengan latar belakang pengalaman dan keahliannya, Mari Pangestu memiliki pemahaman terhadap pentingnya prinsip inclusion dan akan memastikan bahwa sistem perdagangan bebas akan memberikan peluang dan manfaat bagi setiap individu, manfaat bagi negara maju dan berkembang, dan manfaat bagi perusahaan besar dan UKM. Selain bertemu dengan pejabat pemerintah, Mari Pangestu juga berdialog dengan lembaga "think-thank" di antaranya CEPI, HEC, dan HRI. Dalam dialog tersebut, Mari Pangestu menyampaikan pemikirannya mengenai sistem perdagangan, strategi untuk memperkuat keberadaan WTO dan apa yang harus dilakukan terkait dengan banyaknya tantangan dan isu perdagangan yang tengah dihadapi WTO.
Berkenaan dengan kemungkinan adanya perjanjian US-EU Transtlantic Partnership, Mari Pangestu menyatakan tantangan yang paling penting adalah memastikan bahwa baik perjanjian bilateral dan regional, materinya harus bersifat complementary dan konsisten dengan sistem perjanjian multilateral. Dalam beberapa pekan terakhir, Mari Pangestu telah melakukan serangkai kegiatan yang berkaitan dengan pencalonannya sebagai Dirjen WTO. Selain menyampaikan visi dan misinya pada kesempatan pertemuan General Council di Jenewa beberapa waktu lalu, Mari Pangestu juga telah bertemu dengan perwakilan WTO dari sejumlah negara dan mengunjungi beberapa kota seperti Washington DC, Beijing, dan Brussels.
"Argentina bersedia untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman. Ini baik untuk peningkatan ketahanan pangan di kedua negara, bahkan di tingkat dunia," tambah Presiden SBY. Presiden Cristina menekankan bahwa kedua negara adalah negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi cukup tinggi di dunia. "Kami berdua adalah negara besar yang memiliki pertumbuhan ekonomi berpengaruh selama 10 tahun terakhir. Kami memiliki kesamaan dalam visi ke depan, terutama dalam perdagangan dan pandangan politik," kata Presiden Cristina dalam keterangan pers bersama. (Fidel Ali Permana/OL-9)
"Ini merupakan langkah strategis bagi Garuda untuk mengembangkan kemampuan pemeliharaan dan servis mesin (engine shop capabilities) GMF AeroAsia dan untuk menjadi sebuah center of excellence dalam hal pemeliharaan dan servis mesin pesawat di ASEAN" kata Emir. Apalagi, lanjutnya, pengembangan fasilitas ini melibatkan para teknisi GMF sehingga memberikan peluang untuk transfer teknologi dan ilmu kepada karyawan GMF. Dengan fasilitas engine test cell, Garuda akan memelihara dan memperbaiki sendiri mesin dari Boeing 737-800. GMF juga akan memiliki full overhaul capability untuk mesin CFM56-7B di 2015 mendatang. "Sehingga mencapai kapasitas pemeliharaan 150 mesin per tahun untuk memenuhi kebutuhan pasar di 2016," paparnya. Presiden Direktur GMF Richard Budihadianto menyampaikan saat ini terdapat 314 mesin CFM56-7B yang beroperasi di Indonesia dan 566 mesin di Asia Pasifik. "Dengan jumlah penggunaan mesin yang meningkat 13 persen per tahun sampai 2020, potensi pasar yang dapat digarap GMF cukup besar," katanya. Garuda sendiri telah memesan lebih dari 400 mesin pesawat buata GE dan CFM, seperti CFM56-7B, CFM56-5B, LEAP-1A, CF34-8C, dan GE90-115. Sedangkan CEO GE Jeff Immelt menyatakan, pihaknya sangat menghargai kolaborasi ini. "Indonesia negara yang sangat penting. Garuda akan semakin kuat dan terus bertumbuh. Kami mendukung Garuda dalam langkah strategisnya untuk menjadi maskapai kelas dunia," katanya. Diakui Immelt, dunia penerbangan Indonesia sangat menjanjikan. "Jumlah orang bepergian terus meningkat dan sektor penerbangan akan terus brtumbuh," katanya. Ditambahkannya, kemitraan dengan Garuda Indonesia tidak hanya dalam hal memberikan teknologi aviasi. "Kami juga membantu Garuda Indonesia untuk
mengembangkan sumber daya manusianya melalui GE-Garuda Indonesia Leadership Development Program sebagai bagian dari komitmen kami untuk tumbuh dan berkembang bersama para customer kami dan mendorong pertumbuhan sektor aviasi," pungkasnya