You are on page 1of 14

Nabilah 220110100138 RESUME KASUS Urinary Tract Infection (UTI) Kasus: Seorang wanita, berusia 25 tahun, status: menikah,

post partum P1A0 (39 minggu) per vaginam. 1 minggu setelah melahirkan, klien mengeluh sakit pada saat berkemih, berkemih keluar sedikit-sedikit disertai rasa nyeri. Saat dikaji lebih lanjut oleh perawat, dari hasil wawancara didapatkan : klien mengeluh urgency, frequency, dysuria. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan Tekanan darah; 120/80, P= 90 x/mnt, R; 24 x/mnt, s; 39oC, palpasi di area supra pubik teraba tegang, tenderness. Perawat menganjurkan kepada klien supaya banyak minum minimal 3 L/ hari. Hasil pemeriksaan urine: warna keruh, WBC (+++), Cultur + bakteri, pyuria , eritrosit +. Klien mendapat Terapi :- Bachtrim 3 x 1 tab 400 mg PO dan Phenazopyridine 3 x 1 tab PO Anatomi Fisiologi Sistem Urinari A. Pengertian Sistem Urinaria Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih). B. Susunan Sistem Perkemihan atau Sistem Urinaria : 1. GINJAL Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di belakang peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung pada dinding abdomen. Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnaya ada 2 buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan. Pada orang dewasa berat ginjal 200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki laki lebih panjang dari pada ginjal wanita. Satuan struktural dan fungsional ginjal yang terkecil di sebut nefron. Tiap tiap nefron terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler. Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh pembuluh darah yaitu glomerolus dan kapiler peritubuler yang mengitari tubuli. Dalam komponen tubuler terdapat kapsul Bowman, serta tubulus tubulus, yaitu tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, tubulus pengumpul dan lengkung Henle yang terdapat pada medula. Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng dan lapis viseral (langsung membungkus kapiler golmerlus) yang bentuknya besar dengan banyak juluran mirip jari disebut podosit (sel berkaki) atau pedikel yang memeluk kapiler secara teratur sehingga celah celah antara pedikel itu sangat teratur. Kapsula bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal, bagian tubulus yang keluar dari korpuskel renal disabut dengan tubulus kontortus proksimal karena jalannya yang berbelok belok, kemudian menjadi saluran yang lurus yang semula tebal kemudian menjadi tipis disebut ansa Henle atau loop of Henle, karena membuat lengkungan tajam berbalik kembali ke korpuskel renal asal, kemudian berlanjut sebagai tubulus kontortus distal. a. Bagian Bagian Ginjal Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan bagian rongga ginjal (pelvis renalis). 1. Kulit Ginjal (Korteks): Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan darah yang disebut nefron. Pada tempat penyarinagn darah ini banyak mengandung kapiler kapiler darah yang tersusun bergumpal gumpal disebut glomerolus. Tiap glomerolus dikelilingi oleh simpai bownman, dan gabungan antara glomerolus dengan simpai bownman disebut badan malphigi

Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu diantara glomerolus dan simpai bownman. Zat zat yang terlarut dalam darah akan masuk kedalam simpai bownman. Dari sini maka zat zat tersebut akan menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari simpai bownman yang terdapat di dalam sumsum ginjal. 2. Sumsum Ginjal (Medula) Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut piramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau papila renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di dalamnya disebut lobus ginjal. Diantara pyramid terdapat jaringan korteks yang disebut dengan kolumna renal. Pada bagian ini berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan lanjutan dari simpai bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut urine yang merupakan hasil penyaringan darah dalam badan malphigi, setelah mengalami berbagai proses. 3. Rongga Ginjal (Pelvis Renalis) Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar. Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor, yang masing masing bercabang membentuk beberapa kaliks minor yang langsung menutupi papila renis dari piramid. Kliks minor ini menampung urine yang terus kleuar dari papila. Dari Kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam kandung kemih (vesikula urinaria). b. Fungsi Ginjal: 1. Mengekskresikan zat zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogennitrogen, misalnya amonia. 2. Mengekskresikan zat zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula dan vitamin) dan berbahaya (misalnya obat obatan, bakteri dan zat warna). 3. Mengatur keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi. 4. Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan asam atau basa. c. Tes Fungsi Ginjal Terdiri Dari : 1. Tes untuk protein albumin: Bila kerusakan pada glomerolus atau tubulus, maka protein dapat bocor masuk ke dalam urine. 2. Mengukur konsentrasi urenum darah: Bila ginjal tidak cukup mengeluarkan urenum maka urenum darah naik di atas kadar normal (20 40) mg%. 3. Tes konsentrasi: Dilarang makan atau minum selama 12 jam untuk melihat sampai seberapa tinggi berat jenisnya naik. d. Peredaran Darah dan Persyarafan Ginjal Peredaran Darah Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria renalis, yang berpasangan kiri dan kanan dan bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian menjadi arteri akuata, arteria interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan yang disebut dengan glomerolus dan dikelilingi leh alat yang disebut dengan simpai bowman, didalamnya terjadi penyadangan pertama dan kapilerdarah yang meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena kava inferior. Persyarafan Ginjal Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf inibarjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Anak ginjal (kelenjar suprarenal) terdapat di atas ginjal yang merupakan senuah kelenjar buntu yang menghasilkan 2(dua) macam hormon yaitu hormone adrenalin dan hormn kortison. 2. URETER Terdiri dari 2 saluran pipa masing masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya 25 30 cm dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.

Lapisan dinding ureter terdiri dari : a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa) b. Lapisan tengah otot polos c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria). 3. VESIKULA URINARIA (Kandung Kemih) Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul. Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius. Bagian vesika urinaria terdiri dari : 1. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferent, vesika seminalis dan prostate. 2. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus. 3. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis. Proses Miksi (Rangsangan Berkemih). Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah 250 cc sudah cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih. Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter interus dihantarkan melalui serabut serabut para simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf saraf yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh. Bila terjadi kerusakan pada saraf saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin (kencing keluar terus menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan). 4. URETRA Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Pada laki- laki uretra bewrjalan berkelok kelok melalui tengah tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagia penis panjangnya 20 cm. Uretra pada laki laki terdiri dari : 1. Uretra Prostaria 2. Uretra membranosa 3. Uretra kavernosa Lapisan uretra laki laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan lapisan submukosa. Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubisberjalan miring sedikit kearah atas, panjangnya 3 4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam).Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi. C. Urine (Air Kemih) 1. Sifat sifat air kemih - Jumlah eksresi dalam 24 jam 1.500 cc tergantung dari masuknya (intake) cairan serta faktor lainnya. - Warna bening muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.

- Warna kuning terantung dari kepekatan, diet obat obatan dan sebagainya. - Bau khas air kemih bila dibiarkan terlalu lama maka akan berbau amoniak. - Baerat jenis 1.015 1.020. - Reaksi asam bila terlalu lama akan menjadi alkalis, tergantung pada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam). 2. Komposisi air kemih - Air kemih terdiri dari kira kira 95 % air - Zat zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea, amoniak dan kreatinin - Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat - Pigmen (bilirubin, urobilin) - Toksin - Hormon 3. Mekanisme Pembentukan Urine Dari sekitar 1200ml darah yang melalui glomerolus setiap menit terbentuk 120 125ml filtrat (cairan yang telah melewati celah filtrasi). Setiap harinyadapat terbentuk 150 180L filtart. Namun dari jumlah ini hanya sekitar 1% (1,5 L) yang akhirnya keluar sebagai kemih, dan sebagian diserap kembali. 4. Tahap tahap Pembentukan Urine a. Proses filtrasi Terjadi di glomerolus, proses ini terjadi karena permukaan aferent lebih besar dari permukaan aferent maka terjadi penyerapan darah, sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein, cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowman yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke seluruh ginjal. b. Proses reabsorpsi Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida, fosfat dan beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan dan sodium dan ion karbonat, bila diperlukan akan diserap kembali kedalam tubulus bagian bawah, penyerapannya terjadi secara aktif dikienal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada pupila renalis. c. Augmentasi (Pengumpulan) Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai tubulus pengumpul. Pada tubulus pengumpul masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah urine sesungguhnya. Dari tubulus pengumpul, urine yang dibawa ke pelvis renalis lalu di bawa ke ureter. Dari ureter, urine dialirkan menuju vesika urinaria (kandung kemih) yang merupakan tempat penyimpanan urine sementara. Ketika kandung kemih sudah penuh, urine dikeluarkan dari tubuh melalui uretra. d. Mikturisi Peristiwa penggabungan urine yang mengalir melui ureter ke dalam kandung kemih., keinginan untuk buang air kecil disebabkan penanbahan tekanan di dalam kandung kemih dimana saebelumnmya telah ada 170 23 ml urine. Miktruisi merupakan gerak reflek yang dapat dikendalikan dan dapat ditahan oleh pusat pusat persyarafan yang lebih tinggi dari manusia, gerakannya oleh kontraksi otot abdominal yang menekan kandung kemih membantu mengosongkannya. 5. Ciri ciri Urine Normal Rata rata dalam satu hari 1 2 liter, tapi berbeda beda sesuai dengan jumlah cairan yang masuk. Warnanya bening oranye pucat tanpa endapan, baunya tajam, reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata rata.

Konsep Urinary Tract Infection (Uti)/ Infeksi Saluran Kemih (ISK) Definisi - Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinary Tract Infection (UTI) ialah keadaan adanya infeksi (ada pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri) dalam saluran kemih, meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi di kandung kemih dengan jumlah bakteriuria bermakna keadaan dimana kuman bertumbuh dan berkembang biak di dalam traktus urinarius dengan jumlah yang bermakna. - Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001) - Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius, dengan atau tanpa disertai gejala. (Smeltzer & Bare, 2002, 1428). Tempat yang paling sering mengalami infeksi biasanya adalah kandung kemih (sistitis), uretra (uretritis), prostat (prostatitis) dan ginjal (pielonefritis). Normalnya traktus urinarius diatas uretra adalah steril. Etiologi 1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain: a. Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple) b. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated c. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain. 2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain: a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang kurang efektif b. Mobilitas menurun c. Nutrisi yang sering kurang baik d. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral e. Adanya hambatan pada aliran urin f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat

3. Factor predisposisi dalam perkembangan ISK: a. Obstruksi saluran kemih : Batu saluran kemih, hipertrofi prostat, tumor. b. Refluks vesikoureter : congenital, disfungsi neuropathy, striktur, tuberculosis saluran kemih c. Penyakit kronis : Diabetes Melitus, Gout, penyakit ginjal. d. Iatrogenic : keteterisasi, nefrostomi, sistokopi e. Kehamilan f. PH urine yang tinggi sehingga mempermudah pertumbuhan kuman. g. Kerusakan atau kelainan anatomi saluran kemih berupa obstruksi internal oleh jaringan parut, endapan obat intratubular, refluks, instrumentasi saluran kemih, kontriksi arteri-vena, hipertensi, analgetik, ginjal polikistik, kehamilan, DM, atau pengaruh obat-obat estrogen Klasifikasi 1. Menurut lokasi infeksi a. Infeksi saluran kemih bawah (sistitis/kandung kemih, uretritis/uretra dan prostatitis/ prostat) 1. Uretritis Merupakan suatu inflamasi pada uretra, kuman penyebab tersering adalah kuman gonorrhoe atau kuman lain yang biasanya terjadi karena infeksi asending. (Smeltzer & Bare, 2002, 1436) 2. Sistitis dan Prostatitis Merupakan peradangan pada Vesika urinaria. Pada wanita menginfeksi uretra distal veriko urinaria dinamakan Sistitis sedangkan pada pria menginfeksi bagian prostat dan vesika urinaria yang disebut Prostatitis. (Smeltzer & Bare, 2002, 1432) b. Infeksi saluran kemih atas (Ureteritis, Pyelonefritis) 1. Ureteritis Suatu peradangan pada ureter. Penyebab Adanya infeksi pada ginjal maupun kandung kemih. Aliran urine dari ginjal ke buli-buli dapat terganggu karena timbulnya fibrosis pada dinding ureter menyebabkan striktura dan hydronephrosis, selanjutnya ginjal menjadi rusak, dan mengganggu peristaltik ureter. 2. Pyelonefritis Inflamasi pada pelvis ginjal dan parenkim ginjal yang disebabkan karena adanya infeksi oleh bakteri. Infeksi bakteri pada jaringan ginjal yang dimulai dari saluran kemih bagian bawah terus naik ke ginjal. Infeksi ini dapat mengenai parenkim maupun renal pelvis (pyelum=piala ginjal) dan bakteri menyebar melalui limfatik. Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui : 1. Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat terdekat. 2. Hematogen. 3. Limfogen. 4. Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi. Gambaran Klinis : - Uretritis biasanya memperlihatkan gejala : 1) Mukosa memerah dan oedema 2) Terdapat cairan eksudat yang purulent 3) Ada ulserasi pada urethra 4) Adanya rasa gatal yang menggelitik 5) Good morning sign 6) Adanya nanah awal miksi 7) Nyeri pada saat miksi

8) Kesulitan untuk memulai miksi 9) Nyeri pada abdomen bagian bawah. Sistitis biasanya memperlihatkan gejala : 1) Disuria (nyeri waktu berkemih) 2) Peningkatan frekuensi berkemih 3) Perasaan ingin berkemih 4) Adanya sel-sel darah putih dalam urin 5) Nyeri punggung bawah atau suprapubic 6) Demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah. Pielonefritis akut biasanya memperihatkan gejala : 1) Demam 2) Menggigil 3) Nyeri pinggang 4) Disuria Pielonefritis kronik mungkin memperlihatkan gambaran mirip dengan pielonefritis akut, tetapi dapat juga menimbulkan hipertensi dan akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal.

2. Menurut gejala Bakteriuria asimptomatis ISK yang tidak mempunyai gejala klinik. Bakteruria simtomatis ISK yang mempunyai gejala klinik yang nyata seperti disuria, polakisuria, piuria, urgency disertai demam atau tanpa demam, sakit pinggang/rusuk/sudut kosto-vertebral atau tanpa sakit pinggang dan lain-lain. 3. Menurut komplikasi ISK simpleks ( ISK sederhana/ Uncomplicated UTI) ISK yang tidak disertai kelainan anatomik maupun fungsional saluran kemih. ISK kompleks ( ISK berkomplikasi/ Complicated UTI) ISK yang disertai kelainan anatomi anatomik atau fungsional, yang menyebabkan obstruksi mekanik maupun fungsional saluran kemih. 4. UTI pada Lansia a. ISK uncomplicated (simple) ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak baik, anatomic maupun fungsional normal. ISK ini pada usi lanjut terutama mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih. b. ISK complicated Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock. ISK ini terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagi berikut: - Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kencing menetap dan prostatitis. - Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK. - Gangguan daya tahan tubuh - Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen sperti prosteus spp yang memproduksi urease.

Tanda dan Gejala Umum 1. Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah adalah : o Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih o Spasame pada area kandung kemih dan suprapubis o Hematuria o Nyeri punggung dapat terjadi 2. Tanda dan gejala ISK bagian atas adalah : o Demam o Menggigil o Nyeri panggul dan pinggang o Nyeri ketika berkemih o Malaise o Pusing o Mual dan muntah Pemeriksaan Diagnostik a. Urinalisis Memperlihatkan adanya bakteriuria, sel darah putih (leukosit), dan endapan sel darah merah (eritrosit). Dimana Leukosuria atau piuria merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK. Leukosuria positif (+) bila terdapat > 5 leukosit/lpb (lapang pandang besar) sedimen air kemih Hematuria positif (+) bila terdapat 5-10 eritrosit/lpb sediment air kemih. Hematuria bias disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis. b. Bakteriologis 1) Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik (102 103 organisme koliform/mL urin (+) piuria) 2) Hitung koloni bila terdapat sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi. c. Metode Tes 1) Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami piuria. Tes Griess positif : terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit. 2) Tes Penyakit Menular Seksual (PMS): untuk mengetahui apakah terdapat organisme menular secara seksual misalnya pada Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (Klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek). 3) Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. 4) Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten. d. Pemeriksaan pencitraan 1. USG (Ultrasonografi). Dengan USG dapat dilihat: a. Struktur anatomis saluran kemih, meskipun fungsinya nol b. Besar/ukuran ginjal c. Dilatasi dari pelviokalises, ureter dan anomali vesika urinaria. d. Batu saluran kemih 2. Foto polos abdomen. Jarang dilakukan kecuali ada dugaan kuat kearah batu saluran kemih dan sebagai persiapan pielografi intravena (PIV)

3. Pielografi intravena (PIV). Dilakukan bila tidak ada alat pencitraan korteks DMSA. Gambaran PIV sama dengan kombinasi USG dan DMSA. Dosis radiasi DMSA lebih rendah dari PIV dan tanpa zat kontras sehingga kemungkinan alergi. 4. MSU (Miksiosisto uretrografi). Dilakukan pada anak berumur dibawah 2 tahun dengan ISK yang disertai gejala panas, karena kemungkinan RVU besar. Pemeriksaan ini masih invasif dengan kateter. Tujuan MSU untuk menilai: a. Refluks vesikoureter b. Valvula uretra posterior Dianjurkan untuk memberi antibiotik 48 jam sebelum pemeriksaan dan bila ditemkan refluks maka segera dilanjutkan dengan antibiotic profilaksis bila belum diberikan sebelumnya. Pada MSU pertama sebaiknya dilakukan dengan zat kontras, tetapi pada pemeriksaan ulang dipakai isotop DTPA (sistografi istop) karena dosis radiasinya lebih rendah.5 Dengan MSU dapat terlihat adanya refluks vesicourethral pada 30-40% anak. 5. Scan DMSA (Dimerkapto succinic acid). Dilakukan untuk menilai parut ginjal. Bila dilakukan saat infeksi akut berlangsung, pada pielonefritis akut berlangsung, pada pielonefritis akut terlihat gambaran filling defect. Sedangkan pada sistitis, ginjal terlihat normal. DMSA dapat dipakai untuk membedakan antara ISK atas dan bawah. Defek fase akut tersebut bias menghilang atau menetap. Bila 6 bulan kemudian, terlihat gambaran defek berarti terjadi parut ginjal permanen. DMSA dapat dipakai untuk melihat fungsi ginjal kanan-kiri secara terpisah, tetapi yang lebih tepat untuk pemeriksaan fungsi adalah scan DTPA. DMSA lebih sensitif dalam menilai parut ginjal dibandingkan USG atau PIV.5 Pemeriksaan Renografi isotop DTPA atau MAG 3. Dilakukan untuk melihat adanya obstruksi dan menilai fungsi ginjal kiri dan kanan secara terpisah. Komplikasi Infeksi saluran kemih dapat membawa dampak jangka panjang terhadap fungsi ginjal yaitu berkembangnya uremia dan terjadinya hipertensi serta terbentuknya abses ginjal atau perianal yang bisa menyebabkan gagal ginjal. Infeksi parenkim dan pembentukan scar pada ginjal merupakan komplikasi utama yang dapat menyebabkan terjadinya insufisiensi ginjal, hipertensi dan gagal ginjal. Ketidaktahuan adanya komplikasi terberat ISK akan mendukung semakin meningkatnya resiko pyelonefritis akut dan diperlukan terapi antibiotika secepatnya. Penatalaksanaan Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibacterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal terhaap flora fekal dan vagina. a. Terapi tanpa obat pada ISK : Dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk membilas microorganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk wanita harus membilas dari depan ke belakang untuk menghindari kontaminasi lubang urethra oleh bakteri feces b. Terapi antibiotik idealnya harus dapat ditoleransi dengan baik, mencapai konsentrasi tinggi dalam urin dan mempunyai spektrum aktivitas terhadap mikroorganisme penyebab infeksi. Pemilihan antibiotik untuk pengobatan didasarkan pada tingkat keparahan, tempat terjadinya infeksi dan jenis mikroorganisme yang menginfeksi. Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) dapat dibedakan atas: - Terapi antibiotika dosis tunggal - Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari - Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu - Terapi dosis rendah untuk supresi c. Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi, factor kausatif (mis: batu, abses), jika muncul salah satu, harus segera ditangani. Setelah penanganan dan sterilisasi urin, terapi preventif dosis rendah.

d. Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin), trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang ampicillin atau amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap bakteri ini. Pyridium, suatu analgesic urinarius juga dapat digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat infeksi. Pemakaian obat yang berkelanjutan perlu dipikirkan kemungkinan adanya: Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan Interansi obat Efek samping obat Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui ginjal seperti efek nefrotosik obat dan Efek toksisitas obat Prognosis ISK tanpa kelainan anatomis mempunyai prognosis lebih baik bila dilakukan pengobatan pada fase akut yang adekuat dan disertai pengawasan terhadap kemungkinan infeksi berulang. Prognosis jangka panjang pada sebagian besar penderita dengan kelainan anatomis umumnya kurang memuaskan meskipun telah diberikan pengobatan yang adekuat dan dilakukan koreksi bedah. Hal ini terjadi terutama pada penderita dengan nefropati refluk. Deteksi dini terhadap adanya kelainan anatomis, pengobatan yang segera pada fase akut. kerjasama yang baik antara dokter, ahli bedah urologi dan orang tua penderita sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya perburukan yang mengarah pada terminal gagal ginjal kronis. Pengkajian Dalam melakukan pengkajian pada klien ISK menggunakan pendekatan bersifat menyeluruh, meliputi : Identitas klien Riwayat kesehatan : 1) Riwayat infeksi saluran kemih 2) Riwayat pernah menderita batu ginjal 3) Riwayat penyakit DM, jantung. Pengkajian fisik : 1) Palpasi kandung kemih 2) Inspeksi daerah meatus Diantaranya: a. Bagaimana pola berkemih pasien? untuk mendeteksi factor predisposisi terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan jumlah) b. Adakah disuria? c. Adakah bau urine yang menyengat? d. Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan konsentrasi urine? e. Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian bawah f. Adakah nyesi pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas g. Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas. Riwayat psikososial: 1) Usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan 2) Persepsi terhadap kondisi penyakit 3) Mekanisme koping dan system pendukung 4) Pengkajian pengetahuan klien dan keluarga a. Pemahaman tentang penyebab/perjalanan penyakit b. Pemahaman tentang pencegahan, perawatan dan terapi medis Misalkan dari hasil pengkajian diatas data pasien yang didapat yaitu

a. Data Subjektif Pasien mengeluh nyeri saat berkemih Pasien mengeluh sakit pinggang Pasien mengaku tidak ada nafsu makan, mual dan muntah Pasien merasa tidak puas saat berkemih seperti belum keluar semua. Kencing mengeden Mengompol b. Data objektif Wajah pasien tampak meringis Pasien berkemih kurang dari normal (< 1 2 L/hari) warna (keabu-abuan), dengan bau menyengat. Adanya eritrosit, leukosit, dan bakteri dalam urine. Suhu aksila : 370 C Asuhan Keperawatan Klien dengan Urinary Tract Infection/Infeksi Saluran Kemih A. Pengkajian - Biodata Nama : Umur : 25 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan :Pendidikan :- Riwayat Kesehatan Sekarang P: Klien mengeluh saat berkemih, berkemih keluar sedikit disertai rasa nyeri. Q: Klien mengeluh urgency, frekuensi, dan dysuria R: S: T: - Riwayat kesehatan masa lalu: baru saja melaksanakan persalinan P1A0 (39 minggu) per vaginam - Riwayat kesehatan keluarga: - Riwayat psikososial: - Riwayat penggunaan obat: Bachtrim 3x1 tab 400mg Phenazopiridine 3x1 tab PO Perawat menganjurkan klien minum 3L/hari - Pengkajian fisik: Inspeksi: Palpasi: teraba tegang tenderness di daerah supra pubik Auskultasi: Perkusi: TD: 120/80, RR: 24x/menit, HR: 90x/menit, S: 39oC - Data penunjang: Warna urin keruh, WBC(+++), cultur (+) bakteri, pyuria, eritrosit (+)

Patofisiologi Urinary Tract Infection/Infeksi Saluran Kemih

Rencana Asuhan Keperawatan 1. Dx 1 : Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan Kriteria evaluasi: Tidak nyeri waktu berkemih, tidak nyeri pada perkusi panggul Intervensi Rasional a. Pantau haluaran urine terhadap perubahan warna, a. untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau baud an pola berkemih, masukan dan haluaran penyimpangan dari hasil yang diharapkan setiap 8 jam dan pantau hasil urinalisis ulang b. Catat lokasi, lamanya intensitas skala (1-10) b. membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan penyebaran nyeri. penyebab nyeri c. Berikan tindakan nyaman, seprti pijatan punggung, c. meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan lingkungan istirahat; otot. d. Bantu atau dorong penggunaan nafas dalam, d. Mengurangi rasa nyeri relaksasi, imajinasi terbimbing dan distraksi e. untuk mencegah kontaminasi uretra e. Berikan perawatan perineal f. Jika dipaang kateter indwelling, berikan perawatan f. Kateter memberikan jalan bakteri untuk memasuki kandung kemih dan naik ke saluran perkemihan. kateter 2 nkali per hari. g. Kolaborasi: g. Kolaborasi: - Temuan- temuan ini dapat memeberi tanda Konsul dokter bila: sebelumnya kuning gadingkerusakan jaringan lanjut dan perlu pemeriksaan urine kuning, jingga gelap, berkabut atau keruh. luas Pla berkemih berubah, sring berkemih dengan jumlah sedikit, perasaan ingin kencing, menetes setelah berkemih. Nyeri menetap atau bertambah sakit Berikan analgesic sesuia kebutuhan dan evaluasi keberhasilannya h. Berikan antibiotic. Buat berbagai variasi sediaan minum, termasuk air segar . Pemberian air sampai 3000 ml/hari 2. Dx 2: Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan Kriteria Evaluasi: Pola eliminasi membaik, tidak terjadi tanda-tanda gangguan berkemih (urgensi, frekueni, disuria) Intervensi Rasional a. Awasi pemasukan dan pengeluaran karakteristi a. memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan urin adanya komplikasi b. Tentukan pola berkemih pasien b. membiasakan klien untuk kembali ke pola berkemih yang normal c. Dorong meningkatkan pemasukan cairan c. peningkatan hidrasi membilas bakteri. d. Kaji keluhan kandung kemih penuh d. retensi urin dapat terjadi menyebabkan distensi jaringan(kandung kemih/ginjal)

- analgesic memblok lintasan nyeri sehingga mengurangi nyeri h. akibta dari haluaran urin memudahkan berkemih sering dan membentu membilas saluran berkemih

e. Observasi perubahan status mental:, perilaku atau tingkat kesadaran f. Kecuali dikontraindikasikan: ubah posisi pasien setiap dua jam g. Kolaborasi: Awasi pemeriksaan laboratorium; elektrolit, BUN, kreatinin Lakukan tindakan untuk memelihara asam urin: tingkatkan masukan sari buah berri dan berikan obat-obat untuk meningkatkan aam urin.

e. akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada susunan saraf pusat f. untuk mencegah statis urin g. Kolaborasi: - pengawasan terhadap disfungsi ginjal - asam urin menghalangi tumbuhnya kuman. Peningkatan masukan sari buah dapt berpengaruh dalm pengobatan infeksi saluran kemih.

Daftar Pustaka Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Ni made Sumarwati. Edisi: 3. Jakrta: EGC. Enggram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC. Parsudi, Imam A. (1999). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit: pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah. Edisi: 4. Jakarta: EGC Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC. Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.

You might also like