You are on page 1of 40

PROGRAM PERKULIAHAN

Waktu: 1 kali pertemuan = 100 menit (2 jam pelajaran)

Pertemuan

Materi 1. Orientasi mata kuliah 2. Pengetahuan tari, meliputi: Pengertian tari Fungsi tari Jenis-jenis tari

1 -

Makna dan watak gerak tari 1. Unsur-unsur tari dan pendukungnya, meliputi: 2 Unsur-unsur dasar tari Tata rias tari Tata busana tari

Musik tari 1. Menari dan menata tari, meliputi: 3 Pengertian menari dan menata tari Tema dan prinsip bentuk seni tari Proses garapan tari

Karakteristik tari 1. Apresiasi tari 2. Kreasi tari, meliputi: 4 Membuat tema tari Membuat desain lantai

5-7 8

3. Praktek tari 1. Praktek tari UTS

1. Pengetahuan dasar drama, meliputi: 9 Fungsi drama dan seni sastra drama Pengertian dan perkembangan drama

Drama sebagai karya seni 1. Unsur-unsur drama, meliputi: 10 Pelaku Naskah Pentas

Sutradara 1. Proses garap drama tari, meliputi: 11 Lingkup drama tari Perencanaan proses garap drama tari Konsep garap drama tari

Proses garap drama tari 1. Apresiasi drama tari 12 2. Kreasi drama tari, meliputi: Membuat naskah 1. Praktek drama tari UAS

13-15 16

BAB I PENDAHULUAN
Setiap siswa memiliki keanekaragaman baik secara fisik,psikis, intelektual, sikap, minat, bakat dan sebagainya. Hal tersebut merupakan tantangan yang harus dihadapi dengan segala upaya dan ketabahan serta kesabaran yang maksimal. Sering terdapat sisiwa yang kurang antusias atau kurang serius dalam melakukan gerakan-gerakan, hal semacam ini sesungguhnya amat menjengkelkan dan membosankan. Namun demikian masalah seperti itu perlu dihadapi penuh kesabaran dan ketenangan, sambil

diupayakan mencari berbagai solusi untuk mengatasi masalah dan hambatan yang ada. Guru seni harus berupaya semaksimal mungkin untuk memotivasi dan mengajak siswa dalam keikutsertaannya pada kegiatan pembelajaran seni tari. Hal tersebut dimaksudkan supaya seni tari tidak menjadi momok yang menakutkan dan dibenci siswa. Sebaliknya, seni tari justru harus menjadi suatu kegiatan yang menyenangjan dan sekaligus sebagai ajang kreasi dan rekreasi bagi siswa. Oleh karena itu, kegiatan apresiasi ini merupakan stimulus bagi siswa untuk mencintai kekayaan khasanah seni budaya kita.

BAB II PEMBAHASAN
A. Materi Pembelajaran Apresiasi Seni Tari Pembelajaran apresiasi seni tari ini merupakan rangkaian materi lanjutan modul pembelajaran seni budaya dan keterampilan. Setiap siswa memiliki keanekaragaman baik secara fisik, psikis, intelektual, sikap, minat, bakat dan sebagainya. Hal tersebut merupakan tantangan yang harus dihadapi dengan segala upaya dan ketabahan serta kesabaran yang maksimal. Sering terdapat siswa yang kurang antusias atau kurang serius dalam melakukan gerakan-gerakan, hal semacam ini sesungguhnya amat menjengkelkan dan membosankan. Namun demikian masalah seperti itu perlu dihadapi penuh kesabaran dan ketenangan, sambil diupayakan mencari berbagai solusi untuk mengatasi masalah dan hambatan yang ada. Guru seni harus berupaya semaksimal mungkin untuk memotivasi dan mengajak siswa dalam keikut sertaannya pada kegiatan pembelajaran seni tari. Dengan demikian seni tari justru harus menjadi suatu kegiatan yang menyenangkan dan sekaligus berbagai ajang kreasi dan rekreasi bagi siswa. Oleh karena itu, kegiatan

apresiasi ini merupakan merupakan stimulus bagi siswa untuk mencintai kekayaan khasanah seni budaya kita. a) Pengertian, Tujuan, dan Aspek - Aspek Apresiasi 1. Pengertian Apresiasi Apresiasi seni tari didalamnya mengandung tiga unsur seni dalam berapresiasi yaitu karya seni, aktivitas penciptaan,dan aktivitas penghayatan seni.Ketiga tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Secara etimologi apresiasi berasal dari kata asing Appreciation (inggris), appreciatia (belanda) dan appreciatus (latin), yang berarti (latin), yang berarti menghargai. Pada umumnya persoalan apresiasi itu sendiri di antaranya adalah memberikan penilaian dan penghargaan. a. Apresiasi Seni Masyarakat Apresiasi seni di masyarakat pada dasarnya terbagi atas dua golongan yaitu golongan masyarakat apresiasi rendah dan golongan apresiasi tinggi. Yang dimaksud dengan golongan masyarakat rendah adalah daya apresiasinya yang rendah, sedangkan yang dimaksud golongaan masyarakat tinggi adalah masyarakat yang daya apresiasinya tinggi. b. Fungsi Apresiasi Tari Fungsi tari apresiasi tari yaitu memberikan penghargaan, penikmatan, penilaian terhadap seni tari atau kesadaran terhadap seni tari. Penilaian fungsinya untuk mencari nilai-nilai seni tari,memahami isi dan pesan serta mengadakan perbandingan-perbandingan sehingga mendapatkan kesimpulan. Dalam proses apresiasi karya seni akan menimbulkan rasa puas,kecewa,senang dan lain sebagainya kepada penikmat. c. Maksud Apresiasi Tari

Maksud dari apresiasi karya seni tari adalah penikmatan terhadap karya seni tari, dengan adanya pengertian yang baik. Selain itu pula maksud apresiasi seni tari adalah kesanggupan mengenal memahami suatu nilai yang terhadap pada sesuatu yang sangat agung atau luhur. d. Tujuan Apresiasi Tari Apresiasi tari mempunyai tujuan untuk mendapatkan pengalaman estetis yang didasari pengalaman si pengamat dalam kesanggupan menerima karya seni yang terarah dan bertujuan didapat dari seni murni atau seni pakai. Untuk mengembangkan daya apresiasi seni tari kita dapat memanfaatkan sumber belajar baik secara langsung maupun tidak langsung. 1) Pemanfaatan sumber belajar secara langsung untuk menambah daya apresiasi seni tari,misalnya melihat secara langsung pertunjukanpertunjukan atau pergelaran-pergelaran tari,mengadakan kunjungan ke sanggar-sanggar tari atau kunjungan ke para seniaman tari. 2) Pemanfaatan sumber belajar secara tidak langsung untuk menambahkan daya apresiasi seni tari,misalnya melalui menonton TV,film,gambar atau foto tari. Aktivitas yang penting dalam karya seni khususnya dalam karya seni tari adalah: 1) Aktivitas kreatif (proses kreatif),proses yang berkenaan dengan proses penciptaan atau pembuatan karya seni,yang dilakukan oleh seniman. 2) Aktivitas apresiatif (proses apresiatif),proses yang berkenaan dengan penikmatan suatu karya seni dan dilakukan oleh para penikmat seni atau apresiator.

Kegiatan seni sering disebut juga sebagai proses komunikasi antara seniman yang menyampaikan pesan melalui karya seninya dengan penikmat sebagai apresiatornya yang berusaha menerima pesan dari karya seniman. 2. Langkah - Langkah Pembelajaran Kegiatan Apresiasi Dalam kegiatan pembelajaran apresiasi seni tari, guru dapat melakukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Memberikan pengarahan dalam kegiatan apresiasi agar anak mempunyai sikap menyenangi/mengagumi dan menghargai karya tari. b. Penyusunan rencana kegiatan yang dapat dilakukan di luar kelas (jika di sekitar sekolah ada sangga/pertunjukkan tari),yaitu rencana kunjungan ke sanggar tari atau melihat tari-tarian. c. Memberikan cara penilaian terhadap karya tari yang bersifat

obyektif.artinya cara memberikan penilaian secara mudah yang dapat dikerjakan anak. Proses kegiatan apresiasi yang dapat dilakukan dengan cara: 1) Pengenalan terhadap seniman dan karya tari Indonesia 2) Melakukan penilaian karya tari yang mencakup penalaran, penafsiran dan pembahasan/ ulasan. 3) Mengisi formal evaluasi. Tahapan-tahapan dalam apresiasi: 1) Pengamatan 2) Penghayatan

3) Penilaian dan penghargaan 4) Empati 3. Aspek - Aspek Apresiasi Aspek-aspek yang ada dalam proses apresiasi, yaitu: 1. Karya seni a) Jenis berkaitan dengan klasifikasi umum atas karya. Contoh: tari tradisional atau tari kreasi baru (tari tunggal, tari berpasangan, atau tari kelompok) b) Fungsi, berkaitan dengan kondisi diperuntukan untuk apakah karya tari tersebut, contoh: termasuk tari untuk upacara, tari untuk hiburan, tari untuk pergaulan, atau tari untuk tontonan. c) Media, berkaitan dengan bahan dan teknik yang disajikan. Contoh: penarinya dan teknik-teknik gerak yang dilakukan penari. d) Visual, berkenan dengan hal yang paling penting yaitu unsure visual dan prinsip desain. Contoh: gerak, penguasaan ruang, penggunaan tenaga, rias, busana/ kostum, pola lantai. 2. Seniman dan latar belakang. Aspek yang kedua dalam proses apresiasi ini adalah menyangkut seniman dan latar belakangnya. Dalam hal ini yang menyangkut seniman dan latar belakang penciptaannya disebut ekstraestetis. Tanggapan ekstraestetis adalah berkenaan dengan upaya pemahaman dari pengamat atau apresiator terhadap hal-hal yang melatarbelakangi munculnya karya seni tersebut.

b) Seniman dan karya seni tari 1. Pengertian seniman Pada dasarnya pengertian seniman tari sama dengan pengertian seniman secara umum,yaitu orang yang menghasilkan karya seni,seniman dalam bidang tari hasilnya berupa sebuah karya tari,predikat seniman tari berbeda dengan penari atau pelaku tari. Seorang seniman tari tugasnya adalah menciptakan suatu karya tari,maka dapat dikatakan bahwa seniman tari adalah koreografer.Seorang koreografer harus mampu mengekspresikan ide-idenya atau imajinasinya ke dalam bahasa gerak,karena tari itu merupakan media komunikasi melalui gerak yang ritmis antar penikmat dengan koreografernya. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa seniman tari antara lain harus memiliki: a) Imajinasi yang tinggi b) Kemampuan untuk mengekspresikan imajinasinya melalui bahasa gerak c) Mempunyai daya kreativitas yang tinggi d) Mempunyai kepekaan rasa keindahan yang tinggi. 2. Pengertian karya seni tari Pengertian karya seni pada prinsipnya sama,yaitu tentang hasil ciptaan manusia,sedangkan karya seni tari,hasilnya berupa seni pertunjukkan (suatu karya seni tari).

Ada beberapa hal yang perlu diketahui dalam meningkatkan pengalamkan usaha untuk menambah kekayaan dan kemantapan profesi berkarya seni tari antara lain: a) Kemantapan profesi b) Kepekaan estetik c) Keterampilan perbuatan estetik B. Materi Pembelajaran Kreasi Seni Tari Pertumbuhan jiwa seni pada setiap anak berbeda, tergantung lingkungan yang kondusif dan dan peran orang tua. Pengaruh tersebut menyebabkan jiwa seni yang dimiliki oleh setiap orang berbeda-beda intensitas dan kualitasnya. Dengan demikian proses kreatif akan terjadi bila kegiatan pembelajarannya dikondisikan dalam aktivitas kerja sama serta memiliki keberanian didalam merefleksikan sikap dalam bentuk kreativitas tari 1. Pengembangan Kreativitas Dalam membantu mewujudkan kreativitas anak, mereka perlu dilatih keterampilan tertentu sesuai dengan minat pribadinya dan diberi kesempatan untuk mengembangkan bakat atau talenta mereka. Untuk menumbuhkan motivasi intrinsic pada anak, sebaiknya anak diberikan kebebasan berpikir dengan menyediakan sarana dan prasarana yang merangsang minat anak, sehingga dorongan ke arah kreativitas menjadi semakin kuat. Kreativitas anak dapat dihambat dengan suasana emosional yang

mencerminkan rasa permusuhan, penolakan atau rasa terpisah. Tetapi keterikatan emosional yang berlebih juga tidak menunjang pengembangan kreativitas anak, mungkin karena kurang memberi kebebasan kepada anak untuk tidak tergantung kepada orang lain dalam menentukan pendapat atau minat. Untuk mewujudkan

kemampuan potensial mereka diperlukan pelayanan khusus dari guru yang memiliki karakteristik khusus dan mendapat pelatihan khusus.. 2. Membangkitkan Kreativitas Siswa Proses pendidikan adalah mempelajari situasi pendidikan dengan focus utama interaksi pendidikan, yaitu interaksi antara peserta didik dengan peserta didik yang berlangsung dalam lingkungan belajar. Syaodih (2003:31 dalam Sagala, 2005:120) mengatakan bahwa seluruh kegiatan interaksi pendidikan diciptakan bagi kepentingan siswa, yaitu membantu pengembangan semua potensi dan kecakapan yang dimilikinya setingi-tingginya. Guru mempunyai dampak yang besar tidak hanya pada prestasi pendidikan anak, tetapi juga pada sikap anak terhadap sekolah dan terhadap belajar pada umumnya. Namun guru juga dapat melumpuhkan keingintahuan anak, merusak motivasi, harga diri, dan kreativitas anak. Bahkan guru-guru dapat mempengaruhi anak melebihi orang tua. Hal ini disebabkan guru lebih banyak kesempatan untuk merangsang atau menghambat kreativitas anak ketimbang orang tua. Kreativitas adalah hasil dari interaksi antara individu dengan lingkungannya. Cara yang paling baik bagi guru untuk mengembangkan kreativitas tari anak ialah dengan mendorong motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik akan tumbuh,bila guru memungkinkan anak bisa diberi otonomi sampai batas tertentu dikelas. Untuk lebih menggali potensi peserta didik dalam menari anak diberi kebebasan mengembangkan dan mengekspresikan daya imajinasinya, sehingga potensi yang ada pada dirinya dapat betul-betul berkembang. Dalam proses kreatif ini guru berperan sebagai motivator dan fasilitator, anak didorong untuk dapat memecahkan masalahnya sendiri atau mengaktualisasikan diri melalui karya kreatifnya. Tari dalam konteks pendidikan menurut Yulianti Parani (1984), merupakan kegiatan yang kreatif dan konstruktif,serta menumbuhkan intensitas emosional dan makna-makna. Ia dapat menjadi aktivitas rekreasi, tetapi juga dapat menjadi alat ekspresi dan laku estetis, dan disinilah letak nilainya bagi

anak-anak. Dalam pendidikan, gerak tari harus kita amati dari watak ekspresinya sebab inilah yang mencerminkan nilai imajinasi anak. Pada anak usia SD/MI juga masih tergolong pada masa peniruan, karena anak lebih suka menirukan gerak-gerik oranng dewasa dan objek apapun tidak lolos dari pengamatannya yang kemudian dijadikan bahan peniruannya. Tindakan meniru ini adalah awal anak belajar, sehingga dalam susunan tarian anak-anak sifatnya lebih kepada peniruan atau imitatif. Melalui pembelajaran seni tari di SD/MI diharapkan dapat menumbuhkan kreativitas siswa, sehingga kelak dikemudian hari ia mampu berdiri diatas kaki sendiri. 3. Komposisi Tari Komposisi pada dasarnya dilakukan melalui percobaan-percobaan (trail and error) dengan landasan pengetahuan kepekaan, dan intuisi. Pengetahuan komposisi adalah pengetahuan yang harus diketahui oleh seseorang yang bermaksud hendak mencipta atau menata tari. Sejak mengolah, memilih, dan menyusun/menata gerak selaras dengan persyaratan yang dibutuhkan untuk keberhasilan pementasan didepan penonton (Sal Murgiyanto, 1981:6). Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam rangka mencapai sebuah komposisi adalah adanya prinsip-prinsip bentuk seni, diantaranya yaitu: Kesatuan yang utuh (Unity), Keragaman (Variasi), Pengulangan (Repetisi), Kontras, Transisi, Urutan (Sequence), Klimaks, Keseimbangan (Balance), dan harmoni. a. Desain Lantai Yang dimaksud dengan desain lantai atau floor design adalah garis-garis dilantai yang dibentuk oleh seorang penari, atau garis-garis dilantai yang terbentuk oleh formasi penari kelompok. Secara garis besar terdapat dua pola garis dasar pada lantai, yaitu pola garis lurus dan pola garis lengkung

(Purwatiningsihm 1998/1999:144). Sementara itu menurut La Meri (Dalam Soedarsono, 1975:4), desain lantai adalah pola yang dilintasi oleh gerak-gerak darikomposisi diruang tari. Ruang Tari (Dancing Space) 1. Daerah yang paling kuat dalam ruang tari ialah dead center. Secara urut kekuatan ruang dalam tari ada enam daerah, yaitu up center, downcenter, up-right, up-left,down-right, dan down left. 2. Daerah yang paling lemah dari stage ialah bagian-bagian samping. Daerah lemah lainnya ialah down stage: antara pusat dari kanan serta pusat dari kiri; right-stage:antara up dan down; left-stage: antara up dan down; up-stage dari pusat (tengah) kekiri dan kanan. 3. Untuk masuk dan keluar, tempat yang paling kuat ialah center-up (back). Tempat lainnya adalah empat susut (up-right dan up-left, down-right dan down left). Pola-Pola Garis Dasar 1. Garis lurus dapat bergerak ke up-stage atau down stage, menyilang atau menyudut (serong). 2. Dasar dari desain V atau kebalikan dari V, dari segitiga, dan desain T atau kebalikannya, dari kaca jam dan zig-zag. b. Desain Atas Desain atas (Air design) menurut La Meri dalam Soedarsono (1976:23), adalah design yang berada di udara di atas lantai, yaitu design yang dilihat olelh penonton terlintas pada back drop. Purwatiningsih (1998/1999:173) menyatakan bahwa desain atas (air design) adalah desai yang

berada diatas lantai, yang dilihat oleh penonton yang tampak terlukis pada ruang yang berada diatas lantai. Dalam desain air terdapat elemen-elemen dasar yang menurut La Meri ada 16 elemen dasar, sedangkan menurut Purwatiningsih ada 19 elemen dasar yang masing-masing memiliki sentuhan emosional tertentu terhadap penonton. Elemen-elemen dasar itu antara lain: 1. Datar 2. Dalam 3. Vertikal 4. Horizontal 5. Kontras 6. Murni 7. Statis 8. Lurus 9. Lengkung 10. Bersudut 11. Spiral c. Desain Dramatik Desain dramatik dari sebuah komposisi adalah tanjakan emosional, dinamika dan jatuhnya keseluruhan. Desain dramatik juga mempunyai arti sebagai pengaturan dan perkembangan emosional dan sebuah komposisi untuk

me ncapai klimaks serta pengaturan bagaimana cara menyelesaikan atau mengakhiri sebuah tarian. Untuk mendapat keutuhan garapan tari baik yang berbentuk tari solo maupun tari kelompok, harus diperhatikan desain dramatiknya. Satu garapan tari yang utuh ibarat sebuah ceritera yang memiliki pembuka, klimaks, dan penutup. Dalam menata desain dramatik, ada dua buah desain garisyang dapat diikuti,yaitu desain yang berbentuk kerucut tunggal dan desain yang berbentuk kerucut ganda. Desain kerucut tunggal Desain kerucut ganda

C. Materi Pembelajaran Kreasi Seni Tari di SD/MI a. Pembelajaran Seni Tari di SD dan MI Terdapat dua hal sebagai pertimbangan pelaksanaan pendidikan seni tari di sekolah dasar yaitu pertama, tari diajarkan untuk memberikan pengalaman kepada seseorang agar mampu mempresentasikan diri di hadapan orang lain (sebagai pengembangan aspek kepribadian). Kedua, tari diajarkan untuk memberikan pengalaman kepada seseorang untuk mengungkapkan ide atau gagasannya (pengalaman berkarya). Terdapat 4 komponen dalam pembelajaran seni tari di SD/ MI, yaitu : Komponen Tujuan Tujuan pembelajaran tari di SD dan MI ini ialah menumbuhkan kepekaan rasa estetik dan artistik sehingga terbentuk sikap kritis, apresiatif

dan kreatif pada diri siswa. Sikap ini hanya akan tumbuh bila dilakukan serangkaian kegiatan melalui keterlibatan siswa dalam segala aktivitas seni, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Komponen Bahan/ Materi Untuk pemenuhan komponen bahan pembelajaran tari di sekolah dasar, ruang lingkupnya diarahkan kepada pembelajaran praktik dan pembelajaran apresiatif. Untuk bahan ajar praktik dapat dilakukan melalui penerapan metode kreatif, sedangkan untuk pembelajaran apresiatif dilakukan melalui pengamatan terhadap objek baik melalui sajian pertunjukan tari secara langsung atau melalui sajian dari visual auditif melalui VCD, film, dsb. 1) Pembelajaran Praktik Istilah metode kreatif sudah diterapkan dalam pembelajaran seni tari baik di TK, SD, maupun di sekolah sekolah lanjutan. Hal ini karena penerapan metode kreatif relevan dengan pengembangan kretivitas sebagai upaya pengembangan daya imajinasi siswa. Metode kreatif adalah suatu metode yang digunakan untuk menggali potensi siswa melalui berbagai stimulus. Menurut Akub Tisnasomantri (1991/ 1992 : 2) penggunaan istilah metode kreatif dalam pembelajaran tari adalah yaitu merupakan suatu metode yang dapat membantu pembentukan kepribadian anak, karena kegiatan dalam metode itu berada pada pihak anak. 2) Gerak Badani Untuk pembelajaran gerak badani bisa dilakukan berdasarkan urutan anggota badan yang kemudian dilanjutkan kepada penguasaan gerak berirama. a) Latihan penguasaan gerak kaki

b) Latihan penguasaan gerak badan c) Latihan penguasaan gerak lengan dan tangan d) Latihan penguasaan gerak kepala e) Latihan penguasaan gerak gabungan 3) Unsur Unsur Tari Yang termasuk dalam unsur unsur dasar tari adalah gerak, ruang, tenaga, dan tempo/ waktu. Gerak ; gerak dalam tari merupakan medium utama, karena secara visual tari dapat dinikmati melalui gerak itu sendiri. Ruang ; ruang diartikan sebagai tempat ruang gerak untuk

mengekspresikan imajinasi yang kita miliki. Tenaga ; tenaga merupakan kekuatan yang akan mengawali,

mengendalikan dan menghentikan gerak. Tempo/ waktu yaitu berkaitan dengan waktu untuk menyelesaikan suatu gerakan. Komponen Pendekatan Pembelajaran Apresiasi a) Pendekatan Aplikatif Pembelajaran aplikatif adalah suatu cara pembelajaran yang berorientasi kepada praktik untuk mengembangkan kegiatan penciptaan atau kretivitas. b) Pendekatan Kesejarahan Pendekatan kesejarahan yaitu apresiasi seni yang ditempuh melalui pengenalan sejarah seni.

c) Pendekatan Problematik Pendekatan problematik yaitu mengungkapkan dan menyoroti masalah serta lika liku seni sebagai sarana untuk dapat menikmati seni. Komponen Metode dan Alat Metode dan alat merupakan jembatan atau media transformasi bahan pelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk penggunaan alat atau media bisa berupa material yang bisa digunakan untuk membantu dan mendukung ungkapan tarian. Misalnya selendang, kipas, tongkat, topeng, dll. Alat atau media yang lebih umum digunakan untuk tarian anak anak, diantaranya saputangan, kipas, payung, cangkul, bakul, rebana, topeng, tempurung kelapa, dll. Komponen Penilaian Komponen penilaian dalam bahasan ini lebih difokuskan pada penilaian pembelajaran tari. Cara penilaiannya termasuk ke dalam penilaian non-test. Adapun kriterianya adalah kesungguhan, kedisiplinan, keaktifan, keberanian, kerja sama, dan inisiatif. Untuk melakukan penilaian hasil, kriteria yang digunakan yaitu wiraga, wirahma, wirasa dan harmoni. Iyus Rusliana (1982/ 1983: 15-17) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan wiraga adalah ungkapan penari secara fisikal dari awal sampai akhir menari. Adapun kriteria wiraga meliputi hafal, teknik, dan ruang. Wirahma adalah kemampuan bergerak tepat dengan irama (musik iringan tari). Wirasa adalah kemampuan bergerak secara ekspresif atau kemampuan dalam menyertakan ekspresi (raut muka/ mimik) ke dalam tarian yang dibawakan. Harmoni yaitu kesan keseluruhan dari tarian yang dibawakan oleh penari. b. Memanfaatkan Berbagai Bahan Ajar Dalam PBM Tari

Bahan ajar adalah isi dari mata pelajaran atau bidang studi yangdiberikan kepada siswa sesuai dengan kurikulum yang digunakannya. Bahan ajar secara umum dapat dibedakan menjadi beberapa kategori, yakni fakta, konsep, prinsip dan keterampilan. Pada pembelajaran tari fakta dapat dipelajari melalui informasi dalam bentuk lambang, misalnya pada gerak sembahan yang terdapat dalam tari klasik melambangkan bentuk penghormatan seseorang pada khalik, orang tua, tamu kehormatan dan khalayak yang hadir. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan bahan ajar, yakni: 1. Bahan ajar harus sesuai dan menunjang tercapainya tujuan 2. Bahan yang ditulis dalam perencanaan mengajar, terbatas pada konsep saja, atau dibuat secara garis besar dan bahan tidak perlu dirinci 3. Menetapkan bahan ajar harus sesuai dengan uraian tujuan 4. Urutan bahan hendaknya memperhatikan kesinambungan (kontinuitas) 5. Bahan disusun dari yang sederhana menuju yang kompleks, dari yang mudah menuju yang sulit, dari yang konkrit menuju yang abstrak 6. Sifat bahan ada yang faktual dan ada yang konseptual. Bahan yang faktual sifatnya konkrit dan mudah diingat, sedangkan yang bersifat konseptual berisikan konsep-konsep abstrak, dan memerlukan pemahaman Menetapkan bahan ajar dalam perencanaan mengajar tidaklah terlalu sulit, asal tujuan pembelajaran dirumuskan dengan jelas, dan terdapat buku sumber yang berkenaan dengan bahan tersebut. Yang sulit adalah mengorganisasi bahan dan membahasnya dalam proses belajar mengajar sehingga dapat dipahami siswa. Menurut Sudirman (dalam Syaiful Bachri Djamarah, 2002:49) mengemukakan bahwa salah satu sumber belajar bagi anak didik, bahan yang disebut sebagai

bahan pelajaran (pengajaran) sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan pengajaran. Lebih lanjut Sudirman (dalam Syaiful Bachri Djamarah, 2002:51) mengemukakan bahwa minat seseorang akan muncul apabila sesuatu itu terkait dengan kebutuhannya. Untuk lebih jelasnya mengenai bahan ajar ini dapat disimak pada pengelompokan jenis bahan ajar seperti berikut : 1. Bahan Ajar Cetak Bahan cetak dapat ditampilkan dalam bentuk. Jika bahan ajar cetaktersusun secara baik maka bahan ajar akan mendatangkan beberapa keuntungan seperti yang diungkapkan Steffen Peter Ballstaedt (Majid, 2005:175) bahwa: 1. Bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga memudahkan guru untuk menunjukkan kepada peserta didik bagian mana yang sedang dipelajari 2. Biaya untuk pengadaannya relatif sedikit 3. Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dengan mudah dipindahpindahkan 4. Menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi individu 5. Bahan tertulis relatif ringan dan dapat dibaca dimana saja 6. Bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk melakukan aktivitas, seperti menandai, mencatat, membuat sketsa 7. Pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri Adapun jenis-jenis bahan ajar antara lain:

a) Handout Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk memperkaya pengetahuan peserta didik. b) Buku Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmi pengetahuan. Isi buku didapat dari berbagai cara misalnya hasil penelitian, hasil pengamatan, aktualisasi pengalaman, otobiografi, atau hasil imajinasi seseorang yang disebut sebagai fiksi. c) Modul Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga modul berisi paling tidak tentang segala komponen dasar bahan ajar yang telah disebutkan sebelemnya. d) Lembar kegiatan siswa Lembar kegiatan siswa adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan siswa. e) Brosur Brosur adalah informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan dilipat tanpa dijilid berisi keterangan singkat tetapi lengkap mengenai lembaga-lembaga pendidikan, perusahaan atau organisasi. f) Leaflet Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran dilipat. Leaflet didesain secara cermat dilengkapi dengan ilustrasi yang menarik dengan

menggunakan bahasa yang sederhana dan singkat sehingga mudah difahami. g) Wallchart Wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus/proses atau grafik yang bermakna menunjukkan posisi tertentu. h) Foto/gambar Foto/gambar memiliki makna yang lebihh baik dibanding tulisan. Bahan ajar ini akan bermakna bila memiliki kriteria berikut: 1) Gambar harus mengandung sesuatu yang dapat dilihat dan penuh dengan informasi/data, sehingga pembelajaran melalui foto/gambar ini akan lebih efektif. 2) Gambar harus bermakna dan dapat dimengerti, sehingga tidak mengaburkan pemahaman si pembaca. 3) Lengkap, rasional untuk digunakan dalam proses pembelajaran, bahan diambil dari sumber yang benar, sehingga pembelajaran menjadi benar-benar bermakna. i) Model/Maket Desain model/maket yang dibuat sedemikian rupa akan memberikan makna hampir sama dengan aslinya. 2. Bahan Ajar Dengar (Audio) a. Kaset, piringan hitam dan compact disk Dalam pembelajaran tari kasetdapat dijadikan sebagai bahan ajar yakni sebagai rangsang audio.

b. Radio Radio broadcasting adalah media dengar yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar, dengan radio peserta didik bisa belajar sesuatu. 3. Bahan Ajar Audio Visual a. Video/Film Beberapa keuntungan jika bahan ajar ini digunakan, antara lain: a) Dengan video/film seseorang dapat belajar sendiri b) Sebagai media pandang dengan video/film menyajikan situasi yang komunikatif dan dapat diulang-ulang c) Dapat menampilkan sesuatu yang detail dari benda yang bergerak, kompleks yang sulit dilihat dengan mata. d) Video dapat dipercepat maupun diperlambat, dapat diulang pada bagian tertentu yang perlu lebih jelas, dan bahkan dapat diperbesar e) Memungkinkan pula untuk membandingkan antara dua adegan berbeda diputardalam waktu bersamaan f) Video juga dapat digunakan sebagai tampilan nyata dari suatu adegan, mengangkat suatu situasi diskusi, dokumentasi, promosi suatu produk, interview, dan menampilkan satu percobaan yang berproses. Kekurangan dari program video adalah proses pembuatannya yang memerlukan waktu relatif lama dan biaya besar. b. Orang/narasumber

Orang sebagai sumber belajar dapat juga dikatakan sebagai bahan ajar yang dapat dipandang dan didengar, karena dengan orang seseorang dapat belajar, misalnya karena orang tersebut memiliki keterampilan khusus tertentu. 4. Bahan Ajar Interaktif Bahan ajar multimedia interaktif adalah kombinasi dari dua atau lebih media (audio, teks, grafik, gambar, animasi, dan video) yang oleh penggunanya dimanipulasi untuk mengendalikan perintah dan atau perilaku alami dari suatu presentasi.

BAB III PENUTUP Dari uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa : 1. Dalam apresiasi seni tari mengandung tiga unsur seni, yaitu karya senni, ktivitas penciptaan, dan aktivitas penghayatan seni. Adapun aspek aspek dalam seni tari yaitu karya seni, seniman, dan karya seni tari. 2. Seniman tari harus memiliki imajinasi yang tinggi, kemampuan untuk mengekspresikan imajinasinya melalui bahasa gerak, mempunyai daya kreativitas dan kepekaan rasa keindahan yang tinggi. 3. Untuk lebih menggali potensi peserta didik guru dapat memberikan kebebasan pada anak untuk mengembangkan imajinasinya sendiri tanpa campur tangan guru. Seluruh kegiatan kegiatan interaksi pendidikan diciptakan bagi kepentingan siswa. 4. Desain lantai atau floor design adalah garis-garis di lantai yang dibentuk oleh seorang penari, atau garis-garis dilantai yang dibentuk oleh formasi penari

kelompok. Sedangkan design atas adalah desian yang berada diudara di atas lantai,yaitu desain yang dilihat oleh penonton terlintas pada back drop. 5. Elemen elemen dasar dalam desain atas, yaitu: desain datar, desain dalam, desain vertikal, desain horizontal, desain kontras, desain murni, desain statis, desain lurus, desain lengkung, desain bersudut, desain spiral, desain tinggi, desain medium, desain rendah, desain terlukis,desain tertunda, desain lanjutan, desain simetris, dan desain asimetris. 6. Pembelajaran seni tari tidak terlepas dari komponen-komponen pembelajaran seperti tujuan, bahan/materi, metode dan alat/media, dan penilaian. 7. Pembelajaran tari dapat dibagi menjadi dua, yaitu pembelajaran praktek dan pembelajaran apresiatif 8. Bahan ajar ialah isi yang diberikan kepada siswa pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar. Bahan ajar terdiri atas bahan cetak, bahan ajar audio, bahan ajar pandang dengar (audio visual) bahan ajar interaktif.

DAFTAR PUSTAKA A.M. Sardiman. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Cahyono, Agus. 2003. Materi dan Pembelajaran Kertakes SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Hidayat, Robby. 2005. Menerobos Pembelajaran Tari Pendidikan. Malang: Banjar Seni Gantar Gumelar. Karyati, Dewi dkk.2005. Pengantar Bahan Ajar Pendidikan Seni Tari dan Drama. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Purwatiningsih, Ninik Hartini. 1999. Pendidikan Seni Tari-Drama. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Soedarsono. 1978. Tari-Tarian Indonesia I. Jakarta: Proyek Pengembangan Media Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sudjana, Nana. 1998. Dasar-Dasar Proses Belajar Menngajar. Bandung: Sinar Baru. Tisnasomantri, Akub. 1990. Metode Pengajaran Praktek Tari. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan. MATERI PEMBELAJARAN SENI TARI Makalah Disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Pembelajaran Kertasbud MI

Dosen Pembimbing : Lidya Ziniyah, S.Pd Oleh : Kelompok IV Nur Muthmainnah D06207002 Anis Nur Laili D06207007

Jazilatul Hikmiyah D06207014 Endah Dwi Wahyuni D06207031 FAKULTAS TARBIYAH JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2009 Diposkan oleh zahro di 22.16 Label: materi kesenian M

DRAMA Kata drama dari bahasa Yunani draomai yang berartigerak atau laku. Drama adalah seni yang mempertunjukkan perilaku manusia melalui perbuatan. Syarat pokok yang harus ada dalam pementasan drama yaitu : 1. aktor 2. sutradara 3. konflik Dalam sebuah pementasan, factor diatas akan sangat mempengaruhi keberhasilannya. Seorang actor harus benar-benar dapat memerankan karakternya dengan mantap melalui dialog serta gerak-geriknya, namun tidak berlebihan. Di dalam pementasan, factor tema atau peristiwa juga tak kalah penting. Tema yang baik dalam drama adalah yang dapat: 1. memupuk rasa keindahan (estetis) 2. membimbing kea rah peradaban manusia/ kesusilaan ( etis) 3. mampu mendewasakan pola piker manusia ( edukatif) 4. memberi penyuluhan kepada masyarakat (konsultatif) 5. dapat menciptakan ide atau gagasan baru bagi penonton (kreatif) 6. dapat menghibur (rekreatif) Tema-tema yang diangkat dalam pementasan drama memang harus memenuhi syarat di atas, namun juga harus dikemas dalam konflik yang menarik, sehingga tidak membosankan.

Untuk menghasilkan karya yang baik, pementasan drama perlu dilengkapi: 1. Penataan Setting. 2. Properties/alat-alat pementasan,seperti: tata cahaya, tata busana, tata arias, tata suara, dll. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam persiapan pementasan drama: 1. Berdiskusi memahami isi naskah. 2. Melakukan pemilihan peran sesuai dengan isi naskah. 3. Berlatih membaca naskah sesuai dengan perannya. 4. Berlatih melafalkan dialog disertai latihan ekspresi dan acting. 5. Berlatih memerankan tokoh secara keseluruhandengan memperhatikan ekspresi, acting, dan blocking. 6. Mendramatisasikan di depan public. Pelaku, atau pemain yang baik harus dapat: 1. Berakting wajar (fleksibel) 2. Menjiwai atau menghayati perannya. 3. Daya imajinasi kuat, yaitu dapat membayangkan peran yang dilakoknkan meskipun belum pernah mengalaminya. 4. Terampil dan kreatif. 5. Mengesankan atau dapat meyakinkan penonton. Corak drama: 1. Drama tragedy, menyedihkan. 2. Drama komedi, melukiskan kelucuan hidup atau menyenangkan. 3. Drama tragedy komedi, berisi gabungan antara tragedy dan komedi. 4. Lelucon atau dagelan, sengaja memancing penonton untuk tertawa. 5. Opera, dialognya diwujudkan dalam bentuk nyanyian. 6. Pantomim, dilakonkan dalam bentuk gerakan saja. 7. Tableau, pemainnya hanya menampilkan gerakan, sedangkan dialog disampaikan orang lain di luar panggung. 8. Sendratari, gerak-geriknya dilakukan dengan tarian,biasanya diiringi dengan musik gamelan. Penulisan teks drama Ada 4 unsur yang harus ada dalam penulisan teks drama, yaitu: 1. Tokoh,yaitu nama-nama tokoh diikuti tanda titik dua. 2. Dialog, yang dimasukkan dalam tanda kutip 3. Keterangan latar yaitu ditulis pada tiap awal babak sebuah naskah, meliputi tempat, asesoris,situasi,dll. 4. Keterangan lakuan, yaitu bagaimana sikap,bloking,saat mengucapkan dialog, yang dituliskan pada akhir dialog dimasukkan dalam tanda kurung. Contoh teks:

DI RUANGAN YANG SEMPIT DAN KOTOR, TERDAPAT SEBUAH MEJA DAN KURSI KAYU REOT, DENGAN LAMPU TEMARAM. Karlan : Mbok., sudah makan? (sambil menggoyangkan lengan Karti) Karti : Bbe..lum..nak! (sambil tetap merebahkan kepalanya di atas me . RANGKAIAN PERISTIWA / TAHAPAN ALUR DALAM DRAMA 1. Tahap perkenalan/ eksposisi: memperkenalkan tokoh, latar, dll. 2. Tahap konflik awal: menyampaikan permasalahan awal yang terjadi 3. Tahap komplikasi: permasalahan semakin kompleks, masing-msing tokoh mengalami permasalahan yang semakin menajam. 4. Tahap Klimaks(puncak masalah): permasalahan sampai pada taraf puncak,paling rumit. 5. Tahap anti klimaks(penurunan masalah): permasalahan mereda 6. Tahap penyelesaian (katastrofa) :permasalahan selesai. D

BAB I DRAMA DAN PERMASALAHANNYA 1. LAKON DAN KONFLIK MANUSIA 2. STRUKTUR DRAMA NASKAH PLOT atau krangka cerita Penokohan dan perwatakan Dialog atau percakapan Seting atau landasan atau tempat kejadian Tema atau nada dasar cerita Amanat pesan pengarang Petunjuk teknis Drama sebagai interprestasi kehidupan 3. NASKAH- PENGARANG- PEMENTASAN PENONTON 4. PEMENTASAN DRAMA AKTOR DAN CASTING SUTRADARA PENATA PENTAS PENATA ARTISTIK 5. KLASIFIKASI DRAMA Tragedi atau drama duka atau duka cerita Melodrama Komedi atau drama ria Dagelan Farce

6. JENIS DAN KONSEPSI DRAMA DAN TEATER Jenis-jenis drama Klasifikasi drama berdasarkan aliran Beberapa konsepsi tentang drama atau teater BAB II PENYUTADARAAN DAN TEKNIK BERPERAN 1. PENYUTRADARAAN Sejarah timbulnya sutradara Tugas sutradara 2. TEKNIK BERPERAN Teknik berperan menurut Rendra Teknik Edward A. Wright Oscar Broket Constantin stanislavsky Richard boleslavsky Adjib hamzah BAB III PERLENGKAPAN PEMENTASAN 1. PERLENGKAPAN, PEMNTASAN UNTUK AKTOR ATAU AKTRIS Rias Tata pakaian 2. PERLENGKAPAN DI PENTAS Tata lampu Tata pentas dan dekorasi Ilustrasi musik dan tata suara Beberapa catatan tambahan BAB IV PENGAJARAN DRAMA 1. PROSES BELAJAR MENGAJAR Sleksi atau pemilihan materi Gradasi (urutan penahapan) Persentasi atau tyeknik penyampaian Repetisi Evaluasi dalam pengajaran drama 2. STRATEGI PENGAJARAN TEKS DRAMA ( SEBAGAI KARYA SASTRA) Strategi stratta Langkah langkah penyajian Strategi induktif Model Taba Strategi analisis Strategi sinektik atau Model Gordon Role playing atau Bermain Peran Simulasi 3. STRATEGI PEMBELAJARAN DRAMA PENTAS

Pementasan drama di kelas Pementasan drama oleh teater sekolah Teknik pembinaan apresiasi drama Catatan tambahan tentang pemilihan materi BAB I DRAMA DAN PERMASALAHANNYA Perkataan drama berasal dari bahasa yunani draomai yang berarti: berbuat berlaku, bertindak atau beraksi. Drama berarti perbuatan, tindakan atau beraksi. Drama berarti perbuatan, tindakan atau action. Dalam kehidupan sekarang, drama mengandung arti yang lebih luas ditinjau dari apakah drama salah satu genre sastra, ataukah drama itu sebagai cabang kesenian yang mandiri. Drama naskah merupakan salah satu genre sastra yang disejajarkan dengan puisi dan prosa. Drama pentas adalah jenis kesenian mandiri, yang merupakan integrasi antara berbagai jenis kesenian seperti musik, tata lampu, kesenian lukis atau dekor, panggung, seni kostum seni rias dan sebagainya. Jika kita bicarakan dram pentas sebagai kesenian mandiri, maka ingatan kita dapat kita layangkan pada wayang, ketoprak, ludruk, lenong dan film. Dalam kesenian tersebut, naskah drama di ramu dengan berbagai unsur untuk membentuk kelengkapan. Terminologi istilah drama biasanya di dasarkan pada wilayah pembicaraan, apaakah yang dimaksud drama naskah atau drama pentas. Drama naskah dapat diberi batasan sebagai salah satu jenis karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog yang didasarkan atas konflik batin dan mempunyai kemungkinan di pentaskan. Moulton memberikan definisi drama (pentas) sebagai hidup manusia yang dilukiskan dengan action. Hidup manusia yang dilukiskan dengan action itu lebih dahulu dituliskan maka drama baik naskah maupun pentas berhubungan bahasa dan sastra. Telaah drama harus dikaitkan dengan sastra. 1. LAKON DAN KONFLIK MANUSIA Dasar lakon drama adalah konflik manusia. Konflik itu lebih bersifat batin dari pada fisik. Konflik manusia itu sering juga dilukiskan secara fisik. Dalam wayang, wayang orang, ketoprak, dan juga ludruk akan kita saksikan bahwa klimaks dari pada konflik batin tu adalah bentrokan fisik yang diwujudkan dalam perang. Konflik yang dipaparkan dalam lakon harus memiliki motif. Motif dari konflik yang dibangunm itu akan mewujudkan kejadian-kejadian. Motif dan kejadian-kejadian haruslah wajar dan realistis, artinya benar-benar diambil dari kehidupan manusia. Konflik yang muncul dari kehidupan manusia. Jika dalam wayang persoalan yang di jadiakn konflik adalah perebutan negara atau wanita, maka motif konflik dalam drama moderen janganlah negara atau wanita. Tokoh-tokoh wanita masa kini tidak akan berebut negara dan berebut wanita. 2. STRUKTUR DRAMA NASKAH 2. 1. PLOT atau krangka cerita Plot merupakan jalinan cerita atau kerangka dari awal hingga akhir yang merupakan jalinan konflik anatara dua tokoh yang berlawanan. Konflik itu berkembang karena kontradiksi para pelaku. sifat dua tokoh itu bertentangan, misalnya: kebaikan kontra dengan kejahatan, tokoh sopan kontra dengan tokoh berutal, tokoh pembela kebenaran kontra dengan bandit, tokoh kesatria kontra dengan penjahat, tokoh bermoral kontra

dengan tokoh tidak bermoral, dan sebgainya. Konflik itu semakin lama semakin meningkat untuk kemudian mencapai titik kelimaks. Setelah klimaks lakon akan menuju penyelesaian. Jalinan konflikj dalam plot itu biasanya meliputi hal-hal: Protasis atau jalinan awal Epitasio Catarsis Catasprophe (Aristoteles) 2. 2. Penokohan dan perwatakan Penokohan erat hubungannya dengan perwatakan. Susunan tokoh (drama personae) adalah daftar tokoh-tokoh yang berperan dalam tokoh itu dalam susunan tokoh ini yang terlebih dahulu dijeaskan adalah nama, umur, jenis kelamin, tipe fisik, jabatan dan keadaan kejiwaannya itu. Penulis lakon sudah menggambarkan perwatakan tokohtokohnya. Watak tokoh itu akan menjadi nyata terbaca dalam dialog dan catatan samping. Jenis dan warna dialog akan menggambarkan watak tokoh itu. Dalam wayang kulit atau wayang orang, tokoh-tokohnya sudah memiliki watak yang khas, yang didukung pula dengan gerak-gerik, suara, panjang pendeknya dialog, jenis kalimat dan ungkapan yang digunakan. 2. 3. Dialog atau percakapan Ciri khas suatu drama adalah naskah itu berbentuk cakapan atau dialog. Dalam menyusun dialog ini, pengarang harus benar-benar memperhatikan pembicaraan tokoh-tokoh dalam kehidupan sehari-hari. Pembicaraan yang ditulis oleh pengarang naskah drama adalah pembicaraan yang akan diucapkan dan harus pantas untuk diucapkan diatas panggung. Bayangan pentas diatas panggung merupakan mimetik (tiruan) dari kehidupan seharihari, maka dialog yang ditulis juga mencerminkan pembicaraan sehari-hari. Ragam bahasa dalam dialog tokoh-tokoh drama adalah bahasa lisan yang komunikatif dan bukan ragam bahasa tulis. Hal ini di sebab kan karena drama adalah potret kenyataan. Drama adalah kenyataan yang diangkat ke atas pentas, nuansa-nuansa dialog mungkin tidak lengkap dan akan dilengkapi dengan gerakan, musik, ekspresi wajah dan sebagainya. Dalam hal ini, kesempurnaan sebuah naskah drama akan terlihat setelah dipentaskan. 2. 4. Seting, landasan atau tempat kejadian Seting atau tempat kejadian cerita sering pula disebut latar cerita. Penentuan ini harus secara cermat sebab drama naskah harus juga memberikan kemungkinan untuk dipentaskan. Seting biasanya meliput tiga dimensi yaitu tempat ruang dan waktu. 2. 5. Tema atau nada dasar cerita Tema merupakan gagasan pokok yang terkandung dalam drama. Tema berhubungan dengan premis. Dari drama tersebut yang berhubungan pula dengan nada dasar dari sebuah drama dan sudut pandangan yang dikemukakan oleh pengarangnya sudut pandang ini, sering dihubungkan dengan aliran yang dianut oleh pengarang. 2. 6. Amanat pesan pengarang Amanat yang hendak disampaikan pengarang melalui dramanya harus dicari oleh pembaca atau penonton. Seorang pengarang drama sadar atau tidak sadar pasti menyampaikan amanat dalam karyanga itu. Pembaca cukup teliti akan dapat menangkap

apa yang tersirat dan yang tersurat. Jika karya sastra berhubungan denagn arti atau meaning dari karya sasra itu maka amanat berhubungan denagn makna atau significance dari karya sastra itu. Tema bersifat sangat lugas, objektif, dan khusus, sedangkan amanah bersifat kias, subjektif dan umum. Setiap pembaca dapat berbeda-beda menafsirkan makna karya sastra itu bagi dirinya, dan semua cendrung benar. Tema bersifat objektif. Ada drama yang bertema ketuhanan, perikemanusiaan, cinta, patriotisme, kritik sosial, renungan hidup dan sebagainya. Amanat yang khendak di sampaikan oleh pengarang perlu diberikan beberapa alternatif. Di dalam menafsirkan amanat itu, kita dapat bersikap akomodatif. 2. 7. Petunjuk teknis Dalam naskah drama diperlukan juga petunjukj teknis, yang sering juga disebut teks samping dalam sandiwara radio, sandiwara televisi atau secanario film, kedudukan teks samping ini sangat penting. Teks samping ini memberikan petunjuk teknis tentang tokoh, waktu, suasana pentas, suara, musik, keluar masuknya aktor dan aktris, suasana pentas, keras lemahnya dialog, warna suara, perasan yang mendasari dialog dan sebagainya. Teks samping ini biasanya ditulis denag tulisan berbeda dari dialog (misalnya denag huruf miring atau huruf besar semua). 2. 8. Drama sebagai interprestasi kehidupan Ulasan tentang interperstasi kehidupan erat hubungannya denagn nada dasar atau pandangan dasar penulis drama itu. Nada dasar drama bukan nada dasar penafsir atau sutradara. Dama sebagai tiruan atau mimetik terhadap kehidupan, berusaha memotret kehidupan secara real. Setiap pengarang tidak sama dalam menginterprestasikan sisi kehidupan. Ada pengarang yang memfokuskan pada segi keadilan, segi cinta kasih, segi kebobrokan moral, segi moral, segi digdagtsi,segi kepincangan dalam masyarakat, segi suka dan duka, dan sebagainya. Tontonan atau naskah yang dihasilkan akan ditentukan oleh bagaimana sikap penulis dalam menginterprestasikan kehidupan ini. 3. NASKAH- PENGARANG- PEMENTASAN PENONTON Naskah-naskah drama yang diutlis setahun 1930-an nilai sastranya cukup tinggi, tetapi kemungkinan pentasnya tidak meyakinkan. Naskah yang demikian bersifat komunikatif , bahasanya adalah bahasa yang hidup dalam masyarakat, bahasa speech-act. Nilai literer memang tidak boleh ditinggalkan, tetapi sifat komunikatif harus diperhatikan. Keunggulan pada naskah drama adalah pada konflik yang dibangun. Konflik menentukan penanjakan-penanjakan kearah klimaks. Jawaban terhadap konflik itu akan melahirkan atau menghasilkan suspense dan kejutan. Tingkat keterampilan penulis dalam drama ditentukan oleh keterampilan menjalin konflik yang diwarnai oleh kejutan dan suspense yang belum pernah diciptakan pengarang lain. 4. PEMENTASAN DRAMA Pementasan drama merupakan karya kolektif yang dikoordinasikan oleh sutradara, yaitu pekerja teater yang denagn kerja kecakapan dan keahliannya memimpin actor-aktris dan pekerja teknis dalam pementasan. Selain itu, adapula produser yang memberikan biaya pementasan dan menejer yang mengatur pelaksanaan pementasan. Biasanya sutradara tidak mampu merangkap sebagai manajer pementasan, demikian juga sutradara tidak mapu mengkoordinasikan seluruh teknisi. Untuk itu diadakan assisten sutradara yang bertugas membantu sutradara dalam menangani tugas koordinasi itu, sedangkan art

directur membidangi hal-hal yang bersifat artistik (bukan teknis) seperti kostum, rias, lampu, sound effect dan sebagainya. 4. 1. AKTOR DAN CASTING Aktor dan aktris merupakan tulang punggung pementasan. Dengan aktor-aktri yang tepat berpengalaman, dapat dimungkinkan pementasan yang bermutu jika naskah baik dan sutradaranya cakap. Tokoh seperti Teguh dari Srimulat, Usmar Ismail, Wim Umboh, Teguh Karya, Rendra dan Arifin C. Noer, mampu mengorbitkan calon aktor yang cukup tangguh dengan kemampuan yang memadai. Pemilihan aktor-aktris biasa disebut casting. Ada lima macam teknik casting yaitu Casting by Ability Casting to Tipe Anti Tipe Casting Casting to Emotional Temperament Terapeyutic Casting 4. 2. SUTRADARA Sutradara memiliki tugas sentral yang berat dalam pementasan tidak hanya acting para pemain yang harus diurusnya, tetapi juga kebutuhan yang berhubungan dengan artistik dan teknis. Sutradara perlu memiliki technical know how tentang bidang teknis dan artistik pementasan meskipun untuk bidang ini dipercayakan orang lain. 4. 3. PENATA PENTAS Untuk menghidupkan peran dipentas, peralatan teknis akan membantu. Peralatan tersebut meliputi: pengaturan pentas atau Stage, dekorasi (secenery) tata lampu (lighting), tata suara (sound sistem) dan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pentas. 4. 4. PENATA ARTISTIK Untuk mengukur secara artistic hal-hal yang berhubungan dengan pementasan secara langsung, biasanya terdapat bagian artistic. Bagian artistik berhubungan dengan tata rias (make up), tata busana (costum), tata musik dan efek suara (music dan sound effect). 5. KLASIFIKASI DRAMA Kalsifikasi drama didasarkan atas jenis streotipe manusia dan tanggapan manusia terhadap hidup[ dan kehidupan. Seorang pengarang drama dapat menghadapi kehidupan ini dari sisi yang menggembirakan dan sebaliknya dapat juga dari sisi yang menyedihkan. Dapat juga seseorang memberikan variasi antara sedih dan gembira mencampurkan dua sikap itu karena dalam kehidupan yang real manusia tidak selalu sedih dan tidak selalu gembira. Karya yang sering memadukan dua sikap hidup manusia itu dipandang merupakan karya yang lebih baik karena kenyataan hidup yang dijumpai memang demikian adanya. 5. 1. Tragedi atau drama duka atau duka cerita Tragedi atau drama duka adalah drama yang melukiskan kisah sedih yang besar dan agung tokoh-tokohnya terlibat dalam bencana besar. Tokoh-tokoh tersebut dalam kisah bencana ini penulis nsakah mengharapkan agar penontonya memandang kehidupan secara optimis. Pengarang secara bervariasi ingin melukiskan keyakinannya tentang ketidak sempurnaanya manusia. Pengarang berusaha untuk menempatkan dirinya secara tepat dalam kemelut kehidupan manusia itu. Kenyataan hidup yang dilukiskan berwarna romantis atau idealistis, sebab itu lakon yang dilukiskan seringkali mengungkapkan

kekecewaan hidup karena pengarang mengharapkan sesuatu yang sempurna atau yang paling baik dari hidup ini. 5. 2. Melodrama Melodrama adalah lakon yang sentimental, dengan tokoh dan cerita yang mendebarkan hati dan mengharukan. Penggarapan alur dan penokohan yang kurang dipertimbangkan secara crmat, maka cerita yang dilebih-lebihkan sehingga kurang m,eyakinkan penonton. Tokoh dalam melodrama adalah tokoh yang tidak ternama (bukan tokoh agung seperti dalam tragedi). Dalam kehidpan sehari-hari sebutan melodramatik kepada seseorang seringkali merendahkan martabat orang tersebut karena dianggap berperilaku yang melebih-lebihkan perasaanya. Drama-drama Hamlet dan Macbeth disampiung bersifat tragedi juga bersifat melodrama. Ada beberapa hal yang dilebih-lebihkan dalam kedua drama besar itu. Romeo dan Yuliet dipandang dari cintanya yang begitu tinggi juga dapat dinyatakan sebagai melodrama. 5. 3. Komedi atau drama ria Komedi adalah drama ringan yang sifatnay menghibur dan didalamnya terdapat dialog kocak yang bersifat menyindir dan biasanya berakhir dengan kebahagiaan. Lelucon bukan tujuan utama dalam komedi, tetapi drama ini bersifat humor dan pengarangnya berharap akan menimbulkan kelucuan atau tawa riang. Kelucuan bukan tujaun utama, maka nilai dramatic dari komedi (meskipun bersifat ringan) masih tetap dipelihara. Nilai dramatik tidak dikorbankan untuk kepentingn untuk mencari kelucuan (Geer). Hal ini berbeda denagn dagelan atau farce yang mudah mengorbankan nilai dramatik dari lakon demi kepentingan mencari kelucuan itu. 5. 4. Dagelan Farce Dagelan adalah banyolan. Seringkali jenis drama ini disebut dengan komedi murahan atau komedi picisan atau komedi ketengan. Sering pula disebut tontonan konyol atau tontonan murahan. Dagelan adalah drama kocak dan ringan dan tidak berdasarkan perkembangan struktur dramatik dan perkembangan cerita sang tokoh. Isi cerita dagelan ini biasanya kasar, lentur dan fulgar. 6. JENIS DAN KONSEPSI DRAMA DAN TEATER 6. 1. Jenis-jenis drama Drama pendidiakn Drama duka Drama ria Closed drama (drama yang dibaca) Drama teatrikal Drama romantik drama adat Drama liturgi Drama simbolis Drama monolog Drama lingkungan Komedi intrik Drama mini kata Drama radio Drama televisi

Drama eksperimental Sosio drama Melodrama Drama Absurd Drama Improvisasi Drama sejarah 6. 2. Klasifikasi drama berdasarkan aliran Sifat-sifat drama berdasarkan aliran tidak bercorak kaki tetapi hanya merupakan ciri pokok saja. Tidak ada drama yang seratus persen mengikuti salah satu aliran tertentu. Aliran Klasik Aliran Romantik Aliran Realisme Aliran Ekspresionisme Aliran Natularisme Aliran Eksistensialisme BAB II PENYUTADARAAN DAN TEKNIK BERPERAN 1. PENYUTRADARAAN Penyutradaraan berhubungan denagn kerja sejak perencanaan pementasan, sampai pementasan terakhir. Dalam drama tradisional dan wayang, sutradara disebut dalang peranan sutradara dalam teater tradisional tidak sepenting dan sebesar peranan sutradara dalam teater moderen. Seluruh pementasan drama moderen adalah tanggung jawab sutradara. Dialog, acting dan segala kelengkapan pentas diatur oleh sutradara. Dalam teater tradisional, sutradara hanya memberikan instruksi secara garis besar. Tugas sutradara drama moderen disamping melatih mengkorsinasikan aktor atau aktris, juga memimpin urusan unsur pentas seperti: penta lampu, penata pentas, penata musik, penata pakaian,, dekolator dan petugas lainnya. 2. TEKNIK BERPERAN 2.1 Teknik berperan menurut Rendra Teknik berperan menurut rendra menyebutkan bahwa dalam pementasan ada empat sumber gaya, yaitu actor atau bintang, sutradara, lingkungan dan penulis. Dalam hal teknik berperan ini diharapkan actor menjadi sumber gaya dalam pementasan drama. Dalam pengajaran di sekolah, sutradara (dalam hal ini guru drama), kiranya juga dapat menjadi sumber gaya. Dalam ketoprak drama moderen, penulis drama menjadi sumber gaya. 2.2 Teknik Edward A. Wright Menurut teknik Edward A. Wright ada lima syarat yang harus dimiliki seorang calon actor yaitu Sensitif Sensible Kualitas persona yang memadai Daya imajinasi yang kuat Stamina fisik yang baik.

2.3 Oscar Broket Menurut teknik Oscar Broket menyebutkan tujuh langkah dalam latihan beracting yaitu: Latihan tubuh Latihan suara Observasi dan imjinasi Latihan konsentrasi Latihan teknik Latihan system acting Latihan untuk memperlentur keterampilan (1965: 396) 2.4 Constantin Stanislavsky Tokoh yang dikenal sebagai pelopor pendekatan metode atau pendekatan kreatif, yang mementingkan latihan sukma, memberikan pedoman untuk mempersiapkan seorang actor (Stanislavsky, 1980) dalam buku terjemahanya Aslu Sani dinyatakan lima belas tahap latihan yang harus di lalui. 2.5 Richard Boleslavsky Menurut Richard Boleslavsky dikenal sebagi murid Stanisslavsky, mengembangkan teori Stanisslvsky. Boleslavsky lebih menitik beratkan pada pembinaan sukma. 2.6 Adjib hamzah Hamzah menggaris bawahi Boleslavsky dan Stanisslvsky bahwa dalam latihan acting sangat perlu motivasi, pusat perhatian dan mimik. Ditambahkan olehnya actor atau aktris selaul menghindari over acting. Karena itu, sutradara harus senantiasa memimpin latihan untuk menghindari over acting tersebut. BAB III 1. PERLENGKAPAN, PEMNTASAN UNTUK AKTOR ATAU AKTRIS 1.1 Rias Tata rias adalah seni yang menggunakan bahasa kosmetika untuk menghasilkan atau menciptakan wajah peran, sesuai dengan tuntutan lakon. Fungsi pokok tata rias adalah merubah watak seseorang baik dari segi fisik, psikis dan sosial. Fungsi bantuan rias adalah untuk memberikan tekanan terhadap perannya. Jika rias menuntut berperan sebagai fungsi pokok maka, berarti mengubah diri aktor ke dalam peran yang lain dari dirinya sendiri. Peran rias ini akan dibantu oleh tata sinar dan jarak antara pentas dan penonton. 1.2 Tata pakaian Seperti halnya rias, tata pakaian, membantu actor membawakan perannya sesuai dengan tuntutan lakon. Jika rias dan kostum agak asing, dan jumlahnya cukup banyak, diperlukan latihan penyesuaian diri denagn rias dan kostum tersebut ( misalnya; dalam Oedipus karya rendra, yang menggunakan topeng dan juba) 2. PERLENGKAPAN DI PENTAS 2.1 Tata lampu Lampu dapat membantu pengaruh psikologis dan juga dapat berfungsi sebagai ilustrasi atau hiasan atau petunjuk waktu (pagi, sore) dan suasana pentas. Lampu yang digunakan hendaknya berwarna-warni, agar mampu memberikan efek psikologis-psikologis dan variasi. Di samping itu juga harus ada, pengaturan derajat ketajaman sinar atau voltase. Juru lampu harus membuat alat tata lampu ini semudah mungkin, sepraktis mungkin dan harus di sertai perencanaan tata lampu yang mendetail untuk satu lakon yang disiapkan

atau ligting plot. 2.2 Tata pentas dan dekorasi Tata pentas biasanya dipimpin oleh stage manager digunakan istilah pentas, karena pementasan drama tidak serlalu di panggung, sehingga istilah panggung tidak digunakan dalam kaitan ini. Pementasan dapat di panggung, dapat di area. Mempelajari tata pentas tidak luput dari mempelajari bentuk dan kontruksi pentas dari berbagai kurun waktu. Secara umum peranan dan perlengkapan pentas tidak jauh berbeda, dalam kaitan dengan tujuan pentas itu. 2.3 Ilustrasi musik dan tata suara Di pentas dipasang pengeras suara denag microphoneyang cukup memadai. Peran microphone ini sangat penting sebab jika lakon drama ada pada dialog. Jika microphone tidak cukup dan tidak kuat kepekaannya (sensitif) maka kegagalan akan terjadi karena dialog tidak dapat di dengar penonton. Pengeras suara sebaiknya menyewa yang cukup sensitif denag daya watt out put yang besar, selain itu di pasang microphon yang memadai sehingga dialog akan dapat didengar penonton. 2.4 Beberapa catatan tambahan Putu widjaya menyatakan ada dua tokoh yang sangat berjasa dalam perkembangan teater moderen di indonesia saat ini, yaitu rendra dan arifin. C Noer. Rendra dengan bengkel teaternya dan arifin. C Noer dengan teater kecilnya, secara terus menerus dan konsisten kedua orang itu menggunakan teater dengan eksperimen-eksperimenya yang baru. Melalui kedua tangan tokoh tersebut munculah wajah-wajah baru dalam dunia teater Indonesia. Misalnya; Rian Tiarn, Azuar A.N, Putu Widjaya, Syubach Asa, ikra negara dan lain-lain. BAB IV 1. PROSES BELAJAR MENGAJAR Yang dimaksud dengan proses belajar mengjar adalah apa yang disebut Metode oleh Mac key di dalamnya terdapat keseluruhan peristiwa seperti: Seleksi Grasi Prsentasi Repetisi evaluasi 1.1 Sleksi atau pemilihan materi Seleksi maeri ditentukan oleh pengajaran ini. Untuk melatih keterampilan mana, konsep, informasi, prspektif, apresiasi atau justru tujuan pengajaran drama dapat mentaskan atau dapat mengadakan festival drama. Hal ini memerlukan sleksi materi, dalam hal jenis, panjang, mutu,tingkat kesulitan, jumlah pemain dan sebagainya. 1.2 Gradasi (urutan penahapan) Debora Elkin menyatakan, bahwa latihan-latihan drama harus mengarah pada pementasan dan festival drama. Untuk pementasan drama hendaknya dimulai dari role flying atau (bermain peran). Role flying lebih baik jika bersumber pada hasil observasi terhadap suatu kejadian tertentu (misalnya; percakapan di terminal bis, rapat desa, transaksi dagang, peristiwa-peristiwa yang terjadi). 1.3 Persentasi atau teknik penyampaian Untuk dapat menghayati naskah drama dengan lebih baik, dapat juga di berikan tugas

menulis naskah drama kepada siswa. Penulisan juga dimulai denag naskah role flying kemudian naskah dari saduran cerita atau cerita populer dari karya sastra, dongeng atau film. 1.4 Repetisi Materi yang sudah diberikan harus diulangi dalam bentuk ulasan guru atau tanya jawab, dapat juga berwujud resensi terhadap drama yang sudah dibaca, dilihat atau ditulis. Parafrase dari bentuk drama kedalam bentuk prosa, dapat juga merupakan repetisi, contohnya; mendiskusi, menonton ditempat lain, mementaskan sendiri (naskah) menulis drama dengan tema yang sama dan sebagainya merupakan repetisi. 1.5 Evaluasi dalam pengajaran drama Evaluasi untuk apresiasi drama dalam hal pemahaman naskah, pada hakikatnya sama dengan evaluasi dalam pengajaran sastra. Tes informasi merupakan tingkat tes paling rendah, sebab itu b utir soal yang lebih banyak Evaluasi dalam tugas individual dalam penampilan memerankan dalam suatu tokoh. Tugas kelompok dalam mementaskan role flying. 2. STRATEGI PENGAJARAN TEKS DRAMA ( SEBAGAI KARYA SASTRA) 2.1 Strategi stratta Strategi ini diciptakan oleh leslie stratta dan dapat diterapkan untuk drama dan prosa fiksi.seperti setelah dibicarakan oleh I. G. A. Wardani dalam makalah pengajaran sastra ada tiga pengajaran yaitu: tahap penjelajahan, interprestasi dan rekreasi. 2.2 Langkah langkah penyajian Sebelum guru dapat mengajarkan satu dramadi dalam kelasia harus mengadakan dua macam persiapan yaitu memilih bahan yang cocok untuk kelasnya dan menyusun persiapan guna dapat mengajarkan dengan baik, sebelum ia siap untuk membawa bahan itu ke kelas. 2.3 Strategi induktif Model Taba Model ini dikemukakan oleh Hilda Taba. Model pengajarannya bersifat induktif, dan biasanya strategi induktif cocok untuk pembahasan sastra. Data-data sastra dapat langsung diteliti siswa, kemudian diadakan penyimpulan-penyimpulan. Hal ini sesuai dengan pendekatan apresiasi yang telah dikemukakan hilda Taba yaitu mengembangkan model pengajaran yang berorientasi pada pengelolaan informasi. 2.4 Strategi analisis Strategi ini dissebut strategi analisis karena menitik beratkan pada frase analisis terhadap tema sebagai hasil akhir, setelah penguraian penokohan, plot, hubungan sebab akibat dan sebagainya, yang kemudian disusul dengan pemahaman hal atau unsur yang abstrak dari naskah drama. S.H burton menyatakan bahwa yang harus dianalisis adalahmakna harfiah dari naskah, sikap pengarang terhadap tuliasnya dan pembacanya tujuan yang hendak dicapai melalui tulisannya, jenis, dan gaya tulisan tersebut. 2.5 Strategi sinektik atau Model Gordon Strategi ini dikembangkan oleh Gordon dalam bukunya The Metaforical Way of Learning knowling. Dalam strategi ini dikombinasikan oleh beberapa unsure yang berbeda dan nyata. Treffenger memasukan metode ini dalam pembentukan kreatifitas pada tahap kedua. 2.6 Role playing atau Bermain Peran

Sebetulnya metode ini termasuk pementasan drama yang sangat sederhana. Peran diambil dari kehidupan nyata sehari-hari (bukan imajinatif). Dari aspek role flying dapat dicapai aspek perasaan, sikap, nilai, persepsi, keterampilan memecahkan masalah, dan pemahaman terhadap permasalahan pokok. 2.7 Simulasi Arti sederhana dari simulasi adalah peniruan dari keadaan yang sebenarnya. Dari masa orde baru simulasi ini banyak sekali digunakan untuk penataran P/04 dari tingkat kampung sampai tingkat nasional (penulis adalah manggala BP/07). Strategi simulasi adalah strategi untuk memberikan kemungkinan murid agar ia dapat menguasi suatu ketrampilan melalui latihan dalam situasi tiruan. 3. STRATEGI PEMBELAJARAN DRAMA PENTAS 3.1 Pementasan drama di kelas Pementasan drama di kelas terkait pelajaran bahasa indonesia aspek sastra dapat berupa pementasan satu naskah drama oleh satu kelompok, dapat berupa kelompok atau kelompok-kelompok yang dibentuk dari seluruh murid di kelas. Pada waktu pementasan, murid yang tidak mendapatkan giliran berpentas dapat ditugasi sebagai pengamat. Yang dipentaskan tentulah drama-drama pendek denagn durasi 30 menit sampai 35 menit sehingga tersisa waktu diskusi dalam satu jam pelajaran. Jika ada jam pelajaran yang berurutan, dapat mementaskan drama denagn durasi 60 menit. 3.2 Pementasan drama oleh teater sekolah Pementasan oleh teater sekolah dapat memilih teks drama karya dramawan dengan durasi lebih dari satu jam(rata-rata 90 menit sampai 180 menit). Untuk pementasan sekolah hendaknya di pilih naskah-naskah yang kominakatif, yang mudah dipahami, memiliki konflik batin yang kuat dan atraktif. 3.3 Teknik pembinaan apresiasi drama Kata pembinaan di sin dapat bermakna dua yaitu pembinaan hal yang sudah terlaksana supaya lebih baik, dan juga berarti membuat yang belum ada, menyelenggaraan pembinaan. Sulitnya naskah drama dan belum tentu setiap guru mampu menyutradarai drama menjadikan prospek pengajaran drama kurang memuaskan. Tanpa pembaca naskah sendiri oleh siswa dan menonton pertunjukan drama sendiri, maka pembinaan ini sulit dilakukan. 3.4 Catatan tambahan tentang pemilihan materi Pemilihan bahan naskah drama untuk diajarkan memenuhi kriteria: Sesuai dan menarik bagi tingakat kematangan jiwa murid Jika tingkat kesulitan bahasanya sesuai untuk tingkat kemampuan bahasa murid yang akan menggunakannya. Bahasanya sedapat mungkin mengguankan bahasa yang standar kecuali kalau cerita mempermaslahkan penggunaan dialeg. Isinya tidak bertentangan denag haluan negara kita Daftar pustaka Waluyo, herman. 2001. Drama teori dan pengajaranya. Yogyakarta: PT Hanindita Graha Widya.

You might also like