You are on page 1of 21

TUGAS PERENCANAAN PUSKESMAS UNTUK MENURUNKAN ANGKA KESAKITAN FILARIASIS

KELOMPOK 6 Devi Rahmadianti Nyimas Praptini Nurani Lutfia Rahmawati Dwi Yunia Meriska Dianita Risky Alamsyah Norawaty Maas Verga Kusumananda Ryan Cahyana I Made Bayu Wisnu Wardhana Radi Noorsyawal Aji Kusuma Alyssa Amelia Vania Utami Sivaneswary Muniappan 04091041003 04091041009 04091041016 04091041018 04091041035 04091041051 04091041052 04091041058 04091041059 04091041062 04091401063 04091041069 04091041075

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2012

Kelompok 6 1. Ketua 2. Sekretaris : Sivaneswary Muniappan : Ryan Cahyana 04091401075 04091401058

Soal Di pulau Gili-Gili jumlah penduduk 220.000 jiwa. Memiliki 6 Pustu dan 6 Puskesmas Induk. Setiap puskesmas mempunyai 4 posyandu. Di Pulau Gili-Gili mayoritas penduduk bekerja sebagai pengusaha dan nelayan. Sosial ekonomi termasuk memiliki strata tinggi. Disini ada beberapa pusat pengalengan seafood pribadi. Pulau Gili-Gili memiliki rumah sakit tipe D, yang menjadi pusat rujukan, 4 jenis praktek dokter : dokter mayor ( bedah, kebidanan, penyakit dalam dan anak ) ; 2 klinik bersalin swasta. Transportasi di pulau Gili-Gili ke provinsi memakai transportasi laut dan udara. Dinkes melaporkan angka kesakitan obesitas, filariasis dan HIV / AIDS tinggi. Tugas: Bagaimana kita sebagai salah satu pimpinan puskesmas untuk menurunkan angka kesakitan filariasis yang tinggi?

FILARIASIS Filariasis atau Elephantiasis atau disebut juga penyakit kaki gajah adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang penularannya melalui gigitan berbagai jenis nyamuk. Diperkirakan penyakit ini telah menginfeksi sekitar 120 juta penduduk di 80 negara, terutama di daerah tropis dan beberapa daerah subtropis. Penyakit filariasis bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapat pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembengkakan kaki, lengan, payudara, dan alat kelamin baik pada wanita maupun pria. Meskipun filariasis tidak menyebabkan kematian, tetapi merupakan salah satu penyebab timbulnya kecacatan, kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya. (Depkes RI, 2005)

A. Etiologi Filariasis disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang hidup di saluran dan kelenjar getah bening. Anak cacing yang disebut mikrofilaria, hidup dalam darah. Mikrofilaria ditemukan dalam darah tepi pada malam hari. Filariasis di Indonesia disebabkan oleh tiga spesies cacing filaria yaitu: 1. Wuchereria bancrofti 2. Brugia malayi 3. Brugia timori (Gandahusada, 1998) B. Faktor Risiko Filariasis 1. Lingkungan Lingkungan rumah warga meliputi lingkungan rumah yang tidak memenuhi kriteria rumah sehat, misalnya dinding rumah, pencahayaan, serta kelembapan. Lingkungan di luar rumah warga seperti banyaknya air yang tergenang, rawa-rawa, semak-semak yang merupakan tempat perkembangbiakan nyamuk

2. Perilaku Kebiasaan keluar rumah pada malam hari Kebiasaan tidak menggunakan kelambu saat tidur 3. Pengetahuan Kurangnya pengetahuan tentang penyakit filariasis Kurangnya pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat

C. Vektor Di Indonesia telah terindentifikasi 23 spesies nyamuk dari 5 genus yaitu Mansonia, Anopheles, Culex, Aedes, filariasis. dan Armigeres yang menjadi vektor

D. Hospes A. Manusia Setiap orang mempunyai peluang yang sama untuk dapat tertular filariasis apabila digigit oleh nyamuk infektif (mengandung larva stadium III). Manusia yang mengandung parasit selalu dapat menjadi sumber infeksi bagi orang lain yang rentan (suseptibel). Biasanya pendatang baru ke daerah endemis (transmigran) lebih rentan terhadap infeksi filariasis dan lebih menderita dari pada penduduk asli. Pada umumya laki-laki banyak terkena infeksi karena lebih banyak kesempatan untuk mendapat infeksi (exposure). Gejala penyakit lebih nyata pada laki-laki karena pekerjaan fisik yang lebih berat (Gandahusada, 1998). B. Hewan Beberapa jenis hewan dapat berperan sebagai sumber penularan filariasis (hewan reservoir). Hanya Brugia malayi tipe sub periodik nokturna dan non periodik yang ditemukan pada lutung (Presbytis criatatus), kera (Macaca fascicularis), dan kucing (Felis catus) (Depkes RI, 2005).

E. Lingkungan

1. Lingkungan Fisik Lingkungan fisik mencakup keadaan iklim, keadaan geografis, stuktur geologi dan sebagainya. Lingkungan fisik erat kaitannya dengan kehidupan vektor sehingga berpengaruh terhadap munculnya sumber-sumber penularan filariasis. Lingkungan fisik dapat menciptakan tempat perindukan dan beristirahatnya nyamuk. Suhu dan kelembaban berpengaruh terhadap pertumbuhan, masa hidup, dan keberadaan nyamuk. Lingkungan dengan tumbuhan air di rawa-rawa dan adanya hewan reservoir (kera, lutung, dan kucing) berpengaruh terhadap penyebaran Brugia malayi sub periodik nokturna dan non periodik. 2. Lingkungan Biologi Lingkungan biologi dapat menjadi rantai penularan filariasis. Misalnya, adanya tanaman air sebagai tempat pertumbuhan nyamuk Mansonia sp. Daerah endemis Brugia malayi adalah daerah dengan hutan rawa, sepanjang sungai atau badan air yang ditumbuhi tanaman air. 3. Lingkungan Sosial, Ekonomi dan Budaya Lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya adalah lingkungan yang timbul sebagai akibat adanya interaksi antara manusia, termasuk perilaku, adat istiadat, budaya, kebiasaan, dan perilaku penduduk. Kebiasaan bekerja di kebun pada malam hari, keluar pada malam hari, dan kebiasaan tidur berkaitan dengan intensitas kontak vektor. Insiden filariasis pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan karena umumnya laki-laki sering kontak dengan vektor pada saat bekerja (Depkes RI, 2005).

F. Cara Penularan

G. Gejala Gejala-gejala yang terdapat pada penderita Filariasis meliputi gejala awal (akut) dan gejala lanjut (kronik). Gejala awal (akut) ditandai dengan demam berulang 1-2 kali atau lebih setiap bulan selama 3-4 hari apabila bekerja berat, timbul benjolan yang terasa panas dan nyeri pada lipat paha atau ketiak tanpa adanya luka di badan, dan teraba adanya tali urat seperti tali yang bewarna merah dan sakit mulai dari pangkal paha atau ketiak dan berjalan kearah ujung kaki atau tangan. Gejala lanjut (kronis) ditandai dengan pembesaran pada kaki, tangan, kantong buah zakar, payudara dan alat kelamin wanita sehingga menimbulkan cacat yang menetap (Depkes RI, 2005).

I. IDENTIFIKASI MASALAH

A. Diagnosis Sosial: 1. Banyak warga mengeluh mudah lelah , kaki, tangan, buah dada dan alat kelamin bengkak, kemerahan dan terasa panas 2. Lipatan paha dan ketiak bengkak, kemerahan, panas dan sakit 3. Warga mengalami demam berulang-ulang 4. Banyak nyamuk 5. Padat penduduk 6. Banyak air yang tergenang, banyak semak - semak

B. Diagnosis epidemiologis: Terdapat 70% kasus filariasis di pulau Gili-Gili , 35 % kasus terdapat di wilayah kerja Puskesmas X C. Diagnosis Perilaku 1. Banyak semak di sekitar rumah 2. Banyaknya tanaman air dan rawa/hutan 3. Banyaknya genangan air 4. Kurangnya kesadaran untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat 5. Banyaknya bak penampungan air yang terbuka 6. Selokan yang tersumbat 7. Pembuangan sampah yang tidak terkelola dengan baik

D. Diagnosis Pendidikan 1. Kurangnya pendidikan kesehatan 2. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit filariasis

E. Diagnosis Administrasi/Kebijakan 1. Menkes No. 612/MENKES/VI/2004 kepada Gubernur, Bupati tentang eliminasi filariasis. 2. Di prakarsai oleh WHO sejak 1999, pada tahun 2000 diperkuat dengan keputusan WHO dengan mendeklarasikan The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem by the Year 2020. Indonesia sepakat untuk memberantas filariasis sebagai bagian dari eliminasi filariasis global. 3. Surat Edaran Menteri Kesehatan No. 612/MENKES/VI/2004 tanggal 1 Juni 2004 Perihal Eliminasi Penyakit Kaki Gajah (Filariasis) Indonesia ,maka kepada Gubernur dan Bupati/Walikota di seluruh Indonesia melaksanakan pemetaan eliminasi filariasis gobal, pengobatan massal daerah endemis filariasis, dan tata laksana penderita filariasis di semua daerah. Program pelaksaan kasus filariasis ditetapkan sebagai salah satu wewenang wajib pemerintah daerah sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor: 1457/MENKES/SK/X/2003 tentang standar pelayanan minimal bidang kesehatan di Kabupaten/Kota. 4. Kepmenkes RI No. 1582/Menkes/SK/2005 tentang Pedoman Pengendalian Filariasis (Penyakit Kaki Gajah) 5. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 443.43/875/SJ tanggal 24 April 2007 Perihal Pedoman Pelaksanaan Pengobatan Massal Filariasis Dalam Rangka Eliminasi Filariasis di Indonesia

IDENTIFIKASI MASALAH TERKAIT FILARIASIS 1. Angka microfilaria rate yang tinggi di Pulau Gili Gili ( > 1 % ) 2. Kurangnya pengetahuan warga pulau Gili-gili mengenai penyakit filariasis. 3. Kurangnya pengetahuan warga pulau Gili-Gili mengenai penyebaran, gejala klinis dan penularan penyakit filariasis. 4. Kurangnya kesadaran warga akan pentingnya pengobatan filariasis.

5. Kurangnya kesadaran warga akan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat. 6. Adanya limbah dari pabrik pengalengan seafood yang menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk. 7. Kurangnya jumlah puskemas. 8. Rumah Sakit Tipe D yang fasilitasnya kurang memadai untuk mencakup seluruh pulau Gili-Gili. 9. Kurangnya praktek dokter swasta. 10. Sulitnya akses yang harus ditempuh untuk pergi ke pulau Gili-Gili.

II. PRIORITAS MASALAH No. 1. MASALAH Angka microfilaria rate yang tinggi di Pulau Gili Gili ( > 1 % ) 2. Kurangnya pengetahuan warga pulau Gili-gili mengenai mengenai penyakit Filariasis 3. Kurangnya pengetahuan warga pulau Gili-Gili mengenai penyebaran,gejala klinis dan penularan penyakit filariasis 4. Kurangnya kesadaran warga akan pentingnya pengobatan filariasis 5. Kurangnya kesadaran warga akan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat 6. Adanya limbah dari pabrik pengalengan seafood yang menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk 7. Kurangnya jumlah puskemas 2 4 3 24 V 2 4 2 16 VI 3 2 4 24 V 4 3 4 48 III 4 5 5 100 I 2 3 4 24 IV U S G UXSXG PRIORITAS 4 4 4 64 II

8.

Rumah Sakit Tipe D yang fasilitasnya kurang memadai untuk mencakup seluruh pulau Gili-Gili 3 2 4 24 IV

9. 10.

Kurangnya praktek dokter swasta Sulitnya akses yang harus ditempuh untuk pergi ke pulau Gili-Gili

2 4

4 4

3 2

24 32

IV III

III. AKAR PENYEBAB MASALAH

IV. IMPLEMENTASI PERENCANAAN KEGIATAN ELIMINASI FILARIASIS Rencana Kegiatan Tujuan : Tujuan Umum: Menurunkan angka kesakitan filariasis di wilayah kerja Puskesmas X Pulau Gili-gili Tujuan khusus: 1. Memutuskan mata rantai penularan filariasis 2. Memberikan pendidikan kepada masyarakat mengenai gejala-gejala klinis dan penularan filariasis 3. Menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat 4. Menurunkan penyebaran nyamuk sebagai vektor filariasis

Sasaran : Seluruh masyarakat yang berdomisili di Pulau Gili-gili yang diwakili oleh perangkat desa dan sekolah, khususnya wilayah kerja Puskesmas X Isi : 1. Memutuskan rantai penularan filariasis dengan Pemberian Obat Massal Pencegahan Filariasis( POMP ) 2. Sosialisasi mengenai penyakit filariasis 3. Melaksanakan program puskesmas keliling 4. Pemberian kelambu gratis 5. Sosialisasi mengenai pemberantasan sarang nyamuk ( 3M +) 6. Sosialisasi penggunaan kaos kaki 7. Sosialisasi tentang pengtingnya perilaku hidup bersih dan sehat 8. Gerakan penanaman tanaman pengusir nyamuk di pekarangan rumah warga 9. Gerakan gotong royong untuk kebersihan lingkungan

Metode : Membentuk tim yang bertugas dalam Pemberian Obat Massal Pencegahan Filariasis( POMP ) di Pulau Gili - Gili Sosialisasi penemuan dan pelaporan kasus klinis filariasis oleh masyarakat , kepala desa, PKK, guru dan pusat pelayanan kesehatan Membentuk tim yang bertugas dalam mengawasi kebersihan lingkungan Diadakannya gotong-royong membersihkan lingkungan minimal satu minggu sekali Diadakannya sosialisasi untuk gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk ( 3M + ) Membentuk perangkat kesehatan di sekolah-sekolah

Media : Poster, pamflet, stiker , spanduk dan lain-lain

Kegiatan Program Eliminasi Filariasis di Pulau Gili Gili No KEGIATAN

A.Program Akselerasi Eliminasi Filariasis , Ketersediaan dan Distribusi Obat 1 Pelaksanaan POMP filariasis untuk total penduduk 220.000 orang di Pulau Gili - Gili 2 Sosialisasi penemuan dan pelaporan kasus klinis filariasis oleh masyarakat , kepala desa, PKK, guru dan pusat pusat pelayanan kesehatan 3 Memastikan semua kasus kejadian ikutan pasca pengobatan filariasis ditangani sesuai pedoman 4 Memastikan ketersediaan dan distribusi obat filariasis dengan sasaran 220.000 penduduk Gili- Gili B. Pengelolaan Program , Administrasi ,Advokasi dan Sosialisasi , serta Surveilans ( Money ) 1 Melakukan advokasi kepada pemangku kepentingan di kabupaten / kota di Pulau Gili Gili untuk pelaksanaan program POMP 2 Bekerjasama dengan para pemangku kepentingan (pak camat/ bupati) dalam menjaga kesinambungan komitmen pelaksanaan eliminasi filariasis

Memobilisasi dukungan dari sektor pemerintah /swasta dalam memberikan dukungan pendanaan eliminasi filariasis, contoh : para pengusaha di Pulau Gili Gili

Meningkatkan manajemen SDM

Merencanakan dan menyediakan SDM terlatih yang sesuai dengan kebutuhan program Melibatkan peran serta LSM, swasta , dan sektor terkait dalam pelaksanaan pengobatan missal filariasis Bekerjasama dengan Dinkes dalam mengembangkan metode pelatihan bagi petugas dan tenaga kesehatan yang terakreditasi

Meningkatkan Komunikasi dan Diseminasi Informasi

Koordinasi

dengan

Promkes

dalam

pembuatan

penggandaan dan distribusi bahan eliminasi filariasis ke masyarakat Gili Gili Bekerjasama lintas sektor ,swasta, dan LSM untuk membangun dan memperluas jaringan informasi dengan memanfaatkan teknologi informasi 6 Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan eliminasi Meningkatkan sosialisasi eliminasi filariasis melalui filariasis 7 Melaksanakan survey dasar promkes dengan melibatkan masyarakat

Memastikan pencatatan dan pelaporan efektif, efisien, lengkap dan tepat waktu

Meningkatkan kemampuan surveilans kasus kejadian ikutan pasca pengobatan filariasis

10 11

Melakukan monitoring dan evaluasi yang sistematis ,secara periodik Melaksanakan evaluasi prevalensi mikrofilaria setelah pengobatan masal filariasis

12

Meningkatkan penemuan kasus klinis kronis baru di kabupaten

Promotif: Panduan pemberian POMP : Pengobatan massal menggunakan kombinasi Diethyl Carbamazine Citrate (DEC) dosis tunggal 6mg/kg berat badan, Albendazol 400 mg (1 tablet) dan Paracetamol (sesuai takaran) yang diberikan sekali setahun selama 5 tahun pada penduduk yang berusia 2 tahun ke atas. Sebaiknya minum obat anti filariasis sesudah makan dan dalam keadaan istirahat/tidak bekerja. Upaya ini dimaksudkan untuk membunuh mikrofilaria dalam darah dan cacing dewasa. Sasaran pengobatan massal adalah seluruh penduduk yang tinggal di daerah endemis, kecuali: 1. Anak-anak berusia < 2 tahun 2. Ibu hamil dan menyusui 3. Orang yang sedang sakit 4. Orang tua yang lemah 5. Penderita serangan epilepsi Setiap orang yang ditemukan mikrofilaria dalam darahnya mendapat pengobatan yang memadai agar tidak menderita klinis filariasis dan tidak menjadi sumber penularan terhadap masyarakat sekitarnya (Depkes RI, 2005). Pedoman pelaksanaan promosi kesehatan, strateginya adalah:

a. Pemberdayaan Yaitu upaya untuk menumbuhkan dan meningkatkan pengetahuan, kemauan dan kemampuan individu, keluarga dan masyarakat untuk mencegah penyakit filariasis.

Pemberdayaan tehadap individu Pemberdayaan tehadap individu dapat dilakukan oleh setiap petugas kesehatan puskesmas terhadap individu yang memanfaatkan pelayanan kesehatan dan individu yang menjadi sasaran kunjungan

seperti Posyandu, Pustu, UKS. Misalnya: Melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di sekitar wilayah kerja puskesmas dan memberikan penyuluhan mengenai penularan, penyebaran dan gejala penyakit filariasis kepada seluruh siswa sekolah yang bersangkutan. Metode yang digunakan dapat berupa leaflet, poster atau media lainnya.

Pemberdayaan Keluarga Yaitu dilakukan oleh petugas puskesmas yang melaksanakan kunjungan rumah yang berada di wilayah kerja puskesmas X. Misalnya: Memberikan penyuluhan mengenai penularan, penyebaran dan gejala penyakit filariasis kepada seluruh siswa sekolah yang bersangkutan. Metode yang digunakan dapat berupa leaflet, poster atau media lainnya.

Pemberdayaan masyarakat Memberikan penyuluhan kepada kader aktif di desa wilayah puskesmas X tentang penularan penyakit filariasis dan cara memberantas nyamuk sebagai vektor penyakit filariasis kepada masyarakat pulau GiliGili. Hal ini juga dapat dilakukan pada para nelayan atau pengusaha di Pulau Gili Gili. Penyuluhan Pemberantasan nyamuk dewasa o Anopheles : residual indoor spraying o Aedes : aerial spraying Pemberantasan jentik nyamuk o Anopheles : Abate o Culex : minyak tanah o Mansonia : melenyapkan tanaman air tempat perindukan, mengeringkan rawa dan saluran air Mencegah gigitan nyamuk Menggunakan kawat nyamuk/kelambu. Menggunakan repellent

Dilakukannya Pemantauan Jentik berkala Pemantauan jentik dilakukan secara langsung oleh petugas surveilens atau pun tidak langsung melalui anak sekolah yang sudah diajarkan cara memeriksa jentik oleh petugas puskesmas yang dating ke sekolah.

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) o 3M (Menguras, Menutup dan Mengubur) o Membersihkan semak-semak, pembersihan tanaman air di

rawa/sekitar rumah o Membersihkan selokan yang tergenang di sekitar rumah

b. Bina suasana Upaya menciptakan suasana lingkungan sosial yang mendorong setiap individu, keluarga dan masyarakat untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatannya serta menciptakan lingkungan sehat dan berperan aktif dalam penyelenggaraan kesehatan. Khususnya untuk mengajak individu, keluarga dan masyarakat dari fase tahu ke fase mau memerlukan lingkungan yang mendukung, yaitu dengan cara pemasangan poster, pembagian leaflet atau pemutaran video yang berkaitan dengan penyakit filariasi

c. Advokasi Dalam upaya memberdayakan individu, keluarga dan masyarakat, Puskesmas membutuhkan dukungan dari pihak-pihak lain, sehingga advokasi perlu dilakukan. Misalnya dalam upaya menurunkan angka kesakitan penyakit filariasis di wilayah puskesmas X, Puskesmas perlu melakukan advokasi kepada pimpinan daerah setempat untuk memberikan penghargaan kepada desa yang berhasil menurunkan angka kesakitan penyakit filariasis.

V. RUK
No. 1. Upaya Kesehatan Promosi Kesehatan Kegiatan Penyuluhan tentang gejala penularan filariasis Tujuan Pengetahuan masyarakat tentang penyakit Sasaran Seluruh warga masyarakat pulau GiliGili Target 95% Kebutuhan Sumber Daya Dana Rp. 10.000.000,00 Alat Gedung untuk penyuluhan Stiker Pamflet Spanduk Dll. 2. Kesehatan Lingkungan Kerja bakti membersihkan lingkungan rumah Menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat Seluruh warga masyarakat pulau GiliGili Program POMP filariasis Pemantauan jentik Pemberantasan Kelambu gratis Alat fogging Pembagian lotion anti 90% Rp. 5.000.000,00 Alat-alat kebersihan Seluruh warga masyarakat di wilayah kerja puskesmas 3. Pemberantasan Penyakit Menular Menurunkan angka kesakitan filariasis Seluruh warga masyarakat pulau GiliGili 20% (70%50%) Rp. 15.000.000,00 Dokter Kader aktif Perangkat Desa Menurunnya angka kesakitan filariasis Lingkungan yang bersih Tenaga Dokter Kader aktif Perangkat desa Indikator Keberhasilan Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang gejala dan penularan filariasis Sumber Dana Dinkes Pengajua n proposal ke pangusah a lokal

sarang nyamuk Menghindari gigitan nyamuk 4. Pengobatan Pemberian obat gratis untuk mengobati penderita filariasis yaitu dietil carbamazine Mengobati pasien yang menderita filariasis Seluruh pasien filariasis di wilayah kerja puskesmas Gili-Gili 90% Rp. 5.000.000,00

nyamuk

Obat Sarana transpotrasi

Dokter, kader aktif dan perangkat desa

Menurunnya angka kesakitan filariasis

VI. RPK
No 1 Upaya Kesehatan Promosi Kesehatan Kegiatan Penyuluhan tentang gejala penularan filariasis Sasaran Seluruh warga masyarakat pulau GiliGili Target 95% Volume Kegiatan 2X sebulan Rincian Pelaksanaan - Penyuluhan dilaksanakan - Mengajarkan tentang: gejala filariasis Penularan, pencegahan 90% 4X sebulan (Setiap Minggu) - kerja bakti yang di bagi tiap RT u/membersihkan lingkungan sekitar rumah seperti : selokan - Lingkungan sekitar tempat warga Setiap minggu Lokasi Pelaksanaan Aula setempat Tenaga Pelaksana Jadwal 2X sebulan Jan Des Biaya Dinkes Pengajuan proposal ke pangusaha lokal 2 Kesehatan Lingkungan Kerja bakti membersihkan lingkungan rumah Seluruh warga masyarakat pulau GiliGili 3 Pemberantasan Penyakit Menular Pemantauan jentik Pemberantasan sarang nyamuk Menghindari gigitan nyamuk 4 Pengobatan Pemberian obat Seluruh 90% 2X Seluruh warga masyarakat pulau GiliGili 20% (70%50%) 2X sebulan - Pemantauan jentik berkala - Pemberantasan sarang nyamuk - Menghindari gigitan nyamuk - Pemberian obat gratis - Sekitar lingkungan tempat tinggal warga mulai: januaridesember - Puskesmas 2X 2X sebulan

gratis untuk mengobati penderita filariasis yaitu dietil carbamazine

pasien filariasis di wilayah kerja puskesmas Gili-Gili

sebulan

sebulan

You might also like