You are on page 1of 19

ASKEP Ca.

PROSTAT
December 28, 2010 dcolz Leave a comment Go to comments 1. A. TUJUAN PENULISAN 1. Tujuan Instruksional Umum Setelah membuat makalah ini mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan klien dengan Ca Prostat secara komprehensif melalui pendekatan proses keperawatan. 1. Tujuan Instruksional Khusus Setelah membuat makalah ini mahasiswa diharapkan mampu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Dapat mendefinisikan Ca prostat Dapat menjelaskan etiologi dari Ca prostat Dapat menjelaskan patofisiologi dari Ca prostat Dapat menyebutkan manifestasi klinis dari Ca prostat Dapat menyebutkan komplikasi Ca prostat Dapat mengetahui pemeriksaan diagnostik Ca prostat Dapat menjelaskan penatalaksanaan medis Ca prostat Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan Ca prostat

1. DEFINISI atau REVIEW 1. 1. ANATOMI dan FISIOLOGI Prostat adalah suatu organ yang terdiri dari komponen kelenjar, stroma dan muskular. Kelenjar ini mulai tumbuh pada kehamilan umur 12 minggu karena pengaruh dari horman androgen yang berasal dari testis janin. Prostat merupakan derivat dari jaringan embrional sinus urogenital. Kelenjar prostat bentuknya seperti konnus terbalik yang terjepit (kemiri ). Letak kelenjar prostat disebelah inferior buli-bulu, didepan rektum dan membungkus uretra posterior. Ukuran rata-rata prostat pada pria dewasa 4 x 3 x 2,5 cm dan beratnya kurang lebih 20 gram. Pada tahun 1972 Mc. NEAL, mengemukakan konsep tantang zona anatomi dari prostat. Menurut Mc. NEAL, komponen kelenjar dari prostat sebagian besar terletak/membentuk zona perifer. Zona perifer ini ditambah dengan zona sentral yang terkecil merupakan 95 % dari komponen kelenjar. Komponen kelenjar yang lain ( 5% ) membentuk zona transisi. Zona transisi ini terletak tepat di luar uretra di daerah verumontanum. Proses hiperplasia dimulai di zona transisi ini. Sebagian besar proses keganasan (60-70 % ) bermula di zona perifer, sebagian lagi dapat tumbuh di zona transisi dan zona sentral.

Prostat menghasilkan suatu cairan yang merupakan salah satu komponen dari cairan ejakulat. Cairan kelenjar ini dialirkan melalui duktus sekretorius dan bermuara di uretra posterior untuk kemudian bersama cairan semen yang lain pada saat ejakulasi. Cairan ini merupakan 25 % dari volume ejakulat. Jika kelenjar ini mengalami hiperplasia jinak atau berubah menjadi kanker ganas dapat membuntu uretra posterior dan mengakibatkan terjadinya obstruksi saluran kemih. 1. 2. DEFINISI Carsinoma prostat atau kanker prostat adalah pertumbuhan dan pembelahan sel khususnya sel pada jaringan prostat yang tidak normal/abnormal yang merupakan kelainan atau suatu keganasan pada saluran perkemihan khususnya prostat pada bagian lobus perifer sehingga timbul nodul-nodul yang dapat diraba. Kanker prostat adalah penyakit kanker yang berkembang di prostat, sebuah kelenjar dalam sistem reproduksi lelaki. Hal ini terjadi ketika sel prostat mengalami mutasi dan mulai berkembang di luar kendali. Sel ini dapat menyebar secara metastasis dari prostat ke bagian tubuh lainnya, terutama tulang dan lymph node. Kanker prostat dapa menimbulkan rasa sakit, kesulitan buang air kecil, disfungsi erektil dan gejala lainnya. Kanker Prostat adalah suatu tumor ganas yang tumbuh di dalam kelenjar prostat. 1. ETIOLOGI dan FAKTOR RESIKO Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya ca prostat ; tetapi beberapa hipotesa menyebutkan bahwa hiperplasia prostat erat kaitannya dengan Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya ca mammmae adalah: 1. Adanya perubahan keseimbangan antara hormon testosteron dan estrogen pada usia lanjut. 2. Peranan dari growth factor ( faktor pertumbuhan ) sebagai pemacu pertumbuhan stroma kelenjar prostat. 3. Meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel yang mati 4. Teori sel stem menerangkan bahwa terjadinya proliferasi abnormal sel stem sehingga menyebabkan produksi sel stroma dan se epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan. Faktor resiko

o Laki-laki usia >55 tahun yang mempunyai riwayat famili menderita kanker prostat o Makanan terbiasa mengandung asam lemak jenuh. o Kontak dengan logam berat seperti cadmium. o Ras Afrika yang tinggal di Amerika. o o Kebiasaan hidup kurang melakukan gerakan fisik atau olah raga Kebiasan merokok

1. PATOFISIOLOGI Penyebab Ca Prostat hingga kini belum diketahui secara pasti, tetapi beberapa hipotesa menyatakan bahwa Ca Prostat erat hubungannya dengan hipotesis yang disuga sebagai penyebab timbulnya Ca Mammae adalah adanya perubahan keseimbangan antara hormon testosteron dan estrogen pada usia lanjut, hal ini akan mengganggu proses diferensiasidan proliferasi sel. Difsreniasi sel yang terganggu ini menyebabkan sel kanker, penyebab lain yaitu adanya faktor pertumbuhan yang stroma yang berlebihan serta meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel-sel yang mati sehingga menyebabkan terjadinya perubahan materi genetik. Perubahan prolife sehingga menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan sehingga terjadi Ca Prostat (Price, 1995) Kanker akan menyebakan penyempitan lumen uretra pars prostatika dan akan menghambat aliran urin,. Keadaan ini menybabkan penekanan intraavesikal, untuk dapat mengeluarkan urinbuli-buli harus dapat berkontraksi kuat guna melawan tahanan itu. Kontraksi yang terusmenerus menyebabkan perubahan anatomik dari buli-buli berupa hipertrofi detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divetikel buli-buli. Fase penebalan ototdetrusor ini disebut fase kompensasi (Purnomo,2000) Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan oleh pasien sebagai keluhan pada saluran kemih sebelah bawah atau lower urinary track symptom (LUTS) yang dahulu dikenal dengan gejalgejal prostatismus, dengan semakin meningkatnya retensi uretra, otot detrusor masuk ke dalam fase dekompensaasi dan akhirnya tidak mampu lagi untuk berkontraksisehingga terjadi retensi urin. Tekanan intravsikal yang semakin tinggi akan diteruskan ke seluruh bagian buli-buli ke ureter atau terjadi refluk vesico-ureter. Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis,bahkan akhirnya akan dapat jatuh kedalam gagal ginjal (Price, 1995). Berkemgangnya tumor yang terus menerus dapat terjadi perluasan langsung ke uretra, leher kandung kemih dan vesika semmininalis. Ca Prostat dapat juga menyebar melalui jalur hematogen yaitu tulang tulang pelvis vertebra lumbalis, femur dan kosta. Metastasis organ adalah pada hati dan paru (Purnomo,2000) Proses patologis lainnya adalah penimbunan jaringan kolagen dan elastin diantara otot polos yang berakibat melemahnya kontraksi otot. Selain tu terdapat degenerasi sel syaraf yang mempersarafi otot polos. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya hipersensitivitas pasca fungsional, ketidakseimbangan neurotransmiter, dan penurunan input sensorik, sehingga otot detrusor tidak stabil. Karena fungsi otot vesika tidak normal, maka terjadi peningkatan residu urin yang menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas (Purnomo,2000)

1. MANIFESTASI KLINIS

Gangguan pola perkemihan baik frekuensi, adanya desakan, nokturia akibat membesarnya ukuran kelenjar yang mendesak urethra. Terjadinya obstruksi urethra mengganggu perkemihan, Lama-kelamaan berkembang terjadinya anemi. Masalah kelenjar prostat,baik karena membesar atau karena mengalami perdangan,boleh dikatakan menimbulkan gejala yang serupa,yaitu :

Mengalami kesulitan dalam buang air kecil Buang air kecil lebih sering ,terutama kalau pada malam hari. Mengalami kesulitan memulai pancaran air seni . Mengalami kesulitan juga dalam mengakhiri aliran air seni Pancaran aliran air seni lemah Merasa kandung kencing tidak kosong sempurna Jika disertai infeksi timbul keluhan nyeri waktu buang air kecil,atau waktu mengeluarkan air mani selesai bersetubuh. Kadang-kadang,aliran air seni berhenti sendiri. Makin ada darah di dalam air seni atau air mani Pada kanker prostat,selain keluhan tersebut diatas juga disertai : Perasaan nyeri pada daerah bawah pinggang. Mengalami kesulitan memulai dan mempertahankan ereksi penis. Keluhan nyeri pada pangkal paha dan daerah tulang pinggul. Mungkin air seni berdarah.

1. KOMPLIKASI Komplikasi yang dapat terjadi pada hipertropi prostat adalah. Retensi kronik dapat menyebabkan refluks vesiko-ureter, hidroureter, hidronefrosis, gagal ginjal.b. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada waktu miksic. Hernia / hemoroidd. Karena selalu terdapat sisa urin sehingga menyebabkan terbentuknya batue. Hematuriaf. Sistitis dan Pielonefritis 1. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. Inspeksi buli-buli: ada/ tidaknya penonjolan perut di daerah supra pubik ( buli-buli penuh / kosong ) 2. Palpasi buli-buli: Tekanan didaerah supra pubik menimbulkan rangsangan ingin kencing bila buli-buli berisi atau penuh.Terasa massa yang kontraktil dan Ballottement. 3. Perkusi: Buli-buli yang penuh berisi urin memberi suara redup. 2 . Colok dubur. Pemeriksaan colok dubur dapat memberi kesan keadaan tonus sfingter anus, mukosa rektum, kelainan lain seperti benjolan di dalam rektum dan prostat. Pada perabaan melalui colok dubur harus di perhatikan konsistensi prostat (pada pembesaran prostat jinak konsistensinya kenyal), adakah asimetris adakah nodul pada prostat , apa batas atas dapat diraba .

Dengan colok dubur besarnya prostat dibedakan : Grade 1 : Perkiraan beratnya sampai dengan 20 gram. Grade 2 : Perkiraan beratnya antara 20-40 gram. Grade 3 : Perkiraan beratnya lebih dari 40 gram. 1. Laboratorium. Darah lengkap sebagai data dasar keadaan umum penderita .

- Gula darah dimak sudkan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit diabetus militus yang dapat menimbulkan kelainan persarafan pada buli-buli (buli-buli nerogen). - Faal ginjal (BUN, kreatinin serum) diperiksa untuk mengetahui kemungkinan adanya penyulit yang mengenai saluran kemih bagian atas . - Analisis urine diperiksa untuk melihat adanya sel leukosit, bakteri, dan infeksi atau inflamasi pada saluran kemih . - Pemeriksaan kultur urine berguna dalam mencari jenis kuman yang menyebadkan infeksi dan sekligus menentukan sensitifitas kuman terhadap beberapa anti mikroba yang diujikan. 1. Flowmetri : Flowmetri adalah alat kusus untuk mengukur pancaran urin dengan satuan ml/detik. Penderita dengan sindroma protalisme perlu di periksa dengan flowmetri sebelum dan sesudah terapi. Penilaian : Fmak <10ml/detik obstruktif Fmak 10-15 ml/detikborderline Fmak >15 ml/detik-nonobstruktif 1. Radiologi. - Foto polos abdomen, dapat dilihat adanya batu pada traktus urinarius, pembesaran ginjal atau buli-buli, adanya batu atau kalkulosa prostat dan kadang kadang dapat menunjukkan bayangan buli-buli yang penuh terisi urine, yang merupakan tanda dari suatu retensi urine. - Pielografi intra vena, dapat dilihat supresi komplit dari fungsi renal, hidronefrosis, dan hidroureter, fish hook appearance ( gambaran ureter berkelok kelok di vesikula ) inclentasi pada dasar buli-buli, divertikel, residu urine atau filling defect divesikula.

- Ultrasonografi (USG), dapat dilakukan secara transabdominal atau trasrektal (trasrektal ultrasonografi = TRUS) Selain untuk mengetahui pembesaran prostat < pemeriksaan USG dapatpula menentukan volume buli-buli, meng ukur sisa urine dan keadaan patologi lain seperti divertikel, tumor dan batu .Dengan TRUS dapat diukur besar prostat untuk menentukan jenis terapi yang tepat. Perkiraan besar prostat dapat pula dilakukan dengan USG suprapubik. - Cystoscopy (sistoskopi) pemeriksaan dengan alat yang disebut dengan cystoscop. Pemeriksaan ini untuk memberi gambaran kemungkinan tumor dalam kandung kemih atau sumber perdarahan dari atas bila darah datang dari muara ureter, atau batu radiolusen didalam vesika. Selain itu dapat juga memberi keterangan mengenahi besarprostat dengan mengukur panjang uretra pars prostatika dan melihat penonjalan prostat kedalam uretra. 1. Kateterisasi: Mengukur rest urine Yaitu mengukur jumlah sisa urine setelah miksi sepontan dengan cara kateterisasi . Sisa urine lebih dari 100 cc biasanya dianggap sebagai batas indikasi untuk melakukan intervensi pada hiper tropi prostat . 1. PENATALAKSANAAN Hanya dengan dilakukan prostatektomi yang merupakan reseksi bedah bagian prostat yang memotong uretra untuk memperbaiki aliran urin dan menghilangkan retensi urinaria akut, ada beberapa alternatif pembedahan meliputi : 1. Transsurethral resection of prostate (TURP) Dimanan jaringan prostat obstruksi dari lobus medial sekitar uretra diangkat dengana sistoskop/resektoskop dimasukkan melalui uretra 1. Suprapubic /open prostatektomi Dengan diindikasikan untuk massa lebih dari 60 g/60 cc. penghambat jaringan prostat diangkat melalui insisi garis tengah bawah dibuat melalui kandung kemih,pendekatan ini lebih ditujukan bila ada batu kandung kemih. Pedekatan ini lebih ditujukan bila ada batu kandung kemih. 1. Retropubic prostatektomi Massa jairingan prostat hipertropi (lokasi tinggi dibagian pelvis) diangkat melalui insisi abdomen bawah tanpa pembukaan kandung kemih 1. Perineal prosteatektomi Massa prostat besar dibawah area pelvis diangkat melalui insisi diantara skrotum dan rektum, prosedur radikal ini dilakukan untuk kanker dan dapat mengakibatkan impotensi. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KARSINOMA PROSTAT

1. A. PENGKAJIAN Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan. pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien, serta merumuskan diagnosis keperawatan. Pengkajian dibagi menjadi 2 tahap, yaitu pengkajian pre operasi prostektomi dan penkajian post operasi prostatektomi a) Pengkajian pre operasi prostatektomi

Pengkajian ini dilakukan sejak klien ini MRS sampai saat operasinya, yang meliputi : 1 Identitas klien

Meliputi nama, jenis kelamin, umur, agama / kepercayaan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, suku/ Bangsa, alamat, no. rigester dan diagnosa medis. 2 Riwayat penyakit sekarang

Pada klien ca prostat keluhan keluhan yang ada adalah frekuensi , nokturia, urgensi, disuria, pancaran melemah, rasa tidak lampias/ puas sehabis miksi, hesistensi, intermitency, dan waktu miksi memenjang dan akirnya menjadi retensio urine. 3 Riwayat penyakit dahulu .

Adanya penyakit yang berhubungan dengan saluran perkemihan, misalnya ISK (Infeksi Saluran Kencing ) yang berulang. Penyakit kronis yang pernah di derita. Operasi yang pernah di jalani kecelakaan yang pernah dialami adanya riwayat penyakit DM dan hipertensi . 4 Riwayat penyakit keluarga .

adanya riwayat keturunan dari salah satu anggota keluarga yang menderita penyakit ca prostat Anggota keluargayang menderita DM, asma, atau hipertensi. 5 Riwayat psikososial 1. Intra personal Kebanyakan klien yang akan menjalani operasi akan muncul kecemasan. Kecemasan ini muncul karena ketidaktahuan tentang prosedur pembedahan. Tingkat kecemasan dapat dilihat dari perilaku klien, tanggapan klien tentang sakitnya. 1. Inter personal Meliputi peran klien dalam keluarga dan peran klien dalam masyarakat.

Pola fungsi kesehatan 1. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat

Klien ditanya tentang kebiasaan merokok, penggunaan tembakau, penggunaan obat-obatan, penggunaan alkhohol dan upaya yang biasa dilakukan dalam mempertahankan kesehatan diri (pemeriksaan kesehatan berkala, gizi makanan yang adekuat 1. Pola nutrisi dan metabolisme Klien ditanya frekuensi makan, jenis makanan, makanan pantangan, jumlah minum tiap hari, jenis minuman, kesulitan menelan atau keadaan yang mengganggu nutrisi seperti nause, stomatitis, anoreksia dan vomiting. Pada pola ini umumnya tidak mengalami gangguan atau masalah. 1. Pola eliminasi Klien ditanya tentang pola berkemih, termasuk frekuensinya, ragu ragu, menetes netes, jumlah klien harus bangun pada malam hari untuk berkemih, kekuatan system perkemihan. Klien juga ditanya apakah mengedan untuk mulai atau mempertahankan aliran kemih. Klien ditanya tentang defikasi, apakah ada kesulitan seperti konstipasi akibat dari prostrusi prostat kedalam rectum. 1. Pola tidur dan istirahat . Klien ditanya lamanya tidur, adanya waktu tidur yang berkurang karena frekuensi miksi yang sering pada malam hari ( nokturia ). Kebiasaan tidur memekai bantal atau situasi lingkungan waktu tidur juga perlu ditanyakan. Upaya mengatasi kesulitan tidur. 1. Pola aktifitas . Klien ditanya aktifitasnya sehari hari, aktifitas penggunaan waktu senggang, kebiasaan berolah raga. Apakah ada perubahan sebelum sakit dan selama sakit. Pada umumnya aktifitas sebelum operasi tidak mengalami gangguan, dimana klien masih mampu memenuhi kebutuhan sehari hari sendiri. 1. Pola hubungan dan peran Klien ditanya bagaimana hubungannya dengan anggota keluarga, pasien lain, perawat atau dokter. Bagai mana peran klien dalam keluarga. Apakah klien dapat berperan sebagai mana seharusnya. 1. Pola persepsi dan konsep diri Meliputi informasi tentang perasaan atau emosi yang dialami atau dirasakan klien sebelum pembedahan . Biasanya muncul kecemasan dalam menunggu acara operasinya. Tanggapan klien

tentang sakitnya dan dampaknya pada dirinya. Koping klien dalam menghadapi sakitnya, apakah ada perasaan malu dan merasa tidak berdaya. 1. Pola sensori dan kognitif Pola sensori meliputi daya penciuman, rasa, raba, lihat dan pendengaran dari klien. Pola kognitif berisi tentang proses berpikir, isi pikiran, daya ingat dan waham. Pada klien biasanya tidak terdapat gangguan atau masalah pada pola ini. 1. Pola reproduksi seksual Klien ditanya jumlah anak, hubungannya dengan pasangannya, pengetahuannya tantangsek sualitas. Perlu dikaji pula keadaan seksual yang terjadi sekarang, masalah seksual yang dialami sekarang ( masalah kepuasan, ejakulasi dan ereksi ) dan pola perilaku seksual. 1. Pola penanggulangan stress Menanyakan apa klien merasakan stress, apa penyebab stress, mekanisme penanggulangan terhadap stress yang dialami. Pemecahan masalah biasanya dilakukan klien bersama siapa. Apakah mekanisme penanggulangan stressor positif atau negatif. 1. Pola tata nilai dan kepercayaan Klien menganut agama apa, bagaimana dengan aktifitas keagamaannya. Kebiasaan klien dalam menjalankan ibadah. 7 Pemeriksaan fisik 1. Status kesehatan umum Keadaan penyakit, kesadaran, suara bicara, status/ habitus, pernafasan, tekanan darah, suhu tubuh, nadi. 1. Kulit Apakah tampak pucat, bagaimana permukaannya, adakah kelainan pigmentasi, bagaimana keadaan rambut dan kuku klien , 1. Kepala Bentuk bagaimana, simetris atau tidak, adakah penonjolan, nyeri kepala atau trauma pada kepala. 1. Muka Bentuk simetris atau tidak adakah odema, otot rahang bagaimana keadaannya, begitu pula bagaimana otot mukanya.

1. Mata Bagainama keadaan alis mata, kelopak mata odema atau tidak. Pada konjungtiva terdapat atau tidak hiperemi dan perdarahan. Slera tampak ikterus atau tidak. 1. Telinga Ada atau tidak keluar secret, serumen atau benda asing. Bagaimana bentuknya, apa ada gangguan pendengaran. 1. Hidung Bentuknya bagaimana, adakah pengeluaran secret, apa ada obstruksi atau polip, apakah hidung berbau dan adakah pernafasan cuping hidung. 1. Mulut dan faring Adakah caries gigi, bagaimana keadaan gusi apakah ada perdarahan atau ulkus. Lidah tremor ,parese atau tidak. Adakah pembesaran tonsil. 1. Leher Bentuknya bagaimana, adakah kaku kuduk, pembesaran kelenjar limphe. 1. Thoraks Betuknya bagaimana, adakah gynecomasti. 1. Paru Bentuk bagaimana, apakah ada pencembungan atau penarikan. Pergerakan bagaimana, suara nafasnya. Apakah ada suara nafas tambahan seperti ronchi , wheezing atau egofoni. 1. Jantung Bagaimana pulsasi jantung (tampak atau tidak).Bagaimana dengan iktus atau getarannya. 1. Abdomen Bagaimana bentuk abdomen. Pada klien dengan keluhan retensi umumnya ada penonjolan kandung kemih pada supra pubik. Apakah ada nyeri tekan, turgornya bagaimana. Pada klien biasanya terdapat hernia atau hemoroid. Hepar, lien, ginjal teraba atau tidak. Peristaklit usus menurun atau meningkat. 1. Genitalia dan anus

Pada klien biasanya terdapat hernia. Pembesaran prostat dapat teraba pada saat rectal touch. Pada klien yang terjadi retensi urine, apakah trpasang kateter, Bagaimana bentuk scrotum dan testisnya. Pada anus biasanya ada haemorhoid. 1. Ekstrimitas dan tulang belakang Apakah ada pembengkakan pada sendi. Jari jari tremor apa tidak. Apakah ada infus pada tangan. Pada sekitar pemasangan infus ada tanda tanda infeksi seperti merah atau bengkak atau nyeri tekan. Bentuk tulang belakang bagaimana. 8 Pemeriksaan diagnostik

Untuk pemeriksaan diagnostik sudah dijabarkan penulis pada konsep dasar. b) Pengkajian post operasi prostatektomi

Pengkajian ini dilakukan setelah klien menjalani operasi, yang meliputi: 1. Keluhan utama Keluhan pada klien berbeda beda antara klien yang satu dengan yang lain. Kemungkinan keluhan yang bisa timbul pada klien post operasi prostektomi adalah keluhan rasa tidak nyaman, nyeri karena spasme kandung kemih atau karena adanya bekas insisi pada waktu pembedahan. Hal ini ditunjukkan dari ekspresi klien dan ungkapan dari klien sendiri. 1. Keadaan umum Kesadaran, GCS, ekspresi wajah klien, suara bicara. 1. Sistem respirasi Bagaimana pernafasan klien, apa ada sumbatan pada jalan nafas atau tidak. Apakah perlu dipasang O2. Frekuensi nafas , irama nafas, suara nafas. Ada wheezing dan ronchi atau tidak. Gerakan otot Bantu nafas seperti gerakan cuping hidung, gerakan dada dan perut. Tanda tanda cyanosis ada atau tidak. 1. Sistem sirkulasi Yang dikaji: nadi ( takikardi/bradikardi, irama ), tekanan darah, suhu tubuh, monitor jantung ( EKG ). 1. Sistem gastrointestinal Hal yang dikaji: Frekuensi defekasi, inkontinensia alvi, konstipasi / obstipasi, bagaimana dengan bising usus, sudah flatus apa belum, apakah ada mual dan muntah.

1. Sistem neurology Hal yang dikaji: keadaan atau kesan umum, GCS, adanya nyeri kepala. 1. Sistem muskuloskleletal Bagaimana aktifitas klien sehari hari setelah operasi. Bagaimana memenuhi kebutuhannya. Apakah terpasang infus dan dibagian mana dipasang serta keadaan disekitar daerah yang terpasang infus. Keadaan ekstrimitas. 1. Sistem eliminasi Apa ada ketidaknyamanan pada supra pubik, kandung kemih penuh . Masih ada gangguan miksi seperti retensi. Kaji apakah ada tanda tanda perdarahan, infeksi. Memakai kateter jenis apa. Irigasi kandung kemih. Warna urine dan jumlah produksi urine tiap hari. Bagaimana keadaan sekitar daerah pemasangan kateter. 1. Terapi yang diberikan setelah operasi Infus yang terpasang, obat obatan seperti antibiotika, analgetika, cairan irigasi kandung kemih. 1. DIAGNOSA KEPERAWATAN 2. Diagnosa sebelum operasi 3. Perubahan eliminasi urine: frekuensi, urgensi, hesistancy, inkontinensi, retensi, nokturia atau perasaan tidak puas setelah miksi berhubungan dengan obstruksi mekanik : pembesaran prostat. 4. prostat. Nyeri berhubungan dengan penyumbatan saluran kencing sekunder terhadap pelebaran 5. Gangguan tidur dan istirahat berhubungan dengan sering terbangun sekunder terhadap kerusakan eliminasi: retensi disuria, frekuensi, nokturia. 1. Diagnosa setelah operasi 2. Nyeri berhubungan dengan spasme kandung kemih dan insisi sekunder pada prostatektomi 3. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi sekunder dari prostatektomi bekuan darah odema . 4. Potensial infeksi berhubungan dengan prosedur invasif : alat selama pembedahan, kateter, irigasi kandung kemih sering. 5. Kurang pengetahuan: tentang prostatektomi sehubungan dengan kurang informasi . 6. Gangguan tidur dan istirahat berhubungan dengan nyeri.

NO DIAGNOSA Perubahan 1. eliminasi urine:

TUJUAN Tujuan: Pola eliminasi normal .

INTERVENSI 1. Jelaskan pada klien tentang

RASIONAL 1 . Meningkatkan pengetahuan klien sehingga

frekuensi, urgensi, Kriteria hasil : hesistancy, inkontinensi, - Klien dapat retensi, nokturia berkemih dalam atau perasaan jumlah normal, tidak puas setelah tidak teraba distensi miksi kandung kemih berhubungan dengan obstruksi - Residu pasca mekanik : berkemih kurang pembesaran dari 50 ml prostat. - Klien dapat berkemih volunter - Urinalisa dan kultur hasilnya negatif - Hasil laboratorium fungsi ginjal normal

perubahan dari klien kooperatif dalam pola eliminasi . tindakan keperawatan. 1. Dorong klien untuk berkemih tiap 2 4 jam dan bila dirasakan . 2 . Meminimalkan retensi urine, distensi yang berlebihan pada kandung kemih 3 . Peningkatan aliran cairan, mempertahankan perfusi ginjal dan membersihkan ginjal dan kandung kemih dari pertumbuhan bakteri.

1. Anjurkan klien minum sampai 3000 ml sehari, dalam toleransi jantung bila diindikasikan 4. Distensi kandung kemih dapat dirasakan di area supra 1. Perkusi / pubik. palpasi area supra pubik 5. Observasi aliran dan kekuatan urine untuk 1. Observasi aliran mengevaluasi adanya dan kekuatan obstruksi urine, ukur residu urine pasca berkemih. Jika volume residu urine lebih besar dari 100 cc maka jadwalkan program kateterisasi intermiten. 1. Kaji nyeri, 1. Memberi informasi untuk perhatikan membantu dalam lokasi, menentukan pilihan intensitas ( Intervensi skala 1-10 ), dan lamanya. 2. Meningkatkan relaksasi, 2. Beri tindakan memfokuskan kembali kenyamanan, perhatian dan dapat contoh: meningkatkan kemampuan membantu klien koping. melakukan posisi yang 3. Retensi urine

2. prostat. Nyeri berhubungan dengan penyumbatan saluran kencing sekunder terhadap pelebaran

Tujuan : Klien menunjukan bebas dari ketidaknyamanan Kriteria hasil : - Klien melaporkan nyeri hilang / terkontrol - Ekspresi wajah

klien rileks - Klien mampu untuk istirahat dengan cukup - Tanda-tanda vital dalam batas normal

nyaman, menyebabkan infeksi saluran mendorong kemih, hidro ureter dan hidro penggunaan nefrosis relaksasi / latihan nafas 4. Mengetahui perkembangan dalam. lebih lanjut 3. Beri kateter jika diinstruksikan 5. Untuk menghilangkan untuk retensi nyeri hebat / berat, urine yang akut memberikan relaksasi mental : mengeluh dan fisik. ingin kencing tapi tidak bisa. 4. Observasi tanda tanda vital. 5. Kolaborasi dengan dokter untuk memberi obat sesuai indikasi, contoh: eperidin ( Dumerol ) 1. Jelaskan pada klien dan keluarga penyebab gangguan tidur / istirahat dan kemungkinan cara untuk menghindarinya . 2. Ciptakan suasana yang mendukung dengan mengurangi kebisingan. 3. Batasi masukan minuman yang mengandung kafein. 1. Jelaskan pada klien tentang gejala dini 1. Meningkatkan pengetahuan klien sehingga klien mau kooperatif terhadap tindakan keperawatan. 1. Suasana yang tenang akan mendukung istirahat klien. 1. Menentukan rencana untuk mengatasi gangguan.

3. Gangguan tidur dan istirahat berhubungan dengan sering terbangun sekunder terhadap kerusakan eliminasi: retensi disuria, frekuensi, nokturia.

Tujuan: Kebutuhan tidur dan istirahat terpenuhi. Kriteria hasil: - Klien mampu istirahat / tidur dengan waktu yang cukup. - Klien mengungkapkan sudah bisa tidur. - Klien mampu menjelaskan faktor penghambat tidur.

4. Nyeri berhubungan

Tujuan: Nyeri berkurang atau

1. Kien dapat mendeteksi gajala

dengan spasme kandung kemih dan insisi sekunder pada prostatektomi

hilang. Kriteria hasil :

spasmus kandung kemih.

dini spasmus kandung kemih. 1. sehingga obat obatan bisa diberikan. 1. klien bahwa ketidaknyamanan hanya temporer 1. Mengurang kemungkinan spasmus. 1. Mengurangi tekanan pada luka insisi 1. Menurunkan tegangan otot, memfokuskan kembali perhatian dan dapat meningkatkan kemampuan koping. 2. Sumbatan pada selang kateter oleh bekuan darah dapat menyebabkan distensi kandung kemih dengan peningkatan spasme. 1. Mengetahui perkembangan lebih lanjut 2. nyeri dan mencegah spasmus kandung kemih.

2. Pemantauan klien pada interval yang - Klien mengatakan nyeri teratur selama 48 jam, berkurang / hilang. untuk mengenal gejala gejala dini dari - Ekspresi wajah spasmus kandung kemih. klien tenang. - Klien akan menunjukkan ketrampilan relaksasi. 3. Jelaskan pada klien bahwa intensitas dan frekuensi akan berkurang dalam 24 sampai 48 jam.

- Klien akan tidur / 4. Beri penyuluhan istirahat dengan pada klien agar tidak tepat. berkemih ke seputar kateter. - Tanda tanda vital dalam batas 5. Anjurkan pada klien normal. untuk tidak duduk - Keluarnya urine dalam waktu yang lama sesudah tindakan TURmelalui sekitar P. kateter sedikit. 6. Ajarkan penggunaan teknik relaksasi, termasuk latihan nafas dalam, visualisasi. 7. Jagalah selang drainase urine tetap aman dipaha untuk mencegah peningkatan tekanan pada kandung kemih. Irigasi kateter jika terlihat bekuan pada selang. 8. Observasi tanda tanda vital 9. Kolaborasi dengan

dokter untuk memberi obat obatan ( analgesik atau anti spasmodik ) 5. Perubahan Tujuan: Eliminasi 1. Pertahankan eliminasi urine urine normal dan irigasi kandung berhubungan tidak terjadi retensi kemih yang dengan obstruksi urine. konstan selama sekunder dari 24 jam pertama prostatektomi 2. Pertahankan Kriteria hasil: bekuan darah posisi dower odema . kateter dan - Klien akan irigasi kateter. berkemih dalam 3. Anjurkan intake jumlah normal tanpa cairan 2500retensi. 3000 ml sesuai toleransi. - Klien akan 4. Setalah kateter menunjukan diangkat, perilaku yang pantau waktu, meningkatkan jumlah urine kontrol kandung dan ukuran kemih. aliran. Perhatikan - Tidak terdapat keluhan rasa bekuan darah penuh kandung sehingga urine kemih, lancar lewat kateter. ketidakmampua n berkemih, urgensi atau gejala gejala retensi. 6. Potensial infeksi berhubungan dengan prosedur invasif : alat selama pembedahan, kateter, irigasi kandung kemih sering. Tujuan: Klien tidak menunjukkan tanda tanda infeksi . Kriteria hasil: - Klien tidak mengalami infeksi. - Dapat mencapai waktu penyembuhan.

1. Mencegah retensi pada saat dini. 1. dapat menghambat aliran urine. 1. Mencegah bekuan darah menyumbat aliran urine. 1. Melancarkan aliran urine.

1. Pertahankan 1. Mencegah pemasukan sistem kateter bakteri dan infeksi . steril, berikan perawatan 1. . Meningkatkan kateter dengan output urine sehingga steril. resiko terjadi ISK 2. Anjurkan intake dikurangi dan cairan yang mempertahankan cukup ( 2500 fungsi ginjal. 3000 ) sehingga dapat 3. Menghindari refleks balik menurunkan urine yang dapat potensial memasukkan bakteri ke

- Tanda tanda vital dalam batas normal dan tidak ada tanda tanda shock.

infeksi. kandung kemih. 3. Pertahankan posisi urobag 1. Mencegah sebelum dibawah. terjadi shock. 4. Observasi tanda tanda vital, 1. Mengidentifikasi laporkan tanda adanya infeksi. tanda shock dan demam. 1. Untuk mencegah 5. Observasi infeksi dan membantu urine: warna, proses penyembuhan jumlah, bau. 6. Kolaborasi dengan dokter untuk memberi obat antibiotik. 1. Beri penjelasan untuk mencegah aktifitas berat selama 3-4 minggu . 2. Pemasukan cairan sekurang kurangnya 2500-3000 ml/hari. 3. . Kosongkan kandung kemih apabila kandung kemih sudah penuh . 1. Dapat menimbulkan perdarahan . 1. Mengedan bisa menimbulkan perdarahan, pelunak tinja bisa mengurangi kebutuhan mengedan pada waktu BAB . 2. Mengurangi potensial infeksi dan gumpalan darah .

7. Kurang pengetahuan: tentang prostatektomi sehubungan dengan kurang informasi .

Tujuan: Klien dapat menguraikan pantangan kegiatan serta kebutuhan berobat lanjutan . Kriteria hasil: - Klien akan melakukan perubahan perilaku. - Klien berpartisipasi dalam program pengobatan. - Klien akan mengatakan pemahaman pada pantangan kegiatan dan kebutuhan berobat lanjutan . Tujuan: Kebutuhan tidur dan istirahat terpenuhi. Kriteria hasil:

8. Gangguan tidur dan istirahat berhubungan dengan nyeri.

1. Jelaskan pada klien dan keluarga penyebab gangguan tidur dan

1. meningkatkan pengetahuan klien sehingga mau kooperatif dalam tindakan perawatan .

- Klien mampu beristirahat / tidur dalam waktu yang cukup. - Klien mengungkapan sudah bisa tidur . - Klien mampu menjelaskan faktor penghambat tidur .

kemungkinan cara untuk menghindari. 2. Ciptakan suasana yang mendukung, suasana tenang dengan mengurangi kebisingan . 3. Beri kesempatan klien untuk mengungkapka n penyebab gangguan tidur. 4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat yang dapat mengurangi nyeri ( analgesik ).

1. Suasana tenang akan mendukung istirahat . 1. Menentukan rencana mengatasi gangguan . 2. Mengurangi nyeri sehingga klien bisa istirahat dengan cukup .

DAFTAR PUSTAKA Carpenito, Lynda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, edisi 6. Jakarta: Penerbit buku kedokteran, EGC. Carpenito, Lynda Juall. 1998. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, edisi 2. Jakarta: Penerbit buku kedokteran, EGC. Doenges, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3. Jakarta: Penerbit buku kedokteran, EGC. Engram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah,volume 3. Jakarta: Penerbit buku kedokteran, EGC. Long, Barbara C. 1996. Pendekatan Medikal Bedah 3, Suatu pendekatan proses keperawatan. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran.

Lap / UPF Ilmu Bedah. 1994. Pedoman Diagnosa dan Terapi. Surabaya: Fakultas Kedokteran Airlangga. Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3 jilid kedua. Jakarta: Media Aesculapius FKUI. Price, S. 1995. Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta: EGC Purnomo, Basuki B. 2000. Dasar dasar urologi. Malang: CV Infomedika.

Sjamsuhidayat, R (et.al). 1997. Buku Ajar Bedah. Jakarta: Penerbit buku kedokteran, EGC. Smelzer, C Susanne. Keperawatan Medikal Bedah Brunner &Suddarth; alih bahasa, Agung Waluyo; editor bahasa Indonesia, Monica Ester. edisi VIII, Volume 3, Jakarta: EGC, 2002.

You might also like