Professional Documents
Culture Documents
Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir SUB TOPIK 1. Adaptasi fisiologis BBL terhadap kehidupan di luar uterus 2. Perlindungan termal (termoregulasi) 3. Pemeliharaan pernafasan 4. Pemotongan tali pusat 7. Bounding Attachment 8. Pemberian ASI awal
REFERENSI
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Departemen Kesehatan RI. Asuhan Persalinan Normal. 2007 Benett, V.R Myles textbook for midwives 12th edition. United Kingdom : Churchill Livingstone, 1996 Farrer, Helen.Perawatan maternitas, Jakarta: EGC;1999 Manuaba. Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan, & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, Jakarta : EGC; 1998. Mochtar R. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi. Jilid 1 Edisi 2, Jakarta : EGC; 1998. Moore, Hacker. Esensial Obstetri & Ginekologi, Jakarta : Hipokrates; 2001 Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan, Jakarta : YBPSP; 2002 Pusdiknakes. Asuhan Intrapartum, WHO-JHPIEGO; 2003
9.
Saifuddin. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal, Jakarta : JNPKKR; 2001
PENDAHULUAN
Bayi baru lahir merupakan masa transisi dari suatu sistem yang teratur dan sebagian besar tergantung pada organ-organ ibunya, ke suatu sistem yang tergantung kemampuan genetik dan mekanisme homeostatik bayi itu sendiri. Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir. Bayi baru lahir harus mendapat ASI dalam waktu satu jam setelah lahir. Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan mencoba segera menyusukan bayi setelah tali pusat diklem dan dipotong.
Mekanisme kehilangan panas Bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara berikut: 1. Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Kehilangan panas juga terjadi pada bayi yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti. 2. Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakkan diatas benda-benda tersebut. 3. Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi konveksi aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan. 4. Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung).
Gambar: Mekanisme Kehilangan Panas pada Bayi Baru Lahir Sumber: WHO/RHT/MSM/97-2. Mencegah kehilangan panas Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya sebagai berikut: Keringkan bayi dengan seksama Pastikan tubuh bayi dikeringkan segera setelah lahir untuk mencegah kehilangan panas yang disebabkan oleh evaporasi cairan ketuban pada tubuh bayi. Keringkan bayi dengan handuk atau kain yang telah disiapkan di atas perut ibu. Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi, juga merupakan rangsangan taktil untuk membantu bayi memulai pernapasannya. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat Segera setelah mengeringkan tubuh bayi dan memotong tali pusat, ganti handuk atau kain yang dibasahi oleh cairan ketuban kemudan selimuti tubuh bayi dengan selimut atau kain yang hangat, kering dan bersih. Kain basah di dekat tubuh bayi dapat menyerap panas tubuh bayi melalui proses radiasi. Ganti handuk, selimut atau kain yang basah telah diganti dengan selimut atau kain yang baru (hangat, bersih dan kering).
1. Selimuti bagian kepala bayi
Pastikan bagian kepala bayi ditutupi atau diselimuti setiap saat. Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yang relative luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup. Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin
2. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah kehilangan panas. Anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya segera setelah lahir. Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam waktu satu jam pertama kelahiran (lihat bagian pemberian ASI di bagian selanjutnya dalam bab ini). 3. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian), sebelum melakukan penimbangan, terlebih dulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat berpakaian/diselimuti dikurangi dengan berat pakaian/selimut. Bayi sebaiknya dimandikan (sedikitnya) enam jam setelah lahir. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia yang sangat membahayakan kesehatan bayi baru lahir.
Praktik memandikan bayi yang dianjurkan: 1. Tunggu sedikitnya enam jam setelah lahir sebelum memandikan bayi (lebih lama jika bayi mengalami asfiksia atau hipotermi). 2. Sebelum memandikan bayi, periksa bahwa suhu tubuh bayi stabil (suhu aksila antara 36,5 C37,5 C). Jika suhu tubuh bayi masih di bawah 36,5 C, selimuti kembali tubuh bayi secara longgar, tutupi bagian kepala dan tempatkan bersama ibunya di tempat tidur atau lakukan persentuhan kulit ibubayi dan selimuti keduanya. Tunda memandikan bayi hingga suhu tubuh bayi tetap stabil dalam waktu (paling sedikit) satu jam. 3. Tunda untuk memandikan bayi yang sedang mengalami masalah pernafasan.
4. Sebelum bayi dimandikan, pastikan ruang mandinya hangat dan tidak ada tiupan angin. Siapkan handuk bersih dan kering untuk mengeringkan tubuh bayi dan beberapa lembar kain atau selimut bersih dan kering untuk menyelimuti tubuh bayi setelah dimandikan. 5. Mandikan bayi secara cepat dengan air bersih dan hangat. 6. Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih dan kering. 7. Ganti handuk yang basah dengan selimut bersih dan kering, kemudian selimuti tubuh bayi secara longgar. Pastikan bagian kepala bayi diselimuti dengan baik. 8. Bayi dapat diletakkan bersentuhan kulit dengan ibu dan diselimuti dengan baik. 9. Ibu dan bayi disatukan di tempat dan anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya. Tempatkan Bayi di Lingkungan yang Hangat Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat. Idealnya bayi baru lahir ditempatkan di tempat tidur yang sama dengan ibunya di tempat tidur yang sama. Menempatkan bayi bersama ibunya adalah cara yang paling mudah untuk menjaga agar bayi tetap hangat, mendorong ibu segera menyusukan bayinya dan mencegah paparan infeksi pada bayi.
3.Pencegahan infeksi
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir. Sebelum menangani bayi baru lahir, pastikan penolong persalinan telah melakukan upaya pencegahan infeksi berikut: Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan dengan bayi. Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem, gunting,
dimandikan. pengisap lendir DeLee dan benang tali pusat telah didisinfeksi tingkat tinggi atau steril. Gunakan bola karet yang baru dan bersih jika akan melakukan pengisapan lendir dengan alat tersebut (jangan bola karet penghisap yang sama untuk lebih dari satu bayi). Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk bayi, sudah dalam keadaan bersih. Demikian pula halnya timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop dan benda-benda lain yang akan bersentuhan dengan bayi, juga bersih. Dekontaminasi dan cuci setiap kali setelah digunakan (lihat Bab1)
Penilaian
Segera setelah lahir, letakkan bayi di atas kain bersih dan kering yang disiapkan pada perut ibu. Bila hal tersebut tidak memungkinkan maka letakkan bayi dekat ibu (diantara kedua kaki atau disebelah ibu) tetapi harus dipastikan bahwa area tersebut bersih dan kering. Segera pula lakukan penilaian awal dengan menjawab 2 pertanyaan : Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan? Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas?
Jika bayi tidak bernapas atau bernapas megap-megap atau lemah maka segera lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin
10
Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT dan sabun dan segera keringkan secara seksama dengan menggunakan kain bersih. Jelaskan pada ibu bahwa ia harus mencari bantuan jika pusat menjadi merah, bernanah atau berdarah atau berbau. Jika pangkal tali pusat (pusat bayi) menjadi merah, mengeluarkan nanah atau darah, segera rujuk bayi ke fasilitas yang dilengkapi perawatan untuk bayi baru lahir.
7. Bounding Attachment Prinsip-Prinsip dan Upaya Meningkatkan Bounding Attachment 1. Dilakukan segera (menit pertama jam pertama). 2. Sentuhan orang tua pertama kali. 3. Adanya ikatan yang baik dan sistematis berupa kedekatan orang tua ke anak. 4. Kesehatan emosional orang tua. 5. Terlibat pemberian dukungan dalam proses persalinan. 6. Persiapan PNC sebelumnya. 7. Adaptasi. 8. Tingkat kemampuan, komunikasi dan keterampilan untuk merawat anak. 9. Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam memberi kehangatan pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu, serta memberi rasa nyaman. 10. Fasilitas untuk kontak lebih lama. 11. Penekanan pada hal-hal positif. 12. Perawat maternitas khusus (bidan). 13. Libatkan anggota keluarga lainnya/dukungan sosial dari keluarga, teman dan pasangan. 14. Informasi bertahap mengenai bounding attachment. Keuntungan Bounding Attachment 1. Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap sosial. 2. Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi. Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin
11
Hambatan Bounding Attachment 1. Kurangnya support sistem. 2. Ibu dengan resiko (ibu sakit). 3. Bayi dengan resiko (bayi prematur, bayi sakit, bayi dengan cacat fisik). 4. Kehadiran bayi yang tidak diinginkan. 8. Pemberian ASI awal Prinsip pemberian ASI adalah sedini mungkin dan eksklusif. Bayi baru lahir harus mendapat ASI dalam waktu satu jam setelah lahir. Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan mencoba segera menyusukan bayi setelah tali pusat diklem dan dipotong. Beritahu bahwa penolong akan selalu membantu ibu untuk menyusukan bayi setelah plasenta lahir dan memastikan ibu dalam kondisi baik (termasuk menjahit laserasi). Keluarga dapat membantu ibu untuk memulai pemberian ASI lebih awal. Memulai pemberian ASI secara dini akan: Merangsang produksi susu. Memperkuat refleks menghisap bayi. Refleks menghisap awal pada bayi paling kuat dalam beberapa jam pertama setelah lahir. Jelaskan pada ibu dan keluarganya tentang manfaat kontak langsung ibu-bayi dan anjurkan untuk menyusukan bayinya sesering mungkin untuk merangsang produksi ASI sehingga mencukupi kebutuhan bayi itu sendiri (Enkin, et al, 2000). Yakinkan ibu dan keluarganya bahwa kolostrum (susu beberapa hari pertama kelahiran) adalah zat bergizi dan mengandung semua unsur yang diperlukan bayi. Minta ibu untuk memberi ASI sesuai dengan keinginan atau dorongan naluriah bayinya. Pada saat bayi melepaskan puting susu yang satu, minta ibu untuk memberikan puting susu yang lainnya. Jelaskan pada ibu bahwa membatasi lama bayi menyusu akan mengurangi jumlah nutrisi yang diterima bayi dan akan menurunkan produksi susunya (Enkin, et al, 2000). Anjurkan ibu untuk bertanya mengenai cara pemberian ASI dan kemudian beri
12
jawaban lengkap dan jelas. Pesankan untuk mencari pertolongan bila ada masalah dengan pemberian ASI Pedoman menyusui (WHO/UNICEF, Breast Feeding Promotion and Support, 2005): Mulai menyusui segera setelah lahir (dalam waktu satu jam). Jangan berikan makanan atau minuman lain kepada bayi (misalnya air, madu, larutan air gula atau pengganti susu ibu) kecuali diinstruksikan oleh dokter atas alasan-alasan medis; sangat jarang ibu tidak memiliki air susu yang cukup sehingga memerlukan susu tambahan (Enkin, et al, 2000). Berikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama hidupnya dan baru dianjurkan untuk memulai pemberian makanan pendamping ASI setelah periode eksklusif tersebut. Berikan ASI pada bayi sesuai dorongan alamiahnya baik siang maupun malam (8-10 kali atau lebih dalam 24 jam) selama bayi menginginkannya.
Posisi menyusui Posisi bayi saat menyusui sangat menentukan keberhasilan pemberian ASI dan mencegah lecet puting susu (Enkin, et al, 2000). Pastikan ibu memeluk bayinya dengan benar. Berikan bantuan dan dukungan jika ibu memerlukannya, terutama jika ibu pertama kali menyusui atau ibu berusia sangat muda.
13
Ingat: ibu yang berpengalaman sekalipun tetap memerlukan bantuan untuk mulai menyusukan bayi barunya. Posisi menyusui: Lengan ibu menopang kepala, leher dan seluruh badan bayi (kepala dan tubuh berada pada satu garis lurus), muka bayi menghadap ke payudara ibu, hidung bayi di depan puting susu ibu. Posisi bayi harus sedemikian rupa sehingga perut bayi menghadap ke perut ibu. Ibu mendekatkan bayinya ke tubuhnya (muka bayi ke payudara ibu) dan mengamati bayi siap menyusu: membuka mulut, bergerak mencari, dan menoleh. Ibu menyentuhkan puting susunya ke bibir bayi, menunggu hingga mulut bayi terbuka lebar kemudian mengarahkan mulut bayi ke puting susu ibu sehingga bibir bayi dapat menangkap puting susu tersebut.
Tanda-tanda posisi bayi menyusu dengan baik: dagu menyentuh payudara ibu mulut terbuka lebar hidung bayi mendekati dan kadang-kadang menyentuh payudara ibu mulut bayi mencakup sebanyak mungkin areola (tidak hanya puting saja), lingkar areola atas terlihat lebih banyak dibandingkan lingkar areola bawah lidah bayi menopang puting dan areola bagian bawah bibir bawah bayi melengkung keluar bayi mengisap kuat dan dalam secara perlahan dan kadang-kadang disertai dengan berhenti sesaat
Posisi menyusui yang diuraikan di atas adalah posisi dimana ibu telah memiliki kemampuan untuk duduk dan melakukan mobilisasi secukupnya. Masih ada beberapa posisi alternatif lain yang disesuaikan dengan kemampuan ibu setelah melahirkan anaknya, misalnya posisi berbaring telentang, miring kiri atau miring kanan dsb. Posisi ibu berbaring telentang dan setengah duduk mungkin lebih sesuai untuk pemberian ASI dini.
14
cradle
Football
Cross Cradle
Cradle
Crisscross
Double Football
15
Gambar : Ibu menyusukan bayinya dengan posisi duduk Sumber : Institute of Reproductive Health-Rafael Avila/JHU CCP 2006 (14)
EVALUASI
1. Kehilangan panas juga terjadi pada bayi yang terlalu cepat dimandikan dan
tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti, merupakan mekanisme kehilangan panas: a. Konveksi b. Konduksi c. Evaporasi d. Radiasi Jawab C 2. Kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin, merupakan mekanisme kehilangan panas: a. Konveksi b. Konduksi c. Evaporasi d. Radiasi Jawab A 3.Memandikan bayi pada bayi baru lahir normal sebaiknya dilakukan pada: a. saat bayi baru lahir b. 1 jam setelah bayi lahir c. 3 jam setelah bayi lahir d. 6 jam setelah bayi lahir jawab D 4. Tanda-tanda posisi bayi menyusu dengan baik: a. dagu menyentuh payudara ibu
b.
mulut tertutup lidah bayi menopang puting dan areola bagian bawah
Jawab B
16
5. Hambatan Bounding Attachment a. Kurangnya support sistem. b. Ibu dengan resiko (ibu sakit). c. Bayi dengan resiko (bayi prematur, bayi sakit, bayi dengan cacat fisik). d. Kehadiran bayi yang diinginkan. Jawab D