You are on page 1of 26

BAB I PENDAHULUAN

1. Maksud Praktikum Adapun maksud dari praktikum farmasetika dasar ini yaitu: a. Mahasiswa dapat mengetahui proses pembuatan sediaan emulsi. b. Mahasiswa dapat terampil mengerjakan resep-resep sediaan emulsi. 2. Tujuan Praktikum Adapun tujuan kegiatan praktikum ini yaitu: a. b. c. d. e. f. Mahasiswa dapat membaca dan memahami resep dokter. Mahasiswa dapat menghitung dosis dengan benar. Mahasiswa dapat menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Mahasiswa dapat menimbang dengan benar. Mahasiswa dapat mengerjakan bahan obat dalam sediaan emulsi. Mahasiswa dapat mengemas sediaan dan memberikan informasi

tentang sediaan kepada pasien.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Emulsi adalah suatu sistem yang secara termodinamika tidak stabil, terdiri dari paling sedikit dua fase sebagai globul-globul dalam fase cair lainnya. Sistem ini biasanya distabilkan dengan emuulgator. (1) Emulsi yang digunakan dalam bidang farmasi adalah sediaan yang mengandung dua cairan immiscible yang satu terdispersi secara seragam sebagai tetesan dalam cairan lainnya. Sediaan emulsi merupakan golongan penting dalam sediaan farmasetik karena memberikan pengaturan yang dapat diterima dan bentuk yang cocok untuk beberapa bahan berminyak yang tidak diinginkan oleh pasien (2). Dalam bidang farmasi, emulsi biasanya terdiri dari minyak dan air. Berdasarkan fase terdispersinya dikenal dua jenis emulsi, yaitu : (5) 1. Emulsi minyak dalam air, yaitu bila fase minyak terdispersi di dalam fase air. 2. Emulsi air dalam minyak, yaitu bila fase air terdispersi di dalam fase minyak (5). Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor yang penting untuk diperhatikan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan. Salah satu emulgator yang aktif permukaan atau lebih dikenal dengan surfaktan. Mekanisme kerjanya adalah menurunkan tegangan antarmuka permukaan air dan minyak serta membentuk lapisan film pada permukaan globul-globul fase terdispersinya (5). Mekanisme kerja emulgator surfaktan, yaitu :
1.

Membentuk lapisan monomolekuler ; surfaktan yang dapat menstabilkan emulsi bekerja dengan membentuk sebuah lapisan tunggal yang diabsorbsi molekul atau ion pada permukaan antara minyak/air. Menurut hukum

Gibbs kehadiran kelebihan pertemuan penting mengurangi tegangan permukaan. Ini menghasilkan emulsi yang lebih stabil karena pengurangan sejumlah energi bebas permukaan secara nyata adalah fakta bahwa tetesan dikelilingi oleh sebuah lapisan tunggal koheren yang mencegah penggabungan tetesan yang mendekat. 2. Membentuk lapisan multimolekuler ; koloid liofolik membentuk lapisan multimolekuler di sekitar tetesan dari dispersi minyak. Sementara koloid hidrofilik diabsorbsi pada pertemuan, mereka tidak menyebabkan penurunan tegangan permukaan. Keefektivitasnya koheren.
3.

tergantung pada

kemampuan membentuk lapisan kuat, lapisan multimolekuler yang Pembentukan kristal partikel-partikel padat ; mereka menunjukkan pembiasan ganda yang kuat dan dapat dilihat secara mikroskopik polarisasi. Sifat-sifat optis yang sesuai dengan kristal mengarahkan kepada penandaan Kristal Cair. Jika lebih banyak dikenal melalui struktur spesialnya mesifase yang khas, yang banyak dibentuk dalam ketergantungannya dari struktur kimia tensid/air, suhu dan seni dan cara penyiapan emulsi. Daerah strukturisasi kristal cair yang berbeda dapat karena pengaruh terhadap distribusi fase emulsi. 4. Emulsi yang digunakan dalam farmasi adalah satu sediaan yang terdiri dari dua cairan tidak bercampur, dimana yang satu terdispersi seluruhnya sebagai globula-globula terhadap yang lain. Walaupun umumnya kita berpikir bahwa emulsi merupakan bahan cair, emulsi dapat dapat diguanakan untuk pemakaian dalam dan luar serta dapat digunakan untuk sejumlah kepentingan yang berbeda (3). Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan emulgator yang mencegah koslesensi, yaitu penyatuan tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase tunggal yang memisah. Bahan pengemulsi (surfaktan) menstabilkan dengan cara menempati daerah antar muka antar tetesan dan fase eksternal dan dengan membuat batas fisik disekeliling partikel yang akan brekoalesensi. Surfaktan juga

mengurangi tegangan antar permukaan dari fase dan dengan membuat batas fisik disekeliling partikel yang akan berkoalesensi. Surfaktan juga mengurangi tegangan antar permukaan dari fase, hingga meninggalkan proses emulsifikasi selama pencampuran (2). Menurut teori umum emulsi klasik bahwa zat aktif permukaan mampu menampilakn kedua tujuan yaitu zat-zat tersebut mengurangi tegangan permukaan (antar permukaan) dan bertindak sebagai penghalang bergabungnya tetesan karena zat-zat tersebut diabsorbsi pada antarmuka atau lebih tepat pada permukaan tetesan-tetesan yang tersuspensi. Zat pengemulsi memudahkan pembentukan emulsi dengan 3 mekanisme : (1) 1. Mengurangi tegangan antarmuka-stabilitas termodinamis 2. Pembentukan suatu lapisan antarmuka yang halus-pembatas mekanik untuk penggabungan. 3. Pembentukan lapisan listrik rangkap-penghalang elektrik untuk mendekati partikel(1). HLB adalah nomor yang diberikan bagi tiap-tiap surfaktan. Daftar di bawah ini menunjukkan hubungan nilai HLB dengan bermacam-macam tipe system: Nilai HLB 36 79 8 18 13 15 15 18 Tipe system A/M emulgator Zat pembasah (wetting agent) M/A emulgator Zat pembersih (detergent) Zat penambah pelarutan (solubilizer)

Makin rendah nilai HLB suatu surfaktan maka akan makin lipofil surfaktan tersebut, sedang makin tinggi nilai HLB surfaktan akan makin hidrofil. (6) Cara menentukan HLB ideal dan tipe kimi surfaktan dilakukan dengan eksperimen yang prosedurnya sederhana, ini dilakukan jika kebutuhan HLB bagi zat yang diemulsi tidak diketahui. Ada 3 fase:

a. Fase I Dibuat 5 macam atau lebih emulsi suatu zat cair dengan sembarang campuran surfaktam, dengan klas kimi yang sama, misalnya campuran Span 20 dan Tween 20. Dari hasil emulsi dibedakan salah satu yang terbaik diperoleh HLB kira-kira. Bila semua emulsi baik atau jelek maka percobaan diulang dengan mengurangi atau menambah emulgator. b. Fase II Membuat 5 macam emulsi lagi dengan nilai HLB di sekitar HLB yang diperoleh dari fase I. dari kelima emulsi tersebut dipilih emulsi yang terbaik maka diperoleh nilai HLB yang ideal. c. Fase III Membuat 5 macam emulsi lagi dengan nilai HLB yang ideal dengan menggunakan bermacam-macam surfaktan atau campuran surfaktan.dari emulsi yang paling baik, dapat diperoleh campuran surfaktan mana yang paling baik (ideal) (6).

BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM Resep 1 I. Resep Asli Dr. Yarminerva APOTEK AKFARSAM Jl. A.W.Syahrani No.51 Samarinda Smd, 16 April 2012 R/ Ol.Cocos KOH Glyserol Borax Preservative Parfume Aqua m.f.da sue Pro : Tn. Rusli A. Resep Standar B. Kelengkapan Resep - Paraf dokter tidak tertera - SIP tidak tertera C. Penggolongan Obat -O: -W: d. Komposisi Bahan -G: - B : Ol. Cocos - Alamt pasien tidak tertera - No. Telp dokter tidak tertera 5 5,3 4 0,5 qs qs ad 100

Ol.Cocos KOH Glyserol Borax Preservative Parfume Aqua

5 5,3 4 0,5 qs qs ad 100

II. Uraian Bahan


1. Ol.Cocos (FI,III,456) a. Sinonim b. Kegunaan c. Pemerian d. Kelarutan : Minyak kelapa : Zat tambahan pengisi,pelalarut : Cairan jernih tidak berwana atau kuning cat, bau khas atau tengik. : Larut dalam 2 bagia etanol (95%) pada suhu 60o larut dalam klorofrom dan eter P. 2. KOH (FI,III,689) a. Sinonim b. Khasiat c. Pemerian d. Kelarutan : Kalium Hidroksida : Elmugator : Massa berbentuk batang, atau bongkahan kecil sanggat mudah meleleh basa. : larut dalam 1 bagian air, dalm 3 bagian etanol (95%)P, sangat mudah larut dalam etanol mutlak P mendidih. 3. Glycerolum (FI,III,271) a. Sinonim b. Khasiat : Gliserol : Zat tambahan

c. Pemerian d. Kelarutan 4. Borax a. Sinonim b. Kegunaan c. Pemerian d. Kelarutan

: Cairan seperti sirup, jernih tidak berwarna, tidak berbau, manis, diikuti rasa hangat, higroskopik. : Dapat campur dengan air dan etanol, praktis tidak larut dalam kloroform dan minyak lemak. : Natrium teraborax : Antiseptikum extern. : Hablur Transparan tidak berwarna atau serbuk halus putih tidak berbau rasa asin dan basa dalam udara kering rapuh. : Larut dalam 20 bagian air dalam 0,6 bagian air mendidih dan bagian gliserol praktis tidak larut dalam etanol (95%).

5. Nipagin (FI III,378) a. Sinonim b. Khasiat c. Pemerian d. Kelarutan : Methylis parabenum : Pengawet : Serbuk hablur putih hampir tidak berbau dan tidak mempunyai rasa. :Larut dalam 500 bagian air, larut dalam 20 bagian air mendidih, 3,5 bagian dalam etanol (95%)P, 3 bagian aseton, mudah larut dalam eter dan dalam larutan alkali hidroksida. 6. Nipasol (FI,III,535) a. Sinonim b. Khasiat c. Pemerian d. Kelarutan : Propyl Paraben. : Pengawet. : Serbuk hablur tidak berbau,tidak berasa. : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian etanol (95%), dalam 3 bagian aseton, dalam 40 bagian gliserol P, dalam 40 bagian minyak lemak mudah larut dalam larutan alkali hidroksida.

7. Oleum Rosae (FI III,459) a. Sinonim : Minyak Mawar b. Indikasi : Pengaroma c. Pemerian d. Kelarutan : Cairan kuning pucat, bau lemah rasa tawar tidak membeku pada suhu 00 : Sukar larut dalam etanol, mudah larut dalam kloroform dalam eter dan dalam minyak tanah. e. Konsentrasi :0,2 % 8. Air Suling (FI,III,96) a. b. c. Sinonim Indikasi Pemerian :Aqudest steril :Pelarut :Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.

III. Perhitungan Dosis IV. Penimbangan


Ol. Cocos KOH Glicerol Borax Nipagin Air panas Ol. Rosae Aqua :5g : 5,3 g : 4g : 0,5 g = 500 mg : 0,12 % x 100 = 0,12 g = 120 mg : 20 x 0,2 g = 2,4 g = 2,4 ml : 0,2 % x 100 = 0,2 x 20 tetes = 4 tetes : ad 100 (5+5,3+5,3+4+0,5+0,12+2,4+0,02) 100 22,64 = 77,36 g = 77,36 ml

Air yang di gunakan : 5,3 g x 1 = 5,3 ml

V. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan. 2. Kalibrasi botol yang di gunkan. 3. Ditimbang - Ol. Cocos 5g di penimbangan kasar menggunakan cawan perselin yang sebulumnya sudah ditara. - KOH sebanyak 5,3 g di penimbangan kasar. - Nipagin 120 mg dan nipasol 20 mg di penimbangan halus. - Glicerol 4 g di penimbangan kasar menggunakan cawan persolin yang sebelumnya sudah ditara. - Borax sebanyak 500 mg dengan penimbangan halus. 4. Gerus KOH dengan gliserol sebagai pembasah. 5. Dilarutkan nipagn dengan air sebanyak 2,4 ml hingga larut kemudian tambahkan borax (Fase Air). 6. Dipanaskan lumpang, dimasukan air panas 1/3 bagian. 7. Dilebur Ol.cocos dan nipasol di atas tangas air hingga lebur (Fase Minyak) 8. Didalam lumpang panas masukan Fase Minyak gerus perlahan kemudian masukan KOH kemudian gerus homogen. 9. Kemudian ditanbahkan semi demi sedikit fase air gerus hingga homogen dengan cepat dan hingga dingin. 10. Masukan dalam botol kemudian tambahkan ol.rosae. 11. Kemas dan beri etiket biru.

VI. Penandaan
Etiket Biru Laboratorium Farmasetika 1 Akademi Farmasi Samarinda Apt : Nana Caesariana
No. 01 Tn. Rusli OBAT LUAR KOCOK DAHULU Tgl 24 4- 2012

VII. Edukasi
1. Obat ini berkhasiat sebagai sampo. 2. Digunakan untuk pemakaian luar tubuh. 3. Disimpan di tempat sejuk dan terhindar dari sinar matahari.

Resep 2

I. Resep asli
Dr. Yarminerva APOTEK AKFARSAM Jl. A.W.Syahrani No.51 Samarinda Smd, 16 April 2012 R/ Levertraan Oil PGA Flavour Sacharin Presevative Aqua ad m.d S o.m.CI Pro : Tari (4thn) A. Resep Standar B. Kelengkapan Resep - Paraf dokter tidak tertera - SIP tidak tertera C. Penggolongan Obat -O: -W: d. Komposisi Bahan -G: - B : Levertraan Oil - Alamt pasien tidak tertera - No. Telp dokter tidak tertera 5 qs qs qs qs 60

Levertraan Oil PGA Flavour Sacharin Presevative Aqua

5 qs qs qs qs ad 60

II. Uraian Bahan


1. Levertraan Oil (FI,III,457) a. Sinonim b. Khasiat c. Pemerian d. Kelarutan :Minyak ikan :Sumber vit A dan D :Ciaran kuning pucat, bau khas, agak manis tidak tengik rasa khas. : Sukar larut dalam etanol, mudah larut dalam kloroform dan eter dan dalam minyak tanah. 2. Gom Arab (FI,III,748) a. Sinonim b. Khasiat c. Pemerian d. Kelarutan : Gummi Acaciae. : Emulgator. : Hampir tidak berbau rasa tawar seperti lendir. :Mudah larut dalam air menghasilkan larutan yang kental dan tembus cahaya praktis tidak larut dalam etanol. 3. Saccharum (FI,III,748) a. Sinonim b. Khasiat c. Pemerian : Saccharum Natrium. : Zat Tambahan, Pemanis :Serbuk hablur putih tidak berbau atau agak aromatis sangat manis.

d. Kelarutan

: Agak sukar larut dalam air, dalam klorofrom dan dalam eter mudah larut dalam air mendidih, etanol dan mudah larut dalam larutan aromatik encer dan dalam larutan alkohol hidroksida dan alkali karbonat dengan pembentukan CO2.

4. Air Suling (FI,III,96) a. b. c. Sinonim Khasiat Pemerian :Aqudest steril :Pelarut :Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.

5. Nipagin (FI III,378) a. Sinonim b. Khasiat c. Pemerian d. Kelarutan : Methylis parabenum : Pengawet :Serbuk hablur putih hampir tidak berbau dan tidak mempunyai rasa. :Larut dalam 500 bagian air, larut dalam 20 bagian air mendidih, 3,5 bagian dalam etanol (95%)P, 3 bagian aseton,mudah larut dalam eter dan dalam larutan alkali hidroksida. 6. Nipasol (FI,III,535) a. Sinonim b. Khasiat c. Pemerian d. Kelarutan : Propyl Paraben. : Pengawet. : Serbuk hablur tidak berbau,tidak berasa. : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian etanol (95%), dalam 3 bagian aseton, dalam 40 bagian gliserol P, dalam 40 bagian minyak lemak mudah larut dalam larutan alkali hidroksida.

7. Oleum Citri (FI III,455) a. Sinonim b. Khasiat c. Pemerian d. Kelarutan : Minyak Jeruk : Pengaroma : Cairan kuning pucat atau kuning kehijauan, bau khas rasa pedas dan agak pahit. : Larut dalam 12 bagian e. Konsentrasi : 0,2 % - 0,3 % (V.Alen, Iyod, 99)

III. Perhitungan Dosis


Levertran oil DL anak 1 x : 5- 15 ml 1 h : 15-50 ml DDR 1xp : 1 h : 1 x 1,36 ml = 1,36 ml Kesimpulan : Subterapi Rekomendasi di naikan sesuai DL 1 x p : 5 ml 1h Kesimpulan Terapi : 1 x 5 ml = 5 ml

IV. Penimbangan
Levertran Oil Saccharin (5%) Ol.Citrii (0,2%) FDC Yellow Pengenceran - Air : 10 ml : : : : 0,01 % x 60 = 0,006 g = 6 mg :

- FDC yellow : 50 mg

Yang di ambil Gom arab Nipagin Air Nipasol Air : 30 % x 18,34 g = 5,5 g : 0,1 x 60 = 0,06 g = 60 mg : 20 x 0,06 g = 1,2 g = 1,2 ml : 0,05 % x 60 = 30 mg ad : 60 ml

IV. Cara Kerja


1. Siapkan alat dan bahan. 2. Kalibrasi botol yang digunakan. 3. Ditimbang - PGA sebanyak 3 g di penimbangan kasar. - Levertraan Oil 20 ml di ukur dengan gelas ukur. - Saccrin sebanyak 3 g di penimbangan kasar. - Nipagin 60 mg dan Nipasol 30 mg di penimbangan halus. 4. Dilarutkan Nipagin dan dilarutkan dengan air panas sebanyak 1,2 ml di dalam beker. (campuran 1) 5. Dimasukan PGA dilarutkan dengan air gerus kemudian tambahkan levertraan oil sedikit demi-sedikit gerus hingga homogen 6. Tambahkan saccrin gerus hingga homogen. .(Campuran 2) 7. Ditambahkan campuran 1 dan campuran 2sedikit demisedikit gerus hingga homogen. 8. Ditambahkan FDC Yellow lalu gerus hingga homogen masukan dalam botol dan tambahkan air hingga batas kalibrasi. 9. Kemas dan beri etiket putih.

VI. Penandaan
Etiket Putih

Laboratorium Farmasetika 1 Akademi Farmasi Samarinda Apt : Nana Caesariana


No. 02 Tari (4 thn) 1 x sehari 1 sendok makan tiap pagi hari Sesudah makan KOCOK DAHULU Tgl 24 4- 2012

VII. Edukasi
1. Obat ini berkhasiat sebagai sumber vit A dan D 2. Dinum 1 x sehari 1 sendok makan tiap pagi hari sesudah makan sebelum digunakan kocok dahulu. 3. Simpan di tempat sejuk dan terhindar dari cahaya matahari.

Resep 3 I. Resep Asli Dr. Yarminerva

APOTEK AKFARSAM Jl. A.W.Syahrani No.51 Samarinda Smd, 16 April 2012 R/ Emulsum Camporae 60 m.f.l.a Emulsum s.u.e Pro : Nn. Chyntia A. Resep Standar Emulsum Campora 60 - Campora - Vit. Oil - Saccharin - Aqua B. Kelengkapan Resep - Paraf dokter tidak tertera - SIP tidak tertera C. Penggolongan Obat -O: -W: d. Komposisi Bahan - Campora - Vit. Oil - Saccharin - Aqua 1g 1g 50 g 100 g -G: - B : Campora - Alamt pasien tidak tertera - No. Telp dokter tidak tertera 1g 1g 50 g 100 g

II. Uraian Bahan


1. Campora (FI,III,130) a. Sinonim b. Khasiat c. Pemerian d. Kelarutan : Kamfer : Antiiritan : Hablur butiran atau masa hablur tidak berwarna atau putih bau khas bau tajam rasa pedas aromatis. : Larut dalam 700 bagian air dalam 1 bagian etanol (95%) dalam 0,25 bagian klorofrom sangat mudah larut dalam eter dan minyak lemak. 2. Air Suling (FI,III,96) a. b. c. Sinonim Khasiat Pemerian :Aqudest steril :Pelarut :Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.

3. Vitamin Ovi a. Sinonim b. Khasiat c. Pemerian d. Kelarutan : Kuning Telur : Bersifat melekat serta dapat menjadi elmugator apabila tambahkan bahan lain. : Berwarna kuning nlendir, warna kuning bau amis : Agak sukar larut dalam air dan klorofrom dan eter mudah larut dalam air mendidih sukar larut dalam etanol mudah larut dalam amoniak encer dan dalam alkali.

III. Perhitungan Dosis IV. Penimbangan

- Campora - Vit. Oil - Sacchari - Aqua : :

: :

- Air panas untuk sacari: karena mudah larut dalam air panas 1- 10 bagian ; 1 x 2,8 g = 2,8 g = 2,8 ml - Air ad : 60 ml (0,5 + 0,5 + 2,8+2,8) : 60 6,6 : 53,4 g = 53,4 ml - Nipasol : 0,02 % x 60 ml = 0,012

V. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan. 2. Kalibrasi botol yang digunakan. 3. Ditimbang - Campora sebanyak 500 mg dipenimbangan halus. - Diambil kuning telur dari 1 buah telur lalu di hilngkan putih telurnya. - Diukur aqua sebanyak 2,8 ml 4. Didalam mortir masukan campora ditetesin dengan etanol gerus hingga larut. 5. Dilarutkan Saccarin dengan dalam mortir sedikit demi sedikit erus hingga halus. 6. Dimasukan 500 mg vit.oil gerus hingga homogen tambahkan nipasol gerus hingga homogen. 7. Ditambahkan air 50 ml homogenkan masukan dalam botol 8. Tambahkan air hingga batas kalibrasi. 9 . Kemas dan beri etiket putih.

VI. Penandaan

Etiket putih Laboratorium Farmasetika 1 Akademi Farmasi Samarinda Apt : Nana Caesariana
No. 03 Ny. Cyntia Aturan pakai diketahui Obat Luar KOCOK DAHULU Tgl 24 4- 2012

VII. Edukasi
1. Obat ini berkhasiat sebagai anti iritasi 2. sebelum digunakan kocok dahulu aturan pakai diketahui 3. Simpan di tempat sejuk dan terhindar dari cahaya matahari.

BAB IV PEMBAHASAN
Resep 1

Pada resep ini, praktikan membuat sediaan berupa emulsi. Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain dalam bentuk tetesan kecil. Pada resep ini terdapat bahan aktif borax yang berfungsi sebagai antiseptikum ekstern. Selain bahan obat digunakan juga zat tambahan seperti Oleum cocos, KOH, glyserol, nipagin dan aqua. Pada pengerjaan emulsi resep ini terdapat dua fase yaitu fase minyak dan fase air. Fase minyak terdiri dari oleum cocos dan nipasol. Fase air terdiri dari Nipagin, gliserol dan borax. Emulsi yang dibuat pada resep ini merupakan emulsi tipe o/w karena fase internal yaitu minyak terdispersi/tersebar dalam fase eksternal yaitu air. Pada pembuatan emulsi juga digunakan emulgator yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan antara fase minyak dan air sehingga minyak dan air dapat bercampur. Pada resep ini emulgator yang digunakan adalah KOH Pada pengerjaan, pertama- tama botol ditara sebanyak 100 ml. Botol di tara agar diketahui batasan banyak emulsi dalam botol, sehingga memudahkan dalam menambahkan jumlah pelarut. Pada pengerjaannya bahan dipisahkan menjadi fase minyak yang terdiri dari oleum cocos dan nipasol, dan fase air yang terdiri dari nipagin, gliserol dan borax. Pertama-tama dibuat fase air dengan melarutkan nipagin dalam air panas, kemudian ditambahkan borax dan gliserol kemudian diaduk. Setelah itu dibuat larutan KOH dengan melarutkan dalam KOH dalam air. Kemudian dibuat fase minyak dilebur oleum cocos dan nipasol diatas penangas air. Setelah melebur dimasukkan fase minyak dalam mortir kemudian ditambahkan fase minyak sedikit demi sedikit sambil digerus cepat dan ditambahkan larutan KOH. Dimasukkan dalam botol dan kemudian ditambahkan oleum rosae. Emulsi yang pada resep ini digunakan untuk pemakaian luar tubuh yaitu digunakan sebagai shampo untuk membersihkan kepala dari ketombe. Resep 2 Pada resep ini, praktikan membuat sediaan berupa emulsi. Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain dalam bentuk tetesan kecil. Pada resep ini terdapat bahan aktif levertraan oil yang

berfungsi sebagai sumber vitamin A dan B. Selain bahan obat digunakan juga zat tambaan seperti PGA, flavour, saccharin, nipagin, nipasol dan aqua. Emulsi yang dibuat pada resep ini merupakan emulsi tipe o/w karena fase internal yaitu minyak (levertraan oil) terdispersi/tersebar dalam fase eksternal yaitu air. Pada pembuatan emulsi juga digunakan emulgator yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan antara tipe minyak dan air sehingga minyak dan air dapat bercampur. Pada resep ini emulgator yang digunakan adalah PGA. PGA sangat baik untuk emulgator tipe o/w dan untuk obat minum karena emulsi yang terbentuk akan sangat stabil dan tidak terlalu kental. Banyaknya gom arab yang digunakan adalah dari jumlah minyaknya. Pada pengerjaan, pertama- tama botol ditara sebanyak 60 ml. Botol di tara agar diketahui batasan banyak sirup dalam botol, sehingga memudahkan dalam menambahkan jumlah pelarut. Pertama-tama dilarutkan nipagin dan sacharin masing-masing dalam air. Dimasukkan levertraan oil dan nipasol dalam mortir kemudian ditambahkan PGA digerus cepat kemudian ditambahkan larutan nipagin, larutan sacharin digerus hingga homogen kemudian ditambahkan air. Kemudian dimasukkan dalam botol dan tambahkan oleum citri. Emulsi yang dibuat pada praktikum kali ini berfungsi sebagai obat dalam/per oral yang berkhasiat sebagai sumber vitamin A dan D. Obat ini diminum tiap pagi hari karena diharapkan obat ini memperlancar metabolime dalam tubuh sehingga dapat mensuplai energi untuk menjalani kegiatan sehari-hari.

Resep 3 Pada resep ini, praktikan membuat sediaan berupa emulsi. Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain dalam bentuk tetesan kecil. Pada resep ini terdapat bahan aktif camphora yang berfungsi sebagai antiiritan. Selain bahan obat digunakan juga zat tambaan seperti vitellium ovi (kuning telur), saccharin, dan aqua. Emulsi yang dibuat pada resep ini merupakan emulsi tipe o/w karena fase internal yaitu minyak (champora)

terdispersi/tersebar dalam fase eksternal yaitu air. Pada pembuatan emulsi juga digunakan emulgator yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan antara tipe minyak dan air sehingga minyak dan air dapat bercampur. Pada resep ini emulgator yang digunakan adalah vit. ovi. Vittelium ovi atau kuning telur mengandung lecitin (golongan protein/asam amino) dan kolesterol yang kesemuanya dapat berfungsi sebagai emulgator. Lecitin merupakan emulgator tipe o/w, tetapi kemampuan lecitin lebih besar dari kolesterol sehingga secara total kuning telur merupakan emulgator tipe o/w. Pada pengerjaan, pertama- tama botol ditara sebanyak 60 ml. Botol di tara agar diketahui batasan banyak sirup dalam botol, sehingga memudahkan dalam menambahkan jumlah pelarut. Pertama-tama dibuka dulu kuning telur dengan cara kulit telurnya dilubangi dan diletakkan diatas corong, maka bagian telur yang bening putih akan keluar, sedangkan yang tinggal dalam kulit bungkus telur adalah kuning telurnya. Sebutir kuning telur mempunyai daya emulsi sama dengan PGA seberat 10 g. Kemudian dilarutkan nipagin dalam air panas dan dilarutkan sacharin dalam air. Dimasukkan camphora dalam mortir kemudian ditambahkan etanol 95 % sampai larut kemudian ditambahkan nipasol. Kemudian dimasukkan vittelium ovi kedalam mortir isi camphora, digerus cepat. Ditambahkan larutan nipagin dan sacharin dalam mortir kemudian tambahkan aqua. Dimasukkan emulsi dalam botol dan diberi etiket. Emulsi yang dibuat pada praktikum kali ini adalah untuk pemakaian obat luar yang berkhasiat sebagai antiiritan, digunakan dengan cara menggosokkan pada kulit yang mengalami iritasi.

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Resep 1 Bahan obat yang diracik menghasilkan sediaan dalam bentuk emulsi berkhasiat sebagai shampo. Sebelum digunakan dikocok terlebih dahulu.

Resep 2 Bahan obat yang diracik menghasilkan sediaan emulsi dan digunakan peroral/diminum 1x sehari 2 sendok makan sesudah makan tiap pagi hari. Sebelum digunakan dikocok terlebih dalulu. Sediaan sebaiknya disimpan ditempat sejuk dan kering serta terhindar dari sinar matahari langsung dan dalam wadah tertutup rapat . Resep 3 Pada resep ini dibuat sediaan emulsi. Digunakan untuk pemakaian bagian luar tubuh dengan digosokkan pada bagian yang iritasi. Sebelum digunakan dikocok terlebih dahulu. Sediaan sebaiknya disimpan ditempat sejuk dan kering serta terhindar dari sinar matahari langsung dan didalam wadah tertutup baik. B. Saran Praktikan harus lebih teliti dalam perhitungan dosis, selain itu juga teliti dalam penimbangan dan pengambilan bahan. Harus perhatikan pengerjaan resepresep standar.

BAB VI DAFTAR PUSTAKA


Anonim, 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Departemen RI : Jakarta Anief. Moh. 2006. Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University press : Yogyakarta

Anonim. 2011. ISO Indonesia. Vol. 45. PT. ISFI Penerbitan : Jakarta Anonim. 1966. Formularium Indonesia. Departemen Kesehatan RI : Jakarta

You might also like