Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN KASUS
LETAK SUNGSANG
Oleh :
Pembimbing:
dr. H. Doddy A.K., SpOG (K)
PENDAHULUAN
PREVALENSI
Kejadian presentasi bokong ditemukan sekitar 3-4% dari seluruh
persalinan tunggal.(1-3) Presentasi bokong adalah suatu keadaan pada letak janin
memanjang dimana presentasi bokong dengan atau tanpa kaki merupakan bagian
(1-3)
terendahnya. Angka kejadiannya adalah 3-4% dari seluruh kehamilan.
Beberapa peneliti lain seperti Greenhill melaporkan kejadian persalinan presentasi
bokong sebanyak 4-4,5%.(1) Di Parkland Hospital 3,5 persen dari 136.256
(1)
persalinan tunggal dari tahun 1990 sampai 1999 merupakan letak sungsang .
Sedangkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang sendiri pada tahun 2003-
2007 didapatkan persalinan presentasi bokong sebesar 8,63%.
3
PATOFISIOLOGI
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air
ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan
leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala,
letak sungsang atau letak lintang (6).
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah
air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih
besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih
luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada ruangan yang lebih kecil di segmen
bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum
cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan
(6)
cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala .
Sayangnya, beberapa fetus tidak seperti itu. Sebagian dari mereka berada dalam
posisi sungsang.
ETIOLOGI
Faktor-faktor yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang
diantaranya ialah prematuritas, rnultiparitas, hamil kembar, hidramnion,
hidrosefalus, plasenta previa dan panggul sempit. Kadang-kadang juga
disebabkan oleh kelainan uterus (seperti fibroid) dan kelainan bentuk uterus
(malformasi). Plasenta yang terletak didaerah kornu fundus uteri dapat pula
menyebabkan letak sungsang, karena plasenta mengurangi luas ruangan
4
dapat diraba disamping bokong, sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak
sempuma hanya teraba satu kaki disamping bokong. Informasi yang paling
akurat berdasarkan lokasi sakrum dan prosesus untuk diagnosis posisi (1).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dilakukan jika masih ada keragu-raguan dari pemeriksaan luar dan
dalam, sehingga harus di pertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan
ultrasonografik atau M R I ( M a g n e t i c R e s o n a n c e I m a g i n g ) . Pemeriksaan
ultrasonografik diperlukan untuk konfirmasi letak janin, bila pemeriksaan
fisik belum jelas, menentukan letak placenta, menemukan kemungkinan
cacat bawaan. Pada foto rontgen (bila perlu) untuk menentukan posisi tungkai
bawah, konfirmasi letak janin serta fleksi kepala, menentukan adanya kelainan
bawaan anak (1,2,4).
DIAGNOSIS
Diagnosis letak s u n g s a n g pada umumnya tidak sulit. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan keluhan subyektif dan pemeriksaan fisik atau penunjang
yang telah dilakukan. Dari anamnesis didapatkan kalau ibu hamil akan merasakan
perut terasa penuh dibagian atas dan gerakan anak lebih banyak dibagian bawah
rahim. Dari riwayat kehamilan mungkin diketahui pernah melahirkan sungsang.
Sedangkan dari pemeriksaan fisik Leopold akan ditemukan dari Leopold I
difundus akan teraba bagian bulat dan keras yakni kepala, Leopold II teraba
punggung dan bagian kecil pada sisi samping perut ibu, Leopold III-IV teraba
bokong di segmen bawah rahim. Dari pemeriksaan dalam akan teraba
bokong atau dengan kaki disampingnya. Disini akan teraba os sakrum, kedua
tuberosis iskii dan anus. Pemeriksaan penunjang juga dapat digunakan
untuk menegakkan diagnosis seperti ultrasonografik atau rontgen (1,2,4).
DIAGNOSIS BANDING
Kehamilan dengan letak sungsang dapat didiagnosis dengan
kehamilan dengan letak muka. Pada pemeriksaan fisik dengan palpasi Leopold
6
masih ditemukan kemiripan. Ini dibedakan dari pemeriksaan dalam yakni pada
letak sungsang akan didapatkan jari yang dimasukkan ke dalam anus mengalami
rintangan otot dan anus dengan tuberosis iskii sesuai garis lurus. Pada letak
muka, jari masuk mulut akan meraba tulang rahang dan alveola tanpa
hambatan serta mulut dan tulang pipi membentuk segitiga. Sedangkan
dengan USG atau rontgen sangatlah dapat dibedakan (1,4).
PENATALAKSANAAN
1. Dalam Kehamilan
Pada umur kehamilan 28-30 minggu ,mencari kausa daripada letak
sungsang yakni dengan USG; seperti plasenta previa, kelainan
kongenital, kehamilan ganda, kelainan uterus. Jlka tidak ada kelainan
pada hasil USG, maka dilakukan knee chest position atau dengan versi
luar (jika tidak ada kontraindikasi) (1).
Versi luar sebaiknya dilakukan
pada kehamilan 34-38 minggu. Pada
umumnya versi luar sebelum minggu
ke 34 belum perlu dilakukan karena
kemungkinan besar janin masih dapat memutar sendiri, sedangkan
setelah minggu ke 38 versi luar sulit dilakukan karena janin sudah
besar dan jumlah air ketuban relatif telah berkurang. Sebelum
melakukan versi luar diagnosis letak janin harus pasti sedangkan
denyut jantung janin harus dalam keadaan baik. Kontraindikasi untuk
melakukan versi luar; panggul sempit, perdarahan antepartum,
hipertensi, hamil kembar, plasenta previa (1,2,4)
. Keberhasilan versi luar
35-86 % (rata-rata 58 %). Peningkatan keberhasilan terjadi pada
multiparitas, usia kehamilan, frank breech, letak lintang. Newman
membuat prediksi keberhasilan versi luar berdasarkan penilaian seperti Bhisop
skor (Bhisop-like score).
Skor 0 1 2 3
Pembukaan serviks 0 1-2 3-4 5+
7
Artinya: Keberhasilan 0% jika nilai <2 dan 100 % jika nilai >9.
Kalau versi luar gagal karena penderita menegangkan otot-otot dinding perut,
penggunaan narkosis dapat dipertimbangkan, tetapi kerugiannya antara
lain: narkosis harus dalam, lepasnya plasenta karena tidak merasakan
sakit dan digunakannya tenaga yang berlebihan, sehingga penggunaan
narkosis dihindari pada versi luar (4).
2. Dalam Persalinan
Menolong persalinan letak sungsang diperlukan lebih banyak
ketekunan dan kesabaran dibandingkan dengan persalinan letak
kepala. Pertama-tama hendaknya ditentukan apakah tidak ada kelainan
lain yang menjadi indikasi seksio, seperti kesempitan panggul, plasenta
previa atau adanya tumor dalam rongga panggul (4).
Pada kasus dimana versi luar gagal/janin tetap letak sungsang,
maka penatalaksanaan persalinan lebih waspada. Persalinan pada letak
sungsang dapat dilakukan pervaginam atau perabdominal (seksio sesaria).
Pervaginam dilakukan jika tidak ada hambatan pada pembukaan dan
penurunan bokong . Syarat persalinan pervaginam pada letak sungsang:
(1,4)
simfisis.
c. Penurunan bokong dengan trokanter belakangnya berlanjut, sehingga
distansia bitrokanterika janin berada di pintu bawah panggul.
d. Terjadi per s al inan bokong, dengan tr okant er depan
s ebaga i hipomoklion.
e. Setelah trokanter belakang lahir, terjadi fleksi lateral janin untuk
persalinan trokanter depan, sehingga seluruh bokong janin
lahir.
f. Terjadi putar paksi luar, yang menempatkan punggung bayi ke
arah perut ibu.
g. Penurunan bokong berkelanjutan sampai kedua tungkai bawah lahir.
• Persalinan bahu
a. Bahu janin memasuki pintu atas panggul dalam posisi melintang
atau miring.
b. Bahu belakang masuk dan turun sampai mencapai dasar panggul.
c. Terjadi putar paksi dalam yang menempatkan bahu depan dibawah
simpisis dan bertindak sebagai hipomoklion.
d. Bahu belakang lahir diikuti lengan dan tangan belakang.
e. Penurunan dan persalinan bahu depan diikuti lengan dan tangan depan
sehingga seluruh bahu janin lahir.
f. Kepala janin masuk pintu atas panggul dengan posisi melintang atau
miring.
g. Bahu melakukan putaran paksi dalam.
• Persalinan kepala janin
a. Kepala janin masuk pintu atas panggul dalam keadaan fleksi
dengan posisi dagu berada dibagian posterior.
b. Setelah dagu mencapai dasar panggul, dan kepala bagian
belakang tertahan oleh simfisis kemudian terjadi putar paksi dalam
dan menempatkan suboksiput sebagai hipomiklion.
c. Persalinan kepala berturut-turut lahir: dagu, mulut, hidung, mata,
dahi dan muka seluruhnya.
9
• Terjadi persalinan
bokong, dengan
trokanter depan sebagai
hipomoklion.
• Setelah trokanter belakang
lahir, terjadi fleksi lateral
janin untuk persalinan
trokanter depan, sehingga
seluruh bokong janin
lahir.
Keuntungan :
Dapat mengurangi terjadinya bahaya infeksi oleh karena tangan penolong
tidak ikut masuk ke dalam jalan lahir. Dan juga cara ini yang paling
mendekati persalinan fisiologik, sehingga mengurangi trauma pada janin.
Kerugian :
Dapat mengalami kegagalan sehingga tidak semua persalinan letak sungsang
dapat dipimpin secara Bracht. Terutama terjadi peda keadaan panggul sempit,
janin besar, jalan lahir kaku seperti pada primigravida, adanya lengan
menjungkit atau menunjuk.
a) Klasik (Deventer)
b) Mueller
c) Lovset
d) Bickenbach.
3. Tahap ketiga : lahirnya kepala, dapat dengan, cara
a) Mauriceau (Veit-Smellie)
b) Najouks
c) Wigand Martin-Winckel
d) Parague terbalik
e) Cunam piper
Tehnik :
Tahap pertama persalinan secara bracht sampai pusat lahir. Tahap kedua
melahirkan bahu dan langan oleh penolong:
1. Cara klasik
Prinsip melahirkan bahu dan
lengan secara klasik ini
melahirkan lengan belakang
lebih dulu karena lengan
belakang berada di ruang yang
luas (sacrum), kemudian melahirkan lengan depan yang berada di bawaah
simpisis. Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada
pergelangan kakinya dan dielevasi ke atas sejauh mungkin sehingga perut janin
mendekati perut ibu. Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan
ke dalam jalan lahir dan dengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin
sampai pada fossa kubiti kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan
seolah-olah lengan bawah mengusap muka janin. Untuk melahirkan lengan
depan, pergelangan kaki janin diganti dengan tangan kanan penolong dan
ditarik curam ke bawah sehingga punggung janin mendekati punggung ibu.
Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan. Keuntunga cara klasik adalah
pada umumnya dapat dilakukan pada semua persalinan letak sungsang tetapi
kerugiannya lengan janin relative tinggi didalam panggul sehingga jari
15
penolong harus masuk ke dalam jalan lahir yang dapat manimbulkan infeksi.
2. Cara Mueller
Prinsip melahirkan bahu dan
lengan secara Mueller ialah
melahirkan bahu dan lengan
depan lebih dulu dengan
ekstraksi, baru kemudian
melahirkan bahu dan lengan belakang. Bokong janin dipegang dengan femuro-
pelvik yaitu kedua ibu jari penolong diletakkan sejajar spina sakralis media dan
jari telunjuk pada krisat iliaka dan jari-jari lain mencengkram bagian depan.
Kemudian badan ditarik ke curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu
depan tampak di bawah simpisis dan lengan depan dilahirkan dengan mengait
lengan bawahnya. Setelah bahu depan dan lengan lahir, tarik badan janin ke
atas sampai bahu belakang lahir. Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan
lahir sehingga mengurangi infeksi.
3. Cara lovset
Prinsip melahirkan persalinan
secara Lovset ialah memutar
badan janin dalam setengah
lingkaran bolak-balik sambil
dilakukan traksi curam ke bawah sehingga bahu yang sebelumnya berada di
belakang akhirnya lahir dibawah simpisis dan lengan dapat dilahirkan.
Keuntungannya yaitu sederhana dan jarang gagal, dapat dilakukan pada semua
letak sungsang, minimal bahay infeksi. Cara lovset tidak dianjurkan dilakukan
pada sungsang dengan primigravida, janin besar, panggul sempit.
4. Cara Bickhenbach
Prinsip melahirkan ini merupakan kombinasi antara cara Mueller dengan cara
klasik.
16
dasar panggul sehingga sukar menurunkan kaki. Jari telunjuk tangan penolong
yang searah bagian kecil janin dimasukkan ke dalam jalan lahir dan diletakkan
di pelipatan paha depan. Dengan jari telunjuk ini pelipatan paha dikait dan
ditarik curam kebawah, sehingga trokhanter tampak dibawah simpisis, maka
jari telunjuk penolong yang lain segera mengait pelipatan paha ditarik curam
kebawah sampai bokong lahir. Setelah bokong lahir, bokong dipegang secara
femuro-pelviks kemudian janin dapat dilahirkan dengan cara manual aid.
KOMPLIKASI
Komplikasi persalinan letak sungsang antara lain:
1. Dari faktor ibu:
- Perdarahan oleh karena trauma jalan lahir atonia uteri, sisa placenta.
- Infeksi karena terjadi secara ascendens melalui trauma (endometritits)
- Trauma persalinan seperti trauma jalan lahir, simfidiolisis.
2. Dari faktor bayi:
- Perdarahan seperti perdarahan intracranial, edema intracranial, perdarahan
alat-alat vital intra-abdominal.
- Infeksi karena manipulasi
- Trauma persalinan seperti dislokasi/fraktur ektremitas, persendian leher,
rupture alat-alat vital intraabdominal, kerusakan pleksus brachialis dan
fasialis, kerusakan pusat vital di medulla oblongata, trauma langsung alat-
alat vital (mata, telinga, mulut), asfiksisa sampai lahir mati (1,3,4).
PROGNOSIS
Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan letak kepala. Di RS Karjadi Semarang, RS Umum Dr.
Pringadi Medan dan RS Hasan Sadikin Bandung didapatkan angka kematian
perinatal masing-masing 38,5%, 29,4% dan 16,8%. Eastmen melaporkan angka-
angka kematian perinatal antara 12-14%. Sebab kematian perinatal yang
terpenting akibat terjepitnya tali pusat antara kepala dan panggul pada waktu
20
kepala memasuki rongga panggul serta akibat retraksi uterus yang dapat
menyebabkan lepasnya placenta sebelum kepala lahir. Kelahiran kepala janin
yang lebih lama dari 8 menit umbilicus dilahirkan akan membahayakan kehidupan
janin. Selain itu bila janin berbafas sebelum hidung dan mulut lahir dapat
membahayakan karena mucus yang terhisap dapat menyumbat jalan nafas.
Bahaya asfiksia janin juga terjadi akibat tali pusat menumbung, hal ini sering
dijumpai pada presentasi bokong kaki sempurna atau bokong kaki tidak
sempurna, tetapi jarang dijumpai pada presentasi bokong (1, 7).
RINGKASAN
Disebut letak sungsang apabila janin membujur dalam rahim dengan
bokong/kaki pada bagian bawah. Tergantung dari bagian terendah dapat
dibedakan menjadi: presentasi bokng murni, bokong kaki, kaki. Diagnosis
berdasarkan pemeriksaan fisik yaitu palpasi Leopold I didapatkan
kepala/Ballotement di fundus, Leopold II teraba punggung di satu sisi dan bagian
kecil di sisi lain, Leopold III-IV bokong terba dibagian bawah rahim dan
dilakukan pemeriksaan dalam. Pemeriksaan penunjang dengan ultrasonografi dan
foto rontgen.
Penanggulangan letak sungsang yakni:
1. Waktu hamil (antenatal) yaitu untuk kehamilan 28-30 minggu dilakukan untuk
mencari kausa dengan USG. Jika tidak ada kelainan dapat dilakukan knee
chest position atau dengan versi luar.
2. Waktu persalinan yaitu dapat pervaginam dengan cara spontan Bracht, Manual
Aid/Lovset-Mauriceau, total ekstraksi. Persalinan perabdominal (seksio
sesaria) dipilih jika persalinan pervaginam sukar dan berbahaya (ZA skor ≤ 3),
tali pusat menumbung pada primi/multigravida, distosia, premature/postmatur,
riwayat obstetric buruk, nilai janin tinggi dan terdapat komplikasi kehamilan
dan persalinan seperti hipertensi dalam kehamilan, ketuban pecah dini.
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
21
II. ANAMNESIS
Keluhan utama:
Pasien mengeluh sakit perut dan keluar air sejak jam 01.00 WITA (12/10/08).
Pasien mengalami keluar air berwarna jernih dan volume diperkirakan ± 500 cc (3
kain basah).
Kronologis:
Pasien awalnya datang ke Puskesmas Jonggat dengan mengeluh sakit perut
yang sering dan keluar air sekitar pukul 12.30 WITA. Dilakukan pemeriksaan
dalam (VT), didapatkan hasil pemeriksaan yaitu : pembukaan 7-8 cm, eff : 90 %,
ketuban (-), teraba bokong, penurunan H-II. Di puskesmas pasien diberikan infus
RL dan injeksi ampisilin 1 g I.V. sebagai penatalaksanaan awal. Pasien kemudian
di rujuk ke RSU Praya jam 13.50 WITA dengan G2P1A0H1 A/T/H dengan Letsu
dan riwayat keluar air. Setelah lapor dokter ahli, pasien kemudian dirujuk ke RSU
22
Mataram. Hari Pertama Haid Terakhir yaitu 26 Januari 2008 dan Hari Taksiran
Persalinan adalah 3 November 2008. Pasien melaksanakan ANC secara teratur di
Posyandu yaitu terhitung sebanyak 7 kali.
Riwayat perkawinan: Pasien menikah satu kali selama 8 tahun.
Riwayat persalinan :
1. Laki-laki, Berat Bayi Lahir : 3000 g, lahir spontan di dukun terlatih, umur
saat ini 7 thn.
2. Ini.
Riwayat KB : pasien menggunakan KB suntik (3 bulan) selama 5 tahun.
Kemudian KB pil kurang lebih 1 tahun. Setelah itu pasien berhenti menggunakan
KB karena ingin hamil lagi.
Rencana KB : suntikan
Paru :
o Inspeksi : simetris, dan dinamis
23
St obstetri :
Abdomen :
o Inspeksi : Strie gravidarum, tinggi fundus uteri = 34 cm
o Palpasi :
L1 : teraba kepala di fundus
L2 : Punggung janin di kiri
L3 : Bokong di bagian bawah rahim
L4 : Bokong sudah masuk pintu atas panggul.
His : 3x/10 menit dengan durasi selama 30 detik
o Auskultasi DJJ : 134 x/menit (reguler)
o Taksiran Berat Janin : 3565 g
Pemeriksaan dalam (VT) : pukul 16.10 WITA
Pembukaan 6 cm, eff : 65 %, ketuban (-)
Teraba bokong murni dengan penurunan pada HI+
Denominator
Tidak teraba bagian kecil janin/tali pusat
ZA skore = 5
o Paritas: (multi) = 1
o Pernah letak sungsang: (tidak) = 0
o TBJ : (3649-3176 g) = 1
o Usia Kehamilan: (38 mgg) = 1
o Stasion ( < -3) = 0
o Pembukaan serviks (6 cm) = 2
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
24
Pemerikasaan Laboratorium:
Darah Lengkap :
Hb : 14,5, WBC : 15.600, PLT : 214.000, HCT : 41,7
HBsAg : -
V. DIAGNOSIS
G2P1A0 H1 37-38/ T/H PK I fase aktif dengan letak sungsang.
VI. PENATALAKSANAAN
Observasi kesra ibu dan janin
à Pantau tanda vital, pembukaan, his dan DJJ untuk evaluasi setelah 4
jam.
Persalinan pervaginam
Jika terjadi distosia pada jalan lahir à SC
KIE
25
VII. OBSERVASI
Tanggal 12 Oktober 2008
Waktu Subject Object Assesment Planning
18.00 Os mengeluh sakit His : 3x /10 menit à30” G2P1A0 H1 37-38/ T/H PKObservasi kesra ibu dan
perut DJJ : 138 x/menit I dengan letak sungsang. janin à pantau his dan DJJ.
19.00 Os mengeluh sakit His : 4x /10 menit à40” G2P1A0 H1 37-38/ T/H PKObservasi kesra ibu dan
perut DJJ : 138 x/menit I dengan letak sungsang. janin à pantau his dan DJJ.
20.00 Os mengeluh ingin TD : 130/90 mmHg G2P1A0 H1 37-38/ T/H PKAnjurkan ibu untuk tidur
mengedan N : 88 x/menit II dengan letak sungsang. miring kiri.
RR : 20 x/menit .
T : 36,5 0C
His : 4x/10 menit à40”
DJJ : 138 x/mnt (reguler)
VT : pembukaan lengkap, eff
: 95 %, ketuban (-), teraba
bokong murni, penurunan
H2, tidak teraba bagian kecil
janin/tali pusat.
21.00 Os mengeluh ingin His : 4x/10 menità40” G2P1A0 H1 37-38/ T/H PKSetelah 1, tidak ada
mengedan DJJ : 138 x/mnt (reguler) II dengan letak sungsang. kemajuan persalinan, ibu
VT : pembukaan lengkap, eff dianjurkan untuk jongkok.
: 95 %, ketuban (-), teraba
bokong murni, penurunan
H2, tidak teraba bagian kecil
janin/tali pusat.
22.00 Os mengeluh His : 4x/10 menità40” G2P1A0 H1 37-38/ T/H PKSetelah 2 jam, tidak ada
sudah kelelahan DJJ : 138 x/mnt (reguler) II macet dengan letakkemajuan persalinan.
VT : pembukaan lengkap, effsungsang.
Lapor supervisorà usul SC
: 95 %, ketuban (-), teraba
bokong murni, penurunan Advise: Acc
H2, tidak teraba bagian kecil Siapkan SC
janin/tali pusat.
Pasang DC
Injeksi ampisilin 2 g
26
BAB IV
28
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, jika dilihat dari definisi merupakan kehamilan dengan letak
sungsang, dimana keadaan janin terletak memanjang dengan kepala difundus
uteri dan bokong dibagian bawah kavum uteri. Namun dalam penegakan
diagnosis pada kasus ini terdapat syarat yang belum terpenuhi yaitu kurang
dilakukan pemeriksaan USG untuk konfirmasi terhadap presentasi bagian
janin yang terdapat di bagian terbawah rahim.
Sesuai dengan teori yang ada bahwa diagnosis ditegakkan
berdasarkan keluhan subyektif dan pemeriksaan fisik atau penunjang yang
telah dilakukan. Dari anamnesis didapatkan kalau ibu hamil akan merasakan
perut terasa penuh dibagian atas dan gerakan anak lebih banyak di bagian
bawah rahim. Namun dari anamnesis yang dilakukan terhadap pasien,
ternyata tidak didapatkan seperti teori. Pada pemeriksaan luar berdasarkan
pemeriksaan Leopold ditemukan bahwa Leopold I difundus akan teraba bagian
yang keras dan bulat yakni kepala. Leopold II teraba punggung disatu sisi dan
bagian kecil disisi lain. Leopold III-IV teraba bokong dibagian bawah
uterus. Kadang-kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi kesan
seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah kepala.
Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi pusat atau sedikit
lebih tinggi daripada umbilikus. Dalam hal ini, setelah pemeriksaan abdomen
dilakukan ternyata hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan sesuai dengan teori
yang ada.
Pada kasus ini, diagnosis letak sungsang dikuatkan lagi dengan hasil
pemeriksaan dalam yang menunjukkan bahwa pembukaan servik 6 cm, bagian
terbawah janin teraba bokong murni sebagai denominatornya dan ketuban telah
pecah sebelumnya. Hal ini sesuai dengan teori yang ada yaitu pada pemeriksaan
dalam kehamilan letak sungsang, setelah ketuban pecah dapat lebih jelas adanya
bokong vang ditandai dengan teraba sakrum, kedua tuberositas iskii dan
anus. Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan. Pada
kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari vang letaknya
29
tidak sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama
dengan panjang telapak tangan. Pemeriksaan yang teliti dapat
membedakan bokong dengan muka karena jari yang akan dimasukkan ke
dalam anus mengalami rintangan otot, sedangkan jari yang dimasukkan
kedalam mulut akan meraba tulang rahang dan alveola tanpa ada hambatan,
mulut dan tulang pipi akan membentuk segitiga, sedangkan anus dan tuberosis
iskii membentuk garis lurus.
Dalam kasus ini telah terjadi tanda-tanda persalinan seperti pembukaan
servik > 2 cm, adanya his > 2x dalam 10 menit dan pecahnya ketuban secara
spontan. Hal ini menandakan bahwa janin yang berada dalam kandungan
penderita tidak dapat lagi dilakukan versi luar untuk memutar posisi janin karena
bila air ketuban telah pecah dan bokong janin sudah berada di pintu atas panggul
maka versi luar yang dilakukan akan menjadi sia-sia.
Dari hasil pemeriksaan fisik dan evaluasi awal pada penderita ini
didapatkan hal-hal sebagai berikut:
1. Persentasi bokong murni
7. His yang adekuat yaitu 3x/10 menit dengan durasi selama 30 detik
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham, F.G et al. 2005. Breech Presentation and Delivery In: Williams
Obstetrics.22st edition. New York: Mc Graw Hill Medical Publising Division,
509-536.
2. Kampono, Nugroho, dkk. 2008. Persalinan Sungsang. Available from:
http://geocities.com/abudims/cklobpt9.html. (Accessed: 2008, October 26).
3. Gabbe SG, Niebyl JR, Simpson JL. Malpresentation. In: Obstetrics normal
and problem pregnancies. 3rd ed. New York: Churchill Livingstone. Ltd.
2000:478-90.
4. Giuliani A, Scholl WMJ, Basver A, Tamussino KF. Mode of delivery and
outcome of 699 term singleton breeech deliveries at a single center. Am J
Obstet Gynecol 2002;187:1694-8.
5. Manuaba, I.B. 1995. Persalinan Sungsang dalam: Operasi Kebidanan
Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Dokter Umum. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC, 174-201.
6. Supono. Pimpinan persalinan letak sungsang. Dalam: Ilmu kebidanan bagian
patologi. Bagian Obstetri dan Ginekologi/Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya/Rumah Sakit Umum Pusat dr. Mohammad Hoesin, Palembang,
1983;15-33.
7. Winkjosastro, Hanifa, dkk. 2006. Letak Sungsang, dalam Ilmu kebidanan,
edisi keenam. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 606-622
8. Winkjosastro, Hanifa, dkk. 2000. Ilmu Bedah Kebidanan edisi pertama,
cetakan kelima. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 103-
132.
9. Wiknjosastro H. 2002. Patologi Persalinan dan Penanganannya dalam Ilmu
Kebidanan, edisi ke-3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka: 607-622.
10. Jeremy Oats and Suzanne Abraham. 2005. Llewellyn-Jones Fundamentals of
Obstetrics and Gynaecology 8th Edition. Elsevier Mosby, Edinburgh: 168-171