You are on page 1of 1

Nama : Ginanjar Mukti P Nim : 10104244037 Prodi : PPB/BK

Masukan Terhadap Kode Etik Bimbingan dan Konseling


Kode etik merupakan tanggung jawab setiap individu konselor yang menuntut disiplin diri yang tinggi untuk mentaati dan menegakannya. Karenanya konselor perlu mempelajari dengan seksama kode etik yang berlaku dengan tujuan menguasai dan menerapkannya. Dalam Munandir (1996), disebutkan bahwa dalam kode etik yang dikeluarkan IPBI (sekarang ABKIN) tercantum pengertian dan perlunya kode etik bagi konselor. Jelas tujuan itu, yaitu agar konselor dapat menjaga standar mutu dan status profesinya, sehingga dapat dihindarkan kemungkinan-kemungkinan penyimpangan-penyimpangan tugas. Kode etik pada hakikatnya adalah wahana bagaimana suatu profesi menjaga status pengaturan diri dengan mengatur dan mengendalikan sendiri perilaku anggotanya waktu bekerja/di tempat kerja. Hal ini juga mencerminkan adanya otonomi profesi, berbeda halnya dengan pekerjaan bukan profesi. Oleh karena itu, menurut saya, memperbaiki citra konselor yang belakangan ini masih buruk sangatlah penting dan begitu membantu. Dengan adanya kode etik dapat mengatur bagaimana para konselor sekolah bertindak dan berperilaku baik saat memberikan layanan maupun dalam kesehariannya. Karena citra buruk yang selama ini melekat pada konselor sekolah disebabkan kurangnya penegakan kode etik jabatan dari para konselor itu sendiri. Sehingga untuk mengembalikan citra konselor menjadi baik, dan meminimalisir terjadinya pelanggaran dan penyalah gunaan profesi, dapat dilakukan dengan penegakan kode etik profesi itu sendiri. Kode etik profesi mengikat para pelaksana profesi konseling dalam menjalankan kegiatan profesionalnya. Kesalahan-kesalahan yang diperbuat akan diberikan sanksi sesuai dengan aturan yang ada didalam kode etik tersebut, sanksi ini diberikan oleh organisasi profesi. Saran Saya untuk dapat memajukan penegakan kode etik: 1. Setiap undang-undang mencantumkan dengan tegas sanksi yang diancamkan kepada pelanggarnya. Dengan demikian, menjadi pertimbangan bagi warga seperti konselor, tidak ada jalan lain kecuali taat, jika terjadi pelanggaran berarti warga (konselor) yang bersangkutan bersedia dikenai sanksi yang cukup memberatkan atau merepotkan baginya. Ketegasan sanksi undang-undang ini lalu diproyeksikan dalam rumusan kode etik profesi yang memberlakukan sanksi undang-undang kepada pelanggarnya. 2. Dalam kode etik profesi dicantumkan ketentuan: Pelanggar kode etik dapat dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan undang- undang yang berlaku. 3. Untuk memperoleh legalisasi, ketua kelompok profesi yang bersangkutan mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat agar kode etik itu disahkan dengan akta penetapan pengadilan yang berisi perintah penghukuman kepada setiap anggota untuk mematuhi kode etik itu.

You might also like