You are on page 1of 3

Panti Jompo di Indonesia Panti Jompo di Indonesia sebenarnya kurang terdengar karena memang masyarakat Indonesia masih merasa

tabu untuk menggunakan fasilitas layanan bagi para usia lanjut. Panti Jompo sendiri sebenarnya telah tertuang dalam UndangUndang Dasar 1945 pasal 34 yang mengamanatkan serta memperhatikan Fakir Miskin dan Anak Terlantar. Pendirian Panti Sosial didasarkan atas Undang-Undang RI no.4 Tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan Kehidupan bagi Orang-Orang Jompo. Selain itu juga terdapat Keputusan Mentri Sosial RI No.3/1/50/107/1979 tentang Pemberian kehidupan bagi Orang-orang usia Lanjut. Bantuan penghidupan yang dimaksudkan dalam Undang-undang ini adalah pemberian tunjangan dan perawatan kepada orang jompo yang diselenggarakan secara oleh Pemerintah atau di rumah Badanbadan/Organisasi Swasta Perseorangan. Tunjangan yang diberikan kepada orang jompo berupa pemberian bahanbahan keperluan hidup atau uang, sedangkan perawatan diberikan di rumah sendiri, di rumah peristirahatan atau pengasuhan/pemondokan pada suatu keluarga. Pemberian terhadap bantuan bagi para jompo ditugaskan kepada menteri social. Pemerintah memberikan bimbingan, bantuan/subsidi, dan melakukan pengawasan terhadap usaha-usaha pemberian bantuan penghidupan kepada orang jompo yang dilakukan oleh Badan-badan/Organisasi Swasta/Perseorangan. Bentuk dan ukuran bantuan syarat-syarat perawatan dan pemberian subsidi dan lain-lain ditetapkan tersendiri oleh Menteri. Namun pada kenyataannya masih sering ditemukan berita-berita mengenai panti jompo yang tidak layak serta kurangnya perhatian pemerintah terhadap penganggaran bagi panti jompo. Seperti hal nya yang dialami oleh Panti Sosial Tresna Werdha Belai Kasih (Panti Jompo) Bireuen yang kekurangan dana untuk operasional terhitung sejak 1 Agustus 2011. Untuk menanggulagi kekurangan dana pihak pengurus panti tersebut tepaksa harus mengeluarkan dana pribadi, bahkan

berhutang kepada pihak lain untuk penanggulangi kekurangan biaya operasinal panti jompo Belai Kasih. Kepala Panti Sosial Tresna Werdha Bireuen, Maryati, mengatakan

pemerintah Kabupaten Bireuen menganggarkan dana APBK 2011 hanya untuk 200 hari kerja saja, tidak 365 hari atau setahun. Dana itu berasal dari APBK Bireuen tahun 2011, namun dana tersebut ternyata hanya untuk kebutuhan 7 bulan saja alias 200 hari. Sehingga untuk kebutuhan lima bulan ke depan pihaknya terpaksa meminja uang dulu ke Bank. Selain itu pula terdapat kenyataan yang memprihatinkan Panti jompo Tresna Werda Mappakasunggu, Parepare, Sulawesi Selatan. Kehidupan di panti itu sangatsangat memprihatikan, karena terkesan lebih tidak terurus, Padahal panti jompo tersna werda ini berada di bawa naungan Departemen sosial yang notabene mempunyai alokasi aggaran untuk mengurusi para lanjut usia tersebut. Para penghuni panti ini biasanya hanya meperoleh jatah makan yang sangat rendah asupan gizinya. Salah seorang penghuni yang sudah tujuh tahun mendiami panti Tresna wreda mengungkapakan, ia dan puluhan penghuni panti lainnya biasanaya hanya mendapat jatah makan nasi putih dan ikan asin. Sementara pemeriksaan kesehatan terkadang jadwalnya tidak beraturan, biasanya sekali dalam sebulan, padahal ketentuan yang berlaku adalah seminggu sekali. Para penghuni panti mengeluhkan sikap para pengelolah yang sering menyunat dana bantuan dari donatur. Padahal di antara para donatur yang biasanya berkunjung di tempat ini mereka terkadang memberi uang kepada para penghuni panti. Belum lagi jika penghuni panti ini ada yang sakit, tak satupun perawat yang mengurusinya, jangankan mengharap layanan kesehatan, sedikitpun perhatian dari pihak pengelolah tak pernah mereka rasakan. Dari Pantauan kondisi panti sosial yang di kelola oleh Dinas Sosial provinsi sulsel hampir setiap kamar yang di tempati oleh para manula ini memiliki fungsi ganda selain menjadi ruangan tempat tidur, ia juga di fungsikan bagi para Lansia ini

untuk tempat buang hajat bagi para Manula karena tidak adanya perhatian dari pengurus. Mungkin semua penghuni panti jompo ini tak pernah berharap akan menjalani sisa umurnya dengan kondisi yang sangat menyedihkan seperti ini, tidur beralaskan tikar di lantai yang terasa cukup dingin. Padahal, ada puluhan bahkan ratusan kasur busa atau springbed dan bantal serta fasilitas hidup lainnya yang hanya di gudangkan. Semua itu di peruntukkan buat para penghuni panti, namun entah karena apa alasan apa pihak pengelolah panti tega melakukan hal tersebut. Jadi wajar kalau di duga ada santunan dari para donatur dan fasilitas lainnya dari pemerintah di selewengkan, namun sayang tak ada satu pun di antara para pengelolah panti yang mau berkomentar.

You might also like