You are on page 1of 9

1. A.

Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu bentuk pengajaran yang dilaksanakan dalam kelompok-kelompok kecil dengan tingkat kemampuan siswa bervariasi (Rahmadiarti,2003). Pada model ini siswa berkelompok untuk menyelesaikan suatu masalah, setiap anggota saling kerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan ajar. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong dan atau dikehendaki untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama, dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya Pembelajaran kooperatife merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok , setiap anggota saling bekerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik bagi siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik. Pembelajarankooperatifdicirikanolehstrukturtugas,tujuandan pengalaman kooperatif. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong atau dikehendaki untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama, dan siswa harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai satu penghargaan bersama. Kelompok siswa akan berbagi penghargaan seandainya berhasil dalam memecahkan masalah yang diajarkan kepada kelompok pembelajaran. (Ibrahim, et,al. 2000)

Ibrahim, et al. (2000) mengemukakan bahwa ciri-ciri pembelajaran yang menggunakan model kooperatif adalah : 1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya. 2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. 3. Bilamana mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda. 4. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok ketimbang individu. Dengan belajar secara kelompok, diharapkan dapat ditumbuhkembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap siswa. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa egois yang ada dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial di kelas. Siswa dibiasakan hidup bersama, bekerja sama dalam kelompok, akan menyadari bahwa dirinya mempunyai kekurangan dan kelebihan. Siswa yang mempunyai kelebihan dengan ikhlas mau membantu siswa yang mempunyai kekurangan. Sebaliknya, siswa yang mempunyai kekurangan dengan rela hati mau belajar dari siswa yang mempunyai kelebihan, tanpa ada rasa minder. Persaingan yang positif pun akan terjadi di dalam kelas dengan tujuan untuk mencapai prestasi yang optimal. Inilah yang diharapkan dalam

pembelajaran kelompok, yaitu terbentuk siswa yang aktif, kreatif, dan mandiri Pembelajaran model kooperatif berfungsi untuk mengajarkan materi akademik dan mengembangkan ketrampilan sosial siswa. Pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah, maupun maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugastugas akademik. Kelompok siswa yang mempunyai pengetahuan lebih dapat membantu kelompok siswa berkemampuan rendah. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaktidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan ketrampilan sosial (Ibrahim, 2000). Beberapa hasil penelitian menurut Lundgren dalam Ibrahim et al. (2000) yang menunjukkan manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan hasil belajar yang rendah, antara lain : 1. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas 2. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi 3. Memperbaiki sikap terhadap IPA dan sekolah 4. Memperbaiki kehadiran 5. Angka putus sekolah menjadi rendah 6. Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar 7. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil 8. Konflik antar pribadi berkurang 9. Sikap apatis berkurang 10.Pemahaman yang lebih mendalam 11.Motivasi lebih besar 12.Hasil belajar lebih tinggi 13.Retensi lebih lama B. ModelPembelajaranKooperatifTipePicturetoPicture Salah satu model pembelajaran kooperatif yang mejadi bahan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) adalah model picture to picture. Pembelajaran dengan menggunakan model ini menitikberatkan kepada gambar sebagai media penanaman sutu konsep tertentu. Gambar-gambar yang disajikan atau diberikan menjadi factor utama dalam proses pembelajaran karena siswa akan belajar memahami suatu konsep atau fakta dengan cara mendeskripsikan dan menceritakan gambar yang diberikan berdasarkan ide/gagasannya. Dalam proses pembelajarannya penggunaan media gambar dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif, kreatif dan menemukan sendiri dengan bantuan guru materi yang Media gambar menurut Riyanto (1990) merupakan salah satu jenis bahasa yang memungkinkan terjadinya komunikasi, yang diekspresikan lewat tanda dan simbol. Media gambar merupakan salah satu jenis bahasa yang memungkinkan terjadinya komunikasi, yang diekspresikan lewat tanda dan simbol. Jenis jenis media gambar menurut menurut Riyanto (1990) dapat

diklasifikasikan sebagai berikut: 1.Foto dokumentasi; menyangkut dokumen yang berhubungan dengan nilai sejarah. 2.Foto aktual; gambar atau problem aktual ini menggambarkan kejadian kejadian atau problem aktual. 3.Gambar atau foto reklame; gambar ini bertujuan untuk mempengaruhi manusia dengan tujuan komersial. Gambar ini terdapat dalam surat kabar, majalah- majalah, buku-buku, poster-poster. Gambar ini dapat digunakan sebagai media pendidikan dalam pelajaran ekonomi, pengetahuan sosial,bahasa dan lain-lain. 4.Gambar atau foto simbolik; jenis ini terutama dalam bentuk simbol yang mengungkapkan pesan tertentu, misalnya gambar ular yang sedang makan kelinci merupakan simbol yang mengungkapkan suatu kehidupan manusia yang mendalam. Sudjana dan Rivai (2002) mengungkapkan beberapa kelebihan pembelajaran dengan mengunakan media gambar sebagai berikut: a. konkrit, lebih realistis dan menunjukkan pokok masalah atau pesan yang akan dikomunikasikan bila dibandingkan media verbal. b. dapat mengatasi batasan ruang dan waktu c. dapat mengatasi keterbatasan indera d. dapat memperjelas suatu masalah yang kompleks e. murah harganya dan mudah diperoleh. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model picture to picture mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan model yang lainnya yaitu : 1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa 2. Melatih berpikir logis dan sistematis. 3. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar. 4. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar. 5. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya Sedangkan Koyok dan Zurkarimen dikutip Moh Uzer Usman (1992), berpendapat bahwa kelemahan media gambar adalah gambar hanya menekankan persepsi indera mata dan gambar yang terlalu kecil kurang efektif dalam kegiatan pengajaran. Begitu pula dengan Riyanto (1990), memberikan beberapa kelemahan dari penggunaan media gambar sebagi berikut: (1) tafsiran orang yang melihat gambar akan berbeda akan terjadi ketidak samaan dalam penafsiran gambar, (2) gambar hanya menampilkan persepsi indera mata, (3) gambar hanya disajikan dalam ukuran kecil mengakibatkan kurang efektif untuk proses pengajaran. Langkah-langkah pembelajaran dengan model picture to picture adalah sebagai berikut : 1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai Langkah pertama ini sangat penting disampaikan kepada siswa agar mereka dapat mengukur sejauh mana materi yang harus dikuasainya. Di samping itu

guru juga harus menyampaikan indikator-indikator ketercapaian kompetensi dasar, dengan tujuan agar siswa dapat mencapai kriteria ketuntasan mninimal yang ditetapkan 2. Guru menyajikan materi sebagai pengantar pembelajaran Penyajian materi sebagai pengantar merupakan hal yang sangat penting diberikan oleh guru dengan tujuan mengarahkan siswa agar mencapai tujuan yang ditetapkan . Dalam penyampaiannya , guru haruslah kreatif mencari cara dan teknik yang baik agar siswa termotivasi untuk belajar lebih dalam tentang materi yang akan dipelajari 3. Guru menunjukkan gambar atau memperlihatkan gambar yang berhubungan dengan materi Dalam langkah ini, guru memperlihatkan beberapa gambar yang yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan dan menanyakan kepada siswa tentang nama, ciri-ciri benda yang ditunjukkan . 4. Guru memberikan kumpulan gambar kepada siswa dalam kelompok Dalam langkah ini guru haruslah dapat melakukan inovasi agar gambar yang menjadi media untuk model pembelajaran ini dapat menarik dan memotivasi siswa untuk memahami suatu konsep yang diajarkan 4. Siswa mengamati gambar- gambar dan mengklasifikasi ciri-ciri Pada langkah ini, siswa dalam kelompok mengamati gambar-gambar yang diberikan guru. Siswa melakukan diskusi kelompok untuk menentukan nama, ciri-ciri benda yang diamati. Hasil diskusi kelompok dicatat dalam catatan khusus , dipandu dengan lembaran kerja siswa yang dibuat guru 5. Siswa mengemukan pendapat/mempresentasikan alasan pemikiran Siswa dilatih untukmengemukan alasan pemikiran atau pendapat tentang hasil diskusi kelompoknya dengan cara melaporkan hasilnya di depan kelas. Dalam lngkah ini peran guru sangatlah penting sebagai fasilitator dan motivator adar siswa bernai mengemukan pendaptnya. Biasanya siswa pada kelas rendah tidak berani untuk berbicara kecuali dituntun dan dimotivasi oleh gurunya. 6. Guru bersama sama dengan siswa melakukan diskusi kelas tentang hasil pemikiran dari tiap kelompok Guru dapat meotivasi dan mengajak siswa untuk berdiskusi, bertanya kepada teman yang melaporkan pekerjaannya di depan kelas. Pekerjaan ini sangat sulit dilakukan, sehingga guru harus berinovasi agar siswa mau bertanya dan menjawab pertanyaan gdari temannya maupun dari guru. Guru bisa membantu dengan memberikan kalimat yang belumlengkap sehingga siswa bisa melanjutkan apa yang akan disampaikan. 7. Penarikan kesimpulan pembelajaran bersama-sama Langkah terakhir pada pembelajaran dengan model picture to picture adalah guru mengajak siswa untuk dapat bersama-sama menyimpulkan materi yang dipelajari dengan kata-kjata dan bahasa sendiri. Pada langkah ini , guru harus sering melakukan penekanan-penekanan pada

hal yang ingin dicapai dengan meminta siswa lain mengulangi, dan menuliskan kembali konsep-konsep yang ingin dicapai sesuai dengan indikator yang harapkan. C. Aktivitas Belajar Hamalik (2007) menyatakan bahwa aktivitas belajar dapat didefinisikan sebagai berbagai aktivitas yang diberikan pada pembelajaran dalam situasi belajar mengajar. Dengan melakukan aktivitas, siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan serta diketahui bahwa aktivitas belajar merupakan salah satu hal yang penting dalam proses pembelajaran di dalam kelas Proses aktivitas pembelajaran harus melibatkan seluruh aspek psikologis peserta didik, baik jasmani atau rohani. Hanafia dan Cucu Suhana (2009) menyatakan bahwa aktivitas dalam belajar dapat memberikan nilai tambah bagi siswa, berupa hal : 1. Siswa memiliki kesadaran untuk belajar sebagai wujud adanya motivasi internal 2. Siswa mencari pengalaman dan langsung mengalami sendiri, yang dapat memberikan dampak terhadap pembelajaran pribadi yang integral 3. Siswa belajar dengan menurut minat dan kemampuan 4. Menumbuhkembangkan sikap disiplin dan suasana belajar yag demokratis di kalangan siswa 5. Pembelajaran dikembangkan secara konkret sehingga dapat menumbuhkembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme 6. Menumbuhkan sikap koopoperatif di kalangan siswa sehingga menjadi hidup, sejalan dan serasi dengan kehidupan masyarakat sekitarnya Dierich (Hamalik, 2008) menyatakan aktivitas belajar dibagi ke dalam delapan kelompok, yaitu : 1. Aktivitas visual; membaca melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain 2. Aktivitas lisan yaitu mengemukanan suatu fakta atau prinsip menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaaan memberi saran mengemukan pendapat , berwawancara, diskusi ,interupsi 3. Aktivitas mendengar yaitu mendengar laporan kelompok ,mendengrakan suatu permainan, mendengarkan radio 4. Aktivitas menulis yaitu menulis cerita, menulis laporan memeriksa karangan , bahan -bahan copy, membuat outline atau rangkuman dan mengerjakan tes serta mengisi angket 5. Aktivitas menggambar yaitu menggambar , membuat grafik, chart, diagram peta, pola 6. Aktivitas motorik yaitu melakukan percobaan,memilih alat-alat, melaksanakan pameran, memmbuat model menyelenggarakan permainan serta menari dan berkebun 7. Aktivitas mental merenungkan mengaiukan pertanyaan ,memecahkan masalahmenganalisfaktafakta,melihathubunganhubungandanmebuat

keputusan 8. Aktivitas emosianal minat membedakan berani dan lain-lain D. Hasil Belajar Hasil belajar pada hakekatnya tersirat dalam tujuan pengajaran. Oleh sebab itu hasil belajar siswa di sekolah dipengaruhi oleh kemampuan siswa dalam kualitas pengajaran. Pendapat ini sejalan dengan teori belajar di sekolah (Theory of School Learning) dari Bloom yang menyatakan ada tiga variabel utama dalam teori belajar di sekolah, yakni karakteristik individu, kualitas pengajaran, dan hasil belajar siswa. Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana,1989). Hasil belajar siswa merupakan perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor. Penilaian hasil belajar peranan tujuan instruksional yang berisi rumusan kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai siswa menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan penilaian. Oleh sebab itu, dalam penilaian hendaknya diperiksa sejauhmana perubahan tingkah laku siswa telah terjadi melalui proses belajarnya. Penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Penilaian hasil dan proses belajar saling berkaitan satu sama lain, sebab hasil merupakan akibat dari proses. Hasil belajar sebagai obyek penilaian pada hakikatnya menilai penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan instruksional. Hal ini adalah karena isi rumusan tujuan instruksional menggambarkan hasil belajar yang harus dikuasai siswa berupa kemampuan-kemampuan siswa setelah menerima atau menyelesaikan pengalaman belajarnya (Sudjana, 1989). Keberhasilan pengajaran tidak hanya dilihat dari hasil belajar yang dicapai siswa, tetapi juga dari segi prosesnya. Hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses belajar ini berarti bahwa optimalnya hasil belajar siswa bergantung pula pada proses belajar siswa dan proses mengajar guru (Sudjana, 1989).

Oleh sebab itu, perlu dilakukan penilaian terhadap proses belajar mengajar untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam memahami suatu materi pelajaran. Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru dalam pembelajaran. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan siswa. Untuk mencapai hasil belajar yang baik perlu diciptakan pembelajaran yang melibatkan keaktifan peserta didik dalam menemukan dan mempelajari suatu materi pelajaran. Hal tersebut dapat terjadi apabila adanya perubahanperubahan dalam pengorganisasian kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar mengajar,maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses pembelajaran.Guru berperan sebagai pengelola proses pembelajaran, bertindak selaku fasilitator yang berusaha menciptakan kondisi belajar mengajar, mengembangkan bahan pelajaran dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa dalam mempelajari suatu materi dan

menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai. Purwanto (1990) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu : a.Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang disebut dengan faktor individual, dan b.Faktor yang ada di luar diri individu yang disebut faktor sosial. Faktor individual meliputi faktor kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi. Sedangkan yang termasuk faktor sosial, antara lain : faktor keluarga atau keadaan rumah tangga, guru dan

mengajar, alat-alat yang dipergunakan dalam kegiatan belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial. Faktor kemampuan yang datang dari diri siswa terutama kemajuan yang dimilikinya besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Seperti yang dikemukakan oleh Clark bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70 % dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan atau faktor sosial (Sudjana, 1987) Perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar (hasil belajar) bersifat relatif menetap dan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Hasil belajar ini dapat berupa kemampuan intelektual, sikap maupun keterampilan psikomotor (skills). Benyamin Bloom et,al (dalam Clark,1999) mengklasifikasikan hasil belajar ke dalam tiga domain (ranah) yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Bloom membagi masing-masing ranah ke dalamtingkatantingkatankategoriyangdikenaldenganistilahBlooms Taxonomy (Taksonomi Bloom). 1. Ranah Kognitif Ranah kognitif meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip yang telah dipelajari dan kemampuan intelektual, terdiri dari: a. Pengetahuan (C1) Kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep, prinsip dan prosedur atau istilah yang telah dipelajari tanpa harus memahami atau dapat menggunakannya. Kata kerja yang dapat mengukur kemampuan ini adalah menceritakan, membuat daftar, mendeskripsikan, menghubungkan, menentukan lokasi, menuliskan, menyebutkan, menemukan, menyatakan, menamakan, menceritakan b. Pemahaman (C2) Kemampuan mengetahui tentang suatu hal dan dapat melihatnya dari beberapa segi. Kata kerja yang dapat mengukur kemampuan ini adalah menerangkan, menginterprestasi, membuat garis besar, mendiskusikan, membedakan, memprediksi, merumuskan kembali, menerjemahkan, membandingkan, menguraikan, mengubah, menggambar, mendeskripsikan, menjodohkan c. Penerapan (C3): Kemampuan menggunakan prinsip, teori, hukum, aturan, maupun metode yang dipelajari pada situasi baru atau pada situasi nyata. Kata kerja yang dapat mengukur kemampuan ini adalah memecahkan, menunjukkan,

menggunakan, mengilustrasikan, membuat kalkulasi, menyusun, melengkapi, menguji, mengklasifikasi, menghitung, mencatat, melaporkan d. Analisis (C4) Kemampuan analisi adalah kemampuan untuk menjabarkan suatu konsep. Kata kerja yang dapat mengukur kemampuan ini adalah menganalisis, membedakan, menguji, memeriksa, membandingkan, mengkontraskan, menyelediki, mengkategorikan, mendidentifikasi, menerangkan, memisahkan, mengiklankan, mengatur, melakukan survei

Sintesis (C5) Kemampuan untuk mengintegrasikan bagian-bagian konsep menjadi konsep yang utuh . Kata kerja yang dapat mengukur kemampuan ini adalah mencipta, menemukan, membuat komposisi, memprediksi, merencanakan, mendesain, membayangkan, memperbaiki, mengusulkan, merancang, merumuskan, memperkirakan f. Evaluasi (C6) Pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dapat dilihat dari segi tujuan, cara bekerja, pemecahan, metode, materi berdasarkan kriteria tertentu.. Kata kerja yang dapat mengukur kemampuan ini adalah menilai, menyeleksi, memilki, memutuskan, membenarkan, menguji, mengajukan argument, merekomendasikan, mendiskusikan, menentukan peringkat, memprioritaskan, menentukan 2. Ranah Afektif Ranah afektif, berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari penerimaan, jawaban, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Kompetensi pada ranah afektif berdasarkan Krathwohl dalam Uzer Usman(1964) meliputi kegiatan kerjasama dalam diskusi dan percobaan (responding and valuing), ketelitian dalam pengambilan data percobaan (receiving), keseriusan dalam melakukan percobaan (receiving), kejujuran dalam pengambilan data (receiving), menjaga kerapihan dan kebersihan tempat duduk (responding and valuing) dan tanggung jawab terhadap keutuhan alat (organization).

3. Ranah Psikomotor Adapun ranah psikomotor berkaitan dengan keterampilan manual fisik (skills). Ranah psikomotor dikemukakan oleh Dave (Clark,1999) menjadi lima kategori sebagai berikut: a. Imitation (Peniruan) b. Manipulation (Manipulasi) c. Precision (Ketetapan) d. Articulation (Artikulasi) e. Naturalization (Pengalamiahan)

You might also like