You are on page 1of 11

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR


NOMOR 2 TAHUN 2004

TENTANG
PELAYANAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN
TENAGA KERJA INDONESIA
KE LUAR NEGERI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR,

Menimbang : a. bahwa penempatan Tenaga Kerja Indonesia ke luar negeri


merupakan program yang sangat strategis bagi Propinsi Jawa
Timur, karena dapat mengurangi pengangguran, keluarganya
dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang
bersangkutan serta sekaligus meningkatkan devisa negara;
b. bahwa penempatan tenaga kerja memerlukan mekanisme
pasar yang jelas, cepat, tepat dan informasi yang akurat,
sehingga diperoleh perlindungan tenaga kerja Indonesia secara
optimal dari awal rekruitmen, pra penempatan, penempatan di
negara tujuan dan purna penempatan;
c. Bahwa sehubungan dengan maksud tersebut pada huruf a dan
b kondisiderans menimbang ini, dipandang perlu mengatur
Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia ke Luar Negeri dengan Peraturan Daerah Propinsi
Jawa Timur.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950 tentang Pembentukan


Propinsi Jawa Timur juncto Undang-Undang Nomor 18 Tahun
1950 Peraturan tentang Mengadakan Perubahan dalam
Undang-Undang Tahun 1950 Nomor 2 dari hal Pembentukan
Propinsi Jawa Timur (Lembaran Negara Tahun 1950 Nomor 32);
2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun
1951 tentang peranyataan
berlakunya Undang-Undang
Pengawasan Perubahan Tahun

1
1984 Nomor 23 dari Republik
Indonesia untuk seluruh
Indonesia;
3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1981 tentang Wajib Lapor
Ketenagakerjaan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun
1981 Nomor 39, tambahan
Lembaran Negara Republik
Indonesia 3201);
4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun
1992 tentang Kemigrasian
(Lembaran Negara Tahun 1992
Nomor 33, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
3474);
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun
1999 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Tahun
1999 Nomor 60, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3839);
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun
1999 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Daerah (Lembaran
Negara Tahun 1999 Nomor 72,
Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3848);
7. Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan
(Lembaran Negara Tahun 2003
Nomor 39, Tambahan Lembaran
negara Nomor 4279);
8. Keputusan Presiden Nomor 28
Tahun 1990 tentang Kebijakan
Pemberian Surat Keterangan
Fiskal Luar Negeri;
9. Keputusan Presiden Nomor 44
Tahun 1999 tentang Teknik
Pemyusunan Peraturan
Perundang-undangan dan Bentuk
Rancangan Undang-Undang,
Rancangan Peraturan Pemerintah
dan Rancangan Keputusan
Presiden (Lembaran Negara
Tahun 1999 Nomor 70);
10. Keputusan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Nomor KEP. 104
A / MEN / 2002 tentang
Penempatan Tenaga Kerja
Indonesia ke Luar Negara;
11. Keputusan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Nomor KEP. 157
/ MEN / 2003 tentang Asuransi
TKI;

2
12. Peraturan Daerah Propinsi Jawa
Timur Nomor 35 Tahun 2000
tentang Dinas Tenaga Kerja
Propinsi Jawa Timur;
13. Peraturan Daerah Propinsi Jawa
Timur Nomor 7 Tahun 2003
tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Propinsi Jawa
Timur Nomor 9 Tahun 202 tentang
Retribusi Pemakaian Kekayaan
Daerah.

Dengan persetujuan,
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR TENTANG


PELAYANAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA
KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peratuaran Daerah ini yang dimaksud dengan :


1. Pemerintah Propinsi adalah Pemerintah Propinsi Jawa Timur.
2. Gubernur adalah Gubernur Jawa Timur.
3. Dinas adalah Dinas Tenaga Kerja Propinsi Jawa Timur.
4. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Tenaga Kerja Propinsi Jawa Timur.
5. Bank yang ditunjuk adalah Bank Jatim atau Bank pemerintah lainnya.
6. Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya disebut TKI adalah warga negara indonesia
baik laki-laki maupun perempuan yang bekerja di luar negeri dalam jangka waktu
tertentu berdasarkan perjanjian kerja memulai prosedur perempuan TKI.
7. mekanisme antar kerja luar negeri adalah sistem pelayanan kepada pencari kerja
untuk memperoleh pekerjaan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya di
dalam maupun di luar kerja untuk sementara waktu dan atau pelayanan kepada
pemberi kerja untuk memperoleh tenaga kerja sesuai dengan kebutuhannya serta
kegiatan lain yang mendukung penempatan tenaga kerja di luar negeri.
8. Penempatan TKI adalah kegiatan penempatan tenaga kerja yang dilakukan dalam
rangka mempertemukan persediaan TKI dengan permintaan pasar kerja di luar negeri
negeri dengan menggunakan mekanisme antar kerja.
9. Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya disebut PJTKI adalah
badan hukum yang berbentuk Perseroan Terbatas yang mendapat SIUP dari Menteri
Tenaga kerja dan transmigrasi untuk berusaha di bidang jasa penempatan TKI ke luar
negeri.

3
10. Surat Ijin Usaha Penempatan PJTKI yang selanjutnya disebut SIUP adalah Surat Ijin
Usaha bagi perusahaan untuk dapat melaksanakan jasa penempatan TKI ke luar
negeri.
11. Izin Operasional adalah izin tertulis dari Gubernur kepada Cabang PJTKI agar dapat
beroperasi sesuai dengan fungsinya sebagai jasa penempatan TKI ke luar negeri.
12. Kantor Cabang PJTKI adalah perwakilan PJTKI di Propinsi yang bertindak untuk dan
atas nama PJTKI pusat.
13. Uji Kompetensi adalah sarana / alat untuk mengetahui tingkat kemampuan dan
kemahiran TKI setelah mengikuti pelatihan.
14. Balai Pelayanan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya desebut
BP2TKI adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Tenaga Kerja Propinsi Jawa Timur yang
melaksanakan sebagian kegiatan pelayanan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia ke
Luar Negeri.
15. Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya disebut perlindungan TKI
adalah segala upaya yang dilakukan untuk memberikan perlindungan hak dan
perlindungan hukum TKI.
16. Asuransi perlindungan TKI yang selanjutnya desebut asuransi TKI adalah suatu
bentuk perlindungan bagi TKI dalam bentuk santunan berupa uang yang sesuai
dengan ketentuan yang berlaku meliputi kematian, kecelakaan dan kerugian material.
17. Polis Asuransi TKI adalah tanda peserta asuransi yang berlaku sah sebagai peserta
asuransi yang diperlukan dan berstatus sebagai tertanggung dan berhak
mendapatkan ganti rugi sebagaimana yang tersebut pada polis.
18. Balai Latiahn Kerja Luar Negeri yang selanjutnya disebut BLK-LN adalah lembaga
pelatihan yang dipersiapkan untuk melatih calon TKI dalam keterampilan teknis
maupun bahasa negara tujuan.
19. Akreditasi Balai Latihan Kerja Luar Negeri yang selanjutnya desebut akreditasi BLK-
LN adalah rekomendasi yang diberikan oleh Dinas tenaga Kerja Propinsi jawa timur
karena BLK-LN yang bersangkutan telah memenuhi standar yang ditentukan.
20. Uang Jaminan adalah uang yang wajib disetor oleh Kantor Cabang PJTKI untuk
membiayai penyelesaian permasalahan Calon TKI / TKI.
21. Kendali alokasi TKI adalah sistem pengendalian penempatan TKI yang diberlakukan
khusus untuk penempatan TKI perempuan pada jenispekerjaan penata laksana rumah
tangga, pengasuh bayi, pengasuh anak balita dan perawat orang tua lanjut usia yang
bekerja pada pengguna perseorangan atau sektor rumah tangga.
22. Pengawasan ketenagakerjaan adalah kegiatan mengawasi dan menegakkan
pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.
23. Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan adalah Pegawai Dinas Tenagan Kerja Propinsi
Jawa Timur yang diangkat oleh Gubernur sebagai pejabat fungsional ketenagakerjaan
yang diserahi tugas mengawasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan
kerenagakerjaan.

BAB II
PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI

Pasal 2

1) Pelayanan penempatan TKI dilakukan dengan benar, tertib, mudah, murah, cepat,
tanpa diskriminasi dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
2) Pelayanan penempatan TKI dimulai dari kegiatan pra penempatan, selama
penempatan sampai purna penempatan;
3) Penempatan TKI ke luar negeri yang berasal dari Jwa Timur dapat dilaksanakan

4
setelah mendapat rekomendasi dari BP2TKI Propinsi Jawa timur dengan ketentuan :
a. TKI tersebut direkrut melalui prosedur yang telah ditentukan dalam
peraturan / ketentuan yang berlaku;
b. TKI tersebut telah dinyatakan lulus dalam ujian kompetensi teknis dan
bahasa negara tujuan;
c. Dokumen kelengkapan calon TKI berdasarkan identitas asli asal TKI yang
bersangkutan
4) Penempatan TKI asal Jawa Timur ke luar negeri dilaksanakan melalui embarkasi
Jawa timur di Surabaya;
5) Pelaksanaan penempatan TKI sebagaimana dimaksud pada ayat (4) karena
pertimbangajn tertentu dan harus berangkat di luar embarkasi Jawa Timur harus
mendapat rekomendasi dari BP2TKI Jawa Timur.

Pasal 3

1) Calon TKI yang akan ditempatkan di luar negeri harus memiliki keterampilan teknis
dan memahami bahasa negara tujuan sesuai dengan ketentuan yang berlaku melalui
Uji Kompetensi;
2) Uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi uji keterampilan teknis
dan uji kemampuan bahasa tujuan, yang dilaksanakan oleh teknis Dinas dan atau
lembaga lain setelah mendapat rekomendasi dari Dinas;
3) Ketentuan mengenai uji kompetensi akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan
Gubernur.

BAB III
PEREKRUTAN

Pasal 4

1) Perekrutan Caloin TKI menggunakan mekanisme antar kerja;


2) Pelaksana rekrut Calon TKI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Pegawai
Pengantar Kerja, Petugas Rekrut (Rekruter) dari PJTKI;
3) Petugas rekrut (rekruter) adalah karyawan dari PJTKI dan untuk menjalankan
tugasnya harus memiliki izin sebagai rekruter dari Dinas / Instansi Kabupaten / Kota
yang membidangi ketenagakerjaan;
4) Acalon TKI yang akan bekerja ke luar negari wajib memiliki rekomendasi dari Dinas /
Instansi Kabupaten / Kota asal calon TKI yang membidangi ketenagakerjaan.

BAB IV
KANTOR CABANG PJTKI

Bagian Pertama
Kedudukan

Pasal 5

1) PJTKI di luar Jawa Timur untuk merekrut calon TKI di Jawa Timur, dilakukan melalui

5
Kantor Cabang PJTKI yang bersangkutan atau bekerja sama dengan PJTKI Jawa
Timur;
2) Kantor Cabang PJTKI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian
struktural dari PJTKI pusat, pembentukan dan fungsinya dilaksanakan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
3) Kepala Kantor Cabang PJTKI adalah karyawan tetap dan yang diangkat oleh Direktur
Utama PJTKI;
4) Kantor Cabang PJTKI yang menjalankan fungsinya di Jawa Timur wajib
mengikutsertakan pelatihan keterampilan dan bahasa negara tujuan bagi setiap calon
TKI dalam kendali alokasi yang akan ditetapkan oleh PJTKI;
5) Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilaksanakan pada BLK-LN di Jwa
Timur yang telah diakreditasi.

Bagian Kedua
Izin Operasional

Pasal 6

1) Kantor Cabang PJTKI sebagai pelaksana rekrut Calon Tki ke luar negeri wajib
memiliki izin Operasional yang diterbitkan oleh Gubernur atau Kepala Dinas;
2) Izin Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku sepanjang tidak
terkena sanksi pencabutan;
3) Izin Operasional dinyatakan tidak berlaku, apabila SIUP yang dimiliki oleh PJTKI
dicabut;
4) Tata cara pengajuan Izin Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
lebih lanjut dengan Keputusan Gubernur.

BAB V
PENGENDALIAN

Bagian Pertama
Pendaftaran dan Daftar Ulang

Pasal 7

1) PJTKI sebagai pelaksana penempatan TKI ke luar negeri yang berkedudukan dan
berkantor pusat di Jawa Timur wajib mendaftarkan diri kepada Dinas;
2) Untuk pengendalian dan evaluasi kinerja, PJTKI dan Kantor Cabang PJTKI wajib
melakukan daftar ulang setiap tahun;
3) Tata cara pengajuan daftar ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih
lanjut dengan Keputusan Gubernur.

Bagian Kedua
Jaminan

Pasal 8

1) Kantor Cabang PJTKI yang mengajukan izin Operasional diwajibkan menyerahkan


jaminan dalam bentuk deposito atas nama Gubernur q.q PJTKI sebesar Rp.
100.000.000,- (seratus juta rupiah) pada Bank yang ditunjuk;
2) Penggunaan dana jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk membiayai
penyelesaian permasalahan Calon TKI / TKI, apabila cabang yang bersangkutan tidak
menyelesaikan sebagaimana mestinya;
3) Kantor Cabang PJTKI wajib menyetor kembali jumlah uang yang telah dicairkan untuk

6
membiayai penyelesaian permasalahan Calon TKI / TKI sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) selambat-lambatnya dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak pencairan
deposito dana jaminan;
4) Selama belum memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (30 Kantor
Cabang PJTKI dilarang melakukan kegiatan;
5) Apabila terjadi masalah pada Calon TKI / TKI atau Kantor Cabang PJTKI berhenti
operasional, maka dana jaminan dapat dicairkan melalui Gubernur atau Kepala Dinas;
6) Tata cara penyetoran dan pencairan kembali uang jaminan, akan diatur lebih lanjut
dengan Keputusan Guberbur.

BAB VI
RETRIBUSI

Pasal 9

Terhadap pemberian Izin Operasional dan Daftar Ulang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 dan 7 dikenakan retribusi.

Pasal 10

Retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 adalah sebagai berikut :


a. Penerbitan Izin Operasi, sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah);
b. Daftar Ulang, sbesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah)

Pasal 11

Retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 digolongkan sebagai Retribusi


Perizinan Tertentu.

BAB VII
BLK-LN DAN PENAMPUNGAN

Pasal 12

1) Terhadap PJTKI untuk penempatan dalam kendali alokasi (informal) wajib memiliki
BLK-LN dan penampungan yang memenuhi persyaratan;
2) Kantor Cabang PJTKI wajib memiliki penampung yang memenuhi persyaratan;
3) Izin Pendirian BLK-LN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh Gubernur;
4) Persyaratan dan tata cara pengajuan izin pendirian BLK-LN sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) akan ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Gubernur.

BAB VIII
PERLINDUNGAN

Pasal 13

1) TKI berhak memperoleh perlindungan sampai dengan purna penempatan;


2) PJTKI wajib mengikutsertakan calon TKI dalam program Asuransi TKI sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

7
3) Selama TKI dalam masa penempatan (Kontrak Kerja) di Luar Negeri, PJTKI yang
bersangkutan wajib mengikutsertakan TKI pada Program asuransi dan atau program
perlindungan lain di Negara penempatan melalui perusahaan asuransi atau lembaga
lainnya yang mendapatkan izin khusus untuk itu

Pasal 14

1) Bagi TKI yang pulang dari luar negeri wajib melakukan pemeriksaan kesehatan
terhadap kemungkinan tertular penyakit berbahaya;
2) Pemeriksaan Kesehatan sebagaimana dimaksuad pada ayat (1) menjadi tanggung
jawab Pemerintah Propinsi.

BAB IX
PENYELESAIAN SENGKETA

Pasal 15

1) Dalam hal terjadi sengketa antara TKI dengan PJTKI mengenai pelaksanaan
perjanjian penempatan, maka kedua belah pihak wajib mengupayakan penyelesaian
secara damai dengan cara musyawarah;
2) Dalam hal penyelesaian secara musyawarah tidak tercapai, maka salah satu atau
kedua belah meminta bantuan Dinas;
3) Apabila salah satu pihak atau para pihak tidak sepakat dengan saran atau anjuran
Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) maka salah satu pihak dapat
menyelesaikannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

BAB X
PENGAWASAN

Pasal 16

Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang


PengawasanPerburuhan dan undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, maka pengaawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah ini dan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan lainnya, dilakukan
oleh Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan sesuai dengan tingkat kewenangannya.

BAB XI
SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 17

1) PJTKI yang tidak memiliki BLK-LN dan penampungan yang memenuhi persyaratan
dalam operasionalnya sebagaimana diatur dalam Pasal 12 ayat (1), dilarang
operasional;
2) Kantor Cabang yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
12 ayat (2), dikenakan sanksiberupa pencabutan izin operasional.

BAB XII

8
KETENTUAN PIDANA

Pasal 18

1) Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1), 7
ayat (1), (2), (8) ayat (1), 12 ayat (1), (2), 13 dan Pasal 14 ayat (1) diancam pidana
kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 5.000.000,00
(lima juta rupiah);
2) Tindak pidana yang dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran;
3) Pelanggaran terhadap ketenagakerjaan selain dimaksud pada ayat (1) diancam
pidana sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
4) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah kejahatan.

BAB XIII
KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 19

Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Propinsi diberi wewenang
khusus sebagai penyidik terhadap pelanggaran Peraturan Daerah ini.

Pasal 20

1) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 adalah


a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan
berkenaan dengan tindak pidana agar keterangan atau laporan tersebut
menjadi lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi
atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan
dengan tindak pidana tersebut;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan
sehubungan dngan tindak pidana;
d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain
berkenaan dengan tindak pidana di bidang;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,
pencatatan dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan
terhadap bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan
tindak pidana;
g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan
atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa
identitas orang atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada
huruf e;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana;
i. memanggil oraeng untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan;
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak
pidana menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.
2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya
penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana.

9
BAB XIV
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 21

1) PJTKI yang mempunyai Kantor Cabang di Jawa Timur wajib menyesuaikan Kantor
Cabangnya dalam waktu paling lambat 3 (tiga) bulan sejak berlakunya Peraturan
Daerah ini;
2) Dalam hal PJTKI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menyesuaikan dengan
Peraturan Daerah ini, maka Kantor Cabang PJTKI tersebut dikenai sanksi
sebagaimana tersebut dalam Pasal 17 ayat (2).

BAB XV
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 22

Hal-hal lain yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai
pelaksanaannya akan ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Gubernur.

Pasal 23

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan


Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Propinsi Jawa
Timur.
Ditetapkan di : Surabaya
Pada Tanggal : 23 Agustus 2004

Gubernur Jawa Timur

ttd.

IMAM UTOMO S.

Diundangkan di : Surabaya
Pada Tanggal : 23 Agustus 2004

SEKRETARIS DAERAH
PROPINSI JAWA TIMUR

ttd.

10
Dr. H. Sorkarwo, SH, M.Hum

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN 2004


NOMOR 1 TAHUN 2004 SERI E

Sesuai dengan aslinya


A.n. SEKRETARIS DAERAH PROPINSI
JAWA TIMUR

Kepala Biro Hukum

INDRA WIRAGANA, SH
Pembina Tingkat I
NIP. 510 090 148

11

You might also like